operasional insinerator

Upload: diah-ayu-wulandari-sulistyaningrum

Post on 20-Feb-2018

279 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    1/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

    Abstrak Telah dilakukan analisa penggunaanincinerator di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya,secara umum sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang peraturan pemerintah No. 12 tahun 1995.

    Dalam sehari-hari untuk melakukan pembakaransampah rata-rata 111,12 kg, menggunakan bahan bakarsolar 33,33 liter dan menyisakan abu 17,52 kg dengan

    efisiensi 86 %. Ini masih memerlukan perbaikan sistem pembakaran sehingga dapat dapat mendekati DRE danPOHC 99,99 %. Dari keseimbangan energy incenerator

    yang digunakan belum memanfaatkan energy yangdihasilkan dari proses pembakaran untuk dikonversikanmenjadi energy lain dan dimanfaatkan seperti pemanasawal penghasil uap. Dari analisa ekonomis diperolehkeuntungan per bulan untuk melakukan jasa atau usahaincinerator diperoleh Rp 10.306.522 /bulan. prospekkeuntungan lebih baik jika energy dihasilkan dapatdimanfaatkan. Perhitungan yang dilakukan digunakanuntuk munurunkan secara kapasitas 8m 3. Menggunakan

    bahan bakar solar 200 liter dua minggu, ruang bakar1300 0C, suhu cerobong 50 0C, mampu menghancurkansampah medis dan menghasilkan abu maksimal 0,1 %dari sampah yang dibakar.

    Kata kunci : incenerator, limbah medis, DRE, POHC, prospek ekonomi

    I. PENDAHULUANimbah rumah sakit ( limbah medis ) memiliki sifat

    dan perilaku khusus dibanding limbah rumah tangga,industri, dan sebagainya penanganan harusdimusnahkan menggunakan alat incenerator ( sesuai

    Keputusan Menteri Kesehatan No.1204 tahun 2004 tentangPersyaratan kesehatan rumah sakit

    Bahan Bahan Berbahaya ( B3 ) memerlukan penanganankhusus dengan dibakar atau dihancurkan menggunakanincenerator dan tidak diperbolehkan dibuang di TempatPembuangan Akhir ( TPA ). Berbagai macam inceneratortelah dipergunakan oleh rumah sakit maupun puskesmas;ternyata banyak yang sudah kurang berfungsi, kurang efisien,kurang terawat, operator yang tidak memahami StandartOpeerasional Prosedur ( SOP ).

    Dengan mengambil studi kasus penggunaan incenerator DiRumah Sakit Haji Surabaya, maka dilakukan penelitian berupa

    Analisa Penggunaan Dan Upaya Peningkatan KinerjaIncenerator Dengan Metode Keseimbangan Energi.

    II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sampah

    Limbah rumah sakit atau limbah medis merupakan bagiandari limbah Bahan Bahan Berbahaya (B3) memerlukan

    penanganan khusus, salah satu cara dengan dibakar ataudihancurkan dengan menggunakan incenerator dan tidakdiperbolehkan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir.

    Bahaya utama dari limbah medis adalah risiko infeksi darimikroorganisme yang ada di limbah tersebut, infeksi biasanyaterjadi karena terkena tusukan benda tajam atau cedera jarum.Virus melalui darah (hepatitis B, hepatitis C) adalah ancamanyang paling serius (Blenkharn, 2006)

    Menurut PP no 18 tahun 1999 juncto no 85 tahun 1999harus dilakukan pengelolaan khusus limbah B3 yang bertujuanuntuk mencegah dan menanggulangi pencemaran ataukerusakan lingkungan. Pengelolaan limbah B3 adalahrangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, pewadahan

    penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan.

    Berdasarkan pengertian dan peraturan limbah B3 yang adaRSUH Surabaya, sebagai salah satu rumah sakit tipe B

    berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa pengelolaanlimbah padat B3 masih perlu dilakukan dengan baik. Olehkarena itu RSUH Surabaya masih selalu melakukan kajiansistem pengelolaan khusus untuk limbah padat B3 yang sesuaidengan peraturan yang ada.

    B. InceneratorIncenerator merupakan alat pemusnah sampah yang

    dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi, secarasistematis dan nyaman bagi lingkungan. M udah dan aman,dioperasikan.

    Prinsip kerja incenerator akan berlangsung melalui 3 tahap,yaitu. Tahapan pertama membuat air dalam sampah menjadiuap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.Tahap kedua terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidaksempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi. Tahapketiga pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakansebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 oC ~600 oC. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asapdan bau dengan suhu antara antara 600 oC ~ 1200 oC.

    Dua buah incenerator di rumah sakit umum haji surabayaterdiri dari 2 tipe berdasarkan metode pembakarannya yaitu,tipe kontinyu dan tipe batch . Pada alat pembakar sampah tipe

    Analisa Pengoperasian Dan Upaya Peningkatan KinerjaIncenerator Dengan Metode Keseimbangan Energi

    (Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya)Sarwening Trias A, Dr. Ridho Hantoro,ST.MT, dan Dr. Totok Soehartanto, DEA

    Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

    E-mail : [email protected]

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    2/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

    kontiyu sampah dimasukkan terus menerus dan bergeraksecara kontinyu dengan melewati proses pembakaran dan

    pembuangan sisa pembakaran. Sedangkan pada tipe batch ,sampah dimasukkan hingga mencapai kapasitas dari ruang

    pembakar dan akan mengalami proses pembakaran hinggadidapat sisa pembakaran dalam satu waktu. Incenerator yangsekarang masih digunakan adalah yang tipe batch karena yangtipe kontinyu masih diperbaiki dan belum dapat digunakan

    (rusak). Incenerator dalam pengoperasian pembakaran dapatmenghasilkan temperatur sebesar 815 oC hingga 1095 oC(Pichtel, 2005).

    C. Efisiensi PembakaranBerdasarkan ketentuan Rumah Sakit, incenerator mendapat

    perhatian yang sangat ketat, dengan kriteria yang diberikanadalah :a. Efisiensi destruksi dan penyisihan (destruction and

    removal efficiency atau DRE) adalah 99,9999 % yangmerupakan total penyisihan limbah padat dari masuksampai ke cerobong.

    b. Efisiensi pembakaran paling tidak sebesar 99,99 % yangdihitung sebagai :

    Efisiensi pembakaran =[ C CO2 /(C CO2 + C CO )] x 100 % (2.5)C CO2 = konsentrasi karbondioksidaC CO = konsentrasi karbon monoksida

    c. Monitoring emisi pada cerobong yang dilakukan adalahterhadap : oksogen (O 2 ), karbon monoksida (CO), oksidanitrogen (NOx), hidrogen khlorida (HCl), total organik-

    berkhlor, dan total materi partikulat.Aturan lain yang berlaku bagi limbah cair PCB jugadiberlakukan di sini. Untuk insinerasi limbah B-3 lainnya,maka aturan umum adalah : Incenerator harus mempunyai kemampuan DRE bagi

    setiap konstituen organik utama yang berbahaya ( principalorganic hazardous constituent atau POHC) sebesar 99,99

    % ; dalam hal iniPOHC = [(Win Wout)/Win] x 100 % (2.6)Win = laju massa POHC yang di masukkanWout = laju massa POHC keluar dari cerobong Sebuah incenerator yang menginsinerasi limbah B-3 dan

    menghasilkan emisi HCl lebih besar dari 1,8 kg/jam harusmelengkapi pengontrol-pengontrol pencemaran udarasehingga emisinya tidak melebihi (di pilih yang terbesar)1,8 kg/jam atau 1 % atau 1 % HCl.

    D. Keseimbangan Energi

    Gambar proses pembakaran dalam incenerator

    Diperoleh persamaan keseimbangan energi sebagai berikut:( b + O 2 ) 1 Q 1 +a ( Energi pemula)s + O 2 Q 2 + a + ( Energi proses )( b+O 2 ) 1+(s+O 2) Q 1 +Q 2 +(a+a) ( Energitotal)

    Terdapat 2 hukum termodinamika yang langsung

    berhubungan dengan teknologi insinerasi. Pertama bahwaenergi tersebut adalah kekal. Artinya dalam setiap prosesinsenerasi, output dalam sistem harus selalu sama denganinput dari sistem tersebut.

    Hukum termodinamika yang kedua adalahmengekspresikan kenyataan bahwa setiap proses yang hanyaterdiri dari transfer panas dari sebuah temperatur ketemperatur lain akan menghasilkan transfer panas dari daerahtemperatur lebih tinggi ke daerah temperaturlebih rendah.Temperatur akan berfungsi sebagai penggerak ( driving force )dari transfer energi panas. Laju transfer akan proposionaldengan perbedaan temperature antara dua media. Satuankuantitatif energi di dasarkan atas perubahan temperatur dalamsatuan massa air, yaitu kalori.

    II. METODOLOGIDalam melakukan analisa beberapa asumsi batasan yang

    digunakan untuk menyederhanakan perumusan dan perhitungan, antara lain:1. Incenerator merek kamine (PWR-INC-KMN-10) dengan

    spesifikasi dan Standart Operasional Prosedur yang telahditentukan dari pabrik.

    2. Manajemen pengelolaan sampah medis sesuai denganketentuan manajemen Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.

    3. Operator incenerator sesuai dengan kondisi yangditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Umum HajiSurabaya

    Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, disusundiagram logika perhitungan seperti pada Gambar Flowchart di bawah ini.

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    3/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

    Inceneratorstandart

    o dan Q o

    R o

    Inceneratorharapan

    Menghitung H dan Q H

    H > R > oQ H Q o

    Tidak

    Tidak

    Ya

    Inceneratorreal di RSU

    Haji R dan Q R

    Mulai

    Perhitunganincenerator ideal

    Menghitung S dan Q S

    S > HQ S Q H

    Analisa S > H S < H

    RekomendasiLaporan

    Tidak

    Selesai

    Gambar Flowchart Penelitian

    Langkah pengerjaan penelitian dimulai dengan sebagai

    berikut pada:1. Incenerator Plan Kamine PWR 10 ( O dan Q O )Langkah pertama, melakukan kajian pustaka incenerator

    yang meliputi garis besar incenerator dan mempelajari Wastemanajemen limbah medis, proses fisis dan model matematis,hubungan antar variable fisis, efisiensi dengan metodekeseimbangan energi pada beberapa jurnal sebagai kajian

    pustaka. Mengetahui spesifikasi dan kinerja inceneratorKAMINE PWR 10 yang terdapat di Rumah Sakit Umum HajiSurabaya, selanjutnya mencari dan menghitung efisiensistandart.2. Operasional Incenerator di Rumah Sakit Umum Haji

    ( R dan Q R )Langkah kedua, melakukan dan mencari data awal

    incenerator RSU Haji Surabaya, berupa data dan peranoperator dengan segala kelengkapan aturan sangat diperlukan.Setelah itu, mencari model matematis keseimbangan energiuntuk menghitung efisiensi real dan energi real. Kemudiandilakukan analisa apakah R O dan Q R QO3. Upaya Peningkatan K inerja Incenerator Harapan ( H

    dan Q H )Langkah ketiga, setelah diketahui dari data O yang tidak

    sama dengan R dan Q O QR, maka dilakukan kajian pustakauntuk peningkatan kinerja incenerator dengan melihat dataawal dan data dari pengoperasian atau kondisi real agar dapat

    dibuat modifikasi dari incenerator yang diharapkan. Setelahitu, mempelajari proses fisis dan membuat model matematis,dengan ketentuan syarat batas tentang incenerator yangdiharapkan. Kemudian menghitung efisiensi harapan.Selanjutnya dilakukan analisa apakah H > R > o dan Q H >Q O . efisiensi harapan sudah lebih baik dan efisien maupunefisiensi awal dengan aspek yang menyertainya4. Incenerator Ideal ( S dan Q S)

    Langkah keempat, upaya untuk mendesain incinerator yangideal dengan cara melakukan perhitungan. Untuk itu perlumencari kajian pustaka incenerator ideal di jurnal atau bukutentang sistem kerja incenerator yang baik. Kemudian mencarimodel matematis dan persamaan energi yang diperlukan untukincenerator yang ideal. Setelah itu, melakukan perhitungandesain untuk perencanaan incenerator yang ideal. Danmemasukan beberapa variabel diantaranya kecepatan angindan kecepatan bahan bakar kemudian menghitung S dan Q Sdan dilakukan analisa apakah S > H dan Q S = Q S5. Analisa data dan Rekomendasi

    Langkah kelima, melakukan analisa denganmembandingkan efisiensi awal : efisiensi real : efisiensiharapan : efisiensi ideal. Setelah dibandingkan didapatkanrekomendasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap hasildan olahan data secara teknis ekonomis, efisiensi serta panasyang dihasilkan. Langkah terakhir adalah pembuatan laporandan rekomendasi yang akan dapat dipergunakan untukmendesain incenerator yang baru.

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Data Incenerator KAMINE PWR 10

    Tabel 4.1 Data primer dan spesifikasi KAMINE PWR 10 No. Variabel Satuan

    1. Volume ruang bakar 8 m2. Suhu cerobong Tidak tercantum3. Bahan bakar / solar

    maksimum

    10 25 liter/jam

    4. Kapasitas sampah yangdibakar

    100 kg/jam

    5. Kebutuhan udara pembakaran

    8,6 m/s dua blower

    6. Sistem pembakaran Tertutup dengan dua blower

    7. Temperatur Ruang Bakar 600 1200 C8. Konsumsi listrik

    maksimum750 watt/ 220 v/ 1 phase/50 Hz

    9. Abu 100%Tabel 4.2 Hasil Analisa Uji Kualitas Udara emisi Cerobong

    Incenerator KAMINE PWR 10

    No Parameter Satuan HasilAnalisa BakuMutu1 Partikel Mg/Nm 37.64 502 Sulfur Dioksida

    (SO 2)Mg/Nm 3 214.84 250

    3 Nitrogen Dioksida(NO 2 )

    Mg/Nm 263.76 300

    4 Hidrogen Florida(HF)

    Mg/Nm Ttd 10

    5 Karbon Monoksida(CO)

    Mg/Nm 3 187.62 100

    LEGENDA :o = Efisiensi awalQo = Panas AwalR = Efisiensi nyataQR = Panas NyataH = EfisiensiHarapanQH = Panas HarapanS = Efisiensi idealQS = Panas ideal

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    4/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

    6 Hidrogen Clorida(HCL)

    Mg/Nm 0.041 70

    7 Total Hidrokarbon(CH 4)

    Mg/Nm 3 0.083 35

    8 Arsen (As) Mg/Nm Ttd 19 Kadmium (Cd) Mg/Nm 0.004 0.2

    10 Kromium (Cr) Mg/Nm 3 0.002 111 Timbal (Pb) Mg/Nm 0.051 5

    12 Merkuri (Hg) Mg/Nm 0.017 0.213 Talium Mg/Nm 3 Ttd 0.214 Opasitas % 5 10

    S ESUAI HASIL UJI NOMOR 37694984.2 DATA OPERASIONAL INCENERATOR

    Data ini diperoleh dari lapangan melalui pengukuranterhadap incenerator dan cara mengoperasikan inceneratorsesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) yang djalankanoleh operator, selain itu permasalahan yang timbul diperolehdari operator serta Kepala Bagian Instalasi Sanitasi RumahSakit Umum Haji Surabaya.Tabel 4.3 Data Primer Dan Data Sekunder KAMINE PWR 10

    Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

    No. Variabel Satuan1. Volume ruang bakar 8 m

    2. Suhu cerobong 118 - 198 0C3. Bahan bakar / solar

    maksimum8,68 liter/jam

    4. Kapasitas sampah yangdibakar

    28,94 kg/jam

    5. Kebutuhan udara pembakaran

    8,6 m/s (dua blower)

    6. Sistem pembakaran Tertutup (dengandua blower)

    7. Temperatur Ruang Bakar 922,36 0C8. Konsusi listrik maksimum 750 watt/ 220 V/ 1

    phase/ 50 Hz9. Abu 4,56 kg/jam10. Jenis Abu Kaca, botol,

    keramik, logam,seng dan alumunium

    11. Satandart OperasionalProsedur (SOP)

    Operator telahmenjalankan SOPyang sudahditentukan

    Tabel 4.4 Data Pengukuran Pada Incenerator KAMINE PWR10 Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Bulan Februari 2012(lampiran)4.3 DATA INCENERATOR HARAPAN

    Data ini diperoleh dari pengembangan olahan dataspesifikasi incenerator KAMINE PWR 10 dan data pengoperasional oleh operator dan masukan dari Unit InstalasiSanitasi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Selanjutnya dataini akan dipergunakan untuk memodifikasi incenerator yangsudah ada. Saat ini terdapat sebuah incenerator yang rusak.Pihak rumah sakit berharap dapat diperbaiki dan ataudimodifikasi untuk dapat dioperasikan.

    Tabel 4.6 Data Harapan Incenerator Di Rumah Sakit UmumHaji Surabaya

    No. Variabel Keterangan1. Manajemen

    pengelolaanlimbah medis

    Sampah medis harusdimusnahkan 100%

    berdasarkan Undang UndangPemerintah Nomor 12 Tahun1995 menggunakan

    incenerator2. Kriterialingkungan

    Ramah lingkungan

    3. Operasional Mudah pengoperasiannya4. Kinerja Efektif, efisiensi, dan ekonomi5. Sistem

    pembakaranTertutup dan sempurna

    6. Suhu pembakaran Memenuhi titik limbah medisdiantaranya : keramik, gelas,kaca dan alumunium

    7. Suhu cerobong Tidak terlalu beda jauh dengansuhu lingkungan

    8. Volume ruang

    bakar

    8 m

    9. Bahan bakar Solar dan listrik10. Sisa pembakaran 100% abu

    Tabel 4.7 Syarat Batas Untuk Merencanakan Incenerator No. Variabel Satuan1. Volume ruang

    bakar8 m

    2. Suhu cerobong 50 C3. Bahan bakar / solar 200 lt4. Kapasitas sampah

    yang dibakar100 kg

    5. Kebutuhan udara pembakaran

    0,5 lt/detik

    6. Sistem pembakaran Tertutup7. Suhu Ruang Bakar 1300 C8. Efisiensi DRE = 99,9%9. Kelebihan Mudah dioperasikan, mudah

    dirawat, dan ramahlingkungan

    10. Abu 0,1%11. Tipe Incenerator Kontinyu

    4.4 Analisa Spesifikasi Dan OperasionalKAMINE PWR 10

    Dari data spesifikasi yang ada tidak banyak memberiinformasi tentang data teknis dan hubungan antara variabelfisis, sehingga tidak cukup untuk mengetahui misalnya,spesifikasi dari blower, burner dan kipas angin inimenunjukkan bahwa spesifikasi yang ada bukan spesifikasiteknis tetapi berupa spesifiksi dagang (pasar). Kinerjaincinerator KAMINE PWR 10 belum dapat ditentukan,sebagai efisiensi maupun hubungan antar variabel fisis yanglain. Kapasitas ruang bakar yaitu 100 kg/jam tetapi dalam

    pengoperasian yang dilakukan operator ternyata hanya mampu28,94 kg/jam. Ini dimungkinkan karena menyesuaikan denganvolume sampah dan volume ruang bakar.

    Besarnya suhu operasional antara ruang bakar dancerobong menunjukkan besaran energy yang dihasilkan oleh

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    5/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

    incinerator. Energy yang sangat besar ini langsung di buangmelalui cerobong. Seharusnya energi panas ini dapatdipergunakan antara lain sebagai pemanas atau dikonversikandalam bentuk energi yang lain. Sebagai contoh untuk pemanasawal sampah yang akan dibakar sebagai pemanas air untukcuci, masak dan menghasilkan uap air

    Pembakaran yang terjadi kurang sempurna hal ini dapatterlihat dari hasil uji analisa kualitas udara emisi cerobong

    incinerator terhadap gas buang dimana tingkat konsentrasi COmelebihi batas ambang yang ditentukan, hasil analisa yangdiperoleh 187,62 mg./Nm 3 dengan baku mutu yang ditentukan100 mg/Nm 3. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pembakarantidak sempurna, kurang udara pembakaran atau lebih udara

    pembakaran. Padahal seharusnya menurut manajemen pengelolaan limbah, incinerator harus memiliki Efisiensidestruksi dan penyisihan (destruction and removal efficiencyatau DRE) adalah 99,9999 % yang merupakan total penyisihanlimbah padat dari masuk sampai ke cerobong dan ini berartimemerlukan pembakaran sempurna dan sisa pembakaransemua berupa abu (murni 100%).

    Ternyata suhu ruang bakar mencapai suhu rata rata yaitukurang lebih 1200 0C dan jika dibandingkan dengan spesifikasimasih memenuhi kriteria dengan demikian maka proses

    pembakaran masih dapat diperbaiki.Dari pengukuran terhadap pengoperasian incinerator

    KAMINE PWR 10 di Rumah Sakit Umum Haji Surabayaoleh operator yang menjalankan Standart OperasionalProsedur dapat dilakukan analisa sebagai berikut:a) Saat ini termokopel di incinerator KAMINE PWR10 rusak

    sehingga operator tidak mengetahui pasti suhu ruang bakar, walaupun pengoprasian tetap dilakukan sesuai SOP

    b) Kebutuhan udara untuk pembakaran yang disuplay olehdua blower tidak memberikan nilai tertentu, sehingga tidakdiketahui berapa laju udara yang diperlukan

    c) Jumlah sampah yang dibakar lebih berdasar pada volume pada berat sampah. (sesuai dengan volume ruang bakardari incenerator)

    d) Berat sampah dipergunakan untuk menentukan beaya pembakaran dari luar RSUH Surabaya

    4.5 Analisa Modifikasi dan Pengembangan Incenerator diRumah Sakit Umum Haji Surabaya

    Sampah medis RSUH Surabaya berasal dari limbahinfeksius limbah 14,23 kg (39%), dari limbah benda tajam8,25 kg (22%), dari limbah farmasi 12,93 kg (35%), danlimbah patologis 1,35 kg (4%). Sehingga total 36,76 kg(100%) per hari, atau bisa menghasilkan sampah medis 103kg/bulan.sedangkan bila dinyatakan dalam volume (liter).Sampah medis RSUH Surabaya berasal dari limbah infeksiuslimbah 84,5 lt (34%), dari limbah benda tajam 35,47 lt (14%),dari limbah farmasi 124,55 lt (50%), dan limbah patologis 4 lt(2%). Sehingga dalam satu hari total sampah yang dihasilkan248,52 lt (100%). Realisasi sampah medis yang di bakaradalah 2778 kg/bulan. Pada spesifikasi incinerator KAMINEPWR 10 mampu membakar 100 kg/jam sampah jika dilakukan

    pembakaran 4 kali sehari., seharusnya dalam sehari mampumembakar sampah 400 kg/jam. Tetapi kenyataannya sampahyang mampu dibakar oleh operator rata-rata hanya 111,12kg/hari atau rata-rata 28,94 kg/jam.

    Jumlah sampah medis yang terbakar 2340 kg/hari ataurata-rata 93,6 kg/jam. Sebagai contoh pada tanggal 1 February2012 didapatkan sampah yang dibakar 106 kg/hari danternyata sampah yang terbakar hanya 91 kg/hari. Berarti masihada 15 kg yang masih belum terbakar dalam bentuk abu yangtidak terbakar, terdiri dari kaca, botol, keramik, logam, sengdan alumunium.

    Sedangkan perbandingan antara sampah medis yang

    terbakar dengan sisa abu = 0,836 : 0,164 atau 83:17. Ini berartiefisiensi pembakaran incenerator sebesar 86%. =

    100% =

    106 15

    106100% =

    91

    106100% = 86%

    Jumlah bahan bakar solar 833 lt/bulan dan rata-rata 33,32liter/hari, dimana pada saat pembakaran membutuhkan 8,68liter/jam untuk membakar sampah rata rata 28,94 kg/jam.Dalam spesifikasi incinerator KAMINE PWR 10 mampumembakar100 kg/jam sampah dengan bahan bakar 10 25liter/jam. Sehingga dapat diketahui bahwa pengoperasianincinerator tidak sama dengan apa yang telah di harapkan.4.6 Analisa Ekonomis Terhadap Pengembangan

    InceneratorUntuk membakar sampah medis 28,94 kg/jam diperlukan

    bahan bakar solar 6,68 liter/jam. Atau untuk membakar 1 kgsampah diperlukan bahan bakar solar sebanyak 0,2308 liter. Untuk saat ini harga solar industri Rp. 8.000,. maka 0,2308

    X Rp. 8.000,. = Rp. 1.846,58,. Beaya bahan bakar untukmembakar sampah 1 kg.

    Sedang untuk harga solar per liter Rp. 4.500,. maka 0,2308X Rp. 4.500,. =Rp. 1.038,60,. Adalah beaya bahan bakaruntuk membakar sampah 1 kg.Analisa ini diperlukan untuk menentukan tarip jika pihak

    luar RSUH Surabaya ingin membakar sampah di incenerator.Dengan tarip rata-rata pembakaran sampah saat ini Rp.5.000,./kg. Maka margin keuntungan (Rp. 5.000,. Rp.1.038,60) = Rp. 3.961,. jika satu hari jumlah sampah yang

    dibakar 2.602 kg/bulan maka, keuntungan yang diperoleh iniakan lebih besar lagi sebesar Rp. 10.306.522,./bulan. Prospekkeuntungan jika energi panas yang dihasilkan dari pembakarandapat dimanfaatkan sebagai pemanas, maupun dikonversikebentuk energi lain. Ini memberikan peluang untuk

    berwiraswasta di industri jasa persewaan incenerator.

    V. KESIMPULAN1. Dari segi keselamatan dan lingkungan penggunaan

    incenerator untuk pemusnah sampah medis merupakan pilihan yang tepat.

    2. Secara teoritis penggunaan incenerator di Rumah SakitUmum Haji Surabaya sudah memenuhi ketentuan, namunsecara keseimbangan energi masih belum memenuhi

    penghematan energi. Dalam sehari untuk pembakaransampah rata-rata 111,12 kg /hari sampah medis masihmembuang abu sebesar 17,52/kg dan menggunakan bahan

    bakar + 33.32 liter/harinya3. Dari perhitungan dapat direncanakan desain incenerator

    yang berkapasitas 8m 3 dengan bahan bakar solar 200lt/minggu temperatur ruang bakar 1300 0C yang mampumenghancurkan sampah medis dan menghasilkan abumaksimal 0,5% dari sampah yang dibakar

    4. Dari perhitungan ekonomisnya margin keuntungan perbulan untuk melakukan usaha ini keuntunan yang

  • 7/24/2019 Operasional Insinerator

    6/6

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

    diperoleh sebesar Rp. 10.306.522,. Prospek keuntunganlebih baik lagi, jika energi yang dihasilkan dari

    pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai pemanas, maupundikonversikan kebentuk lain

    UCAPAN TERIMA KASIH1. Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA, selaku Ketua Jurusan

    Teknik Fisika ITS.2. Dr. Ridho Hantoro, ST., MT. dan Dr. Totok Soehartanto,

    DEA selaku pembimbing.3. Bapak dan Ibu dosen Teknik Fisika yang telah banyakmemberikan ilmunya sehingga penulis dapatmenyelesaikan jenjang kuliah sampai tugas akhir ini.

    4. Bapak Sarwono, Ibu Sugiyati, Adik Pundi, Mas Bima,Mbak Arti, Ponaan Wijdan dan Ponaan Donita yang telahmenjadi inspirator dan motivator.

    5. Huda yang telah memberi motivasi. 6. Teman teman Kelompok Studi Energi Laboratorium

    Rekayasa Energi dan Pengkondisian Lingkungan, terimakasih segala bantuan dan hiburannya.

    7. Seluruh mahasiswa Teknik Fisika, terutama angkatan2008, terima kasih atas segalanya.

    8. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya tugasakhir ini, terima kasih banyak.

    DAFTAR PUSTAKA[1] Walter R. Niessen, 2002. Combustion And

    Incinerator Processes, Third Edisson, RevissedExpanded.

    [2] James E. Welp, PE, 2009. Wastewater Solid Incinerator Systems. Manual Of Practice No.40. Incinerator Task Force Of The Water Environment .

    3]Hans Tammemagi, 1999. The Waste Crisis Landfills,

    Incinerator, And The Search For A SustainableFuture . Oxford University Press.

    4]A. J. Chandler,etc, 1997. Studies In EnvironmentScience 67 Municipal Solid Waste Incinerator

    Residues. Elsevier.5] Budi Utomo Kukuh Widodo, Ir, ME., Dan Eddy

    Harmadi Tjokrowisastro, MEng., 1996. TeknikPembakaran dan Bahan Bakar , Institut TeknologiSepuluh Nopember Surabaya.