bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1....

18
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar Gagne dalam Suprijono (2009: 2) belajar adalah “perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas, perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Harold Spears dalam Suprijono (2009: 2) menyatakan sebagai berikut: “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Yang artinya bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikti arah tertentu. Menurut Reber dalam Efi (2007) ”mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan”. Surya dalam Rachmawati (2011: 5) berpendapat bahwa “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Baharuddin dan Wahyuni (2007: 5) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya baik, pengetahuan, sikap maupun keterampilan melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku yang baru secra keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Upload: dinhcong

Post on 26-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar

Gagne dalam Suprijono (2009: 2) belajar adalah “perubahan disposisi atau

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas, perubahan disposisi

tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah”.

Harold Spears dalam Suprijono (2009: 2) menyatakan sebagai berikut:

“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction”. Yang artinya bahwa belajar adalah

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikti arah tertentu.

Menurut Reber dalam Efi (2007) ”mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan

bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan”.

Surya dalam Rachmawati (2011: 5) berpendapat bahwa “belajar dapat

diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Baharuddin dan Wahyuni (2007: 5) mengemukakan bahwa belajar

merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

perubahan dalam dirinya baik, pengetahuan, sikap maupun keterampilan melalui

pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku yang baru

secra keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

8

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto

(2003: 3) adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar.

seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-

kuranggya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan pada dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara

berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau

proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah

kemajuan. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perbahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri,

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.

Ini berati bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap atu

permanen.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah itu terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai.

Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar

disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,

sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh

dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan latihan

dengan membutuhkan periode waktu tertentu dan bersifat permanen. Perubahan-

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

9

perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku yang meliputi

tiga aspek yaitu perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

2.1.2. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2009: 5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009: 6) “hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

pada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar.

Informasi guru digunakan untuk menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa

lebih lanjut, baik untuk keseluruhan klasikal maupun individual. (Agus

Marleviandra, 2009)

Anni dalam Deden (2010) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang

dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang

konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil

belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan murid dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar

dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah murid sudah

menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil belajar menurut pandangan Oemar (2009: 27) hasil belajar adalah

“apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang

tersebut”. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah

siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam

waktu jangka waktu yang tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu

merupakan kecakapan aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan

potensial (potencial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang

dimiliki individu untuk mencapai prestasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

10

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2011:

22) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah yaitu:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kmampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Gagne dalam Suprijono (2009: 5) menyatakan bahwa hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasakan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari setiap individu menurut

(Agus Marleviandra, 2009) adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor

dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

11

tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar

yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun

faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman

konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Hasil belajar merupakan bukti usaha yang dicapai yang berupa

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam memahami serta

menyelesaikan permasalahan dan juga kemampuan yang dimiliki seseorang

setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal

yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.

2.1.3. Pembelajaran IPA

IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan seluruh

fenomena dan gejala yang terjadi di alam. Dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. (Depdiknas, 2006) “IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang fenomena dan gejala alam secara sistematis,

sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,

konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain

itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta

serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA

tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA

sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan

faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan

pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains

ditemukan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

12

Sehingga dalam hal ini perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD

yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap

permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap

fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut

perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik.

Tujuan Pembelajaran IPA menurut Muslichah dalam Kurnia Septa (2008)

tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “untuk menanamkan rasa ingin tahu dan

sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir

kritis dan objektif “.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran

IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

13

mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD

harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP meliputi aspek-

aspek:

1). Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.

3). Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana.

4). Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.4. Pembelajaran Konvensional

Menurut Sanjaya (2011) model pembelajaran konvensional merupakan

pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di

kelas. Pada pola pembelajaran konvensional, kegiatan proses belajar mengajar

lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, serta penggunaan

metode ceramah terlihat sangat dominan. Pola mengajar kelihatan baku, yakni

menjelaskan sambil menulis di papan tulis serta diselingi tanya jawab, sementara

itu peserta didik memperhatikan penjelasan guru sambil mencatat di buku tulis.

Pembelajaran konvensional didalamnya meliputi berbagai metode yang

berpusat pada guru. Metode-metode tersebut meliputi ceramah, tanya jawab, dan

diskusi. Menurut Winarno dalam Nomleni (2006) metode ceramah yaitu metode

pengajaran dalam penuturan dan penerangannya secara lisan oleh guru terhadap

kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat

bantu seperti gambar-gambar bagan, agar uraiannya menjadi lebih jelas. Tetapi

metode utama dalam perhubungan guru dengan siswa adalah berbicara.

Sedangkan peranan siswa dalam metode ceramah yang penting adalah

mendengarkan dengan teliti serta mencatat materi yang dianggap pokok atau

utama yang dikemukakan guru.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

14

Kelebihan metode ceramah menurut Roestiyah (2008: 138) yaitu:

a. Guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan

pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang sama.

b. Bagi guru perhatiannya tidak akan terbagi-bagi atau terpecah-pecah, karena

kegiatan siswa yang sejenis guru tidah perlu membagi-bagi perhatian.

Kelemahan metode ceramah menurut Roestiyah (2008: 138) yaitu:

a. Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami pelajaran

yang telah disampaikan oleh guru.

b. Siswa yang tenang dan diam ketika pembelajaran belum tentu memahami dan

mengerti tentang materi pelajaran.

c. Dalam menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang

berbeda mengenai apa yang dijelaskan oleh guru kepada siswa.

Menurut Roestiyah (2008: 139) cara atau usaha untuk mengatasi kelemahan

metode cermah yaitu:

a. Selama guru melakukan ceramah, guru perlu mengajukan pertanyaan –

pertanyaan.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, di

tengah-tengah guru sedang berceramah atau ketika pelajaran telah selesai

dijelaskan.

c. Metode ceramah yang digunakan oleh guru dapat dikombinasikan dengan alat-

alat peraga agar tidak menimbulkan salah pengertian atau penafsiran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah proses

pembelajaran yang terpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan penjelasan

dari guru, dalam hal ini metode ceramah terlihat dominan dalam pembelajaran.

Metode ceramah merupakan usaha guru untuk memberikan pengetahuan kepada

siswa dengan cara penuturan atau penegasanny secara lisan.

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011: 14) pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

15

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran.

Slavin dalam Isjoni (2011: 22) menyatakan sebagai berikut:

“In cooperative learning methods, students work together in four member

teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian

tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis

kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan yang dirancang untuk membantu peserta didik

menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2009: 54).

Anita Lie dalam Isjoni (2011: 23) menyebutkan bahwa pembelajaran

kooperatif dengan istilah gotong royong, yaitu suatu sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bekerjasama dengan

siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut Wina dalam Deden (2010) model pembelajaran kelompok adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting

dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok,

adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan

adanya tujuan yang harus dicapai.

Pembelajaran kooperatif menurut Mohamad Nur (2011: 1) menyatakan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat

digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran, mulai dari keterampilan-

keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Johnson & Johnson dalam Isjoni (2011: 23) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam

suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan

maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok

tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

16

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Indrawati dan Wanwan

(2009) antara lain:

a. Tanggung jawab individu, yaitu dimana setiap individu di dalam kelompok

mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh

tanggung jawab setiap anggota.

b. Keterampilan sosial, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan

mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan

peserta didik untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima

tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.

c. Ketergantungan yang positif, adalah sifat yang menunjukkan saling

ketergantngan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.

Keberhasilan kelompok sngat ditentukan oleh peran serta setiap anggota

kelompok, karena setiap anggota dianggap memiliki kontribusi. Jadi peserta

didik berkolaborasi bukan berkompetisi.

d. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh

kelompok secara bersama-sama.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas (2007) tujuan

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik,

dengan meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademiknya. Murid

yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi murid yang kurang mampu,

yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

2) Tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar murid

dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar

belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan

akademik, dan tingkat sosial.

3) Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk

mengembangkan keterampilan sosial murid.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

17

4) Pembelajaran kooperatif adalah yang menekankan pada pembelajaran

kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga unsur penting dalam

strategi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

menekankan pada adanya kerja sama antar siswa dan kelompoknya untuk

mencapai tujuan belajar bersama. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk

memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat

teman, dan saling memberikan pendapat. Pembelajaran kooperatif sangat baik

untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam

mengatasi tugas yang dihadapinya.

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert

Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkin. Slavin (2010: 8)

menyatakan bahwa STAD merupakan “Pembelajaran dimana siswa di tempatkan

dalam kelompok belajar beranggotakan empat-enam siswa yang merupakan

campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap

kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi

jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya”.

Menurut Predy Karuru dalam Efi (2007) Student Team Achievment

Division (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas,

tujuan dan penghargaan kooperatif. Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa

ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5 orang setelah

guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota

menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota

kelompok akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap

anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk

mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu

kelompoknya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

18

Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student Team Achievement

Division) siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan

pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan

tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih

untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru

pada model pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan

mengawasi jalannya proses belajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement) ini adalah model yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang

maksimal melalui kerja tim atau kelompok.

Komponen STAD (Student Team Achievement Division) menurut Slavin

(2010: 143) adalah sebagai berikut:

a. Presentasi kelas. Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam

presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas ini merupakan pengajaran

langsung seperti yang sering dilakukan dalam pelajaran yang dipimpin oleh

guru.

b. Belajar dalam tim. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 4-5 orang. Fungsi utama dar tim ini adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan dapat

membahas permasalahan bersama. Jika ada kesulitan, murid yang merasa

mampu membantu yang kesulitan.

c. Tes individu. Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis), para

siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

d. Skor pengembangan individu. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi

poin yang maksimal kepada timnya. Setiap siswa diberikan skor awal, yang

diperoleh dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya.

Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya berdasarkan tingkat

kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

19

e. Penghargaan tim. Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain

apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu.

Berdasarkan langkah-langkah penerapan pembelajaran STAD (Student

Team Achievement Division) di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Guru menerangkan mengenai topik pembahasan. Pada tahap ini di gunakan

untuk penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran

guru dapat menjelaskan tujuan pelajaran, memberi motivasi untuk

berkooperatif, menggali pengetahuan siswa. Pada tahap ini guru memulai

materi dengan menyampaikan indikator, dilanjutkan dengan apersepsi dan

penyajian materi energi.

b. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai

lima orang.

c. Guru memberikan lembaran tugas siswa untuk masing-masing kelompok

untuk didiskusikan bersama dan saling membantu untuk menguasai materi.

Kemudian hasil diskusi tersebut dipresentasikan.

d. Guru memberikan evaluasi secara individu untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar yang di capai.

e. Setiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya terhadap

bahan ajar, dan pada individu atau kelompok yang mendapat prestasi paling

tinggi diberi penghargaan.

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division):

a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan

kerjasama kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

2) Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division):

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

20

a. Sejumlah murid mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD.

b. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya.

c. Pada permulaan penerapan model pembelajaran ini, guru akan merasa

kesulitan dalam pengelolaan kelas.

3) Solusi untuk mengatasi kekurangan model pembelajran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division):

a. Dalam memilih masalah mempertimbangkan aspek kemampuan dan

perkembangan anak didik.

b. Siswa terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan.

c. Bimbingan secara kontinu dan persediaan alat-alat/sarana pengajaran yang

perlu diperhatikan.

d. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat terampil dalam menerapkan

model ini.

2.1.7. Efektivitas STAD (Student Team Achievement Division)

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil,

tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu

usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya (Lestari, 2011).

Menurut Hidayat dalam Danfar (2009) menjelaskan bahwa “Efektifitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan

waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin

tinggi efektifitasnya”.

Sedangkan pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

menurut Slavin (2010: 8) yaitu “Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam

kelompok belajar beranggotakan empat-enam siswa yang merupakan campuran

dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok

terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis

kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya”. Dalam

pembelajaran dengan menggunakan model STAD mengharuskan setiap siswa

mampu menguasai materi yang telah diberikan oleh guru, dimana penguasaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

21

materi tersebut berdasarkan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk

menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini

siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka.

Jadi efektivitas dalam hal ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran STAD

(Student Team Achievement Division) yaitu dimana dalam pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

dapat menunjukkan tercapainya suatu hasil/tujuan yang diperoleh siswa dari

belajar kelompok atau kelompok belajar. Hasil tersebut berupa keberhasilan setiap

anggota kelompok untuk mampu menguasai materi pelajaran dan menyelesaikan

tugas yang diberikan kepada kelompoknya dengan baik, dalam hal ini hasil yang

dicapai juga dapat berupa hasil belajar siswa dalam aspek kognitif.

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya:

Samiyati (2011) dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Student

Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap Pencapaian Kompetensi Dasar

IPA Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa

Kelas V Semester I di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Karanganyar,Kabupaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah

Dasar Negeri di Kecamatan Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Karanganyar dengan jumlah 26

sekolah. Dikarenakan luasnya wilayah populasi maka dalam penelitian ini diambil

sub populasi sebanyak 3 sekolah yang memiliki kesetaraan prestasi ditinjau dari

nilai ujian nasional. Sampel terdiri 3 sekolahan yaitu SD Negeri 01 Gedong

dipakai sebagai sekolah eksperimen untuk metode STAD sebanyak 40 siswa, SD

Negeri 02 Gedong dipakai sebagai sekolah kontrol untuk metode jigsaw sebanyak

40 siswa, dan SD Negeri 03 Gedong dipakai sebagai sekolah uji coba validitas

dan reliabiitas instrumen sebanyak 30 siswa.Teknik analisis data dalam penelitian

ini dengan menggunakan analisis anava dua jalan. Hasil penelitian ini adalah (1)

Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran menggunakan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

22

metode STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Karanganyar. (2) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara

motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah terhadap prestasi

belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Karanganyar. (3) Terdapat

interaksi pengaruh penggunaan metode pembelajaran dan motivasi berprestasi

terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Karanganyar.

Nomleni (2006) dengan judul “Perbedaan Prestasi Belajar Matematika

Diantara Siswa Yang Diajar Dengan Metode Ceramah dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Dalam meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa

SMA Kristen 1 SoE”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

prestasi belajar matematika yang signifikan diantara siswa yang diajar dengan

menggunakan metode ceramah dengan siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran STAD. Hasil penelitian diuji denga uji-t dimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

yang signifikan antara siswa yang diajar dengan metode ceramah dengan model

pembelajaran STAD yang signifikan pada taraf α = 0,05 yaitu sebesar 17,39.

Yang berati samakin sering siswa diajar dengan model pembelajaran STAD maka

semakin tinggi prestasi belajar matematika siswa bila dibandingkan dengan

prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode

ceramah.

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana

pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk

membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai

faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, model pembelajaran, serta

sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda bisa

mengurangi kondisi yang monoton dalam proses belajar mengajar, selaian itu

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

23

pembelajaran dapat berlangsung secara aktif dan menarik minat siswa. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA

adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division).

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Division) ini diharapkan dapat menarik minat dan semangat

siswa dalam pembelajaran serta membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini siswa diharapkan mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk

memahami materi maupun saat kerja kelompok. Sehingga dalam kegiatan belajar

tidak monoton secara individu saja, tetapi siswa belajar secara interaksi dengan

cara mengelompok dan melakukan kegiatan antara siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya. Dengan begitu pemahaman terhadap materi pelajaran dapat

berlangsung dengan optimal, sehingga hasil belajar siswa juga menjadi optimal.

Berikut ini adalah kerangka pikir ”Efektivitas Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kegiatan

Belajar

Mengajar

Kelas IV

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe STAD

Pembelajaran

Konvensional

1) Presentasi kelas

2) Belajar dalam tim

3) Tes individu

4) Pemberian skor

pengembangan

individu

5) Penghargaan tim

1) Ceramah

2) Tanya jawab

3) Evaluasi

Hasil Belajar

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe STAD

Hasil Belajar

Pembelajaran

Konvensional

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1038/3/T1_292008539_BAB II… · pada guru tentang kemajuan siswa dalam ... itu IPA juga

24

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka

dapat dirumuskan :

H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA kelas IV yang signifikan antara

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) dan pembelajaran

konvensional.

H1: Ada perbedaan hasil belajar IPA kelas IV yang signifikan antara

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) dan pembelajaran

konvensional.