bab ii tinjauan teori a. tonsilitisrepository.ump.ac.id/8271/3/hanung maulana hidayatulloh...6 bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tonsilitis
1. Pengertian Tonsilitis
Tonsil merupakan terdapatnya peradangan umum dan
pembengkakan dari jaringan tonsil dengan lekosit, sel-sel epitel mati dan
bakteri pathogen dalam kripta. Tanda dan gejala tonsillitis ini adalah nyeri
tenggorokan, nyeri telan dan kesulitan menelan, demam, pembesaran
tonsil mulut berbau dan kadang telinga terasa sakit (North American
Nursing Diagnosis Associatioan, 2012).
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan jaringan
tonsil dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri
pathogen dalam kripta (Derricson, 2009).
a. Tonsilitis Akut
1) Tonsilitis Viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang
disertai rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah
penyebab paling sering. Hemofilus influenzae merupakan
penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak
luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan klien.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
7
2) Tonsilitis Bacterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A
Streptokokus, β hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat,
pneumokokus, Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes.
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis
akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
b. Tonsilitis Membranosa
1) Tonsilitis Difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan
kuman Coryne bacterium diphteriae. Penularannya melalui
udara, benda atau makanan yang terkontaminasi. Tonsilitis difteri
sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahun
frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
2) Tonsilitis Septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
8
3) Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau
triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut
yang kurang dan defisiensi vitamin C.
c. Penyakit Kelainan Darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan
infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup
membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan
di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak
bercak kebiruan.
d. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh
cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.
2. Anatomi dan Fisiologi
Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari
faring dan secara kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini
terdiri dari jaringan limfoid dari dasar lidah (tonsil lidah), dua tonsil
tekak, adenoid, dan jaringan limfoid pada dinding posterior. Jaringan ini
berperan sebagai pertahanan terhadap infeksi, tetapi dapat menjadi tempat
infeksi akut atau kronis (Behrman, 2000)
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
9
Gambar 2.1 Tonsilitis
Tonsil terdiri atas:
a. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas
faring dan terletak di belakang koana.
b. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk.
c. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk.Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak
menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki
tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu
tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil
disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu
gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan ( THT ).Sistem
imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
10
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat
“memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangkan
imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat
menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman
dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan
adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta
menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis
kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan
adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang
banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan
cepat melebihi ukuran yang normal.
3. Etiologi
Penyebab tonsillitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes,dapat
juga disebabkan oleh infeksi virus (Soepardi, 2007).
4. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala tonsillitis seperti demam mendadak, nyeri
tenggorokan, ngorok, dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001). Sedangkan
menurut Masjoer (2000) adalah suhu tubuh naik sampai 400C, rasa gatal
atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan),
anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila laring terkena suara akan
menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemisis, tonsil
membengkak, hiperemisis.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
11
5. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti
organisme berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi
ringan pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari
virus inilah yang menyebabkan tonsilitis.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara
klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis,
bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis
lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan
hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada tonsil
dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar
getah bening melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi
dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit
pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
12
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang
tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran
semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
13
6. Pathway
Bakteri dalam Udara & Makanan
Peradangan tonsil
Tonsilitis
Pembesaran tonsil obs Mekanik
Obst Jln nafas Nyeri
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tonsilektomi
Resiko pendarahan Kurang pemahaman
Darah di sal nafas Defisiensi pengetahuan
Bersihan jln nafas tidak efektif
Gambar 2.2 Pathway
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
14
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan
dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer (2000) adalah :
a. Penatalaksanaan tonsilitis akut :
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil
usapan tenggorok 3 kali negatif.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
15
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery
Clinical Indikators Compendium ahutn (1995) menetapkan indikasi
dilakukannya tonsilektomi yaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat.
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan
sumbatan jalan nafas, sleep apnea, gangguan menelan, dan
gangguan bicara.
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil,
yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A
Sterptococcus βhemoliticus
7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8) Otitis media efusa atau otitis media supurataif
(Soepardi, 2007)
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
16
c. Penatalaksanaan tonsilektomi :
1) Perawatan pra Operasi :
a) Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara
seksama dan dapatkan kultur yang diperlukan untuk
menentukan ada tidak dan sumber infeksi.
b) Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk
menentukan adanya risiko perdarahan : waktu pembekuan,
pulasan trombosit, masa protrombin, masa tromboplastin
parsial.
c) Lakukan pengkajian praoperasi :
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi,
siapkan anak secara khusus untuk menghadapi apa yang
diharapkan pada masa pascaoperasi, gunakan teknik-teknik
yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (buku,
boneka, gambar), bicaralah pada anak tentang hal-hal baru
yang akan dilihat di kamar operasi, dan jelaskan jika terdapat
konsep-konsep yang salah, bantu orang tua menyiapkan anak
mereka dengan membicarakan istilah yang umum terlebih
dahulu mengenai pembedahan dan berkembang ke informasi
yang lebih spesifik, yakinkan orang tua bahwa tingkat
komplikasi rendah dan masa pemulihan biasanya cepat,
anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak dan membantu
memberikan perawatan.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
17
2) Perawatan pasca operasi :
a) Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai
indikasi.
b) Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pasca
operasi.
c) Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga
seandainya terjadi kedaruratan.
d) Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri
posisi telungkup atau semi telungkup pada anak dengan
kepala dimiringkan ke samping untuk mencegah aspirasi
e) Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri
setelah ia sadar (orang tua boleh menggendong anak). Pada
awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika
diperlukan pengisapan, hindari trauma pada orofaring.
Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan
tenggorok kecuali jika perlu.
f) Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai
2 jam setelah sadar dari anestesi. Saat muntah susah
berhenti, berikan air jernih dengan hati-hati.
g) Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah
yang paling baik ditoleransi pada saat ini, kemudian
berikan es loli dan air dingin selama 12 sampai 24 jam
pertama.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
18
h) Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan
pemberian susu dan es krim pada malam pembedahan :
dapat menenangkan dan mengurangi pembengkakan, tetapi
dapat meningkatkan produksi mukus yang menyebabkan
anak lebih sering membersihkan tenggorokanya,
meningkatkan risiko perdarahan.
i) Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah,
lepas collar es tersebut.
j) Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.
k) Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase
bernoda darah untuk membantu menurunkan kecemasan.
l) Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak
sadar.
(Nettina, 2006)
9. Komplikasi
a. Abses Peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalamjaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa harisetelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A (Soepardi, 2007).
b. Otitis Peritonsil
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada rupture spontan gendang telinga (Soepardi, 2007).
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
19
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebabkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid (Soepardi, 2007).
d. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membrane mukosa yang
membentuk laring. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang
disebabkan bisa karena virus, bakteri, lingkungan , maupun karena
alergi (Reeves, 2001).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu
atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu
rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari
membrane mukosa (Reeves, 2001).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membrane mukosa dari cavum nasal
dan nasopharing. Samahalnyadengan sinusitis, rhinitis bisa berupa
penyakit kronis dan akut yang kebanyakan oleh virus dan alergi
(Reeves, 2001).
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
20
B. Asuhan Keperawatan Pada Tonsilitis
1. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
b. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doenges (2000), yaitu :
1) Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, khawatir. Tanda : ansietas, depresi,
menolak.
2) Makanan atau Cairan
Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah
terdesak, inflamasi
3) Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
4) Nyeri atau keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati. Gejala : Sakit tenggorokan
kronik, penyebaran nyeri ke telinga
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
21
5) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota
keluarga yang merokok), tinggal di tempat yang berdebu.
6) Tenggorokan
Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan
b. Resiko tidak ketidakfektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
Tujuan : tidak ada masalah tentang nyeri, nyeri dapat hilang atau
berkurang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah
tampak rileks.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional : sebagai dasar penentuan intervensi berikutnya.
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi atau latihan
nafas dalam.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
22
Rasional : teknik distraksi atau latihan nafas dalam dapat
mengurangi nyeri.
3) Tingkatkan istirahat klien.
Rasional : istirahat dapat melupakan dari rasa nyeri
4) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan minum air dingin
atau es, hindarkan makanan panas, pedas, keras dan melakukan
teknik relaksasi.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan cara alternatif
untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
5) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
(Doenges, 2000)
b. Risiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret.
Tujuan : jalan nafas efektif.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko
ketidakefektifan jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak
adanya secret.
Intervensi :
1) Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan.
Rasional : pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
23
2) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya
mengi, krekles atau ronkhi.
Rasional : bunyi nafas krekles dan ronkhi terdengar pada inspirasi
atau ekspirasi pada respon terhadap pegumpulan sekret.
3) Kaji klien un tuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan
4) Dorong klien untuk mengeluarkan lendir secara perlahan.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah
komplikasi pernafasan
(Doenges, 2000)
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pasien menjadi tahu peroses penyakit
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan, Defisiensi
pengetahuan dapat teratasi dengan ditandai dengan pasien paham
tentang pengetahuan penyakitnya
1). Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
2). Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3). Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
24
Intervensi :
1).Berikan penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
2). Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,dengan cara yang
tepat.
3). Gambaran tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit,dengan cara yang tepat
4). Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
C. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Pengertian dari nyeri itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat
subjektif. Secara klinis nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh
pasien mengenai sesuatu yang dirasakan sebagai suatu hal yang tidak
menyenangkan atau sangat mengganggu (Andarmoyo, 2013). Nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang berbahaya yang terkait
dengan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial yang dihasilkan
dari stimulus reseptor nyeri perifer (nosiseptor) oleh trutama dan berbagai
gangguan , tes diagnostic atau perawatan (Grose & Schub 2010).
Nyeri adalah sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal
ini tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
25
(Asmadi, 2008). Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan
dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri
dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan
mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep
yang sulit dikomunikasikan oleh klien. Seorang perawat tidak dapat
merasakan atau melihat nyeri klien (Berman, 2009).
2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri
akut dan kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara
perlahan- lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dan sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,diantaranya
nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Table 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau
penyakit dari dalam
Tidak diketahui atu
pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
26
berkembang, dan
terselubung.
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai
bertahun-tahun
Pernyataan
nyeri
Daerah nyeri tidak
diketahui pasti
Daerah nyeri sulit
dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan).
Gejala-
gejala klinis
Pola respons yang khas
dengan gejala yang
lebih jelas
Pola respons yang
bervariasi dengan sedikit
gejala (adaptasi
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang
setelah beberapa saat
Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat.
Sumber: Hidayat (2006).
Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi.
Ketika nyeri hanya dirasakan selama periode penyembuhan yang
diharapkan, nyeri disebut sebagai nyeri akut, baik yang tiba-tiba atau
yang lambat dan tanpa memperhatikan intensitasnya. Di sisi lain,nyeri
kronisberlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri berulang atau
menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi
tubuh. Nyeri kronis dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai nyeri
maligna kronis jika dikaitkan dengan kanker atau kondisi yang
mengancam jiwa atau sebagai nyeri nonmaligna kronis
membahayakan jika etiologinya adalah gangguan yang tidak
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
27
progresif. Nyeri akut dan kronis menghasilkan respons fisiologis dan
perilaku yang berbeda (Berman, 2009).
Nyeri akut adalah nyeri berdurasi singkat, penyebab biasanya
tidak diketahui, intensitas direntang dari ringan sampai berat dan
tindakan ditujukan pada menghilangkan penyebab. Nyeri kronik
adalah meluas selama 3 sampai 6 bulan, penyebab dapat atau tidak
diketahui, nyeri ini tidak berespons pada tindakan dan atau tidak
berkurang setelah cedera sembuh, intensitas dapat direntang dari
ringan sampai berat dan tindakannya bervariasi.
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan
berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu
serangan: (Asmadi, 2008). Nyeri pada pasien dengan post
tonsilektomi adalah nyeri akut dengan tempat patologi visera atau
rangsangan yang mengganggu pada luka oprasi.
1) Nyeri berdasarkan tempatnya:
a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh misalnya pada kulit dan mukosa
b) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viseral.
c) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena
penyakit organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan
ke bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan daerah asli
nyeri.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
28
d) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan
pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus,
dan lain-lain.
2) Nyeri berdasarkan sifatnya:
a) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
b) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu yang lama.
c) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-
15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.
3) Nyeri berdasarkan berat ringannya:
a) Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
b) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
c) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
4) Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
a) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang
singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan
daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operas.
b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
29
ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval
bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu
seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya
rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin
mengkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan.
Misalnya pada nyeri karena neoplasma (Asmadi, 2008).
3. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau
keparahan nyeri klien sebagai berikut:
a. Skala deskriptif verbal
Skala deskriptif verbal atau Verbal Descriptor Scale (VDS)
merupakan salah satu alat ukur tingkat keperahan yang lebih
bersifat objektif. Skala deskriptif verbal ini merupakan sebuah
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
30
garis yang terdiri dari kalimat pendeskripsian ini dirangking dari
tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat (Prasetyo, 2010).
Gambar 2.3 Skala deskriptif verbal (Tamsuri, 2007)
b. Skala intensitas nyeri numerik
Skala numerik atau Numerical Rating Scale (NRS) digunakan
sebagai pengganti alat deskripsi kata. Dalam hal ini pasien menilai
nyeri dengan skala 0 sampai dengan 10. Skala 0 mendeskripsikan
sebagai tidak nyeri, skala 1 sampai dengan 3 mendeskripsikan
sebagai nyeri ringan yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa tapi masih
dapat ditahan), skala 4 sampai dengan 6 mendeskripsikan sebagai
nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri terasa mengganggu dengan usaha
yang cukup kuat untuk menahan, dan skala 7 sampai dengan 10
mendeskripsikan sebagai nyeri berat yaitu ada nyeri, terasa sangat
mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus menangis, menjerit
atau berteriak. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapeutik (Prasetyo, 2010 ).
Penggunaan NRS direkomendasikan untuk menilai skala
nyeri pasca operasi pada pasien berusia di atas 9 tahun. NRS sangat
mudah digunakan dan merupakan skala yang sudah valid.
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
31
Gambar 2.4 Skala intensitas nyeri numerik (Potter dan Perry, 2006)
4. Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan nyeri atau tindakan keperawatan untuk mengurangi
nyeri yaitu terdiri dari penatalaksanaan non – farmakologi dan
farmakologi.
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan tindakan
pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri tanpa
tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya
perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak
pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang
obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri.
Namun banyak aktifitas keperawatan non farmakologi yang dapat
membantu menghilagkan nyeri, metode pereda nyeri
nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun
tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan
(Smeltzer & Bare, 2008).
Penatalaksanaan non farmakologi terdiri dari intervensi
perilaku kognitif yang meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi,
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
32
imajinasi terbimbing, hypnosis dan sentuhan terapeutik (massage)
(Tamsuri, 2007).
Menurut Nursing Intervention and Classification/NIC
(2013) peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri adalah:
1) Mengkaji nyeri seperti lokasi, karakteristik, durasi nyeri,
frekuensi nyeri, kualitas nyeri, intensitas nyeri dan faktor
penyebab nyeri
2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Menanyakan pengetahuan pasien tentang nyeri
4) Mengkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien pada tidur,
selera makan, aktivitas, perasaan, hubungan, peran pada
pekerjaan dan pola tanggungjawab
5) Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
6) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
7) Melakukan penanganan non-farmakologi seperti relaksasi,
terapi kompres dingin, guided imagery, terapi akupresur,
terapi aktivitas dan massage
8) Mengajarkan prinsip dari manajemen nyeri
9) Menggunakan teknik pengontrolan nyeri/ antisipasi sebelum
nyeri berubah menjadi berat
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
33
10) Melakukan penanganan farmakologi yaitu pemberian
analgesic
Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji nyeri pasien
untuk merencanakan tindakan apa yang harus diberikan
selanjutnya untuk pasien yaitu dengan menggunakan instrumen
OPQRSTUV (onset, proviking, quality, region, severity,
treatment, understanding, value).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Penanganan nyeri yang di alami oleh individu dapat melalui
intervensi farmakologis, dilakukan oleh kolaborasi dengan dokter
atau pemberi perawat utama lainnya pada pasien. Obat-obat yang
biasanya digunakan adalah antiinflamsi nonsteroid. Obat-obatan ini
dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostatglandin
dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang
menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap
stimulus penyakit sebelumnya (Smeltzer dan Bare, 2002).
D. Kompres Dingin
1. Pengertian Kompres Dingin
Pemberian terapi dingin atau es adalah memberikan kompres es
atau air es dengan suhu 15-18*c padadaerah yang mengalami nyeri
dengan waktu pemberian 5-10 menit (Potter dan Perry 2005). Kompres
dingin merupakan metode yang menggunakan cairan atau alat yang dapat
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
34
menimbulkan sensasi dingin pada bagian tubuh yang memerlukan yaitu
mengurangi rasa sakit (Asmadi 2008).
2. Efek mekanisme pemberian terapi dingin
Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit
untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin yang diberikan mempengaruhi
impuls yang dibawah oleh serabut taktil A-Beta untuk lebih mendominasi
sehingga akan menutup impuls nyeri akan terhalang. (Potter dan Perry,
2005).
3. Tujuan Kompres Dingin
Kompres dingin digunakan utuk menurunkan suhu tubuh,
mencegah peradangan meluas, mengurangi kongesti, mengurangi
pendarahan dengan meningkatkan vasokontriksi, mengurangi rasa sakit
local, agar luka menjadi bersih. Kompres dingin tidak boleh digunakan di
area yang sudah terjadi edema karena efek vasokontriksi menurunkan
reabsorsi cairan. Kompres dingin tidak boleh diteruskan apabila nyeri
semakin bertambah atau edema meningkat atau terjadi kemerah-merahan
berat pada kulit untuk mencapai hasil yang maksimal maka kompres
dingin dipasang ditempat selama 20 menit kemudian diambil, dan beri
kesempatan jaringan untuk normal kembali (Priharjo, 1993)
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
35
4. Jenis Terapi Dingin
a. Terapi dengan ice pack
Pada prinsip ice pack merupakan kemasan yang dapat menyimpan
es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu relative lama di
luar freezer dari pada kemasan plastic. Pada umumnya ice pack dapat
dipergunakan selaama 15-20 menit. Pada kemasan ice pack yang
berupa plastic diperlukan handuk untuk mengeringkan air kondensasi.
b. Terapi ice immersion
Digunakan untuk mengobati bagian di stal ekstremitas. Penampung
yang cukup menampung esktremitas di isi dengan es dan air
kemudian bagian ekstremitas yang akan diterapi rendam suhu
berkisar 15*-18* untuk terapi yang berlangsung 5-10 menit.
c. Terapi dengan cryothera
Balok es yang dibentuk dalam gelasa atau pada batang kayu dan
diusap pada daerah yang akan diterapi, biasanya daerah kecil dengan
radang atau spasma otot, dan usap terus menerus selama 3-10 menit
sampai tercapai rasa kebas atau anestesi.
5. Metode Kompres Dingin
Masukan es kedalam sebuah kirbat es atau plastic es. Kompres dingin
dilakukan di dekat lokasi nyeri leher pasien, atau di lokasi nyeri .
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
36
Pemberian kompres dingin menggunakan es dapat dilakuakan dalam
waktu, 5-10 menit (Potter & Perry, 2005).
6. Efek Samping Kompres Dingin
Kompres dingin dapat sangat mudah digunakan, cepat, efisien dan
ekonomis. Akan tetapi terdapat beberapa kondisi yang dapat dipicu oleh
kompres dingin. Individu dengan riwayat gangguan tertentu memerlukan
pengawasan yang ketat pada terapi dingin. Beberapa kondisi tersebut
diantaranya adalah :
a. Raynaud’s sinderom merupakan kondisi dimana terdapat hambatan
arteri kecil yang menyalurkan darah ketika dilakukan kompres dingin
b. Vaskulitis (peradangan pembuluh darah)
c. Praroxymal cold hemoglobinuria yang merupakan suatu kejadian
pembentukan antibody yang merusak sel darah merah bila tubuh dikenai
dingin.
7. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Kompres dingin kering dengan kirbat es :
a). Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat
b). Selama pemberian kirbat es, perhatikan kulit klien terhadap
keberadaan iritasi dan lain-lain.
c). Pemberian kirbat es untuk menurunkan suhu tubuh harus dikontrol
setiap 5-10 menit.bila suhu sudah turun maka kompres di hentikan
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018
37
d). Perhatikan kulit, kalau kulit pasien berwarna kulit jambu masih bias
dilakukan pengompresan, tapi kalu kulit pasien berwarna gelap
metode ini tidak dapat dilakukan.
e). Pemberian metode ini tidak diberikan kepada pasien yang mempunyai
alergi dingin.
E. Pengaruh Kompres Dingin Pada Nyeri Post Operasi Tonsil
Kompres dingin dapat meredakan nyeri dikarenakan kompres dingin
dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan
edema yang diperkirakan menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih
sedikit.
Pada tindakan kompres dingin dapat memberikan efek fisiologis, seperti
menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah, dan
mengurangi edema. Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin
ringan rasa nyeri yang dirasakan. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit salah satunya dengan tindakan kompres dingin
Penerapan Terapi Kompres..., HANUNG MAULANA HIDAYATULLOH, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2018