teknik budidaya cabai

Upload: fathly-husnawan

Post on 05-Apr-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    1/22

    TEKNIK BUDIDAYA

    CABAI HIBRIDA SISTEM MULSA PLASTIK

    Dewasa ini bertani cabai hibrida sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP) banyak

    dipraktekkan pada cabai Hot Beauty, Hero, Long Chili, Ever-Flavor dan cabai Paprika.

    Dimungkinkan pula pada usahatani cabai keriting hibrida maupun cabai kecil (rawit,

    cengek) hibrida.Alasan utama sistem MPHP digunakan pada cabai-cabai hibrida adalah

    untuk mengimbangi biaya pengadaan MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi

    daripada cabai biasa, sehingga secara ekonomis menguntungkan. Budidaya cabai hibrida

    dengan sistem MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang intensif. Pada

    umumnya sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi cabai masih menggunakan

    benih lokal dan populasi tanaman per hektarnya tinggi. Populasi yang sangat rapat inidapat mengakibatkan penangkapan sinar matahari setiap tanaman berkurang dan

    kelembaban udara di sekitar kebun menjadi tinggi. Kelembaban yang tinggi seringkali

    dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit. Perbaikan kultur teknik budidaya cabai

    secara intensif untuk meningkatkan produksi maupun kualitas hasil, diantaranya adalah

    penggunaan benih unggul dari varietas hibrida yang bermutu tinggi, penerapan MPHP,

    pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas

    seperti pemasangan turus dan perempelan tunas ataupun daun. Kegiatan pokok teknik

    budidaya cabai hibrida sistem MPHP meliputi :

    Penyiapan Lahan

    Dalam budidaya cabai hibrida sistem MPHP, penyiapan lahan harus didahulukan,

    kemudian disusul dengan penyiapan benih atau pembibitan. Maksudnya agar tanah

    sebagai media tanam benar-benar telah matang dan layak ditanami. Sebaliknya, bila

    pembibitan didahulukan, maka penyiapan lahan akan terburu-buru, sehingga tanahnya

    belum matang benar dan bibit sudat terlanjur tua. Bibit cabai hibrida umumnya siap

    dipindahtanamkan dari persemaian ke lapangan (kebun) pada umur 17 - 23 hari (berdaun 2

    - 4 helai). Bila bibit terlambat dipindahtanamkan (terlanjur tua), pertumbuhan kurang

    optimal dan produksinya menurun (rendah).

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    2/22

    Persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP adalah :

    Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.

    Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun

    tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.

    Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak

    perlu membajak cukup berat.

    Lahan tegalan (tanah kering) dapat digunakan, asal cukup tersedia air.

    IKLIM DAN TANAH

    Syarat Iklim

    Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran

    tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu

    lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270C, dan untuk

    pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya

    penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.Cabai hibrida Hot Beauty dan

    Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m

    dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chililebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800

    - 1500 m dpl. Khusus untukcabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran

    tinggi. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

    paprika antara 210 - 250C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur

    18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena

    dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan

    sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan

    mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil.

    Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula

    dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara

    memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara

    lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening (transparan).

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    3/22

    Syarat Tanah

    Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi

    tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai

    menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek

    (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang

    ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan

    menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali

    menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus

    untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan

    cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.

    Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :

    Paling masam (< 4.0)

    Sangat asam (4.0 - 4.5)

    Asam (4.5 - 5.5)

    Agak asam (5.5 - 6.5)

    Netral (6.5 - 7.5)

    Agak basa (7.5 - 8.5)

    Basa (8.5 - 9.0) Sangat basa (9.0).

    Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium,

    Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan

    menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng

    ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada

    umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya

    pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion

    lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum.

    PERSIAPAN LAHAN DAN TANAM

    Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

    Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman

    sebelumnya.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    4/22

    Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 - 40 cm, kemudian dikeringkan selama 7 -

    14 hari.

    Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 -

    120 cm, tinggi 40 - 50 cm, lebar parit 60 - 70 cm/60 x 60 cm, sedangkan panjang

    bedengan sebaiknya lebih dari 12 meter. Khusus pada tanah yang banyak

    mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit dibuat sedalam 60 - 70 cm./ 60 x 60

    cm

    Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan sedalam 70

    centimeter.

    Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang

    (kotoran ayam, domba, kambing, sapi ataupun kompos) yang telah matang sebanyak

    1,0 - 1,5 kg/tanaman.

    Pada tanah yang pH-nya masam, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang

    dilakukan pengapuran sebanyak 100 - 125 gram/tanaman.

    Pupuk kandang dan kapur pertanian dicampur dengan tanah bedengan secara merata

    sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin - anginkan selama kurang lebih 2

    minggu.

    Catatan :

    Jika populasi cabai hibrida per hektar antara 18.000 - 20.000 tanaman pada jarak tanam 60

    x 70 cm, maka diperlukan pupuk kandang 18 - 30 ton, dan kapur pertanian 1,8 - 2,0 ton.

    Penyiapan Benih dan Pembibitan

    Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih dan

    pembibitan di pesemaian. Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih +180 gr

    atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi 10 gram. Benih dapat disemai langsung

    satu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil ukuran

    8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan,

    benih cabai sebaiknya direndam dulu dalam air dingin ataupun air hangat 550 - 600 selama

    15 - 30 menit untuk mempercepat proses perkecambah-an dan mencucihamakan benih

    tersebut. Bila benih cabai akan disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya

    polybag harus diisi dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus,

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    5/22

    ditambah pupuk NPK dihaluskan serta Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk

    campuran adalah : tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk

    kandang matang halus (1 ember volume 10 liter) + 80 gr pupuk NPK dihaluskan (digerus)

    + 75 gr Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam

    polybag hingga 90% penuh. Benih cabai hibrida yang telah direndam, disemaikan satu per

    satu sedalam 1,0 - 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua polybag yang

    telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan

    karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah. Bila benih dikecambahkan

    terlebih dahulu, maka sehabis direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain

    basah (lembab) selama + 3 hari. Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat

    segera disemaikan ke dalam polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih

    yang siap disemai dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag

    prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat bantu pinset agar kecambah benih

    cabai tidak rusak. Penyimpanan polybag berisi semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak

    kayu atau bambu, namun dapat pula diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 -

    120 cm. Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan

    sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net kassa.

    Selama bibit di pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2 kali/hari

    atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter air

    saat tanaman muda berumur 10 - 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada konsentrasi

    setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

    Pemasangan MPHP

    Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan

    pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Jenis dan dosis pupuk yang biasa

    digunakan untuk cabai hibrida adalah sebagai berikut :

    Untuk praktisnya dapat menghitung pupuk per bedengan. Misalnya panjang bedengan 12

    meter, jarak tanam 60 x 70 cm akan berisi 40 tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan

    sejumlah + 4 kg, yang terdiri atas perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 Kcl, dengan

    catatan tiap 100 kg pupuk campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan.

    Campuran pupuk buatan ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan tanah

    bedengan. Kemudian bedengan diratakan kembali sambil dirapihkan, dan setelah itu

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    6/22

    disiram air secukupnya agar pupuk dapat larut ke lapisan tanah. Pemasangan MPHP

    sebaiknya memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik matahari antara pukul 14.00 - 16.00

    agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat mungkin.

    Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2 orang. Caranya adalah : tariklah kedua

    ujung MPHP ke masing-masing ujung bedengan arah memanjang. Kemudian dikuatkan

    dengan pasak bilah bambu berbentuk "U" yang ditancapkan di setiap sisi bedengan.

    Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga

    nampak rata menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada

    setiap jarak 40 - 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan dulu selama + 5

    hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit cabai

    yang ditanam.

    Penanaman

    Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17

    - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup

    MPHP harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah

    60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm atau 60 x 70 cm.

    Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari

    potongan pipa besi diisi arang. Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan ujung

    bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara

    demikian MPHP akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil berdiameter + 6 - 8 cm.

    Selain itu, dapat juga menggunakan alat bantu bekas kaleng susu yang salah satu

    permukaannya telah dipotong. Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah : tutupkan

    pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan

    alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. Cara lain adalah menggunakan

    pisau silet atau pisau cutter dengan cara dikeratkan langsung pada MPHP berbentuk

    bulatan kecil. Bibit cabai hibrida yang siap dipindahtanamkan segera disiram dengan air

    bersih secukupnya. Kemudian bersama dengan polybagnya direndam dalam larutan

    fungisida sistemik atau bakterisida pada dosis 0,5 - 1,0 gram/liter air selama 15 - 30 menit

    untuk mencegah penularan hama dan penyakit. Setelah media semainya cukup kering,

    bibit cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati. Caranya : ambil polybag

    berisi bibit sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk dan

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    7/22

    jari tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, maka bibit

    cabai akan keluar bersama akar dan medianya. Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam

    pada lubang tanam yang tersedia.

    Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam

    diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil diurug

    tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai hibrida yang disemai

    dalam polybag ini, begitu dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami

    kelayuan (stagnasi). Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah.

    PEMELIHARAAN TANAMAN

    Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : pemasangan ajir (turus),

    penyiraman (pengairan), perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan

    tambahan (susulan), perempelan daun bawah di bawah cabang, pengendalian hama

    dan penyakit. Khusus untuk cabai paprika yang sifatnya peka terhadap sinar

    matahari yang terik diperlukan naungan beratap plastik bening (transparan).

    Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per bedengan, atau 2 bedengan

    bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun ketersediaan bahan.

    Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai paprika (atau cabai

    hibrida di musim hujan), pada prinsipnya adalah sebagai berikut :

    Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 - 80 cm di

    bagian pinggir bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4 meter.

    Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah lingkaran

    setinggi 160 - 200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan

    memasukkan ujung bilah bambu ke dalam lubang bambu gelondongan yang

    letaknya berpasangan.

    Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang lainnya

    dengan bilah bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan tali

    kawat, hingga akhirnya sungkup (kerangka) naungan siap dipasang atap

    plastik bening.

    Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar tidak

    mudah lepas oleh terpaan angin.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    8/22

    Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk semua jenis atau varietas cabai hibrida

    umumnya meliputi :

    Pemasangan ajir (turus)

    Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan

    tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah

    bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir dipasang

    (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah

    panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan dengan bilah bambu

    memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah.

    Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1

    bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar

    tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Khusus untuk cabai paprika,

    pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir.

    Pengairan (Penyiraman)

    Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri

    terhadap lingkungan kebun (adaptasi), maka penyiraman perlu dilakukan secara

    rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan

    perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan dengan cara dileb setiap 3 - 4

    hari sekali. Pengeleban ini airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah

    dengan ujung MPHP. Setelah tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali

    melalui saluran pembuangan. Tanah yang becek atau menggenang akan

    memudahkan tanaman terserang penyakit layu. Di lahan tertentu yang tidak

    mungkin melakukan pengairan dengan cara dileb, dapat menggunakan teknik

    kocoran melalui selang yang dialirkan di antara 4 tanaman. Ujung selang

    dimasukkan ke dalam lubang MPHP di tengah-tengah bedengan. Tanaman cabai

    hibrida di bawah 40 hari, memerlukan pengairan yang intensif dan rutin. Sedangkan

    tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak.

    Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan.

    Perempelan

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    9/22

    Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun.

    Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh

    karena itu, perlu dilakukan perempelan (pembuangan) tunas samping.

    Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai hibrida yang berumur

    antara 7 - 20 hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan

    kokoh. Saat terbentuk cabang, maka perempelan tunas dihentikan. Biasanya

    perempelan tunas ini dilakukan 2 - 3 kali. Tanpa perempelan tunas samping,

    pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.

    Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan

    pertama, maka bunga ini pun harus dirempel. Tujuan perempelan bunga perdana ini

    adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya

    yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Kelak tanaman

    cabai hibrida yang sudah berumur 75 - 80 hari biasanya sudah membentuk

    percabangan yang optimal. Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat

    dirempel, terutama daun yang terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut sudah

    tidak produktif lagi, bahkan seringkali menjadi sumber penularan hama dan

    penyakit. Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan

    cabang daun belum optimal. Kesalahan perempelan daun tua, justru berakibat fatal,

    yakni menyebabkan tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya menurun.

    Pemupukan Tambahan (susulan)

    Sekalipun tanaman cabai hibrida sudah dipupuk total pada saat akan memasang

    MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk

    tambahan (susulan). Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif

    aktif (daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi,

    misalnya Multimicro dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun antara

    10 - 14 hari sekali, dengan dosis atau konsentrasi yang tertera pada labelnya

    (kemasan) pupuk daun tersebut. Pada fase pertumbuhan bunga dan buah (generatif),

    masih perlu pemberian pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan

    Kaliumnya tinggi, misalnya Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore

    Kalsium. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, tanaman cabai yang

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    10/22

    berumur 50 hari dapat dipupuk susulan berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP,

    Kcl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak + 4 sendok makan. Cara pemberiannya adalah dengan

    melubangi MPHP diantara 4 tanaman. Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang

    tersebut sambil diaduk-aduk dengan tanah dan langsung disiram air bersih agar

    cepat larut dan meresap ke dalam tanah. Pemupukan susulan berikutnya masih

    diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang memuaskan

    atau karena terserang hama dan penyakit. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan

    adalah NPK sebanyak 4-5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air (1 drum).

    Pemberiannya adalah dengan cara dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 -

    500 cc atau tergantung kebutuhan. Cara pengocoran dapat dilakukandengan alat

    bantu corong atau selang sepanjang 0,5 - 1,0 m dimasukkan ke dalam lubang MPHP

    dekat pangkal batang tanaman cabai. Pengocoran pupuk larutan ini dapat dilakukan

    setiap dua minggu sekali. Varietas cabai hibrida umumnya bisa berbuah cukup

    lama, sehingga dapat dipanen beberapa kali (12 - 14 kali), terutama pada hibrida

    Hot Beauty dan Hero. Setiap kali selesai panen perlu dipupuk susulan untuk

    mempertahankan produktivitas buah. Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa NPK

    atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak 2 sendok per tanaman

    yang diberikan di antara 2 tanaman cabai bagian kiri dan kanan. Pada kondisi

    pertumbuhan tanaman cabai cukup bagus, pemberian pupuk susulan ini cukup

    sebulan sekali. Pemupukan Nitrogen pada cabai hibrida dianjurkan 2 macam sumber

    N, yaitu ZA san Urea. Pupuk ZA selain mengandung unsur Nitrogen, juga kaya

    akan unsur Belerang (S) yang diperlukan untuk pertumbuhan cabai hibrida secara

    optimal.

    KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PLASTIK HITAM-PERAK

    Mulsa plastik yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam

    dengan ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah membudaya pada

    tanaman mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi atau

    pengembangan teknologi sistem Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang

    memperkenalkan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). MPHP ini memiliki dua

    muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua

    berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna

    peraksebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    11/22

    Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :

    1. Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.

    2. Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga dapat

    menekan rumput-rumput liar atau gulma.

    3. Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga

    dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung

    menekan serangan penyakit virus.

    4. Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap

    (stabil).

    5. Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara

    oleh sinar matahari.6. Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari

    percikan air tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit

    busuk buah.

    7. Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga

    pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).

    8. Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas

    fumigan seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses

    pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.

    9. Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan

    penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat

    dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.

    10. Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air

    dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman

    (pengairan).

    PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

    Salah satu faktor penghambat peningkat-an produksi cabai adalah adanya serangan

    hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    12/22

    penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan

    cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% - 30%. Strategi pengendalian

    hama dan penyakit pada tanaman cabai diajurkan penerapan pengendalian secara

    terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini

    mencakup pengen-dalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas yang tahan

    (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan cara kimiawi.

    HAMA CABAI

    Ulat Grayak(Spodoptera litura)

    Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan

    garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas

    daun atau tanaman dan ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-

    500 butir. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok

    dan kemudian menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat

    bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya.

    Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah.

    Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Stadium yangmembahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang

    bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa segala jenis

    tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi

    di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang

    hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah.

    Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai

    dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini

    menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat

    proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai menurun. Pengendalian

    secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

    1. Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung

    dibunuh.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    13/22

    1. Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-

    sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan

    rotasi tanaman.

    1. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida

    berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan

    Thuricide.

    1. Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex

    pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang

    dapat menimbulkan rangsangan sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa

    untuk menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan

    keturunan. Sex pheromone dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama

    "Ugratas" atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna "merah" sangat efektif

    untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura).

    Cara pemasangan Ugratas merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas

    aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-

    kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabai cukup dipasang 5-10 buah Ugratas

    merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai.

    Daya tahan (efektivitas) Ugratas ini + 3 minggu, dan tiap malam bekerja

    efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaan Ugratas

    ini antara lain : aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif

    terhadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida, tidak

    menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkem-bangan

    hama tersebut.

    1. Kimiawi, yaitu disemprot insektisida seperti Hostathion 40 EC 2 cc/lt

    atau Orthene 75 SP 1 gr/lt.

    Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)

    Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan

    segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk

    tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan

    perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang

    menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    14/22

    antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan

    daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat

    menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan

    (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.

    Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya menjadi hama tetapi juga

    berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu

    daun mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun.

    Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga

    menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim

    kemarau.

    Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

    1. Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di

    sekeliling kebun cabai, misalnya jagung.

    1. Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif

    seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 - 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC

    0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.

    Lalat Buah (Dacus ferrugineus)

    Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan

    telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah

    cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian

    membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan dihuni larva yangpandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan

    berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan

    pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.

    Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

    1. Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanamaninang lalat buah.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    15/22

    1. Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang,

    kemudian dimusnahkan.

    1. Kimiawi, yaitu dengan pemasangan perangkap beracun "metil

    eugenol" atau protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan

    maupun betina. Dapat pula disemprot langsung dengan insektisida seperti

    Buldok, Lannate ataupun Tamaron.

    Thrips (Thrips sp.)

    Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat

    pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1

    mm, berkembang biak tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus

    hidupnya berlangsung selama 7 - 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada

    musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan

    berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun

    (kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit

    virus.

    Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

    1. Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam

    cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda

    akan terserang parah.

    1. Kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida Deltamethrin 25 EC 0,1-

    0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau

    juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50

    WP (0,1-0,2%).

    Tungau (Tarsonemus translucens)

    Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman

    (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    16/22

    siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang

    tanaman cabai dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat

    serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan

    yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak

    normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan

    cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC

    (0,2%).

    PENYAKIT CABAI

    Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)

    Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang,

    kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih,

    bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda

    dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di

    dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya

    menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu

    menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang

    diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening,

    maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna

    coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime

    bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah

    kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian

    tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri

    layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka

    adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.

    Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :

    1. Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam

    bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    17/22

    1. Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau

    menggenang.

    1. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang

    sehat.

    1. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara

    disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang

    diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.

    1. Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah

    ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae

    Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)

    Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya

    penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala

    serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun

    di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun;

    sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan

    tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum).

    Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara

    memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas

    berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit,

    kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar

    cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal

    itu menandakan adanya serangan Fusarium.

    Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

    1. Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan

    fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama

    10-15 menit.

    1. Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit)

    sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.

    1. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi

    tanaman yang sehat.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    18/22

    1. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan

    bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.

    1. Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur

    N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau

    terkena cendawan.

    Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).

    Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek".

    Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh

    cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan

    G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung.

    Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil

    kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan

    terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan

    C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan

    ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas

    menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang

    merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan

    buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah

    seperti jerami.

    Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :

    1. Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif

    Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan

    aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih

    antara 4-8 jam.

    1. Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak

    terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x

    70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik

    sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    19/22

    1. Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma

    atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang

    hama dan penyakit.

    1. Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian

    dimusnahkan (dibakar).

    1. Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4

    cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen.

    Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.

    1. Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili

    Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini

    adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit

    Antraknosa.

    BercakDaun (Cercospora capsici Heald et Wolf)

    Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala

    serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan.

    Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah +0,5 cm. Di pusat bercak

    nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan

    yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun

    langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit

    ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida

    seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

    Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)

    Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini

    adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman

    dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan

    bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun

    yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang.

    Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga

    kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan

    Score, secara berselang-seling.

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    20/22

    Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)

    Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan

    nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian

    menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit

    ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai

    yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian

    meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya

    karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara

    pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm,

    mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot

    fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

    Virus

    Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan

    adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV),Potato Virus Y(PVY), Tobacco Etch

    Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus(TRV), dan

    juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).

    Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan

    mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu

    oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang

    terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.

    Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :

    1. Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips

    dengan semprotan insektisida yang efektif.

    1. Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan

    terserang virus dicabut dan dimusnahkan.

    1. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan

    famili Solanaceae.

    Penyakit Fisiologis

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    21/22

    Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi

    penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada

    tanaman cabai yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium

    (Ca), dan terbakarnya buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada

    cabai Paprika. Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala

    pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat

    kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam

    buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum

    waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti

    tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan

    cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan

    pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif

    berbuah tetapi baru diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk

    daun yang banyak mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai

    paprika tidak tahan terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan

    buah akan menyebabkan terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang

    nampak di bagian luar adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan

    hingga kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi

    warna buah menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap

    sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan

    plastik transparan (bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening

    selain dapat mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat

    mengurangi tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat

    meningkatkan kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping

    itu, pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.

    PANEN & PASCA PANEN

    PANEN CABAI HIBRIDA

    Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan

    lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai mulai dipanen pada

    umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali.

    Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur

  • 7/31/2019 TEKNIK BUDIDAYA cabai

    22/22

    90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari

    sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai dipilih pada tingkat kemasakan

    85% - 90% saat warna buah merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai

    untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali ; sedangkan di dataran tinggi antara 4-

    6 hari sekali. Pada cabai paprika, persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah

    mencapai ukuran maksimal, hampir matang tetapi warnanya masih hijau. Buah

    cabai paprika yang dipanen terlalu muda bobotnya akan menurun secara drastis dan

    kurang tahan angkut (cepat rusak). Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen

    terlalu matang atau warnanya sudah merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar

    (konsumen). Kecuali beberapa varietas cabai paprika memang khusus untuk

    dipanen buah merah ataupun buah kuning.

    Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati

    di saat cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian

    dikumpulkan di tempat penampungan. Pada pertanaman yang baik, dapat

    menghasilkan produksi antara 20-40 ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat

    menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga jualnya lebih mahal dibanding dengan jenis-

    jenis cabai lainnya.