bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan …repository.unpas.ac.id/39943/5/bab ii.pdfpengertian...
TRANSCRIPT
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kegiatan mendalami, mencermati, menelaah
dan mengidentifikasi pengetahuan (Suharsimi Arikunto, 2011:58). Kajian ini akan
memuat teori-teori dengan menggunakan berbagai sumber dan literatur baik
berupa buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu dan publikasi umum yang
berhubungan dengan masalah-masalah penelitian atau menggunakan beberapa
teori yang relevan dengan variabel-variabel peneltian.
2.1.1. Manajemen
Manajemen merupakan ilmu yang sangat diperlukan oleh seorang manajer
dalam memimpin sebuah perusahaan, mengkoordinasikan serta memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Manajemen juga merupakan
ilmu yang diperlukan oleh seseorang untuk membangun, mengelola serta
mengembangkan suatu usaha. Pengertian manajemen menurut beberapa para ahli.
Manajemen menurut Gareth R. Jones dan Jennifer M. George (2012:5),
Management is the planning, organizing, leading, and controlling of human and
other resources to achieve organizational goals efficiently and effectively.
Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan, dan
mengawasi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
yang efektif dan efisien.
20
Selanjutnya menurut John Kotter (2014:8) yang mendefinisikan
manajemen sebagai berikut:
“Management is a set of processes that can keep a complicated system of
people and technology running smoothly. The most important aspects of
management include planning, budgeting, organizing, staffing,
controlling, and problem solving.”
Hal di atas menyatakan bahwa, manajemen adalah serangkaian proses
yang dapat membuat sistem teknologi yang rumit dari orang-orang dan berjalan
dengan lancar. Aspek yang paling penting dari manajemen meliputi perencanaan,
penganggaran, pengorganisasian, pegawai, pengendalian, dan pemecahan
masalah.
Pengertian manajemen juga didefinisikan oleh Ricky W. Griffin (2016:4)
yang berpendapat sebagai berikut:
“Management is a set of activities (including planning and decision making,
organizing, leading, and controlling) directed at an organization’s
resources (human, financial, physical, and information) with the aim of
achieving organizational goals in an efficient and effective manner.”
Hal di atas menyatakan bahwa, manajemen adalah serangkaian kegiatan
(termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
memimpin, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi
(manusia, keuangan, fisik, dan informasi) dengan tujuan mencapai tujuan
organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Malayu S.P Hasibuan (2014:2) menyatakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaaat sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, manajemen
adalah ilmu yang dipelajari oleh seseorang untuk mengelola sumber daya
21
perusahaan baik sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dengan
menerapkan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Fungsi-fungsi manajemen berwujud kegiatan-kegiatan yang berhubungan,
sehingga satu kegiatan menjadi syarat kegiatan yang lainnya. Bateman & Snell
(2014:15) menjelaskan mengenai fungsi fungsi dari manajemen, yaitu:
a. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penetapan tujuan yang akan dicapai dan
memutuskan tindakan tepat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Aktivitas perencanaan termasuk menganalisis situasi saat ini, mengantisipasi
masa depan, menentukan sasaran, dan memutuskan dalam aktivitas.
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah mengumpulkan dan mengoordinasikan manusia,
keuangan, fisik, informasi, dan sumber daya lain yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
c. Fungsi Memimpin (Leading)
Memimpin adalah memberikan stimulasi kepada orang untuk berkinerja
tinggi. Termasuk di dalamnya adalah memberikan motivasi dan
berkomunikasi dengan karyawan baik secara individual dan kelompok.
d. Fungsi Pengendalian (Controlling)
Pengedalian adalah memonitor kinerja dan melakukan perubahan yang
diperlukan, dengan pengedalian, manajer memastikan bahwa sumber daya
organisasi digunakan sesuai dengan yang direncanakan dan organisasi
mencapai tujuan-tujuannya seperti kualitas dan keselamatan.
22
Fungsi-fungsi manajemen dilaksanakan secara menyelurh untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien, di atas telah dijelaskan
mengenai fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas 4 fungsi yaitu fungsi
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian.
2.1.2 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan
yang berperan penting dalam pengelolaan keuangan yang baik serta memainkan
peranan penting dalam pertumbuhan sebuah perusahaan. Manajemen keuangan
dapat dijelaskan berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli. Manajemen
keuangan dikemukakan oleh Agus Sartono (2012:6) adalah:
“Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang
berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi
secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan
investasi atau pembelanjaan secara efisien.”
Pengertian manajemen keuangan menurut I. Made Sudana (2011:6) yang
mendefinisikan manajemen keuangan sebagai berikut:
“Salah satu bidang manajemen fungsional yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan investasi jangka panjang, keputusan pendanaan
jangka panjang, dan pengelolaan modal kerja perusahaan yang meliputi
investasi dan pendanaan jangka pendek.”
Selanjutnya pengertian manajemen keuangan oleh Gitman dan Zutter
(2012:4) yang menyatakan bahwa manajemen keuangan adalah:
“Finance can be defined as the art and science of money. At the personal
level, finance is corcerned with individuals’ decisions about how much of
their earnings they spend, how much they save, and how they invest their
savings. In a business context, finance involves the same types of
decisions: how firms raise money from investors, how firms invest money in a attempt to earn a profit, and how they decide whether to reinvest
profits in the business or distribute them back to investors.”
23
Hal di atas menyatakan bahwa, keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu
seni dan ilmu pengetahuan. Secara pribadi, keuangan berkaitan dengan keputusan
individu tentang berapa banyak penghasilan yang mereka keluarkan, berapa
banyak yang mereka tabung, dan bagaimana mereka menginvestasikan simpanan
mereka. Konteks bisnis, keuangan keuangan melibatkan keputusan yang sama,
bagaimana perusahaan mengumpulkan uang dari investor, bagaimana perusahaan
menginvestasikan uang dalam upaya memperoleh laba, dan bagaimana mereka
memutuskan apakan akan menginvestasikan kembali keuntungan dalam bisnis
atau mendistribusikannya kembali kepada investor.
Pengertian manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto (2013:4)
adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan
dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.
Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Brigham dan Joel (2014:6) bahwa
manajemen keuangan adalah:
“Financial management, also called corporate finance, focuses on
decisions relating to how much and what types of assets to acquire,how to
raise the capital needed to purchase assets, and how to run the firm so as
to maximize its value,”
Hal di atas menyatakan bahwa, manajemen keuangan, disebut juga
keuangan perusahaan, fokus pada keputusan yang berkaitan dengan berapa
banyak dan jenis aset apa untuk diperoleh, bagaimana untuk meningkatkan
kebutuhan modal untuk membeli aset, dan bagaimana untuk menjalankan
perusahaan sehingga dapat memaksmalkan nilai.
Berdasarkan penyataan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka
manajemen keuangan adalah aktivitas berperan penting dalam pengelolaan
24
keuangan perusahaan yang menyangkut beberapa keputusan yaitu keputusan
investasi dan keputusan pendanaan yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan
nilai perusahaan.
2.1.2.1. Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi-fungsi manajemen keuangan menurut James C. Van Horne dan
John M. Wachwicz Jr. (2012:3) adalah sebagai berikut:
a. Keputusan Investasi
Fungsi manajemen keuangan yang penting dalam penunjang pengambilan
keputusan untuk berinvestasi karena menyakut tentang memeproleh dana investasi
yang efisien, komposisi aset yang harus dipertahankan atau dikurangi.
b. Keputusan Pendanaan
Kebijakan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai integral dari
keputusan pendanaan perusahaan, pada prinsipnya fungsi manajemen keuangan
sebagai keputusan pendanaan menyangkut tentang keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
c. Keputusan Manajemen Aset
Fungsi manajemen keuangan yang menyangkut tentang keputusan alokasi
dana atau aset, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan
modal baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan yang
baik bagi perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di maka fungsi-fungsi manajemen keuangaan ada
3 yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan manajemen aset.
25
Fungsi-fungsi manajemen keuangan slainnya dikemukakan oleh I.M.
Pandey (2015:4) menyatakan fungsi keuangan dan berkaitan dengan keputusan
keuangan, yaitu sebagai berikut:
1. Invesment Decisions
A firm's investment decisions involve capital expenditures. They are,
therefore, referred as capital budgeting decisions. A capital budgeting
decision involves the decision of allocation of capital or commitment of
funds to the long-term assets that would yield benefits (cash flows) in the
future.
Hal di atas menyatakan bahwa keputusan investasi perusahaan melibatkan
pengeluaran modal. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai keputusan
penganggaran modal. Keputusan penganggaran modal melibatkan keputusan
alokasi modal atau komitmen dana untuk aset jangka panjang yang akan
menghasilkan manfaat (arus kas) di masa depan.
2. Financing Decisions
A financing decision is the second important function to be performed by
the financial manager. Broadly, he or she must decide when, where from
and how to acquire funds to meet the firm's investment needs. The central
issue before him or her is to determine the appropriate proportion of
equity and debt. The mix of debt and equity is known as the firm's capital
structure.
Hal di atas menyatakan bahwa Keputusan pembiayaan adalah fungsi
penting kedua yang harus dilakukan oleh manajer keuangan. Secara umum, dia
harus memutuskan kapan, darimana dan bagaimana memperoleh dana untuk
memenuhi kebutuhan investasi perusahaan. Masalah utama di hadapannya adalah
menentukan proporsi ekuitas dan utang yang tepat. Campuran utang dan ekuitas
dikenal sebagai struktur modal perusahaan.
3. Dividend Decisions
A dividend decision is the third major financial decision. The financial
manager must decide whether the firm should distribute all profits, or
26
retain them, or distribute a portion and retain the balance. The proportion
of profits distributed as dividends is called the dividend-payout ratio and
the retained portion of profits is known as the retention ratio.
Hal di atas menyatakan bahwa Keputusan dividen adalah keputusan
keuangan besar ketiga. Manajer keuangan harus memutuskan apakah perusahaan
harus mendistribusikan semua keuntungan, atau mempertahankannya, atau
mendistribusikan sebagian dan mempertahankan saldo. Proporsi laba yang
dibagikan sebagai dividen disebut rasio pembayaran dividen dan bagian laba yang
ditahan dikenal sebagai rasio retensi.
2.1.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Perusahaan memiliki beberapa bidang manajemen fungsional salah
satunya adalah manajemen keuangan. Manajemen keuangan membutuhkan tujuan
dan sasaran untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan keputusan keuangan
sautu perusahaan. Tujuan yang ditentukan membantu manajer keuangan untuk
pengambilan keputusan-keputusan yang benar dan dapat meminimalisir risiko
yang diperoleh. Keputusan yang benar membantu perusahaan mencapai
tujuannya.
Keputusan yang diambil harus sesuai dengan prinsip memaksimumkan
nilai perusahaan yang identik dengan memaksimumkan laba, serta menimumkan
tingkat risiko, agar keseimbangan tersebut dapat diperoleh, maka perusahaan
harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap aliran dana (Suad Husnan dan
Pudjiastuti, 2012). Tujuan yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Pudjiastuti
sejalan dengan tujuan manajemen keuangan yang dikemukaan oleh I. Made
Sudana (2011:8) adalah untuk memaksimalkan nilai sekarang per lembar saham
27
yang telah beredar. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham atau pemilik perusahaan.
Tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan profit atau
keuntungan serta untuk memaksimalkan kepentingan terbaik untuk pemegang
saham dan pemilik perusahaan.
2.1.3 Dividen (Dividend)
Keuntungan yang diharapkan investor terhadap modal yang di tanamnya
dalam sebuah perusahaan, modal tersebut dapat berupa saham yang telah dibeli,
keuntungan tersebut dapat berupa dividen. Dividen dapat diperoleh oleh investor
sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Dividen akan dibagikan perusahaan
pada setahun sekali dari laba bersih akhir tahun yang dihasilkan. Berikut ini
beberapa pengertian mengenai dividen.
Tatang Ary Gumanti (2013:226) berpendapat mengenai pengertian dividen
adalah bagian keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang dapat
berupa dividen tunai atau dividen saham.
Menurut Gitman dan Zutter (2012:8), dividend is periodic distributions of
cash or earnings to the stockholders of a firm.
Hal di atas menyatakan bahwa dividen adalah keuntungan yang diperoleh
pemegang saham berupa uang tunai atau pendapatan yang akan didistribusikan
secara berkala dalam suatu perusahaan. Dividen juga merupakan penghasilan
yang diharapkan oleh pemegang saham atas kepemilikan sahamnya.
Pengertian dividen selanjutnya oleh Rudianto (2012:290) dividen adalah
bagian laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan
28
kepada pemegang sahamnya sebagai imbalan mereka menanamkan hartanya
dalam perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian dividen yang telah dijelaskan oleh
beberapa para ahli maka dividen adalah pembagian laba bersih yang dihasilkan
oleh perusahaan dari suatu usaha atau kegiatan operasional yang diberikan kepada
pemegang saham atau investor sebagai keuntungan yang dan imbalan karena
telah menanamkan modalnya dalam perusahaan.investor yang menanamkan
modalnya mengharapkan keuntungan yaitu dapat berupa dividen.
2.1.4. Kebijakan Dividen (Dividend Policy)
Kebijakan dividen dapat menentukan besaran atas jumlah dividen yang
akan dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan saham
yang dimilikinya, selain itu kebijakan dividen juga dapat menentukkan besaran
laba bersih yang harus disisihkan sebagai laba ditahan untuk modal investasi
perusahaan di masa yang akan datang. Kebijakan dividen disetujui oleh dewan
direksi, komisaris dan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Definisi kebijakan dividen dikemukakan oleh I. Made Sudana (2011:6)
adalah berkaitan dengan penentuan berapa besar bagian laba setelah pajak yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Besar
kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang
ditahan (I. Made Sudana, 2011:192).
29
Dilanjutkan oleh Harjito dan Martono (2011:270) yang berpendapat
bahwa kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan
investasi dimasa yang akan datang.
Menurut Gitman dan Zutter (2012:561) berpendapat bahwa Payout Policy
is decisions that a firm makes regarding whether to distribute cash to
shareholders, how much cash to distribute, and the means by which cash should
be distributed.
Kebijakan dividen adalah keputusan –keputusan yang dibuat oleh
perusahaan mengenai kas yang akan dibagikan kepada pemegang saham, berapa
banyak kas yang dibagikan, dan cara bagaimana uang harus didistribusikan.
Harmono (2017:12) berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah
persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk
dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian
dividend saham, dan pembelian kembali saham.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas. Kebijakan
dividen adalah kebijakan mengenai jumlah dividen yang akan dibagikan oleh
perusahaan dari laba bersih yang dihasilkan pada akhir tahun.
2.1.4.1. Prosedur Pembayaran Dividen
Besarnya dividen diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan prosedur pembagian dividen menurut Brigham dan Houston
(2014:558) meliputi declaration date, holder of-record date, ex-dividend date, dan
payment date dapat dijelaskan sebagai berikut:
30
1. Declaration Date
Tanggal pengumuman adalah tanggal dimana direksi perusahaan
mengumumkan rencana pembagian dividen.
2. Holder-Of-Record Date
Tanggal pencatatan pemegang saham adalah hari terakhir untuk mendaftarkan
diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan
dibagikan.
3. Ex-Dividend Date
Tanggal ex dividen adalah tanggal dimana hak atas dividen saat ini dilepaskan
dari sahamnya atau tidak lagi menyertai dividen, biasanya dua hari sebelum
tanggal pencatatan pemegang saham.
4. Payment Date
Tanggal pembayaran dividen adalah tanggal pada saat perusahaan benar-
benar mengirimkan cek dividen.
2.1.4.2. Pengukuran Kebijakan Dividen
Menurut Tatang Ary Gumanti (2013:22) ukuran kebijakan dividen sebagai
berikut:
1. Dividen Yield
Mengaitkan besaran dividen dengan harga saham perusahaan. Secara
matematis, rumusan dividend yield adalah sebagai berikut:
2. Dividend Payout Ratio (DPR)
Rasio pembayaran dividen diukur dengan cara membagi besarnya dividen
perlembar saham dengan laba bersih per lembar saham, yang secara matematis
31
matematis dapat dinyatan dengan rumus berikut:
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan dividend payout ratio karena
pengukuran ini sesuai dengan beberapa penjelasan mengenai kebijakan dividen,
selain itu dividen payout ratio menunjukkan besaran dividen yang dibagikan dari
laba bersih yang dihasilkan. Dividend Payout Ratio (DPR) yang ditentukan
perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun
dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen
yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau kesejahteraan para
pemegang saham.
Tatang Gumanti (2013:23) menjelaskan mengenai rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih yang
ditanamkan kembali atau ditahan perusahaan dan diyakini berguna dalam
mengestimasi pertumbuhan laba tahun mendatang.
Penjelasan selanjutnya oleh Gitman dan Zutter (2012:577) yang menyatakan
bahwa dividend payout ratio is indicates the percentage of each dollar earned
that a firm distibute to the owners in the form of cash. It is calculated by dividing
the firm’s cash dividend per share by it’s earning per share.
Hal di atas menyatakan bahwa, dividend payout ratio adalah rasio yang
menunjukkan presentase dari setiap dollar yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk tunai. Dividend
payout ratio dihitung dengan membagi dividend kas per saham dengan laba per
saham.
32
Dividend payout ratio (DPR) diukur dengan membandingkan dividen kas per
lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham. Pada perusahaan,
dividen jenis ini berhubungan dengan pengurangan pada rekening laba ditahan
dan kas. Dividend per share (DPS) ataudividen per lembar saham adalah total
semua dividen yang dibagikan dibandingkan jumlah saham yang beredar. Earning
per share (EPS) atau laba per lembar saham adalah laba yang didapat dari saham
yang beredar per lembarnya.
2.1.4.3. Faktor-Faktor Kebijakan Dividen
Menurut Sutrisno (2012:267) faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
antara lain adalah:
1. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitas kurang
menguntungkan biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini
disebabkan laba yang diperoleh lebih banya digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modalnya.
2. Posisi Likuiditas Perusahaan
Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu
bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang
kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas
perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuditasnya kurang baik, biasanya
dividend payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk
menambah likuiditas namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas
33
cenderung memberikan dividen yang lebih besar.
3. Kebutuhan Untuk Melunasi Utang
Salah satu sumber dana perusahaan dari kreditor berupa hutang baik jangka
pendek maupun berjangka panjang. Utang-utang ini harus segera dibayar
pada saat jatuh tempo, dan utnuk membayar utang-utang tersebut harus
disediakan dana. Semakin banyak utang yang harus dibayar semakin besar
dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang
akan dibayarkna kepada pemegang saham.
4. Rencana Perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan juga
semakin pesat perluasan yang dilakukan.
5. Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang
dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan
investasi, namun bila kesempatan investasi kurang baik maka dananya lebih
banyak akan digunakan untuk membayar dividen.
6. Stabilitas Pendapatan
Bagi perusahaan yang mendapatkannya stabil, dividen yang akan dibayarkan
pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang
pendapatannya tidak stabil.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap, perusahaan
34
apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan
akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan
pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan, perusahaan cenderung tidak
membagikan dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
2.1.5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan salah satu variabel dalam penilitian.
Menunjukkan besaran kepemilikan saham oleh instusi. Perusahaan yang memiliki
kepemilikan saham institusi memungkinkan perusahaan tersebut untuk
meminimalisir masalah keagenan.
Kepemilikan institusional dapat dijelaskan oleh beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli. Pengertian kepemilikan institusional menurut Gitman
dan Zutter (2012:20) yang berpendapat bahwa intitutional investors is investment
professionals, such as banks, insurance companies, mutual funds, and pension
funds, that are paid to manage and hold large quantities of securities on behalf of
others.
Hal di atas menyatakan bahwa, kepemilikan institusional adalah investor
profesional atau perusahaan, diantaranya bank, perusahaan asuransi, reksadana,
dan dana pensiun, yang dibayar untuk mengelola dan pemegang saham dalam
jumlah besar atas nama atau untuk kepentingan oranglain.
Pendapat selanjutnya oleh Jeff Madura (2015:472) yang menyatakan
bahwa institutional investors is a large proportion of many firm’s shares are held
by institutional investors such as pension funds, mutual funds, hedge funds, and
insurance companies.”
35
Hal di atas menyatakan bahwa. Proporsi besar dari jumlah saham
perusahaan dipegang oleh investor institusional diantaranya dana pensiun,
reksadana, dan perusahaan asuransi.
Institutional ownership (kepemilikan institusional) adalah persentase
kepemilikan institusi atau individu di atas lima persen seperti perusahaan
investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun perusahaan lain. (Yupiter Gulo,
2015). Pengukuran kepemilikan institusional dapat diukur menggunakan proporsi
saham yang dimiliki oleh perusahaan dan institusi lain, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Kepemilikan institusional merupakan jumlah kepemilikan oleh investor
institusi di luar perusahaan. Dihitung dengan cara membagi jumlah saham yang
dimiliki oleh institusi dengan jumlah saham yang beredar. (Helmina dan Hidayat
2017)
Menurut Vera Kusumawati (2011), Pengawasan yang dilakukan oleh
investor institusional akan menjamin kemakmuran pemegang saham. Pengaruh
kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka
yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor
institusional sehinggadapat menghalangi perilaku oportunistik manajer. Annisa
dan Nazar (2015), Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang
36
dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manjemen.
Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada
besarnya investasi yang dilakukan. Investor institusional dapat meminta
manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dalam laporan
tahunannya untuk transparansi kepada stakeholders untuk memperoleh legiti masi
dan menaikan nilai perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga
mempengaruhi harga saham perusahaan. Kelebihan kepemilikan institusional:
1. Profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji
keandalan.
2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas
aktivitas yang terjadi didalam perusahaan.
2.1.6. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham yang berasal dari
pihak manajemen (Direktur dan Komisaris) yang memeiliki proporsi saham dan
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan saham
dapat dijelaskan menurut beberapa pendapat berikut ini.
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak
manajemen (Direktur dan Komisaris) yang memiliki proporsi saham dan secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. (Yupiter Gulo, 2015).
Kepemilikan managerial dapat diukur dengan menggunakan rumus di
bawah ini:
37
Kepemilikan manajerial diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh
direksi dan manajer disebut dengan saham manajerial dibagi dengan jumlah
saham yang beredar. (Ismiati 2017)
Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang mempunyai
kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai dewan komisaris atau sebagai
direktur yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. (Hatta,2002 dalam
Cholifah, 2014). Keberadaan kepemilikan manajerial dalam perusahaan akan
menciptakan gagasan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai
hasil dari peningkatan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang
besar akan efektif dalam memantau aktivitas perusahaan. (Rani dan Yossi 2018)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka kepemilikan manajerial
adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara langsung terlibat
dalam pengambilan keputusan diantaranya direksi, komisaris dan manajer.
Kepemilikan saham tersebut diharapkan manajer mampu untuk bertindak dengan
baik dalam mengelola perusahaan. Kepemilikan manajerial diharapkan mampu
memberikan kesetaraan untuk manajemen dengan pemegang saham.
2.1.7. Ukuran Perusahaan
Pengelompokkan besar dan kecilnya suatu perusahaan dapat disebut
dengan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan baik besar dan kecil akan dapat
mempengaruhi terhadap dividen yang dibagikan. Berikut ini merupakan beberapa
pengertian ukuran perusahaan.
Menurut Monica dan Raudhatul dan Sudarsi (2017) pengertian Ukuran
Perusahaan (ukuran perusahaan) adalah skala besar kecilnya perusahaan yang
38
ditentukan oleh beberapa hal antara lain adalah total penjualan, total aktiva, dan
ratarata tingkat penjualan perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan oleh totel aktiva atau asset. Aktiva
atau aset menurut Kieso (2011:192) Asset is a resource controlled by the as a
result of past events and from which future economic benefit are expected to flow
to the entity.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa aktiva adalah sumber daya
dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan
diharapkan akan mendapat manfaat ekonomi masa depan untuk perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (2008:313) pengertian ukuran perusahaan
adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan
atau nilai aktiva.
Ukuran perusahaan menurut Agus Sartono (2012:249) didefinisikan
sebagai berikut:
“Perusahaan besar yang sudah well estabilished akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar.”
Ukuran Perusahaan (ukuran perusahaan) adalah skala besar kecilnya
perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal antara lain adalah total penjualan,
total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. Ukuran Perusahaan ini
dihitung dengan cara, (Helmina dan Hidayat: 2017):
Size = Ln total asset
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan ln
total aktiva karena untuk memudahkan penelitian disebabkan oleh jumlah total
39
aktiva perusahaan mencapai puluhan triliyun. Logaritma natural untuk total aset
digunakan untuk menyederhanakan angka-angka total aset atau aktiva yang besar.
Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan menurut UU No. 20 Tahun 2008
klasifikasi ukuran perusahaan memiliki 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil,
usaha menengah, dan usaha besar. pengklasifikasia ukuran perusahaan tersebut
didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan
tersebut.
UU No. 20 Tahun 2008 Paasal 1 mendefiniskan usaha mikro, usaha kecil,
usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
40
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi
di Indonesia.
Mengacu pada undang-undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria
bebagai usaha/ukuran perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00.
41
4) Kriteria Usaha Besar adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp50.000.000.000,- (lima puluh
milyar rupiah).
Berdasarkan pengungkapan mengenai kriteria pengklasifikasian ukuran
perusahaan maka ukuran perusahaan adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mengukur skala sebuah perusahaan yang dapat dilihat dari kekayaan bersih, total
aset dan hasil penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Skala/ukuran perusahaan
yang telah ditetapkan berdasarkan UU No.20 tahun 2008 adalah dengan skala
mikro,kecil, menengah dan besar.
2.1.8. Penelitian Terdahulu
Memaparkan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan yang menjadi informasi bagi penulis dalam penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini berdasarkan dan disesuiakan
dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:s
Tabel 2.1.
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
1. (Sisca Christianty
Dewi, 2008)
Pengaruh
Kepemilikan
- Kepemilikan
manajerial
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kebijakan
Variabel yang
diteliti yaitu
variabel
kepemilikan
manajerial,
- Perusahaan
yang
diteliti.
- Variabel
lain
penelitian
42
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan utang,
profitabilitas, dan
ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
dividen pada
Perusahaan Go
Publik di Bursa
Efek Jakarta Tahun
2002-2005
dividen
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kebijakn
Dividen
- Kebijakan hutang
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kebijakn
Dividen
- Profitabilitas
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kebijakn
Dividen
- Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
Dividen
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan,
dan
kebijakan
Dividen
yaitu variabel
kebijakan
hutang dan
profitabilitas
2. (Evada El Ummah
Khoiro, Suhadak,
Siti Ragil
Handayani, 2013)
The influence of
capital structure
and firm size on
profitability and
dividend policy (an
empirical study at
property and real
estate listed in
indonesia stock
exchange during
the periods of
2009-2012
- Struktur modal
berpengaruh negatif
terhadap
profitabilitas
- Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap
profitabilitas
- Struktur modal
berpengaruh negatif
terhadap kebijakan
dividen
- Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen
-Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen
-Variabel
penelitian
yaitu ukuran
perusahaan
(firm size)
dan
kebijakan
dividen
(dividend
policy)
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu sektor
property dan
real estate
- Variabel yang
diteliti yaitu
struktur
modal
(capital
structure) dan
profitabilitas
(profitability)
43
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
3. Thanatawee
Yordying (2013)
Ownership
Structure and
Dividend policy
Evidence From
Thailand
- Profitabilitas,
ukuran perusahaan
(firm size), dan
rasio retained
earnings to book
equity berpengaruh
positif terhadap
kebijakan dividen.
- Free cash flow
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
- Kepemilikan
institusional dan
kepemilikan
individu
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividien.
- Variabel
penelitian
kebijakan
dividen ,
ukruan
perusahaan
dan
kepemilikan
institusional.
- Perusahaan
yang diteliti.
- Variabel
penelitian
yaitu
profitabilitas,
rasio
retained
eranings to
book equity
dan free cash
flow.
4. (Gatot N. Ahmad
dan Vina K.
Wardani, 2014)
The effect of
fundamental factor
to dividend policy :
evidence in
indonesia stock
exchange the
period of 2006-
2009.
- Profitability dan
firm size
berpengaruh positif
terhadao kebijakan
dividen.
- Liquidity dan
leverage
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan dividen
- Growth
opportunities tidak
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
- Profitability, firm
size, liquidity,
leverage, dan
growth
opoortunities
berpengaruh secara
simultan terhadap
kebijakan dividen.
- Variabel
yang diteliti
yaitu firm
size (ukuran
perusahaan)
dan
kebijakan
dividen.
- Perusahaan
yang diteliti.
- Variabel yang
diteliti
profitability,
liquidity,
leverage, dan
growrh
opportunities
.
44
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
5. (Alexander
Sinabutar dan
Anggoro Nugroho,
2015)
Dividend payout
ratio in indonesian
consumer goods
industry : panel
analysis and
determinant factors
in 2004-2013
Firm size berpengaruh positif
terhadap dividend
payout ratio.
- Return on assets
berpengaruh positif
terhadap dividend
payout ratio.
- Current ratio
berpengaruh positif
terhadap dividend
payout ratio.
- Market to book
value berpengaruh
positif terhadap
dividend payout
ratio.
- Sales growth
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout
ratio.
- Debt to equity ratio
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout
ratio.
- Firm size, return on
assets, current
ratio, market to
book value, sales
growth, dan DER
berpengaruh secara
simultan terhadap
dividend payout
ratio.
- Variabel yang
diteliti yaitu
firm size
(ukuran
perusahaan),
debt to equity
ratio (rasio
utang), dan
dividend
payout ratio
(proksi
kebijakan
dividen).
- Perusahaan
yang diteliti
sektor
industri
barang
konsumsi.
- Variabel
yang
diteliti
current
ratio,
market to
book value,
dan sales
growth
6. (Gusni, 2015)
Dividend policy,
corporate
governance
mechanisme,
Board of director
berpengaruh
positif terhadap
kebijakan dividen.
systematic risk
berpengaruh
- Variabel
penelitian
yaitu firm
size (ukuran
perusahaan),
institutional
ownership
- Perusahaan
yang
diteliti.
- Variabel
penelitian
yaitu
45
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
profitability,
systematic risk, and
firm size : a panel
data analysis at
financial industry
in indonesia stock
exchange the
period of 2009 –
2013
positif terhadap
kebijakan dividen.
- Firm size (ukuran
perusahaan)
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan dividen.
- Profitablity tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
- instutional
ownership tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
(kepemilikan
institusional)
dan kebijakan
dividen.
board of
director,
systematic
risk, dan
profitability.
7. (Pujiati, 2015)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebijakan dividen
pada sektor industri
barang konsumsi di
BEI periode 2008-
2013.
- Kepemilikan
manajerial
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen dan
- Kesempatan
investasi (IOS)
negatif terhadap
kebijakan dividen
- Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, dan
kesempatan
investasi (IOS)
berpengaruh secara
simultan terhadap
kebijakan dividen.
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan
sektor
industri
barang
konsumsi.
- Variabel yang
diteliti yaitu
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial
dan kebijakan
dividen.
- Variabel
yang diteliti
kesempatan
investasi.
46
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
8. Arifin dan Fadjrih
(2015)
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas,
Growth Potential
dan Kepemilikan
Manajerial
Terhadap
Kebijakan Dividen.
Industri
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Periode 2010-2013.
- Profitabilitas dan
likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
- Growth potential
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap kebijakan
dividen.
- Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kebijakan
dividen.
- Variabel
yang diteliti
kepemilikan
manajerial
dan
kebijakan
dividen.
- Perusahaan
yang diteliti.
- Variabel
penelitian
yaitu
profitabilitas,
likuiditas dan
growth
potential.
9. Kaźmierska-
Jóźwiak (2015)
Determinannts of
Dividend Policy:
Evidence from
Polish Listed
Companies
- Hubungan negatif
antara profitabilitas
dengan diividend
payout ratio
- Hubungan negatif
antara firm’s
leverage dengann
dividend payout
ratio.
- Hubungan negatif
antara likuiditas
dengan dividend
payout ratio.
- Hubungan positif
antara ukuran
perusahaan dengan
dividen payout
ratio.
- Hubungan positif
antara price
earning ratio
dengan dividend
payout ratio.
- Variabel
penelitian
ukuran
perusahaan
(company
size) dan
kebijakan
dividen
(dividend
payout).
- Variabel
penelitian
yaitu
profitabilitas,
leverage,
likuiditas,
dan price
earning
ratio.
- Perusahaan
yang diteliti.
47
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
10. Kurniawati,
Manalu dan
Octavianus (2015)
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional
Terhadap
Kebijakan Dividen
dan Harga Saham
Pada Perusahaan
Properti dan Real
Estate Periode
2010-2014.
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
kebijakan
dividen.
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
harga saham.
- Variabel
penelitian
kepemilikan
institusional
dan
kebijakan
dividen.
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan
properti dan
real estate.
- Variabel
penelitian
yaitu harga
saham.
11. (Yupiter Gulo,
2015)
Pengaruh
institutional
ownership, insider
ownership, free
cash flow,leverage
dan firm size
terhadap dividend
policy pada sektor
industri barang
konsumsi di BEI
periode 2007-2013.
Institutional
ownership,
insider
ownership, free
cash flow,
leverage dan firm
size berpengaruh
secara simultan
terhadap dividend
policy.
- Institutional
ownership tidak
mempengaruhi
dividend policy.
- Insider ownership
berpengaruh
negatif terhadap
dividend
policy.
- -Free cash flow
tidak
mempengaruhi
dividend policy.
- Leverage tidak
mempengaruhi
dividend policy.
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan
sektor
industri
barang
konsumsi.
- Variabel yang
diteliti yaitu
institutional
ownership
(kepemilikan
institusional),
insider
ownership
(kepemilikan
manajerial),
firms size
(ukuran
perusahaan),
dan dividend
policy
- Variabel
penelitian
yaitu
leverage dan
free cash
flow
- Proksi
variabel
menggunaka
n dividend
per share
48
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
- Firm size
berpengaruh
positif terhadap
dividend policy.
(kebijakan
dividen).
12. Ridho Firmanda,
Kharis Raharjo dan
Abrar Oemar
(2015)
Pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas,
ukuran perusahaan
dan cash position
terhadap kebijakan
dividen pada
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2009-2013
- Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap
kebijakan
dividen.
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Kebijakan utang
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Profitabilitas
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan
dividen.
- Ukuran
perusahaan
mempunyai
pengaruh positif
signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Variabel
yang diteliti
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan
dan
kebijakan
dividen.
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan
manufaktur
Variabel yang
diteliti yaitu
cash position.
49
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
- Cash position
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan dan
cash position
berpengaruh
secara simultan
terhadap
kebijakan dividen
13. (Putri Indah
Ismiati, 2017)
Pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, dan
kebijakan hutang
terhadap kebijakan
dividen pada
perusahaan-
perusahaan food
and beverages di
BEI periode 2012-
2015.
- Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan
dividen.
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
deviden.
- Kebijakan hutang
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan
dividen.
- Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, dan
- Variabel
penelitian
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
instusional,
kebijakan
dividen
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan
food and
beverages.
- Variabel
penelitian
yaitu
kebijakan
hutang.
50
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
kebijakan hutang
berpengaruh
secara simultan
terhadap
kebijakan
dividen.
14. (Monica
Helmina dan
Raudhatul
Hidayat, 2017)
Pengaruh
kepemilikan
institusional,
collateralizable
assets, debt to
total assets,
ukuran
perusahaan
terhadap dividend
payout ratio pada
perusahan–
perusahaan di
BEI periode
2013-2014
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif terhadap
dividend payout
ratio.
- Collateralizable
assets
berpengaruh
positif terhadap
dividend payout
ratio
- Debt to total asset
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout
ratio
- Ukuran
perusahaan tidak
pengaruh
terhadap dividend
payout ratio
- Collateralizable
assets, debt to
total assets,
kepemilikan
institusional, dan
ukuran
perusahaan secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap dividend
payout ratio.
- Variabel
penelitian
yaitu variabel
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan,
dan
kebijakan
dividen
- Perusahaan
yang diteliti.
- Variabel lain
penelitian yaitu
variabel
collateralizable
assets, debt to
total asset
51
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
15. (Christy Silaban
dan Irene
Pangestuti, 2017)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kebijakan dividen
dengan ukuran
perusahaan
sebagai variabel
kontrol pada
perusahaan
manufaktur di
BEI 2011-2015
- Profitabilitas
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Leverage
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
kebijakan dividen
Likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Growth
opportunities
berpengaruh
signifikan dengan
arah hubungan
yang positif
terhadap
kebijakan dividen
- Free cash flow
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kebijakan dividen
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kebijakan dividen
- Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kebijakan
dividen.
Profitabilitas,
likuiditas,
- Variabel
penelitian
yaitu variabel
kepemilikan
manajerial
(insider
ownership),
ukuran
perusahaan,
dan
kebijakan
Dividen
- Variabel lain
penelitian yaitu
variabel
profitabilitas,
leverage,
likuiditas,
growth
opportunities,
dan free cash
flow.
- Variabel yang
tidak diteliti
yaitu variabel
kepemilikan
institusional
- Perusahaan
yang diteliti..
52
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
leverage, growth
opportunity, free
cash flow,
kepemilikan
manajerial, dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
secara simultan
terhadap
kebijakan
dividen.
16. (Rani Dhuhri dan
Yossi Diantimala,
2018)
The influence of
institutional
ownership,
individual
ownership, and
managerial
ownership
toward dividend
payout ratio at
non-financial
companied
registres in
indonesia stock
exchange in
2012-2016
- Kepemilikan
institusional,
kepemilikan
individual,
kepemilikan
manajerial,
profitabilitas, dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
secara simultan
terhadap dividend
payout ratio.
- Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout
ratio.
- Kepemilikan
individual
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout
ratio.
- Kepemilikan
manajerial dan
ukuran
perusahaan (firm
size) berpengaruh
negative terhadap
- Variabel yang
diteliti yaitu
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran
perusahaaan,
dan
kebijakan
dividen
(proksi
dividend
payout ratio)
- Perusahaan
yang diteliti
yaitu
perusahaan non
keuangan.
- Variabel yang
diteliti yaitu
variabel
kepemilikan
individual
(pribadi) dan
profitabilitas
53
Lanjutan Tabel 2.1
No. Peneliti dan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
dividend payout
ratio.
- Profitabilitas
berpengaruh
positif terhadap
dividend payout
ratio.
17. (Okoro,
Ezeabasili,
Alajekwu, 2018)
Analysis of the
determinants of
dividend payout
of consumer
goods companies
in Nigeria the
period of 2006-
2015.
- Company market
berpengaruh
positif terhadap
dividend payout.
- Profitability
berpengaruh
positif terhadap
dividend payout.
- Leverage
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout.
Company size
berpengaruh
negatif terhadap
dividend payout.
- Company market,
profitability,
leverage,
company size
berpengaruh
secara simultan
terhadap dividend
payout.
- Variabel
penelitian
ukuran
perusahaan
(company
size) dan
kebijakan
dividen
(dividend
payout)
- Negara
penelitian
yaitu
perusahaan
barang
konsumsi,
Nigeria.
- Variabel
penelitian
yaitu company
market,
profitability,
dan leverage.
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Terdahulu.
Berdasarkan tabel 2.1. menunjukkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh beberapa peneliti yang memfokuskan pada kebijakan dividen atau dividend
payout ratio sebagai isu permasalahan (variabel y), terdapat beberapa perbedaan
dalam variabel bebas (variabel x). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan
54
menunjukkan hasil yang berbeda. Terdapat variabel yang digunakan pada
penelitian terdahulu namun tidak diteliti dan perusahaan penelitian yang berbeda.
2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. (Sugiyono, 2012:88)
2.2.1. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen.
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan
dapat secara bersama-sama mempengaruhi kebijakan dividen. Hal ini dapat
dijelaskan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Hasil penilitian Ismiati tahun 2017 menyatakan bahwah kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio.Dividend payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen
yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Hasil penelitian di atas
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rani Dhuhri dan Yossi
Daintimala tahun 2018, dan Pujiati tahun 2015.
2.2.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak
institusi. kepemilikan institusional diharapkan mampu melaksanakan fungsi
monitoring yang efektif terhadap manajemen perusahaan, dalam pengambilan
55
keputusan. Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-
upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku
opportunitis manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunitis untuk
memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scott, 2000 dalam Sisca, 2008).
Pujiati tahun 2015 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Semakin besar
kepemilikan saham institusional maka kebijakan dividen yang ditetapkan semakin
besar. Hasil penilitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Helmina dan Hidayat tahun 2017 menyatakan kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen bahwa semakin tinggi
kepemilikan institusional maka semakin tinggi dividend payout ratio yang akan
dibagikan. Penyataan di atas berbanding terbalik dengan Rani dan Yossi tahun
2018 yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh negatif.
Kepemilkan institusional yang meningkat akan menurunkan dividend payout
ratio.
2.2.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan manajerial merupakan besarnya kepemilikan saham oleh
manajemen di perusahaan. Agency Cost Theory merumuskan bahwa salah satu
cara untuk meminimalkan biaya agensi yang terjadi karena konflik kepentingan
antara pemegang saham dan manajer adalah melalui kepemilikan saham
manajemen. Sehingga, manajer yang berperan sebagai pemegang saham memiliki
kepentingan terhadap dividen yang dibagikan perusahaan.
Hasil penelitian Pujiati (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial,
56
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial yang
tinggi akan menyebabkan aset yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal
sehingga manajerial menginginkan return atas opportunity cost yaitu dengan
pembagian dividen yang semakin besar. Sebaliknya perusahaan yang memiliki
kepemilikan manajerial yang rendah menunjukkan diversifikasi yang optimal
sehingga cenderung lebih menyukai retained earning dan kemudian akan
membayar dividen dalam jumlah yang rendah.
Berbeda dengan hasil penilitian Ismiati tahun 2017 menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Semakin
besar kepemilikan manajerial maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada pemegang saham semakin rendah sebaliknya semakin rendah kepemilikan
manajerial maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. hal
tersebut dapat disebabkan oleh tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi
perusahaan cenderung mengalokasikan laba bersih pada laba ditahan daripada
membayar dividen kepada pemegang saham.
Dilanjutkan hasil penelitian oleh Rani dan Yossi tahun 2018 yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial juga berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Meningkatnya kepemilikan manajerial akan diikuti oleh
menurunnya pembagian dividend payout ratio dan menurunnya kepemilikan
manajerial akan diikuti oleh meningkatnya pembagian dividend payout ratio.
2.2.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen
Ukuran perusahaan merupakan besarnya ukuran perusahaan yang diukur
melalui logaritma natural total aktiva perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang
57
lebih besar memiliki arus kas operasi yang lebih stanil sehingga peluangnya
membagikan dividen lebih besar. Berdasarkan teori free cash flow, perusahaan
yang berukuran lebih besar memiliki arus kas yang lebih tinggi sehingga dividen
yang dibayarkan pun lebih tinggi juga.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Sisca (2008) menjelaskan
pengaruh atau hubungan yang positif dengan dividend payout ratio hal ini dapat
menjelaskan bahwa perusahaan yang besar akan cenderung memiliki rasio
pembayaran dividen yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil
yang akan cenderung memiliki rasio pembayran dividen yang rendah.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
tingginya ukuran perusahaan cenderung mmeningkatnya kebijakan dividen, dan
begitupula sebaliknya. Perusahaan besar cenderung membayar deividen yang
besar untuk menjaga reputasi diantara pemegang saham, sementara perusahaan
yang berukuran kecil akan mengalokasikan keuntungannya ke laba ditahan yang
maan akan digunakan untuk memperoleh asser atau menginvestasikannya
kembali. (Khoiro, Suhadak, dan Handayani, 2015).
Hasil penelitian oleh Rani dan Yossi tahun 2018 menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif tehadap kebijakan dividen Kenaikan
ukuran perusahaan akan diikuti dengan menurunnya dividend payout ratio yang
dibagikan.
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, teori-teori dan hasil penelitian
terdahulu dapat dijadikan sebagai landasan suatu penelitian, serta menjadi acuan
dalam membangun kerangka berfikir penulis, maka dapat digambarkan secara
sistematis hubungan antara variabel penelitian yaitu kepemilikan institusional,
58
kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen dalam gambar
paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Paradigma Penelitian
Keterangan :
Berpengaruh secara parsial
Berpengaruh secara simultan
Kebijakan
Dividen
(Gitman &
Zutter,
2012:557)
Pujiati 2015, Ismiati
2017, Rani & Yossi 2018
Dewi Sisca 2008, Khoiro 2015, Rani
& Yossi 2018.
Pujiati 2015, Ismiati 2017,
Rani & Yossi 2018.
Pujiati 2015, Helmina & Hidayat
2017, Rani & Yossi 2018.
Kepemilikan
Institusional
(Helmina &
Hidayat, 2017)
Kepemilikan
Manajerial
(Ismiati, 2017)
Ukuran
Perusahaan
(Helmina &
Hidayat, 2017)
59
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan rumusan masalah, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis Simultan
1. Terdapat pengaruh kepemilikan institusional,kepemilikan manajerial dan
ukuran perusahaan secara simultan terhadap kebijakan dividen.
Hipotesis Parsial
1. Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen.
2. Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen.
3. Terdapat pengaruh ukuran perusahaanterhadap kebijakan dividen.