bab ii tinjauan pustaka 2.1 sap 2000 2.1.1 sejarah dan ... ii.pdf · jembatan cable-stayed...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SAP 2000
2.1.1 Sejarah dan Perkembangannya
SAP2000 dikembangkan berdasarkan program SAP1 pada sekitar tahun 1975.
Program SAP1 adalah suatu program komputer yang diciptakan oleh Prof. Edward L.
Wilson, guru besar University of California, Berkeley, California, USA. Pada tahun
1975, versi komersial dari program tersebut dilansir oleh perusahaan Computer and
Structure Inc. (CSI) pimpinan Ashraf Habibullah. Sampai sekarang, program tersebut
dikenal di dunia sebagai pioner di bidang software rekayasa struktur dan kegempaan.
Sebagai software yang tumbuh di lingkungan perguruan tinggi, banyak yang
mempelajari source code program tersebut dan menjadi cikal bakal program analisa
struktur serupa lainnya. Saat ini, software CSI telah dipakai lebih dari 160 negara dan
dipakai untuk perencanaan pada proyek-proyek besar. Seperti Taipei 101 Tower
(Taiwan), One World Trade Center (New York), Stadium Birds Nest (Beijing), dan
Jembatan Cable-Stayed Centenario yang melintasi Selat Panama.
Pada awalnya program SAP dibuat untuk main-frame. Versi PC dari program
SAP dikeluarkan pada tahun 1980 yaitu SAP80 dan tahun 1990 menjadi versi SAP90.
Semuanya dalam sistem operasi DOS. Ciri-ciri dari sistem operasi tersebut yaitu
memakai file untuk memasukkan input data. Ketika PC beralih dari DOS (teks) ke
Windows (grafis), versi SAP2000 dikeluarkan. Saat ini versi PC yang terakhir adalah
SAP2000v17. Versi ini cukup canggih karena dapat digunakan untuk melakukan
analisa non-linier (deformasi besar, gap/kontak), kabel, beban ledak dan tahapan
konstruksi. Tetapi untuk kasus-kasus sederhana (umum) antara program versi lama
dan baru tidak memberi suatu perbedaan yang signifikan, bahkan cenderung persis
sama.
5
2.1.2 Model Struktur
Pada SAP2000, model yang digunakan dalam analisis dan desain
didefinisikan oleh pengguna dengan memanfaatkan graphical user interface facility
sebagai konsep dasar program berbasis Windows. Model tersebut biasanya dilengkapi
dengan fitur-fitur yang mewakili struktur, antara lain:
Properti material.
Elemen frame untuk menunjukkan balok, kolom, dan rangka batang.
Elemen shell untuk menunjukkan dinding, lantai, dan elemen-elemen yang tipis.
Joints untuk menunjukkan hubungan antara elemen-elemen.
Restraints dan Springs untuk perletakan titik.
Pembebanan, termasuk berat sendiri, gempa, angin dan sebagainya.
Setelah menganalisis struktur, maka model juga menampilkan simpangan, gaya-
gaya dalam, maupun reaksi-reaksi pada join-join tertentu sesuai dengan
pembebanan yang telah ditentukan.
2.1.3 Sistem Koordinat
Semua posisi struktur dalam model merupakan bagian dari suatu sistem
dengan tiga sumbu utama yang disebut X, Y, Z dan saling tegak lurus. Dalam
pemodelan dan analisi degunakan metode finite element. Sistem ini merupakan sistem
tiga dimensi, sesuai dengan aturan tangan kanan dan sistem koordinat kartesian
(rectangular).
Setiap komponen dalam model (joint, elemen frame, elemen shell dan
sebagainya) masing-masing memiliki sistem koordinat lokal dengan sumbu 1, 2 dan
3. Koordinat tersebut digunakan untuk menentukan properti, pembebanan, dan respon
untuk komponen tersebut. Dalam mengembangkan model yang dibuat, pengguna
dapat menentukan sistem koordinat tambahan.
Finite element adalah suatu metode numerik yang memanfaatkan operasi
matrik untuk menyelesaikan masalah-masalah fisik. Semakin rumit perilaku fisiknya
(karena kerumitan bentuk geometri, banyaknya interaksi beban, constraint, sifat
6
material, dll) maka semakin sulit atau bahkan mustahil dibangun suatu model
matematik yang bisa mewakili permasalahan tersebut. Alternatif metodenya adalah
membangun model matematik yang lebih sederhana, dengan cara membagi kasus tadi
menjadi bagian-bagian kecil yang sederhana. Kemudian interaksi antar bagian kecil
tersebut ditentukan berdasarkan fenomena fisik yang akan diselesaikan. Metode ini
dikenal sebagi metode elemen hingga, karena kita membagi permasalahan menjadi
sejumlah elemen tertentu (finite) untuk mewakili permasalahan yang sebenarnya
jumlah elemennya adalah tidak berhingga (kontinum).
2.2 Metode Statik Ekuivalen
Metode statik ekuivalen merupakan metode penyederhanaan dari perhitungan
beban gempa sebenarnya. Pada metode statik ekuivalen, beban gempa berupa
percepatan tanah diganti dengan beban lateral statik yang bekerja pada tiap tingkat
bangunan. Besarnya gaya geser dasar dari metode statik ekuivalen bergantung dari
koefesien respon seismik (Cs) dan berat total bangunan (W).
Persamaan yang digunakan dalam menghitung gaya geser dasar dalam metode
statik ekuivalen adalah sebagai berikut.
V = Cs.W (2.1)
Keterangan:
V = gaya geser dasar
Cs = koefesien respons seismik
W = berat bangunan
Penentuan koefesien respon seismik dihitung berdasarkan Pasal 7.8.1.1 SNI-1726-
2012 dengan ketentuan sebagai berikut.
7
Cs =
e
DS
I
R
S (2.2)
Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak boleh melebihi
persamaan berikut.
Cs =
e
DI
I
RT
S (2.3)
Keterangan:
SD1 = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1 detik
T = perioda fundamental struktur
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan tersebut tidak boleh kurang dari
persamaan berikut.
Cs = 0,044SDSIe > 0,01 (2.4)
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1 sama dengan
atau lebih besar dari 0,6g , maka Cs harus tidak kurang dari persamaan berikut.
Cs =
eI
R
S15,0 (2.5)
8
Sedangkan gaya gempa lateral di tiap tingkat harus ditentukan dari persamaan
berikut.
Fx = Cvx V (2.6)
Dan
Cvx =
n
i
k
ii
k
xx
hw
hw
1
Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
wi dan wx = berat total bangunan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut.
Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang k = 1, untuk
struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih k = 2, untuk struktur
yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik k harus sebesar 2 atau harus
ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2.
2.3 Metode Auto Load
Metode auto load merupakan salah satu metode analisis beban gempa statis
pada SAP2000. Dalam penggunaan metode auto load, ada beberapa peraturan (codes)
yang dapat digunakan sebagai acuan. Digunakan IBC 2009 (International Building
Codes 2009) karena merupakan acuan dari SNI-1726-2012. Ada beberapa parameter
yang harus diganti dalam input beban gempa auto load pada SAP2000. Parameter
tersebut disesuaikan dengan SNI-1726-2012 yaitu Ss, S1, kelas situs lokasi bangunan,
R, Cd, Ωo, Ie dan perioda fundamental struktur.
(2.7)
9
2.4 Metode Response Spectrum
Metode response spectrum merupakan salah satu analisis beban gempa
dinamis sesuai SNI-1726-2012. Analisis beban gempa response spectrum
menggunakan spektrum respons desain dalam pembebanan gempa. Grafik response
spectrum merupakan hasil plot nilai tanggapan/respons maksimum terhadap fungsi
beban tertentu untuk semua sistem derajat kebebasan tunggal yang memungkinkan.
Absis dari grafik tersebut berupa frekuensi (atau perioda/waktu) dan ordinat berupa
nilai respons maksimum (Paz,1985).
Dalam Pasal 6.4 SNI-1726-2012 ditentukan ketentuan-ketentuan dalam
membuat grafik spektrum respons desain. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan desain
Sa harus diambil dari persamaan berikut.
𝑆𝑎= 𝑆𝐷𝑆(0,4 + 0,6𝑇
𝑇0) (2.8)
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan 𝑇𝑜 dan lebih kecil dari atau
sama dengan 𝑇𝑠, spektrum respons percepatan desain 𝑆𝑎 sama dengan 𝑆𝐷𝑆.
3. Untuk perioda lebih besar dari 𝑇𝑠, spektrum respons percepatan desain 𝑆𝑎
diambil berdasarkan persamaan berikut.
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷1
𝑇 (2.9)
Keterangan:
𝑆𝐷𝑆 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek
𝑆𝐷1 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik
𝑇 = perioda getar fundamental struktur
𝑇𝑜 = 0,2 𝑆𝐷1
𝑆𝐷𝑆 (2.10)
𝑇𝑆 = 𝑆𝐷1
𝑆𝐷𝑆 (2.11)
Grafik spektrum respons desain adalah grafik hubungan antara perioda dan
percepatan respons spektra seperti pada Gambar 2.1
10
Dalam SNI-1726-2012 ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam
analisis beban gempa response spectrum. Dalam Pasal 7.9.1 SNI-1726-2012
disebutkan bahwa jumlah ragam vibrasi (mode) yang ditinjau harus sedemikian rupa
sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total (mass participating
ratio) harus mencapai sekurang-kurangnya 90%. Syarat penjumlahan ragam
ditentukan dalam Pasal 7.9.3 SNI-1726-2012. Dalam menentukan penjumlahan
respons ragam untuk struktur yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan yaitu
kurang dari 15% dilakukan dengan metode Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete
Quadratic Combination atau CQC). Sedangkan untuk struktur yang memiliki waktu
getar alami yang berjauhan dilakukan dengan metode Akar Jumlah Kuadrat (Square
Root of the Sum of Squares atau SRSS).
Gambar 2.1 Spektrum Respons Desain
Sumber: SNI-1726-2012
Pada SAP2000 analisis response spectrum dilakukan dengan input grafik
spektrum respons desain. Hal yang harus diperhatikan dalam input pada SAP2000
11
adalah skala input/faktor skala. Skala input untuk beban gempa response spectrum
adalah sebagai berikut.
𝑓 = 𝐼𝑒
𝑅 (2.12)
Keterangan:
f = faktor skala
Ie = faktor keutamaan gempa
R = koefesien modifikasi respons
Nilai faktor skala dinyatakan dalam percepatan gravitasi bumi (g) yaitu 9,81 m/detik2.
2.5 Metode Time History
Metode time history merupakan salah satu analisis beban gempa dinamis
sesuai SNI-1726-2012. Analisis beban gempa time history menggunakan data
akselerogram gempa per satuan waktu. Akselerogram gempa harus diambil dari
rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi
geologi, topografi, dan seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur gedung yang
ditinjau berada. Beberapa contoh akselerogram gempa yang digunakan ditampilkan
pada Gambar 2.2.
Sama halnya dengan metode response spectrum, analisis beban gempa time
history pada SAP 2000 dilakukan dengan input data akselerogram gempa. Hal yang
harus diperhatikan dalam input pada SAP2000 adalah skala input/faktor skala.
Percepatan puncak muka tanah asli dari gempa masukan harus diskala ke taraf
pembebanan gempa nominal. Skala input untuk beban gempa time history adalah
sebagai berikut.
𝐴 = 𝐴𝑜𝐼𝑒
𝑅 (2.13)
𝑓 = 𝐴
𝐴𝑚𝑎𝑥
(2.14)
12
Keterangan:
A = nilai percepatan puncak
AO = percepatan puncak muka tanah pada lokasi bangunan
Amax = percepatan puncak rekaman gempa
f = faktor skala
Ie = faktor keutamaan gempa
R = faktor modifikasi respons
Nilai faktor skala dinyatakan dalam percepatan gravitasi bumi (g) yaitu 9,81 m/detik2.
Gambar 2.2 Contoh Rekaman Ground Motion
Sumber: Chopra (1995)
13
2.6 Ketentuan Pembebanan Gempa SNI-1726-2012
2.6.1 Struktur Bangunan Gedung Tidak beraturan
Struktur bangunan gedung tidak beraturan diklasifikasikan ke dalam dua tipe.
Yaitu ketidakberaturan horizontal dan ketidakberatutan vertikal. Tipe struktur dengan
ketidakberaturan horizontal diatur dalam Tabel 10 SNI-1726-2012. Sedangkan
ketidakberaturan vertikal diatur dalam Tabel 11 SNI-1726-2012.
2.6.2 Faktor Keutamaan (Ie) dan Kategori Risiko Struktur Bangunan
Dalam menentukan kategori risiko bangunan dan faktor keutamaan bangunan
bergantung dari jenis pemanfaatan bangunan tersebut. Kategori risiko struktur untuk
bangunan gedung dan non gedung diatur pada Tabel 1 SNI-1726-2012. Sedangkan
pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan
(Ie) menurut Tabel 2 SNI-1726-2012.
2.6.3 Wilayah Gempa dan Spektrum Respons
1. Parameter Percepatan Terpetakan
Parameter Ss merupakan percepatan batuan dasar pada perioda pendek
sedangkan S1 merupakan percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik. Parameter-
parameter tersebut ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2
detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik pada Pasal 14 SNI-1726-2012
dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50
tahun) dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
2. Kelas Situs
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai
kelas situs SA, SB, SC, SD ,SE, atau SF. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi
secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situs-nya, maka kelas situs SE dapat
digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data geoteknik
yang dapat menentukan kelas situs SF.
14
3. Koefesien-Koefesien Situs dan Parameter-Parameter Respons Spektral
Percepatan Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Risiko-Tertarget
(MCER)
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda
1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifkasi getaran terkait percepatan pada
getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan pada getaran
perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek
(SMS) dan perioda 1 detik (SM1) ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
SMS= FaSs (2.15)
SM1=FvS1 (2.16)
Keterangan:
SS = percepatan batuan dasar pada perioda pendek
S1 = percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik
Koefisien situs Fa, dan Fv diatur pada Tabel 4 dan 5 SNI-1726-2012.
4. Parameter Percepatan Spektral Desain
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek (SDS) dan pada
perioda 1 detik (SD1), ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
SDS = 3
2SMS (2.17)
SD1 = 3
2SMS1 (2.18)
2.6.4 Kategori Desain Seismik
Kategori desain seismik bangunan ditetapkan berdasarkan kategori
risiko bangunan dan parameter respons spektral percepatan desain yaitu SDS
dan SDI. Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam
kategori desain seismik berdasarkan Tabel 6 dan 7 SNI-1726-2012.
15
Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana
parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik (S1)
lebih besar atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur dengan kategori risiko IV yang berlokasi
di mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1
detik (S1) lebih besar atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai
struktur dengan kategori desain seismik F. Apabila S1 lebih kecil dari 0,75,
kategori desain seismik ditentukan sesuai Tabel 6 saja.
2.6.5 Faktor R, Cd dan Ωo
Faktor koefesien modifikasi respon (R), pembesaran defleksi (Cd) dan faktor
kuat lebih sistem (Ωo) ditentukan berdasarkan Tabel 9 SNI-1726-2012. Faktor-faktor
tersebut ditentukan berdasarkan sistem penahan gaya seismik struktur bangunan.
2.6.6 Penentuan Perioda
Untuk menentukan perioda fundamental struktur (T), digunakan perioda
fundamental pendekatan (Ta). Perioda fundamental pendekatan (Ta) dalam detik,
ditentukan dari persamaan berikut.
Ta = x
nt hC (2.19)
Keterangan:
hn = ketinggian struktur dalam (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur
Koefisien Ct dan x ditentukan dari Tabel 15 SNI-1726-2012.
Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan perioda fundamental pendekatan (Ta)
dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi
12 tingkat, dimana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen
beton atau baja keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m.
Ta = 0,1N (2.20)
Keterangan:
16
N = jumlah tingkat
Periode fundamental pendekatan (Ta) dalam detik untuk struktur dinding geser batu
bata atau beton ditentukan dari persamaan berikut.
Ta = n
w
hC
0062,0 (2.21)
Dimana koefesien Cw dihitung dari persamaan berikut.
Cw =
x
i
i
i
i
i
n
B
D
h
A
h
h
A 12
2
83,01
100 (2.22)
Keterangan:
AB = luas dasar struktur, dinyatakan dalam meter persegi, m2
Ai = luas badan dinding geser "i" dinyatakan dalam meter persegi, m2
Di = panjang dinding geser "i" dinyatakan dalam meter, m
hi = tinggi dinding geser "i" dinyatakan dalam meter, m
x = jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan gaya
lateral dalam arah yang ditinjau
2.6.7 Batasan Simpangan Antar Lantai Tingkat
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan
antar lantai tingkat ijin (∆a). Simpangan antar lantai tingkat ijin (∆a) ditentukan dalam
Tabel 16 SNI-1726-2012. Nilai dari Simpangan antar lantai tingkat ijin (∆a)
bergantung dari kategori risiko dan sistem struktur bangunan.
Tabel-tabel dalam pembebanan gempa berdasarkan SNI-1726-2012 ditampilkan
dalam lampiran A.
17
2.7 Struktur Baja
2.7.1 Metode LRFD (Load and Resistance Factor Design)
1. Konsep Dasar Metode LRFD
LRFD adalah suatu metode perencanaan struktur dimana keadaan batas tidak
dilampaui sewaktu struktur mengalami semua kombinasi faktor beban. Keadaan batas
adalah suatu keadaan struktur/komponen struktur tidak aman. Komponen struktur
dapat mempunyai beberapa keadaan batas yaitu keadaan batas kekuatan (strength
limit states) atau keadaan batas layan (serviceability limit states). Keadaan batas
kekuatan berhubungan dengan keamanan dan kapasitas beban maksimum, misal
sendi plastis, tekuk (buckling), sedangkan keadaan batas layan berhubungan dengan
kondisi di bawah kondisi layan normal misalnya deformasi dan getaran.
Formulasi metode LRFD secara umum adalah:
R nQγ ii (2.23)
Keterangan:
𝛾𝑖 = faktor beban
Qi = variasi beban
Ø = faktor reduksi
Rn = kuat/ketahanan nominal
Ruas kiri pertidaksamaan adalah kuat perlu dan ruas kanan adalah kuat
rencana. Kuat perlu berhubungan dengan kombinasi beban yang dikalikan dengan
faktor beban. Beban yang bekerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku
sedangkan faktor beban didapatkan dari hasil statistik beban. Kuat rencana dihasilkan
dari hasil kali kuat nominal dengan faktor reduksi atau faktor ketahanan. Nilai faktor
reduksi selalu lebih kecil dari satu.
18
2. Faktor Reduksi
Faktor reduksi adalah faktor yang dipakai untuk mengalikan kuat nominal
untuk mendapatkan kuat rencana. Dalam Tabel 6.4.2 SNI-03-1729-2012, nilai faktor
reduksi ditentukan sebagai berikut.
1. Komponen struktur yang memikul lentur 0,90
2. Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial
a. Kuat penampang 0.85
b. Kuat komponen struktur 0.85
3. Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial
a. Terhadap kuat tarik leleh 0.90
b. Terhadap kuat tarik fraktur 0.75
4. Komponen struktur yang memikul aksi kombinasi
a. Kuat lentur atau geser 0.90
b. Kuat tarik 0.90
c. Kuat tekan 0.85
5. Komponen struktur komposit
a. Kuat tekan 0.85
b. Kuat tumpu beton 0.60
c. Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastis 0.85
d. Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastis 0.90
6. Sambungan baut
a. Baut memikul geser 0.75
b. Baut memikul tarik 0.75
c. Baut memikul kombinasi geser tarik 0.75
d. Lapis yang memikul tumpu 0.75
7. Sambungan las
a. Las tumpul penetrasi penuh 0.90
b. Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian 0.75
c. Las pengisi 0.75
19
2.7.2 Komponen Struktur Lentur
Komponen struktur yang menerima lentur murni jarang dijumpai di lapangan.
Umumnya gaya lentur akan berkombinasi dengan geser (pada balok) ataupun dengan
aksial (pada balok kolom). SNI-03-l729-2012 menyatakan komponen struktur lentur
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
Mu ≤ Mn (2.24)
Mu adalah momen lentur terfaktor terhadap sumbu utama (sumbu X) atau terhadap
sumbu lemah (sumbu Y). Mn adalah kuat nominal dari momen lentur penampang
terhadap sumbu utama atau terhadap sumbu lemah dan adalah faktor reduksi lentur
= 0,9.
1. Kuat lentur nominal
Kuat lentur nominal pada balok ditentukan oleh dua faktor yaitu kelangsingan
penampang ( ) dan panjang bentang (L).
a. Kuat nominal berdasarkan kelangsingan
Jika penampang bolak merupakan penampang kompak yaitu ≤ p, kuat
lentur nominal balok (Mn) adalah:
Mn = Mp = Z. fy (2.25)
Balok dengan penampang tidak kompak yaitu p < ≤ r, kuat lentur nominal
balok Mn adalah:
Mn = Mp – (Mp – Mr) pr
p
Keterangan:
= ratio tebal lebar penampang
p = batas penampang kompak
r = batas penampang tidak kompak
Mp = momen plastis
Mr = momen dengan tegangan sisa
Untuk balok dengan penampang langsing, r ≤ , kuat nominal balok adalah:
(2.26)
20
Mn = Mr
2
r
b. Kuat nominal berdasarkan panjang bentang
Pada balok dengan bentang pendek yaitu L ≤ Lp, kuat lentur nominal Mn
balok adalah:
Mn = Mp Z.fy (2.28)
Pada balok dengan bentang menengah yaitu Lp < L ≤ Lr, kuat lentur nominal Mn
balok adalah:
Mn = Cb MpLpLr
LLrMrMpMr
)(
12.5 Mmax
Cb =
2,5 Mmax + 3MA + 4MB + 3MC
Keterangan:
Cb = faktor pengali momen untuk tekuk lateral
Mmax = momen maksimum sepanjang bentang
MA = momen pada titik ¼ L
MB = momen pada titik ½ L
MC = momen pada titik ¾ L
Nilai cb dapat juga diambil dari ketentuan sebagai berikut.
Tipe Beban Pengaku Lateral Cb
Beban merata Tanpa pengaku 1.14
Dengan pengaku 1.30
Beban terpusat di tengah Tanpa pengaku 1.32
Dengan pengaku di tengah 1.67
Nilai Lp dan Lr untuk penampang I atau C ganda serta penampang kotak pejal atau
berongga ditentukan sebagai berikut.
a. Untuk penampang I atau kanal ganda
Lp = 1,76 ry
fy
E
(2.27)
(2.29)
(2.31)
(2.30)
21
Lr = ry ).1(1 2
21 fLX
fl
X
X1 = 2
... AJGE
S
X2 = 4 ly
Iw
JG
S2
.
Keterangan:
J = konstanta puntir torsi, mm4
Iw = konstanta puntir lengkung, mm6
Untuk profil I nilai tersebut sebagai berikut.
J = 33 ...23
1twhtfb
Iw =424
.
2
. 2232 lyhhbtfhIf
b. Untuk penampang kotak pejal atau berongga
Lp = 0,13 E r y pM
AJ .
Lr = 2 E r y rM
AJ .
Pada balok dengan bentang panjang yaitu Lr ≤ L, nilai kuat lentur nominal
balok adalah:
Mn = Mcr (2.39)
a. Mcr = Cb IwlyL
EJGlyE
L
2
b. Mcr = 2 Cb . E
ry
L
AJ
Persamaan a untuk profil I dan C ganda, sedangkan persamaan b untuk profil kotak
pejal atau berongga.
(2.32)
(2.41)
(2.40)
(2.35)
(2.37)
(2.38)
(2.36)
(2.34)
(2.33)
22
2. Perencanaan geser.
Pada komponen struktur lentur, dimensi komponen biasanya ditentukan oleh
kuat lentur, namum demikian kuat geser perlu juga diperhatikan khususnya pada
komponen dengan bentang pendek dan adanya beban terpusat. Menurut SNI-03-
1729-2012 Pasal 8.8.1, pelat badan yang memikul kuat geser perlu Vu harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.
Vu < Vn (2.42)
Kuat geser nominal pelat badan (Vn) ditentukan sebagai berikut.
a. Vn = 0,6 fy Aw fy
Ekn
tw
h10,1
kn = 2)/(
55
ha
b. Vn = 0,6. fy Aw atautwhfy
Ekn
)/(
110,1
Vn = 0,6.fy. AW
2)/(115,1
)1(
ha
CvCv
1,10 fy
Ekn
tw
h
fy
Ekn37,1
Cv = 1,10 )/(
..
twh
fyIEkn
c. Vn = atautwh
EknAw
)/(
9,0
Vn = 0,6 fy. Aw
2)/(115,1
)1(
ha
CvCv
(2.43)
(2.44)
(2.45)
(2.46)
(2.47)
(2.48)
(2.49)
23
1,37tw
h
fy
Ekn
Cv= 1,5 2)/(
1
twhfy
Ekn
Keterangan:
a = jarak antara pengaku vertikal
h = jarak bersih antara fillets untuk rolled shapes, jarak bersih antara sayap untuk
built up shapes
Jika lentur dianggap dipikul oleh seluruh penampang maka balok harus
direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan geser, yaitu:
375,1625,0 Vn
Vu
Mn
Mu
Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap, harus terpenuhi:
Mu ≤ Mf Mf = Af df . fy (2.52)
2.7.3 Balok Kolom
1. Pengertian
Balok kolom adalah komponen struktur yang menerima gaya aksial dan lentur
secara bersamaan. Contoh dari balok kolom ditampilkan pada Gambar 2.3 yaitu: (a)
kolom dengan beban aksial eksentris, (b) kolom dengan beban aksial sentris dan
beban horisontal, (c) balok dengan beban terbagi rata dan beban aksial.
2. Persyarat Kekuatan
Momen yang bekerja pada balok kolom dapat berupa momen uniaksial
maupun momen biaksial. Menurut SNI-03-1729-2012, balok kolom yang simetris
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Bila ,2,0.
Nnc
Nu
maka
(2.50)
(2.51)
24
0,1.9
8
.
Mnyb
Muy
Mnxb
Mux
Nnc
Nu
b. ,2,0.
Nnc
Nu
maka
0,1.2
Mnyb
Muy
Mnxb
Mux
Nnc
Nu
Keterangan:
Nu = gaya aksial (tarik atau tekan ) terfaktor, N
Nn = kuat nominal penampang, N
c = 0,85 (faktor reduksi kuat tekan )
b = 0,90 ( faktor reduksi kuat lentur )
Mnx = momen lentur nominal terhadap sumbu X, Nmm
Mny = momen lentur nominal terhadap sumbu Y, Nmm
Mux = momen lentur terfaktor terhadap sumbu X, Nmm
Mny = momen lentur terfaktor terhadap sumbu Y, Nmm
Gambar 2.3 Balok Kolom
Sumber: Buku Ajar Struktur Baja I.B Dharma Giri (2008)
(2.53)
(2.54)
25
3. Amplifikasi Momen
Nilai Mux dan Muy yang dikerjakan pada kolom adalah momen yang
dihasilkan dari analisis struktur biasa yang kemudian diamplifikasi (dibesarkan)
karena adanya pengaruh gaya normal yang bekerja pada kolom tersebut. Amplifikasi
momen tergantung apakah struktur bergoyang atau tidak.
Amplifikasi momen untuk struktur yang tidak bergoyang adalah sebagai berikut.
a. Tanpa gaya aksial atau gaya aksial tarik
Mu = Mntu (2.55)
Mntu = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban
yang tidak menimbulkan goyangan.
b. Dengan gaya aksial tekan terfaktor (Nu ) yang berasal dari analisis orde pertama
Mu = b. Mntu (2.56)
b =
00,11
NcrbNu
Cm
Keterangan:
b = faktor amplikasi momen
Cm = koefesien lentur
untuk struktur tidak bergoyang tanpa beban transversal
Cm =0,6 + 0,4 m ≤ 1,0
untuk struktur tak bergoyang dengan beban transversal
Cm = 1, komponen struktur dengan ujung sederhana
Cm = 0,85, komponen struktur dengan ujung kaku
m = perbandingan momen terkecil dan terbesar di ujung komponen struktur,
diambil positif bila komponen struktur terlentur dengan kelengkungan
berbalik tanda dan negatif untuk kasus sebaliknya
Amplifikasi momen untuk struktur bergoyang.
Mu = b. Mntu + s. Mltu (2.58)
(2.57)
26
Mltu = momen lentur orde pertama terfaktor yang ditimbulkan oleh beban-beban
yang dapat menimbulkan goyangan
Keterangan:
Nu = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk seluruh
kolom pada satu tingkat yang ditinjau, N
Ncrs = gaya tekuk kompanen struktur (elastis), N
oh = simpangan antar lantai pada tingkat yang ditinjau, mm
H = jumlah gaya horisontal yamh menghasilkan oh pada tingkat yang ditinjau,
N
L = tinggi tingkat, mm
2.7.4 Perbandingan Momen Kolom Terhadap Momen Balok
Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), pada sambungan
balok kolom harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
ƩMpc
ƩMpb> 1
Keterangan:
ƩMpc = jumlah momen-momen kolom di bawah dan di atas sambungan pada
pertemuan antara as kolom dan as balok
ƩMpb = jumlah momen-momen balok pada pertemuan as balok dan as kolom
ƩMpc ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
ƩMpc =ƩZc (fyc - Nuc
Ag ) (2.61)
Ncrs
Nusatau
HL
ohNu
s
1
1
1
1 (2.59)
(2.60)
27
Keterangan:
Zc = modulus plastis penampang kolom, mm3
fyc = tegangan leleh penampang kolom, Mpa
Nuc = gaya aksial tekan terfaktor pada kolom, N
Ag = luas penampang bruto kolom, mm2
Sedangkan ƩMpb ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
ƩMpb = Ʃ (1,1 Ry Mp + My) (2.62)
Keterangan:
Ry = faktor modifikasi tegangan leleh
baja BJ 41 atau yang lebih lunak, Ry = 1,5
baja BJ 50 atau yang lebih keras, Ry = 1,3
untuk pelat baja, Ry =1,1
Mp = momen plastis, Nmm
Mp = Z.fyc (2.63)
My = momen tambahan akibat amplifikasi gaya geser dari lokasi sendi plastis ke as
kolom, Nmm
Sambungan balok kolom dan asumsi letak sendi plastis ditampilkan pada Gambar
2.4. Berdasarkan Fema-350, lokasi sendi plastis ke as kolom yaitu:
Sh = dc
2 +
db
2 (2.64)
Keterangan:
Sh = jarak sendi plastis ke as kolom, mm
28
dc = tinggi profil kolom, mm
db = tinggi profil balok, mm
Gambar 2.4 Asumsi Letak Sendi Plastis
Sumber: FEMA-350 (2000)
Momen tambahan akibat amplifikasi gaya geser pada lokasi sendi plastis (My)
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.
My = Vp.Sh (2.65)
Nilai Vp dicari berdasarkan persamaan:
𝑉𝑝 =Mpr + Mpr + PL'/2 + WL'
2/2
𝐿′
(2.66)
29
Keterangan:
Vp = gaya geser pada lokasi sendi plastis, N
P = beban terpusat pada balok, N
W = beban merata pada balok, N/mm
L’ = jarak antar sendi plastis, mm
Mpr = momen pada lokasi sendi plastis, Nmm
Mpr = Cpr.Ry.Z.fy (2.67)
Cpr adalah suatu faktor untuk meperhitungkan kekuatan sambungan
Cpr = fy + fu
2𝑓𝑦 (2.68)
dengan fu adalah tegangan putus minimum penampang balok, MPa