mini c-ex pterigyum

31
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK MINI C-EX ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH Nama : Henrikus Sejahtera Nim : 11-2011-130 Tandatangan .................. .................. ........ Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru S, Sp.M .................. .................. ......... I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. AR Umur : 39 tahun Alamat : KP Sumeneban Semarang Tengah Jenis kelamin : Laki - laki Agama : Islam 1

Upload: rucmanaaga

Post on 12-Sep-2015

248 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKMINI C-EX ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDARS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Henrikus SejahteraNim : 11-2011-130Tandatangan

............................................

Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru S, Sp.M

.............................................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama: Tn. ARUmur: 39 tahunAlamat : KP Sumeneban Semarang TengahJenis kelamin : Laki - lakiAgama: IslamPekerjaan: SupirTanggal masuk RS: 03 Februari 2013Tanggal pemeriksaan: 03 Februari 2013Pemeriksa: HenriModerator: Dr Djoko Heru, Sp.M

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Auto anamnesis tanggal: 03 Februari 2013, jam 12.30

Keluhan utamaMata kiri terasa kabur saat melihat jauh 1 hari SMRS

Riwayat penyakit sekarangPasien dirawat di RS Mardi Rahayu dengan keluhan pandangan pada mata kiri tiba tiba menjadi kabur 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan mata yang merah dan sering terjadi berulang disertai rasa gatal dua tahun terakhir dan pada mata sebelah kanan sering berair dan disertai kotoran mata. Pasien juga merasa pada mata kanan dan kiri seperti ada benda asing yang mengganjal.Pasien merupakan seorang supir bus yang sering terpapar dengan lingkungan luar dengan pajanan matahari yang tinggi, riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit DahuluPasien memiliki riwayat diabetes melitus beberapa bulan terakhir. Pasien menyangkal memiliki darah tinggi, asma, dan alergi.

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang memilki penyakit dengan keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial EkonomiPasien seorang supir bus nusantara sehingga segala biaya operasi dan rawat inap ditanggung oleh perusahaan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status GaneralisKeadaan Umum: Tampak sakit ringanTanda VitalTekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 78x/menitRespiration rate: 20x/menitSuhu: afebris Kepala: Normocepali, rambut hitam, distribusi merataThoraks, Jantung: BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)Paru: SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)Ekstremitas: Akral hangat, udem -/-.

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OSOD

1

Catatan : 1 = pterigyum

ODPEMERIKSAANOS

20/80Visus4/60

20/40Koreksi20/40

Gerak bola mata normal.Enopthalmus (-)Exopthalmus (-)Strabismus (-)Bulbus OculiGerak bola mata normal.Enopthalmus (-)Exopthalmus (-)Strabismus (-)

Nyeri tekan (-)Edema (-)Hiperemsi (-)Blefarospasme (-)Lagopthalmus (-)Ektropin (-)Entropion (-)

PalpebraNyeri tekan (-)Edema (-)Hiperemis (-)Blefarospasme (-)Lagopthalmus (-)Ektropin (-)Entropion (-)

Sekret (-)Perdarahan subkonjungtiva (-)Pterigium (+)Pinguekula (-)Nevus Pingmentosa (-)Kista Dermoid (-)

Conjuctiva bulbiSekret (-)Perdarahan subkonjungtiva (-)Pterigium (+)Pinguekula (-)Nevus Pingmentosa (-)Kista Dermoid (-)

Normal, warna putihScleraNormal, warna putih

Bulat, jernihEdem (-) Infiltrat (-)Sikatrik (-)KorneaBulat, jernihEdem (-) Infiltrat (-)Sikatrik (-)

JernihKedalaman cukupHipopion (-)Hifema (-)Camera Oculi AnteriorJernihKedalaman cukupHipopion (-)Hifema (-)

Kripta (+)Warna coklat Edema (-)Sinekia (-)Atrofi (-)

IrisKripta (+)Warna coklat Edema (-)Sinekia (-)Atrofi (-)

RegulerLetak sentral, tampak jernihDiameter 3 mmRefleks pupil L/TL : (+/+)

PupilRegulerLetak sentral, tampak jernihDiameter 3 mmRefleks pupil L/TL : (+/+)

JernihLensaJernih

JernihVitreusJernih

Positif, cermelangFundus RefleksPositif, cermelang

C/D ratio 0,3. Eksudasi - , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - , eksudasi -RetinaC/D ratio 0,3. Eksudasi - , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - , eksudasi -

NormalTekanan Intra OkulerNormal

Normal Sistem LakrimasiNormal

Dalam Batas NormalTes KonfrontasiDalam Batas Normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak ada

V. RESUMESubjektifPasien laki - laki usia 39 tahun datang dengan keluhan pandangan pada mata kiri tiba tiba menjadi kabur 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan mata yang merah dan sering terjadi berulang disertai rasa gatal dua tahun terakhir dan pada mata sebelah kanan sering berair dan disertai kotoran mata. Pasien juga merasa pada mata kanan dan kiri seperti ada benda asing yang mengganjal.Pasien merupakan seorang supir bus yang sering terpapar dengan lingkungan luar dengan pajanan matahari yang tinggi, riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus beberapa bulan terakhir.Tidak ada keluarga yang memilki penyakit dengan keluhan yang sama dengan pasien.

Objektif Pada pemeriksaan fisik ditemukan dalam batas normal. Pemeriksaan Ophthalmologis :ODPEMERIKSAANOS

20/80Visus4/60

20/40Koreksi20/40

Sekret (-)Perdarahan subkonjungtiva(-)Pterigium (+)Pinguekula (-)Nevus Pingmentosa (-)Kista Dermoid (-)

Conjuctiva bulbiSekret (-)Perdarahan subkonjungtiva(-)Pterigium (+)Pinguekula (-)Nevus Pingmentosa (-)Kista Dermoid (-)

VI. DIAGNOSIS BANDING1. Pterygium 2. Pseudopterygium 3. Pinguekula

VII. DIAGNOSIS KERJAODS pterygium + astigma miopy Dasar Diagnosis: Anamnesis: Adanya jaringan fibrovaskular pada subkonjungtiva daerah nasal mata sebelah kanan dan kiri mata kiri tiba tiba menjadi kabur mata yang merah dan sering terjadi berulang disertai rasa gatal dan pada mata sebelah kanan sering berair dan disertai kotoran mata. Pasien juga merasa pada mata kanan dan kiri seperti ada benda asing yang mengganjal. Pasien merupakan seorang supir bus yang sering terpapar dengan lingkungan luar dengan pajanan matahari yang tinggi

Pemeriksaan status ganeralis:Dalam batas normal

Pemeriksaan status ophtalmikus VOD : S -0,50C -1,25X 80 VOS : S -1.00C 1,50X 9520/40 ADS : S + 1,25 ODS

VIII. PENATALAKSANAANkonservatif Tindakan konservatif, mengurangi iritasi maupun paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata anti UV dan pemberian air mata buatan.

operatif

IX. PROGNOSISODOS Ad FunctionamDubia Ad bonam Dubia Ad bonam Ad SanationamDubia Ad bonam Dubia Ad bonamAd Cosmetikum Dubia Ad bonam Dubia Ad bonamAd VitamDubia Ad bonam Dubia Ad bonam

X. USUL Operasi pterigyum

XI. SARAN Menjaga kebersihan mata Mengurangi paparan langsung sinar matahari

TINJAUAN PUSTAKAI. DEFINISIPterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu Pteron yang artinya sayap (wing). Pterygium didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada subkonjungtiva dan tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap ke sentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada cantus.1,2,3Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterygium akan berwarna merah. 4II. EPIDEMIOLOGIPterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator yaitu daerah luas2. Mengganggu visus3. Mengganggu pergerakan bola mata4. Masalah kosmeti 5. Di depan apeks pterygium terdapat Grey Zone6. Pada pterygium dan kornea sekitarnya ada nodul pungtat7. Terjadi kongesti (klinis) secara periodik Pada prinsipnya, tatalaksana pterygium adalah dengan tindakan operasi. Ada berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalam penanganan pterygium di antaranya adalah:81. Bare sclera : bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan permukaan sklera. Kerugian dari teknik ini adalah tingginya tingkat rekurensi pasca pembedahan yang dapat mencapai 40-75%.2. Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yang terbuka, diman teknik ini dilakukan bila luka pada konjuntiva relatif kecil.3. Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas eksisi untuk memungkinkan dilakukannya penempatan flap.4. Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar luka bekas eksisi untuk membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang kemudian diletakkan pada bekas eksisi.5. Conjungtival graft : menggunakan free graft yang biasanya diambil dari konjungtiva bulbi bagian superior, dieksisi sesuai dengan ukuran luka kemudian dipindahkan dan dijahit atau difiksasi dengan bahan perekat jaringan (misalnya Tisseel VH, Baxter Healthcare, Dearfield, Illionis).

X. DIAGNOSIS BANDINGPterygium harus dapat dibedakan dengan pseudopterygium. Pseudopterygium terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva yang berbeda dengan pterygium, dimana pada pseudopterygium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterygium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterygium adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal.10, 11Selain itu pterygium juga didagnosis banding dengan pinguekula yang merupakan lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau temporal limbus. Tampak seperti penumpukan lemak bisa karena iritasi ataupun karena kualitas air mata yang kurang baik. Pada umumnya tidak diperlukan terapi tetapi pada kasus tertentu dapat diberikan steroid topikal.10,11XI. KOMPLIKASI Komplikasi pterygium meliputi sebagai berikut:6,12Pra-operatif: 1. Astigmat Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterygium adalah astigmat karena pterygium dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterygium serta terdapat pendataran daripada meridian horizontal pada kornea yang berhubungan dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri belum jelas. Hal ini diduga akibat tear meniscus antara puncak kornea dan peninggian pterygium. Astigmat yang ditimbulkan oleh pterygium adalah astigmat with the rule dan iireguler astigmat. 2. Kemerahan3. Iritasi4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea5. Keterlibatan yang luas otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan menyebabkan diplopia.Intra-operatif: Nyeri, iritasi, kemerahan, graft oedema, corneoscleral dellen (thinning), dan perdarahan subkonjungtival dapat terjadi akibat tindakan eksisi dengan conjunctival autografting, namun komplikasi ini secara umum bersifat sementara dan tidak mengancam penglihatan. 12Pasca-operatif:Komplikasi pasca eksisi adalah sebagai berikut:1. Infeksi, reaksi bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut kornea, graft konjungtiva longgar, perforasi mata, perdarahan vitreus dan ablasi retina.2. Penggunaan mitomycin C post operasi dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan kornea3. Pterygium rekuren.XII. PROGNOSIS Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi. Pasien dengan pterygium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva autograft atau transplantasi membran amnion.6

DAFTAR PUSTAKA1. Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management of Pterygium. Opthalmic Pearls.20102. Caldwell, M. Pterygium. [online]. 2011 [cited 2011 October 23]. Available from : www.eyewiki.aao.org/Pterygium3. Riordan, Paul. Dan Witcher, John. Vaughan & Asburys Oftalmologi Umum: edisi 17. Jakarta : EGC. 2010. Hal 119.4. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.p.2-7,117.5. Laszuarni. Prevalensi Pterygium di Kabupaten Langkat. Tesis Dokter Spesialis Mata. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009.6. Cason, John B., .Amniotic Membrane Transplantation. [online] 2007. [cited 2011 October 23]. Available from : http://eyewiki.aao.org/Amniotic_Membrane_Transplant7. Lang, Gerhad K. Conjungtiva. In : Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. New York : Thieme Stutgart. 20008. Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss, Jayne S. Clinical Approach to Depositions and Degenerations of the Conjungtiva, Cornea, and Sclera. In: External Disease and Cornea. San Fransisco : American Academy of Ophtalmology. 2008. P.8-13, 366

1