bab ii oke

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Bawang Putih Bawang putih mempunyai nama latin Allium sativum Linn. Sativum berarti dibudidayakan, karena Allium yang satu ini diduga merupakan keturunan dari bawang liar Allium longicurpis Regel. Keluarga atau genus Allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis di antaranya termasuk bawang- bawangan. Bawang putih mempunyai jenis yang cukup banyak, tetapi tidak ada perbedaan yang mencolok antara satu dan lainnya, kecuali pada bentuk umbinya. Tanaman ini tergolong tanaman yang unik dan memiliki khasiat yang sangat banyak (Iyam dan Tajudin, 2006). Allium sativum L. termasuk family Amarylidaceae, golongan spermatophyte, subgolongan Angiospermae, ordo lilliflorae dan kelas monocotyledone ( tanaman berkeping 6

Upload: hardjoe-thok

Post on 02-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab II

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II oke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Bawang Putih

Bawang putih mempunyai nama latin Allium sativum Linn.

Sativum berarti dibudidayakan, karena Allium yang satu ini diduga

merupakan keturunan dari bawang liar Allium longicurpis Regel. Keluarga

atau genus Allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis di

antaranya termasuk bawang-bawangan. Bawang putih mempunyai jenis

yang cukup banyak, tetapi tidak ada perbedaan yang mencolok antara satu

dan lainnya, kecuali pada bentuk umbinya. Tanaman ini tergolong

tanaman yang unik dan memiliki khasiat yang sangat banyak (Iyam dan

Tajudin, 2006).

Allium sativum L. termasuk family Amarylidaceae, golongan

spermatophyte, subgolongan Angiospermae, ordo lilliflorae dan kelas

monocotyledone ( tanaman berkeping satu ). Tanaman bawang putih bisa

ditemukan dalam bentuk bergerombol, tumbuh tegak, dan tinggi bisa

mencapai 30-60 cm. Daun bawang putih berupa helai-helai (seperti pita )

memanjang ke atas. Jumlah daun setiap tanaman bisa lebih dari 10 helai,

bentuknya pipi rata, tidak berlubang, berujung runcing diujung atasnya,

dan agak melipat ke dalam ( ke arah memanjang atau membujur ), serta

membentuk sudut dipermukaan bawahnya. Tidak seperti jenis bawang

6

Page 2: BAB II oke

7

lainnya, pangkal daun bawang putih tidak menyimpan makanan, tetapi

berbentuk sisik-sisik yang mengering dan menipis jika telah dewasa.

Pelepah daun kebanyakan panjang sampai ke dalam tanah yang pada

dasarnya adalah kelopak daun, pelepah atau kelopak daun ini tipis tetapi

kuat, membungkus kelopak daun yang lebih muda yang berada di

bawahnya, sehingga membentuk batang semu yang panjang (Iyam dan

Tajudin, 2006).

Batang bawang putih merupakan batang semu yang panjang ( bisa

mencapai 30 cm ) dan tersusun dari pelepah daun yang tipis tetapi kuat.

Pelepah daun pada dasarnya juga kelopak daun, membungkus kelopak-

kelopak daun yang lebih muda yang berada dibawahnya hingga pusat

batang pokok dan membentuk batang semu yang tersembul keluar.

Batang pokok tanaman ini sebenarnya merupakan batang pokok tidak

sempurna (rundimeter) dengan pangkal atau bagian dasarnya berbentuk

cakram (Iyam dan Tajudin, 2006).

Akar bawang putih terletak di batang pokok, tepatnya di bagian

dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem

perakarannya berupa akar serabut (monokotil) yang pendek-pendek dan

menghujam ke dalam tanah tidak terlalu dalam, sehingga mudah goyah

oleh angin dan air yang berlebihan. Fungsi akar serabut ini hanya sebagai

penghisap makanan, bukan pencari air dari dalam tanah. Akibatnya, dalam

proses pertumbuhannya bawang putih membutuhkan cukup banyak air

(Iyam dan Tajudin, 2006).

Page 3: BAB II oke

8

Siung dan Umbi di dekat pusat batang pokok bagian bawah,

tepatnya di antara daun muda dekat pusat batang pokok, terdapat tunas-

tunas. Dari tunas inilah akan tumbuh umbi-umbi kecil yang disebut siung.

Hampir semua daun muda yang berada di dekat pusat batang pokok

memiliki umbi. Hanya sebagian kecil yang tidak mempunyai umbi. Daun-

daun yang tidak berumbi akan berfungsi sebagai pembungkus umbi kecil

itu sendiri (pembungkus siung). Siung ini tumbuh secara bergerombol

membentuk umbi. Umbi bawang putih berbentuk mirip gasing. Setiap

umbi mempunyai 3-36 siung. Siung bawang putih terdiri dari dua bagian,

yakni dua helai daun dan satu tunas vegetative. Daun dewasa yang berada

di bagian luar siung berfungsi sebagai pelindung dengan membungkus

daun yang lebih muda yang berada dibawahnya. Seiring dengan

pertumbuhannya, daun pelindung ini menipis dan kering, tetapi kuat. Daun

berbentuk silindris dan di bagian pucuknya berlubang kecil. Helai daun

yang lebih muda berfungsi menyimpan makanan, sehingga daun yang

lebih muda ini akan menebal. Bagian yang menebal inilah yang akan

membentuk siung. Siung tumbuh secara bergerombol membentuk umbi

yang lebih besar dan berbentuk menyerupai gasing. Setiap umbi (umbi

besar) mempunyai siung sekitar 3-12 siung (Iyam dan Tajudin, 2006).

Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai,

berbentuk bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generative. Orang

jarang sekali mengetahui bahwa bawang putih sebenarnya mempunyai

bunga. Hal ini disebabkan tangkai bunga bawang putih biasanya tidak

Page 4: BAB II oke

9

tersembur keluar. Jadi, bunganya hanya kelihatan dari luar sebagian,

bahkan sering tidak kelihatan sama sekali. Lebih parah lagi, sering kali

bunga tidak terbentuk karena sudah gugur sewaktu masih dalam tahap

tunas bunga. Ada juga kasus bunga tidak sempat tumbuh karena

tangkainya sangat pendek. Bahkan, di bagian tangkai yang pendek tersebut

tumbuh tunas beserta siung-siungnya (umbi). Hal ini mengakibatkan

terjadinya pembengkakan pada batang semu. Umbi bagian atas akan

mengganggu umbi yang terdapat di bagian bawahnya karena terjadinya

perebutan makanan antara umbi atas dan umbi bawah. Umbi atas ini juga

dapat ditanam lagi, tetapi tidak seproduktif umbi bawah (Iyam dan

Tajudin, 2006).

Varietas adalah berbagai jenis bawang putih yang mempunyai

perbedaan sifat atau cirri yang permanen atau tidak berubah, seperti tinggi

rendahnya tanaman, besar kecilnya umbi, umur panen, jumlah dan ukuran

siung, kandungan dalam umbi, daya tahan terhadap penyakit, serta iklim

pertumbuhannya. Secara garis besar, berdasarkan iklim yang dibutuhkan

tanaman untuk bisa tumbuh dengan baik, bawang putih dikelompokkan

menjadi dua varietas sebagai berikut.

a. Varietas-varietas yang bisa tumbuh di dataran tinggi dengan iklim

subtropics.

b. Varietas-varietas yang mampu beradaptasi atau mampu tumbuh di

daerah dataran rendah (Iyam dan Tajudin, 2006).

Page 5: BAB II oke

10

Jenis bawang putih yang banyak ditanam di Indonesia ada tiga

varietas yang telah dikenal unggul, yaitu lumbu hijau dan lumbu kuning

untuk lahan dataran tinggi, serta lumbu putih untuk dataran rendah.

Varietas lain yang ada merupakan modifikasi dari ketiga varietas tersebut

dan diberi nama sesuai dengan daerah asal penanamannya. Di antaranya,

varietas bawang Cirebon, bawang Tawangmangu, ilocos dari Filipina,

santong, Sumbawa, jatibarang, bogor, obleg, dan varietas bawang lanang.

Bawang lanang sebenarnya merupakan varietas yang terbentuk

secara tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok.

Bawang lanang pertama kali ditemukan di daerah Sarangan, Magetan,

Jawa Timur. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang

kecil. Hal ini disebabkan ia hanya mampu membentuk tunas utama di

tajuk dan menekan pembentukan tunas-tunas bakal siung. Daun-daun

yang biasanya membungkus siung-siung hanya membungkus umbi utuh

tersebut, sehingga kulit umbi utuh lebih tebal daripada kulit luar umbi

yang bersiung. Anehnya, tidak sedikit masyarakat yang mempercayai

bawang lanang lebih banyak mempunyai khasiat obat daripada jenis

bawang putih yang lain (Iyam dan Tajudin, 2006).

Bawang lanang bisa tumbuh normal kembali jika lokasi

penanamannya berada di daerah yang lingkungannya cocok. Bawang

putih normal akan dihasilkan biasannya setelah dua kali penanaman.

Page 6: BAB II oke

11

Tabel 2.1 Klasifikasi Nama TanamanKingdom Plantae

Divisio Spermatophyta

Sub divisio Angiospermae

Class Dicotyledonae

Ordo Liliales

Family Liliaceae

Genus Allium

Species Allium sativum Linn

(Sumber Iyam dan Tajudin, 2006).

2. Kandungan kimia bawang putih

Masyarakat banyak yang percaya akan khasiat dan manfaat

bawang putih, tetapi baru sedikit di antara mereka yang mengetahui alasan

ilmiah di balik kemanjurannya. Mereka tahu bawang putih sebatas pada

bentuknya yang menyerupai gasing, baunya yang menyengat, dan

warnanya yang putih. Pemanfaatannya secara umum untuk kehidupan

sehari-hari, hanya sebagai bumbu penyedap masakan. Bawang putih

mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di udara bebas.

Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga mempunyai kemampuan

sebagai antibakteri dan antiseptik. Sementara itu, zat yang diduga berperan

memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin karena alisin

mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh dan dalam beberapa detik

saja terurai menjadi senyawa dialli-disulfida. Di dalam tubuh, alisin

merusak protein kuman penyakit, sehingga kuman penyakit tersebut mati.

Page 7: BAB II oke

12

Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika cukup

ampuh. Banyak yang membandingkan zat ini dengan si raja antibiotik,

yakni penisilin. Bahkan, banyak yang menduga kemampuan alisin 15 kali

lebih kuat daripada penisilin. Scordinin berperan sebagai enzim

pertumbuhan dalam proses germinasi (pembentukan tunas) dan

pengeluaran akar bawang putih. Scorrdinin diyakini dapat memberikan

atau meningkatkan daya tahan tubuh stamina dan perkembangan tubuh.

Hal ini disebabkan kemampuan bawang putih dalam bergabung dengan

protein dan menguraikannya, sehingga protein tersebut mudah dicerna

oleh tubuh (Iyam dan Tajudin, 2006).

Kandungan kimia lain yang ada dalam bawang putih per 100 g sebagai

berikut.

a. Air dengan jumlah 66,2-71,0 g.

b. Kalori 95,0-122 kal.

c. Kalsium yang bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai

pencegah hipertensi, sebesar 26-42 mg.

d. Saltivine yang bias mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan

serta merangsang susunan sel.

e. Sulfur 60-120 mg.

f. Protein 4,5-7 g.

g. Lemak 0,2-0,3 g.

h. Karbohidrat 23,1-24,6 g.

i. Fosfor 15-109 mg.

Page 8: BAB II oke

13

j. Besi 1,4-5 mg

k. Vit A, B, dan dan C.

l. Kalium 346-377 mg

m. Selenium

n. Scordinin

(Iyam dan Tajudin, 2006).

3. Pemanfaatan Bawang Putih

Pemanfaatan bawang putih tidak hanya popular pada masa kini,

tetapi juga sudah berlangsung sejak dimulinya peradaban manusia.

Hipocrates mengungkapkan bahwa pada zaman Babilonia dan Yunani,

bawang putih biasa dipakai sebagai obat perangsang (prespiran) untuk

menyembuhkan sembelit dan pelancar air seni (Purwaningsih, 2007).

Dalam catatan sejarah Mesir kuno, bawang putih mempunyai andil

besar dalam pembangunan salah satu keajaiban dunia, yakni piramida-

piramida besar. Pada saat itu, makanan para pekerja yang dipekerjakan

untuk membangun piramida itu diberi bawang putih dalam jumlah besar.

Mereka yakin bawang putih bisa menangkal penyakit dan memberi daya

tahan tubuh yang kuat. Sementara itu, pada saat terjadi Perang Dunia Ke-

2, berton-ton bawang putih dikonsumsi oleh para prajurit yang bertempur.

Tujuannya, untuk meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh mereka

terhadap berbagai jenis penyakit (Purwaningsih, 2007).

Pengobatan tradisional, terutama pengobatan tradisional Cina,

banyak menggunakan tumbuh-tumbuhan, termasuk bawang putih.

Kelebihan pengobatan Cina adalah tidak hanya menyembuhkan bagian

Page 9: BAB II oke

14

tubuh yang sakit, tetapi juga mengobati seluruh bagian tubuh dan

meningkatkan kesehatan tubuh. Hal ini disebabakan bahan-bahan yang

dipakai merupakan bahan-bahan alami yang bergizi bagi tubuh

(Purwaningsih, 2007).

Meskipun memiliki efek menyembuhkan, ada hal yang tidak

disenangi dalam mengkonsumsi bawang putih, terutama jika dalam

jumlah banyak, yakni bau badan dan bau mulut yang menyengat. Bau

badan ini disebabkan bawang putih yang terserap lewat aliran darah

dikeluarkan sebagai keringat melalui kulit tubuh. Sementara itu, bau

mulut disebabkan sisa bawang putih disela-sela gigi yang tertinggal. Ada

suatu siasat agar mulut tidak mengeluarkan bau setelah mengonsumsi

bawang putih, yaitu dengan memakan buah limau. Seperti keluarga

bawang-bawangan lainnya, bawang putih juga merangsang keluarnya air

mata saat dikupas, walaupun tidak sedahsyat bawang merah. Efek

tersebut akan terasa jika sedang mengupas atau mengiris bawang putih

dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan adanya zat propanthial soxide

yang dihasilkan oleh enzim lactrymatory factor synthase yang terdapat di

lapisan umbi yang berwarna kuning. Biasanya, untuk mengatasinya

dilakukan dengan menggunakan kaca mata, menyalakan lilin, dan

memasaknya dengan kentang. Jika dimasak dengan kentang, aroma khas

bawang putih berkurang. Cara yang lebih efektif tanpa mengurangi rasa

khasnya adalah dengan meletakkan bawang putih di dalam freezer selama

5-10 menit sebelum dipotong. Sementara itu, kehebatan bawang putih

Page 10: BAB II oke

15

sebagai obat diduga karena kombinasi dua senyawa yang ada di

dalamnya, yakni alisin dan scordinin. Alisin berfungsi sebagai antibiotik

alami yang sanggup membasmi berbagai macam dan bentuk mikroba.

Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan

pertumbuhan. Potensi bawang putih akan sedikit berkurang jika bawang

putih dimasak atau digoreng (Purwaningsih, 2007).

Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa khasiat

bawang putih akan hilang jika dipanaskan kurang tepat. Alisin tidak akan

hilang, ia hanya tidak tahan terhadap panas. Demikian pula dengan enzim

alinase yang ada dalam bawang putih tidak seluruhnya rusak

(Purwaningsih, 2007).

4. Dosis konsumsi Bawang putih

Dosis yang dianjurkan untuk dimakan adalah ½ - 3 siung per hari.

Memakan lebih dari 3 siung bawang putih setiap hari dapat menimbulkan

diare, kentut, sebah, demam, bahkan bisa mengakibatkan pendarahan

lambung. Sampai saat ini, masyarakat lebih menyukai bawang putih local

dari pada bawang putih impor. Bahkan, sebagian masyarakat memercayai

bawang putih lanang (jantan atau tunggal) lebih berkhasiat sebagai obat

daripada bawang putih impor. Memang, ketajaman bau bawang putih

lokal, terutama bawang putih lanang lebih menyengat dan rasanya lebih

gurih dibandingkan bawang putih impor. Ibarat ayam, masyarakat lebih

menyukai ayam kampung daripada ayam luar negeri. Persoalannya,

Page 11: BAB II oke

16

masyarakat di daerah perkotaan agak sulit mendapatkan bawang putih

lokal, apalagi bawang putih lanang (Purwaningsih, 2007).

5. Mekanisme kerja

Bawang putih mengandung zat alisin yang mengandung berbagai

khasiat, di antaranya khasiat untuk melindungi vitamin Bı (thiamine)

yang terdapat dalam makanan sehingga tubuh dapat memanfaatkannya

secara optimal. Zat ini juga mampu menstimulasi gerak peristaltic pada

dinding usus dan memacu gerakan perut sehingga dapat meningkatkan

sekresi enzim-enzim pencernaan dan menyebabkan makanan menjadi

mudah untuk dicerna. Alisin juga mempunyai kemampuan untuk bersatu

dengan protein yang berdaya antibiotik untuk kemudian membunuh

kuman, bakteri, ataupun jamur penyebab penyakit. Zat ini juga mampu

mengenai sel-sel saraf yang sakit sehingga dapat menghilangkan rasa

nyeri. Selain itu alisin juga mampu berkaitan dengan lipoid dan kemudian

memberi efek menenangkan bagi tubuh. Suatu percobaan in vitro

(percobaan yang dilakukan di luar sel hidup) menunjukkan bahwa alisin

mempunyai kemampuan luar biasa, yaitu 70-90% dalam menghambat

kerja agen JTC-26 sel leukemia. Sedangkan sebuah percobaan in vivo

(percobaan yang dilakukan pada sel hidup) menunjukkan bahwa alisin

dapat menghambat kerja sel tumor 40-50% dalam hewan percobaan.

Bawang putih juga kaya akan zat-zat yang membuatnya menjadi

hepatroprotektor (pelindung hati), dan juga dapat menghambat kerja sel

sarcoma yang dapat menyebabkan kanker payudara. Zat thiamine yang

Page 12: BAB II oke

17

dikandungnya berfungsi sebagai pembentuk senyawa yang bersifat

allithiamin (senyawa vitamin B1) yang mencegah sembelit. Sedangkan

kandungan salvatine yang ada mampu mempercepat pertumbuhan

jaringan dan sel-sel manusia dan menstimulasi system syaraf. Bawang

putih juga berkhasiat melancarkan aktifitas fibrinolitik (pelarutan dan

penggumpalan darah) sehingga dapat mencegah penimbunan plak dalam

pembulu darah arteri, sedangkan zat diallidisulfida dipercaya sebagai zat

anticacing (Hembing, 2007).

6. Tekanan Darah Tinggi

a. Konsep Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari

140mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg. Dalam keadaan

tenang atau pada malam hari waktu tidur, tekanan darah dapat 30-40

mmHg lebih rendah dari pada waktu siang hari atau pada waktu

bekerja. Tekanan darah pada anak sewaktu lahir rata-rata 80 sistolis

dan 60 mmHg diastolis, sedangkan pada anak-anak menjelang dewasa

tekanan menjadi 120/70mmHg. Pada waktu kita berumur sekitar 50

tahun tekanan menjadi rata-rata 140/90mmHg (Martuti, 2001).

b. Penyebab Tekanan Darah Tinggi

Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang

belum diketahui, tetapi secara umum penyebab hipertensi dibedakan

menjadi dua, yaitu (Julianti, dkk.2005) :

Page 13: BAB II oke

18

1) Hipertensi Primer (esensial)

Hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Beberapa

hal yang dimungkinkan menjadi factor penyebab adalah factor

keturunan (genetik), hiperaktivitas susunan saraf simpatesis,

system renin-angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium (Na),

dan factor gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol, dan rokok).

2) Hipertensi Sekunder (renal)

Penyebab spesifik hipertensi ini diketahui. Diantaranya, yaitu

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat badan,

kelebihan kolesterol, dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

c. Etiologi

Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam

factor, antara lain (Anggraini, dkk.2009) :

1) Faktor Genetik

Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu

dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

Page 14: BAB II oke

19

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga.

2) Umur

Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Pasien yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada

orang yang bertambah usianya. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,

dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh

darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan

aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks reseptor

pada lanjut usia sensivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran

ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju

filtrasi glomerulus menurun.

3) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Page 15: BAB II oke

20

Density Lipoprotein (HDL). Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

4) Ras

Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika

(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi

dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Sampai saat ini

belum diketahui secara pasti penyebabnya.

5) Stress

Ketegangan emosional dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara akibat pelepasan adrenalin dan nonadrenalin (hormone

stress), yang bersifat vasokontraktif. Tekanan darah juga

meningkat pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga,

olahraga). Bila stress hilang, tekanan darah turun lagi.

6) Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia WHO merekomendasikan pola konsumsi

garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hopertensi. Kadar

sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol

(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam). Konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya cairan intraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak

kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk

Page 16: BAB II oke

21

mengurangi konsumsi natrium / sodium. Sumber natrium/sodium

yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap

masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.

7) Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Dalam

penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari

Brigman and Womens’ Hospital, Massachussetts terhadap 28.236

subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek

tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek

merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok

lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam

median 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian

hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan merokok lebih

dari 15 batang perhari.

d. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), tekanan darah

dikatakan normal jika sistoliknya kurang dari 140 mmHg dan

diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Jika sistolik diantara 140-160

mmHg dan diastolik diantara 90-95 mmHg disebut borderline

hypertension. Berikut ini klasifikasi tekanan darah orang dewasa usia

>18 tahun (Julianti, dkk.2005):

Page 17: BAB II oke

22

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO.

Klasifikasi Tekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal 120 80

Hipertensi tahap I (ringan) 140-159 90-99

Hipertensi tahap II (sedang) 160-179 100-109

Hipertensi tahap III (berat) 180-209 110-119

Hipertensi tahap IV (maligna)

>210 >120

(Sumber Julianti, dkk 2005).

e. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya tekanan darah tinggi adalah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I

converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting

dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen

yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi

oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan

tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah

meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya

ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

Page 18: BAB II oke

23

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi

aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid

yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial

merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut

merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat

meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah,

kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh

darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu

oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet,

tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.

Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi

yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.

Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten

berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan

organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan

Page 19: BAB II oke

24

saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada

pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)

kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada

umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi

pada usia 40-60 tahun (Anggraini, dkk. 2009).

f. Komplikasi

Tekanan Darah Tinggi merupakan faktor resiko utama untuk

terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan

penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya

meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang

tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya

memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Berikut ini

komplikasi hipertensi yang dapat terjadi (Julianti, dkk, 2005) :

1. Kerusakan dan gangguan pada otak

2. Gangguan dan kerusakan mata

3. Gangguan dan kerusakan jantung

4. Gangguan dan kerusakan ginjal

g. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :

1) Target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg dan untuk individu

berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan

darah adalah <130/80 mmHg.

Page 20: BAB II oke

25

2) Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

3) Menghambat laju penyakit ginjal.

a) Non Farmakologis

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan

kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih,

konsumsi alcohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,

latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

obat-obatan tradisional seperti bawang putih, mengkudu.

b) Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yaitu

diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron

antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium

antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/

blocker (ARB) (Anggraini, dkk. 2009)

7. Konsep Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

didalam kehidupan manusia. Menua adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

Page 21: BAB II oke

26

Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang

dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya

meliputi aspek biologis, tetapi juga meliputi psikologis dan sosial.

Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan

“senesens“ dan perubahan “senilitas“. Perubahan senesens adalah

perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.

Sedangkan perubahan senilitas adalah perubahan-perubahan patologik

permanen dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan

pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada

umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa, dan problem

dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu lansia dikelompokkan

dengan resiko tinggi problem fisik dan mental (Laksamana dan

Hartono, 2003).

b. Pengelompokan Lansia

Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut

beberapa pendapat yaitu :

1) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu :

a) Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45 - 59

tahun

b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 – 74 tahun

c) Lanjut usia Tubuh (old) antara 75 - 90 tahun

d) Usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun.

Page 22: BAB II oke

27

2) Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia dibedakan dalam dua

tahap, yaitu :

a) Early old age (usia 60-70 tahun)

b) Advanced old age (usia 70 tahun keatas)

3) Menurut Burnside, lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut:

a) Young old (usia 60-69 tahun)

b) Middle age old (usia 70-79 tahun)

c) Old-old (usia 80-89 tahun)

d) Very Old-old (usia 90 tahun keatas).

c. Karakteristik personal yang sering dijumpai dikalangan lansia antara

lain dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori tertentu.

1) Persepsi mereka tentang pensiun (yang sedang dijalani)

a) Lebih memerhatikan diri.

b) Merasa kehilangan teman (peer group).

c) Berkemauan dan tetap bersemangat untuk melakukan hal-hal

tertentu.

d) Merasa bahwa orang disekitarnya (lingkungan dimana ia

berada) sering kali tidak melibatkannya dalam kegiatan

tertentu.

e) Merasa tidak diterima lagi dimasyarakat.

f) Merasa lebih memerhatikan keluarganya.

g) Merasa tidak ada teman sebaya yang dapat diajak bicara.

h) Masih merasa mampu bekerja.

Page 23: BAB II oke

28

i) Merasa lebih memiliki waktu luang.

j) Merasa penghasilannya jauh berkurang.

k) Merasa tidak ada yang mau mendengarkan atau meminta

pendapatnya.

l) Merasa tidak berguna lagi.

m) Merasa keluarganya tidak dapat mengerti keberadaannya

sebagai lansia.

n) Menyenangi cucu-cucunya.

o) Sering mengunjungi teman lama.

p) Tidak aktif dalam kegiatan belanja.

q) Dapat menyalurkan hobi.

2) Perubahan peran sosial lansia yang dapat diamat

a) Sering kali kurang mampu mengambil tindakan.

b) Lebih banyak mengurung diri.

c) Tidak sabaran atau pemarah.

d) Kurang menyadari apa peran dan tanggung jawabnya kini.

e) Kurang mampu berpikir atau berbicara.

f) Egois (hanya memikirkan diri sendiri).

g) Tidak ingin bergaul dengan tetangga.

h) Merasa tidak berdaya.

i) Merasa hilang perannya selaku kepala rumah tangga.

j) Mudah tersinggung.

(Tamher, 2009).

Page 24: BAB II oke

29

d. Proses penuaan

Teori-teori tentang penuaan meliputi :

1) Teori Biologis

Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut :

a) Teori jam genetic

b) Teori interaksi seluler

c) Teori mutagenesis somatic

d) Teori eror katastrop

e) Teori pemakaian dan keausan

2) Teori Psikososial

Adapun mengenai kelompok teori psikososial, berturut-turut

dikemukakan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Disengagement theory

b) Teori aktivitas

c) Teori kontinuitas

d) Teori subkultur

e) Teori strati kasi usia

f) Teori penyesuaian individu dengan lingkungan

(Tamher, 2009).

Page 25: BAB II oke

30

B. Kerangka Konseptual

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh Kapsul Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.

Penderita tekanan darah tinggi

Faktor Hipertensi

Genetik Stress Usia

Farmakologis : Hidroklorotiazid Metildopa, klonidin,

reserpine Metoprolol,

propranolol, atenolol Prososin, hidralasin Kaptopril Nifedipin, diltiasem,

verapamil

Non Farmakologis : Bawang putih

Tekanan darah tinggi

Stadium I (Hipertensi ringan)

Stadium 2 (Hipertensi sedang)

Stadium 3 (Hipertensi berat)

Stadium 4 (Hipertensi Maligna)

Mengkudu Menghentika

n kebiasaan merokok

Menurunkan berat badan berlebih

Konsumsi alcohol

Latihan fisik

Page 26: BAB II oke

31

C. Hipotesis

1. H0 : Tidak adanya pengaruh kapsul bawang putih terhadap penurunan

tekanan darah tinggi.

2. H1 : Adanya pengaruh kapsul bawang putih terhadap penurunan tekanan

darah tinggi.