bab ii tinjauan kepustakaan 2.1. struktur pengendalian intern

32
7 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern Pengendalian internal bagian yang sangat penting agar tujuan perusahaan tercapai. Tanpa adanya pengendalian internal, tujuan perusahaan tidak dapat dicapai secara efektif dan efesien. Semakin besar perusahaan semakin penting pula arti dari pengendalian internal dalam perusahaan tersebut. Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakandan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum atau undang- undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana semestinya oleh seluruh karyawan perusahaan (Hery, 2011) Ardiyos (2010:509) menguraikan bahwa ada dua definisi pengendalian intern antara lain; 1. Pengendalian intern adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga antara bagian yang satu secara otomatis akan mengawasi bagian lainnya. 2. Pengendalian intern adalah suatu pengujian kebenaran yang dilakukan dengan mencocokkan berbagai angka-angka dan transaksi yang dilaksanakan oleh petugas yang berbeda.

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

7

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Struktur Pengendalian Intern

Pengendalian internal bagian yang sangat penting agar tujuan perusahaan

tercapai. Tanpa adanya pengendalian internal, tujuan perusahaan tidak dapat

dicapai secara efektif dan efesien. Semakin besar perusahaan semakin penting

pula arti dari pengendalian internal dalam perusahaan tersebut.

Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakandan prosedur untuk

melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan

penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang

akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum atau undang-

undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana

semestinya oleh seluruh karyawan perusahaan (Hery, 2011)

Ardiyos (2010:509) menguraikan bahwa ada dua definisi pengendalian

intern antara lain;

1. Pengendalian intern adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa

sehingga antara bagian yang satu secara otomatis akan mengawasi bagian

lainnya.

2. Pengendalian intern adalah suatu pengujian kebenaran yang dilakukan dengan

mencocokkan berbagai angka-angka dan transaksi yang dilaksanakan oleh

petugas yang berbeda.

Page 2: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

8

Dengan demikian pengendalian intern termasuk bagian dari masing-

masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan

operasional perusahaan atau organisasi tertentu.

2.1.1 Tujuan Pengendalian Intern

Pengendalian intern menurut COSO (Committee of Sponsoring

Organization) Anastasia dan Lilis (2011:83);

1. Efektifitas dan efesiensi operasi

2. Reliabilitas pelaporan keuangan

3. Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada

Tujuan pertamanya dirancang pengendalian intern dari segi pandang

manajemen ialah untuk dapat diperolehnya data yang dapat dipercaya, yaitu jika

data lengkap, akurat, unik, dan kesalahan-kesalahan dideteksi. Tujuan berikutnya

adalah dipatuhinya kebijakan akuntansi yang akan dicapai jika data diperoleh

tepat waktu, penilaian, klasifikasi dan pisah batas waktu terjadinya transaksi

akuntansi tepat. Suatu pengendalian intern yang baik dalam perusahaan akan

memberikan keuntungan sangat berarti perusahaan itu sendiri karena;

a. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi,

sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.

b. Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan

penggelapan-penggelapan.

c. Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan efesiensi.

Page 3: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

9

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.

e. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian substantive atas

bahan bukti atau perusahaan cukup besar oleh akuntan publik.

Selanjutnya tujuan pengendalian intern menurut Baridwan (2013:13) adalah:

a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi

b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi

c. Memajukan efisiensi dalam operasional

d. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan

manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Dengan adanya sistem pengedalian intern khusus atau tambahan bagi

sistem berbasis computer adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai

pengendalian intern menyeluruh termasuk kegiatan manual didalamnya kegiatan

dengan alat mekanis maupun yang terkait dengan proses data berbasis komputer

teknologi informasi.

2.1.2 Jenis-jenis Pengendalian Intern

Ada beberapa jenis-jenis pengendalian internal yang dibagi menjadi 2

macam seperti yang dikemukakan Muttaqin (2011) yaitu:

1. Intern meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama untuk menjaga

kekayaan dan catatan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan

data akuntansi. Pengendalian akuntansi yang baik akan menjamin keamanan

kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan

akan menghasilkan laporan keuangan yang andal.

2. Pengendalian administrasi meliputi kebijakan dan prosedur yang terutama

untuk mendorong efesiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Mulyadi (2010:229) juga mengemukkan hal yang sama seperti yang tertulis

dalam bukunya bahwa jenis-jenis pengendalian intern dibagi menjadi dua, yaitu:

Page 4: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

10

1. Pengendalian akuntansi (accounting control)

Pengendalian yang mencakup rencana organisasi dan semua metode dan

prosedur yang terutama menyangkut pengamanan aktiva perusahaan serta

keandalan dari catatan keuangan. Pada umumnya meliputi sistem

kewenangan persetujuan, pemisahan tugas-tugas yang berhubungan

dengan operasi atau perlindungan atau pemeliharaan aktiva, pengamanan

fisik dari aktiva dan pemerikasaan intern.

2. Pengendalian administrasi (administrative control)

Pengendalian yang terdiri dari rencana-rencana organisasi serta semua

metode dan prosedur yang terutama berhubungan dengan efesiensi operasi

dan ketaaan pada kebijaksanaan manajemen dan biasanya berhubungan

secara tidak langsung dengan catatan keuangan. Pada umumnya meliputi

analisis statistik, laporan pelaksanaan, program latihan karyawan dan

pengendalian kualitas.

2.1.3 Klasifikasi Pengendalian Intern

Meurut Krismiaji (2015:220) pengendalian intern diklasifikasikan ke

dalam beberapa klasifikasi sebagai berikut :

1. Menurut tujuannya

Pengendalian dikelompokkan menjaditiga, yaitu:

a. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control)

pengendalian ini dimaksudkan untuk mencegah masalah sebelum masalah

tersebut benar-benar terjadi. Contoh pengedalian preventif adalah

mengangkat karyawan akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan tugas

karyawan secara tegas, mengendalikan akses fisik atas aktiva secara

efektif, fasilitas dan data perusahaan.

b. Pengendalian untuk pemeriksaan (detectiv control)

Dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul.

Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan

atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank, dan neraca saldo

bulanan.

c. Pengendalian korektif (Corrective control)

Memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh pengendalian untuk

pemeriksaan. Pemeriksaan ini mencakup prosedur yang dilaksanakan

untuk mengidetifiksi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau

kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar dimasa mendatang

dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari pengendalian ini

termasuk pemeliharaan copy cadangan (backup) atas transaksi dan file

induk dan melekatkannya ke prosedur koreksi data.

2. Menurut waktu pelaksanaannya

Pengedalain dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

Page 5: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

11

a. Pengendalian umpan balik (feedback control)

Adalah pengenalian yang masuk dalam kelompok pengendalia detktif,

karena pengendalian ini menguku sebuah proses dan menyesuaikan

apabila terjadi penyimpangan dari rencana semula.

b. Pengendalian dini (feedforward control)

Adalah pengendalian yang termasuk dalam eompok pengendalian

preventif, karena jenis pengendalian ini eonitor proses dan input untuk

memprediksi kemungkinan masalah yang akan terjadi (potenial problems).

3. Menurut objek yang dikendalikan

Pengendalian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pengendalian umum (general control)

Pengendalian yang dirancang untuk menjamin bahwa lingkungan

pengendalian organisasi mantap dan dikelola dengan baikuntuk

meningkatkan efektivitas pengendalian aplikasi.

b. Pengedalian aplikasi (aplication conrol)

Pengendalian yang digunakan untuk mencegah mendeteksi, dan

membetulkan kesalahan transaksi saat transaksi tersebut diproses.

4. Menurut tempat implementasi dan siklus pengolahan data

Pengendalian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Pengendalian input

Dirancang untuk menjamin bahwa hanya data yang sah (valid), akurat dan

diotorisasi saja yang dimasukkan ke dalam proses.

b. Pengendalian proses

Dirancang untuk menjamin bahwa semua transaksi diproses secara akurat

dan lengkap, dan semua file dan record di update secara tepat.

c. Pengendalian output

Dirancang untuk menjamin bahwa keluaran sistem diawasi dengan

semestinya.

2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern

Pelaksanaan struktur pengendalian internal yang efesien dan efektif

haruslah mencerminkan keadaan yang. Namun dalam kenyataannya hal ini sulit

untuk dicapai, karena dalam pelaksanaannya struktur pengendalian internal

mempunyai keterbatasan-keterbatasan.

Kegagalan untuk mencapai tujuan operasionalnya bisa saja dialami oleh

organisasi, karena pengendalian internal tidak bisa mencegah penilaian buruk

akan suatu keputusan.

Page 6: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

12

Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal

sebagaimana dikemukakkan oleh Mulyadi (2010: 181) yaitu:

1. Kesalahan dalam pertimbangan

2. Gangguan

3. Kolusi

4. Pengabaian oeh manajemen

5. Biaya lawan manfaat

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian

internal memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat menyebabkan tujuan

perusahaan tidak tercapai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan

pengendalian internal dapat ditujukan untuk meminimalkan kemungkinan

penyimpangan dan kesalahan, sehingga dapat dideteksi dan diatasi dengan cepat.

2.1.5 Komponen Pengendalian Intern

Kerangka kerja pengendalian internal yang digunakan oleh sebagian besar

perusahaan adalah model COSO (committe of sponsoring organization).

Komponen pengendalian internal COSO meliputi: lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi akuntansi,

serta pemantauan (Hery, 2011:90).

1. Lingkungan Pengendalian

Tanpa lingkungan pengendalian yang efektif, keempat komponen lainnya

mungkin tidak akan menghasilkan pengendalian internal yang efektif

(Hery,2011:90).

Page 7: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

13

a. Integritas dan Nilai-nilai Etis

Sub komponen ini meliputi tindakan manajemen untuk mencegah

karyawan meakukan tindakan yang tidak jujur, ilegal, atau tidak etis.

Caranya adalah mealui organisasi kepada karyawan perihal nilai-nilai

etis yang harus dijunjung tinggi serta standar perilaku yang harus

dipegang teguh dan dijalankan oleh seluruh karyawan. Integritas dan

nilai-nilai etis ini dituangkan dalam sebuah standar etika atau kode

perilaku.

b. Komitmen pada Kompetisi

Meliputi pertimbangan manajemen tentang persyaratan kompetensi yang

harus dipenuhi bagi pekerjaan tertentu. Setiap karyawan diharapkan

dapat menjalankan tugas dan pekerjaan nya sesuai dengantingkat

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.

c. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris berperan penting dalam memastikan bahwa

manajemen (selaku pihak yang diberikan kepercayaan oleh pemilik

modal untuk mengelola dan proses pelaporan keuangan secara layak.

Untuk membantu melakukan pengawasan terhadap manajemen, dewan

membentuk komite audit yang diberikan tanggung jawab dalam

mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Momite audit

juga bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi secara

berkelanjutan dengan auditor internal maupun auditor eksternal,

termasuk menyetujui jasa audit dan nonaudit yang dilakukan oleh para

auditor eksternal

d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen

Manajemen, melalui prinsip dan sikapnya, memberikan isyarat tertentu

bagi para karyawan mengenai arti penting pengendalian internal.

Dengan memahami gaya pengelolaan manajemen, auditor dapat

merasakan sikap manajemen tentang pengendalian internal.

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menunjukan tingkatan tanggung jawab dan

kewenangan yang ada dalam setiap divisi atau bagian. Dengan

memahami struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari perihal

pengelolaan entitas dan unsur-unsur fungsional bisnis serta melihat

bagaimana pengendalianatas pengelolaan tersebut diterapkan.

f. Kebijakan Perihal Sumber Daya Manusia (Karyawan Entitas)

Karyawan yang tidak kompeten atau tidak jujur dapat merusak sistem,

meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Karyawan yang

jujur dan kompeten mampu pencapai kinerja yang tinggi meskipun

hanya ada sedikit pengendalian. Akan tetapi, karyawan yang jujur dan

kompeten bisa juga dapat terganggu kinerjanya sebagai akibat dari

perasaan bosan, tidak puas, ataupun masalah pribadi lainnya. Karena

pentingnya sumber daya manusia bagi keberhasilan sebuah entitas

(pengendalian lain), metode atau kebijakan untuk mengangkat,

mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi

Page 8: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

14

kepada karyawan merupakan bagian yang penting dari pengendalian

internal.

Sub-komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai

etika yang dianut organisasi parameter-parameter yang menjadikan dewan

komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab tata kelola struktur organisasi

serta pembagian wewenang dan tanggung jawab proses untuk menarik,

mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten serta kejelasan

ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja.

Lingkungan pengendalian berdampak luas terhadap sistem pengendalian internal

secara keseluruhan.

2. Pengendalian Resiko

Akuntansi dapat mengevaluasi pengendalian intern dengan

menggunakanstrategi penilaian resiko, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Page 9: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

15

Gambar 2.1 Pendekatan Penilaian Resiko

Tidak

Ya

Selanjutnya , keterangan mengenai gambar 2.1 di atas dijelaskan lebih

rincimenurut Krismiaji (2015:233):

a. Identifikasi Ancaman

Ancaman tersebut berupa:

1. Strategik, misalnya mengerjakan sesuatu yang salah (doing the wrong

things).

2. Operasi, misalnya mengerjakan hal yang benar dnegan cara yang salah

(doing the right things by the wrong way)

3. Keuangan, misalnya kehilangan sumberdaya keuangan, pemborosan,

atau pencurian (having financial resources lost, wasted or stolen)

4. Informasi, misalnya informasi yang salah tau tidak relevan, sistem yang

tidak bisa diandalkan dan laporan yang tidak benar atau menyesatkan

(faulty or irrelevan, unrealible system and misleading).

b. Estimasi Resiko

Berbagai ancaman menyebabkan resiko yang lebih besar, karena

kemungkinan terjadinya sangat besar. Sebagai contoh, sebuah perusahaan

Identifikasi ancaman yang dihadapi perusahaan

Esimasi resiko atau probabilitas terjadinya setiap ancaman

Identifikasi alternatif pengendalian

Estimasi manfaat dan biaya alternatif

Estimasi kemungkinan rugi dari setiap ancaman

Implementasi sistem pengendalian

Manfaat >Biaya?

Page 10: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

16

akan lebih berpeluang menjadi korban kecurangan komputer dibandingkan

dengan serangan teroris, dan karyawan lebih banyak membuat kesalahan

yang tidak sengaja dibandingkan dngan melakukan tindakankecurangan

yang disengaja.

c. Estimasi Kerugian

Resiko terjadinya gempa bumi mungkin lebih kecil dibandingkan resiko

terjadinya peristiwa lainnya, namun kerugian yang harus dtanggung jawab

sangat besar. Gempa bumi dapat merusak fasilitas fisik perusahaan

keseluruhan dan memaksa perusahaan bangkrut. Kerugian karena sebuah

kecurangan mungkin tidak sebesar kerugian gempa bumi, namun resiko dan

kerugian harus diperhitungkan sama-sama. Ketika keduanya mengalami

kenaikkan, materialitas ancaman dan kebutuhan untuk melindunginya juga

akan meningkat.

d. Identifikasi Pengendalian

Manajemen harus mengidentifikasi satu atau lebih cara pengendalian yang

akan melindungi perusahaan dari setiap ancaman. Dalam penelitian manfaat

setiap prosedur pengendalian, manajemen haus memrtimbangkan efektivitas

dan ketepatan waktnya. Jika seluruh faktor menjadi sama, maka

pengendalian preventif cukup memada untuk mencegah persoalan. Jika

pengendalian preventif gagal, pengendalian detektif menjadi penting untuk

menemukan persoalan dan pengendalian korekti untuk membantu

memecahkan persoalan tersebut.

e. Estimasi Manfaat dan Pengorbanan

Altenatf pengendalian yang akan dipilih setelah seluru manfaat dan

pengorbanan dihtung adalah alternatif yang menghasilkan manfaat lebih

besar dibandingkan dengan pengobanannya. Dalam proses pengukuran

manfaat dan penorbanan, pengukuran pengorbanan umumnya lebih mudah

dihitung. Elemen pengorbanan yang utama adalah personalia, termsuk

waktu yang diperlukan untuk melksanakan prosedur pengendalian, biaya

pengangkutan tambahan tenaga kerjauntu mencapai pemisahan fungsi yang

efektif, dan biaya pemograman pengendalian ke dalam sisem omputer.

Manfaaat pengendalian inten menasilkan penurunan kerugian peruahaan.

Salah satu cara untuk menghitung manfaat adalah melibatkan estimasi

kerugian yang merupakan hasil perkalian dari resiko dan kerugian.

f. Menentukan Efektivitas Manfaat dan Pengorbanan

Setelah mengestimasi manfaat dan pengorbanan, manajemen menentukan

apakah pengorbanan untuk melaksanakan sebuah aktivitas pengendalian

sebandng dengan manfaat yang diperolehna atapun tidak.

Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam)

ataupun eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi selanjutnya

dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, penilaian risiko menjadi landasan bagi pengelolaan atau manajemen

Page 11: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

17

risiko. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko adalah penetapan tujuan-tujuan

yang saling terkait pada berbagai tingkatan entitas.

3. Aktivitas Pengendalian

Krismiaji (2015:227), aktivitas pengendalian adalah “Kebijakan dan aturan

yang memberikan jaminan cukup bahwa tujuan pengendalian manajemen

dicapai.” Krismiaji (2015:227) juga menambahkan, umumnya aktivitas

pengendalian dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu:

a. Otorisasi Yang Tepat Terhadap Aktivitas Dan Transaksi

Umumnya otorisasi didokumentasikan dengan menandatangani, memberi

paraf, atau mencantumkan kode otorisasi pada dokumen atau catatan yang

mewakili transaksi. Karyawan yang memproses transaksi harus mengecek

ada tidaknya otorisasi di sebuah dokumen atau bukti transaksi, jika tidak ada

maka transaksi tersebut bukan merupakan transaksi yang sah.

b. Pemisahan Tugas

Pengendalian itern yang baik menghendaki bahwa tidak ada seorang

karyawan yang diberi terlalu banyak tanggung jawab atau tugas. Pemisahan

tugas yang efektif mensyaratkan bahwa fungsi-fungsi beikut ini dipisahkan:

1) Otorisasi, yaitu persetujuan terhadap transaksi yang akan dilaksanakan

dan keputusan yang akan dibuat.

2) Pencatatan, mencakup pembuatan dokmen sumber, pemeliharaan jurnal

dan buku besar, pembuatan rekonsiliasi, dan pembuatan laporan kinerja.

3) Penyimpanan, menangani kas, memelihara tempat penyimpanan

persediaan, menerima cek yang masuk dari pelanggan, menulis cek atas

rekening bank organisasi.

Tujuan dilakukannya pemisahan fngsi tersebut dalah sebagai berikut:

1) Pemisahan fungsi otorisasi dan pencatatan bertujuan untuk mencegah

seorang karyawan dari pencatatan yang tidak benar guna menutupi

dilakukannya transaksi yang tidak diotorisasi secara tepat.

2) Pemisahan fungsi otorisasi dan penyimpanan bertujuan untuk mencegah

otorisasi transaksi fiktif sebagai salah satu upaya menyembunyikan

pencurian aktiva.

3) Pemisahan fungsi penyimpanan dan pencatatn bertujuan untuk

mencegah karyawan melakukan pencatatan yang tidak benar untuk

menyembunyikan pencurian aktiva yang dipercayakan kepadanya.

c. Perancangan Dan Penggunaan Dokumen Dan Catatan Yang Memadai

Bentuk dan isi dokumen harus dirancang sesederhana mungkin agar

pencatatan dapat dilakukan secara efesiensi, kesalahan pencatatn dapat

diminimumkan, dan memudahkan pengkajian dan verifikasi. Untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

18

menghindari penggunaan dokumen secara tidak sah, sebaiknya setiap

dokumen dilengkapi dengan nomor urut yang telah tercetak, sehingga

nomor tersebut dapat digunakan untuk melakukan pengecekan jumlah

dokumen.

d. Perlindungan Yang Memadai Terhadap Aktiva Dan Catatan

Berikut ini adalah prosedur-prosedur untuk melindungi aktiva dari

pencurian dan penggunaan tidak sah:

1) Pengawasan dan pemisahan tugas secara efektif,

2) Pemeliharaan akurasi catatan tentang aktiva termasuk informasi,

3) Pembatasan akses terhadap kas, sekuritas, dan aktiva lainnya,

4) Perlindungan catatan dan dokumen seperti penggunaan kotak

penyimpanan tahan api, filling cabinet yang terkunci, dan ruang yang

selalu terkunci,

5) Pembatasan akses ke ruang komputer, data komputer dan informasi.

e. Pengecekan Independen Terhadap Kinerja

Pengecekan ini dilaksanakan oleh seseorang yang tidak ada kaitannya

dengan perusahaan. Berbagai jenis pengecekan independen yang dapat

dilakukan adalah rekonsiliasi antara dua catatan, pembandingan catatan

dengan jumlah fisik, akuntansi berpasangan dan jumlah data kelompok

(batch total).

Aktivitas-aktivitas pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang

ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur SOP untuk membantu memastikan

dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas

pencapaian tujuan. Pembagian tugas harus erat terkait dengan dengan proses

pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian. Jika pembagian tugas

dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan mengembangkan alternatif

aktivitas pengendalian.

4. Informasi Dan Komunikasi

Menurut Hery (2011:100) tujuan dari sistem informasi dan akuntansi adalah

agar transaksi yang dicatat, diproses dan dilaporkan telah memenuhi keenam

tujuan audit umum atas transaksi, yaitu:

a. Transaksi yang dicatat memang ada,

b. Transaksi yang ada sudah catat,

c. Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar,

d. Transaksi yang dicatat di-posting dan diikhtisarkan dengan benar,

Page 13: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

19

e. Transaksi diklasifikasikan dengan benar, dan

f. Transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

Entitas memerlukan informasi demi terselenggaranya tanggung jawab

pengendalian internal yang mendukung pencapaian tujuan. Manajemen harus

memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan

berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk

mendukung komponen-komponen pengendalian internal lainnya berfungsi

sebagaimana mestinya.

5. Pemantauan Kinerja

Ada beberapa metode pokok dalam melakukan pemantauan kinerja seperti

yang dinyatakan Krismiaji (2015:137), yaitu:

a. Supervisi yang efektif, mencakup pelatihan dan asistensi karyawan,

pemantauan kinerja karyawan, koreksi kesalahan, dan penjagaan aktiva

dengan memantau karyawan yang memiliki akses ke aktiva tersebut.

b. Pelaporan pertanggungjawaban, mencakup anggaran, kuota, jadwal, biaya

standar, kualitas standar, laporan kinerja berisi informasi realisasi rencana,

prosedur untuk menyelidiki selisih yang jumlahnya signifikan dan

prosedur untuk menindaklanjuti penyimpangan dari rencana.

c. Internal audit, yang mencakup penilaian ketaatan karyawan terhadap

kebijakan manajemen, prosedur dan peraturan serta hukum yang berlaku,

dan penilaian efektivitas dan efesiensi manajemen.

Pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau

kombinasi dari keduanya yang dimaksudkan untuk memastikan tiap-tiap

komponen pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 14: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

20

2.2 Kas

2.2.1. Pengertian Kas

Kas termasuk aktiva lancar yang paling berharga bagi perusahaan karena

sifatnya yang likuid. Hampir semua transaksi bermula dan berakhir ke penerimaan

dan pengeluaran kas. Tanpa tersedianya kas yang memadai, perusahaan akan

mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Akibatnya aktivitas

atau kegiatan perusahaan akan terhambat dan tujuan tidak akan tercapai. Oleh

karena itu, didalam mengelola kas harus diterapkan pengendalian kas yang baik,

karena kas sering dijadikan alat untuk melakukan penyelewengan dan kecurangan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:22) , kas adalah “investasi yang sifatnya

sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan tepat dapat dijadikan kas dalam

jumlah terentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas

terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro”.

Menurut Munawir (2010:14) bahwa “kas adalah uang tunai yang dapat

digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas

adalah cek yang diterima dari para langganan dan disimpan perusahaan di bank

dalam bentuk giro atau penerimaan deposito, yaitu simpanan di bank yang dapat

diambil kembali setiap saat oleh perusahaan”.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kas

adalah segala sesuatu baik berupa uang atau tidak yang sifatnya liquid berjangka

Page 15: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

21

pendek, digunakan untuk membiayai operasi perusahaan ataupun menutupi

kewajiban perusahaan.

2.3 Penerimaan Kas

Pengertian penerimaan kas menurut Soemarso (2010:455) dalam bukunya

“Akuntansi Suatu Pengantar” mengemukakan bahwa: “Penerimaan kas adalah

suatu transaksi yang menimbulkan bertumbuhnya saldo kas dan bank milik

perusahaan yang diakibatkan adanya penjualan hasil produksi, penerimaan

piutang, maupun hasil transaksi lainnya yang menyebabkan bertambahya kas”

Penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan baik yang berupa uang

tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan,

yang berasal dari transaksi perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang

atau transaksi lainnya yang dapat menambah kas perusahaan. Mulyadi (2010:315)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan kas

adalah suatu transaksi yang menimbulkan bertambahnya aktiva kas di dalam suatu

perusahaan,dimana penambahan tersebut didapat dari penjualan tunai dan

penjualan piutang.

2.3.1 Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Pengendalian intern penerimaan kas diperlukan untuk menjamin bahwa

kas yang telah diterima tersebut benar-benar aman, yaitu telah diterima,dicatat dan

disimpan oleh orang yang berwenang terhadap penerimaan kas, sehingga pada

saat yang dibutuhkan atau diperiksa uang tersebut benar ada dalam perusahaan.

Page 16: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

22

Pengendalian intern untuk transaksi penerimaan kas mencakup “otorisasi

terhadap transaksi penerimaan kas, pengamanan terhadap kas atau check,

pemisahan tugas dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai” Krismiaji

(2015:285), dalam aktivitas sehari-hari perusahaan, pengendalia intern

penerimaan kas secara diringkas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Aktivitas Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Aktivitas Keterangan

Otorisasi Transaksi 1. Penerimaan bukti kas masuk diotorisasi

Pemisahan Tugas

1. Fungsi pelayanan penerimaan kas dan

pencatatan

2. Fungsi pencatatan dan otorisasi

3. Fungsi otorisasi dan penerimaan kas

Dokumen dan catatan yang

memadai

1. Dibuat sebelum meminta konsumen untuk

membayar

2. Bernomor urut tercetak

3. Jurnal penerimaan kas dibuat setiap hari

Pengamanan aktiva (kas)

1. Disetor ke bank setiap hari

2. Blangko bukti setor bank diamankan

Sumber : Krismiaji (2015 : 285)

Keterangan Tabel :

1. Otorisasi Transaksi

Tujuan dilakukan otorisasi adalah untuk memastikan bahwa hanya

transaksi yang valid yang akan diproses. Kas yang masuk harus di

otorisasi oleh pihak atasan untuk memastikan bahwa penerimaan kas

dilakukan dengan benar untuk mencegah terjadinya penyelewengan.

2. Pemisahan Tugas

Pemisahan tugas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada satu orang

pun yang memproses transaksi sendiri secara keseluruhan.

a. Fungsi Pelayanan Penerimaan Kas dan pencatatan. Bagian penerimaan

kas dipisah dengan bagian pencatatan untuk memastikan supaya tidak

Page 17: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

23

ada kesalahan. Pada bagian penerimaan kas hanya menyimpan kas dan

bagian pencatatan menyimpan data pencatatan atas kas tersebut.

b. Fungsi Pencatatan dan Otorisasi. Bagian yang mencatat dan

mengotorisasi harus diisahkan. Bagian pencatatan hanya mencatat dan

menyimpan data keuangan dari transaksi yang dilakukan. Otorisasi

dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara independen.

c. Fungsi otorisasi dan Penerimaan Kas. Transaksi penerimaan kas

dilakukan oleh fungsi kas tetapi tidak boleh dilaksanakan sendiri dari

awal hingga akhir harus ada otorisasi dari pejabat yang berwenang.

3. Dokumen dan Catatan yang Memadai

a. Dibuat sebelum meminta konsumen untuk membayar. Setiap

perusahaan tentunya mempunyai bukti atau dokumen-dokumen dari

setiap transaksi, dokumen ataupun bukti transaksi tersebut harus dibuat

sebelum pembayaran dilakukan oleh konsumen untuk memudahkan

bagian pencatatan dalam membuat dokumentasi keuangan dari bukti-

bukti transaksi yang dilakukan dengan konsumen.

b. Bernomor urut tercetak. Bukti transaksi yang dibuat harus diurutkan

sesuai dengan waktu transaksi dilakukan untuk memudahkan bagian

pencatatan dalam membuat buku besar bagian kas.

c. Jurnal penerimaan kas dibuat setiap hari. Penerimaan kas dari hasil

transaksi harus dicatat dalam jurnal pada hari yang sama agar tidak

terjadi kesalahan pencatatan.

4. Pengamanan aktiva (kas). jumlah kas yang diterima dari hasil transaksi yang

dilakukan harus disetorkan langsung ke bank pada hari yang sama untuk

mencegah terjadinya penyalahgunaan kas oleh pihak pertama.

Menurut Nuh dan Hamizar (2011:40), mengendalikan penerimaan kas

dengan langkah berikut:

1. Terdapat pemisahan yang jelas antara orang yang menyimpan, menerima dan

yang mencatat uang.

2. Setiap penerimaan yang dibuatkan bukti kas masuk (cash receipt voucher)

yang diotorisasi oleh pejabat perusahaan.

3. Setiap penerimaan kas langsung disetor ke bank.

4. Membuat buku harian kas yang dapat mengetahui jumlah kas yang

sesungguhnya setiap saat.

Dalam penetapan pengendalian intern penerimaan kas, yang harus

diperhatikan adalah prinsip dasarnya, yaitu adanya pemisahan fungsi dan

tanggung jawab antara yang mengelola uang secara fisik dan yang mengelola

Page 18: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

24

secara administransi. Jika tidak dibenarkan kasir mengerjakan pembukuan, seperti

yang dikemukakan oleh Baridwan (2013:146):

1. Menetapkan tanggung jawab pengelolaan dan pengawasan fisik,

2. Semua surat masuk harus dibuka dengan pengawasan cukup,

3. Harus segera dibuat catatan oleh yang membuka surat tentang cek atau uang

yang diterima, dari siapa, jumlahnya untuk tujuan apa,

4. Daftar penerimaan kas harus dicocokkan dengan jurnal penerimaan uang,

5. Bukti setor ke perusahaan setiap hari dicocokkan dengan daftar penerimaan

kas harian dan catatan dalam jurnal penerimaan kas,

6. Kasir tidak boleh merangkap mengerjakan buku pembantu hutang dan

piutang dan sebaliknya,

7. Semua penerimaan kas harus disetorkan pada hari itu juga ataupada awal hari

kerja berikutnya,

8. Rekonsiliasi laporan perusahaan harus dilakukan oleh orang yang tidak

berwenang menerima kas mauapun yang menulis cek,

9. Kunci cash register harus dipegang oleh orang yang tidak mengelola kas,

10. Diadakan rotasi pegawai agar tidak timbul kerja sama untuk berbuat

kecurangan,

11. Kasir sebaiknya menyerahkan uang jaminan.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengendalian intern penerimaan kas

adalah melakukan pemeriksaan secara tiba-tiba tanpa memberitahukan

sebelumnya. Seperti yang dinyatakan Smith and Skousen (2008:247) :

1. Menetapkan tanggung jawab secara khusus untuk menangani penerimaan kas,

2. Pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas,

3. Penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari,

4. Sistem voucher untuk mengendalikan pembayaran kas,

5. Audit internal pada selang waktu yang tak terduga,

6. Pancatatan gand atas kas, menurut perusahaan dan pembukuan, dengan

rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh seseorang diluar bagian akutansi.

Penerimaan kas dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber

antara lain dari pendapatan jasa, pelunasan piutang atau dari pinjaman.

Prosedur-prosedur pengendalian penerimaan kas yang dapat digunakan antara

lain; harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan

Page 19: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

25

setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank, diaadakan

pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas, diadakan

pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas dan selain

itu setiap hari harus dibuat laporan kas.

Menurut Munandar (2008:148), pengendalian penerimaan kas yang layak

adalah sebagai berikut:

1. Semua penerimaan kas yang ditransfer melalui pos, harus dicatat oleh kasir

secara periodic, catatan ini harus ditelusuri melalui deposit slip atau bukti

kas,

2. Semua penerimaan kas disimpan setiap hari secara utuh,

3. Fungsi penerimaan kas dan pengeluaran kas dipisahkan.

4. Rekonsiliasi kas dibuat untuk membandingkan antara catatan perusahan

dengan catatan bank,

5. Mekanik diperlukan untuk memeriksa cash regster atau mesin kas.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

melakukan pengendalian intern yang baik atas penerimaan kas adalah dengan

melakukan otorisasi terhadap transaksi penerimaan kas, pengamanan terhadap

kas, pemisahan tugas, penggunaan dokumen dan catatan yang memadai, dan

melakukan audit internal pada selang waktu yang tak terduga.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern Penerimaan Kas

Dalam aktifitasnya sehari-hari perusahaan selalu dihadapkan kepada

berbagai transaksi usaha yang berhubungan dengan penerimaan kas. Transaksi

tersebut harus dicatat secara sistematis dan tepat serta dapat

dipertanggungjawabkan, sehingga transaksi yang terjadi terutama yang berkenaan

dengan kas dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari suatu

Page 20: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

26

perusahaan. Karena kas merupakan aktiva lancar yang mudah sekali di

salahgunakan, maka manajemen harus mengetahui kecurangan-kecurangan yang

sering terjadi dalam kasus penerimaan kas untuk memudahkan tindak lanjut atas

kecurangan tersebut. Selain itu, pihak perusahaan juga harus mengetahjui tujuan

dari pengendalian intern penerimaan kas, supaya pengendalian intern penerimaan

kas yang telah ditetapkan tidak hanya dipakai sebatas pedoman.

Adapun kecurangan-kecurangan yang sering terjadi didalam penerimaan kas

menurut Anthon (2008:39) adalah sebagai berikut:

1. Lapping, yaitu menyelewengkan kas degan cara melaporkan penerimaan

lebih lambat daripada saat penerimaannya, perkiraan debitur yang

bersangkutan baru akan dikredit setelah diterima pembayaran dari debitur

lain.

2. Menggunakan dana untuk sementara waktu, memalsukan catatan atau

pembukuan atau hanya dengan tidak mencatat uang yang telah diterima.

3. Dengan mencantumkan angka penjumlahan buku kas yang lebih besar atas

pengeluaran atau lebih kecil atas penerimaan daripada jumlah yang

sebenarnya.

4. Dengan terlalu tinggi membukukan potongan harga.

5. Dengan menahan berbagai jenis pendapatan lain.

6. Dengan menghapus piutang sebagai piutang tak tertagih dan mengantungi

uang hasil penghapusan piutang.

7. Dengan tidak melaporkan penjualan dan mengantungi uang hasil

penjualannya.

Kemudian menurut Munandar (2008:140), tujuan dari pengendalian intern

penerimaan kas adalah:

1. Penerimaan kas dicatat dalam jurnal peenrimaan kas,

2. Penerimaan kas yang disetorkan dan dicatat sesuai dengan jumlah yang

diterima,

3. Penerimaan kas diklasifikasikan secara tepat,

4. Penerimaan kas dicatat bedasarkan tepat waktu,

5. Penerimaan kas telah benar dimasukkan ke dalam catatan tambahan dan

diikhtisarkan dengan benar.

Page 21: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

27

Krismiaji (2015:306) pengendalian intern penerimaan kas yang memadai

menjamin tercapainya tujuan sebagai berikut:

1. Semuatran saksi telah diotorisasi secara tepat,

2. Semua transaksi yang dicatat adalah valid (benar-benra terjadi),

3. Semua transaksi yang valid dan diotorisasi telah dicatat,

4. Semua transaksi yang telah dicatat secara akurat,

5. Semua aktiva (kas, persediaan, dan data) dilindungi dari kehilangan atau

pencurian,

6. Aktivitas bisnis dilaksanakan secara efesien dan efektif.

Dokumen dan catatan memainkan peranan penting dalam pencapaian tujuan

ini. Dokumen yang sederhana, mudah dibuat dengan instruksi jelas, akan

memudahkan perekaman data transaksi secara akurat dan efesien. Jenis

pengawasan apliaksi yang tepat dalam hal lain antara lain uji validitas dan cek

field untuk meningkatkan akurasi entry data apabila digunakan dokumen

elektronik. Penyediaan ruang yang cukup pada dokumen untuk merekam siapa

yang membuat dan siapa yang mengotorisasi transaksi memberikan bukti bahwa

transaksi tersebut diotorisasi secara tepat. Selain itu, dokumen yang bernomor urut

tercetak juga memudahkan mengecek bahwa seluruh trasaksi telah dicatat.

2.4 Pengeluaran Kas

Setiap perusahaan dalam meaksanakan kegiatan operasional sehari-hari

tidak lepas dari pengeluaran kas, baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah

kecil, tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Pengeluaran kas merupakan

suatu kejadian dimana perusahaan harus mengorbankan kasnya untuk

mendapatkan sesuatu ataupun membayar sesuatu, sehingga jumlah kasnya pun

berkurang. Definisi pengeluaran kas seperti yang diutarakan Hery (2011:59)

adalah sebagai berikut “Transaksi keuangan yang menyebabkan aktiva berupa kas

Page 22: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

28

yang dimilik perusahan berkurang, seperti pembayaran biaya-biaya, pembelian

perlengkapa kantor, pembelian aktiva tetap, pembayaran utang dan pembayaran

lainnya yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan”.

Pengeluaran kas disebebkan oleh berbagai sumber transaksi yang dilakukan

oleh perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Munawir (2010:161):

1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun

jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.

2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas

perusahaan oleh pemilik perusahaan.

3. Pelunasan pembayaran angsuran jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang

meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran sewa,

bunga, premi asuransi, dan biaya iklan.

5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainnya

secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya yang

menyebabkan kas perusahaan berkurang.

Transaksi-transaksi diatas merupakan transaksi yang terjadi secara rutin maupun

non rutin dalam suatu perusahaan.

Kas perusahaan terdiri dari jaringan prosedur sebagai berikut: Prosedur

pembuatan bukti kas keluar, prosedur pembayaran kas, prosedur pencatatan

pengeluaran kas (Mulyadi 2010:115).

Jadi, pengeluaran kas merupakan suatu kejadian transaksi keuangan dimana

aktiva perusahaan mengalami pengurangan.

2.4.1 Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Pengendalian intern yang baik mengharuskan setiap pengeluaran kas

dilakukan dengan cek. Pengeluaran kas melalui cek dapat mejamin diterimanya

Page 23: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

29

pembayaran tersebut oleh perusahaan yang berhak menerimanya dan

memungkinkanya melibatkan pihak ketiga (dalam hal ini bank) untuk ikut serta

mengawasi pengeluaran kas.

Secara singkat, menurut Krismiaji (2015:333) pengendalian intern yang

dilaksanakan pada trasaksi pengeluaran kas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Aktivitas Pengendalian Intern Pengeluaran Kas

Aktivitas Keterangan

Otorisasi transaksi 1. Bagian utang mengotorisasi

pengeluaran kas, bagian keuangan

menyetujui.

Pengamatan terhadap cek

1. Dibuat atas dasar paket voucher

2. Benomor urut cetak

3. Hanya ditangani jika dibuat dengan

benar

4. Ditandatangani oleh da pejabat jika

nilainya melebihi angka tertentu

5. Diposkan oleh karyawan yang tidak

terlibat dalam pembuatan check

6. Check yang masih beredar dicatat

Pemisahan tugas 1. Bagian utang dan bagian

pengeluaran kas

2. Bagian pengeluaran kas dan bagian

buku besar

3. Bagian buku besar dan bagian utang

Dokumen dan catatan yang memadai 1. Dilakukan pengkajian terhadap

kelengkapan paker voucher,

khususnya kwitansi asli.

2. Jurnal transaksi pengeluaran kas

dibuat setiap hari.

Sumber : krismiaji (2015 : 333)

Page 24: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

30

Keterangan tabel :

1. Otorisasi Transaksi

a. Bagian utang mengotorisasi pengeluaran kas, bagian keuangan

menyetujui. Untuk melakukan transaksi pengeluaran kas harus

mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang. Bagian utang

mengotorisasi pengeluaran melalui voucher pengeluaran kas dan

disetujui oleh bagian keuangan untuk melakukan transaksi kas.

2. Pengamanan terhadap cek

a. Dibuat atas dasar paket voucher yang diperoleh.

b. Bernomor urut cetak. Faktur pengeluaran kas harus bernomor urut

tercetak untuk melihat setiap transaksi-transaksi yang dilakukan setiap

harinya dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi

pengeluaran kas.

c. Hanya ditangani jika dibuat dengan benar. Pihak yang menangani tidak

sembarangan dalam memberi wewenang jika cek yang dibuat tidak

sesuai dengan prisedur yang ada.

d. Ditandatangani oleh dua pejabat jika nilainya melebihi angka tertentu.

Agar tidak terjadinya penyalahgunaan wewenang atas kas yang

nilainya melebihi angka tertentu maka transaksi yang dilakukan harus

melibatkan pihak lain untuk menjaga keamanan pengeluaran kas.

e. Diposkan oleh karyawan yang tidak terlihat dalam pembuatan check.

Bagian pembuatan check harus terpisah dengan bagian pencatatan

Page 25: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

31

yang tidak terlibat dalam pembuatan check untuk memastikan

keamanan pemakaian kas dari bukti check yang ada.

f. Check yang masih beredar dicatat. Check yang masih beredar harus

dicatat oleh bagian pencatatan agar tidak terjadi penyalahgunaan check

yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan transaksi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

3. Pemisahan Tugas

a. Bagian utang dan bagian pengeluaran kas. Kedua bagian ini harus

dipisahkan sesuai dengan fungsinya masing-masing agar tidak ada

perangkapan tugas yang dapat memicu pencurian kas oleh pihak

tertentu.

b. Bagian pengeluaran kas dan bagian buku besar. Bagian buku besar

mencatat setiap pengeluaran kasyang dilakukan, oleh karena itu bagian

pengeluaran dan bagian buku besar tidak boleh dilakukan oleh satu

orang saja agar dapat memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan

pencatatan dari hasil transaksi yang telah dilakukan. Jika tidak di

pisahkan maka kemungkinan terjadinya pencurian kas akan sangat

mudah dilakukan dan sulit untuk terdeteksi oleh pihak pengendalian

kas.

c. Bagian buku besar dan bagin utang. Bagian utang dagang berperan

penting dalam verifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lain.

Setiap dokumen yang ada berisi fakta-fakta tentang transaksi

pembelian, dimana petugas bagian administrasi utang dagang harus

Page 26: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

32

merekonsiliasi sebelum perusahaan mengakui suatu kewajiban. Bagian

buku besar mencatat setiap transaksi yang ada baik itu dari

pengendalian persediaan, utang dagang, dan pengeluaran kas. Dengan

dilakukannya pemisahan tugas bagian ini maka perusahaan dapat

meminimalkan resiko terjadinya penyelahgunaan kas.

4. Dokumen dan catatan yang memadai

a. Dilakukan pengkajian terhadap kelengkapan paket voucher, khususnya

kwitansi asli. Pihak pengendalian dapat melakukan pengkajian ataupun

pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen tertentu khususnya bagian

kwitansi untuk membuktikan bahwa transaksi yang dilakukan sesuai

dengan kebutuhan perusahaan.

b. Jurnal transaksi pengeluaran kas dibuat setiap hari. Pencatatan dalam

jurnal pengeluaran kas harus didasarkan oleh bukti kas keluar yang

telah mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwewenang dan

dilakukan setiap hari setelah transaksi dilakukan.

Menurut Nur dan Hamizar (2011:2), mengendalikan pengeluaran kas

dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Semua pengeluaran terutama pengeluaran yang besar harus dilakukan dengan

menggunakan cek,

2. Semua pengeluaran kas harus mendapat persetujuan dari atasan melalui

pembuktian kas keluar (cash payment voucher),

3. Terdapat pemisahan tugas yang jelas antara yang berhak menyetujui

pengeluaran kas, yang menyimpan dan yang mengeluarkan kas serta yang

mencatat pengeluaran kas.

Pengeluaran kas dalam suatu perusahaan adalah untuk membayar

bermacam-macam transaksi. Apabila pengendalian tidak dijalankan dengan ketat,

Page 27: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

33

seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan. Beberapa

prosedur pengendalian intern atas pengeluaran kas menurut Baridwan(2013:115),

adalah sebagai berikut:

Semua pengeluaran kas menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran-

pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil, dibentuk kas kecil yang diawasi dengan

ketat, penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti (dokumen-

dokumen) yang lengkap atau dengan kata lain digunakan sistem voucher ,

dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran yag

menulis cek, yang mennandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas,

diadakan pemeriksaan sistem dengan jangka waktu yang tidak tertentu dan

diharuska membuat laporan kas harian.

Menurut Munandar (2008:159), pengendalian intern pengeluaran kas yang

layak harus mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Tanggungjawab, harus ditetapkan pejabat yang berwenang dalam

menandatangani cek,

2. Uraian tugas, pejabat yang menandatangani cek harus berbeda dengan pejabat

yang mencatat pengeluaran kas,

3. Prosedur dokumentasi, digunakan cek yang bernomor urut tercetak dan setiap

cek harus dilampiri dengan faktur yang telah disetujui untuk dibayar,

4. Pengendalian, cek yang masih kosong disimpan dan tempat penyimpanan

dengan akses yang terbatas dan jumlah uang yang dibayarkan dicetak dengan

menggunakan mesin dengan tinta yang tidak dapat dihapus.

5. Verifikasi internal, jumlah yang tertera pada cek haru dibandingkan dahulu

dengan faktur dan dibuat rekonsiliasi bank bulanan untuk mencocokkan saldo

bank menurut catatan perusahaan dengan rekening koran.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

melakukan pengendalian intern yang baik terhadap pegeluaran kas adalah dengan

melakukan otorisasi terhadap transaksi pengeluaran kas, pengamanan terhadap

cek, pemisahan tugas, penggunaan cek dan catatan yang memadai, dan melakukan

audit internal pada selang waktu yang tak terduga.

Page 28: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

34

2.4.2 Tujuan Pengendalian Intern atas Pengeluaran Kas

Konsep pengendalian intern pengeluaran kas hampir sama dengan

pengendalian intern penerimaan kas, jika pengendalian intern penerimaan kas

mengharuskan melakukan pengamanan terhadap kas, maka pengendalian intern

pengeluaran kas mengharuskan melakukan pengamanan terhadap cek, karena

pengendalian intern yang baik mengharuskan setiap pengeluaran kas dilakukan

dengan cek. Dalam melakukan pengeluaran kas, banyak kesalahan yang terdapat

dari persengkongkolan para karyawan untuk melakukan suatu kecurangan yang

dapat menyebabkan pengendalian tersebut tidak berguna lagi, maka dari itu,

manajemen harus mengetahui kecurangan-kecurangan yang sering terjadi dalam

kasus pengeluaran kas untuk memudahkan tindaklanjut atas kecurangan tersebut.

Adapun kecurangan-kecurangan yang sering terjadi dalam pengeluaran kas

menrut Anthon (2008:40) adalah sebagai berikut:

1. Membukukan pengeluaran kas palsu.

2. Kitting, yaitu pinjaman tanpa mendapat persetujuan, dengan cara tidak

mencatat pembayaran, tapi mencatat penyetoran dalam hal melakukan

transfer ke bank.

3. Mencantumkan jumlah total yang tidak benar dalam buku kas.

4. Menaikkan jumlah cek setelah ditandatangani.

5. Mencantumkan potongan harga dengan jumlah yang lebih rendah daripada

yang sebelumnya.

6. Menguangkan cek gaji dan upah atau deviden yang belum ditagih oleh yang

berhak.

7. Mengubah bukti atau voucher pengeluaran kecil.

8. Memalsukan cek dan memusnahkannya pada saat diterima dan bank

menggantikannya dengan cek lain yang dibatalkan.

Dari kecurangan-kecurangan yang telah diketahui tersebut, tujuan dari

pengendalian intern pengeluaran kas juga penting untuk diketahui, supaya

Page 29: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

35

pengendalian intern pengeluaran kas yang telah ditetapkan tidak hanya dipakai

sebatas porsedur atau kebijakan perusahaan semata.

Menurut Munandar (2008:153), tujuan dari pengendalian intern

pengeluaran kas adalah:

1. Penggunaan dana yang lebih efektif,

2. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembiayaan

hanya dilakukan untuk tujuan yang tidak sesuai,

3. Membatasi jumlah pengeluaran kas, artinya pengeluaran hanya dapat

dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dari pihak yang

berwenang,

4. Pencatatan harus dilakukan untuk setiap transaksi atas pengeluaran

kas.

Menurut Hery (2011:127), tujuan dari pengendalian intern kas adalah:

1. Untuk memastikan bahwa pengeluaran kas hanya untuk tujuan-tujuan yang

diotorisasi,

2. Untuk melindungi saldo kas dari pencurian atau penyelewengan,

3. Penyediaan kas yang cukup untuk operasi normal perusahaan baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang,

4. Menyelenggarakan pencatatan yang cukup,

5. Menggunakan dana perusahaan secara efektif pada setiap waktu.

2.5 Pengendalian Intern Kas

Secara umum pengendalian intern kas menolak adanya campur tangan

terhadap catatan akuntansi oleh mereka yang menangani kas. pengendalian intern

kas juga mensyaratkan adanya pemisahan fungsi antara penerimaan dan

pengeluaran kas. karena sifatnya yang mudah untuk dipindahtangankan dan tidak

dapat dibuktikan kepemilikannya, maka kas sangat mudah untuk digelapkan. Oleh

karena itu, perlu diadakan pengendalian yang ketat terhadap kas.

Page 30: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

36

Pengendalian intern suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lain,

karena bentuk dan jenis perusahaan berbeda-beda. Pengendalian intern kas dibagi

menjadi dua, yaitu pengendalian intern penerimaan kas dan pengendaliaan intern

pengeluara kas (Mulyadi 2010:90).

Nuh dan Hamizar (2011:2), pengendalian kas ada lima, yaitu:

1. Membuat perencanaan arus kas (cash flow planning / cash budget),

2. Mengendalikan penerimaan kas,

3. Mengendalikan pengeluaran kas,

4. Melakukan rekonsiliasi bank terhadap kas perusahaan yang disimpan di

bank minimal sekali dalam satu bulan,

5. Penerapan sistem yang jelas untuk mencatat kas kecil.

Pada umunya suatu prosedur pengendalian intern terhadap kas akan

memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan (Soemarso

2010:12)

Menurut Muttaqin (2011:21) karakteristik mendasar yang melekat pada

pengendalian kas adalah:

1. Secarakhusus ditunjukan pada pertanggungjawaban penanganan penerimaan

kas,

2. Pemisahan fungsi pemegang penerimaan kas dan pencatatan kas,

3. Penyimpanan semua uang kas yang diterima setiap hari,

4. Sistem kupon untuk pengendalian pembayaran kas,

5. Pemeriksaan internal pada selang waktu yang tidak teratur,

6. Pencatatan ganda, yaitu mencocokkan catatan perusahaan dan catatan bank

melalui rekonsiliasi yang dilakukan oleh orang diluar fungsi akuntansi.

Adapun peryataan Mulyadi (2010:105) unsur-unsur pengendalian intern

terhadap kas adalah sebagai berikut:

1. Organisasi

a. Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

Page 31: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

37

b. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan

sendiri oleh fungsi penyimpanan kas sejak awal sampai akhir, tanpa

campur tangan dari fungsi yang lain.

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

a. Penerimaan dan pengeluaran kas harus mendapatkan otorisasi dari

pejabat yang berwenang.

b. Pembukuan dan penutupan rekening perusahaan harus mendapatkan

persetujuan dari yang berwenang.

c. Pencatatan didalam jurnal penerimaan dan pengeluaran kas (atau dalam

metode pencatatan tertentu register chart) harus didasarkan bukti kas

masuk dan bukti kas keluar yang telah mendapat otoritas dari yang

berwenang dan yang dilampiri dokumen pendukung yang lengkap.

3. Praktik sehat

a. Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan

pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

b. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas

harus dibubuhi cap “lunas” oleh fungsi penyimpanan kas setelah

transaksi pengeluaran aks dilakukan.

c. Pengguna rekening koran bank (bank statement) yang merupakan

informasi dari pihak ketiga untuk memeriksa ketelitian/ kebenaran

catatan kas oleh unit organisasi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan

penyimpanan kas (fungsi pemeriksaan intern).

d. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, pengeluaran

ini dilakukan melalui dana kas kecil, yang akuntansinya dilakukan

dengan sistem imprest.

e. Secara periodic diadakan pencocokan jumlah fisik yang ada di tangan

dengan jumlah kas menurut catatan.

f. Kas yang ada di tangan dan kas yang ada di dalam perjalanan

diasuransikan dari kerugian.

g. Kasir diasuransikan.

h. Kasir diperlengkapi dengan alat-alat mencegah terjadiya pencurian

terhadap kas yang ada di tangan misalnya, mesin register kas, lemari

besi, dan strong room.

i. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasir.

Alasan perlunya dilakukan pengendalian intern kas seperti yang

diungkapkan oleh Anthon (2008:33) adalah sebagai berikut:

1. Kas merupakan aktiva lancar yang mudah disalahgunakan, pengendalian

terhadap kas harus dibentuk untuk meyakinkan bahwa kas milik perusahaan

tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh seseorang dalam

hubungannya dengan perusahaan.

Page 32: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Struktur Pengendalian Intern

38

2. Jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus diatur secara berhati-

hati sehingga tidak terjadi kesalahan atau kekurangan kas pada suatu waktu.

Pengeluara kas secara harian, seperti membayar seluruh keperluan dan jasa

yang diperlukan atau dibeli oleh perusahaan dan menyelesaikan seluruh

kewajibannya jika jatuh tempo, mengharuska kas yang memadai yang harus

tetap dipertahankan untuk kebutuhan tersebut.

Pada sisi lain, kas bukan merupakan aktiva yang produktif (dimiliki, tetapi

tidak dapat memberikan pengembalian) sehingga tidak perlu memegang uang

dalam jumlah yang besar yang melebihi jumah yang dibutuhkan secara harian dan

suatu jumlah tertentu untuk berjaga-jaga. Kas yang lebih dari suatu jumlah yang

dibutuhkan harus diinvestasikan dalam surat berharga yang memberikan

penghasilan dalam aktiva produktif lainnya.