bab ii landasan teorilibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab ii_11-03.pdf · 2011-01-07 ·...
TRANSCRIPT
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peranan Pemasaran Dalam Perusahaan Pemasaran memegang peranan penting di perusahaan untuk menjembatani
kepentingan pelanggan dan kepentingan perusahaan. Dalam tinjauan literatur ini
akan dijabarkan tentang konsep umum manajemen pemasaran sebagai suatu acuan
untuk menggambarkan peranan pemasaran dalam perusahaan khususnya berkaitan
dengan strategi usaha yang dilakukan untuk menciptakan nilai.
2.1.1 Konsep Manajemen Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler & Keller (2009) dalam buku “Marketing
management” adalah sebagai salah satu fungsi organisasi atau perusahaan
dalam pembentukan suatu kreatifitas, komunikasi menyalurkan nilai (value)
kepada konsumen dan menjaga hubungan dengan konsumen yang memberikan
nilai tambah kepada organisasi dan pemegang saham.
Konsep pemasaran memiliki tiga bagian, yaitu:
1. Orientasi pada pelanggan. Mencari tahu apa yang pelanggan butuhkan
dan menyediakannya untuk mereka.
2. Orientasi pada services. Memastikan bahwa setiap perusahaan
mempunyai tujuan yang sama yakni kepuasan pelanggan.
15
3. Orientasi pada keuntungan (profit). Memasarkan barang dan jasa untuk
melayani kebutuhan pelanggan yang akan menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.
Sedangkan manajemen pemasaran didefinisikan sebagai kegiatan
analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang
dirumuskan dengan seksama dan dirancang untuk menghasilkan adanya tukar-
menukar sesuatu secara sukarela antar sebuah organisasi dengan pasar-pasar
sasarannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2.2 Analisa Daya Tarik Industri (Porter’s Five Forces)
Analisa daya tarik industry (Porter Five Forces) memberikan gambaran
yang powerful mengenai bagaimana tingkat persaingan dari suatu industri, baik itu
dari sisi supply chain (supplier dan pelanggan) serta pasar (pemain baru dan
substitusi). Keempat dari forces (dorongan) ini memberikan kontribusi terhadap
competitive rivalry atau tingkat persaingan dalam industri.
16
Gambar 2.1. Porter’s Five Forces
Dalam dunia industri faktor persaingan merupakan salah satu elemen
penting dalam melakukan proses bisnis yang berkelanjutan. Tingginya persaingan
akan mennekan perusahaan untuk mampu melakukan inovasi baru yang dapat
memberikan nilai tambah (value added) untuk dapat mengalahkan pesaingnya.
Analisa kompetitor Porter meliputi:
1. Ancaman pendatang baru (Potential Entrants).
Hal ini disebabkan karena pendatang baru membawa kapasitas atau inovasi
baru, keinginan untuk merebut pasar, dan memiliki sumber daya yang besar.
17
Selain itu pendatang baru dapat mebuat perusahaan yang sudah ada untuk
lebih efektif dan efisien untuk bersaing dalam dimensi baru. Akibatnya
dapat mengurangi keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan
2. Kekuatan tawar-menawar pembeli (Buyers)
Para pembeli biasanya akan membeli barang dengan harga termurah yang
dapat diperolehnya. Untuk mengurangi biaya mereka, biasanya pembeli
meminta kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik serta yang
lebih penting adalah harga yang lebih murah. Tindakan ini akan
menyebabkan persaingan uyang kuat diantara perusahaan yang ada dalam
suatu industry yang sama.
Kekuatan tawar menawar meningkat jika:
• Pembeli membeli dalam jumlah besar
• Produk yang di beli merupakan produk standard dan tidak
terdiferensiasi
• Pembeli memperoleh laba yang rendah
• Produk industri tidak terlalu penting untuk produk atau jasa pembeli
• Pembeli mendapatkan suatu ancaman melakukan integrasi ke hulu
untuk membuat produk indutri.
18
3. Ancaman produk pengganti (Substitutes)
Semua perusahaan dalam suatu industri dalam pengertian yang luas
bersaing dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda,
barang pengganti dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman
dari produk ini kuat jika konsumen dihadapkan pada sedikitnya biaya
peralihan pemasok dan jika produk pengganti tersebut mempunyai harga
yang lebih murah atau kualitasnya sama bahkan lebih baik dari produk-
produk sebelumnya.
4. Kekuatan pemasok (Suppliers)
Pemasok dapat menekan perusahaan yang sudah ada dalam suatu indutri
dengan cara menaikkan harga serta menurunkan kualitas barang yang di
jual. Jika perusahaan tidak dapat menutupi kenaikan biaya melalui struktur
harganya, maka kemampuan untuk menghasilkan laba pada perusahaan
tersebut dapat menurun karena tindakan pemasok itu. Pemasok memiliki
kekuatan tawar menawar jika:
• Didominasi oleh sedikit perusahaan
• Produknya unik
• Industry itu bukan pelanggan penting dari pemasok
5. Ancaman persaingan dari pesaing pada industry yang sama (Industry
Rivalry)
19
Persaingan dikalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan utuk
mendapatkan posisi dengan menggunakan strategi seperti persaingan harga,
iklan, peningkatan pelayanan kepada pelanggan, dan pengenalan produk.
Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing meraskan adanya tekanan
atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Kebanyakan industri
gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap para pesaingnya atau juga perusahaan-perusahaan tersebut saling
tergantung satu sama lain (mutually dependent). Intensitas persaingan antar
perusahaan merupakan fungsi dari beberapa factor seperti:
• Adanya beberapa pesaing yang seimbang
• Pertumbuhan industry yang lambat
• Kurangnya diferensiasi atau switching cost
• Pertambahan kapasitas yang tinggi
• Pesaing yang berbeda-beda
• Hambatan pengunduran diri yang tinggi
2.3 Analisa SWOT
Untuk analisa lingkungan eksternal dan mengetahui kondisi pihak internal
perusahaan, maka akan digunakan SWOT analysis yang menunjang analisa Porter
Five Forces Model. SWOT analysis memberikan gambaran akan kekuatan (strength)
yang saat ini dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan saat ini (weakness).
20
Kedua analisa ini berhubungan dengan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan.
Untuk analisa lingkungan eksternal, pengumpul informasi tentang kesempatan
(opportunity) yang ada dan dapat dikembangkan oleh perusahaan guna mengambil
langkah cepat yang dapat memberikan perusahaan posisi yang unggul sangatlah
diperlukan. Kesempatan tidak datang berkali-kali, namun hanya sekali, maka
perusahaan harus sigap dalam menggunakan kesempatan (opportunity) yang terlihat
dengan sebaik-baiknya. Ada kesempatan bagi perusahaan, maka ada juga
kesempatan bagi kompetitor untuk mengambil kesempatan yang dapat menjadi
ancaman bagi perusahaan. Terlebih dari strength yang telah dimiliki kompetitor
dapat menjadi ancaman (threat) bagi perusahaan anda. Untuk menghadapi hal ini
diperlukan analisa kondisi lingkungan eksternal tentang opportunity dan threat yang
harus dihadapi saat ini.
Yang meru
1. Ke
Ya
keu
ata
kh
Ke
kep
2. Ke
Strenght
upakan fakto
ekuatan (stre
ang di maks
unggulan lai
au yang ing
husus yang m
ekuatan da
pemimpinan
elemahan (w
Internal Analysis
ts W
Gambar 2
or internal pe
ength)
sud dengan
in relatif ter
gin dilayani
memberikan
apat terkand
n pasar, hubu
weaknesses)
S
Weaknesse
.2. SWOT An
erusahaan ya
kekuatan ad
rhadap pesain
oleh perus
keunggulan
dung dalam
ungan pembe
Situation Analysis
es Opp
alysis
akni:
dalah sumbe
ng dan kebu
sahaan. Kek
n komparatif
m sumber
eli-pemasok
ExA
portunities
er daya,keter
utuhan pasar
kuatan adala
f bagi perusa
daya keu
k, dan factor
xternal Analysis
Th
rampilan, at
r yang dilaya
ah kompeten
ahaan di pas
uangan, cit
lainnya.
hreats
21
tau
ani
nsi
ar.
tra,
22
Kelemahan adalah suatu kemampuan yang tidak dapat di capai perusahaan
dengan baik atau juga posisi perusahaan yang tidak menguntungkan,tidak
memiliki keahlian atau sumber daya yang tidak dapat bersaing.
Setiap unit bisnis perlu melakukan evaluasi terhadap kelebihan dan
kekurangan unit bisnis tersebut. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan, maka
setiap opportunities yang ada dapat disesuaikan dengan kondisi internal perusahaan.
Sedangkan yang merupakan faktor eksternal perusahaan yakni:
3. Peluang (opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.
Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perusahaan pada situasi
persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta mambaiknya
hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi
perusahaan.
4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan serta merupakan pengganggu bagi posisi sekarang
atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya
pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar menawar pembeli atau
23
pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Memahami peluang-peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan
membantu para manajernya untuk mengidentifikasi pilihan strategi yang
realistic dan cocok serta menentuka niche yang paling efektif bagi
perusahaan.
Suatu unit bisnis harus mengamati kekuatan lingkungan makro
(demographic-economic, natural, technological, political-legal, dan social-cultural)
dan peran lingkungan mikro yang berpengaruh cukup besar (customers,
competitors, suppliers, distributors, dealers) yang mempengaruhi keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan. Untuk menghadapi dan mengetahui keadaan lingkungan
external ini diperlukan marketing intelligence agar pihak perusahaan dapat
mengetahui dan mengidentifikasi opportunities dan threats saat ini. Hal ini
ditujukan agar pihak perusahaan dapat melakukan pengembangan dan langkah yang
tepat dalam menghadapi ancaman dari pihak luar dan meraih kesempatan untuk
mengembangkan usahanya, mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Tujuan utama pengidentifikasian ini adalah untuk menemukan kesempatan
baru (new opportunities). Dalam beberapa hal, marketing yang baik adalah seni
mencari, mengembangkan, dan mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.
Marketing opportunity adalah suatu lingkupan area dari kebutuhan dan ketertarikan
24
customers dimana terdapat probabilitas yang tinggi bahwa perusahaan akan dapat
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Ada tiga sumber utama dari marketing opportunity. Yang pertama adalah
untuk men-supply sesuatu dimana ada kekurangan supply. Yang kedua adalah untuk
membuat produk dan jasa yang telah ada sekarang menjadi lebih unggul. Dan yang
ketiga adalah membuat produk dan jasa baru.
2.4 Value Creation
Penciptaan nilai mensyaratkan keuntungan ekonomi yang akan diperoleh.
Untuk memastikan bahwa keuntungan ekonomi yang dihasilkan, jenis analisis
penganggaran modal yang digunakan untuk mengevaluasi investasi baru harus
diterapkan pada aset yang ada dan tahap-tahap kelangsungan bisnis. Proses ini
sangat penting tidak hanya untuk membentuk strategi yang koheren untuk masa
depan, tetapi untuk memprioritaskan manajemen sumber daya juga (Fuller, 2001).
Penciptaan nilai (value creation) adalah suatu siklus yang tidak pernah
berakhir. Ini dimulai dengan operasi bisnis pemodelan, memprioritaskan area untuk
investigasi yang lebih rinci, mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, menerapkan
perubahan yang diperlukan untuk memaksimalkan keberhasilan dan pengukuran
dan revisi itu mulai proses lagi dan memungkinkan manajemen untuk tetap
mengikuti perusahaan dan perubahan pasar.
25
Analisis penciptaan nilai adalah suatu (tetapi sering diabaikan) komponen
penting dalam pengelolaan keuangan setiap perusahaan. Tanpa jenis pemeriksaan,
nilai tidak akan dibuat pada kecepatan maksimum.
Terdapat enam sumber utama biaya siklus hidup yang menciptakan nilai
ekonomis yaitu harga yang dibayarkan dan biaya-biaya akuisisi, penggunaan,
pemeliharaan, kepemilikan, serta pembuangan. Harga yang dibayarkan untuk
pembelian produkatau layanan merupakan biaya terbanyak bagi kebanyakan
pelanggan. Sebuah bisnis dengan harga yang lebih rendah dan kualitas yang sama
dapat dengan mudah mengomunikasikan nilai ekonominya kepada para pelanggan.
Sumber nilai-nilai ekonomi lainnya mungkin tidak diperhatikan karena pelanggan
tidak melihat biaya-biaya di luar harga produk.
2.4.1 Two routes to value creation
Pertumbuhan pasar yang dipimpin memiliki efek kausal yang jelas terhadap
nilai pemegang saham dengan meningkatkan net present value of future cash
flow. Strategi rasionalisasi fokus pada pemotongan biaya, menaikkan harga, dan
divestasi. Strategi ini dilakukan karena pasar saham jarang memanfaatkan
strategi seperti ini dalam hal peningkatan nilai yang signifikan.
Satu alasan untuk percaya pada rasionalisasi adalah bahwa banyak
perusahaan tidak memiliki fokus pasar. Mereka tidak memiliki strategi jangka
panjang dalam tempat untuk memanfaatkan peluang pasar yang muncul. Insentif
manajerial juga sering konflik pada fokus pertumbuhan jangka panjang.
26
Manajer juga menyadari bahwa rasionalisasi dan strategi pertumbuhan kerja
berbeda dalam efek laba dan arus kas. Pemotongan biaya dan investasi biasanya
bekerja cepat untuk meningkatkan laba dan arus kas. Sementara pemotongan
investasi di staf pelayanan, dukungan merek dan Rnd akan memukul nilai
penjualan. Sering kali efek negatif ini tidak terlihat sampai manajer yang
bertanggung jawab itu telah pindah ke pekerjaan lain. Sebaliknya, pertumbuhan
yang menguntungkan segera membuat costly dan mungkin diperlukan waktu
yang lama sebelum hasil positif mulai muncul di baris bawah. Selain itu,
rasionalisasi relatif mudah karena itu tentang konfigurasi ulang sumber daya
internal perusahaan. Pertumbuhan lebih sulit karena keberhasilannya ditentukan
faktor lingkungan luar, tergantung pada pelanggan yang meyakinkan bahwa
bisnis anda menawarkan kepada mereka nilai yang terbaik dengan pesaing lain di
pasar. Sayangnya, dalam hal karir, rasionalisasi merupakan jalur yang lebih
menguntungkan daripada investasi dalam pertumbuhan pasar, terutama ketika
keuntungan perusahaan berada di bawah tekanan dan persaingan sengit
Gam
pasar seb
value).
mengura
mendoro
tinggi ata
harga un
berfokus
pembelia
pelangga
creashare
va
mbar diatas
bagai pendek
Rasionalisas
angi modal
ong secara la
au dengan di
ntuk melayan
pada pelan
an dan menju
an baru den
ating eholder alue
G
s membandi
katan untuk
si berfokus
kerja dan
angsung atau
iskriminasi h
ni segmen p
nggan yang
ual produk b
gan produk
G
RAT
Gambar 2.3 Tw
Sumbe
ingkan rasio
menciptaka
pada pem
aktiva tetap
u dengan be
harga mengg
pasar yang
sudah ada
baru kepada
yang ada d
Growth
TIONALIS
wo Routes of Va
er :Doyle (2009
onalisasi aku
an nilai peme
motongan bi
p, dan kena
erkonsentrasi
gunakan reg
berbeda. Pe
, memperku
mereka. Ber
dan produk
SE
alue Creation
9)
untansi dan
egang saham
iaya tetap
aikan harga.
i pada pasar
uler dan pro
ertumbuhan
uat loyalitas
rikutnya, me
yang baru.
CUSTOM
BUSIN
EFFICIE
pertumbuh
m (sharehold
dan variab
. Harga dap
r yang berni
oduk premium
pasar pertam
s, peningkat
engembangk
Akhirnya,
MERS
ESS
NCY
27
han
der
bel,
pat
ilai
m-
ma
tan
kan
itu
28
bertujuan untuk mengembangkan bisnis baru melalui saluran distribusi baru,
memasuki pasar internasional dan industri-industri baru.
2.5 Value Based Marketing
Konsep pemasaran mengalami perubahan secara evolutif seiring dengan
perkembangan dunia usaha dan tingkat kompetisi yang dihadapi serta kompleksitas
perilaku pelanggan. Pada perkembangannya di awal tahun 2000-an, terjadi
perubahan yang signifikan dari cara pandang pemasaran dimana terjadi eskalasi
tuntutan atas kinerja pemasaran tidak hanya pada tingkat pelanggan (kepuasan,
loyalitas, dan sebagainya) namun pemasaran juga dituntut untuk menciptakan nilai
bagi pemegang saham melalui pencapaiannya dalam kinerja perusahaan, khususnya
dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. Untuk itu konsep pemasaran secara
teoritis mengalami penyesuaian dengan tuntutan tersebut. Konsep VBM ini
merupakan salah satu konsep yang lahir dari fenomena diatas, dimana konsep ini
mengedepankan terjadinya kondisi ‘win-win’ baik untuk pelanggan maupun untuk
perusahaan.
Konsep value based marketing ini menyatakan bahwa tujuan keberadaan
pemasaran dalam perusahaan adalah berkontribusi dengan memaksimalkan nilai
pemegang saham atau shareholder dan evaluasi strategi pemasaran harus berdasar
dari seberapa besar nilai yang diciptakan untuk investasi yang telah dilakukan oleh
pemegang saham (Doyle, 2009).
29
Value-based marketing terdiri dari tiga elemen pokok yaitu:
1. Keyakinan bahwa tugas utama dari pemasaran adalah mengembangkan
strategi yang akan memaksimalkan imbalan untuk para pemegang saham
2. Prinsip untuk memilih strategi dan taktik pemasaran yang sejalan dengan
tujuan memaksimalkan imbalan untuk pemegang saham.
3. Proses yang memastikan semua implementasi strategi pemasaran sejalan
dengan keyakinan dan prinsip memaksimalkan imbalan untuk para
pemegang saham.
2.5.1 Peranan Pemasaran Dalam Penciptaan Nilai
Peranan pemasaran memegang kunci dalam penciptaan shareholder value.
Pendekatan shareholder value yang digunakan dalam mengevaluasi strategi-
strategi pemasaran pada dasarnya sama dengan proses yang digunakan investor
dalam menilai harga saham. Suatu strategi pemasaran dianggap baik jika di nilai
akan mampu meningkatkan nilai suatu bisnis, khususnya dalam menghasilkan
tingkat keuntungan yang lebih besar.
2.5.2 Proses Marketing Due Diligence
Proses Marketing Due Diligence melibatkan dua tahap yakni diagnostic
dan terapeutik. Pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi resiko bisnis dan
menilai apakah rencana itu menciptakan atau menghancurkan nilai pemegang
saham. Kedua adalah membangun hasil yang pertama, menyesuaikan rencana
bisnis u
saham .
M
yang se
untuk m
tentang
pelangg
D
tiga pe
pemasar
Identifik
untuk mening
Marketing D
ering implic
menerapkann
layanan, pr
gan.
Dalam buku
ertanyaan ya
ran yang har
kasi Sumber
Exps
gkatkan pro
Due Diligenc
cit dan tidak
nya. Membe
roduk, dan
“Marketing
ang dapat
rus dijawab
r Pertumbuha
Gam
plicating tstrategy
fil resiko da
ce dimulai
k jelas bahk
eri penjelasa
keseluruhan
Due Diligen
memberi p
secara terstr
an, (3) Ident
mbar 2.4 Explic
the
an meningka
dengan mem
kan bagi me
an kepada p
n proposi n
nce” oleh M
enjelasan le
ruktur, yaitu:
tifikasi Sumb
cating The Stra
Wbu
Wg
Hob
atkan nilai b
mberi penje
ereka yang
pelanggan s
nilai yang a
McDonald,et
engkap terh
: (1)identifik
ber Pertumb
ategy
What is tusiness of
SBU?
Where wirowth cofrom?
w will gre achiev
bagi pemega
elasan strate
membutuhk
secara lengk
akan diperol
t.al (2007) a
hadap strate
kasi bisnis, (
buhan.
the f this
ll its ome
rowth ed?
30
ang
gi,
kan
kap
leh
ada
egi
(2)
31
2.5.3 Implikasi Hasil Due Diligence Untuk Nilai Pemegang Saham
Objektif dari proses Marketing Due Diligence adalah menghubungkan
strategi pemasaran dengan penciptaan nilai bagi pemegang saham. Ini
memerlukan penilaian resiko tertentu yang terkait dengan strategi pemasaran
yang diajukan sebagai resiko dan tingkat pengembalian yang sesuai secara
langsung.
Proses Marketing Due Diligence melihat spesifik resiko yang terkait
dengan setiap elemen dari strategi pemasaran sehingga dapat menilai
kemungkinan keberhasilan atau kegagalan dan dampak akibat pada hasil
financial dapat diidentifikasi. Ini dapat memprediksi hasil keuangan untuk dapat
diatur dengan mengidentifikasi segala macam resiko yang yang timbul.
Untuk itu Marketing Due Diligence dapat menjadi acuan untuk
mengidentifikasi, menilai dan menentukan alokasi sumber daya yang digunakan
oleh pemasaran di organisasi sehingga mendapatkan hasil kinerja yang optimal
di mata pemegang saham, antara lain berupa profitabilitas (Mcdonald,et.al.,
2007).
2.6 Industri Rumah Sakit
Sejarah berdirinya rumah sakit di Indonesia menurut Ketua Majelis Etik
Rumah Sakit Indoneia, Imam Hilman menyatakan bahwa “pada awal sejarahnya,
32
orang mendirikan rumah sakit atas dasar naluri rasa ingin tolong-menolong, rasa
sosial, rasa belas kasihan, dan simpati di antara sesame serta semangat keagamaan
yang tinggi”. Selanjutnya secara lebih terperinci menurut Sciortiono yakni “rumah
sakit pertama yang berdiri di Indonesia adalah milik swasta yaitu VOC. Pada
awalnya pelayanan rumah sakit ini eksklusif hanya untuk orang-orang Eropa dan
dalam perkembangannya kemudian orang-orang non Eropa yang menjadi pegawai
VOC juga diperbolehkan menggunakan pelayanan rumah sakit. Semua pasien
diwajibkan membayar pelayanan rumah sakit yang didapatnya”. Pelayanan rumah
sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh misionaris Kristen, langkah ini
kemudian diikuti oleh organisasi social keagamaan lainnya seperti Muhammadiyah
yang mempunyai suatu misi yang sama yakni memberikan bantuan kemanusiaan
kepada penduduk pribumi tersebut.
Setelah kemerdekaan, perumahsakitan di Indonesia berkembang pesat
sehingga muncul berbagai macam rumah sakit baik milik swasta maupun milik
pemerintah.secara garis besar dapat dibedakan adanya dua kategori rumah sakit
yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 mencantumkan pengertian tentang rumah sakit,
rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus sebagai berikut:
• Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya
33
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.
• Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenispenyakit,
mulai dari pelayanan kesehatan dasar sampai dengan pelayanan
subspesialis sesuai dengan kemampuannya.
• Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu
atau berdasarkan disiplin ilmu tertentu.
2.6.1 Jenis Kepemilikan dan Tipe Rumah Sakit
Berdasarkan kepemilikan rumah sakit menurut UU Nomor 44 Tahun2009
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu:
• Rumah sakit publik yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah dan
badan hukum lain yang bersifat nirlaba. Meliputi:
1. Rumah sakit milik Departemen Kesehatan
2. Rumah sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi
3. Rumah sakit milik pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota
4. Rumah sakit milik Tentara Nasional Indonesia (TNI)
34
5. Rumah sakit milik Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
6. Rumah sakit milik Departemen di luar Departemen Kesehatan
• Rumah sakit privat yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hokum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Meliputi:
1. Rumah sakit milik yayasan
2. Rumah sakit milik perusahaan
3. Rumah sakit milik penanam modal
4. Rumah sakit milik badan hukum lain
Sedangkan klasifikasi didasarkan pada perbedaan tingkat menurut
kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan yaitu rumah sakit
kelas A, Kelas B, ( Pendidikan dan Non Pendidikan ) kelas C dan Kelas D.
Rumah sakit itu sendiri menurut WHO (World Health Organization)
diberikan batasan yaitu suatu bahagian menyeluruh yang berintegrasi antara
organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada masyarakat dengan pendekatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif) maupun pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga
dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga
kesehatan serta untuk penelitian biososial.
35
Adanya kemajuan teknologi disertai dengan penggunaan cara-cara
baru dibidang diagnostik dan terapeutik mengharuskan rumah sakit
mempekerjakan berbagai profesi kedokteran dan profesi lain sehingga
rumah sakit menjadi organisasi padat karya spesialis dan merupakan tempat
dimana terjadi proses pengubahan dari masukan menjadi luaran. Masukan
utama adalah dokter, perawat personil lainnya, prasarana, sarana peralatan
dan sebagainya merupakan bagian dari rumah sakit.
2.6.2 Manajemen Pemasaran Rumah Sakit
Keberhasilan manajemen pemasaran sangat tergantung kepada
bagaimana organisasi itu merancang sesuatu yang akan ditawarkannya yaitu
pelayanan, berdasarkan atas kebutuhan dan harapan pasar sasaran, ketepatan
dalam penetapan tarif, komunikasi dalam menginformasikan dan
memotivasi, serta penyediaan tempat untuk penyelenggaraan pelayanan itu
kepada pasar sasaran. Permasalahan pemasaran yang dihadapi oleh rumah
sakit adalah adanya kesenjangan antara apa yang ditawarkan rumah sakit
dengan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan diharapkan oleh pasien,
atau dengan kata lain terdapat selisih antara penawaran dengan permintaan.
Alasan mendasar mengapa rumah sakit harus mempertimbangkan
upaya pemasaran adalah bahwa prinsip pemasaran akan memungkinkan
rumah sakit mencapai tujuannya secara lebih efektif, pemasaran dirancang
36
untuk menciptakan tiga manfaat utama yaitu meningkatnya kepuasan yang
diterima pasien, meningkatnya efisien, dan meningkatnya dukungan sumber
daya.
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran akan menjadi rumah sakit
yang bermutu yaitu rumah sakit yang melakukan segala daya upaya untuk
mengenali, melayani, dan memuaskan kebutuhan pelanggan dengan
anggaran yang tersedia (Hartono, 2010).