bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/kurniasih dwi kusuma...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kejang Demam 1. Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakaranium (Hasan & Alatas, dkk, 2007). Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ngastiyah, 2005). 2. Klasifikasi kejang (Cecily & Linda, 2009) a. Kejang Parsial (Fokal, Lokal) 1) Kejang parsial sederhana Kesadaran tidak terganggu; dapat meliputi satu atau kombinasi dari hal-hal berikut: a) Tanda motorik : kedutan pada wajah, tangan, atau suatu bagian tubuh; biasanya gerakan yang sama terjadi pada setiap kejang, dan dapat menjadi merata. b) Tanda dan gejala otomatis : muntah, berkeringat, wajah merah, dilatasi pupil. 9 Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: buiquynh

Post on 07-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kejang Demam

1. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakaranium (Hasan & Alatas, dkk, 2007). Kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada

anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun

(Ngastiyah, 2005).

2. Klasifikasi kejang (Cecily & Linda, 2009)

a. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)

1) Kejang parsial sederhana

Kesadaran tidak terganggu; dapat meliputi satu atau kombinasi

dari hal-hal berikut:

a) Tanda motorik : kedutan pada wajah, tangan, atau suatu

bagian tubuh; biasanya gerakan yang sama terjadi pada

setiap kejang, dan dapat menjadi merata.

b) Tanda dan gejala otomatis : muntah, berkeringat, wajah

merah, dilatasi pupil.

9

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

9

c) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus:

mendengar suara musik, merasa jatuh dalam suatu ruang,

parestesia.

d) Gejala-gejala fisik : deja vu (seperti siaga), ketakutan,

penglihatan panoramik.

2) Kejang parsial kompleks

a) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai

sebagai suatu kejang parsial sederhana.

b) Dapat melibatkan gerakan otomatisme : bibir mengecap,

mengunyah, mengorek berulang, atau gerakan tangan

lainnya.

c) Dapat tanpa otopatis : tatapan terpaku.

b. Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif)

1) Kejang lena

a) Gangguan kesadaran dan keresponsifan

b) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir

kurang dari 15 detik

c) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan

mempunyai perhatian penuh

d) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering

hilang pada usia 18 tahun.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

10

2) Kejang mioklonik

a) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan

involunter

b) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila

patologis melibatkan hentakan leher, bahu, lengan atas, dan

tungkai secara singkron

c) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi

berkelompok

d) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat

kesadaran singkat

3) Kejang tonik-klonik

a) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik,

kaku otot ekstermitas, tubuh dan wajah secara keseluruhan

yang berakhir kurang dari satu menit; sering didahului

oleh suatu aura.

b) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan

usus

c) Tidak ada respirasi dan sianosis

d) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik

ekstremitas atas dan bawah

e) Latergi, konfusi, dan tidur pada fase postictal.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

11

c. Kejang atonik

1) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya

kelopak mata, kepala terkulai, atau orang tersebut jatuh ke

tanah

2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan

d. Status epileptikus

1) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang

2) Kesadaran antara kejang tidak didapat

3) Potensial depresi pernafasan, hipotensi, dan hipoksia

4) Memerlukan penanganan medis darurat segera

3. Etiologi

Penyebeb kejang demam masih belum dapat dipastikan. Pada

sebagian besar anak, tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan

suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang demam.

Biasanya suhu demam lebih dari 38,8°C dan terjadi saat suhu tubuh

naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama

(Dona L. Wong,2008).

Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, anoksia,

malformasi otak kongenital, faktor genetik, penyakit infeksi

(ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolik,

trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit

degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat

ditemukan penyebabnya (Betz & Sowden, 2009).

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

12

4. Patofisiologi (Ilmu Kesehatan Anak)

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku

untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses

itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan

fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem

kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui

proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan

dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (N+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+

dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar

sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan

bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :

a) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

b) Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,

kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

13

c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit

atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan

meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak

mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa

yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi

perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu

yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium

melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.

Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan

bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang.

Setiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak

menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38°C, sedangkan pada

anak dengan ambang kejang tinggi, kejang dapat terjadi ketika suhu

40°C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa

terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang

yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan

pada tingkat suhu berapa penderita kejang.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

14

5. Manifestasi Klinis (Ngastiyah, 2005)

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang

disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat; misalnya

tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu

demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk

tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.

Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak

tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa

detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya

kelainan saraf. Menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin

timbul pertanyaan sifat kejang atau gejala yang manakah yang

mengakibatkan anak menderita epilepsi. Untuk itu Living Ston

membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu :

a) Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)

b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

fever)

6. Penatalaksanaan manajemen perawatan dan pengobatan

Prinsip manajemen penatalaksanaan dari kejang demam terdiri

dari memberantas kejang segera mungkin, pengobatan penunjang,

memberikan pengobatan rumat, serta mencari dan mengobati faktor

menyebab. Melalui penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

15

dari kejang demam baik dan tidak perlu menjadi penyebab dari

kematian anak. Empat hal yang harus diperhatikan saat merawat anak

dengan kejang demam, yaitubmemberantas kejang dengan segera,

pemberian obat penunjang, memberikan pengobatan rumatan, dan

mencari serta mengobati faktor penyebab (Sodikin, 2012).

a. Tindakan keperawatan saat di rumah sakit

1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan

pertama kali adalah : Air way, Breathing, dan Circulation.

2) Bila hal pertama sudah dapat diatasi, baringkan pasien di

tempat yang datar untuk mencegah terjadinya perpindahan

posisi tubuh kearah yang membahayakan.

3) Atur posisi pasien pada posisi terlentang (miringkan), bukan

posisi tengkurap untuk mencegah aspirasi.

4) Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko

lidah tergigit kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.

5) Singkirkan benda-benda berbahaya dari dekat pasien.

6) Longgarkan pakaian pasien untuk memberikan jalan nafas

yang adekuat bila terjadi distensi abdomen.

7) Berikan obat anti kejang melalui rute rektal, seperti diazepam

berikan dengan dosis 5 mg untuk berat badan kurang dari 10

kg, pada anak dengan berat badan lebih dari 10 kg berikan

dosis 10 mg.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

16

8) Bila suhu tubuh melebihi 38,5°C dan bila memungkinkan

berikan antipiretik (ibuprofen).

9) Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.

b. Tindakan keperawatan pada kejang demam karena hipertermi

1) Kaji riwayat sebelumnya, seperti bila pasien pernah kejang

sebelumnya, berikan antipiretik (ibuprofen) untuk mencegah

kejang, dan ibuprofen diberikan bila suhu tubuh berkisar 38-

39,5°C.

2) Beri kompres hangat secara intensif.

3) Hindari pemberian selimut tebal, karena uap panas akan sulit

dilepaskan.

4) Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.

B. Faktor yang Mempengaruhi Risiko Berulangnya Kejang Demam

1. Usia pertama kali kejang

Usia pertama kali kejang sebagian besar adalah kurang dari

dua tahun. Pada keadaan otak belum matang reseptor untuk asam

glutamat baik ionotropik maupun metabotropik sebagai reseptor

eksitator padat dan aktif, sebaliknya reseptor gamma amino butyric

acid (GABA) sebagai inhibitor kurang aktif, sehingga otak belum

matang eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi. Oleh karena itu,

pada masa otak belum matang mempunyai eksitabilitas neuron lebih

tinggi dibandingkan ya ng sudah matang sehingga disebut sebagai

developmental window dan rentan terhadap bangkitan kejang.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

17

Eksilator lebih dominan dibandingkan inhibitor, sehingga tidak ada

keseimbangan antara eksilator dan inhibitor.

Anak yang mendapatkan serangan bangkitan kejang pada usia

awal developmental window mempunyai waktu lebih lama fase

eksitabilitas neural dibandingkan anak yang mendapatkan serangan

kejang demam pada usia akhir masa developmental window. Apabila

anak mengalami stimulasi berupa demam pada otak fase ekstabilitas

akan mudah terjadi bangkitan kejang. Developmental window

merupakan masa perkembangan otak fase organisasi yaitu pada waktu

anak berumur kurang dari dua tahun sehingga anak yang mengalami

serangan kejang demam pada umur di bawah dua tahun mempunyai

risiko terjadinya bangkitan kejang demam berulang.

2. Jenis kelamin

Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki

daripada anak perempuan dengan perbandingan 1 : 2. Hal ini

disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan

dibandingkan pada laki-laki (Puspita, 2010). Hasil dari penelitian Kiki

(2013) menunjukkan bahwa dari 74 responden sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki sebesar 44 (59,5%) anak, dengan pada kelompok

kasus sebesar 21 (56,8%) anak dan kelompok kontrol 23 (62,2%)

anak. Jenis kelamin perempuan sebesar 30 (40,5%), dengan pada

kelompok kasus sebesar 16 (43,2%) dan kelompok kontrol 14

(37,8%).

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

18

3. Suhu tubuh ketika kejang

Suhu tubuh terdiri dari suhu permukaan (shell temperature) dan

suhu inti (core temperature). Suhu permukaan adalah suhu yang

terdapat pada permukaan tubuh yaitu kulit dan jaringan subkutan,

sedangkan suhu inti adalah suhu yang terdapat pada organ visera yang

terlindungi dari paparan suhu lingkungan sekitar. Suhu inti sering

diartikan sebagai suhu organ otak tempat pusat pengaturan suhu tubuh

berada (Soedarmo, 2010).

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini

tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak

dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38°C,

tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan

terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Kejang demam berulang lebih

sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah, sehingga

penanganannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa

penderita mengalami kejang (Sodikin, 2012).

Suhu tubuh anak ketika kejang sangat berpengaruh terhadap

rekuensi kejang demam. Semakin tinggi suhu tubuh anak semakin

besar pula untuk terjadinya kejang demam. Semakin lama demam,

semakin besar pula anak mengalami bangkitan kejang demam.

4. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga dengan kejang demam adalah salah satu

faktor risiko yang dilaporkan untuk terjadi bangkitan kejang demam.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

19

Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai

faktor risiko untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orang

tua maupun saudara kandung (first degree relative).

Cara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang demam

belum dapat dipastikan, apakah autosomal resesif atau autosomal

dominan. Penetrasi autosomal dominan diperkirakan sekitar 60%-

80%. Bila kedua orang tua tidak mempunyai riwayat pernah menderita

kejang demam maka risiko terjadi kejang demam hanya 9%. Apabila

salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah menderita

kejang demam mempunyai risiko untuk terjadi kekambuhan kejang

demam 20%-22%. Apabila kedua orang tua penderita tersebut

mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam maka risiko

untuk terjadi bangkitan kejang demam meningkat menjadi 59%-64%.

Kejang demam diwariskan lebih banyak oleh ibu dibandingkan ayah,

27% berbanding 7%.

5. Jenis Kejang

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a) Kejang demam sederhana

Ciri dari kejang ini adalah :

1) Kejang berlangsung singkat

2) Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit

3) Tidak terulang dalam 24 jam

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

20

b) Kejang demam kompleks

Ciri kejang ini adalah:

1) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum

didahului kejang parsial

3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

6. Riwayat Prenatal

a. Usia ibu saat hamil

Usia ibu pada saat hamil sangat menentukan status kesehatan

bayi yang akan dilahirkan. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun dapat mengakibatkan berbagai komplikasi

kehamilan dan persalinan. Komplikasi kehamilan diantaranya

adalah hipertensi dan eklamsia, sedangkan gangguan pada

persalinan diantaranya adalah trauma persalinan.

Komplikasi kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan

prematuritas, bayi berat lahir rendah, penyulit persalinan dan

partus lama. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan janin dengan

asfiksia. Pada asfiksia akan terjadi hipoksia dan iskemia. Hipoksia

dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau

meningkatkan fungsi neuron eksitasi, sehingga mudah timbul

kejang bila ada rangsangan yang memadai.

Penelitian yang dilakukan oleh Richardson et. al (2000)

menunjukan bahwa usia ibu hamil kurang dari 20 tahun sebanyak

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

21

3 (7,9%) kejadian kasus dan 11 (7,2%) pada kejadian kontrol,

pada usia ibu hamil antara 20 sampai dengan 29 tahun terdapat 11

(29%) pada kejadian kasus dan 54 (35,5%) pada kejadian kontrol.

Pada usia ibu hamil antara 30 sampai 34 tahun terdapat 13

(34,2%) pada kejadian kasus dan 59 (38,8%) pada kejadian

kontrol, sedangkan pada usia ibu hamil diatas 35 tahun terdapat

11 (29%) pada kejadian kasus dan sebanyak 28 (18,4%) pada

kejadian kontrol.

7. Riwayat Perinatal

a. Usia kehamilan

Usia kehamilan berkaitan dengan kelahiran prematur dan

postmatur. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam

Sarwono (2010) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi

yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

Perkembangan alat-alat tubuh pada bayi prematur kurang

sempurna sehingga belum berfungsi dengan baik. Perdarahan

intraventikuler terjadi pada 50% bayi prematur. Hal ini

disebabkan karena sering menderita apnea, asfiksia berat dan

sindrom gangguan pernafasan sehingga bayi menjadi hipoksia.

Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah.

Kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih

besar bila keadaan ini sering timbul dan tiap serangan lebih dari

20 detik. Daerah yang rentan terhadap kerusakan antara lain di

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

22

hipokampus. Serangan kejang selalu menyebabkan kenaikan

eksitabilitas neuron, serangan kejang cenderung berulang dan

selanjutnya menimbulkan kerusakan yang lebih luas.

Kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari)

atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir disebut

kehamilan postmatur atau postterm (Sarwono, 2010). Keadaan ini

akan terjadi proses penuaan plasenta, sehingga pemasukkan

makanan dan oksigen akan menurun. Komplikasi yang dapat

dialami oleh bayi postterm ialah suhu yang tak stabil, hipoglikemi

dan kelainan neurologik. Gawat janin terutama terjadi pada

persalinan, bila terjadi kelainan obstetrik seperti: berat bayi lebih

dari 4000 gram, kelainan posisi, partus >13 jam, perlu dilakukan

tindakan seksio sesaria. Kelainan tersebut dapat menyebabkan

trauma perinatal (cedera mekanik) dan hipoksia janin yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada otak janin. Manifestasi klinis dari

keadaan ini dapat berupa kejang.

b. Asfiksia

Trauma persalinan akan menimbulkan asfiksia perinatal

atau perdarahan intrakranial. Penyebab yang paling banyak akibat

gangguan prenatal dan proses persalinan adalah asfiksia, yang

akan menimbulkan lesi pada daerah hipokampus, dan selanjutnya

menimbulkan kejang. Pada asfiksia perinatal akan terjadi hipoksia

dan iskemia dijaringan otak. Keadaan ini dapat menimbulkan

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

23

bangkitan kejang, baik pada stadium akut dengan frekuensi

tergantung pada derajat beratnya asfiksia, usia janin dan lamanya

asfiksia berlangsung. Bangkitan kejang biasanya mulai timbul 6-

12 jam setelah lahir dan didapat pada 50% kasus, setelah 12 – 24

jam bangkitan kejang menjadi lebih sering dan hebat. Pada kasus

ini prognosisnya kurang baik. Pada 75% - 90% kasus akan

didapatkan gejala sisa gangguan neurologis, diantaranya kejang.

Hipoksia dan iskemia akan menyebabkan peninggian cairan dan

Na intraseluler sehingga terjadi edema otak. Daerah yang sensitif

terhadap hipoksia adalah inti-inti pada batang otak, talamus, dan

kollikulus inferior, sedangkan terhadap iskemia adalah

“watershead area” yaitu daerah parasagital hemisfer yang

mendapat vaskularisasi paling sedikit. Hipoksia dapat

mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau meningkatnya

fungsi neuron eksitasi, sehingga mudah timbul kejang bila ada

rangsangan yang memadai.

Penelitian oleh Daoud et. al. (2002) di Yordania dengan

menggunakan data selama tahun 1993 sampai dengan 1995 di

Castellammare Stabia Hospital terhadap 156 anak yang

didiagnosa kejang demam pada usia 6-24 bulan menemukan bukti

empiris bahwa kejadian kejang demam dari asfiksia sebanyak 6

(3,8%).

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

24

c. Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500

gram. BBLR dapat menyebabkan asfiksia atau iskemia otak dan

perdarahan intraventikuler. Iskemia otak dapat menyebakan

kejang. Bayi dengan BBLR dapat mengalami gangguan

metabolisme yaitu hipoglikemia dan hipokalsemia. Keadaan ini

dapat menyebabkan kerusakan otak pada periode perinatal.

Adanya kerusakan otak, dapat menyebabkan kejang pada

perkembangan selanjutnya. Trauma kepala selama melahirkan

pada bayi dengan BBLR kurang dari 2.500 gram dapat terjadi

perdarahan intrakranial yang mempunyai risiko tinggi untuk

menjadi komplikasi neurologi dengan manifestasi kejang.

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

25

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian

Sumber : Modifikasi dari Sodikin (2012), Puspita (2010), Cecily

(2009), Dewanti (2012) dan Fuadi (2010)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi risiko

kejang demam berulang :

a. Usia pertama kali

kejang

b. Jenis kelamin

c. Suhu tubuh saat

terjadi kejang

d. Jenis kejang

e. Riwayat keluarga

f. Riwayat prenatal

g. Riwayat perinatal

Penatalaksanaan

1. Saat di rumah sakit

a. Perhatikan

airway, breathing,

dan circulation

b. Baringkan pasien

posisi miring

c. Jauhkan dari

benda berbahaya

d. Longgarkan

pakaian pasien

e. Beri obat anti

kejang

2. Saat hipertermi

a. Kaji riwayat

sebelumnya dan

beri antipiretik

b. Beri kompres

hangat

c. Hindari selimut

tebal

Kejang demam berulang

Kejang parsial

Kejang menyeluruh

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2825/3/Kurniasih Dwi Kusuma Wardani BAB II.pdf · b) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off

26

D. Kerangka Konsep Penelitian

INDEPENDENT

DEPENDENT

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Sugiyono, 2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh antara usia pertama kali kejang, jenis kelamin, suhu

dan jenis kejang dengan kejang demam berulang.

2. Faktor risiko yang paling mempengaruhi risiko kejang demam

berulang adalah usia pertama kali kejang, jenis kelamin, riwayat

kejang, suhu atau jenis kejang.

Kejang demam

berulang

Usia pertama kali kejang

Jenis kelamin

Suhu saat terjadi kejang

Jenis kejang

Faktor-Faktor yang..., Kurniasih Dwi Kusuma Wardani, S1 Keperawatan UMP, 2015