sistem pengendalian intern manajemen risiko …

12
SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO (STUDI DI PT. BANK DKI UNIT USAHA SYARIAH CABANG PONDOK INDAH JAKARTA) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Diyah Nurmalitasari 125020401111003 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO

(STUDI DI PT. BANK DKI UNIT USAHA SYARIAH

CABANG PONDOK INDAH JAKARTA)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Diyah Nurmalitasari

125020401111003

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …
Page 3: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO

(STUDI DI PT. BANK DKI UNIT USAHA SYARIAH CABANG PONDOK INDAH JAKARTA)

Diyah Nurmalitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.

Hal ini dikhawatirkan perbankan syariah Indonesia belum siap menghadapi persaingan secara global,

salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Strategi yang dapat ditempuh salah satunya adalah

penguatan manajemen risiko. Buruknya manajemen risiko sering menjadi salah satu penyebab

bangkrutnya bank berbasis syariah. Hasil dari penelitian Hadad (2010) menyebutkan bahwa perbankan

di Indonesia perlu meningkatkan efisiensi manajemen risiko khususnya peningkatan manajemen risiko

sisi internalnya. Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana sistem pengendalian intern dalam

penerapan manajemen risiko di dalam bank berbasis syariah serta apakah sistem pengendalian intern

dalam penerapan manajemen risiko bank sesuai dengan regulasi. Metode yang digunakan yaitu metode

kualitatif. Dimana dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sistem pengendalian intern PT.

Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam penerapan manajemen risiko yang

dilakukan sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang dikemukakan oleh COSO yaitu terdiri dari

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta

pemantauan secara keseluruhan berjalan dengan efektif dimana Bank sudah menerapkan konsep dasar

dan unsur-unsur dari pengendalian intern. Secara keseluruhan sistem pengendaliam intern PT. Bank DKI

Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam penerapan manajemen risiko sesuai dengan

regulasi yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko

bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Kata Kunci: Sistem Pengendalian Intern, Manajemen Risiko, Bank Syariah

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan perbankan syariah beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Melambatnya

pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia disebabkan karena beberapa faktor, yaitu permodalan yang kecil, biaya dana yang mahal, biaya operasional yang belum efisien, layanan yang belum memadai serta kualitas SDM, dan

teknologi yang masih tertinggal. Pertumbuhan yang melambat ini diperparah pula oleh meningkatnya rasio

pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF).

Berdasarkan penilaian dari Global Islamic Finance Report (GIFR) yaitu Islamic Finance Country Index (IFCI) tahun 2015, dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah

lembaga keuangan nonbank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, Indonesia

menduduki urutan ketujuh dari 45 negara dan hal ini merupakan penurunan bagi perbankan syariah di Indonesia.

Karena, dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia

dan Saudi Arabia.Dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah, bank menerapkan dua jenis suku bunga.

Penurunan ini dikhawatirkan yang akan menunjukkan bahwa perbankan syariah di Indonesia belum

memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi persaingan keuangan syariah secara global, salah satunya adalah keikutsertaan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah mulai pada tahun 2015.

Page 4: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

Menurut Direktur Bisnis Ritel PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Adrian Asharyanto Gunadi, strategi

jangka pendek yang dapat diterapkan dalam kurun waktu 2013-2015 untuk menghadapi MEA yaitu salah satunya adalah memperkuat manajemen risiko (Prayogi, 2014).

Menurut Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, bank syariah memiliki risiko keuangan yang lebih

kecil, tetapi ada satu risiko yang sangat membahayakan perkembangan perbankan syariah di masa depan yaitu,

risiko buruknya manajemen (risk management) pengelola bank syariah karena di Indonesia risiko tersebut yang sering membuat bangkrut bank model itu, oleh karena itu kunci kesuksesan bank syariah adalah manajemen yang

baik sehingga pengelolaannya bisa maksimal (Dewi, 2015).

Risiko harus dikelola karena mengandung biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu pihak industri perbankan

harus mengelola risiko dengan baik untuk menghindari kinerja perusahaan dari kerugian. Industri perbankan adalah suatu industri yang sarat dengan risiko, karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat berharga, dan penanaman dana lainnya.

Pengelolaan manajemen risiko yang baik tidak luput dari pengendalian internal yang baik pula. Sistem

pengendalian internal dalam penerapan manajemen risiko syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dimana

Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian internal secara efektif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha dan

operasional pada seluruh jenjang organisasi Bank.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, Hadad, et al (2010) dengan pendekatan Malquist, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia perlu untuk meningkatkan efisiensi manajemen risikonya

khususnya peningkatan manajemen risiko sisi internalnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem

pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko dengan studi di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko (Studi di PT. Bank DKI Unit Usaha

Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta)”. Pemilihan Bank ini dikarenakan karena Bank DKI Unit Usaha Syariah

memiliki prestasi dengan mendapatkan predikat “Best Syariah” dengan Aset di atas Rp. 1 Triliun - Rp. 5 Triliun

selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2013-2015 melalui Rating Institusi keuangan versi Majalah Investor (Bank DKI, 2015).

B. KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hadad, et al (2010) dengan judul “Productivity Changes and Risk

Management in Indonesian Banking: An Application of a New Approach to Consrtucting Malmquist Indices”. Hasil

penelitian ini menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia perlu untuk meningkatkan efisiensi manajemen risikonya

khususnya peningkatan manajemen risiko sisi internalnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imam Mukhlis (2012), dengan judul “Kinerja Keuangan Bank dan

Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa faktor internal dan faktor eksternal dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kozarevic (2013) dengan judul “Comparative Analysis of Risk Management in Conventional and Islamic Banks: The Case of Bosnia and Herzegovina”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa semua bank menyadari perlunya manajemen risiko yang aktif tetapi mereka masih tidak

memiliki cukup metode untuk mengelola semua risiko. Bank syariah terkena risiko lebih dari bank-bank

konvensional karena kurangnya harmonisasi peraturan hukum.

Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan salah satu bagian yang penting dari manajemen risiko yang harus dilaksanakan

oleh setiap perusahaan untuk mecapai tujuan perusahaan. Pentingnya pelaksanaan pengendalian intern di dalam

sebuah perusahaan dalam untuk menjamin kesinambungan dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Menurut Mulyadi (2001), sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran

yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway (COSO) dalam (Boynton, dkk, 2003) yang meliputi unsur-unsur pengendalian intern yang adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

Page 5: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

Manajemen Risiko

Risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu.

Manajemen risiko dari sudut perbankan merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank (PBI No.

13/23/PBI/2011).

Hubungan antara Pengendalian Intern dan Manajemen Risiko

Mengingat pentingnya kesadaran (awareness) semua pihak dalam bank atas risiko, bank harus

menginternalisasi konsep manajemen risiko pada seluruh lini yang ada di bank. Dengan internalisasinya manajemen

risiko ke seluruh elemen bank, memungkinkan bank mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi secara tepat waktu.

Perbedaan dari kedua konsep pengendalian intern dan manajemen risiko adalah jika dilihat dari kerangka

COSO, maka perbedaan yang terlihat adalah kerangka manajemen risiko lebih terfokus pada manajemen risiko yang

sebelumnya telah ada pada penilaian risiko dalam kerangka pengendalian intern. Dalam arti lain, kerangka manajemen risiko merupakan pengembangan yang lebih luas dari komponen penilaian risiko dalam kerangka

pengendalian internal (dikembangkan menjadi tiga kompoonen di kerangka manajemen risiko yaitu event

identification, risk assessment, dan risk response) (Renaldo, 2015).

Regulasi Manajemen Risiko Bagi Bank Islam di Indonesia Sebagai bank sentral yang memfasilitasi perbankan syariah, Bank Indonesia juga memiliki peraturan yang

mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah. Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/23/PBI/2011. Dalam peraturan ini Bank Indonesia memberikan sejumlah ketentuan-ketentuan terkait dengan

penerapan manajemen risiko bagi perbankan yang menjalankan kegiatannya dengan prinsip syariah. Saat ini sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di dalam perbankan syariah, bank

umum syariah maupun unit usaha syariah diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 pasal 17

ayat 1.

Kerangka Pikir

Gambar 1: Kerangka Pikir

Sumber: data diolah (2016)

Page 6: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif studi kasus dengan lingkup penelitian adalah

untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko PT. Bank DKI Unit

Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta, dimana unit analisis dalam penilitan ini adalah lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan dengan menentukan informan yaitu bagian dari satuan kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan pengendalian

yang ada di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta. Kemudian teknik pengumpulan data

yang akan dilakukan adalah teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik yang digunakan dalam

menganalisis data yaitu dengan cara interactive model (Miles dan Huberman,1994). Adapun komponen dalam interactive model adalah Data Collection, Data Reduction, Data Display, dan Conclusion. Kemudian apabila

terdapat ketidaksamaan daam temuan maka peneliti akan melakukan pengecekan keabsahan temuan dengan

melakukan teknik triangulasi.

D. HASIL PENELITIAN

Dalam memperoleh hasil penelitian tentang Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko (Studi di PT. Bank

DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta), telah dilakukan penelitian dalam upaya menemukan

ataupun menelusuri substansi yang terkait dengan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di

PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta berdasarkan wawancara langsung dengan Wakil Pimpinan Cabang, Kontrol Intern Cabang, Pemimpin Seksi Administrasi Keuangan & Umum, serta Asisten

Administrasi Pembiayaan di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta.

Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang

Pondok Indah Jakarta Pelaksanaan kegiatan pengendalian intern di masing-masing bank, sama halnya dengan PT. Bank DKI Unit

Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang dikembangkan oleh

The Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yaitu terdiri dari lingkungan

pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and communication), serta pemantauan (monitoring).

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian yang pertama adaIah integritas dan nilai etika tercermin pada aturan, kebijakan,

serta standar etika dan perilaku moral yang diharapkan dari perusahaan terhadap pegawai. standar perilaku yang diharapkan PT. Bank DKI Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta pada pegawai merupakan integritas dan nilai

etika yang tercermin dalam KTPPDKI, yaitu Komitmen, Teamwork, Profesional, Pelayanan, Disiplin, Kerja

Keras, Integritas.

Berikutnya bank harus mampu merekrut pegawainya yang berkompeten untuk untuk menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai tersebut. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok

Indah Jakarta Merekrut pegawai yang mayoritas berlatar belakang islam/syariah dan memiliki deskripsi jabatan

yang jelas serta spesifik untuk setiap pegawai. Adanya deskripsi jabatan serta cakupan tugas perlu dimiliki Bank

untuk menggambarkan secara jelas dan spesifik tugas yang dimilki setiap pegawai untuk memantau dipatuhinya kebijakan dan prosedur yang diberikan oleh pimpinan. Bank memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

harus dijalankan oleh setiap pegawai. SOP tersebut berbeda untuk masing-masing bagian, karena job description

setiap bagian juga berbeda.

PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memiliki pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap fungsi jabatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya rangkap

jabatan yang rentan terhadap pelanggaran atau penyelewengan dan sesuai dengan prinsip pemisahan fungsi (four

eyes principle). Four eyes principle adalah dalam satu kerjaan minimal ada empat mata (dua orang), artinya tidak

hanya ada dua mata (satu orang) yang mengerjakan dari awal sampai akhir karena akan membuka peluang untuk terjadinya pelanggaran jika hanya satu orang yang mengerjakan. Four eyes principle atau pemisahan fungsi

sehingga dalam satu kerjaan ada yang menginput, ada yang memeriksa, ada yang autorisasi, jadi tidak ada “one

man show” karena itu rentan terjadi penyimpangan.

PT. Bank DKI Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta melaksanakan dalam hal meningkatkan standarisasi pegawai dengan memfasilitasi pegawai dengan mengadakan pelatihan, pendidikan, perekrutan, promosi, dll

dibawah naungan grup Sumber Daya Manusia. Sehingga PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok

Indah Jakarta sudah memiliki kebijakan yang jelas mengenai praktek Sumber Daya Manusia. Namun pelatihan

Page 7: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

tersebut walaupun semua pegawai mendapatkan, tetapi tidak semua pelatihan yang dibutuhkan pegawai

terpenuhi. Karena dari pilihan penawaran yang diberikan, keputusan pelatihan apa yang akan dilaksanakan tetap dari Grup Sumber Daya Manusia.

Kemampuan Bank dalam memenuhi tujuannya sangat berpengaruh terhadap struktur organisasi. Struktur

organisasi memberikan kerangka yang menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan segala

aktivitas Bank dan sifat kegiatannya. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta menyusun struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhannya untuk menyajikan informasi yang tepat dalam

bentuk bagan organisasi yang menggambarkan hubungan kewenangan dan pelaporan yang jelas. Adanya

prosedur yang jelas dalam bank yang dibuat untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku. Dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Buku Pedoman Perusahaan (BPP), pegawai memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi jabatannya sehingga akan

terhindar dari pelanggaran-pelanggaran. Kantor pusat selalu memantau perkembangan kantor cabang maupun

kantor cabang pembantu dengan memberikan Kontrol Intern Cabang di setiap kantor. Sehingga dengan adanya

Kontrol Intern Cabang, segala kegiatan perbankan di kantor cabang maupun kantor cabang pembantu dapat dipantau agar selalu patuh terhadap kecukupan prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Sebelum menilai dan mengelola risiko, bank harus menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan merupakan

sasaran maupun target yang akan dicapai oleh perusahaan, disusun secara terstruktur baik secara tertulis maupun lisan. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memiliki tujuan yang terlihat pada visi

dan misi, maka Bank sudah mengetahui jenis dan tingkat risiko apa saja yang melekat pada kegiatan usaha bank.

Dalam melakukan pengukuran risiko, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta

menggunakan metode Risk Self Assessment (RSA). Menurut Buku Pedoman Perusahaan (BPP) Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah, RSA berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan pada lingkungan risiko operasional dan risiko lainnya. RSA dapat berupa checklists atau dilakukan

melalui fasilitas diskusi atau workshop. RSA dilakukan oleh risk owner (kantor cabang dan satuan kerja

operasional di Kantor Pusat) yang kemudian dikompilasi oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dan divalidasi oleh Satuan Kerja Audit Intern. Hasil dari proses RSA yang dilakukan oleh risk owner nantinya dapat

digambarkan menjadi 3 laporan, yaitu laporan yang menggambarkan komposisi nilai komposit risiko atas risk

event yang dimiliki risk owner, laporan yang berisi faktor penyebab potensi risiko yang dimiliki risk owner, dan

laporan yang berisi langkah mitigasi untuk menurunkan potensi risiko yang dimiliki risk owner. Untuk mengenai risiko pembiayaan sendiri, dalam mengidentifikasi risiko dan menganalisis risiko selain

menggunakan prinsip 5C, 7P, dan 3R, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta

memiliki aplikasi yang bernama Electronic Loan Original System (E-LOS). Aplikasi tersebut untuk mengukur

besaran risiko yang dimiliki calon debitur.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian yang dilakukan PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta

adalah dengan melakukan pengendalian terhadap pemroresan informasi. Aktivitas pengendalian yang pertama

adalah pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup. Hal ini tercermin dari adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang jelas yang dijelaskan dalam komponen lingkungan pengendalian. Pemisahan

fungsi/tugas/wewenang yang cukup dengan menjalankan fungsi maker, checker, approval dapat digambarkan

dengan tidak adanya pegawai merangkap beberapa fungsi jabatan yang membuka peluang terjadinya

pelanggaran. Berikutnya PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta mendokumentasikan dan

pencatatan yang cukup terhadap setiap kegiatan usahanya dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Semua kegiatan

usaha di dalam bank didokumentasikan dan dilakukan pencatatan agar setiap kegiatan memiliki bukti fisik yang

dapat dipertanggung jawabkan dengan baik. Pendokumentasian dan pencatatan ini dilakukan dengan membuat voucher transaksi yang setiap pembuatan dan persetujuannya membutuhkan autorisasi dari pihak yang

berwenang terhadap voucher tersebut.

PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta telah melaksanakan pengendalian fisik

secara rutin. Pengendalian fisik ini dilakukan untuk mencapai kegiatan pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku.

Aktivitas pengendalian berikutnya adalah dengan melakukan evaluasi atas kinerja. Hal ini dilakukan dengan

melakukan POAC yaitu Plan, Organizing, Action, dan Controlling. Pertama, akan dibentuknya Rencana Kerja

Anggaran (RKA). Lalu yang kedua adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Ketiga, rencana kegiatan

Page 8: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

yang sudah ditetapkan diawal dan sudah menetapkan strategi yang akan digunakan maka selanjutnya adalah

pelaksanaan dari RKA tersebut. Dan yang terakhir adalah melakukan pengendalian dari RKA yang sudah dilaksanakan dengan mengevaluasinya secara berkala agar RKA tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dan peraturan yang berlaku.

Aktivitas pengendalian PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta selanjutnya adalah

dengan melakukan pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan, setiap pegawai memiliki User ID dan Password. Tidak semua pegawai mendapatkan akses terhadap sumberdaya dan catatan, hal ini dilakukan dengan

maksud agar dapat dipertanggung jawabkan hanya kepada orang yang benar-benar memiliki akses terhadap

sumberdaya dan catatan tersebut.

Dalam melakukan semua aktivitas pengendialian tersebut, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memilki kebijakan dan prosedur akan dapat membantu manajemen meyakinkan bahwa

perintah pimpinan telah dijalankan. Karena dengan adanya kebijakan dan prosedur tersebut akan membantu

meyakinkan bahwa tindakan yang telah dilakukan adalah untuk mencapai tujuan bank.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Bentuk pelaporan dalam PT. Bank DKI Unit usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta ada dua, yaitu,

laporan intern sama laporan eksternal. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta

melaporkan laporan intern manajemen risiko dilakukan paling tidak setiap akhir bulan. Laporan Bulanan

Manajemen Risiko dilaporkan kepada Direksi secara bulanan dan dibahas di Komite Manajemen Risiko setiap triwulan.. Sedangkan untuk laporan eksternal manajemen risiko, pelaporan ke Bank Indonesia dilakukan secara

triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember.

Dalam proses pelaporan ini PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta menunggu

laporan dari Kantor Cabang Pembantu yang nantinya baru dikirm ke pihak yang membutuhkan seperti BI dan OJK. Kantor Cabang Pembantu yang ada di bawah Kantor Cabang Pondok Indah adalah Kantor Cabang

Pembantu Fatmawati, Kantor Cabang Pembantu Ciledug, Kantor Cabang Pembantu Serpong, dan Kantor

Cabang Pembantu Depok. Setiap proses pelaporan ini perlu adanya ortorisasi secara lengkap dan memadai agar

dapat dipertanggung jawabkan secara jelas. Untuk menghindari risiko yang terlalu besar PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah sebelum menerapkan sistem

informasi yang baru dalam kegiatan usahanya, selalu menguji dan mengkaji ulang sebelum sistem informasi

tersebut diterapkan secara benar-benar di Kantor Cabang. Grup Teknologi meminta kepada Kantor Cabang untuk

terus melaporkan mengenai sistem informasi tersebut, hal itu dilakukan untuk bersiap jika risiko yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut terjadi. Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software baru,

Bank harus memastikan bahwa penerapan sistem informasi dan teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan

gangguan. Awal tahun 2016 ini Bank DKI Unit Usaha Syariah terdapat pergantian sistem perbankan dari Sigma

menjadi Bank Vision. Sebelum benar-benar diterapkan Bank sudah melakukan sosialisasi dan pelatihan agar pergantian tersebut tidak akan menimbulkan gangguan di masa yang akan datang

5. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan yang dilakukan PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta adalah dengan

melakukan pemantauan terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional bank dan penanganan kelemahan-kelemahan bank yang berpeluang untuk terjadinya pelanggaran.

Dalam prakteknya pemantauan terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional bank dengan melakukan

tugas dan wewenang tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur. Prosedur yang dimilki PT. Bank DKI Unit

Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta adalah Buku Pedoman Perusahaan (BPP). BPP merupakan peraturan yang dibuat oleh Bank DKI Syariah Pusat yang berisi peraturan-peraturan tertulis yang dengan jelas

memaparkan hak dan kewajiban setiap pegawai maupun bimbingan bagi setiap pegawai dalam menjalankan hak

dan kewajibannya bagi bank.

Setelah melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan prosedur, akan dilakukan peninjauan ulang target yang ditetapkan di awal. Peninjauan ulang tersebut bisa dilaksanakan di pertengahan maupun di akhir kegiatan.

Peninjauan ini dilakukan oleh cabang dan dipantau juga oleh bawahan dari kantor pusat yang ditempatkan

disetiap Kantor Cabang maupun Kantor Cabang Pembantu yaitu Kontrol Intern Cabang (KIC) serta Dewan

Pengawas Syariah (DPS), sehingga kantor cabang tidak dilepas begitu saja dalam pelaksanaan kegitan usahanya. KIC sendiri merupakan naungan di bawah Grup Audit Intern.

Setiap adanya temuan audit, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta

mendokumentasikan temuan-temuan tersebut dan berkomitmen untuk mengambil tindakan perbaikan, karena

Page 9: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

jika tidak ada perbaikan dari temuan audit akan ada sanksi yang berat. Bank akan menerima hasil audit dan

menjalankan rekomendasi auditor berdasarkan temuan audit. Pengkajian ulang yang dilakukan dalam menangani kelemahan-kelemahan dan memperbaiki penyimpangan

yang terjadi PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan dengan melaksanakan briefing pagi untuk mengevaluasi apa yang telah dikerjakan dari setiap

divisi setiap harinya dan setiap pekerjaan tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja minimal ada dua orang dengan harapan untuk menghindari adanya peluang terjadinya pelanggaran.

Sistem Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang

Pondok Indah Jakarta dengan Regulasi Bank Indonesia memiliki peraturan yang mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah. Hal ini

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Sistem pengendalian intern dalam penerapan

manajemen risiko yang dilakukan perbankan syariah sendiri mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/23/PBI.2011 pasal 17 ayat 1.

Tabel 1: Rekapitulasi “Internal Control Integrated Framework”

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Temuan Analisis

1. Kesesuaian sistem pengendalian

intern dengan jenis dan tingkat

risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank.

Sejalan dengan kerangka

pengendalian intern oleh COSO

→ lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi

dan komunikasi, serta

pemantauan.

Kerangka pengendalian intern yang

dikembangkan oleh COSO telah

menjadi standar di seluruh dunia untuk pelaksanaan pengendalian

intern, tujuannya pun sesuai dengan

misi dari Bank DKI Syariah yang

sudah sesuai dengan jenis dan tingkat risiko bank.

2. Penetapan wewenang dan tanggung

jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan, prosedur,

dan limit.

a. Penetapan limit transaksi

sesuai SOP b. Pembatasan akses sistem

informasi

Adanya pembatasan wewenang di

setiap pegawai untuk mencegah terjadinya penyimpangan pada

setiap fungsi jabatan, sehingga tidak

ada “one man show” dan adanya

pengendalian untuk setiap kegiatan usaha sehingga dapat dipertanggung

jawabkan.

3. Penetapan jalur pelaporan dan

pemisahan fungsi yang jelas dari

satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.

Adanya pendelegasian wewenang

dan tanggung pada setiap satuan

kerja yang melaksanakan kegiatan operasional dan

pengendalian (KIC).

Adanya penetapan jalur pelaporan

dan pemisahan fungsi untuk

mencegah adanya “one man show” yang berpeluang terjadinya

pelanggaran atau penyimpangan

agar tidak ada memihak atau

menguntungkan satuan kerja operasional tertentu.

4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas

kegiatan usaha bank.

Adanya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

kegiatan usaha bank serta

dilengkapi unit

pengendalian/pengawasan.

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, Bank dapat memastikan

bahwa pemisahan fungsi sudah

disesuaikan dengan tujuan,

kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas kegiatan usaha Bank.

Page 10: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Temuan Analisis

5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat

waktu.

a. Laporan intern (dari kantor cabang ke kantor

pusat yang dikirim setiap

bulan.

b. Laporan ekstern (ke BI, OJK, PKA dan Kantor

Pajak) yang dikirim setiap

per tiga bulan

Adanya pelaporan keuangan dan kegiatan operasional untuk sebagai

bahan untuk menganalisa tren-tren

yang ada untuk diinvestigasi lebih

lanjut dan sebagai alat bantu dalam pembuatan keputusan bagi

manajemen

6. Kecukupan prosedur untuk

memastikan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

a. Memiliki BPP dan SOP

b. Laporan pemantauan oleh KIC ke GAI lalu ke

manajemen.

c. Pemantauan oleh DPS

Adanya SOP dan BPP, tidak hanya

pihak-pihak tertentu yang melaksanakan fungsi pengendalian

namun seluruh karyawan yang ada

di bank, serta adanya pemantauan

langsung dari KIC dan DPS dapat memastikan bahwa kegiatan usaha

yang dilakukan bank telah sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

7. Kaji ulang yang efektif,

independen, dan obyektif terhadap prosedur penilaian kegiatan

operasional bank.

Mengirimkan laporan-laporan ke

pihak kepentingan lain seperti OJK, DPS, Grup Syariah

untuk di kaji ulang oleh Satuan

Kerja Audit Intern

(SKAI).

Adanya pengkajian ulang terhadap

prosedur penilaian kegiatan operasional bank yang dilakukan

secara terpisah antara satuan kerja

manajemen risiko dengan satuan

kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan fungsi

pengendalian intern agar tidak

memihak atau menguntungkan

satuan kerja operasional tertentu.

8. Pengujian dan kaji ulang yang

memadai terhadap sistem informasi

Manajemen Risiko.

a. Melakukan pengujian dan

pengkajian ulang terhadap

sistem /teknologi baru.

b. Masih terdapat kekurangan dari sistem yang baru

diterapkan.

Dengan dilakukannya sosialisi dan

pelatihan untuk memperkenalkan

sistem baru sehingga bank dapat

mendeteksi secara dini risiko kemungkinan yang akan terjadi

dengan adanya kekurangan dari

sistem tersebut dan dapat

menentukan solusi yang tepat untuk memperbaiki.

9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur

operasional, cakupan, dan temuan

audit, serta tanggapan pengurus

Bank berdasarkan hasil audit.

a. Dokumentasi dalam bentuk softcopy atau hardcopy.

b. Disimpan secara terib dan

rapi di filing kabinet

tersendiri.

Adanya pendokumentasian secara lengkap dan memadai di dapat

memudahkan untuk dilakukan jejak

audit (audit trail) untuk keperluan

pengendalian intern Bank.

10. Verifikasi dan kaji ulang secara

berkala dan berkesinambungan terhadap penangan kelemahan-

kelemahan Bank untuk

memperbaiki penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi.

a. Evaluasi RKA secara

berkala. b. Briefing sebelum

melaksanakan kegiatan.

Adanya evaluasi terhadap temuan-

temuan auditor mengenai kelemahan-kelemahan yang dimiliki

Bank, Bank bisa menyesuaikan

rencana kegiatannya untuk tidak

menyinggung kelemahan-kelemahan tersebut sehingga Bank mampu

untuk mencegah ataupun

mempersiapkan bila terjadi adanya

penyimpangan.

Page 11: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem pengendalian intern PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam

penerapan manajemen risiko yang dilakukan sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang

dikemukakan oleh COSO yaitu terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan secara keseluruhan berjalan dengan efektif

dimana Bank sudah menerapkan konsep dasar dan unsur-unsur dari pengendalian intern.

2. Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko yang dilakukan PT. Bank DKI Unit

Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta secara keseluruhan sesuai dengan regulasi yaitu

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Saran

Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam sistem pengendalian intern manajemen risiko. Adapun saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi regulator untuk meninjau kembali regulasi mengenai sistem pengendalian intern dalam penerapan

manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah karena regulasi tersebut masih

menggunakan aturan umum dalam perbankan konvensional. Dengan adanya pemisahan regulasi

mengenai sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko antara perbankan syariah dan perbankan konvensional diharapkan dapat terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat tema yang sama untuk memperbanyak narasumber tidak hanya dari Kantor Cabang namun juga dari Kantor Pusat, seperti Komite Manajemen Risiko, Grup

Audit Intern, Dewan Pengawas Syariah karena satuan kerja pengendalian yang ada di kantor cabang

hanya satu orang dengan adanya penambahan narasumber dapat dijadikan perbandingan sehingga hasil penelitian akan lebih kuat dalam melihat hasilnya.

Daftar Pustaka

Bank DKI. 2015. Bank DKI Syariah Kembali Meraih The Best Syariah 2015. http://www.bankdki.co.id/id/investor-relations/2013-07-19-10-32-49/berita/200-bank-dki-syariah-kembali-meraih-the-best-syariah-2015. Diakses

pada tanggal 14 Desember 2015.

Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen Risiko

bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta: Bank Indonesia.

Boynton, C., William. Jhonson, N., Raymond. Kell. G., Walter. 2003. Modern Auditing, Edisi 7 Jilid 1, Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Dewi, Siti Nuraisyah dan Raden Jihad Akbar. 2015. Menkeu Ungkap Kelemahan Perbankan Syariah.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/613575-menkeu-ungkap-kelemahan-perbankan-syariah. Diakses pada Desember 2015.

Hadad, M, D, et al. 2010. Productivity Changes and Risk Management in Indonesian Banking: An Application of a

New Approach to Constructing Malmquist Indices. Department of Economics, Loughborough University.

Islamic Bankers Association. 2012. Global Islamic Finance Report 2012: Islamic Finance Country Index.

Page 12: SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO …

_______________________. 2015. Global Islamic Finance Report 2015: Islamic Finance Country Index.

Kozarevic, Emira, et al. 2013. Comparative Analysis of Risk Management in Conventional and Islamic Banks: The Case of Bosnia and Herzegovina. Canadian Center of Science and Education: International Business

Research; Vol. 6, No. 5.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1994. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode

Baru. Jakarta: UI Press.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Mukhlis, Imam. 2012. Kinerja Keuangan Bank dan Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di

Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2 (275-285).

Prayogi. 2014. Menilik Kesiapan Bank Syariah Hadapi MEA 2015. http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/14/10/01/ncrn2t-menilik-kesiapan-bank-syariah-hadapi-mea-

2015. Diakses pada Desember 2015.

Renaldo, M Tasya. 2015. Integrated Framework: Internal Control and Risk Management.

http://tatakelola.co/manajemen-risiko/integrated-framework-internal-control-dan-risk-management/. Diakses pada Februari 2016.