bab ii tinjauan pustaka a. hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/titis sri andijati bab...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi ditegakkan pada lansia apabila tekanan darah secara konsisten terus melebihi 140/90 mmHg (Gallo, 1998). 2. Klasifikasi Hipertensi Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai rekomendasi dari “The Sixth Report of the Join National Comitee on Detection, Evaluation, and Treatment of high blood pressure” (1998) sebagai berikut: Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih. No No Kategori Sistoliknya (mmHg) Diastolik (mmHg) 1. Normal 130 80 2. Prahipertensi 120 – 139 80 – 89 3. Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99 4. Hipertensi derajat 2 160 -179 100-109 5. Hipertensi derajat 3 180-209 110-119 6. Hipertensi derajat 4 210 120 10 Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya

di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi ditegakkan pada lansia

apabila tekanan darah secara konsisten terus melebihi 140/90 mmHg

(Gallo, 1998).

2. Klasifikasi Hipertensi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai

rekomendasi dari “The Sixth Report of the Join National Comitee on

Detection, Evaluation, and Treatment of high blood pressure” (1998)

sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih.

No No Kategori Sistoliknya (mmHg) Diastolik (mmHg) 1. Normal 130 80 2. Prahipertensi 120 – 139 80 – 89 3. Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99 4. Hipertensi derajat 2 160 -179 100-109 5. Hipertensi derajat 3 180-209 110-119 6. Hipertensi derajat 4 210 120

10

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

a. Jenis Hipertensi

(1) Hipertensi esensial / primer

Faktor penyebab hipertensi primer seperti genetik,

lingkungan, kelainan metabolisme intraseluler, yang

meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,

merokok dan kelainan darah atau polisitemia (Lany dalam

Ahmad, 2010). Faktor lain yang ikut berperan sebagai penyebab

hipertensi esensial misalnya faktor keturunan, umur, jenis

kelamin, dan pola makan.Selain itu bisa multi faktor seperti

kerentanan genetik, aktifitas berlebihan system saraf simpatis,

membran transport natrium/kalium yang abnormal, penggunaan

garam yang berlebihan, system rennin - angiotensin - aldosteron

yang abnormal.

(2) Hipertensi sekunder

Menurut Endang Susalit dalam Ahmad (2010) penyebab

hipertensi sekunder seperti gangguan pada :

(a) Ginjal yaitu, gangguan pada ginjal seperti glomerulonefritis,

pielonefritis, tumor, diabetes dan lainnya.

(b) Renovaskuler , yaitu gangguan renovaskuler seperti terjadi

aterosklerosis, hyperplasia, emboli kolesterol, transplantasi.

(c) Adrenal, yaitu gangguan adrenal seperti sindrom cushing,

aldosteronisme primer.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

(d) Aorta, yaitu gangguan pada aorta seperti koarktasio aorta,

arteritis takayasu.

(e) Neoplasma, yaitu tumor wilm, tumor yang mensekresi

rennin.

(f) Kelainan Endokrin, yaitu obesitas, resistensi insulin,

hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, hiperkalsemia.

(g) Saraf, yaitu stress berat, psikosis, stroke, tekanan

intrakranial meningkat.

(h) Toksemia pada kehamilan, adalah preeklampsia, eklampsia,

merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, seringkali

disebut regnancy - induced hyperthension (PIH).

Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan,

dimana kehamilan hipertensi terjadi setelah minggu ke-20

pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah

normal. Sedang eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau

koma pada pasien disertai tanda dan gejala pre eklampsia.

b. Patogenesis/Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan

perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan

tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan

garam yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel.

Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai

banyak pengaruh.

Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah

perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan

sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan

darah dalam jangka panjang.

Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat

misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek

kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal

dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian

yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang

bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi

kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensi dan

vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung

dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam

jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah

cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer

dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan

perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan

renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik,

asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

obesitas dan faktor endotel.

Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain

penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak,

hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan

mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat

menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika

berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang

dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Menurut Lanny

Sustrani da l am Ahmad (2010) gejala–gejala hipertensi antara lain

sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja

keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan

kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil

terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa

berputar.

Dipiro dalam Ahmad (2010), mengemukakan bahwa mekanisme

patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu

penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara

faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah

dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan

perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis,

meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran

sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor

yang terlibat dalam mekanisme hipertensi (Soemantri dan Nugroho,

2006).

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi

oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua

golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem

tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek

yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan

regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal.

Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,

natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada

aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta

homeostatik regulasi tekanan darah (Dipiro dalam Ahmad, 2010).

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

Gambar 2.1 Pengaruh Renin Angiotensin Terhadap Kenaikan Tekanan Darah (Dipiro dalam Ahmad, 2010)

ANGIOTENSINOGEN

Renin

ANGIOTENSIN I

Converting Enzime

ANGIOTENSIN II

Heart

↑ Contractility

↑ Cardiac output

Vasoconstriction

Sympathetic discharge

↑ Total peripheral resistance

Vasopressin

↑ Blood volume

Sodium/water reabsorption

↑ Aldosterone synthetis

↑ Blood pressure

Adrenal Cortex

Kidney Intestine CNS Peripheral nervous system

Vascular Smooth muscle

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

B. Lansia (Lanjut Usia)

1. Pengertian Lansia

Menurut WHO lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age)

adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah

antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah anatara 75 sampai

90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90

tahun.

2. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho,

2006). Tipe tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit di layani, pengkritik

dan banyak menuntut.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

dan melakukan pekerjaan apa saja.

(1) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

dependent (ketergantungan), tipe defensive (bertahan), tipe militant

dan serius, tipe pemarah atau frustasi (kecewa akibat kegagalan

dalam melakukan sesuatu), serta tipe puus asa (benci pada diri

sendiri).

Sedangkan bila di lihat dari tingkat kemandiriannya yang di

nilai berdasakan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari –

hari (indeks kemandirian Katz) , para lansia dapat di golongkan

menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnnya, lansia

mandiri dengan bantuan langsung keluargannya, lansia mandiri

dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan

badan sosial, lansia di anti wredha, lansia yang di rawat di rumah

sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

3. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erikson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau

menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut di pengaruhi

oleh proses tumbuh kembang pada saat sebelumnnya.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnnya

melaukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina

hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnnya, maka pada usia

lanjut mereka akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada

tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi

bercocok tanam, dan lain-lain.

Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusiannya

d. Mempersiapkan peran baru.

4. Peran keluarga dalam perawatan lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia

antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahan kan dan

meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status sosial

ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual

lansia.

5. Pemeliharaan kesehatan pada lansia

Lansia merupakan suatu kelompok heterogen yang berbeda. Individu

lansia dengan kesehatan yang baik, lansia rapuh dengan gangguan

fungsional yang hidup sendiri di rumahnya, dan rumah-rumah jompo

dalam institusi-institusi perawatan yang ada, di mana masing-masing dari

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

mereka membutuhkan tingkat promosi kesehatan dan aktivitas-aktivitas

pencegahan penyakit yang cocok. Keheterogenitasan ini harus di

pertimbangkan dalam merekomendasikan suatu strategi pencegahan dan

pemeliharaan kesehatan mereka. Meskipun banyak gangguan pada lansia

saat ini, bersifat kronis dan tidak terobati, pendeteksian awal serta

pengobatan terhadap masalah-masalah yang berkenaan dengan fungsi diri

pasien, merupakan suatu tujuan yang cukup beralasan untuk pelaksanaan

hal tersebut di atas.

6. Perubahan fisiologis pada lansia

a. Penyakit kardiovaskuler serta serebrovaskular

Faktor- faktor resiko yang terjadinya penyakit kardiovaskuler

dan serebrovaskular hamper serupa; faktor-faktor ini meliputi

hipertensi, peningkatan kadar kolesterol darah, dan intoleransi

glukosa. fibrilasi atrium mungkin merupakan faktor resiko yang

khusus untuk penyakit serebrovasklar di antara lansia. Faktor-faktor

perilaku seperti merokok, konsumsi alkohol, diet lemak, dan gaya

hidup monoton dapat memainkan peranan yang cukup besar

terhadap terjadinya penyakit-penyakit tersebut di atas.

b. Tekanan darah

Tekanan darah harus selalu di periksa dalam setiap kunjungan.

Peningkatan tekanan darah harus di konfirmasi kan dalam tiga

kesempatan yang berbeda. Diagnosa hipertensi di tegakkan apabila

tekanan darah secara konsisten terus melebihi 140/90 mmHg.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

Hipertensi sistolik terisolasi tampak berkaitan dengan efek-efek

pendahulu yang telah didiskusikan sebelumnya bahkan di antara

kelompok lansia yang benar-benar lanjut.

c. Auskultasi arteri karotis

Auskultasi arteri-arteri karotis tidak di rekomendasikan

terhadap individu-individu asimtomatik, karena endarterektomi

hanya efektif pada arteri-arteri karotis simtomatik, dan stenosis-

stenosis tertentu saja. Bila gejala-gejala yang memperkirakan

terjadinya serangan iskemik sementara, maka arteri-arteri karotis

pasien harus di evaluasi.

d. Kolesterol

Meskipun kaitan antara kolesterol serum pada resiko penyakit

arteri koroner mungkin sudah tidak terlalu kuat pada lansia usia

lanjut namun, intervensi ini masih memiliki pengaruh yang cukup

kuat, karena serangan-serangan kardiovaskuler serta angina

merupakan bentuk-bentuk penyakit yang lazim ditemukan (resiko

yang terkadang pada populasi tingkat tinggi).

Setidaknya di antara orang berusia 70 tahun dan lebih,

hipertensi kolestrolemia bukan merupakan suatu faktor resiko yang

penting untuk mortalitas atau morbilitas kardiovaskuler.

Seorang lansia berusia 60 tahun dan dalam keadaan sehat

mungkin masih memiliki harapan hidup selama 20 tahun mendatang,

namun pemeriksaan kolesterol mungkintidak di lakukan pada pasien-

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

pasien dengan prognosa atau kualitas kehidupan yang buruk. Hal ini

merupakan suatu contoh cara di mana kita membutuhkan lebih

banyak pedoman dalam merawat lansia.

C. Gaya hidup

1. Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup adalah gaya hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungannya (Sakinah, 2002).

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola

perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,

mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat

meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak

merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur

dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain

(Muhammadun dalam Ahmad, 2010)

a. Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup

pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang

memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas)

maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi garam dan

makanan berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

b. Tidak melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas

(gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang

digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini tergantung dari usia dan

status kesehatan yang bersangkutan.

c. Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan

narkoba.

d. Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan

mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk

mempertahankan kesehatannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup

Sarafino (1998) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa

faktor umum dari kesehatan yang berkaitan dengan perilaku antara lain:

a. Faktor pembelajaran

Proses belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-

hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan

dan nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan sendiri. Hal ini dapat

diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam

dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang

tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan

sesuatu. Dalam proses belajar itu sendiri tidak lepas dari latihan 13

atau sama halnya dengan pembiasaan yang merupakan

penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-

ulang aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

terjadi dalam taraf biologis tetapi apabila selanjutnya berkembang

dalam taraf psikis maka kedua gejala itu akan menjadi proses

kesadaran sebagai proses ketidak sadaran yang bersifat biologis yang

disebut proses otomatisme sehingga proses tersebut menghasilkan

tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat.

b. Faktor sosial dan emosi

Menurut Taylor et al (1997) perilaku sehat sangat efektif bila

didukung oleh situasi sosial yang baik. Keluarga, teman dekat, teman

kerja dan lingkungan sekitar merupakan komponen penting dari

terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung

kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak

sulit bagi penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu

pula sebaliknya perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak

mendukung, sehingga dapat diketahui bahwa faktor sosial dapat

berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan tidak sehat. Selain

faktor sosial, faktor emosi juga dapat berperan dalam terbentuknya

perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau

permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan

dengan kegiatan positif namun bahkan ada pula yang melakukan

kegiatan yang dapat menambah buruk keadaan.

c. Faktor persepsi dan kogitif

Sarafino (1998) menyebutkan bahwa faktor kognitif

memerankan peranan penting dalam perilaku sehat seseorang.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui dengan pasti

mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara

mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu

apakah perilaku tersebut baik atau buruk.

Sebagian orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat

mereka sakit. Oleh karenanya banyak di antara mereka melakukan

perubahan kegiatan sehari-hari dengan menghindari merokok, makan

berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi makanan hanya

ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh dari

sakitnya tersebut. Menurut Levy et al (1984) perilaku sehat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

1) Faktor sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga

negara serta bisa berhubungan secara hangat bersamanya.

2) Faktor emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu.

Hal penting dari kesehatan emosi adalah kemampuan individu

untuk memahami emosinya dan mengetahui cara penyelesaian

bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres dan bisa

melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.

3) Faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya

kebutuhan dasar tubuh sesuai kebutuhannya. Mengetahui kapan

tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain dan lain sebagainya.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

4) Faktor spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu

tentang kesehatan. Banyak orang percaya bahwa sehat juga

dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran yang ada di benaknya.

5) Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang

memperkenalkan gaya hidup sehat. Perilaku atau gaya hidup

sehat tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai kebutuhan,

tidur cukup, menghindari minuman alkohol dan rokok, berat

badan normal serta latihan jasmani secara teratur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor

pembelajaran, faktor sosial dan emosi, faktor persepsi dan kognitif,

faktor pemenuhan kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta adanya

promosi gaya hidup sehat.

3. Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup

Menurut Levy et al (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya

hidup sehat antara lain adalah sebagai berikut:

a. Gerak badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar

tidak kaku dan menjaga stamina tubuh, karena apa yang tidak

digunakan tubuh akan tidak berguna dan hilang. Olahraga secara

teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang berat atau mahal

tetapi secara rutin akan lebih baik

b. Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah

beraktifitas dan juga untuk menenangkan pikiran. Tidur yang cukup

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

di malam hari 8 jam akan memulihkan kelelahan sepanjang hari dan

siap untuk bekerja esok hari.

c. Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu

terbaik dan jumlah minimum serta dimakan dalam waktu yang tepat.

d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan bebas

digunakan untuk pemakaian dalam dan luar.

e. Udara, dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses

kesehatan yaitu dengan menghirup dalam-dalam dan melepaskannya

pelan-pelan baik malam dan siang.

f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai sumber kehidupan akan

bermanfaat bila digunakan sebaik-baiknya. Terlalu banyak terkena

sinar matahari akan mengakibatkan kangker kulit dan terlalu

sedikitpun juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.

g. Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi

sesuatu secara berlebihan.

h. Menghindari rokok dan minuman keras merupakan upaya penting

untuk terhindar dari penyakit. Telah terbukti bahwa kebiasaan ini

mengakibatkan berbagai penyakit berat yang mengakibatkan

kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus ditanggung karena

tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengkonsumsi

kedua jenis pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan

sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk tersebut.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

i. Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki masalah

yang harus dihadapi dan diselesaikan. Setiap masalah akan

terselesaikan dengan baik apabila dihadapi dengan pikiran tenang dan

emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan pengalaman

emosional negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang

membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress

kelenjar adrenal anda memompa keluar hormon stress yang

mempercepat tubuh anda,denyut jantung anda meningkat dan kadar

gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat dialihkan ke

otot-otot anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal sebagai

respon fight atau flight.

j. Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk selalu

berbuat yang positif dan terbaik.

Hal ini juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat

diungkapkan hanya dengan empat kalimat yaitu makan yang pantas,

berolah raga dengan takaran yang pas, berhenti merokok dan

menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga keseimbangan.

Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga takarannya.

Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap

orang adalah 70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan

berhenti ketika perut masih dalam keadaan lapar.

Menurut Soehardjo (1999), konsep gaya hidup sangat berguna

dalam penelitian perilaku makan, jika digabungkan dengan perbedaan

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

antar budaya dan pendekatan holistik. Dari sudut pandang antropologi,

gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial,

budaya dan keadaan. Faktor makanan memegang peranan penting

terhadap gaya hidup di Indonesia, terutama di daerah perkotaan.

Perbaikan standar hidup dan keadaan ekonomi dapat mengubah gaya

hidup yang memungkinkan seseorang masuk golongan yang memiliki

faktor risiko penyakit degeneratif.

Menurut Buckman (1999), gaya hidup yang menyebabkan

hipertensi terdiri atas lima aspek yaitu kebiasaan makan, minum alkohol,

merokok, kegiatan fisik yang kurang dan stress. Temuan ini bisa

dipahami faktanya mengingat gaya hidup modern dimana hidup

dihadapkan dengan kerja keras, situasi penuh tekanan, dan stres yang

berkepanjangan tidak jarang dihadapi dengan merokok, minum alkohol

atau minuman berkafein. Padahal semua itu termasuk penyebab yang

meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes

melitus. Belum lagi perilaku berisiko lain seperti tidak cukup konsumsi

serat, vitamin dan mineral yang bersumber dari sayur dan buah,

kebiasaan mengkonsumsi makanan berisiko seperti jeroan, makanan

berlemak, makanan asin, makanan/minuman manis, juga kurangnya

aktivitas fisik.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

D. Kerangka Teori

Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan

seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

1. Faktor genetik atau keturunan

Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat

bawaan dari orang tua. Hipertensi atau darah tinggi merupakan suatu

kondisi yang di turunkan, bakat ini bisa dari orang tua, paman, kakek.

2. Faktor pelayanan kesehatan

Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa.

Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan

kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas

dan posyandu menjadi ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan

masyarakat.

3. Faktor lingkungan

Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status

kesehatan masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi

sawah maupun tumbuhan memainkan peranan disini. Tetapi

bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat

diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi

ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.

Faktor lingkungan di sini seperti stress, dan masyarakat yang tinggal

di sekitar pantai juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi.

Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivitas saraf

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

simpatis. saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak

beraktifitas, peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress

berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat

perkotaan lebih tinggi daripada masyarakat pedesaan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat

yang tinggal dikota. Berdasarkan populasi hipertensi dan dibuktikan

bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya hipertensi

dikemudian hari

4. Faktor Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah

apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Perilaku yang dapat

menimbulkan hipertensi antara lain merokok, konsumsi garam berlebih,

konsumsi alkohol.

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian Ket: Di teliti: (garis putus-putus) Teori Status kesehatan Hendrik L. Blum

Sumber: Hidayat 2011

Psikomotor

Lingkungan (social ekonomi)

Hipertensi Pelayanan kesehatan

Pola hidup/Perilaku

Kognitif

Afektif kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih, riwayat merokok, kebiasaan minum kopi, olahraga, jumlah istirahat tidur

Hereditas

Status kesehatan

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/5603/3/Titis Sri Andijati BAB II.pdfMekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan

E. Kerangka Konsep

Independen Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah ada hubungan

antara gaya hidup (kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih, riwayat

merokok, kebiasaan minum kopi, olahraga, jumlah istirahat tidur) dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Rumah Sakit Prof. dr. Margono Soekardjo.

Faktor Resiko

1. Gaya Hidup

a. kebiasaan mengkonsomsi garam berlebih,

b. riwayat merokok, c. kebiasaan minum kopi, d. olahraga e. jumlah istirahat tidur

Hipertensi

Pengaruh Gaya Hidup..., Titis Sri Andijati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013