bab ii oke pas rks

26
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN BAB II SPESIFIKASI TEKNIS A. LAPIS PENETRASI MACADAM ( LAPEN ) 1 1 UMUM (1) Uraian Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan lapisan aus atau lapisan pe dari agregat yang distabilisasi dengan aspal untuk penutup permukaan. L permukaan bisa ditempatkan diatas suatu lapis Pondasi Agregat Kelas A dikerjakan dan sudah diberikan lapis peresap, atau pada suatu lapisan a ada. (2) Standar Rujukan SNI 03-2457-1991 Daya tahan terhadap abrasi ( gerusan ) dari agrega berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los Angele SNI 0088-75 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan Sodium Sulfat SNI 06-2440-1991 Efek dari panas dan udara pada material aspal (pen lapis tipis dalam tungku). SNI 03-2439-1991 Pelapisan dan pengelupasan dari campuran agregat d aspal. AASHTO T112-78 Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah didal agregat. AASHTO M226 - 80 Kekentalan dari gradasi aspal semen (3) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang dila diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan tu sewaktu angin kencang. Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (La dapat dilaksanakan selama musim kemarau, dan bila cuaca kemungkinan baik paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan. (4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaska 1 Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh D Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam ( dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan dalam P Pihak Kontraktor tidakdiperkenankan memulai pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Teknik. Standar penerimaan pekerjaan lapisan agregat pokok dariLapis Penetrasi Macadam (Lapen), bahwa tidak ada satu bagianpun diatas permukaan yang tertutup oleh lapisan agregat pokok dan permukaan harus bebas dari ma dan kotor. SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 8

Upload: danang-hermawan

Post on 21-Jul-2015

307 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

BAB II SPESIFIKASI TEKNIS

A. LAPIS PENETRASI MACADAM ( LAPEN )

1

1 UMUM (1) Uraian Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan lapisan aus atau lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi dengan aspal untuk penutup permukaan. Lapis penutup permukaan bisa ditempatkan diatas suatu lapis Pondasi Agregat Kelas A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis peresap, atau pada suatu lapisan aspal yang sudah ada. (2) Standar Rujukan SNI 03-2457-1991 Daya tahan terhadap abrasi ( gerusan ) dari agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los Angeles. SNI 0088-75 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan Sodium Sulfat. SNI 06-2440-1991 Efek dari panas dan udara pada material aspal (pengujian lapis tipis dalam tungku). SNI 03-2439-1991 Pelapisan dan pengelupasan dari campuran agregat dengan aspal. AASHTO T112-78 Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah didalam agregat. AASHTO M226 - 80 Kekentalan dari gradasi aspal semen (3) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang dilakukan diatas perkerasan basah, selama hujan, bila hujan tampaknya akan turun atau sewaktu angin kencang. Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) hanya dapat dilaksanakan selama musim kemarau, dan bila cuaca kemungkinan tetap baik paling tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan. (4) Standar Penerimaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan 1 Suatu inspeksi resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi Teknik atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada telah benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Paragraf (2). Pihak Kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Teknik. Standar penerimaan pekerjaan lapisan agregat pokok dari Lapis Penetrasi Macadam (Lapen), bahwa tidak ada satu bagianpun diatas permukaan yang tidak tertutup oleh lapisan agregat pokok dan permukaan harus bebas dari material lepas dan kotor.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 8

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Lapisan agregat pengunci/penutup dari Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus dihamparkan hanya setelah lapisan agregat pokok diselesaikan dengan standar diatas. Standar penerimaan dari lapisan agregat pengunci/penutup adalah bahwa tidak kurang dari 98% dari luas rongga-rongga permukaan dalam lapisan agregat pokok/pengunci dalam setiap tempat yang lebih besar dari 0,1 m2 harus terisi dengan agregat pengunci/penutup. Lapisan agregat pengunci/penutup tidak boleh lebih dalam dari satu batu diatas tiap lapisan batu dan permukaan harus bebas dari material lepas. Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah selesai harus dapat memuaskan Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat seragam dan bentuknya menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Pekerjaan perbaikan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang tidak memuaskan harus sesuai petunjuk Direksi Teknik dan termasuk pula bagian pekerjaan penyingkiran atau penambahan material, penyingkiran seluruh material dan pekerjaan penggantian, pekerjaan pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang baru sesuai keperluan sampai didapatkannya suatu hasil pekerjaan yang memuaskan. (5) Pemeliharaan Pekerjaan yang telah Diterima Tanpa mengabaikan tanggung jawab Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan atau gagal seperti dipersyaratkan dalam Paragraf (4) diatas, pihak Kontraktor harus pula bertanggung jawab terhadap pekerjaan pemeliharaan rutin atas semua pekerjaan yang telah diselesaikan dan telah diterima dari perkerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) selama periode kontrak, termasuk Periode Jaminan. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan Bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan dan harus dibayar secara terpisah dibawah Paragraf Pengukuran dan Pembayaran. (6) Pelaporan Pihak Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini: a. Contoh aspal sejumlah 5 liter yang diusulkan oleh Kontraktor untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan Sertifikat dari Pabrik Pembuat, dan harus telah diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa material pengikat tersebut sesuai dengan Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Aspal, seperti diberikan dalam Paragraf (2). b. Suatu catatan yang memuaskan dari sertifikat Kalibrasi dari semua perlengkapan/peralatan dan meteran dan tongkat celup dari Alat Distribusi Aspal, seperti diuraikan dalam Paragraf (2) dan (3) harus diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan ketentuan-ketetuan seperti diuraikan dalam Paragraf (3) dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh lebih dari dua tahun terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 9

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

c. Diagram semprot harus memperlihatkan tinggi batang antara kecepatan dan jumlah kuantitas pemakaian aspal distributor yang digunakan juga harus menunjukkan hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nozel yang digunakan, yang berdasar pada keluaran aspal yang tetap pada nozel. Keluaran aspal pada nozel (liter/menit) dalam keadaan konstan harus dicatat pada diagram semprotan, demikian pula untuk tekanan semprotan. Diagram semprot juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horizontal dari nozel semprot, hal ini untuk maksud menjamin adanya tumpang tindih semprotan sebanyak 3 lapis yang keluar dari nozel (yaitu lebar permukaan yang tertutup aspal oleh setiap nozel adalah tepat 3 kali jarak antara nozel-nozel). d. Grafik semprotan harus diserahkan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, dengan demikian pemeriksaan dari pada peralatan yang dipakai dapat dilaksanakan. e. Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen), disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada Paragraf (1) (b), dan harus telah diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum produksi pelaburan agregat dimulai. f. Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas agregat laburan harus sesuai persyaratan Paragraf (1) dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan. g. Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja, menurut Artikel 6.10.5. Catatan harian pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah dilaksanakan dan kuantitas penggunaan mateial menurut Artikel 6.10.5. (7) Kondisi Tempat Kerja a Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan tersemprot. b Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam selokan samping atau saluran. c Kontraktor harus menyediakan dan menjaga tempat pemanasan aspal dengan suatu pencegah kebakaran yang cukup serta tindakan-tindakan lainnya, dan juga fasilitas untuk P3K. (8) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan persyaratan Seksi 1.7 Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas, dengan tambahan catatan yang harus diperhatikan berikut ini : a Lalu lintas tidak diperbolehkan melintas tempat kerja sewaktu penempatan material aspal, juga tidak boleh diijinkan untuk melintas ke tepi dari meterial aspal sampai tempat tersebut telah terlapisi agregat.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 10

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

b Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru sebelum paling tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat yang dilapisi untuk memperkecil resiko agregat terganggu. Jika kendaraan diijinkan lewat diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas yang diijinkan dengan tulisan ASPAL CAIR dan 20 km/jam harus disediakan. Kerucut-kerucut, rambu lalu lintas dan penghalang-penghalang harus digunakan untuk mendapatkan suatu rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang belum padat atau permukaan aspal yang masih terbuka. c Pengawasan dan pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan lalu lintas, menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas, harus berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling tidak 48 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas dilanjutkan sampai suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada cuaca bagus berlalu, keculi karena diperintahkan oleh Direksi Teknik. d Selama periode penyelesaian yang ditentukan dalam (c) diatas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari agregat-agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Teknik. Jika Direksi teknik mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan penghalang lalu lintas harus disingkirkan. Sebagai pilihan lain, Direksi Teknik dapat memerintahkan kelanjutan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan seluruh perbaikan-perbaikan yang diperlukan dikerjakan. 2 MATERIAL 1. Agregat a. Agregat harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat dari kerikil pecah atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari aspal. b. Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat harus memenuhi persyaratan berikut ini: - Kehilangan akibat abrasi (SNI-03-2417-1991) ........... maks. 40% - Aspal yang tertinggal setelah pengujian pengelupasan (SNI-03-2439-1991) ............................. min. 95% - Bagian-bagian yang lunak (AASHTO T 112).............. maks. 5%. c. Agregat harus dijaga supaya tetap dalam keadaan kering dan bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi persyaratan berikut : - Persentase berat dari kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75 mm yang mempunyai paling tidak dua bidang pecah minimum 90 %. e Agregat yang digunakan terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup. Gradasi masing-masing agregat harus memenuhi ketentuan dalam Tabel (1) dibawah ini. Tabel 1 Gradasi Agregat 1

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 11

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Jenis Agregat

Persen Berat Lolos Tebal Lapisan (cm) 7 10 58 100 95 100 35 70 0 15 05 45 100 95 100 05

Agregat Pokok Lolos : 75 mm 60 mm 50 mm 40 mm 25 mm 18 mm Agregat Pengunci Lolos : 25 mm 18 mm 9 mm Agregat Penutup Lolos : 12 mm 9 mm 4 mm 2 mm

100 90 100 35 75 0 15 05 -

100 90 100 05

100 95 100 05

100 95 100 05

100 85 100 10 30 0 10

100 85 100 10 30 0 10

100 85 100 10 30 0 10

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 12

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

d Agregat pengunci atau agregat penutup juga harus sanggup saling mengunci kedalam rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok atau agregat pengunci yang telah dipadatkan. 2. Bahan Aspal a. Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau dari AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70), memenuhi persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 2.

Tabel 2 Rencana Bahan Pengikat Suhu Ruang Perbandingan Minyak Suhu Semprotan 0C Udara 0 C Tanah terhadap : Aspal Pen. 80/100 17,5 20,0 22,5 25,0 27,5 30,0 32,5 34,0 > 36 13 11 9 7 5 3 1 0 0 15 13 11 9 7 5 3 2 0 Aspal Pen. 60/70 151 157 162 167 172 177 182 185 187

PPH = Bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal Suhu semprotan yang sebenarnya harus berada antara harga + 10 % dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam Tabel 6.2 Setiap material aspal yang dipanaskan untuk temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam, atau telah dipanaskan melewati 200 C diatas suhu semprot seperti ditentukan pada Tabel 2, harus ditolak, pengecualian dapat diberikan kalau ternyata hasil pengujian kekentalan (viskositas) menunjukkan bahwa material aspal tersebut masih memenuhi persyaratan. b. Bilamana pelaksanaan pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) terpaksa harus dilaksanakan dibawah kondisi cuaca tanggung, atau daya tahan pengelupasan agregat ada dalam batas batas akhir ( AASHTO T 182 ), maka Direksi TeknikSPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 13

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

dapat memerintahkan Kontraktor untuk menambah bahan adhesi-additive ( anti stripping ) kedalam bahan pengikat. Additive yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi Teknik dan perbandingan campuran ( pph ) dari bahan tersebut dengan material aspal harus menurut ketentuan yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh disimpan lebih dari 10 jam didalam bahan pengikat yang panas atau dapat disimpan kalau diberi tambahan bahan adhesi. c. Dimana minyak tanah atau bahan adhesi yang ditambahkan pada material aspal pencampurannya harus merata, caranya dengan mensirkulasikan bahan tersebut pada seluruh tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh melebihi + 2 pph minyak tanah dari persyaratan campuran bahan pengikat berdasarkan pada hasil pada dua liter contoh dan setiap campuran bahan pengikat. Jika pencampuran hendak dibuat didalam distributor aspal, maka syaratnya semua bahan aspal didalam distributor harus disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh pompa (pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang merata. 3. PERALATAN 1 Kebutuhan Umum Peralatan yang akan digunakan harus termasuk Distributor Aspal yang dapat menyemprot sendiri, dua mesin giling (roda karet dan roda baja), alat penebar agregat paling kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang, sapu lidi dan sikat dan peralatan untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan aspal. 2. Alat Distributor Aspal a. Distributor harus dipasang pada kendaraan beroda karet dan harus mematuhi semua peraturan keselamatan jalan. Beban pada roda bila dibebani penuh harus tidak boleh melampaui ketentuan yang dipersyaratkan pabrik pembuat ban pada saat operasi dengan kecepatan penuh. b. Sistim tangki bahan pengikat, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan rekomendasi keamanan dari peraturan yang ada. c. Alat penyemprot, harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang merata dapat disemprotkan secara merata pada berbagai variasi lebar permukaan, pada kuantitas yang terkendali dalam batas 0,15 sampai 2,4 liter/m2. d. Distributor harus dilengkapi dengan batang semprot yang mengsirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nozel, dipasang pada jarak yang sama 10 + 1 cm. Pipa semprot tangan juga harus dipasang. e. Tangki distributor harus benar-benar sempurna tersekat dalam menahan aliran panas, dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan pengikat pada temperatur 150 C, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,50 C per jam, aspal pengikat dan distributor dalam keadaan diam. 3. Toleransi Peralatan Aspal Distributor Toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan jarum baca yang dipasang pada Aspal Distributor dengan batang semprot harus sebagai berikut : Tachometer Pengukur Kecepatan + 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403BAB II - 14

1

SPESIFIKASI TEKNIS

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

kendaraan + 1,5 persen dari skala putaran penuh Tachometer Pengukur Kecepatan sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403 putaran pompa + 5 C, skala antara 0-2500 C minimum garis tengah skala 70 mm.

Pengukur suhu

+ 2 persen dari total volume tangki, Pengukur Volume atau Tongkat nilai maksimum garis skala Tongkat Celup Celup 50 liter. 4 Mesin Giling Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar pemadatan total tak boleh kurang dari 1,5 meter, dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri. Mesin giling roda baja dapat berupa Tandem Roller 6 8 ton atau Three Wheel Roller 6 8 ton. 5 Alat Penghampar Agregat Peralatan penghampar agregat harus mampu menghampar agregat secara merata pada kuantitas kendali, diatas bidang permukaan dengan lebar paling kurang 2,4 meter dan suatu peralatan khusus harus sedemikian rupa pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat diatur. Desain dari alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga terjamin bahwa agregat yang dihampar tak akan bertumpuk pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling kurang harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat yang diperasikan secara otomatis memakai Belt (Four wheel drive belt spreader). Penghamparan/penebaran agregat memakai tangan hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan pemakaian sikat baja ( garpu baja ). 6 Sikat Sapu ijuk kasar untuk re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan. 7. Peralatan lain Peralatan tambahan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor demi untuk meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik. 4. PELAKSANAAN PEKERJAAN 1 Kuantitas dari Material yang akan Dipakai a. Kuantitas material agregat dan aspal yang akan digunakan untuk pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Tabel 4. Tabel 4 Kuantitas Material Agregat dan AspalSPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 15

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

1

b. Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka material aspal dalam kolom V dan material agregat (agregat penutup) dalam kolom VI dari Tabel 6.10.4 tidak berlaku / tidak dipakai, dan untuk tebal lapisan dalam kolom I dari Tabel 4 harus dikoreksi dengan mengurangi dengan 1,5 cm sebagai tebal rencana dari Lapen Levelling.

(2) Pekerjaan Persiapan Permukaan Jalan Lama a. Sebelum permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat atau lapis perekat, maka pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari kotoran dan bahanbahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan pembersihan harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau peniup debu. Jika hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka bagian-bagian yang belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat baja. b. Pembersihan daerah permukaan harus dilebihkan paling kurang 20 cm dari tiaptiap tepi yang akan disemprot. c Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki yang terlihat harus dikeluarkan dari pemukaan memakai alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bila atas perintah Direksi Teknik, bahwa daerah yang telah digaru harus dicuci dengan air dan disikat memakai sikat tangan, maka Kontraktor harus melaksanakannya. d Sama sekali tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum pekerjaan pembersihan telah memuaskan Direksi Teknik. e Permukaan lama yang belum beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat, dan permukaan lama yang sudah beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis perekat, yang sesuai ketentuanketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat. BagianSPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 16

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

f

permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap pengikat atau lapis perekat harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila ditemui adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum tertutup lapis resap pengikat atau lapis perekat, maka harus diadakan pelaburan ulang lapis resap pengikat atau lapis perekat sesuai petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat atau lapis perekat harus dibiarkan kering, paling kurang 48 jam, atau menurut periode waktu yang lebih lama sesuai petunjuk Direksi Teknik. Lapis resap pengikat atau lapis perekat harus dibiarkan sampai benar-benar kering, sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) dimulai. Semua lubang-lubang harus ditutup / diperbaiki terlebih dahulu oleh pihak Kontraktor, sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) dimulai dan harus memuaskan Direksi Teknik.

(3) Pemakaian Bahan Aspal a Pemakaian aspal harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga hasil penanganan yang diperoleh merata pada semua titik. Pemakaian bahan aspal yang merata sesuai kuantitas yang ditentukan dalam Tabel 4, harus dibuat dengan menggunakan peralatan batang semprotan distributor aspal dengan pengecualian apabila penggunaan Distributor tidak praktis pada daerah yang kecil, maka Direksi Teknik kemungkinan dapat menyetujui penggunaan terbatas peralatan semprot aspal tangan. Distributor aspal harus dioperasikan menurut grafik penyemprotan yang telah mendapat persetujuan. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nozel harus dipasang sesuai dengan grafik yang telah disetujui sebelumnya demikian pula selama setiap operasi penyemprotan. b Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi melebihi 10 C dari hargaharga yang telah diberikan dalam Tabel (2). c Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa pemakaian bahan aspal setiap lintasan semprotan hanyalah dilaksanakan setengah lebar atau lebih kecil dari lebar rencana dan bila hal tersebut dilaksanakan maka harus ada satu jalur tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang berdekatan. Lebar jalur sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus tetap dibiarkan tidak diberi agregat penutup sampai penyemprotan di daerah sampingnya tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang sama dilakukan pada lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari pada lebar yang akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari tepi bahu jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat kuantitas pemakaian aspal yang kurang pada bagian tepi. d Lembaran pelindung alur dari kertas bangunan atau material yang sama yang tidak berpori, dan lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik mula dan bagian akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui nozel harus mulai dibuka dan ditutup ( dihentikan ) seluruhnya pada alur lembaran, dengan demikian semua nozel bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang dilabur. Lebar dari pada lembaran alur harus cukup sehingga menjamin hal-hal diatas tercapai. Distributor aspal harus mulai bergerak tidak boleh kurang 5 meter dimuka daerah yang akan disemprot, sehingga kecepatan jelajah harus tepat bila batang semprot mencapai kertas alur dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir dari pemakaian bahan pengikat.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 17

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Lembaran kertas alur harus segera disingkirkan dan dibuang, dan harus memuaskan Direksi Teknik. e Setiap distributor aspal selesai menyemprot, diharuskan dalam tangkinya tetap ada cadangan aspal sebesar 10 % dari volume terpasang tangki, atau sejumlah persentase lainnya seperti ditetapkan oleh Direksi Teknik, sedemikian rupa untuk mencegah masuknya udara pada sistem penyemprotan aspal dan sebagai cadangan untuk pemakaian kuantitas yang sedikit berlebih. Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap lintasan semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur dengan cara mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan sesudah setiap lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian semprot tangan. Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap lintasan semprot dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari lintasan semprot antara alur yang terlindung lembaran dan lebar efektif dari semprotan yang didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nozel yang berdekatan. Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap daerah yang disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera setelah penyemprotan daerah tersebut selesai. Kuantitas rata-rata pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan semprot atau daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan pengikat aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal, dan jumlahnya harus sesuai dengan Tabel 4 dengan toleransi sebagai berikut:Toleransi (4% dari kuantitas yang diperintahkan + 1% dari volume tangki) Kuantitas = Pemakaian luas yang disemprot

f

g

h

i

Kuantitas pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan semprotan berikutnya atau daerah semprotan tangan dimulai dan setiap penyesuaian yang perlu harus dibuat untuk menjamin bahwa kuantitas pemakaian yang ditentukan telah dicapai pada semprotan berikutnya. j. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ditemui adanya kerusakan pada peralatan penyemprot dan pekerjaan tidak boleh dimulai lagi sebelum kerusakan diperbaiki. (4) Penghamparan Agregat a Sebelum material aspal digunakan, agregat yang kuantitasnya cukup sudah tersedia dalam bak truk di lapangan. Jumlahnya harus cukup untuk menutup seluruh daerah yang akan dilaburi agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ia akan melekat ke bahan pengikat dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Teknik.SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 18

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

b

Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah disemprot aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup hamparan agregat atau tidak tertutup dengan cukup, harus segera ditutup kembali menggunakan peralatan penghampar atau memakai tangan seperlunya sampai memberikan suatu permukaan yang tertutup seluruhnya dan seragam. Setiap kelebihan agregat hamparan dari jumlah kuantitas yang dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan didistribusikan secara merata diatas permukaan jalan memakai garpu baja atau singkirkan bahan tersebut dan tumpuk sesuai petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.

(5) Penyapuan dan Penggilasaan a. Segera setelah penghamparan agregat, dan telah memuaskan Direksi Teknik, maka agregat tersebut harus digilas dengan mesin gilas roda baja atau roda karet. Pemakaian agregat yang berlebihan atau tidak rata harus b. disingkirkan/didistribusikan dengan garpu baja ke tempat sekitarnya sebelum penyelesaian penggilasan. c. Penggilasan harus segera dimulai setelah agregat disebarkan dan redistribusi memakai sapu dan harus dilanjutkan sampai seluruh daerah tersebut telah mengalami penggilasan penuh sebanyak 6 (enam) kali. d. Jalan kemudian harus dibersihkan dari material agregat yang berkelebihan sesuai dengan ketentuan dari Paragraf (8)(d). (6) Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan a Secara singkat prosedur pelaksanaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) dapat diuraikan sebagai berikut : b Pembersihan dan penyempurnaan permukaan sesuai ketentuan Paragraf (2) c Pemberian lapis resap pengikat atau lapis perekat pada permukaan lama sesuai ketentuan Paragraf (2) d Penghamparan agregat pokok sesuai ketentuan Paragraf (4) e Penggilasan agregat pokok sesuai ketentuan Paragraf (5) f Penyemprotan aspal sesuai ketentuan Paragraf (3) dengan kuantitas aspal sesuai Tabel4 kolom III. g Penghamparan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf (4) h Penggilasan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf (5) i Penyemprotan aspal sesuai ketentuan Paragraf (3) dengan kuantitas aspal sesuai Tabel 6.10.4 kolom V. j Penghamparan agregat penutup sesuai ketentuan Paragraf (4) k Penggilasan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf (5). l Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka butir (h) sampai dengan (j) tidak berlaku / tidak dipakai. (7) Pelaksanaan Pekerjaan Secara Manual

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 19

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Pelaksanaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) secara manual hanya diperbolehkan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Direksi Teknik dan terbatas hanya untuk pekerjaan minor saja. 1 2 a. b. c. 5. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf (6)(a), harus disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan. Contoh aspal sejumlah dua liter dari setiap laburan yang telah dicampur harus diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan bagian akhir pekerjaan setiap hari kerja. Jumlah data uji pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu sumber bahan agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam Paragraf (1) (b) dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang diusulkan akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu bahan yang kira-kira sama untuk didapatkan dari sumber bahan. Menyusul persetujuan mengenai mutu material bahan agregat penutup, pengujian ini harus diulang lagi selanjutnya, sesuai petunjuk Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil pengamatan ada perubahan pada material atau sumbernya. 1. Distributor aspal harus diinspeksi dan diuji sebagai berikut: a Mendahului dimulainya pekerjaan semprotan pada Kontrak b Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal yang telah disemprot oleh distributor diambil yang mana lebih sering, dan c Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi pada distributor, atau ada kejadian lain yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor. 2. Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran butir tercantum dalam Tabel dari Paragraf (1) (c dan d) harus dilakukan pada setiap tumpukan material sebelum setiap material tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam timbunan persediaan. 3. Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan harian, termasuk pemakaian aspal pengikat pada setiap lintasan semprotan dan kuantitas pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar seperti diperlihatkan pada Gambar Rencana.

d.

2

6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Metode Pengukuran a. Pekerjaan Minor. Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) untuk pekerjaan minor yang diukur untuk pembayaran harus merupakan volume padat yang dipasang yang ditentukan atas dasar luas permukaan yang diukur dan tebal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang disetujui untuk setiap kelas perbaikan sebagaimana diidentifikasikan dalam Seksi 8.1 - Pengembalian Kondisi Perkerasan yang ada. Kontraktor harus menyimpan catatan dari luas dan tebal material Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) dan Kuantitas lapis resap pengikat atau lapis perekat yang dipasang pada pekerjaan minor.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 20

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

b. Pekerjaan Pelapisan Ulang. 1 (i) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang digunakan untuk pelapisan ulang harus merupakan jumlah meter kubik material yang dipasang dan diterima, yang dihitung sebagai hasil kali luas yang diukur dan diterima dan tebal nominal rancangan. 2 (ii) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh mencakup tempat-tempat dimana Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang lebih tipis dari tebal minimum yang diterima atau bagian-bagian yang terlepas, terbelah, retak/abu menipis sepanjang tepi perkerasan atau ditempat lain. 3 (iii) Lebar daerah Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang akan dibayar harus seperti tercantum dalam Gambar Rencana atau yang telah disetujui Direksi Teknik dan harus ditentukan dengan survey pengukuran yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus pada sumbu jalan dan harus tidak boleh termasuk material yang tipis dan dengan kata lain tidak memuaskan sepanjang tepi Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang dipasang. Jarak selang pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, dan harus sama serta tidak lebih dari 20 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung luas untuk keperluan pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur harus merupakan harga rata-rata dari pengukuran lebar yang diambil dan disetujui. 4 (iv) Panjang Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus diukur sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur teknik standar. 5 2 c. Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki. Bila telah diadakan pekerjaan perbaikan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sesuai perintah Direksi Teknik pada Paragraf (4) diatas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya telah dibayar jika pekerjaan yang semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut. 2 Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material, termasuk agregat dan aspal, dan juga termasuk seluruh buruh, perlengkapan dan perkakas, dan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini. Nomor Mata Pembayaran UraianSPESIFIKASI TEKNIS

1

Satuan

BAB II - 21

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Pengukuran 6.10 (1) 6.10 (2) Lapis Penetrasi Macadam Meter persegi (Lapen) Lapen Levelling Meter persegi

B. PEKERJAAN JALAN PAVING STONE 1. Lingkup pekerjaan : 1. Meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan hingga terlaksanya pemasangan paving bloc. Paving block untuk jalan dengan spesifikasi sbb : a. Bahan : bahan yang dugunakan harus memenuhi syarat sbb : Tebal : 6 cm Type : persegi Warna : Natural Mutu Paving : K 300 (kuat tekan hancur paving) Keausan : 0.002 mm Konstruksi Pekerjaan Paving Block adalah sebagai berikut : a. Interlocking block : 6 cm (jenis pasir, semen + split) b. Pasir beton padat : 10 cm c. Sub base course sirtu : 20 cm d. Sub-grade dipadatkan CBR :6% e. Kemiringan ditentukan :2 % Dilengkapi dengan kansteen pracetak model berkait dengan ukuran kanstin 10 x 20 x 40 cm dengan Mutu Beton K-300 2.Syarat Syarat Pelaksanaan - Lapisan dasar Sub Base 1. Lapisan dasar (Sub base) harus telah digilas dengan mesin pemadat sehingga lapisan tersebut menjadi padat dan tidak bergerak dan mencapai kepadatan minimum CBR yang diisyaratkan 2. Permukaan sub base harus sesuai dengan kemiringan permukaan interlocking block yang diinginkan dan bila tidak disebutkan lain dalam perencanaan harus minimum 2,5% dua arah pada potongan melintang. - Bingkai (kansteen)/tanggul, dan manhole 1. Semua bingkai (kansteen)/ tanggul dan manhole harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan dimulai. 2. Semua galian untuk instalasi di bawah ini dan saluran-saluran harus sudah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemasangn interlocking block. 3. Pemadatan Paving block menggunakan mesin pemadat (plate vibrator) kapasitas 1,0 1, 5 ton. - Kelengkapan peralatanSPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 22

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

1. 2. 3. 4. 5.

Mesin pemadat interlocking block (Plate vibrator) kapasita 1,0 1,5 ton Alat pemotong interlocking block (cutter) Kayu dan papan, panjang 3 m yang sudah diserut rata untuk jidar peralatan pasir Benang, sapu ijuk, dan sapu asphalt. Alat pengangkutan interlocking block berupa lori dan bangku-bangku yang terbuat dari 2 lembar papan, panjang 1,5 m, tebal 2,5 cm, yang dibentuk menyiku.

- Pemasangan 1. Pasir untuk lapisan bawah interlocking block (laying course) harus merupakan pasir yang tajam dan bersih dengan kadar tanah tidak lebih dari 3 % berat, dan tidak lebih dari 10 % yang tertahan pada sieve 5 mm, pasir seperti ini lebih dikenal dengan nama pasir extra beton. 2. Celah atau naad antara unit-unit maksimum adalah 5 mm. 3. Apabila disebutkan lain dalam gambar rencana, maka profil melintang permukaan interlocking block minimal mncapai 2,5 % dengan toleransi 10 mm. Penyimpangan/ deviasi pada permukaan datar adalah 8 mm bila dukur pada setiap jarak 3 m garis lurus. Perbedaan maksimum antar ketinggian sebuah batu interlocking block dengn lainnya adalah tidak lebih dari 2 mm. 4. Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan pemasangan, misalnya karena hujan atau melanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, maka baris terakhir interlocking block harus diperbaiki lebih dahulu. 5. Interlocking topi uskup dipasang pada tepi-tepi bingkai sehingga meniadakan pemotongan interlocking block. 6. Plate vibrator yang dipakai harus mempunyai luas plate dasar 0,3 0, 5 m 2 dengan sentrifugal 1,6 - 2,0 ton 7. Pemakain plate vibrator dengan ukuran lebih kecil akan menghasilkan pekerjaan pemasangan yang tidak baik. 8. Pemadatan pertama dilakuakan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah antar diisi pasir 9. Pemasangan haru telah dipadatkan segara atau pada hari yang sama dan tidak boleh ditinggalkan lebih dari 24 jam 10. Pada pasangan interlocking block yang belum dipadatkan tidak boleh dilaui lalu lintas dan karenanya harus diberi batas-batas pengaman. 3. Pekerjaan leveling a. Tanah sub base harus dipadatkan dengan stamper kodok. b. Pemasangan sand bedding berupa pasir urug, harus disertai dengan mesin stamper setrika. c. Paving block yang si pasang harus memiliki tampilan bagus dan tidak cacat pada permukaanya d. Pemasangan paving bloks harus rata, rapi dan nat nat antar paving block harus seragam. e. Kemiringan ( slope ) pada saat pemasangan paving block harus > 2 o/oo kearah akhiran jalan. f. Pemasangan sambungan tepi paving block, harus rapi, rata dan bagus, paving block tepi harus menggunakan jenis untuk tepi, bukan dengan memotong paving block g. Paving block kemudian dipadatkan dengan stemper.

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 23

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

PEKERJAAN SALURAN TEPI JALAN Pembuatan Saluran dari Buis Beton dan Pas. Batu Bata a. Bahan yang diperlukan batu bata yang dikehendaki adalah batu bata lokal yang berkualitas baik yaitu dengan hasil pembakaran yang matang berukuran sama kira-kira 6x12x24 cm tidak boleh terdapat pecah-pecah (melebihi 20%) dan tidak diperbolehkan memasang bata yang pernah dipakai., Buis Beton yang digunakan harus hasil dari cetakan yang mempunyai ukuran lingkaran dengan panjang jari-jari 15 Cm, pasir pasang yang mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standart SNI. b. Pelaksanaan Pembuatan Saluran (1) Galian tanah yang dimaksud adalah untuk galian pasangan batu bata dan buis beton, galian badan saluran merupakan galian tanah untuk dibuang / ditimbun / diratakan. Pembuangan / penimbunan / perataan tanah galian dilakukan sehingga sekitar saluran menjadi bersih dan rapi. Pasangan batu bata menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang terlihat diplester dengan spesi 1 pc : 4 ps. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Permukaan atas dan bagian dalam diplestes halus dengan campuran 1 pc : 3 ps. Campuran untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air semen. Untuk type saluran yang tidak menyatu dengan jalan, maka pada bibir saluran setiap jarak 6 m ke arah memanjang dibuat lobang air hujan selebar 15 cm dengan kedalaman 10 cm. Untuk dasar saluran menggunakan buis beton yang diletakan pada permukaan spesi dengan campuran 1 pc : 4 ps dengan kedalaman ketebalan 10 cm. Penyelesaian pekerjaan saluran adalah dari titik ke titik, sehingga tidak ada pekerjaan yang terhenti di tengah tengah.

(2) (3) (4)

(5) (6) (7)

PEKERJAAN DINDING PENAHAN PENGAMAN JALAN Pembuatan Dinding Penahan dari Batu Kali a. Bahan yang diperlukan batu kali yang bersih dan keras serta homogen, pasir pasang yang mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standart SNI. b. Pelaksanaan Pembuatan dinding Penahan (1) Galian tanah yang dimaksud adalah untuk galian pasangan batu kali dan galian badan saluran merupakan galian tanah untuk dibuang / ditimbun / diratakan.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 24

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

(2) (3) (4)

(5) (6)

Pembuangan / penimbunan / perataan tanah galian dilakukan sehingga sekitar dinding menjadi bersih dan rapi. Pasangan batu kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang terlihat diplester/siar dengan spesi 1 pc : 3 ps. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Permukaan atas dan bagian dalam kurang lebih 10 Cm diplestes halus dengan campuran 1 pc : 4 ps. Sedang permukaan lain yang terlihat menggunakan siaran dengan spesi 1Pc : 3Ps. Campuran untuk pekerjaan plesteran/siaran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air semen. Untuk type dinding penahan yang tidak menyatu dengan jalan, maka pada bibir dinding setiap jarak 6 m ke arah memanjang dibuat lobang air hujan selebar 15 cm dengan kedalaman 10 cm. Sebelum pemasangan batu kali pada bagian bawah (pondasi) di pasangn urugan pasir dilanjutkan pasangan batu kosong baru kemudian dilakukan pasangan batu kali, secara bertahap mengikuti ketinggaian pasangan pada sisi dalam yang berongga di isi urugan tanah dan dipadatkan

E. PEKERJAAN BETON 1. Ruang Lingkup Pekerjaan - Bagian ini mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar dan spesifikasi. - Pekerjaan yang mencakup dalam bagian ini adalah 1. Bahan, upah dan peralatan untuk mengaduk, memasang cetakan, pembesian, penyelesaian, pemeliharaan beton. 2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua pembesian, serta item-item pekerjaan yang tertanam dalam beton. 3. Perencanaan, pelaksanaan dan pembongkaran cetakan-cetakan beton. 4. Penyelesaian dan pemeliharaan beton. 5. Semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton termasuk pengangkutan, penyimpanan bahan-bahan. 2. Syarat - Syarat Umum dan Peraturan - Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah - istilah teknik serta syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam bagian dokumen ini. - Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini. 1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (P.U.B.B./N.1.3 1970). 2. Peraturan. Cement Portland (N.I.8 - 1964) 3. Peraturan Beton Indonesia (N.I.2 / P.B.1 197 1) Peraturati Muatan Indonesia (P.M.1 - 1970) 4. American Society for Testing and Materials (ASTM) Arnericwi Concrete Institute (A.C.1) 5. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI0302847-1992). - Persyaratan-persyaratan dalam standar-standar tersebut diatas adalah persyaratan minimum. Bilamana terjadi ketidak sesuaian antara peraturan-peraturan tersebut diatas maka peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 25

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

- Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/Ahli sebelum digunakan dalam proyek ini.

3. Bahan a. Semen - Semen, kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini, harus digunakan semen portland dengan persyaratan standar Indonesia NI-8 (64) atau ASTM C150. - Cara pengaturan dan tempat penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada tempat-tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen secara cermat terlindung terhadap kelembaban dan hujan. b. Agregat Beton - Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. - Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33. - Ukuran agregat beton terbesar adalah 2,5 cm. - Sistem penyimpanan harus sedemikian agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. - Agregat kasar : 1. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori-pori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih berat jumlahnya tidak boleh melampaui 20% dari jumlah seluruhnya. 2. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukkan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM C- 131 - 55. 3. Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton. Gradasi : Saringan Ukuran % lewat saringan 1 25 mm 100 20 mm 90-100 3/8" 9.5 mm 22-25 No. 4 4.76 mm 0-10 - Agregat halus 1. Agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu. Pasir harus bersih dari bahan organis, lumpur, zat-zat alkali dan substansi yang merusak beton. 2. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton. 3. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras. 4. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak menjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 26

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Gradasi : Saringan 3/8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 c. Air

Ukuran 9.5 mm 4.76 mm 2.38 mm 1.19 mm 0.595 mm 0.297 mm 0.149 mm 0.074 mm

% lewat saringan 100 90-100 80-100 50--85 25-65 10-30 5- 10 0-5

Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak mengandung minyak, garam, zat-zat yang dapat merusak beton dan baja. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. d. Baja Tulangan - Baja tulangan harus memenuhi persyaratan tegangan leleh karakteristik fy = 240 MPa (BJTP-24) untuk baja tulangan yang berdiameter lebih kecil dari 12 mm. fy = 320 MPa (BJTD-40) untuk baja tulangan yang berdiameter lebih besar dari 12 mm, dan harus menggunakan tulangan berprofil (ulir). fy = 320 MPa untuk tulangan Wire Mesh. - Kontraktor harus dapat memberikan sertifikat dari pabrik besi beton yang menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai dengan spesifikasi. - Jika dalam surat keterangan tersebut ada petunjuk-petunjuk bahwa persyaratan-persyaratan dari spesifikasi ini mungkin tidak dipenuhi, Kontraktor harus menanggung semua biaya pengujian untuk memastikan baja itu memenuhi spesifikasi ini. 4. Cara Pelaksanaan a. Beton - Beton harus dibuat dari campuran semen, agregat, dan air dalam suatu perbandingan tepat sehingga didapat kekuatan tekan karakteristik K-300, Tbk 300 kg/cm 2 untuk balok, kolom, tie beam, pondasi, pile cap .Untuk Pelat dipergunakan beton dengan kekuatan tekan karakteristik K-225.Water Cement Ratio maximum 0,52 dalam berat. - Slump (kekentalan beton) Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dencan ASTM C 143 adalah sebagai berikut Jenis Konstruksi Slump max (mm) Slump minimum (mm) Kaki dan dinding pondasi 75 25 Pelat, balok dan dinding 100 25 Kolom 100 25 - Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, harga tersebut dapat dinaikkan sebesar 50 % tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 27

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

- Percobaan pendahuluan 1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan di laboratorium sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan sampai didapatkan suatu perbandingan perbandingan bermutu untuk mutu beton yang akan dipakai. 2. Setiap ada perubahan-perubahan jenis bahan-bahan, harus diadakan percobaan di laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang diperlukan. 3. Benda uji yang dibuat dalam percobaan ini dan prosedur percobaan harus sesuai dengan PBI. 4. Sebelum hasil percobaan laboratorium dapat dtunjukkan seperti mutu beton, kekentalan yang ditunjukkan dengan slump test, pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan. 5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di laboratorium. - Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus menyediakan.peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk beton. - Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas. - Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu "Batch Mixer" atau "Portable Continous Mixer" selama sedikitnya 1,5 menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalarn mixer. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Tiap mesin pengaduk dilengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan. Waktu pengadukan dapat ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m 3 Direksi/Konsultan Pengawas Pelaksana berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan.. Air harus dituang sebelum dan selama pekerjaan mencampur (pengadukan). Pengadukan yang berlebih-lebihan (famanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki, tidak diperkenankan. - Pengangkutan Adukan Pengangkutan adukan beton dengan truk pengaduk (truck mixer) dari tempat pengadukan (batching plant) ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasium operator. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu, pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Direksi/Konsultaii Pengawas.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 28

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

- Ready Mixed Kontraktor harus menggunakan beton dari satu ready mixed dengan disertai hasil test kuat tekan beton yang memenuhi semua ketentuan dalami spesifikasi. Kontraktor harus menyerahkan spesifikasi beton ready mixed yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton yang diinginkan sebelum pekerjaan beton dimulai kepada Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pengecoran - Memberitahukan Direksi/Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. - Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi/Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu. - Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya. pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penulangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. - Alat-alat penuang seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan penangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang. - Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran. - Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen oleh tanah. - Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras tidak berubah bentuk, maka beton harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. c. Pemadatan Beton - Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 29

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya, dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima. - Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton. - Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar berfrekuensi tinggi diameter 1 inch, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. - Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih. d. Cetakan beton - Rencana (design) sepenuhnya. seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor

- Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton yang diinginkan oleh perencana dalam gambar-gambar. - Cetakan harus sedemikian rupa menghasilkan muka beton yang rata. Untuk itu dapat digunakan cetakan dari multiplek, plat besi atau papan dengan permukaan yang halus dan rata. - Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan bahwa cetakan benar dalam letak, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang serta bersih dari segala benda yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran. Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa diperdagangkan (form oil) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. - Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi dan beton. - Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata agar tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituang. - Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : 1. Bagian sisi balok 48 jam 2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari 3. Balok dengan beban konstruksi 21 hari 4. Pelat lantai/atap 21 hari - Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan pada umur 28 hari. - Segala ijin yang diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawabSPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 30

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. - Pembongkaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah. - Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali. e. Construction Joints (sambungan beton) - Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur secara. menyeluruh. Dalam schedule tersebut Direksi/KonsultanPengawas akan memberikan persetujuan dimana letak Construction Joint. tersebut. - Dalarn keadaan mendesak, Direksi/Konsultan Pengawas dapat merubah letak construction joints. - Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan beton, sesudah 2 jam tetapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang. - Bila cara tersebut diatas tidak berhasil, maka dapat digunakan cara lain vaniz disetujui Direksi/Konsultan Pengawas seperti sandblast atau dipahat. - Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang. Grout terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir. - Construction joints harus diusahakan semaksimurn mungkin berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila construction joints tegak diperlukan, tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan ada construction joints tegak, kalaupun ada prosedurnya harus disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. f. Tulangan Beton - Tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain segera sebelum disetujui untuk pengecoran beton. - Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam P. B. 1. 7 1. - Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut : 1. Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah.. 75 mm 2. Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah 50 mm 3. Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah .40 mm 4. Pelat, dinding, tidak kontak langsung dengan tanah .......... ...20 mmSPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 31

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

g. Penyelesaian Beton - Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang harus tajam dan halus bidang-bidangnya. Segera sesudah cetakan dibuka dan beton masih relatif segar semua penonjolan-penonjolan harus diisi dengan adukan 1 semen dan 1 pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas beton harus dibasahi secara menyeluruh. - Semua bagian-bagian atau permukaan yang kasar harus digosok dengan batu carborundum dengan air dan ditinggalkan dalam warna yang merata. - Penggosokan hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat cetakan atau tetesan air semen. - Permukaan lantai beton harus mempunyai bentuk finish yang halus dan rata. Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air tidak dibenarkan. - Kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10m. h. Benda - benda yang tertanam dalam beton - Semua angkur, baut-baut, pipa-pipa dan sebagainya yang diperlukan tertanam, dalam beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton di cor. - Benda-benda tersebut diatas harus dalam, keadaan bersih dari karat dan kotoran-kotoran lain pada waktu beton dicor. - Baut-baut angkur harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada tempatnya dengan menggunakan template. i. Perawatan dan Perlindungan Beton - Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Segera sesudah beton di cor dan difinish, maka permukaan-permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap kehilangan kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara terus menerus selama 7 hari. - Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya, sedang masa perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan dilindungi seperti permukaanpermukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan. - Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan tidak dibongkar selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi dengan air untuk mengurangi retak dan terjadinya celah-celah pada sambungan-sambungannya. - Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas harus dirawat dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah. - Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curing compound ) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan kepada Konsultan/AhliSPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 32

DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN

bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk pada permukaan beton.

j. Pengujian Beton Secara umum semua pengujian beton harus sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971), dengan syarat-syarat minimum sebagai berikut : Tidak kurang dari satu pengujian harus dibuat untuk setiap jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m 3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 buah benda uji khusus 15 x 15 x 15 cm. Satu benda uji akan diuji pada umur 28 hari. Hasil test merupakan hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 300 kg/cm 2 untuk beton K-300 (untuk test silinder fc' = 25 Mpa). Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya. 5. S U H U Suhu beton sewaktu di cor tidak boleh lebih dan 32 C. BiIa suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27 C dan 32 C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton di cor pada waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi 32 C, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mengecor pada waktu malam.

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II - 33