bab ii oke
DESCRIPTION
bab IITRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Bawang Putih
Bawang putih mempunyai nama latin Allium sativum Linn.
Sativum berarti dibudidayakan, karena Allium yang satu ini diduga
merupakan keturunan dari bawang liar Allium longicurpis Regel. Keluarga
atau genus Allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis di
antaranya termasuk bawang-bawangan. Bawang putih mempunyai jenis
yang cukup banyak, tetapi tidak ada perbedaan yang mencolok antara satu
dan lainnya, kecuali pada bentuk umbinya. Tanaman ini tergolong
tanaman yang unik dan memiliki khasiat yang sangat banyak (Iyam dan
Tajudin, 2006).
Allium sativum L. termasuk family Amarylidaceae, golongan
spermatophyte, subgolongan Angiospermae, ordo lilliflorae dan kelas
monocotyledone ( tanaman berkeping satu ). Tanaman bawang putih bisa
ditemukan dalam bentuk bergerombol, tumbuh tegak, dan tinggi bisa
mencapai 30-60 cm. Daun bawang putih berupa helai-helai (seperti pita )
memanjang ke atas. Jumlah daun setiap tanaman bisa lebih dari 10 helai,
bentuknya pipi rata, tidak berlubang, berujung runcing diujung atasnya,
dan agak melipat ke dalam ( ke arah memanjang atau membujur ), serta
membentuk sudut dipermukaan bawahnya. Tidak seperti jenis bawang
6
7
lainnya, pangkal daun bawang putih tidak menyimpan makanan, tetapi
berbentuk sisik-sisik yang mengering dan menipis jika telah dewasa.
Pelepah daun kebanyakan panjang sampai ke dalam tanah yang pada
dasarnya adalah kelopak daun, pelepah atau kelopak daun ini tipis tetapi
kuat, membungkus kelopak daun yang lebih muda yang berada di
bawahnya, sehingga membentuk batang semu yang panjang (Iyam dan
Tajudin, 2006).
Batang bawang putih merupakan batang semu yang panjang ( bisa
mencapai 30 cm ) dan tersusun dari pelepah daun yang tipis tetapi kuat.
Pelepah daun pada dasarnya juga kelopak daun, membungkus kelopak-
kelopak daun yang lebih muda yang berada dibawahnya hingga pusat
batang pokok dan membentuk batang semu yang tersembul keluar.
Batang pokok tanaman ini sebenarnya merupakan batang pokok tidak
sempurna (rundimeter) dengan pangkal atau bagian dasarnya berbentuk
cakram (Iyam dan Tajudin, 2006).
Akar bawang putih terletak di batang pokok, tepatnya di bagian
dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem
perakarannya berupa akar serabut (monokotil) yang pendek-pendek dan
menghujam ke dalam tanah tidak terlalu dalam, sehingga mudah goyah
oleh angin dan air yang berlebihan. Fungsi akar serabut ini hanya sebagai
penghisap makanan, bukan pencari air dari dalam tanah. Akibatnya, dalam
proses pertumbuhannya bawang putih membutuhkan cukup banyak air
(Iyam dan Tajudin, 2006).
8
Siung dan Umbi di dekat pusat batang pokok bagian bawah,
tepatnya di antara daun muda dekat pusat batang pokok, terdapat tunas-
tunas. Dari tunas inilah akan tumbuh umbi-umbi kecil yang disebut siung.
Hampir semua daun muda yang berada di dekat pusat batang pokok
memiliki umbi. Hanya sebagian kecil yang tidak mempunyai umbi. Daun-
daun yang tidak berumbi akan berfungsi sebagai pembungkus umbi kecil
itu sendiri (pembungkus siung). Siung ini tumbuh secara bergerombol
membentuk umbi. Umbi bawang putih berbentuk mirip gasing. Setiap
umbi mempunyai 3-36 siung. Siung bawang putih terdiri dari dua bagian,
yakni dua helai daun dan satu tunas vegetative. Daun dewasa yang berada
di bagian luar siung berfungsi sebagai pelindung dengan membungkus
daun yang lebih muda yang berada dibawahnya. Seiring dengan
pertumbuhannya, daun pelindung ini menipis dan kering, tetapi kuat. Daun
berbentuk silindris dan di bagian pucuknya berlubang kecil. Helai daun
yang lebih muda berfungsi menyimpan makanan, sehingga daun yang
lebih muda ini akan menebal. Bagian yang menebal inilah yang akan
membentuk siung. Siung tumbuh secara bergerombol membentuk umbi
yang lebih besar dan berbentuk menyerupai gasing. Setiap umbi (umbi
besar) mempunyai siung sekitar 3-12 siung (Iyam dan Tajudin, 2006).
Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai,
berbentuk bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generative. Orang
jarang sekali mengetahui bahwa bawang putih sebenarnya mempunyai
bunga. Hal ini disebabkan tangkai bunga bawang putih biasanya tidak
9
tersembur keluar. Jadi, bunganya hanya kelihatan dari luar sebagian,
bahkan sering tidak kelihatan sama sekali. Lebih parah lagi, sering kali
bunga tidak terbentuk karena sudah gugur sewaktu masih dalam tahap
tunas bunga. Ada juga kasus bunga tidak sempat tumbuh karena
tangkainya sangat pendek. Bahkan, di bagian tangkai yang pendek tersebut
tumbuh tunas beserta siung-siungnya (umbi). Hal ini mengakibatkan
terjadinya pembengkakan pada batang semu. Umbi bagian atas akan
mengganggu umbi yang terdapat di bagian bawahnya karena terjadinya
perebutan makanan antara umbi atas dan umbi bawah. Umbi atas ini juga
dapat ditanam lagi, tetapi tidak seproduktif umbi bawah (Iyam dan
Tajudin, 2006).
Varietas adalah berbagai jenis bawang putih yang mempunyai
perbedaan sifat atau cirri yang permanen atau tidak berubah, seperti tinggi
rendahnya tanaman, besar kecilnya umbi, umur panen, jumlah dan ukuran
siung, kandungan dalam umbi, daya tahan terhadap penyakit, serta iklim
pertumbuhannya. Secara garis besar, berdasarkan iklim yang dibutuhkan
tanaman untuk bisa tumbuh dengan baik, bawang putih dikelompokkan
menjadi dua varietas sebagai berikut.
a. Varietas-varietas yang bisa tumbuh di dataran tinggi dengan iklim
subtropics.
b. Varietas-varietas yang mampu beradaptasi atau mampu tumbuh di
daerah dataran rendah (Iyam dan Tajudin, 2006).
10
Jenis bawang putih yang banyak ditanam di Indonesia ada tiga
varietas yang telah dikenal unggul, yaitu lumbu hijau dan lumbu kuning
untuk lahan dataran tinggi, serta lumbu putih untuk dataran rendah.
Varietas lain yang ada merupakan modifikasi dari ketiga varietas tersebut
dan diberi nama sesuai dengan daerah asal penanamannya. Di antaranya,
varietas bawang Cirebon, bawang Tawangmangu, ilocos dari Filipina,
santong, Sumbawa, jatibarang, bogor, obleg, dan varietas bawang lanang.
Bawang lanang sebenarnya merupakan varietas yang terbentuk
secara tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok.
Bawang lanang pertama kali ditemukan di daerah Sarangan, Magetan,
Jawa Timur. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang
kecil. Hal ini disebabkan ia hanya mampu membentuk tunas utama di
tajuk dan menekan pembentukan tunas-tunas bakal siung. Daun-daun
yang biasanya membungkus siung-siung hanya membungkus umbi utuh
tersebut, sehingga kulit umbi utuh lebih tebal daripada kulit luar umbi
yang bersiung. Anehnya, tidak sedikit masyarakat yang mempercayai
bawang lanang lebih banyak mempunyai khasiat obat daripada jenis
bawang putih yang lain (Iyam dan Tajudin, 2006).
Bawang lanang bisa tumbuh normal kembali jika lokasi
penanamannya berada di daerah yang lingkungannya cocok. Bawang
putih normal akan dihasilkan biasannya setelah dua kali penanaman.
11
Tabel 2.1 Klasifikasi Nama TanamanKingdom Plantae
Divisio Spermatophyta
Sub divisio Angiospermae
Class Dicotyledonae
Ordo Liliales
Family Liliaceae
Genus Allium
Species Allium sativum Linn
(Sumber Iyam dan Tajudin, 2006).
2. Kandungan kimia bawang putih
Masyarakat banyak yang percaya akan khasiat dan manfaat
bawang putih, tetapi baru sedikit di antara mereka yang mengetahui alasan
ilmiah di balik kemanjurannya. Mereka tahu bawang putih sebatas pada
bentuknya yang menyerupai gasing, baunya yang menyengat, dan
warnanya yang putih. Pemanfaatannya secara umum untuk kehidupan
sehari-hari, hanya sebagai bumbu penyedap masakan. Bawang putih
mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di udara bebas.
Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga mempunyai kemampuan
sebagai antibakteri dan antiseptik. Sementara itu, zat yang diduga berperan
memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin karena alisin
mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh dan dalam beberapa detik
saja terurai menjadi senyawa dialli-disulfida. Di dalam tubuh, alisin
merusak protein kuman penyakit, sehingga kuman penyakit tersebut mati.
12
Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika cukup
ampuh. Banyak yang membandingkan zat ini dengan si raja antibiotik,
yakni penisilin. Bahkan, banyak yang menduga kemampuan alisin 15 kali
lebih kuat daripada penisilin. Scordinin berperan sebagai enzim
pertumbuhan dalam proses germinasi (pembentukan tunas) dan
pengeluaran akar bawang putih. Scorrdinin diyakini dapat memberikan
atau meningkatkan daya tahan tubuh stamina dan perkembangan tubuh.
Hal ini disebabkan kemampuan bawang putih dalam bergabung dengan
protein dan menguraikannya, sehingga protein tersebut mudah dicerna
oleh tubuh (Iyam dan Tajudin, 2006).
Kandungan kimia lain yang ada dalam bawang putih per 100 g sebagai
berikut.
a. Air dengan jumlah 66,2-71,0 g.
b. Kalori 95,0-122 kal.
c. Kalsium yang bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai
pencegah hipertensi, sebesar 26-42 mg.
d. Saltivine yang bias mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan
serta merangsang susunan sel.
e. Sulfur 60-120 mg.
f. Protein 4,5-7 g.
g. Lemak 0,2-0,3 g.
h. Karbohidrat 23,1-24,6 g.
i. Fosfor 15-109 mg.
13
j. Besi 1,4-5 mg
k. Vit A, B, dan dan C.
l. Kalium 346-377 mg
m. Selenium
n. Scordinin
(Iyam dan Tajudin, 2006).
3. Pemanfaatan Bawang Putih
Pemanfaatan bawang putih tidak hanya popular pada masa kini,
tetapi juga sudah berlangsung sejak dimulinya peradaban manusia.
Hipocrates mengungkapkan bahwa pada zaman Babilonia dan Yunani,
bawang putih biasa dipakai sebagai obat perangsang (prespiran) untuk
menyembuhkan sembelit dan pelancar air seni (Purwaningsih, 2007).
Dalam catatan sejarah Mesir kuno, bawang putih mempunyai andil
besar dalam pembangunan salah satu keajaiban dunia, yakni piramida-
piramida besar. Pada saat itu, makanan para pekerja yang dipekerjakan
untuk membangun piramida itu diberi bawang putih dalam jumlah besar.
Mereka yakin bawang putih bisa menangkal penyakit dan memberi daya
tahan tubuh yang kuat. Sementara itu, pada saat terjadi Perang Dunia Ke-
2, berton-ton bawang putih dikonsumsi oleh para prajurit yang bertempur.
Tujuannya, untuk meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh mereka
terhadap berbagai jenis penyakit (Purwaningsih, 2007).
Pengobatan tradisional, terutama pengobatan tradisional Cina,
banyak menggunakan tumbuh-tumbuhan, termasuk bawang putih.
Kelebihan pengobatan Cina adalah tidak hanya menyembuhkan bagian
14
tubuh yang sakit, tetapi juga mengobati seluruh bagian tubuh dan
meningkatkan kesehatan tubuh. Hal ini disebabakan bahan-bahan yang
dipakai merupakan bahan-bahan alami yang bergizi bagi tubuh
(Purwaningsih, 2007).
Meskipun memiliki efek menyembuhkan, ada hal yang tidak
disenangi dalam mengkonsumsi bawang putih, terutama jika dalam
jumlah banyak, yakni bau badan dan bau mulut yang menyengat. Bau
badan ini disebabkan bawang putih yang terserap lewat aliran darah
dikeluarkan sebagai keringat melalui kulit tubuh. Sementara itu, bau
mulut disebabkan sisa bawang putih disela-sela gigi yang tertinggal. Ada
suatu siasat agar mulut tidak mengeluarkan bau setelah mengonsumsi
bawang putih, yaitu dengan memakan buah limau. Seperti keluarga
bawang-bawangan lainnya, bawang putih juga merangsang keluarnya air
mata saat dikupas, walaupun tidak sedahsyat bawang merah. Efek
tersebut akan terasa jika sedang mengupas atau mengiris bawang putih
dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan adanya zat propanthial soxide
yang dihasilkan oleh enzim lactrymatory factor synthase yang terdapat di
lapisan umbi yang berwarna kuning. Biasanya, untuk mengatasinya
dilakukan dengan menggunakan kaca mata, menyalakan lilin, dan
memasaknya dengan kentang. Jika dimasak dengan kentang, aroma khas
bawang putih berkurang. Cara yang lebih efektif tanpa mengurangi rasa
khasnya adalah dengan meletakkan bawang putih di dalam freezer selama
5-10 menit sebelum dipotong. Sementara itu, kehebatan bawang putih
15
sebagai obat diduga karena kombinasi dua senyawa yang ada di
dalamnya, yakni alisin dan scordinin. Alisin berfungsi sebagai antibiotik
alami yang sanggup membasmi berbagai macam dan bentuk mikroba.
Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan
pertumbuhan. Potensi bawang putih akan sedikit berkurang jika bawang
putih dimasak atau digoreng (Purwaningsih, 2007).
Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa khasiat
bawang putih akan hilang jika dipanaskan kurang tepat. Alisin tidak akan
hilang, ia hanya tidak tahan terhadap panas. Demikian pula dengan enzim
alinase yang ada dalam bawang putih tidak seluruhnya rusak
(Purwaningsih, 2007).
4. Dosis konsumsi Bawang putih
Dosis yang dianjurkan untuk dimakan adalah ½ - 3 siung per hari.
Memakan lebih dari 3 siung bawang putih setiap hari dapat menimbulkan
diare, kentut, sebah, demam, bahkan bisa mengakibatkan pendarahan
lambung. Sampai saat ini, masyarakat lebih menyukai bawang putih local
dari pada bawang putih impor. Bahkan, sebagian masyarakat memercayai
bawang putih lanang (jantan atau tunggal) lebih berkhasiat sebagai obat
daripada bawang putih impor. Memang, ketajaman bau bawang putih
lokal, terutama bawang putih lanang lebih menyengat dan rasanya lebih
gurih dibandingkan bawang putih impor. Ibarat ayam, masyarakat lebih
menyukai ayam kampung daripada ayam luar negeri. Persoalannya,
16
masyarakat di daerah perkotaan agak sulit mendapatkan bawang putih
lokal, apalagi bawang putih lanang (Purwaningsih, 2007).
5. Mekanisme kerja
Bawang putih mengandung zat alisin yang mengandung berbagai
khasiat, di antaranya khasiat untuk melindungi vitamin Bı (thiamine)
yang terdapat dalam makanan sehingga tubuh dapat memanfaatkannya
secara optimal. Zat ini juga mampu menstimulasi gerak peristaltic pada
dinding usus dan memacu gerakan perut sehingga dapat meningkatkan
sekresi enzim-enzim pencernaan dan menyebabkan makanan menjadi
mudah untuk dicerna. Alisin juga mempunyai kemampuan untuk bersatu
dengan protein yang berdaya antibiotik untuk kemudian membunuh
kuman, bakteri, ataupun jamur penyebab penyakit. Zat ini juga mampu
mengenai sel-sel saraf yang sakit sehingga dapat menghilangkan rasa
nyeri. Selain itu alisin juga mampu berkaitan dengan lipoid dan kemudian
memberi efek menenangkan bagi tubuh. Suatu percobaan in vitro
(percobaan yang dilakukan di luar sel hidup) menunjukkan bahwa alisin
mempunyai kemampuan luar biasa, yaitu 70-90% dalam menghambat
kerja agen JTC-26 sel leukemia. Sedangkan sebuah percobaan in vivo
(percobaan yang dilakukan pada sel hidup) menunjukkan bahwa alisin
dapat menghambat kerja sel tumor 40-50% dalam hewan percobaan.
Bawang putih juga kaya akan zat-zat yang membuatnya menjadi
hepatroprotektor (pelindung hati), dan juga dapat menghambat kerja sel
sarcoma yang dapat menyebabkan kanker payudara. Zat thiamine yang
17
dikandungnya berfungsi sebagai pembentuk senyawa yang bersifat
allithiamin (senyawa vitamin B1) yang mencegah sembelit. Sedangkan
kandungan salvatine yang ada mampu mempercepat pertumbuhan
jaringan dan sel-sel manusia dan menstimulasi system syaraf. Bawang
putih juga berkhasiat melancarkan aktifitas fibrinolitik (pelarutan dan
penggumpalan darah) sehingga dapat mencegah penimbunan plak dalam
pembulu darah arteri, sedangkan zat diallidisulfida dipercaya sebagai zat
anticacing (Hembing, 2007).
6. Tekanan Darah Tinggi
a. Konsep Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari
140mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg. Dalam keadaan
tenang atau pada malam hari waktu tidur, tekanan darah dapat 30-40
mmHg lebih rendah dari pada waktu siang hari atau pada waktu
bekerja. Tekanan darah pada anak sewaktu lahir rata-rata 80 sistolis
dan 60 mmHg diastolis, sedangkan pada anak-anak menjelang dewasa
tekanan menjadi 120/70mmHg. Pada waktu kita berumur sekitar 50
tahun tekanan menjadi rata-rata 140/90mmHg (Martuti, 2001).
b. Penyebab Tekanan Darah Tinggi
Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang
belum diketahui, tetapi secara umum penyebab hipertensi dibedakan
menjadi dua, yaitu (Julianti, dkk.2005) :
18
1) Hipertensi Primer (esensial)
Hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Beberapa
hal yang dimungkinkan menjadi factor penyebab adalah factor
keturunan (genetik), hiperaktivitas susunan saraf simpatesis,
system renin-angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium (Na),
dan factor gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol, dan rokok).
2) Hipertensi Sekunder (renal)
Penyebab spesifik hipertensi ini diketahui. Diantaranya, yaitu
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat badan,
kelebihan kolesterol, dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
c. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam
factor, antara lain (Anggraini, dkk.2009) :
1) Faktor Genetik
Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
19
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga.
2) Umur
Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Pasien yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks reseptor
pada lanjut usia sensivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran
ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun.
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
20
Density Lipoprotein (HDL). Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
4) Ras
Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika
(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi
dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Sampai saat ini
belum diketahui secara pasti penyebabnya.
5) Stress
Ketegangan emosional dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara akibat pelepasan adrenalin dan nonadrenalin (hormone
stress), yang bersifat vasokontraktif. Tekanan darah juga
meningkat pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga,
olahraga). Bila stress hilang, tekanan darah turun lagi.
6) Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia WHO merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hopertensi. Kadar
sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam). Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya cairan intraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk
21
mengurangi konsumsi natrium / sodium. Sumber natrium/sodium
yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap
masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
7) Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigman and Womens’ Hospital, Massachussetts terhadap 28.236
subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek
tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok
lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam
median 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan merokok lebih
dari 15 batang perhari.
d. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), tekanan darah
dikatakan normal jika sistoliknya kurang dari 140 mmHg dan
diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Jika sistolik diantara 140-160
mmHg dan diastolik diantara 90-95 mmHg disebut borderline
hypertension. Berikut ini klasifikasi tekanan darah orang dewasa usia
>18 tahun (Julianti, dkk.2005):
22
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO.
Klasifikasi Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal 120 80
Hipertensi tahap I (ringan) 140-159 90-99
Hipertensi tahap II (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi tahap III (berat) 180-209 110-119
Hipertensi tahap IV (maligna)
>210 >120
(Sumber Julianti, dkk 2005).
e. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya tekanan darah tinggi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
23
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial
merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut
merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat
meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah,
kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh
darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet,
tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi
yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.
Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten
berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan
organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan
24
saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada
pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)
kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun
(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada
umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi
pada usia 40-60 tahun (Anggraini, dkk. 2009).
f. Komplikasi
Tekanan Darah Tinggi merupakan faktor resiko utama untuk
terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang
tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Berikut ini
komplikasi hipertensi yang dapat terjadi (Julianti, dkk, 2005) :
1. Kerusakan dan gangguan pada otak
2. Gangguan dan kerusakan mata
3. Gangguan dan kerusakan jantung
4. Gangguan dan kerusakan ginjal
g. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
1) Target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg dan untuk individu
berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan
darah adalah <130/80 mmHg.
25
2) Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3) Menghambat laju penyakit ginjal.
a) Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan
kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih,
konsumsi alcohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,
latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur,
obat-obatan tradisional seperti bawang putih, mengkudu.
b) Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yaitu
diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium
antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/
blocker (ARB) (Anggraini, dkk. 2009)
7. Konsep Lanjut Usia (Lansia)
a. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).
26
Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang
dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya
meliputi aspek biologis, tetapi juga meliputi psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan
“senesens“ dan perubahan “senilitas“. Perubahan senesens adalah
perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.
Sedangkan perubahan senilitas adalah perubahan-perubahan patologik
permanen dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan
pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada
umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa, dan problem
dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu lansia dikelompokkan
dengan resiko tinggi problem fisik dan mental (Laksamana dan
Hartono, 2003).
b. Pengelompokan Lansia
Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut
beberapa pendapat yaitu :
1) Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45 - 59
tahun
b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 – 74 tahun
c) Lanjut usia Tubuh (old) antara 75 - 90 tahun
d) Usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun.
27
2) Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia dibedakan dalam dua
tahap, yaitu :
a) Early old age (usia 60-70 tahun)
b) Advanced old age (usia 70 tahun keatas)
3) Menurut Burnside, lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut:
a) Young old (usia 60-69 tahun)
b) Middle age old (usia 70-79 tahun)
c) Old-old (usia 80-89 tahun)
d) Very Old-old (usia 90 tahun keatas).
c. Karakteristik personal yang sering dijumpai dikalangan lansia antara
lain dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori tertentu.
1) Persepsi mereka tentang pensiun (yang sedang dijalani)
a) Lebih memerhatikan diri.
b) Merasa kehilangan teman (peer group).
c) Berkemauan dan tetap bersemangat untuk melakukan hal-hal
tertentu.
d) Merasa bahwa orang disekitarnya (lingkungan dimana ia
berada) sering kali tidak melibatkannya dalam kegiatan
tertentu.
e) Merasa tidak diterima lagi dimasyarakat.
f) Merasa lebih memerhatikan keluarganya.
g) Merasa tidak ada teman sebaya yang dapat diajak bicara.
h) Masih merasa mampu bekerja.
28
i) Merasa lebih memiliki waktu luang.
j) Merasa penghasilannya jauh berkurang.
k) Merasa tidak ada yang mau mendengarkan atau meminta
pendapatnya.
l) Merasa tidak berguna lagi.
m) Merasa keluarganya tidak dapat mengerti keberadaannya
sebagai lansia.
n) Menyenangi cucu-cucunya.
o) Sering mengunjungi teman lama.
p) Tidak aktif dalam kegiatan belanja.
q) Dapat menyalurkan hobi.
2) Perubahan peran sosial lansia yang dapat diamat
a) Sering kali kurang mampu mengambil tindakan.
b) Lebih banyak mengurung diri.
c) Tidak sabaran atau pemarah.
d) Kurang menyadari apa peran dan tanggung jawabnya kini.
e) Kurang mampu berpikir atau berbicara.
f) Egois (hanya memikirkan diri sendiri).
g) Tidak ingin bergaul dengan tetangga.
h) Merasa tidak berdaya.
i) Merasa hilang perannya selaku kepala rumah tangga.
j) Mudah tersinggung.
(Tamher, 2009).
29
d. Proses penuaan
Teori-teori tentang penuaan meliputi :
1) Teori Biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut :
a) Teori jam genetic
b) Teori interaksi seluler
c) Teori mutagenesis somatic
d) Teori eror katastrop
e) Teori pemakaian dan keausan
2) Teori Psikososial
Adapun mengenai kelompok teori psikososial, berturut-turut
dikemukakan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Disengagement theory
b) Teori aktivitas
c) Teori kontinuitas
d) Teori subkultur
e) Teori strati kasi usia
f) Teori penyesuaian individu dengan lingkungan
(Tamher, 2009).
30
B. Kerangka Konseptual
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh Kapsul Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.
Penderita tekanan darah tinggi
Faktor Hipertensi
Genetik Stress Usia
Farmakologis : Hidroklorotiazid Metildopa, klonidin,
reserpine Metoprolol,
propranolol, atenolol Prososin, hidralasin Kaptopril Nifedipin, diltiasem,
verapamil
Non Farmakologis : Bawang putih
Tekanan darah tinggi
Stadium I (Hipertensi ringan)
Stadium 2 (Hipertensi sedang)
Stadium 3 (Hipertensi berat)
Stadium 4 (Hipertensi Maligna)
Mengkudu Menghentika
n kebiasaan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Konsumsi alcohol
Latihan fisik
31
C. Hipotesis
1. H0 : Tidak adanya pengaruh kapsul bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah tinggi.
2. H1 : Adanya pengaruh kapsul bawang putih terhadap penurunan tekanan
darah tinggi.