bab ii tinjauan teori dan konsep teori a. isolasi...

25
8 BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP TEORI A. ISOLASI SOSIAL a. Pengertian Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam (Townsend, 1998). Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri, menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku menarik diri (NANDA, 2012). Menurut (Riyadi & purwanto, 2009) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu untuk mengurangi penurunan dan

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN TEORI DAN KONSEP TEORI

    A. ISOLASI SOSIAL

    a. Pengertian

    Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

    karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam (Townsend,

    1998).

    Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam

    lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada

    klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak

    sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal

    fisik dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran

    sendiri, menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara

    berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima

    oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku

    menarik diri (NANDA, 2012).

    Menurut (Riyadi & purwanto, 2009) Isolasi sosial adalah keadaan

    dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak

    mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa

    ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang

    berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu untuk mengurangi penurunan dan

  • 9

    ketidakmampuan pasien isolasi sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan

    sekitar dibutuhkan kerjasama.

    Dari pengertian diatas dapat dikatakan isolasi sosial adalah kerusakan

    seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, pasien mungkin merasa tidak

    berharga dalam lingkungannya.

    b. Rentan Respon Sosial

    Rentang Respon Sosial

    Respon adaptif Respon Maladaftif

    Solitud Menarik diri Respon Maladaftif

    Otonomi Kesepian Manipulasi

    Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

    Saling Ketergantungan

    (Stuart, 2007)

    Respon ini meliputi :

    1) Solitude atau menyendiri

    Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadi

    atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan

    rencana-rencana (Riyadi & Purwanto, 2009).

  • 10

    2) Otonomi

    Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan

    ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu

    menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri (Riyadi &

    Purwanto, 2009).

    3) Kebersamaan

    Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling

    memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal (Riyadi &

    Purwanto, 2009).

    4) Interdependen (Saling Ketergantungan)

    Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung

    antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal

    (Riyadi & Purwanto, 2009).

    5) Kesepian

    Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari

    lingkungannya. (Damaiyanti, 2012)

    6) Menarik diri

    Seseorang yang mengalami mengalami kesulitan dalam membina

    hubungan secara terbuka dengan orang lain. (Yosep, 2011)

    7) Manipulasi

    Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain

    sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain

    dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku

  • 11

    mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau

    frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain (Riyadi &

    Purwanto, 2009).

    8) Impulsif

    Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek

    yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

    merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin

    penilaian (Riyadi & Purwanto, 2009).

    9) Narkisisme

    Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,

    harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan

    dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain (Riyadi

    & Purwanto, 2009).

    10) Isolasi Sosial

    Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan

    sama sekali tidak mampu berikteraksi dengan orang lain disekitarnya.

    Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak

    mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Riyadi &

    Purwanto, 2009)

    c. Penyebab

    Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya

    perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu

  • 12

    tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,

    putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan

    merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin

    berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar

    dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan. (Kusumawati, 2010)

    Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa dalam hubungan

    sosial yaitu :

    A) Faktor Predisposisi

    1) Faktor perkembangan

    Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

    sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga

    mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang

    terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi

    anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk

    mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara

    kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya

    dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.

    2) Faktor Biologik

    Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

    Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

    Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan

    berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan

    skizofrenia.

  • 13

    3) Faktor Sosiokultural

    Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

    merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan

    terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

    tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi

    dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang

    berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis

    terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan

    gangguan ini.

    (Stuart, 2007)

    B) Faktor presipitasi

    1) Stressor Sosiokultural

    Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan

    berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

    2) Stressor Psikologis

    Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

    keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan berpisah dengan

    orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

    ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi .

    (Stuart, 2007)

    d. Tanda dan gejala

    Tanda dan gejala isolasi sasial yang dapat ditemukan yaitu :

  • 14

    1) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting

    2) Perilaku tidak sesuai dengan perkembangan

    3) Afek tumpul

    4) Bukti kecacatan (fisik, mental)

    5) Tindakan tidak berarti

    6) Tidak ada kontak mata

    7) Menunjukan permusuhan

    8) Ingin sendiri

    9) Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok

    kultural yang dominan.

    10) Tidak komunikatif

    11) Menarik diri

    (NANDA, 2012)

    e. Mekanisme koping

    Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing

    gangguan hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi

    & Purwanto, 2009).

    1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

    2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat

    diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

  • 15

    3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan

    timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan

    motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku (Damaiyanti, 2012).

    B. ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Data pengkajian

    a. Indentitas.

    Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa

    pubertas.

    b. Keluhan utama.

    Keluhan utama biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain),

    komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak

    berinteraksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,

    pasif.

    c. Faktor predissposisi

    Faktor predisposisi sangat erat kaitanya dengan factor etiologi yaitu

    keturunan, endokrin, metabolisme, susunan saraf pusat, dan kelemahan

    ego.

    d. Psikososial

    1) Genogram

    Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-

    16% skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara tiri

  • 16

    kemungkinan 0,9-1,8%, saudara kembar 2-15%, dan saudara kandung

    7-15%.

    2) Konsep diri

    Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien

    akan mempengaruhi konsep diri pasien.

    3) Hubungan sosial.

    Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka

    melamun, dan berdiam diri.

    4) Spiritual

    Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

    e. Status mental

    1) Penampilan diri.

    Pasien tampak lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing

    baju tidak tepat, reseliting tidak terkunci, baju tidak diganti, baju

    terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.

    2) Pembicaraan.

    Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.

    3) Aktivitas motorik.

    Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan

    mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri.

    4) Emosi.

    Emosi dangkal.

    5) Afek.

  • 17

    Dangkal, tidak ada ekspresi roman muka.

    6) Interaksi selama wawancara.

    Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap

    lawan bicara, diam.

    7) Persepsi.

    Tidak terdapat halusinasi atau waham.

    8) Proses berpikir.

    Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.

    9) Kesadaran.

    Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta

    pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu

    pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.

    10) Memori.

    Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan

    orang.

    11) Kemampuan penilaian.

    Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu

    keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau

    tidak tepat.

    f. Kebutuhan sehari-hari.

    Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,

    makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk

  • 18

    memenuhi kebutuhan sendiri sangat menurun dalam hal makan,

    BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

    (Kusumawati, 2010)

    2. Masalah keperawatan

    a. Isolasi Sosial

    a) Data yang perlu dikaji

    1) Data subjektif :

    Pasien mengatakan : malas bergaul dengan orang lain, tidak mau

    berbicara dengan orang lain, tidak ingin ditemani siapapun.

    2) Data objektif :

    Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak

    atau kurang dalam komunikasi verbal, mengisolasi diri, kurang

    sadar terhadap lingkungan sekitarnya, aktivitas menurun (Direja,

    2011).

    b. Resiko gangguan Persesi Sensori : Halusinasi

    a) Data yang perlu dikaji

    1) Data subjektif

    Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya

    melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan, mencium

    bau-bauan.

    2) Data objektif

  • 19

    Pasien berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa ssebab

    yang jelas, menutup telinga, menunjuk kearah tertentu, ketakutan

    dengan sesuatu yang tidak jelas, menghidu seperti mencium

    sesuatu, menutup hidung (Direja, 2011).

    c. Harga Diri Rendah

    a) Data yang perlu dikaji

    1) Data subjektif

    Pasien mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, tidak

    mampu, tidak semangat beraktivitas dan bekerja, malas melakukan

    perawatan diri.

    2) Data objektif

    Pasien mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan

    hidup yang pesimis, tidak menerima pujian, penurunan

    produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri, kontak mata

    tidak ada (Direja, 2011)

  • 20

    3. Pohon masalah

    Core Problem

    (Damaiyanti, 2012).

    C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Isolasi Sosial

    D. PENATALAKSANAAN

    1) PENATALAKSANAAN MEDIS

    A. ECT (Electro Confulsive Therapy)

    Jenis pengobatan dengan menggunakan arus listrik pada otak

    menggunakan 2 elektrode.

    B. Psikoterapi

    Membutuhkan waktu yang relative lama dan merupakan bagian penting

    dalam proses teraupetik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi ;

    memberikan rasa nyaman dan tenang, menciptakan lingkungan yang

    Resiko gangguan Persepsi Sensori :

    Halusinasi

    Isolasi sosial : Menarik diri

    Harga Diri Rendah

  • 21

    teraupetik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien

    untuk dapat mengungkapakan perasaanya sacara verbal, bersikap ramah,

    sopan dan jujur.

    C. Terapi Okupasi

    Ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipan seseorang dalam

    melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud

    untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

    (Dalami, 2009).

    2) PENATALAKSANAN KEPERAWATAN

    A. PERAWATAN ISOLASI SOSIAL ; PSIKOTERAPI INDIVIDUAL

    Psikoterapi individual adalah metode yang menimbulkan

    perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir,

    dan perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi

    dan klien. Individu biasanya mencari terapi jenis ini dengan tujuan

    memahami diri dan perilaku mereka sendiri, membuat perubahan personal.

    Hubungan terbina melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan

    perawat klien : introduksi, kerja, dan terminasi (Videbeck, 2008).

    Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan serangkaian

    tindakan dalam mencapai tujuan khusus. Perencanaan meliputi perumusan

    tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian pengkajian agar masalah

    keperawatan dapat teratasi. (Ali : Nurjanah 2004)

  • 22

    Perawatan pasien isolasi sosial : menarik diri dari tujuan umum dan

    tujuan khusus. Dalam tujuan umum diharapkan klien dapat berhubungan

    dengan orang lain dan lingkungan, sedangkan dalam tujuan khusus ada 5

    tujuan khusus yaitu : Tujuan khusus pertama membina hubungan saling

    percaya, tujuan khusus kedua klien dapat mengenal perasaan yang

    menyebabkan perilaku menarik diri, tujuan khusus ketiga klien dapat

    mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain, tujuan khusus

    keempat klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap,

    tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan keluarga dalam

    berhubungan dengan orang lain.

    Tujuan khusus pertama klien dapat membina hubungan saling

    percaya dengan perawat, intervensi yang dilakukan dengan membina

    hubungan saling percaya, sikap terbuka dan empati, menerima klien apa

    adanya, sapa klien dengan ramah, menepati janji, menjelaskan tujuan

    pertemuan, mempertahankan kontak mata selama interaksi.

    Tujuan khusus kedua, klien dapat mengenal perasaan yang

    menyebabkan perilaku isolasi social, klien dapat menyebutkan penyebab

    atau alas an perilaku menarik diri pada dirinya. Intervensi yang dilakukan

    mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri, memberikan

    kesempatan pada klien untuk mengungkapakan perasaan penyebab

    menarik diri, diskusikan dengan pasien tentang perilaku menarik diri,

    memberikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapakan

    perasaannya.

  • 23

    Tujuan khusus ketiga, klien dpat menegetahui keuntungan

    berhubungan dengan orang lain klien dapat menyebutkan manfaat

    berhubungan dengan orang lain yaitu, mendpat teman, mengungkapan

    perasaannya, membantu pemecahan masalah. Intervensi yang dilakukan

    diskusikan tentang manfaat berhubunagn dengan orang lain, dorong klien

    menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lai,. Berikan

    pujian atas kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan

    dengan orang lain.

    Tujuan khusus keempat. Klien dpat berhubungan dengan orang lain

    secara bertahap, klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang

    lain misalnya membalas sapaan perawat, menatap mata dan mau

    berinteraksi. Intervensi yang dilakukan dorong klien untuk menyebutkan

    cara berkenalan dengan orang lain, dorong dan bantu klien dengan orang

    lain secara bertahap antara lain, klien dengan perawat perawat, klien

    dengan perawat dan perawat lain, klien dengan perawat dengan perawat

    lain dank lien lain, klien dengan kelompok kecil TAK, klien dengan

    keluarga, libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan, berikan

    pujian atas keberhasilan yang telah klien capai.

    Tujuan khusus kelima, klien mendapatkan dukungan keluarga

    dalam berhubungan dengan orang lain. Intervensi yang dilakukan

    diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga, dorong

    klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keluarga, dorong klien

    untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, beribadah, dan

  • 24

    rekreasi, jelaskan pada keluarga kebutuhuan klien, bantu keluarga untuk

    tetap mempertahankan hubungan dengan klien yaitu memperlihatkan

    perhatian dengan meningkatkan kunjungan ke Rumah Sakit.

    (Damaiyanti, 2012)

    B. TERAPI MODALITAS : TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

    a. Pengertian

    Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai

    hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan dan

    mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia 2001 dalam Riyadi

    2009).

    Penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa

    memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan

    atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya

    penggunaan kelompok terapeutik dan modalitas merupakan bagian

    dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku klien,

    dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku

    maladaptif (Darsana, 2011).

    Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi

    modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

    mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan

    sebagai target asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamika yang

    saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium

  • 25

    tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki

    perilaku lama yang maladaptif. (Keliat & Akemat, 2005).

    Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama

    sekelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama

    diharapakan memberi kontribusi pada kelompok untuk membantu

    yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain (Videbeck, 2008)

    b. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

    1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

    Klien dilatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau

    stimulus yang pernah dialami. Terapi Aktivitas Kelompok

    stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk

    membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,

    menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan

    afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.

    2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

    Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi

    klien, kemudian di observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi

    emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka,

    ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori

    pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensori.

    Tehnik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan panca

  • 26

    indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari

    internal maupun eksternal.

    3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

    Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan

    untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas).

    Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang mengalami

    gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tehnik

    yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas

    maupun secara didaktik.Klien diorientasikan pada kenyataan yang

    ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada

    disekelilling klien atau orang yang dekat dengan klien,

    lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan

    waktu saat ini dan yang lalu.

    4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

    Klien dibantu untuk melakukan sosialisai dengan individu yang

    ada disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk

    meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi

    sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial.

    Sosialisai dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :

    a) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal.

    b) Memberi tanggapan terhadap orang lain.

    c) Mengekpresikan ide dan tukar persepsi.

    d) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.

  • 27

    5) Penyalur Energi

    Penyaluran energi merupakan tehnik untuk menyalurkan energi

    secara konstruktif dimana memungkinkan pengembangan pola-

    pola penyambungan energi seperti katarsis, peluapan marah dan

    rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian

    pada diri sendiri maupun lingkungan.

    (Direja, 2011)

    c. Tujuan Terapi Aktvitas Kelompok (TAK)

    1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing).

    2) Membantuk sosialisasi.

    3) Meningkatakan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran

    tentang hubungan sosial dan adaptasi.

    4) Membangun motivasi untuk kemajuan psikologis baik afektif

    maupun kognitif.

    5) Penyaluran emosi.

    6) Melatih pemahaman identitas diri.

    (Kusumawati, 2010)

    d. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

    Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat :

    1. Terapeutik

    a. Umum

  • 28

    a) Meningkatakan kemampuan uji realitas (reality testing)

    melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari

    orang lain.

    b) Melakukan sosialisasi

    c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif

    dan afektif.

    b. Khusus.

    a) Meningkatkan identitas diri.

    b) Menyalurkan emosi secara konstruktif.

    c) Meningkatakan ketrampilan hubungan interpersonal dan

    sosial.

    c. Rehabilitasi

    a) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri.

    b) Meningkatkan ketrampilan sosial.

    c) Meningkatkan kemampuan empati.

    d) Meningkatakan kemampuan pemecahan masalah.

    (Direja, 2011)

    e. Tahap Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

    Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen 1995, dalam Direja,

    2011). Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok

    adalah sebagai berikut :

    1. Pre kelompok

  • 29

    Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang

    menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok

    akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media

    yang akan digunakan.

    2. Fase awal

    Pada fase ini terdapat 3 tahapan yang terjadi, yaitu :

    1) Orientasi

    Anggota mulai mencoba mengembangkan system sosial

    masing-masing, leader mulai menunjukan rencana terapi dan

    mengambil kontrak dengan anggota.

    2) Konflik

    Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai

    memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,

    bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling

    ketergantungan yang akan terjadi.

    3) Kebersamaan

    4) Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah,

    anggota mulai menemukan siapa dirinya.

    3. Fase kerja

    Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim.

    4. Fase terminasi

    (Direja, 2011)

    f. Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok

  • 30

    Indikasi dan kontra Indikasi Terapi aktivitas kelompok menurut

    (Depkes RI 1997) yaitu :

    1. Semua klien, terutama klien rahabilitasi perlu memperoleh terapi

    aktivitas kelompok kecuali mereka yang psikopat, sosiopat, selalu

    diam, autistic, deluasi tak terkontrol, mudah bosan.

    2. Ada berbagai syarat bagi klien untuk bisa mengikuti TAK antara

    lain : sudah diobservasi dan didiagnosis yang jelas, sudah tidak

    terlalu gelisah, agresif dan inkoheren, dan waham tidak terlalu

    berat sehingga kooperatif dan tidak mengganggu proses TAK.

    3. Untuk pelaksanaan TAK dirumah sakit jiwa di upayakan

    peetimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik

    terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat

    kemampuan berpikir dan pemahaman relative setara sebisa

    mungkin pengelompokan berdasarkan masalah yang sama.

    g. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori (TAK)

    Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,

    kemudian di observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau

    perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi

    aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang

    mengalami kemunduran fungsi sensori. Tehnik yang digunakan

    meliputi fasilitas penggunaan panca indera dan kemampuan

    mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.

  • 31

    Aktivitas dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran,

    dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan nyanyian.

    Tujuan :

    1) Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar.

    2) Klien mampu berespon terhadap suara yang dilihat.

    3) Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.

    (Direja, 2011 & Kusumawati, 2011)

    E. STRATEGI PELAKASANAAN (SP)

    1. Dx 1 : Isolasi Sosial

    a. Pasien :

    Sp 1p :

    1) Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien.

    2) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

    3) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

    4) Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.

    5) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

    Sp 2p :

    1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

    2) Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.

    3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

    Sp 3p :

    1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

  • 32

    2) Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok.

    3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

    b. Keluarga

    Sp 1k :

    1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

    pasien.

    2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami

    pasien beserta proses terjadinya.

    3) Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial.

    Sp 2k :

    1) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan isolasi

    sosial.

    2) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung kepada klien

    isolasi sosial.

    Sp 3k :

    1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

    meminum obat.

    2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

    (Keliat, 2010).