bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil...

18
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita. Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Setelah pembelajaran, diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi dan di ajarkan tetapi siswa juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas, Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut bloom, hasil belajar bukan hanya mencakup aspek kognitif saja. Tetapi juaga harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 5

Upload: dinhmien

Post on 23-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun

dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana

(2011:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan

kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita. Sementara

menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7) hasil belajar meliputi

kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Setelah pembelajaran,

diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi dan di ajarkan tetapi siswa

juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas,

Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) mengemukakan bahwa hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut

bloom, hasil belajar bukan hanya mencakup aspek kognitif saja. Tetapi

juaga harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

6

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam

mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari

aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai

kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada

suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu

berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur

standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran

subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-

lain. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran

(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan

empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang

telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan

membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja

mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera

mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik

utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu

aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan

pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan

suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang

dihasilkan adalah data kuantitatif. Teknik yang dapat digunakan dalam

assesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan

yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi,

atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk

mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan

pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

7

(Endang Poerwanti, dkk. 2008). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan

adalah tes formatif pada pertemuan kedua tiap siklusnya

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada

ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih

menekankan pada aspek kognitif. Menurut Endang Poerwanti, (2008:3-9),

salah satu teknik non tes adalah observasi. Observasi terkait dengan

kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal

yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang

untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun

observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen

butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila

pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan

menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran

dengan cara/teknik skala sikap akan menggunakan instrumen butir-butir

pernyataan. Untuk dapat mengukur instrumen tersebut diperlukan suatu

indikator perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan

pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Untuk merumuskan

indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan,

indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator

yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Dalam hubungan ini kita

mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan

kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Revisi

Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

(C6). Selain itu indikator tersebut dikelompokkan pada tingkatan rendah,

sedang dan tinggi. Semua hal tersebut terangkum dalam bentuk instrumen

baik dalam bentuk pilihan ganda maupun uraian.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

8

Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian

atau evaluasi. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya,

bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan

kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil

pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding

dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses

pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut

dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria

tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok,

atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal

yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut

dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK),

sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan

didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan

Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2007tentang Standar Penilaian Pendidikanmenyatakan bahwa Kriteria

ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang

ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan

pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan

teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

2.1.2 Pembelajaran IPS

Latar Belakang Pembelajaran IPS

IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi

yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS

memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang

cinta damai (KTSP Standar Isi 2006).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

9

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan

berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap

saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan

peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam

pada bidang ilmu yang berkaitan (KTSP Standar Isi 2006).

Ruang Lingkup IPS di SD

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi

sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi

dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang

ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Ruang lingkup mata pelajaran

IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut (KTSP Standar Isi 2006).

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Tujuan Pelajaran IPS di SD

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut (KTSP Standar Isi 2006).

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

10

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium

yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,

bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci

SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan untuk siswa kelas V SD

disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. (KTSP, 2006).

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPS Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai

peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankaan

kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

dalam memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan

salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.

Menurut Sugiyanto (2010;37) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

(Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cooperative Learning adalah

suatu model pembelajaran yang mana dalam pembelajaran tersebut siswa

belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

11

yang anggota dari kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan

struktur kelompok bersifat heterogen (Slavin (1984); Solihatin, 2008;4)

Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai

sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Roger dan David Johnson

(1994) dalam Anita Lie (2005;31) mengatakan bahwa tidak semua kerja

kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, lima

unsur tersebut adalah: saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses

kelompok.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan

siswa secara kelompok kecil untuk bekerja sama secara kolaboratif dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

TPS (Think Pairs Share) adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas

Maryland pada tahun 1981. Menurut Frank Lyman dkk sesuaiyang dikutip dari

Arends (1997) dalam Trianto (2011;61) menyatakan bahwa think-pair-share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan

pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang

digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu

berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya

melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang

menjadi tanda tanya.

Think Pair Share juga dikemukakan oleh Anita Lie (2002;57)

menyatakan bahwa, Think-Pairs-Share adalah pembelajaran yang memberi

siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Dalam TPS siswa dituntut untuk berfikir secara individu ketika mendapatkan

pertanyaan dari guru, tetapi setelah itu mereka harus berdiskusi secara

berasangan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Pendapat lain mengatakan bahwa Think Pairs Share merupakan metode

pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar siswa.

Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik materi yang diajarkan guru.

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran seperti biasa.

Guru kemudian menyuruh dua orang peserta didik untuk duduk berpasangan

dan saling berdiskusi membahas materi yang disampaikan oleh guru. Pasangan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

12

peserta didik saling mengkoreksi kesalahan masing – masing dan menjelaskan

hasil diskusinya di kelas. Guru menambah materi yang belum dikuasai peserta

didik berdasarkan penyajian hasil diskusi (Endang Mulyatiningsih, 2011;233).

Dari beberapa pendapat yang sudah disebutkan diatas maka dapat

disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model

pembelajaran yang dilakukan dengan siswa berfikir sendiri, kemudian berfikir

dengan teman sebelah (metode diskusi berpasangan) dan diskusi bersama

dalam kelas yang diadakan oleh guru.

Dengan penggunaan model pembelajaran TPS siswa dilatih bagaimana

cara menyampaikan pendapat yang dimiliki siswa dan siswa juga dilatih untuk

belajar menghargai pendapat orang lain terutama pendapat temannya dengan

tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Langkah-Langkah Pelaksanaan PembelajaranTPS (Think Pairs Share)

Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki tahapan – tahapan

pelaksanaan sebagai berikut(Trianto, 2011;61)

Langkah 1 : Berpikir (Thinking): Guru mengajukan suatu pertanyaan

atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa

menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau

masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan

bukan bagian berpikir.

Langkah 2 : Berpasangan (Pairing): selanjutnya guru meminta siswa

untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

Interaksi selama waktu yang telah disediakan dapat menyatukan jawaban jika

suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu

masalah khusus yang diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak

lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi (Sharing): Pada langkah akhir ini guru meminta

pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan

dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan

untuk melapor.

Langkah langkah yang disampaikan trianto adalah 3 langkah inti dari

TPS, yaitu Berpikir (Thinking), Berpasangan (Pairing), Berbagi (Sharing). Dan

langkah-langkah ini dilakukan di kegiatan inti dalam pembelajaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

13

Sejalaan dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh trianto,

langkah – langkah TPS menurut Endang Mulyatiningsih (2011;234) adalah

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai.

Pada tahap ini siswa menyimak apa yang disampaikan guru, supaya ketika

pembelajaran berlangsung siswa dapat tahu materi apa yang akan di

pelajari dan kompetensi apa yang nantinya harus dicapai oleh siswa.

2. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan

guru.

Pada tahap ini siswa diberikan pertanyaan atau peermasalahan mengenai

materi dan masing-masing siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari

pertanyaan atau permasalahan tersebut.

3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu

kelompok 2 orang) dan mengutarakan persepsi masing-masing tentang apa

yang telah disampaikan oleh guru

Setelah pada tahap sebelumnya siswa secara individu diminta untuk

mencari penyelesaian dari pertanyaan atau permasalahan yang diberikan

guru, selanjutnya siswa berkelompok. Tetapi setiap kelompok hanya

terdiri dari 2 orang. Maka disebut berpasangan. Dalam berpasangan kedua

siswa berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan pertannyaan

atau permasalahan yang tadi telah diberikan oleh guru.

4. Guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan

hasil diskusinya.

Setelah semua pasangan selesai berdiskusi, kemudian guru meminta setiap

pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.

Pasangan yag lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang sedang

melakukan presentasi

5. Guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa dan

menegaskan kembali pokok permasalahan yang harus dipahami.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

14

Pada tahap ini guru membimbing siswa melakukan kesimpulan tentang

materi yang telah di pelajari dan guru meluruskan jika ada pemahaman

siswa yang salah terhadap materi yang telah dipelajari.

Sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh

trianto dan Endang Mulyatiningsih, Langkah – langkah pelaksanaan TPS

dalam hasil penelitian Naniek Sulistya Wardani (2010;32) adalah sebagai

berikut:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

Di sini ketika guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin

dicapai, siswa menyimak apa yang disampaikan guru. Ini dilakukan

supaya ketika pembelajaran berlangsung siswa dapat tahu materi apa yang

akan di pelajari dan kompetensi apa yang nantinya harus dicapai oleh

siswa.

2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru.

Setelah guru menyampaikan materi/ permasalahan, secara individu siswa

diminta untuk memikirkan materi/ permasalahan untuk beberapa saat.

Yang di maksud memikirkan di sini adalah siswa diminta mencari

penyelesaian menurut individu masing-masing mengenai permasalahan

yang diberikan.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)

dan mengutarakan hasil pemikiran masing – masing.

Setelah masing-masing individu memiliki pemikiran masing-masing, pada

tahap ini siswa diminta berkelompok. Tetapi kelompok hanya terdiri dari 2

orang, makanya disebit dengan berpasangan. Di dalam kelompok, siswa

saling berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai materi/permasalahan.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil

diskusinya.

Setelah setiap pasangan selesai berdiskusi, setiap pasangan maju ke depan

untuk mengemukakan hasil diskusinya. Kemudian kelompok yang lain

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

15

menyimak dan menanggapi kelompok yang sedang mengemukakan

pendapat.

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

Disini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jiak ada

yang belum memahami materi yang telah dipelajari.

6. Guru memberi kesimpulan

Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari.

7. Penutup

Guru menutup pembelajaran dan memberikan Tugas atau PR bila perlu.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan TPS dengan

menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:

1. Siswa menyimak materi pembelajaran

2. Siswa secara individu berfikir (Think) untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru

3. Siswa berpasangan (Pairs) untuk menjawab pertanyaan

4. Siswa berbagi (Sharing) jawaban

5. Siswa (pasangan) lain memberikan tanggapan

6. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan dari guru

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri Rachmadyanti pada

tahun 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Siswa Kelas IV

SDN Kendalrejo 01 Kabupaten Blitar. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran think pair share pada IPS di kelas IV sudah

sangat baik. Hal ini didukung dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada

kegiatan think pair share. Hasil belajar siswa meliputi aspek aktivitas belajar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

16

siswa dan nilai akhir siswa. Prosentase aktivitas belajar siswa pada tahap pra

tindakan mencapai 57,09%. Prosentase aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1

sejumlah 65,4%, pertemuan 2 sejumlah 66,71%, dan pada pertemuan 3 sejumlah

67,95%. Sehingga dari pra tindakan sampai siklus 1 mengalami peningkatan

prosentase aktivitas siswa sejumlah 10,86%. Pada siklus II pertemuan 1,

prosentase aktivitas siswa mencapai 71,85%, pertemuan 2 mencapai 74%,

pertemuan 3 mencapai 76,80%. Sehingga terjadi peningkatan prosentase aktivitas

siswa dari siklus 1 ke siklus 2, sejumlah 8,85%. Secara keseluruhan terjadi

peningkatan aktivitas belajar siswa dari pra tindakan sampai siklus II sebanyak

19,71%.Pada aspek nilai akhir siswa pada pratindakan mencapai 58,8%, siklus 1

pertemuan 1 mencapai 57%, pertemuan 2 mencapai 62%, dan pada pertemuan 3

mencapai 81%. Sehingga dari pratindakan ke siklus 1 mengalami peningkatan

prosentase nilai akhir siswa sejumlah 22,2%. Pada siklus II pertemuan 2 mencapai

85%, pada pertemuan 2 mencapai 95%, dan pada pertemuan 3 mencapai 100%.

Hal ini menunjukkan peningkatan siklus 1 ke siklus II sejumlah 19%. Sehingga

terjadi peningkatan nilai siswa dari pratindakan sampai siklus II sejumlah 41,42%.

Dalam penelitian ini kelebihan yang terdapat didalamnya adalah keberhasilan

siswa dalam mengembangkan kerjasama, keberanian siswa dalam

mengungkapkan pendapat, serta melatih siswa untuk berpikir dan kritis dalam

menanggapi permasalahan yang diberikan guru. Kekurangan yang terdapat dalam

penelitian ini adalah perlunya pengawasan guru terhadap proses pembelajaran

sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan kondusif, perlunya

bimbingan yang diberikan guru baik bimbingan perseorangan maupun bimbingan

pada kelompok. Oleh karena itu dalam penelitian ini peran guru dalam

membimbing dan mengawasi siswa akan diupayakan dengan baik supaya

penelitian ini akan berjalan dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luluk Umiatin pada tahun

2010 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Think Pair Share (TPS) Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Segaran 03

Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa

adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

17

IPS materi keanekaragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Hasil Pre test

siswa rata-rata adalah 48,2 atau 48,2%, siklus I mengalami peningkatan yaitu

menjadi 69,8 atau 69,8% dan siklus II terus mengalami peningkatan menjadi 81,8

atau 81,8%. Hasil belajar siswa dikatakan naik 12% persiklus. Sedangkan untuk

aktivitas siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 11,56 menjadi 12,88 di

siklus II. Kelebihan yang terdapat dalam penelitian ini adalah keberhasilan yang

dicapai untuk melatih siswa dapat bekerjasama dengan temannya, terutama

dengan teman pasangannya. Kekurangan dalam penelitian ini adalah perlunya

penguasaan kelas yang baik oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan

baik dan kondusif, serta waktu pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama

sehingga diperlukan manajemen waktu yang baik oleh guru. Oleh karena itu

dalam penelitian ini penguasaan kelas oleh guru dan waktunya akan di atur

dengan baik, supaya penelitian ini berjalan sesuai dengan harapan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfian Halid Sofian pada

tahun 2011 yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Think Pair

Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 9

Malang” dan dari hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

menunjukkan keefektifan dari penerapan model pembelajarn Think Pair Share

(TPS) terhadap hasil belajar siswa, terbukti dari hasil uji-t yang menunjukkan

signifikansi (0,007). Kelebihan yang dicapai dalam penelitian ini adalah

keberhasilan dalam melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman atau

pasangannya. Kekurangan dalam penelitian ini adalah masih perlunya bimbingan

yang diberikan karena yang diberikan bimbingan adalah bimbingan secara

individu juga bimbingan secara kelompok (berpasangan). Kelemahan yang lain

adalah penelitian yang diperlukan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga

diperlukan pengaturan waktu yang baik. Oleh karena itu dalam penelitian akan di

atur waktunya dengan baik, supaya penelitian ini berjalan sesuai dengan harapan.

Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Hanafiah, MM pada tahun 2010 yang

berjudul “Model Pembelajaran Think Pairs Share Dalam Mata Pelajaran Sejarah

Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Langsa dan dari hasil penelitian yang

dilakukan mendapatkan hasil bahwa pembelajaran sejarah siswa kelas X SMA

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

18

Negeri 1 Langsa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pairs Share

lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran sejarah yang tidak diberikan

model pembelajaran Think Pairs Share atau menggunakan metode konvensional.

Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan dengan uji t diperoleh thitung= 4,060

sedangkan ttabel (0,95) (81) = 1,99. Karena thitung>ttabel yaitu 4,060>1,99, selain itu

dapat dibuktikan dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil observasi keaktifan

siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, dimana pada kelas eksperimen

diperoleh presentase rata-rata keaktifan sebesar 53,5% sedangkan kelas kontrol

sebesar 50% maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen memiliki

kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelebihan

yang dicapai dalam penelitian ini adalah siswa secara individu dapat

mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir,

sehingga kualitas jawaban yang diberikan siswa dapat meningkat menjadi lebih

baik. Kekurangan dalam penelitian ini adalah perlunya pengawasan kelas oleh

guru untuk dapat memotivasi keaktifan siswa dalam pembelajaran dan juga

perlunya bimbingan yang diberikan oleh guru baik bimbingan secara kelompok

maupun secara individu. Oleh karena itu dalam penelitian ini peran guru dalam

pengawasan kelas dan bimbingan kepada siswa akan dilakukan dengan baik

supaya penelitian ini juga akan berjalan dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanik Rinawati pada tahun

2011 dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi

Melalui Model Pembelajaran Think Pairs And Share (TPS) pada Siswa Kelas V

SDN Dampit 2 Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Berdasarkan analisis data

hasil penelitian setelah diterapkan model pembelajaran Think Pairs and Share

(TPS) dalam menulis puisi diketahui bahwa: banyaknya siswa yang telah

mengalami peningkatan dari pra tindakan sampai siklus II. sebelum siklus hasil

yang didapat yaitu 65.5 %. Sedangkan pada saat sudah dilakukan siklus I hasil

yang didapat meningkat yaitu 73.26 % dan pada saat pelaksanaan siklus 2 nilai

siswa semakin meningkat yaitu 87.78 % . kelebihan dalam penelitian ini adalah

peningkatan yang cukup baik yaitu dimulai dari pra siklus sebesar 65,5%, pada

siklus I terjadi peningkatan sebesar 73, 26% dan pada siklus II terjadi peningkatan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

19

sebesar 87, 78%, serta keberhasilan dalam mengembangkan sikap kerjasama

dengan teman dan berpikir kritis siswa. Kekurangan dalam penelitian ini adalah

perlunya variasi kegiatan belajar yang diberikan guru agar pembelajaran dapat

menarik perhatian siswa dan siswa tidak bosan. Oleh karena itu dalam penelitian

ini guru akan melakukan pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan

tidak membuat siswa bosan.

2.3 Kerangka Berpikir

Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran

yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran

dengan menyampaikan materi Matematika melalui ceramah. Kadang-kadang

saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan

guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik

yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk

pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak

dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh dibawah

KKM .

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar

kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum KTSP dapat tercapai. Suatu

pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri

secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat

menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu

dengan mengalami langsung.

Pembelajaran dengan metode konvensional yang dilaksanakan oleh guru

masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih

dominan dalam pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa

tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman

baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa

rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu

teknik pembelajaran kooperatif Tipe TPS.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

20

Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS diharapkan dapat

membantu peserta didik untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran.

TPS juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerja sama antar

peserta didik dan dapat mendorong siswa untuk dapat mengungkapkan dan

menyampaikan pendapat yang dimilikinya mengenai pelajaran yang dipelajari

dan diharapkan juga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe

TPS Ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata

pelajaran IPS.

Langkah-langkah TPS dalam penelitian ini yang terdiri dari Siswa

menyimak materi, secara individu siswa berfikir (Think) untuk menjawab

pertanyaan dari guru, siswa berpasangan (Pairs) untuk menjawab pertanyaan ,

siswa berbagi (Share), siswa lain memberi tanggapan, siswa melakukan

penegasan terhadap materi yang telah dipelajari dengan bimbingan dari guru.

Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, materi yang

akan dipelajari oleh siswa lebih mudah untuk diterima karena siswa belajar

dengan melakukan diskusi berpasangan dengan temannya. Siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, hasil

belajar yang didapat akan lebih meningkat daripada siswa yang

pembelajarannya menggunakan ceramah dan tanya jawab yang cenderung

monoton dan hal ini menjadikan pembelajaran menjadi terpusat pada guru,

siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, dan siswa pasif dan tidak ada

kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Evaluasi hasil belajar pun

hanya menggunakan hasil tes formatif saja, tanpa menggunakan penilaian

proses pembelajaran.

Dalam model pembelajaran TPS ini penilaian dibagi menjadi dua yaitu

penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses diperoleh

dari penilaian pengamatan yang dilakukan guru ketika pembelajaran yang

terdiri dari penilaian dalam berfikir (Think), berpasangan (Pairs) dan berbagi

(Share). Sedangkan dalam penilaian hasil belajar diperoleh dari tes formatif

yang dilakukan guru setelah pembelajaran selesai. Penilaian proses belajar dan

penilaian hasil belajar ini kemudian diolah menjadi nilai ahir siswa yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

21

meningkat (>KKM). Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan

skor yang signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan

yaitu mengulang kembali dengan model pembelajaraan tipe TPS dengan

kompetensi dasar yang lain sehingga tujuan pembelajaran yang lebih

meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas diajukan

hipotesis tindakan sebagai berikut : peningkatan hasil belajar IPS diduga dapat

diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think

Pairs Share ) bagi siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngambakrejo Kecamatan

Tanggungharjo Kabupaten Grobogan semester 2 tahun ajaran 2011/ 2012.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... ·  · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik

22

Gb.2.1. Hubungan antara Hasil Belajar IPS dengan Model Pembelajaran TPS

PBM IPS Siswa:

berbicara sendiri,

mengantuk, tidak

pernah mngemukakan

pendapat saat

pembelajaran.

Hasil belajar ≤ KKM 90

Pembelajaran kooperatif

TPS (Think, Pairs, Share)

Hasil belajar

≥ KKM 90

Guru:

mendominasi

pembelajaran

dengan ceramah,

pembelajaran

monoton dan tidak

membuat siswa

untuk aktif dalam

pembelajaran

Pembelajaran

konvensional

Guru : sebagai fasilitator

dan pendamping

siswa, membantu

siswa yg kurang

paham

Tes formatif

Penilaian hasil

belajar: tes formatif

Penilaian proses

belajar

Siswa menyimak materi 2.3 dan 2.4

Siswa secara individu berfikir

(Think) untuk menjawab pertanyaan

Siswa berpasangan (Pairs) untuk

menjawab pertanyaan

Siswa berbagi (Sharing) jawaban

Siswa (pasangan) lain memberi

tanggapan

Siswa melakukan penegasan terhadap

materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan dari guru

Penilaian hasil

belajar

KD : 2.3 Menghargai jasa

dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan

para tokoh dalam

mempertahankan

kemerdekaan