bab ii tinjauan pustaka 2.1 deskripsi tanaman cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/asriningsih bab...

17
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Tanaman cabai merupakan salah satu komoditi penting yang berasal dari Meksiko (Kusandriani 1996; Suwandi 1996). Menurut Suwandi (1996), tanaman cabai diperkenalkan ke Asia pada abad 16 oleh pengembara Portugis dan Spanyol dari Amerika Selatan dalam perjalanan dagangnya dan menyebar sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Menurut Cronquist (1981) cabai merah keriting diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Species : Capsicum annum L. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, di antaranya kalori, protein, lemak, karbohidarat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C. Tanaman cabai merah (C. annum L.), merupakan salah satu komoditi holtikultura yang tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai merah keriting dihasilkan dari proses persilangan atau disebut tanaman hibrida (Sastradiharja, 2011). 5 Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Upload: dinhhuong

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)

Tanaman cabai merupakan salah satu komoditi penting yang berasal dari

Meksiko (Kusandriani 1996; Suwandi 1996). Menurut Suwandi (1996), tanaman

cabai diperkenalkan ke Asia pada abad 16 oleh pengembara Portugis dan Spanyol

dari Amerika Selatan dalam perjalanan dagangnya dan menyebar sampai ke Asia

Tenggara termasuk Indonesia.

Menurut Cronquist (1981) cabai merah keriting diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annum L.

Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, di antaranya

kalori, protein, lemak, karbohidarat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C. Tanaman

cabai merah (C. annum L.), merupakan salah satu komoditi holtikultura yang

tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai merah keriting dihasilkan dari proses

persilangan atau disebut tanaman hibrida (Sastradiharja, 2011).

5

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

6

Cabai merah merupakan herba tegak, 1 tahun atau menahun, sering kuat dan

bercabang lebar, tinggi 1-2,5 m. Pada bagian batang yang muda berambut halus.

Daunnya tersebar 2-3 helai dengan ukuran yang berbeda, panjang tangkai daun 0,5-

2,5 cm dan helaian daunnya berbentuk bulat telur memanjang atau elips bentuk

lanset pada bagian pangkal meruncing sedangkan bagian ujungnya runcing. Pada

bagian bunganya mengangguk dengan tangkai 10-18 mm. Bunga cabai ini memiliki

kelopak yang berusuk berbentuk lonceng, gundul, panjangnya 2-3 mm dan

memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi tabung 2

mm, tepian terbentang luas, dengan garis tengah 1,5-2 cm dan taju berbentuk

runcing. Selain itu juga memiliki kepala sari yang semula ungu kemudian berubah

menjadi hijau perunggu (van Steenis dkk, 2008). Buah cabai merah keriting

berwarna hijau pada saat masih muda dan berwarna merah pada saat panen.

Permukaan buah rata, licin dan yang sudah matang berwarna cerah mengkilat

(Indroprahasto dan Madyasari, 2005). Panjang buah berkisar 9-15 cm, diameternya

1-1,75 cm dan berat bervariasi antara 7,5-15 g/buah. Letak buah menggantung pada

percabangan atau ketiak daun (Sastradiharja, 2011).

Di Indonesia terdapat 14 varietas hibrida cabai merah yang tersebar, salah satu

varietasnya adalah TM 999. Varietas ini merupakan golongan hibrida yang memiliki

bentuk tanaman tegak dengan tinggi 100-140 cm. Umur tanaman mulai berbunga

pada 65 HST dan umur panen 90 HST. Bentuk kanopi bulat, warna batang hijau,

warna kelopak bunga hijau, warna tangkai bunga hijau, mahkota berwarna putih,

kepala putik putih. Helaian daun 5-6 dengan bentuk buah yang ramping dan ujung

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

7

runcing, kulit buah mengkilat pada buah muda berwarna hijau tua dan buah tua

berwarna merah (Prajnanta, 1991).

2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Cabai

Menurut Setiadi (2000) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

cabai antara lain : persiapan tanam (meliputi tempat pembenihan dan benih),

perawatan semaian, dan lokasi budidaya.

Tanaman cabai baik ditanam pada daerah rendah maupun pegunungan pada

akhir musim penghujan/menjelang musim kemarau (Maret-April). Tanaman ini tidak

tahan terhadap air hujan dan baik ditanam pada jenis tanah lempung dibandingkan

tanah liat. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas yang tinggi, cabai menghendaki

tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang),

bebas cacing (nematoda), dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang baik

adalah 5,5-6,8. Tanaman cabai dikenal sebagai tanaman sayuran yang dapat tumbuh

pada rentang suhu yang cukup luas, yakni pada kisaran 15-32° C, dengan suhu

optimum untuk pertumbuhan adalah 24-28° C. Selain itu tanaman cabai juga

membutuhkan adanya cahaya matahari yang merupakan sumber energi utama bagi

kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia dan memiliki pengaruh tidak kalah

pentingnya dengan suhu. Pada tanaman cabai pada umumnya cahaya yang

dibutuhkan adalah selama 12 jam/hari (Sastradiharja, 2011).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

8

2.1.2 Gangguan atau Kendala pada Tanaman Cabai

Selain diperlukannya biaya yang besar dan ketelatenan oleh petani, kendala

lain yang dihadapi oleh petani dalam budidaya cabai yaitu adanya gangguan penyakit

atau hama pada tanaman cabai tersebut (Mujahid, 2012).

a. Hama yang menyerang pada tanaman cabai

Hama yang menyerang pada tanaman cabai yang selama ini petani alami

adalah berupa hama trips (Thrips parvispinus karny) dan ulat grayak (Spodoptera

litura F.). Hama thrips sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Thrips yang

menyerang cabai tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman. Dengan panjang

tubuh sekitar ± 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil tetapi masih dapat dilihat

dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga.

Serangan paling parah biasanya terjadi pada musim kemarau, tetapi tidak menutup

kemungkinan pada saat musim hujan bisa juga terjadi serangan. Gejala yang dapat

dikenali dari kehadiran hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna

keperakan. Adanya noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan

hama thrips. Dalam beberapa waktu kemudian, noda tersebut akan berubah warna

menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain dia

sebagai hama perusak, juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa

virus) yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabai. Untuk itu, apabila mampu

mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama tetapi juga

dapat mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya (Mujahid, 2012).

Ulat grayak tidak berbeda dengan jenis ulat lain yang juga suka makan daun.

Namun keistimewaannya adalah saat memasuki stadium larva, hama ini termasuk

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

9

hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bisa

rusak olehnya. Ulat yang setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat ini akan

memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan

metamorfosis-nya. Ulat grayak tidak hanya menyerang tanaman cabai saja melainkan

juga tanaman pisang, bawang, pepaya, kentang, padi, kacang dan lain-lain

(Semangun, 1994).

b. Penyakit yang menyerang tanaman cabai

Penyakit yang menyerang pada tanaman cabai antara lain penyakit layu

bakteri, penyakit bercak daun dan penyakit bercak bakteri. Pada penyakit layu

bakteri merupakan penyakit nomor dua setelah antraknosa, diaman penyakit layu ini

disebabkan oleh bakteri Pseudomonas colanacearum. Penyakit ini ditandai adanya

layu pada tanaman cabe yang mengalami kesembuhan pada waktu sore hari, tetapi

lama kelamaan kelayuannya terjadi secara keseluruhan dan menetap. Bakteri ini

biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan,

nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu bakteri ini mampu bertahan selama

bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas

terutama di tanah dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak

bisa diantisipasi. Tanaman yang sehat tiba –tiba saja layu yang dalam waktu tidak

sampai 3 hari besoknya langsung mati. Penyakit bercak daun merupakan penyakit

yang disebabkan oleh Phytoptora capsici. Penyakit ini ditandai dengan adanya

bercak-bercak berupa bulatan seperti cacar pada daun. Bila dibiarkan akan

menyebabkan daun-daun cabai gugur sehingga pertumbuhan kurang optimal. Gejala

pada daun tersebut ternyata baru serangan awal saja karena bila dibiarkan, akan

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

10

menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga. Seperti halnya layu bakteri,

cendawan Cercospora capsici penyebab bercak daun ini dapat bertahan hidup pada

sisa-sisa tanaman. Sedangkan yang terakhir penyakit bercak bakteri ini disebabkan

oleh Xanthomonas campetres. Tanaman cabai yang terserang penyakit ini awalnya

terlihat memiliki bercak sirkuler berukuran kecil, kemudian timbul bisul berwarna

hijau pucat yang ditengahnya melekuk kedalam. Patogen ini menyerang daun, buah,

dan batang. Di tempat terserang tampak bintik-bintik berwarna cokelat di tengah dan

dikelilingi lingkaran klorosis tidak beraturan. Gejala sangat jelas terlihat di

permukaan daun sebelah atas. Di buah, gejala serangan ditandai adanya bercak

cokelat (Semangun,1994).

2.1.3 Antraknosa

Antraknosa merupakan penyakit yang selalu ditemukan dan hampir selalu

terjadi di setiap areal tanaman cabai. Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur

Colletotrichum capsici. Penyakit antraknosa atau dalam bahasa Jawanya patek ini

sangat merugikan petani cabai, karena bisa menurunkan hasil panen 20-90 %.

Penyakit ini dapat berkembang dengan pesat apabila kelembaban udara cukup tinggi

yaitu lebih dari 80 % RH dengan suhu 320C, apalagi jika terpacu lahan budidaya

yang terdapat banyak gulma. Selain menyebabkan penurunan hasil, penyakit ini juga

dapat merusak nilai estetika dari cabai itu sendiri. Serangan patogen ini dapat terjadi

baik sebelum maupun setelah panen. Penurunan hasil akibat antraknosa dapat

mencapai 50 % atau lebih (Amilin, et al., 1995 dan Semangun, 2004).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

11

Nurhayati (2006), menyatakan bahwa untuk mengatasi antraknosa telah

digunakan fungisida yang alami antara lain dengan menggunakan ekstrak daun sirih,

kulit jeruk, daun nimba, brotowali dan biji jarak.

Gambar 2.1 Cabai yang terserang antrakosa

a. Klasifikasi Colletotrichum capsici

Penyakit antraknosa pada tanaman cabai (C. capsici) merupakan penyakit yang

menjadi kendala utama dalam usaha budidaya cabai. Klasifikasi jamur C. capsici

pada tanaman cabai (C. annum) menurut Singh (1998), diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom: Fungi

Divisio : Aschomycotina

Classis : Pyrenomycetes

Ordo : Sphaeriales

Famili : Polystigmataceae

Genus : Colletotrichum

Spesies : C. capsici

C. capsici sebagai patogen penyakit antraknosa dapat menyerang pada setiap

bagian tanaman. Serangan pada batang dan daun tidak menimbulkan masalah yang

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

12

berarti bagi tanaman, tetapi dari bagian inilah penyakit dapat berkembang ke buah

dan menimbulkan masalah yang sangat serius. Buah yang terserang akan

menimbulkan gejala bercak bewarna hitam dan dapat berkembang menjadi busuk

lunak. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering, keriput dan

buah menjadi rontok ke tanah (Semangun, 1994).

b. Morfologi Colletotrichum capsici

C. capsici semula disebut Colletotrichum nigrum yang diduga juga sama

dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus, tersebar di

wilayah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya sampai 100 µm, berwarna

hitam dengan mempunyai banyak seta. Setanya berwarna coklat tua,

mempunyai sekat, kaku, dan bentuknya meruncing ke atas dengan ukuran 75-

100x2-6,2 µm. Konidium hialain, berbentuk tabung (silindris), 18,6-25,0 x

3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Jamur

membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam

medium biakan (Semangun, 1994).

c. Siklus Hidup

Siklus hidup dari jamur C. capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum

annum L.) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji. Pada umumnya jamur

ini menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga

menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan

dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit. Kemudian konidium dari jamur ini akan

disebarkan oleh angin (Semangun, 1994).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

13

d. Gejala Serangan

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur C. capsici yang terdapat pada

tanaman cabai yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman

dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini

tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi

semakin gelap (Semangun, 1994).

2.2 Fungisida

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan

(fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman

sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local.

Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat

hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.

Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan

tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan

tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan berfungsi mencegah

infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur

yang menempel di permukaan tanaman (Chaube, 2006).

Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan

ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas

(melalui dalam sel). Fungisida sistemik lokal diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi

tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap

ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga

pembuluh angkut (Chaube, 2006).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

14

Penggunaan fungisida yang berbahan dasar kimia, selama ini telah banyak

digunakan oleh para petani cabai. Hasilnya memuaskan namun fugsisida sistemik

dan nonsistemik ini harganya relatif mahal dan berdampak buruk bagi lingkungan.

Biofungisida bersifat ramah lingkungan sehingga aman bagi lingkungan, manusia

dan hewan karena tidak menyisakan residu bahan kimia yang berbahaya di dalam

tanah, sangat baik untuk pertanian organik (Prapagdee et al., 2008).

Ekstrak tumbuhan dapat digunakan sebagai biofungisida. Berbagai jenis

tumbuhan telah diketahui mengandung senyawa bioaktif antara lain alkaloid,

terpenoid, teroid, asetogenin, fenil propan, dan tanin yang bersifat toksik pada dosis

tinggi (Lenny, 2006). Minyak atsiri dari beberapa tumbuhan bersifat aktif sebagai

antibakteri dan anti jamur (Yuharmen et al., 2002). Hasil penelitian menunjukkan

beberapa ekstrak tumbuhan dapat mengontrol penyakit tanaman yang disebabkan

oleh jamur dan memberikan efek penghambatan perkecambahan spora jamur (Alam

et al., 2002). Tanaman yang sudah banyak digunakan sebagai fungisida alami antara

lain daun nimba, daun sirkaya, daun/buah mengkudu, bawang merah, daun/buah

sirsak, kecubung, daun kemangi, rimpang lengkuas. Ekstrak lengkuas diketahui

mampu menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus spp (Purwoko dan Soesanti,

2008). Penelitian Sundari dan Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus ekstrak

etanol rimpang lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan

beberapa jamur patogen yaitu Tricophyton, Microsporum gypseum, dan Epidermo

flocassum.

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

15

2.4 Lengkuas (Alpinia galanga L.)

2.4.1 Deskripsi Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Klasifikasi tanaman lengkuas berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan

menurut Conqruist (1981) adalah :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia galanga. L.

Gambar 2.2 Rimpang lengkuas

Rimpang lengkuas berukuran besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,

diameter 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak

kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau

kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging

rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah

menjadi agak kehijauan dan seratnya menjadi keras dan liat (Abuanjeli, 2010).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

16

Bentuk batang lengkuas tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang

bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda

keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua (Abuanjeli, 2010).

Daun tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek tersusun berseling. Daun

disebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil daripada yang ditengah. Bentuk daun

lanset memanjang dan ujungnya runcing, pangkal tumpul dengan tepi daun rata.

Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15 cm.

Pelepah daun kira-kira 15-30 cm, beralur dan berwarna hijau (Abuanjeli, 2010).

Bunganya merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,

berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan. Ukuran perbungaan kurang lebih

10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga dibagian bawah tandan lebih banyak daripada di

bagian atas, panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring warna

merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup pada bagian ujungnya

berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau (Abuanjeli, 2010).

Buahnya merupakan buah buni, berbentuk bulat, keras, ketika muda berwarna

hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter ± 1 cm.

Ada juga yang buahnya berwarna merah, bijinya kecil-kecil berbentuk lonjong dan

berwarna hitam (Sinaga, 2000.

2.4.2 Kandungan Kimia Lengkuas

Lengkuas dikenal mengandung senyawa kimia antara lain alkaloid, terpenoid

dan fenol. Pada golongan terpenoid senyawa yang terkandung kurang lebih 1%

minyak atsiri berwarna kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%,

sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen dan s-pinen (Mc Vicar, 1994).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

17

Terpenoid dikenal sebagai kelompok utama pada tanaman sebagai penyusun

minyak atsiri. Terpenoid mempunyai rumus dasar (C5H8)n atau dengan satu unit

isopren. Jumlah n menunjukkan klasifikai pada terpenoid yang dikenal dengan

monoterpen, seskwiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen. Struktur

terpenoid ada yang berbentuk siklik dan ada yang tidak (Wallis, 1981).

Kandungan kimia utama dari rimpang lengkuas adalah fenol yang merupakan

senyawa yang berasal dari tumbuhan yang umumnya ditemukan didalam vakuola sel.

Senyawa fenol memiliki beberapa sifat antara lain mudah larut dalam air, cepat

membentuk kompleks dengan protein dan sangat peka terhadap oksidasi enzim.

Komponen bioaktif pada golongan Zingiberaceae golongan fenol yang terbanyak

adalah jenis flavonoid yang merupakan golongan febolik terbesar. Pada golongan

flavonoid dikenal golongan flavonol. Komponen flavonol yang banyak tersebar pada

tanaman misalnya yang terdapat pada lengkuas adalah galangin, kaemferol, kuerstin,

dan mirisetin. Salah satu golongan flavonoid adalah kalkon. Kalkon adalah

komponen yang berwarna kuning terang. Komponen lainnya yang ditemukan pada

Alpinia adalah flavonon. Komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai

senyawa yang bersifat fungistatik dan fungisida dan yang terdapat pada tumbuhan

Alpinia dan Kaempferia dari golongan Zingiberaceae adalah alpinetin (Hezmela,

2006).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

18

4.2.3 Penggunaan Lengkuas

Tanaman lengkuas dikenal sebagai tanaman penghasil bahan pewangi dan

penambah flavor masakan. Rimpang yang muda dan segar dapat dimanfaatkan untuk

mengawetkan masakan. Rimpang lengkuas yang berwarna putih pemanfaatanya

banyak digunakan pada bidang pangan. Rimpang lengkuas selama ini dikenal

sebagai pengempuk daging dalam masakan dan digunakan sebagai salah satu rempah

bagi berbagai jenis bumbu masakan tradiional Indonesia (Heyne, 1987).

Lengkuas yang biasanya digunakan untuk pengobatan untuk pengobatan

adalah jenis lengkuas merah. Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional

lainnya disebutkan, lengkuas merah mempunyai sifat antijamur dan antikembung.

Efek farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin,

eugenol, galangan dan galangol. Basonin dikenal memiliki efek merangsang

semangat, eugenol sebagai antijamur C. albicans, antikejang, analgetik, dan

anastetik, galangan meredakan rasa lelah, meredakan rasa lelah dan antimutagenik,

sementara galangol dapat merangsang semangat dan menghangatkan tubuh. Khasiat

rimpang lengkuas juga sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian

sebagai antijamur, terutama pada penyakit kulit seperti panu (Hezmela, 2006).

Ekstrak lengkuas diketahui mampu menghambat pertumbuhan koloni kapang

dermatofit pada kelinci (Gholib dan Kusumaningtyas, 2007). Penelitian lain oleh

Soesanti dan Purwoko (2008) yaitu ekstrak rimpang lengkuas yang mampu

menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp.

2.4.3 Pengujian Aktifitas Antijamur

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

19

Pengujian aktivitas antijamur merupakan cara untuk menentukan kerentanan

jamur terhadap suatu zat antijamur. Beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas

antijamur secara in vitro antara lain adalah pH lingkungan, komponen media,

stabilitas zat antijamur, ukuran inokulum, masa inkubasi, dan aktivitas metabolisme

mikroorganisme (Asmaedy, 1991). Menurut Ganiswara (1995), metode pengujian

aktivitas antijamur in vitro berdasarkan prinsipnya dibagi menjadi :

a. Metode Difusi

Pada metode difusi, zat anti jamur ditentukan aktifitasnya berdasarkan

kemampuan berdifusi pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan jamur uji.

Dasar pengamatannya adalah dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatan

(daerah bening yang tidak memperlihatkan adanya pertumbuhan jamur) yang

terbentuk disekeliling zat antijamur. Metode ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

cara cakram dan sumur (Ganiswara, 1995).

1) Cara cakram (disc)

Pada cara ini dipergunakan cakram kertas aring yang mengandung suatu zat

anti jamur dengan kekuatan tertentu yang diletakkan pada lempeng agar yang telah

diinokulasi dengan jamur uji, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37% C selama 7

sampai 14 hari. Pengamatan dilakukan terhadap daerah bening yang tebentuk

disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambatan pertumbuhan jamur

(Ganiswara, 1995).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

20

2) Cara sumur

Pada cara ini dipergunakan cakram kertas saring yang mengandung suatu zat

antijamur dengan kekuatan tertentu yang diletakkan pada lempeng agar yang telah

diinokulasi dengan jamur uji, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37° C selama 7

samapi 14 hari. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya zona

hambatan di sekeliling sumur (Ganiswara, 1995).

b. Metode Dilusi

Pada metode ini zat antijamur dicampur dengan media agar yang kemudian

diinokulasi dengan jamur uji. Pengamatan dilakukan dengan melihat tumbuh atau

tidaknya jamur dalam media. Aktifitas zat antijamur ditentukan dengan melihat

konsentrasi hambat minimum (KHM), yaitu konsentrasi hambatan terkecil dari zat

antijamur yang dapat menghambat pertumbuhan jamur uji. Metode ini dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara penipisan lempeng agar dan pengenceran tabung.

1) Cara penipisan lempeng agar

Pada cara ini, zat uji diencerkan sehingga diperoleh suatu larutan uji yang

mengandung 100µg/ml, larutan ini sebagai larutan sediaan. Dari larutan sediaan

dibuat secara serial penipisan larutan uji dengan metode pengenceran kelipatan dua

dalam media agar yang masih cair, kemudian dituang ke dalam cawan petri. Jamur

uji diinokulasikan setelah agar membeku dan kering. Zat diinkubasi pada suhu 37%

C selama 7 sampai 14 hari. Aktivitas zat uji ditentukan sebagai KHM (Ganiswara,

1995).

2) Cara pengenceran tabung

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai …repository.ump.ac.id/2596/3/ASRININGSIH BAB II.pdf · memepunyai 5 gigi. Mahkotanya berbentuk roda, terbagi menjadi 5, tinggi

21

Prinsip dari cara ini adalah penghambatan pertumbuhan jamur dalam

pembenihan cair oleh suatu zat antijamur yang dicampur ke dalam pembenihan. Zat

uji diencerkan secara serial dengan metode pengenceran kelipatan dua dalam media

cair, kemudian diinokulasi dengan jamur uji dan diinkubasi pada suhu 37° C selama

7 sampai 14 hari. Aktivitas zat uji ditentukan sebagai KHM (Ganiswara, 1995).

Pengaruh Ekstrak Rimpang..., Asriningsih, FKIP UMP 2014