proposal magang ricky amdani (j3z411033)
TRANSCRIPT
PROPOSAL MAGANG
PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jacq.) DI NORMARK ESTATE,
PT SATYA KISMA USAHA, KOTAPINANG,
SUMATERA UTARA
Oleh
RICKY AMDANI
J3Z411033
PROGRAM KEAHLIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA
SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DI NORMARK
ESTATE, PT SATYA KISMA USAHA, KOTAPINANG,
SUMATERA UTARA
Nama : RICKY AMDANI
NIM : J3Z411033
Program Keahlian : PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.
NIP 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Koordinator Program Keahlian
Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.
NIP 19550109 198003 1 008
Tangggal disetujui :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal magang yang
berjudul “Pengelolaan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di PT SMART Tbk. Kebun Normark Estate, Kabupaten Labuhanbatu
Selatan, Sumatera Utara”.
Magang ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Diploma III pada Program Keahlian Perkebunan Kelapa Sawit,
Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama proses penulisan proposal magang ini.
2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS sebagai Ketua Program Keahlian yang memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan proposal magang ini.
3. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan material
dan spiritual.
4. Para dosen beserta staf pengajar dan karyawan Institut Pertanian Bogor atas
bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan selama proses belajar
mengajar.
5. Rekan-rekan mahasiswa Institut Pertanian Bogor, khususnya mahasiswa
program keahlian Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) angkatan 48 yang telah
membantu dan memberi saran dalam pembuatan proposal ini.
Demikian proposal magang ini disampaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal magang ini dapat
bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan magang kedepannya.
Bogor, 1 Februari 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
II. TINJUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
2.1. Status Tanaman ........................................................................................ 4
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit .................................................. 4
2.2.1. Akar ................................................................................................... 5
2.2.2. Batang ............................................................................................... 5
2.2.4 Bunga ................................................................................................. 6
2.2.5 Buah ................................................................................................... 6
2.3. Lingkungan Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit .......................................... 7
2.3.1. Faktor Tanah ..................................................................................... 7
2.3.2. Faktor Iklim ....................................................................................... 8
2.4. Pemupukan ............................................................................................... 8
2.4.1. Tepat jenis ......................................................................................... 9
2.4.2. Tepat dosis ...................................................................................... 10
2.4.3. Tepat cara ........................................................................................ 10
2.4.4 Tepat waktu ..................................................................................... 11
2.5. Pengawasan Pemupukan ........................................................................ 12
III. METODE MAGANG ............................................................................... 13
3.1. Tempat dan Waktu pelaksanaan ............................................................. 13
3.2. Metode Pelaksanaan ............................................................................... 13
3.3. Teknik Pengamatan dan Pengumpulan Data .......................................... 14
3.4. Analisis Data dan Informasi ................................................................... 15
IV. RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN BIAYA ........................... 16
4.1. Rencana Kegiatan ................................................................................... 16
4.2. Anggaran Biaya ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
v
DAFTAR TABEL
Teks
Tabel 1. Rencana Kegiatan Magang ..................................................................... 16
Tabel 2. Anggaran Biaya Magang ........................................................................ 19
Lampiran
Tabel 3. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian................................... 22
Tabel 4. Jurnal Harian Magang sebagai Pembantu Mandor ................................. 23
Tabel 5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Afdeling .................................... 24
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan
yang memiliki pertumbuhan yang pesat. Kelapa sawit merupakan salah satu
tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah yang
cukup besar. Menurut Sunarko (2008), perkebunan kelapa sawit di Indonesisa
semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Namun, sekarang telah berkembang ke berbagai daerah, seperti Riau, Jambi,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimatan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di indonesia sangat pesat.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2009), tercatat pada tahun 2008 total
luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 7.36 juta hektar dengan produksi 17.53
juta ton. Dari jumlah tersebut sebagian besar diantaranya menembus pasaran
ekspor. Dari luas yang ada 3.87 juta hektar dikelola oleh perkebunan besar swasta
(PBS), 2.88 juta hektar merupakan perkebunan rakyat (PR) dan 602 963 hektar
berupa perkebunan besar milik negara (PBN).
Kelapa sawit memiliki banyak keuntungan yang bernilai ekonomis tinggi
dalam pemanfaatan produk-produk turunannya. Kelapa sawit dapat dijadikan
sebagai minyak goreng (minyak konsumsi), kosmetik, sabun, ekstraksi pro-
vitamin A dan E, pembuatan bio-diesel, deterjen dan turunan oleokimia lainnya.
Limbah kelapa sawit juga dapat dijadikan sebagai pupuk, pakan ternak dan
lainnya.
Konsep dasar manajemen tanaman adalah pengelolaan faktor lingkungan
yang mendukung sifat tanaman melalui teknik budidaya yang sesuai untuk
memperoleh produktivitas tanaman yang tinggi. Faktor lingkungan tersebut
berupa tanah, iklim mikro, dan komponen pendukung. Pengendalian organisme
pengganggu (hama, penyakit, gulma) dan optimalisasi organisme menguntungkan
2
(serangga penyerbuk, mikroba tanah, musuh alami) dianggap sebagai salah satu
komponen pendukung dalam pengelolaan ekosistem lingkungan (Sunarko, 2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit
antara lain faktor genetis (bahan tanam), penerapan kultur teknis, kondisi iklim,
tanah serta bentuk wilayah. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam
pengusahaan budidaya kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan
memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan kelapa sawit, karena dapat
meningkatkan produksi dan kualitas buah yang dihasilkan bila dilakukan dengan
cara yang tepat.
Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang
menjadi kunci efektifnya pemberian pupuk, seperti daya serap akar tanaman, cara
pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk.
Pada umumnya pemupukan didasarkan pada hasil pengamatan dan penelitian
terhadap iklim, kondisi fisik dan kimia tanah, serta disesuaikan dengan kebutuhan
fisik tanaman. Jenis pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk organik atau pupuk
anorganik (pupuk pabrik). Pupuk organik bisa berupa kompos, sedangkan pupuk
anorganik dapat berupa pupuk produksi buatan pabrik yang mengandung unsur
NPK dan unsur hara pelengkap lainnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksaan kegiatan magang dilakukan adalah untuk:
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan serta untuk mendapatkan
pemahaman mengenai proses kerja nyata secara langsung pada perkebunan
kelapa sawit dari berbagai aspek pengelolaan.
2. Memahami manajemen perusahaan perkebunan kelapa sawit dan manajemen
manusia yang berhubungan erat dengan pelaksanaan pengelolaan tanaman
kelapa sawit.
3
3. Memahami manajemen perusahaan perkebunan kelapa sawit dan manajemen
manusia yang berhubungan erat dengan pelaksanaan pengelolaan tanaman
kelapa sawit
Selain dari kegiatan yang dilaksanakan secara umum tersebut, ditetapkan
pula tujuan khusus yang mengarah pada aspek magang yang dipilih. Tujuannya
yaitu untuk mempelajari dan memahami pengelolaan pemupukan pada
perkebunan kelapa sawit baik secara teknis di lapangan maupun aspek manajerial
yang digunakan.
4
II. TINJUAN PUSTAKA
2.1. Status Tanaman
Kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan minyak
makan karena memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi. Pada tahun 2005,
konsumsi penduduk dunia terhadap hasil olahan minyak sawit sebesar 23.53%
menjadikan minyak sawit sebagai minyak yang dikonsumsi terbesar kedua setelah
minyak kedelai (Pahan, 2008a). Faktor harga yang relatif lebih murah
dibandingkan minyak nabati lainnya juga ikut berpengaruh pada peningkatan
konsumsi minyak sawit (Sukamto, 2008).
Pengembangan kelapa sawit baik secara intensifikasi maupun secara
ekstensifikasi terus dilakukan di Indonesia. Data pada tahun 2009 menunjukkan
bahwa total luas lahan sebesar 7.5 juta ha dapat memproduksi TBS sebanyak 18.6
juta ton. Sementara luas lahan pada tahun 2010 mencapai lebih dari 7.8 juta ha
dan dapat memproduksi TBS lebih dari 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009). Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara nomor
satu pengusahaan kelapa sawit terluas di dunia. Hal ini cukup membanggakan
karena dapat mampu menyaingi negara tetangga yaitu Malaysia yang beberapa
tahun menduduki peringkat pertama. Di samping itu, Indonesia dan Malaysia
masih menguasai lebih dari 85 % pangsa pasar minyak kelapa sawit dunia.
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit
Berdasarkan ilmu botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae dahulu disebut palmae
5
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tanaman lengkap yang memiliki bagian vegetatif (akar,
batang, daun), dan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan
(bunga, dan buah).
2.2.1. Akar
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat yang
keluar dari pangkal batang, tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar
primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Susunan akar ini seperti membentuk
anyaman. Akar berfungsi sebagai penyerap unsur-unsur hara dalam tanah dan
respirasi tanaman. Akarnya juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman.
Penyebaran akar tergantung pada kondisi tanah. Sistem perakaran cenderung
tumbuh ke arah bawah, tetapi pertumbuhan selanjutnya dibatasi oleh dalamnya
permukaan air tanah. Selain itu juga dipengaruhi oleh teknik budidaya tanaman
kelapa sawit yang diterapkan.
2.2.2. Batang
Tanaman kelapa sawit mempunyai batang yang tumbuh tegak lurus tidak
bercabang, berbentuk silinder dengan diameter antara 25 – 27 cm, tetapi pangkal
batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua (Tim Bina Karya Tani, 2009). Titik
tumbuh kelapa sawit terdapat di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk, dan
berbentuk seperti kubis. Pada batang juga terdapat pangkal pelepah yang
mengeras dan sukar terlepas.
2.2.3 Daun
Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip ganda,
dan bertulang sejajar. Pelepah daun panjangnya dapat mencapai sembilan meter.
Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun merupakan helai daun yang
6
terpanjang. Daun satu dan daun selanjutnya yang akan terbentuk, membentuk
sudut 1350. Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Daun yang baru terbentuk
tumbuh tegak ke atas dan berwarna kuning. Satu daun kelapa sawit akan tumbuh
setiap dua minggu sekali.
2.2.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu).
Bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi terdapat pada
tandan yang berbeda. Namun, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tandan (hermafrodit) walaupun hanya sebagian kecil.
Bunga muncul dari ketiak daun, setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu
infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada
fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat
beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen. Bunga jantan lebih dahulu
masak dibandingkan dengan bunga betina. Masa reseptif (masa putik dapat
menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam (Sastrosayono, 2008). Penyerbukan
sendiri dalam satu pohon sangat jarang terjadi, lebih sering terjadi penyerbukan
silang dengan bantuan angin dan serangga.
2.2.5 Buah
Tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur pada umumnya dapat
menghasilkan buah pada umur 2.5 tahun sejak penanaman tanaman di lahan
pertanaman. Jumlah buah rata-rata 1600 buah per tandan. Ukuran dan bentuknya
bervariasi menurut posisinya dalam tandan. Buah kelapa sawit terdiri dari kulit
buah (eksocarp), daging buah (mesocarp), cangkang (endocarp), dan inti
(endosperm). Daging buah berpotensi menghasilkan CPO sedangkan inti yang
menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO). Perubahan warna saat proses pematangan
buah berbeda-beda sesuai tipe buah berdasarkan warna kulit buah, yaitu
nigrescens, virescens, dan albescens. Saat buah telah matang buah akan
memberondol terlepas dari tandan.
7
2.3. Lingkungan Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, faktor genetis,
dan faktor teknis agronomi. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi
kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Untuk mencapai produktivitas kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga
faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal (Fauzi et al., 2008). Oleh karena itu,
perlu adanya usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas tersebut dengan cara
melakukan modifikasi terhadap beberapa faktor lingkungan dalam paket tindakan
budidaya (kultur teknis) tanaman. Adapun faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap produktivitas antara lain adalah: faktor tanah dan faktor
iklim.
2.3.1. Faktor Tanah
Lahan adalah tempat tanaman dibudidayakan. Tanpa lahan, tanaman
kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang
optimum untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor, yaitu:
faktor wilayah, sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah (kesuburan tanah). Bentuk
wilayah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai berombak
yaitu wilayah optimum dengan kemiringan lereng antara 0 – 10 %. Pada wilayah
bergelombang (kemiringan antara 10 – 22 %) kelapa sawit masih dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengolahan tertentu seperti
pembuatan teras kontur dan tapak kuda. Secara umum, kelapa sawit mampu
tumbuh di berbagai jenis tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu,
alluvial, dan organosol/gambut tipis (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Tanaman kelapa sawit tumbuh optimal di dataran rendah. Dengan
ketinggian antara 25 – 200 meter diatas permukaan laut (dpl). Tekstur tanah yang
paling ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat
8
berdebu, lembung berliat dan lempung berpasir. Kedalaman tanah yang efektif
untuk penanaman kelapa sawit adalah lebih dari 100 cm. Derajat kemasaman (pH)
tanah yang optimal untuk kelapa sawit adalah 5.0 – 5.5 (Sunarko, 2007). Namun
kelapa sawit masih mampu tumbuh pada tanah yang pH-nya 4.0 – 6.5 dengan
produktivitas yang tidak optimal. Tanah yang memiliki pH rendah dapat
dinaikkan dengan pengapuran, biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut.
2.3.2. Faktor Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tandan kelapa sawit. Tipe iklim yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit
menurut Schmidt-Fergusson adalah tipe A dan tipe B1. Curah hujan optimum
yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2 000 – 2 500 mm/tahun dengan
distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Sinar
matahari sangat diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran
sangat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa
sawit antara 5 – 7 jam/hari. Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat
tumbuh baik pada kisaran suhu 24 - 28 0C. Kelembaban optimum bagi
pertumbuhan kelapa sawit adalah 80 %. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat
baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al., 2008).
2.4. Pemupukan
Tanaman terdiri dari 92 unsur, tetapi hanya 16 unsur esensial yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dari 16 unsur tersebut,
unsur C, H, dan O diperoleh dari udara dan air (dalam bentuk CO2 dan H2O)
sedangkan 13 unsur mineral lainnya diperoleh dari dalam tanah dan secara umum
digolongkan sebagai hara. Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan
tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar 40 – 60 % dari biaya
9
pemeliharaan secara keseluruhan (Sastrosayono, 2003). Untuk itu, perlu dilakukan
pemupukan seefektif dan seefisien mungkin.
Pemupukan adalah tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur hara
di dalam tanah, agar tanaman dapat menyerap sesuai dengan kebutuhannya. Unsur
hara dibedakan menjadi dua, unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak,
apabila kurang, pertumbuhan tanaman dan produksi akan berkurang. Mineral
yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca dan Mg. Unsur hara mikro
adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, apabila kurang
sedikit saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, dan apabila kelebihan sedikit
saja tanaman akan keracunan. Unsur hara mikro adalah B, Cu, dan Zn (Pahan,
2008b).
Setiap unsur hara memiliki fungsinya masing–masing. Apabila terdapat
unsur hara yang kebutuhannya tidak terpenuhi, tanaman akan meresponnya
dengan menunjukkan gejala defisiensi yang tampak pada tanaman. Pemberian
pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi keefektifan
dan keefisienan pemupukan, diantaranya daya serap akar tanaman, cara
pengaplikasian dan penempatan pupuk, waktu pengaplikasian, jenis dan dosis
pupuk serta pengawasan mutu pupuk. Perlu dilakukan analisis daun dan analisis
tanah terlebih dahulu untuk menentukan dosis pupuk yang tepat. Dengan analisis
daun, maka unsur-unsur hara yang terdapat pada tanaman dapat diketahui
sehingga dapat ditentukan unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
Sementara itu, analisis tanah dilakukan untuk mengetahui ketersediaan unsur–
unsur hara di dalam tanah sehingga dosis dan jenis pupuk dapat tepat sasaran.
Dalam pemupukan terdapat prinsip empat tepat, yaitu: tepat jenis, tepat dosis,
tepat cara dan tepat waktu.
2.4.1. Tepat jenis
Strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai pertimbangan teknis dan
pertimbangan ekonomis. Pengetahuan teknis terhadap sifat pupuk dan sifat tanah,
10
dimana pupuk akan diaplikasikan, sangat menentukan dalam efisiensi pemupukan.
Sifat pupuk yang penting diketahui adalah kandungan unsur hara utama pupuk
tersebut, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam tanah,
serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Selain itu, sifat fisik tanah juga
perlu diketahui. Dari segi pertimbangan ekonomis, saat ini menunjukkan bahwa
pemakaian pupuk yang optimum untuk pembibitan adalah pupuk compound
controlled released seperti Meister dan pupuk tunggal untuk tanaman di lapangan
(baik TBM maupun TM).
2.4.2. Tepat dosis
Pemupukan anorganik dilakukan dua semester dalam setahun berdasarkan
rekomendasi. Rekomendator menentukan dosis, jenis, frekuensi, cara aplikasi,
serta kebutuhan pupuk. Faktor-faktor yang digunakan untuk menafsirkan
kebutuhan hara tanaman mengacu pada hasil analisis daun dan tanah, potensi
pertumbuhan dan produksi, pelaksanaan pemupukan dan perawatan tanaman
sebelumnya, hasil percobaan pemupukan, dan penilaian lingkungan tumbuhan
seperti iklim, hama, penyakit, topografi, dan sebagainya. Ketetapan penilaian
faktor-faktor tersebut tergantung pada keakuratan data yang diterima dari pihak
pengelola perkebunan (Pahan, 2008a). Pertumbuhan tanaman yang optimal dapat
tercapai dengan pengaplikasian unsur hara pada keadaan yang setimbang. Artinya,
tidak boleh ada satu unsur hara pun yang menjadi faktor pembatas. Untuk itu,
dosis pupuk yang diberikan harus tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman.
2.4.3. Tepat cara
Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi
jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Dengan penempatan/aplikasi
yang tepat, kapasitas bawa (carrying capacity) pupuk dapat ditingkatkan.
Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu
lebih cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum mungkin hilang karena
11
adanya aliran permukaan dan penguapan. Pemupukan kelapa sawit dapat
dilakukan dengan cara berikut (Pahan, 2008a).
a. Penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang kelapa
sawit.
b. Penempatan pupuk pada jalur lingkaran.
c. Penempatan pupuk pada larikan (lubang memanjang) mengelilingi pokok
dan pupuk dibenamkan dalam larikan yang ditimbun lagi dengan tanah.
d. Pemupukan melalui daun.
e. Pemupukan melalui infus akar.
2.4.4 Tepat waktu
Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah
hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pemupukan, serta adanya sifat
sinergis dan antagonis unsur-unsur hara.
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada dua kondisi
yang saling berhubungan, yaitu keadaan tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara
dalam tanah. Hubungan antara kedua faktor ini dapat bersifat langsung dan tidak
langsung sehingga pada saat aplikasi pupuk, tanaman harus diperlakukan
sedemikian rupa agar responsif terhadap pemberian pupuk. Semakin besar respon
tanaman maka semakin banyak unsur hara dalam tanah yang dapat diserap oleh
tanaman.
Waktu terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim
penghujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam kondisi yang sangat
lembab, tetapi tidak saat tergenang air. Dengan demikian pupuk yang ditaburkan
dapat segera larut dalam air, sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman.
Jumlah air tanah yang sangat baik untuk melarutkan pupuk adalah sekitar 75 %
dari kapasitas lapang (Fauzi et al., 2008).
12
2.5. Pengawasan Pemupukan
Menurut Pahan (2008a), pengawasan dilaksanakan untuk memastikan
bahwa semua pekerjaan pemupukan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Asisten divisi dan Mandor satu harus berada di tempat pada
setiap kegiatan pemupukan untuk memantau pelaksanaan pemupukan tersebut
hingga tidak terjadi pupuk tertinggal di gawangan/areal ataupun pohon tidak
terpupuk.
Kontrol aplikasi yang efektif dimulai dari daerah yang tersulit, kemudian
di tengah-tengah blok. Biasanya di tempat kontrol yang kurang baik, aplikasi
pupuk tidak merata, bagian pinggir mendapat dosis pupuk yang lebih banyak
dibandingkan bagian tengah. Lokasi yang sulit seperti rendahan atau lokasi yang
jalan masuknya tidak dapat dilalui kendaraan mendapatkan dosis yang lebih
rendah dibanding dengan yang mudah (Pahan, 2008a).
13
III. METODE MAGANG
3.1. Tempat dan Waktu pelaksanaan
Kegitan magang ini akan dilaksanakan di perkebunan Normark Estate, PT
Satya Kisma Usaha yang berlokasi di Desa Normark, Kecamatan Kotapinang,
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara dimulai pada tanggal 1
Februari 2013 sampai dengan tanggal 8 September 2013. Alasan penulis
melakukan magang ditempat tersebut karena perusahaan ini merupakan
perusahaan yang memiliki sistem agribisnis yang terintegrasi.
3.2. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kerja yang akan dilakukan selama melaksanakan
praktek magang adalah mengikuti secara aktif seluruh kegiatan pengelolaan kebun
sesuai dengan tingkatan yang terdapat di PT SMART Tbk dan mengamati secara
langsung kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini dibagi dalam
tiga tahap yaitu satu bulan sebagai KHL, dua minggu sebagai mandor dan dua
minggu sebagai asisten.
Sebagai seorang KHL, penulis melakukan kegiatan yang akan
dilaksanakan meliputi berbagai pekerjaan yang bersifat teknis atau melaksanakan
secara langsung kegiatan budidaya tanaman mulai dari pemanenan, penunasan,
pengendalian gulma, pembuatan tapak kuda, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, rawat jalan dan susun janjangan kosong dalam kegiatan pengelolan
limbah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melatih keterampilan teknis budidaya
kebun. Tahap sebagai KHL selanjutnya, penulis melakukan pekerjaan yang
dilaksanakan atas perintah mandor dan asisten divisi dalam hal pemupukan kelapa
sawit. Kegiatan yang dilakukan adalah menebar pupuk dipiringan tanaman TM
kelapa sawit.
14
Sebagai mandor selama dua minggu, penulis akan melakukan kegiatan
perencanaan kegiatan/kerja harian, menentukan jumlah karyawan yang
dibutuhkan, melakukan pengawasan terhadap karyawan, mengikuti briefing pagi,
hingga melakukan diskusi dengan mandor, asisten, maupun manager.
Sebagai asisten, penulis akan membantu asisten dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), pembuatan laporan
asisten/kepala afdeling, pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja.
Melakukan praktik kerja langsung kelapangan dengan mengumpulkan data
primer dan skunder. Data primer diperoleh dengan melakukan kerja langsung dan
diskusi langsung dengan staf pengadaan berupa data staf produksi mengenai
teknis budidaya tanaman kelapa sawit, staf lapangan mengenai cara pemupukan,
yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat tempat. Staf
kemitraan mengenai manfaat dan kewajiban karyawan, serta aktif mengikuti
secara langsung kelapangan kegiatan penyedian input, kegiatan pemupukan.
Sedangkan data skunder diperoleh dari data BPS, dokumen, catatan-catatan, dan
laporan-laporan dari perusahaan tempat berlangsungnya magang, serta melakukan
kajian pustaka yang menunjang dan memadai sebagai bahan acuan dalam
penyusunan laporan magang.
3.3. Teknik Pengamatan dan Pengumpulan Data
Kegiatan magang yang akan dilaksanakan yaitu pengamatan terhadap
tenaga kerja, persiapan pemupukan, stok pupuk, transportasi pupuk, sistem
pemupukan, peralatan pemupukan, pelaksanaan pemupukan, sistem pengawasan
dan sistem pengupahan berdasarkan kondisi perkebunan. Data primer yang
diperoleh pada kegiatan pemupukan meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah
pupuk, luas lahan yang dipupuk, dan ketepatan kerja pemupukan.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan melalui kerja
dan pengamatan langsung di lapangan sesuai dengan obyek yang diamati penulis.
Selain itu, melaksanakan wawancara dengan mandor, asisten divisi senior, dan
15
pimpinan kebun (manajer) setempat. Selanjutnya adalah pengumpulan data
sekunder yang diperoleh dari kantor besar estate setempat, arsip kebun, serta
pustaka lainnya yang berhubungan dengan perkebunan khususnya tanaman kelapa
sawit. Pengumpulan data laporan ini juga bisa dilakukan dengan mencatat
langsung informasi yang didapat dari pegawai kebun, staf, dan yang ada di
lapangan.
3.4. Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh dari praktek lapang adalah analisis secara deskriptif,
tebulasi dan perhitungan-perhitungan yang sederhana. Hasil pengolahan data
praktek lapang disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan pembahasan.
Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa secara kuantitatif dan
dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus pengukuran produktifitas
tenaga kerja. Data yang telah diperoleh akan diolah dengan pendekatan statistik
sederhana yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan melalui metode
penarikan kesimpulan induktif.
16
IV. RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN BIAYA
4.1. Rencana Kegiatan
Kegiatan magang akan dilaksanakan di PT SMART Tbk. yang berlokasi di
Kebun Satya Kisma Usaha, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara
yang dilaksanakan selama dua bulan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut.
Tabel 1. Rencana Kegiatan Magang
Minggu
ke- Kegiatan Tujuan
1 – 4 A. Kegiatan Lapangan Melatih mahasiswa
melaksanakan paket
teknik budidaya
tanaman pada keadaan
lapangan yang
sebenarnya.
I. Materi Magang sebagai Karyawan
Harian (KHT atau KHL)
1. Melakukan semua tugas lapangan yang
diperintahkan sesuai dengan kebutuhan
kebun, mulai dari pembukaan lahan dan
persiapan lahan, pemeliharaan tanaman
(penyulaman, pemupukan,
pemangkasan, pengendalian gulma,
hama dan penyakit), pemanenan dan
pengolahan hasil.
2. Mengisi jurnal harian yang diketahui.
3. Mencatat prestasi kerja yang diperoleh
mahasiswa dan karyawan setiap kali
mengikuti kegiatan, kemudian
dibandingkan dengan norma kerja.
5 – 6 II. Materi Magang Sebagai Pembantu
Mandor / Mandor Besar
Melatih mahasiswa
melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen pada
tingkat kemandoran. 1. Membantu membuat perencanaan
kebutuhan fisik dan biaya untuk
pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Membantu menentukan jumlah
karyawan yang diperlukan beserta
keperluan biaya operasional dari setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Melakukan briefing (pagi dan sore)
serta melakukan check roll.
17
Tabel 3. (Lanjutan)
Minggu
ke- Kegiatan Tujuan
4. Membantu menghitung kebutuhan
bahan pupuk berdasar konsentrasi dan
atau dosis yang telah ditetapkan.
5. Membuat analisis pada setiap kegiatan
di lapangan. Contoh :
(i) Pembibitan
- Penentuan bibit siap salur, jumlah
kecambah/benih yang
dipersiapkan, kebutuhan media
tanam, air, pupuk, pestisida untuk
pemeliharaan pembibitan, dan
lain-lain.
(ii) Pemeliharaan Tanaman :
- Pemupukan : jenis, dosis, waktu,
cara, lokasi, penempatan,
rotasi/frekuensi, pengaruhnya
terhadap produksi.
- Pengendalian gulma, hama dan
penyakit : metode
pengendalian/pengamatan, jenis
pestisida, konsentrasi, dosis,
volume semprot, frekuensi, sifat-
sifat pestisida yang digunakan,
jenis gulma, hama dan penyakit.
(iii) Pemanenan :
Kriteria panen, cara dan waktu
panen, % kehilangan hasil di
lapangan dan selama transportasi,
kerapatan panen, system panen,
rotasi panen dan analisis panen.
6. Memotivasi karyawan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
7. Mengorganisir karyawan pada setiap
kegiatan yang dilakukan.
8. Malaksanakan manajemen
pemanenan/pemetikan.
9. Melaksanakan diskusi baik dengan
mandor, asisten/kepala afdeling, kepala
tanaman, maupun pimpinan perusahaan.
18
Tabel 3. (Lanjutan)
Minggu
ke- Kegiatan Tujuan
10. Membuat jurnal kegiatan harian
yang berisikan waktu kegiatan, jenis
pekerjaan, jumlah karyawan yang
diawasi.
b. Kegiatan Administrasi Selama
sebagai Pembantu Mandor/Mandor
Besar (Supervisor) :
Membuat laporan harian, mingguan,
bulanan mandor, dan lain-lain.
Melatih mahasiswa
dalam melaksanakan
pelaporan kegiatan pada
tingkat kemandoran.
7 – 8 III. Materi Magang sebagai
Asisten/Kepala Afdeling :
Melatih mahasiswa
melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen pada
tingkat afdeling. 1. Mempelajari kegiatan manajerial
ditingkat afdeling/bagian kebun.
2. Membantu penyusunan rencana kerja
dan anggaran perusahaan (RKAP).
3. Membantu pembuatan laporan
asisten/kepala afdeling.
4. Membantu pengelolaan dan
pengawasan tenaga kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
5. Melaksanakan analisis terhadap
setiap kegiatan lapangan ditingkat
afdeling.
6. Membuat jurnal kegiatan harian
tingkat afdeling.
B. Kegiatan sosial/kemasyarakatan :
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial
di lingkungan kebun, seperti : olah raga,
keagamaan, bakti sosial, PKK, dan lain-
lain.
Melatih mahasiswa
bermasyarakat di sekitar
lokasi magang.
19
4.2. Anggaran Biaya
Perencanaan anggaran biaya yang diperlukan saat magang yang
dilaksanakan selama dua bulan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Anggaran Biaya Magang
No. Kebutuhan Volume
dan satuan
Biaya per
satuan
(Rp)
Jumlah
pengeluaran
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Transport ke Jakarta-Medan
Transport Bogor-jakarta
Konsumsi
Obat-obatan
Biaya fotocopy selama magang
Perlengkapan mandi
Komunikasi
Pembuatan laporan magang
Perbanyakan laporan magang
Biaya tak terduga
2 kali
2 hari
3 hari
2 bulan
3 bulan
2 bulan
2 bulan
1 buah
10%
700 000
35 000
10 000
500 000
25 000
150 000
40 000
50 000
400 000
300 000
1 400 000
70 000
30 000
1 000 000
75 000
150 000
80 000
100 000
400 000
300 000
Total Biaya 3 605 000
20
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Pengembangan Kelapa Sawit Nasional,
Mewujudkan Visi Indonesia 2020. Diakses melalui
http://ditjenbun.deptan.go.id//index.php. (5 Desember 2012).
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik Kelapa
Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 226 hal.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Marihat Ulu. 435 hal.
Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
MCAR [Management Committee Agronomy and Research]. 2007. Pedoman
Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Sinar Mas Agribusiness. Jakarta.
231 hal. (Tidak Dipublikasikan)
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agrobisnis dari Hulu
hingga Hilir . Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. 168 hal.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Sukamto, H. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.
21
LAMPIRAN
22
Tabel 3. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian
Tanggal Uraian
Kegiatan
Prestasi Kerja (HK) Lokasi
Paraf
Pembimbing
Lapangan
Ket
Penulis Karyawan Standar
23
Tabel 4. Jurnal Harian Magang sebagai Pembantu Mandor
Tanggal Uraian
Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi
Paraf
Pembimbing
Lapangan
Ket
Jumlah
KHL
yang
Diawasi
(orang)
Luas
Areal
yang
Diawasi
(ha)
Lama
kegiatan
(jam)
24
Tabel 5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Afdeling
Tanggal Uraian
Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi
Paraf
Pembimbing
Lapangan
Ket
Jumlah
KHL
yang
Diawasi
(orang)
Luas
Areal
yang
Diawasi
(ha)
Lama
kegiatan
(jam)