bab 2 landasan teorilibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/rs1_2017_1...13 bab 2 landasan teori...
TRANSCRIPT
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Operasional
Manajemen operasional merupakan suatu tindakan atau keputusan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan barang ataupun jasa
yang dapat dinikmati oleh konsumen. Menurut Jay Heizer & Berry Render
(2015), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut
William J. Stevenson (2013), manajemen operasional adalah sistem manajemen atau
serangkaian proses dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa.
Berdasarkan banyaknya teori yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagian
besar mengandung unsur persamaan yaitu, suatu usaha pengelolaan secara maksimal
penggunan semua faktor produksi yang ada baik itu tenaga kerja (SDM), mesin,
peralatan, raw material (bahan mentah) dan faktor produksi yang lainnya dalam
proses tranformasi untuk menjadi berbagai macam produk barang atau jasa. Dari
unsur persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional
merupakan serangkaian proses pengubahan input menjadi output yang bernilai untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut Jay Heizer & Barry Render (2015), perusahaan mencapai misi
mereka melalui strategi-strategi manajemen operasional, yakni:
a. Bersaing dalam diferensiasi.
Diferensiasi berhubungan dengan penyajian sesuatu keunikan.
Diferensiasi harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang
mencakup segala sesuatu mengenai produk atau jasa yang
mempengaruhi nilai dimana konsumen dapatkan darinya.
b. Bersaing dalam biaya.
Kepemimpinan biaya rendah berarti mencapai nilai maksimum
sebagaimana yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan
pengujian sepuluh keputusan manajemen operasi dengan usaha yang
keras untuk menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai harap
14
pelanggan. Strategi biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang
menjadi rendah.
c. Bersaing dalam respons.
Keseluruhan nilai yang terkait dengan pengembangan dan pengantaran
barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan
kinerja yang fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai
kemampuan memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi
pembaruan rancangan dan fluktuasi volume.
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para
manajer operasi untuk meraih keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti
menciptakan sistem yang mempunyai keunggulan unik atas pesaing lain. Idenya
adalah menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara efisien dan efektif.
2.2 Investasi
Dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal,
pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa, “penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), “Investasi adalah mengorbankan dollar
sekarang untuk dollar di masa yang akan datang”. Dari pengertian ini terdapat dua
nilai penting dalam investasi, yaitu adanya risiko dan tenggang waktu.
Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat
investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai
tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (dalam waktu
tertentu).
Di dalam kamus pasar modal Indonesia disebutkan bahwa; “Investasi adalah
penggunaan modal untuk memperoleh tambahan penghasilan baik melalui kegiatan
pembelian surat berharga untuk memperoleh capital gain”. Sedangkan menurut
Lusiana (2012;36), investasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
individu (perseorangan) atau badan hukum dalam upaya meningkatkan atau
mempertahankan nilai modalnya baik berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak
bergerak, hak kekayaan intelektual, maupun keahlian.
15
Dari pengertian investasi diatas maka dapat dibedakan adanya investasi pada
aktiva berwujud (real assets) seperti: tanah, mesin-mesin atau pabrik, logam mulia
atau komoditas lainnya, dan investasi pada surat berharga yang sering disebut aset
keuangan (financial assets) seperti: saham, obligasi, surat berharga pasar uang
(SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper.
2.2.1 Tujuan Investasi
Berdasarkan undang-undang nomor 25 pasal 3 ayat (2) Tahun 2007,
tujuan penyelenggaraan penanaman modal adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7. Mengelola ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Freddy Rangkuti (2012;2), menyatakan bahwa investasi yang
dikeluarkan harus menghasilkan tingkat pengembalian yang sesuai dengan
besarnya modal yang dikeluarkan, serta resiko yang dihadapi. Kendala yang
mungkin dihadapi dalam membangun suatu proyek, yaitu adanya perubahan
nilai tukar, tingkat inflasi, perubahan daya beli, perubahan kondisi ekonomi
makro.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan investasi adalah untuk
memperoleh penghasilan, sehingga meningkatkan nilai aset kekayaan. Tinggi
rendahnya penghasilan menunjukkan besarnya tingkat pengembalian (return)
investasi. Investasi pada aset nyata (sektor riil) tingkat pengembaliannya
tercermin pada besarnya return on assets (ROA) atau return on equity (ROE).
Tingkat pengembalian investasi pada aset keuangan (sektor finansial) akan
16
nampak pada tingkat bunga, deviden maupun capital gain yang akan diterima
investor.
2.2.2 Jenis-Jenis Investasi
Menurut Lusiana (2012;39), pada dasarnya kegiatan penanaman
modal diklasifikasikan atas dua kategori besar, yaitu :
1. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi langsung dapat dilakukan dengan mendirikan
perusahaan patungan dengan mitra lokal, melakukan kerjasama
operasi tanpa membentuk perusahaan baru, mengkonversikan
pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal,
memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun memberikan
lisensi dan lain-lain.
2. Investasi tidak Langsung (Indirect Investment)
Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman
modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar
modal dan di pasar uang. Investasi ini disebut pananaman modal
jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual
beli saham dan mata uang dalam jangka waktu yang relatif
singkat, tergantung fluktuasi nilai saham dan mata uang yang
hendak mereka perjualbelikan.
2.2.3 Resiko Investasi
Menurut Mitchel Ellison & Neil Seitz dalam Siswanto Sutojo (2013),
resiko adalah satu kemungkinan menderita cedera atau kerugian, dalam
istilah keuangan resiko diartikan sebagai kemungkinan menderita kerugian
uang. Resiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan mendapatkan
keuntungan lebih rendah dari yang diharapkan. Yang dimaksud resiko pada
tahap proyek adalah kemungkinan kegiatan proyek tidak dapat diselesaikan
atau tertunda. Adapun jenis resiko dibagi menjadi 2, yaitu:
17
a. Risiko sistematis
Risiko sistematis adalah risiko yang terjadi karena perubahan
pasar secara keseluruhan dan terjadi karena kejadian diluar
perusahaan. Risiko ini tidak bisa didiversifikasi atau dikurangi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya risiko
inflasi, resiko tingkat suk bunga, risiko nilai tukar mata uang.
Risiko ini juga disebut undiversifiable risk
b. Risiko non sistematis
Risiko non sistematis adalah risiko yang terjadi karena kondisi
mikro perusahaan itu sendiri. Risiko ini dapat dikurangi atau
dapat didiversifikasi dengan cara membentuk portfolio, karena
risiko ini dipengaruhi pasar secara lokal atau regional. Misalnya
kebijakan di suatu daerah tertentu mengenai perubahan tingkat
retribusi dan pajak daerah. Risiko ini juga disebut diversifiable
risk.
2.3 Proyek
Berdasarkan PMBOK 5th edition (2013), Proyek adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dalam kurun waktu tertentu (temporary) yang memiliki tujuan untuk
membuat suatu produk, servis atau hasil yang unik. Dari definisi tersebut dapat
dilihat kunci yang menjadi ciri dari suatu proyek, di mana kunci tersebut yang
membedakan proyek dengan kegiatan lain yang sifatnya berulang.
Temporary diartikan bahwa di dalam setiap proyek memiliki awalan dan
akhiran yang jelas. Proyek telah mencapai tahap akhir pada saat objektif dari proyek
tersebut telah tercapai, atau kondisi dari proyek tersebut menjadi jelas bahwa objektif
dari proyek tersebut tidak dapat dipenuhi, atau keberadaan dari proyek tersebut
sudah tidak diperlukan lagi dan proyek sudah dihentikan. Temporary tidak berarti
dilaksanakan dalam jangka waktu yang singkat, ada beberapa proyek yang
dijalankan dalam kurun waktu tertentu. Di dalam banyak kasus, bagaimanapun
proyek memiliki durasi yang terbatas.
18
2.4 Studi Kelayakan
Saat ini Studi kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia
bisnis. Beberapa proyek yang gagal di tengah jalan, bisnis yang berhenti beroperasi,
serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak diterapkannya studi
kelayakan secara konsisten. Secara teoritis, jika investasi dimulai dengan studi
kelayakan yang benar, resiko kegagalan dan kerugian dapat dikendalikan dan
diminalkan sekecil mungkin. Studi kelayakan merupakan ilmu yang dibangun atas
disiplin ilmu seperti teknis dan operasi, pasar dan pemasaran, sumber daya
manusia, hukum dalam bisnis, dan keuangan, sosial ekonomi.
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), Studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut.
Menurut Yuniarta (2015;7), Studi kelayakan bisnis merupakan kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha/proyek.
Menurut Siswanto Sutojo (2013) hal-hal yang harus diketahui dalam studi
kelayakan yaitu:
• Ruang lingkup kegiatan proyek.
• Bagaimana cara kegiatan proyek itu sendiri dilakukan.
• Evalusi berbagai aspek-aspek yang dapat menenentukan keberhasilan
proyek secara keseluruhan.
• Sarana apa yang diperlukan oleh proyek.
• Hasil dari kegiatan proyek, biaya-biaya yang ditanggung untuk
memperoleh hasil proyek tersebut.
• Langkah-langkah pendirian proyek atau perluasan proyek, serta jadwal
masing-masing dari proyek
Dari teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah studi
kelayakan (feasibility study) merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan studi ini adalah untuk mengumpulkan berbagai masukan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat rencana bisnis (business
plan) yang akan dijalankan, termasuk seberapa besar kebutuhan pasar terhadap
jenis pelayanan yang akan ditawarkan.
19
2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), paling tidak ada 5 (lima) tujuan
mengapa sebelum suatu bisnis dijalankan perlu adanya dilakukan studi
kelayakan, yaitu:
1. Menghindari resiko kerugian,
Untuk menghindari resiko kerugian di masa yang akan datang,
karena di masa yang akan datang terdapat ketidakpastian. Kondisi
ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan
sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi
studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak
kita inginkan baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun
yang tidak dapat kita kendalikan.
2. Memudahkan perencanaan,
Jika dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan
perencanaan. Perencanaan meliputi beberapa jumlah dana yang
diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana lokasi akan
dibangun, siapa-siapa yang melaksanakannya, bagaimana cara
menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh,
serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
3. Mempermudah pelaksanaan pekerjaan,
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat
memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang
mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang dapat
dikerjakan. Sehingga pekerjaan berjalan pada tujuan yang jelas
dengan pembagian tugas-tugas yang telah dirancang dengan baik.
4. Mempermudah pengawasan,
Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan
rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan
untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan hasil yang
ditimbulkan berdasarkan target dari rencana bisnis tersebut.
5. Mempermudah pengendalian,
20
Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan
pekerjaan yang melenceng ke arah yang sesungguhnya,
berdasarkan kebijakan-kebijakan tertentu.
2.4.2 Manfaat Studi Kelayakan
Menurut Freddy Rangkuti (2012), menyatakan manfaat studi
kelayakan bisnis adalah investasi yang dikeluarkan haruslah memberikan
tingkat pengembalian yang sesuai dengan besarnya modal yang dikeluarkan,
serta resiko yang dihadapi.
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), Hasil penelitian studi kelayakan
sangat diperlukan oleh berbagai pihak terutama para pihak yang
berkepentingan terhadap proyek atau usaha yang akan dijalankan
(stakeholder). Hasil penelitian yang dianggap layak harus dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga para stakeholder merasa yakin dan percaya
terhadap hasil dari studi kelayakan yang telah dilakukan. Pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan, yaitu:
1. Pemilik usaha
Pihak yang paling memiliki kepentingan langsung terhadap hasil
dan analisis dari studi kelayakan yang telah dibuat. Bila
implementasi dari studi kelayakan mengalami kerugian maka
para pemilik usaha yang paling merasakan dampaknya.
2. Pihak Kreditur
Pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tidak ingin sampai
kredit atau pinjaman yang diberikan macet, akibat proyek atau
usaha yang akan direalisasikan tidak layak untuk dijalankan.
3. Pihak Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu
ukuran kinerja atau petunjuk apa saja yang di tugaskan. Kinerja
tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga
terlihat sejauh mana prestasi kinerja pihak manajemen dalam
menjalankan suatu proyek atau usaha.
21
Aspek Hukum
Aspek AMDAL
Hasil
Aspek Sosial dan Ekonomi
Aspek Manajemen (SDM)
Aspek Teknis dan Operasional
Aspek Keuangan
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Penilaian
4. Pihak Pemerintah
Studi kelayakan yang disusun perlu memperhatikan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, karena secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan.
5. Pihak Masyarakat luas
Proyek atau usaha yang dibangun dapat menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat lain dimana
suatu proyek atau usaha akan dibangun.
2.4.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Gambar 2.1 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Sumber: Kasmir & Jakfar, 2012
Berikut ini adalah penjelasan dari aspek-aspek studi kelayakan bisnis (Kasmir
& Jakfar, 2012):
22
1. Aspek Hukum
Untuk memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya
dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan dari
aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki.
Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan
lembaga yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang
bersangkutan. Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha
tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin
atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi. Dalam
pembangunan Regulated Agent surat dan dokumen yang harus dipenuhi
dapat dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No. PM 32 Tahun 2015.
Banyaknya dokumen yang akan diteliti sangat bergantung dari jenis
usahanya. Yang terpenting adalah urutan prioritas dokumen menjadi pokok
perhatian. Urutan prioritas menunjukkan bahwa dokumen tersebut sangat
penting bagi usaha yang akan diajukan nanti.
Secara umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan
dengan aspek hukum ini adalah sebagai berikut (Kasmir & Jakfar, 2012;33-
34):
• Bentuk Badan Usaha
Ada beberapa jenis badan hukum yang lazim di Indonesia, misalnya
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), koperasi yayasan,
firma (Fa), dan lain-lainnya. Kebanyakan perusahaan yang akan
melakukan suatu investasi, bisaanya merupakan perusahaan besar, baik
dari segi modal maupun jangkauan usahanya. Oleh karena itu, biasanya
perusahaan yang banyak melakukan studi kelayakan sebelum melakukan
usahanya adalah perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT).
Penilaian PT harus ke berita Negara.
• Bukti Diri
Yaitu kartu identitas diri para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh
kelurahan setempat yang dikenal dengan nama Kartu Tanda Penduduk
(KTP).
23
• Tanda Daftar Perusahaan
Setiap perusahaan yang akan beroperasi di Indonesia, haruslah membuat
surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya
masing-masing. Dalam hal ini yang perlu diteliti adalah ke departemen
teknis yang mengeluarkan surat tanda daftar perusahaan adalah
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Biasanya pengurusan TDP
adalah saat perusahaan mengurus akta pendirian perusahaan tersebut.
• Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan hal yang penting untuk diteliti.
Pengurusan NPWP juga dilakukan bersamaan dengan pengajuan akta
notaris ke Departemen Kehakiman. Pentingnya NPWP agar setiap usaha
yang dijalankan nantinya akan memberikan penghasilan kepada
pemerintah.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau
saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk
membentuk suatu harga.
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), Aspek ini membahas apakah
perusahaan yang akan melakukan investasi memiliki peluang pasar yang
diinginkan atau tidak, apabila ditinjau dari segi pasar dan pemasaran.
Keputusan yang bijaksana untuk mendirikan usaha kecil sangat tergantung
pada kualitas informasi yang dikumpulkan selama analisis pasar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah kualitas analisis pasar terkait
informasi yang dikumpulkan, semakin kemungkinan membuat keputusan
yang tidak bijaksana, dan kemudian, bisnis menjadi tidak layak (Moghli,
Azmi, Ghaith, 2012).
Dalam menganalisa aspek pasar serta industri digunakan Porter Five
Forces adalah suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan
strategi bisnis atau lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael
E Porter, seorang profesor dari Harvard Business School pada tahun 1979.
Menurut Porter Five Forces ada lima hal yang dapat menentukan tingkat
persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu industri.
24
Gambar 2.2 Porter Five Forces
Sumber: Porter Five Forces Analysis
a. Ancaman Masuk Pesaing Baru
Ancaman masuk yang tinggi akan mengakibatkan suatu industri
mengalami penurunan profitabilitas dengan cepat karena semakin
meningkatnya persaingan di antara perusahaan dalam satu industri.
Sebaliknya dalam Five Forces Model ancaman masuk industri yang
rendah, diasumsikan akan dapat mempertahankan daya tarik industri
untuk jangka waktu yang panjang.
b. Ancaman Pengembangan Produk Substitusi
Dalam Five Forces Model persaingan terhadap produk dihasilkan
perusahaan tidak hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi
produk yang sama sehingga menimbulkan persaingan langsung (direct
competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang
memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk
yang dihasilkan perusahaan.
c. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Dalam Five Forces Model Pemasok memiliki posisi tawar-
menawar (bargaining position) yang berbeda-beda terhadap perusahaan
di dalam Five Forces Model. Kemampuan pemasok untuk menentukan
syarat-syarat perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak sangat
dipengaruhi. Apabila perusahaan dapat memperoleh pasokan bahan baku
25
dari beberapa pemasok maka kedudukan perusahaan relatif lebih kuat
dibandingkan pemasok sehingga pemasok tidak akan memberikan
ancaman berarti bagi perusahaan di Five Forces Model. Tetapi apabila
perusahaan bergantung hanya kepada satu pemasok maka kedudukan
pemasok menjadi kuat dan dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan.
d. Kekuatan Tawar Menawar Konsumen
Dalam Five Forces Model pembeli memiliki posisi penting terhadap
keberlangsungan hidup perusahaan karena sales revenue yang diperoleh
perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada buyer.
e. Persaingan Perusahaan Sejenis
Di dalam industri Five Forces Model sendiri, terjadi persaingan antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Perusahaan yang melakukan
inovasi dapat menikmati profit yang besar pada saat pesaing lain belum
memasuki pasar yang sama.
Sebagai analisa aspek pasar selanjutnya dapat dilakukan analisa
Segmentation, Targeting, Positioning (STP). Menurut Tjiptono dan
Chandra dalam bukunya Pemasaran Strategik (2012) :
a. Segmentation pasar adalah sebagai proses mengelompokan pasar
keseluruhan yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-
segmen yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan,
perilaku dan respon terhadap program pemasaran spesifik.
b. Targeting adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa
segmen pasar yang dinilai paling menarik untuk dilayani dengan program
pemasaran spesifik perusahaan.
c. Positioning adalah cara produk, merek, atau organisasi perusahaan
dipersepsikan secara relatif dibandingkan dengan produk, merek atau
organisasi pesaing oleh pelanggan saat ini maupun calon pelanggan
3. Aspek Keuangan
Aspek keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi
yang diperlukan dalam pendirian atau pengembangan usaha yang
direncanakan, kemudian merangkumnya dalam bentuk laporan keuangan,
26
dan menganalisisnya untuk menentukan kelayakan usaha tersebut. Tinjauan
analisis dalam aspek ini adalah untuk mengevaluasi keseluruhan
pembahasan tiap-tiap aspek yang membutuhkan dana dan modal kerja ke
dalam analisis investasi yang ditinjau dari waktu pengembalian modal,
tingkat pengembalian, tingkat pengembalian investasi, dan nilai sekarang
bersih. Menurut Siswanto Sutojo (2013), aspek keuangan sendiri adalah
rencana investasi proyek yang disebut juga ilmu pembiayaan investasi
proyek atau capital budgeting.
Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal
seperti (Kasmir & Jakfar, 2012):
a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.
b. Kebutuhan biaya investasi.
c. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis- jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi.
d. Proyeksi laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan.
e. Kriteria penilaian investasi.
Menurut Husein Umar dalam Desi (2014), berpendapat bahwa
perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi yang ternyata
layak untuk direalisasikan, sementara itu, dana atau anggaran yang tersedia
tidak mencukupi, maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan
tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan
prioritas dapat dilakukan dengan cara menghitung:
• Payback Period (PP)
Menurut Siswanto Sutojo (2013), payback period adalah jangka waktu
yang diperlukan proyek untuk mengumpulkan dana intern guna
mengembalikan seluruh dana yang telah dipergunakan untuk membangun
proyek.
Dengan formula:
27
Dasar pengambilan keputusan:
- Proyek layak jika masa pemulihan modal investasi lebih pendek dari
usia ekonomis aktiva.
- Proyek tidak layak jika masa pemulihan modal investasi lebih lama
dibandingkan usia ekonomisnya aktiva.
• Net Present Value (NPV)
Menurut Siswanto Sutojo (2013), NPV adalah tolak ukur analisis
profitabilitas rencana investasi proyek pertama yang memperhatikan nilai
waktu uang.
Menurut Kasmir & Jakfar (2012), metode nilai sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur
investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal
dengan NPV. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu harus menghitung
PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan
menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu.
Dengan formula:
Keterangan:
NPV = Net Present Value
Kas Bersih = Arus kas tahunan
Investasi = Jumlah investasi yang telah tertanam dalam proyek
r = Tingkat bunga yang relevan
Dasar pengambilan keputusan:
- Proyek dinilai layak jika NPV bernilai postif
- Proyek dinilai tidak layak jika NPV bernilai negatif
28
• Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Siswanto Sutojo (2013), IRR adalah discount rate yang
bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh net cash flows dan
salvage value akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan
jumlah investasi proyek. Pada posisi NPV=0 akan diperoleh tingkat
persentase tertentu.
Dengan formula:
Keterangan:
Dasar pengambilan keputusan:
- Proyek dinilai layak jika IRR > dari bunga pinjaman.
- Proyek dinilai tidak layak jika IRR < dari bunga pinjaman.
• Profitability Index (PI)
Menurut Siswanto Sutojo (2013), PI merupakan tolak ukur profitabilitas
ketiga yang dipergunakan dalam metode discounted cash flow. Jumlah
nilai sekarang arus kas selama umur ekonomis hanya memperhitungkan
arus kas pada tahun pertama hingga tahun terakhir, dan tidak termasuk
pengeluaran awal.
Dengan formula:
Dasar pengambilan keputusan:
29
- Proyek dinilai layak jiak PI > atau = 1,00
- Proyek dinilai tidak layak jika PI < 1,00
4. Aspek Teknis dan Operasi
Kasmir & Jakfar (2012), menjelaskan bahwa analisis dari aspek
operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usaha
dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan
mesin-mesin yang akan digunakan. Layout merupakan suatu proses dalam
penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi
produksi atau operasi.
Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi
yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas
teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien, luas
produksi dapat dilihat dari segi teknis. Dari segi ekonomis yang dilihat adalah
berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya
yang paling efisien. Sedangkan dari segi teknis yang dilihat adalah jumlah
produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta
persyaratan teknis (Kasmir & Jakfar, 2012).
5. Aspek Manajemen dan Organisasi
Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat
digambarkan sebagai berikut (Ahmad Subagyo dalam Desi, 2014):
1.) Analisis Jabatan, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu.
2.) Persyaratan Jabatan, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang
diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
3.) Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang
menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan, dan struktur
pertanggungjawaban.
4.) Uraian Jabatan, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang
pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu.
5.) Sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara
lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis
30
struktural dan fungsional.
6.) Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana pendidikan dan
pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
produktifitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan.
6. Aspek Sosial dan Ekonomi
Analisis manfaat ditinjau dari sisi sosial ekonomi adalah sebagai
berikut (Husein Umar dalam Desi, 2014):
• Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat
Kegiatan usaha yang dapat dikerjakan oleh tenaga kerja lokal tidak perlu
digantikan tenaga kerja asing. Juga, penggunaan tenaga mesin perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah tidak akan menjadi lebih baik
jika menggunakan tenaga bukan mesin atau menggunakan tenaga kerja
masyarakat.
• Menggunakan sumber daya lokal
Sumber daya lokal misalnya bahan baku. Komponen bahan baku produk
lokal jika dimanfaatkan untuk proses produksi, jelas akan meningkatkan
perekonomian di daerah tersebut karena sumber daya lokal ini dapat
dijadikan usaha bagi masyarakat.
• Menghasilkan dan menghemat devisa
Penggunaan bahan baku yang diambil dari produk lokal berati
mengurangi penggunaan bahan impor. Sudah tentu penggunaan bahan
baku lokal ini menghemat devisa negara apalagi jika kandungannya
dapat terus ditingkatkan jika perlu sampai 100 persen. Jika produk yang
dihasilkan sebagian atau bahkan seluruhnya untuk pasar ekspor, maka
bisnis ini akan menghasilkan devisa.
• Menumbuhkan industri lain
Dengan adanya proyek bisnis yang baru, diharapkan tumbuh industri lain
baik yang sejenis atau industri pendukung lainnya seperti industri bahan
baku maupun industri sebagai dampak positif adanya kegiatan ekonomi di
daerah tersebut.
• Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan
kemampuan.
31
Sebagian sudah dijelaskan pada bagian c. di atas bahwa produk yang
dihasilkan atas usaha tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri
sehingga jika mencukupi tidaklah perlu mengadakan impor yang sudah
tentu akan menguras devisa. Oleh karenanya, usaha sejenis perlu
dikembangkan di dalam negeri agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi
dan juga agar tidak terjadi monopoli.
• Menambah pendapatan nasional
Sudah jelas bahwa bertumbuhnya bisnis di dalam negeri misalnya dengan
diproduksinya produk yang dikonsumsi secara baik di dalam negeri,
impor atas produk dan komponen inputnya berkurang atau bahkan
ditiadakan sama sekali. Jika ada permintaan ekspor atas produk tersebut
atau bahkan meningkat dan produsen dapat memenuhi permintaan itu,
sudah tentu bisnis ini akan menambah pendapatan nasional.
7. Aspek Dampak Lingkungan
Kasmir & Jakfar (2012), mengemukakan bahwa ada beberapa hal
yang dilakukan untuk mencapai tujuan AMDAL berikut dengan
kegunaannya.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL :
• Mengidentifikasi semua rencana usaha atau kegiatan yang akan
dilaksanakan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.
• Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan
terkena dampak besar dan penting.
• Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha dan kegiatan usaha
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup.
• Merumuskan RKL dan RPL.
2.5 Pengertian Efektifitas dan Efisiensi
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, dimana kedua kata
tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil
yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya
32
suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah
melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari
usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
1. Efektifitas
Kata efektif yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai
ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas
merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut
efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.
Dalam bukunya Pengantar Manajemen mengemukakan bahwa
efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar. “Efektivitas berarti
kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif adalah
manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan” (Siswanto
Sutojo, 2013).
2. Efisiensi
Menurut Deddi & Ayuningtyas (2010;161), Efisiensi adalah
hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan
atau aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu
organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu
menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau
dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.
Dalam beberapa organisasi, efisiensi diukur dengan cara
membandingkan biaya aktual dengan standar, dimana biaya-biaya tersebut
harus dinyatakan dalam output yang diukur. Efisiensi dan efektivitas
berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab dalam hal ini adalah
organisasi, harus efektif dan efisien dimana, organisasi harus mencapai
tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang
menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya,
mungkin akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam
memberikan kontribusi yang memadai pada pencapaian cita-cita organisasi,
33
maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif. Secara ringkas suatu
pusat tanggung jawab akan bersifat efisien jika melakukan sesuatu dengan
tepat, dan akan bersifat efektif jika melakukan hal-hal yang tepat.
Dari pengertian di atas, efektivitas dapat dikatakan sebagai
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari 2 (dua) sudut pandang.
Sudut pandang pertama, dari segi ‘hasil’ maka tujuan atau akibat yang
dikehendaki telah tercapai. Kedua dari segi ‘usaha’ yang telah ditempuh
atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan
demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya
suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun dari segi usaha
yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan
prosedur dan ukuran-ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan
dalam peraturan yang telah ditetapkan.
2.6 Regulated Agent
Berdasarkan ICAO (International Civil Aviation Organization) Annex 17,
agen inspeksi (regulated agent) adalah agen pengirim barang atau entitas lain yang
melakukan bisnis dengan operator dan menyediakan pengawasan keamanan yang
diminta dan dipersyaratkan oleh otoritas yang mengurusi kargo atau pos. Sementara
itu, menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 32 Tahun
2015, agen inspeksi (regulated agent) adalah badan hukum Indonesia yang
melakukan kegiatan usaha dengan badan usaha angkutan udara yang memperoleh
izin dari Direktur Jenderal untuk melaksanakan pemeriksaan keamanan terhadap
kargo dan pos.
Praktek Agen Inspeksi (Regulated Agent) di Indonesia dimulai pada tanggal 4
Juli 2011. Tepatnya, sejak diberlakukannya Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor SKEP/255/IV/2011 tentang pemeriksaan kargo dan pos
yang diangkut dengan pesawat udara. Alasan pemerintah menerapkan praktek agen
inspeksi (regulated agent), salah satunya adalah untuk menyesuaikan dan
menerapkan kesepakatan dalam ICAO Annex 17.
Regulated Agent adalah sebagai pelaku tunggal dalam pemeriksaan
keamanan kargo dan pos setelah memperoleh ijin dari Direktur Jendral Perhubungan
Udara. Masa berlaku ijin pemeriksaan keamanan kargo dan pos oleh regulated agent
34
adalah 5 tahun, dan dievaluasi setiap tahun. Regulated Agent berhak memungut tarif
atas jasa pemeriksaan keamanan yang diberikan.
2.6.1 Persyaratan Administrasi & Teknik Operasional
Untuk mendapatkan ijin sebagai Regulated Agent paling sedikit harus
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis operasional, antara lain:
1. Persyaratan administrasi antara lain memuat:
a. Akta pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya
bergerak dibidang pemeriksaan keamanan;
b. Izin Usaha Perusahaan yang izinnya di bidang kargo udara;
2. Persyaratan Teknis Operasional antara lain memuat:
a. Memiliki atau menguasai ruangan atau bangunan untuk fungsi
pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang berlokasi di
daerah publik dan/atau luar bandara serta dijamin sterilisasi
keamanannya;
b. Memiliki Program Keamanan Regulated Agent yang
disyahkan Dirjen Hubud;
c. Memiliki fasillitas penerimaan, pemeriksaan, penyimpanan,
dan sistem pengawasan;
d. Memiliki atau menguasai kendaraan pengiriman kargo dan
pos;
e. Memiliki personil avsec (1 senior, minimal 2 junior) dan
minimal 2 berlisensi Dangerous goods “A”
3. Memiliki Asuransi Jasa Pelayanan “Regulated Agent”.
4. Memiliki Fasillitas Pemeriksaan & Pemantauan
Keamanan Yang Harus Dimiliki Berdasarkan Klasifikasi
Jasa Pemeriksaan Regulated Agent, yaitu:
a. Unit mesin x-ray kargo;
b. Unit pendeteksi pencari bahan peledak: EVD, Duo-Scan;
c. Unit pendeteksi logam genggam: HHMD;
d. Unit gawang pendeteksi logam: WTMD;
e. Kaca pendeteksi: Miror Detection;
35
f. Monitor pemantau: CCTV;
g. Pagar keamanan untuk gedung/ruang pemeriksaan;
h. Pemadam kebakaran jinjing;
i. Segel keamanan yang terdiri dari: label pemeriksaan, kemasan
kargo/pos dan boks, kendaraan pengangkut serta kunci plastik
solid yang bernomor seri dan beridentitas perusahaan.
2.6.2 Tata Cara Memperoleh Ijin Regulated Agent
1. Mengajukan permohonan kepada Dirjen Hubud;
2. Melengkapi persyaratan administrasi dan teknis operasional;
3. Permohonan yang lengkap akan dilakukan evaluasi: administrasi,
teknis operasional & peninjauan lapangan;
4. Masa evaluasi selesai dilakukan paling lambat 30 hari kalender
5. Hasil evaluasi diberitahukan paling lambat 14 hari kerja
6. Izin sebagai regulated agent berupa Sertifikat Regulated Agent.
2.6.3 Prosedur Kegiatan Regulated Agent
1. Prosedur Kegiatan Regulated Agent meliputi: penerimaan,
pemeriksaan, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan;
2. Dalam prosedur penerimaan dilakukan proses pemeriksaan,
penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pengiriman kargo dan
pos antara lain:
a) Pemberitahuan Tentang Isi;
b) Surat Muatan Udara;
c) Perjanjian pengiriman kargo dan pos bagi pengirim pabrikan
3. Prosedur Kegiatan Regulated Agent meliputi: penerimaan,
pemeriksaan, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan;
4. Dalam Prosedur Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan keamanan;
5. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan peralatan
pemeriksaan keamanan atau pemeriksaan secara manual;
36
6. Pemeriksaan keamanan terhadap barang-barang khusus dilakukan
dengan cara pemeriksaan dokumen dari instansi terkait dengan
barang khusus;
7. “RA” ( Regulated Agent) harus melakukan sertifikasi terhadap
pengirim pabrikan (Known Shipper);
8. Kargo & pos yang dikirim oleh pengirim pabrikan (Known
Shipper) dilakukan pemeriksaan keamanan manual secara
random;
9. Kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan diberi
label pemeriksaan keamanan dan dibuatkan jaminan keamanan
pengiriman;
10. Dalam Prosedur Penyimpanan, Regulated Agent harus
menyediakan tempat penyimpanan kargo dan pos yang telah
dilakukan pemeriksaan keamanan sebelum diangkut ke bandara
atau diserahkan kepada badan usaha angkutan udara;
11. Dalam Prosedur Pengangkutan, Regulated Agent harus
menyediakan kendaraan pengangkut untuk kargo dan pos yang
telah dilakukan pemeriksaan, dan harus dijaga tingkat
keamanannya selama dalam perjalanan sampai kargo dan pos
diserahkan dan diterima oleh badan usaha angkutan udara.
37
2.6.4 Proses pemeriksaan
Gambar 2.3 Proses Pemeriksaan Regulated Agent
Sumber: angkasapura2, 2016
a. Dalam prosedur penyimpanan, Regulated Agent harus menyediakan
tempat penyimpanan kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan
keamanan sebelum diangkut ke bandara atau diserahkan kepada badan
usaha angkutan udara.
b. Tempat menyimpan kargo dan pos harus dijaga tingkat keamanannya.
c. Dalam prosedur pengangkutan, Regulated Agent harus menyediakan
kendaraan pengangkut untuk kargo dan pos yang telah dilakukan
pemeriksaan, dan harus dijaga tingkat keamanannya selama dalam
perjalanan sampai kargo dan pos diserahkan dan diterima oleh badan
usaha angkutan udara.
38
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
Sumber: Hasil Penelitian, 2017