(studi di wilayah kecamatan kramatwatu kabupaten...
TRANSCRIPT
PENGARUH KAPASITAS APARATUR
TERHADAP EFEKTIVITAS
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
SITI SOLIHAT
NIM 6661130216
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2017
ABSTRAK
SITI SOLIHAT. 6661130216. Skripsi. Pengaruh Kapasitas Aparatur
Terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi di
Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang). Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. Dosen Pembimbing I : Dr. Dirlanudin,
M.Si dan Dosen Pembimbing II: Abdul Hamid, Ph.D.
Keberadaan aparatur desa sangatlah diperlukan guna menjalankan segala
kepentingan masyarakat yang nantinya dapat mensejahterakan masyrakatnya.
Tentunya dibutuhkan aparatur yang berkapasitas artinya memiliki upaya untuk
mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai dengan segala kemampuan yang ada
dalam diri manusia. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Aparatur yang tidak
mengetahui tugas pokok dan fungsi pekerjaan, minimnya penggunaan informatika
dan teknoligi (IT), pembangungunan fisik desa belum maksimal, potensi desa
tidak dimanfaatkan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa (studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang).
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan asosiatif. Dengan
sampel 72 responden dan teknik pengambilan sampel dengan proposional area
random sampling. Kemudian diuji menggunakan metode Regresi linier sederhana.
Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa R square sebesar 72.90% yang artinya
Kapasitas Aparatur mempengaruhi Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa sebesar 72.9.0%. dari perhitungan signifikan, hasil perhitungan didapat
bahwa t-hitung sebesar 13.73 dan t-tabel 1.6669, oleh karena t-hitung lebih besar
dari t-tabel ( 13.73 > 1.6669) maka Ho ditolah dan Haditerima. Jadi kesimpulannya
adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kapasitas aparatur terhadap
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa (studi di Wilayah Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang) sebesar 72.9%.
Kata Kunci : Kapasitas Aparatur, Efektivitas, Pemerintahan Desa
ABSTRACT
SITI SOLIHAT. 6661130216. Bachelor Thesis. Departement of Public
Administration. Faculty of Social and Political Science At the University of
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. The Influence of Apparatus Capacity on
The Effectiveness of Village Governance. (Studies In Kramatwatu Sub-Region
of Serang). Advisior I: Dr. Dirlanudin, M.Si and Advisior II: Abdul Hamid,
Ph.D.
The existence of the village apparatus is indisipensable to implementation all the
interest of society. Of course, it needs a capacity apparatus that is have an effort
to has a goal to be achieved with human capabilities. Problems in the reseacrh
are: apparatus who don’t know the main taks and job functions, the lack of use of
informatics and technologi (IT), a physical builds of the village is not optimal, the
potential of the village is not utilized properly. This research is use quantitative
metmethod with associative approach and sample of this research is 72
respondents and sampling techniques using propotional area random sampling.
Then tested using sampling linear regression method. From the result of the
calculation show that the R-square of 17.0% which means that capacity of the
apparatus affects employee effectiveness of the administration of village
goverment by 72.9%. of significant computation, calculation result obtained than
t-count equal to 13.73 and 1.6669 t-table, therefore t-count is greater than t-table
(13.73 > 1.6669) then Ho is rejected and Ha accepted. So the conclusing is there
is influence between the capacity of the apparatus on the effectiveness of village
governance (study in Kramatwatu Sub-region of serang) of 72.9%.
Key Words : Capacity of the apparatus, Effectiveness,The Village Goverment
“KEAJAIBAN ADALAH KATA LAIN DARI
KERJA KERAS”
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Sujud syukurku kupersembahkan kepada Allah SWT yang Maha
Penyang dan Maha Pengasih, atas takdir-Mu telah Kau jadikan aku
manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman, dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini, semoga dengan langkah kecilku ini
kelak membawa aku ke tempat orang-orang hebat di mata-Mu.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk
Abah dan Mama tercinta, yang selalu menghilangkan
rasa letih dan sedih ketika bersamaku.
Terimaksih selalu memberikan aku doa, nasihat,
semangat serta kasih sayang. Maafkan disetiap
celah perkataanku yang mungkin membuat Abah dan
mama merasa sedih, maafkan aku yang belum sempurna
menjadi anak yang sholeh dan berbakti.
Thank You and I Love You till the end-
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbill’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH
SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang
berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi
salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
yang berjudul “Pengaruh Kapasitas Aparatur Terhadap Efektivitas
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Di Wilayah Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang)”.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari
itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Imam Mukrhoman, S.Ikom, M.Ikom, Wakil Dekan II Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan III Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si, Ketua Program Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Riswanda, Ph.D Sekertaris Program Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Dr. Dirlanudin, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku
pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan
membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dan sabar dari awal
hingga saat ini.
9. Abdul Hamid, Ph.D Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun
skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.
10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Kantor Kecamatan Kramatwatu yang telah mengizinkan dan
membantu peneliti mengumpulkan data.
12. Seluruh Pegawai Kantor Desa di Wilayah Kecamatan Kramatwatu
yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.
iii
13. Terimakasih kepada Ibunda tercinta dan Ayahanda yang telah
memberikan kesempatan untuk menempuh strata satu. Mohon maaf
apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan membalas
segala kebaikan yang diberikan.
14. Terimakasi kepada Muhammad Rifai, Muhammad Sanusi, Rohmat
yang memberikan masukan dan semangat selama pembuatan skripsi
penelitian.
15. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Aulia, Ayu, Iis, Desi, Ican,
Akbar, Septian, Ades, Engeken walaupun jarak memisahkan kita tapi
selalu memberikan canda dan tawa.
16. Untuk Abharina, Lailliyah, Resty Mahendra, Winda Lestari, Mohamad
Delki terimakasih karena menjadi supporter terhebat selama menjadi
mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
17. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang memberikan warna,
masukan dan nasehat yang bermanfaat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun
tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Serang, Januari 2017
Siti Solihat
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACK
MOTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 16
1.3 Batasan Masalah.......................................................................... 16
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 16
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 17
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 17
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ........................................................................... 19
2.2 Konsep Kapasitas ....................................................................... 20
v
2.3 Aparatur Birokrasi dan Good Governance…………………...... 27
2.3.1 Aparatur……………………………………………………27
2.3.2 Birokrasi………………………………………………….. 36
2.3.3 Good Governance………………………………………… 39
2.4 Konsep Efektivitas ....................................................................... 40
2.4.1 Pengertian Efektivitas…………………………………..... 40
2.4.2 Ukuran Efektivitas……………………………...………… 43
2.4.3 Efektivitas Organisasi……………………………….……. 44
2.5 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa ........................................... 47
2.6 Penelitian Terdahulu..................................................................... 51
2.7 Kerangka Berfikir ......................................................................... 54
2.8 Hipotesis Statistik ......................................................................... 58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan ............................................... 59
3.2 Ruang Lingkup ............................................................................. 59
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................... 59
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 60
3.4.1 Definisi Konsep………………………………………….. 60
3.4.2 Operasional Variabel…………………………………….. 61
3.5 Instrumen Penelitian ..................................................................... 62
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 64
3.7 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ......................................... 70
3.8 Uji Instrumen ................................................................................ 71
vi
3.9 Jadwal Penelitian .......................................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 77
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kramatwatu……………… 77
4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Kramatwatu…………………… 78
4.1.3 Keadaan Geografis………………………………………... 79
4.1.4 Pemerintahan……………………………………………… 80
4.2 Deskripsi Data .............................................................................. 82
4.2.1 Profil Responden…………………………………………. 82
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik .................................................... 86
4.3.1 Uji Validitas……………………………………………… 86
4.3.2 Uji Realibilitas…………………………………………… 89
4.4 Analisis Data ................................................................................ 90
4.5 Pengujian Hipotesis .................................................................... 132
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................... 137
4.7 Pembahasan ................................................................................ 141
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 150
5.2 Saran ........................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Permasalahan Sosial Kecamatan Kramatwatu .................................... 7
Tabel 1.2 Persentase Pengetahuan Aparatur terhadap Tugas Pokok
dan Fungsi Masing-masing Pekerjaan
di Wilayah Kecamatan Kramatwatu ................................................. 10
Tabel 1.3 Jumlah Aparatur Desa yang Memiliki Keterampilan
dalam Mengoprasikan Komputer ..................................................... 11
Tabel 3.1 Indikator Variabel X ......................................................................... 61
Tabel 3.2 Indikator Variabel Y ......................................................................... 62
Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen .................................................................... 64
Tabel 3.4 Jumlah Aparatur Desa ....................................................................... 66
Tabel 3.5 Perhitungan sampel ........................................................................... 69
Tabel 3.6 Interpretasi terhadap Nilai Koefisien kolerasi .................................. 74
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian............................................................................... 76
Tabel 4.1 Persentase Luas Wilayah Desa
di Kecamatan Kramatwatu 2015 ...................................................... 80
Tabel 4.2 Status Pemerintahan Desa
di Kecamatan Kramatwatu 2015 ...................................................... 81
Tabel 4.3 Status Pedesaan dan Perkotaan
di Kecamatan Kramatwatu 2015 ...................................................... 81
Tabel 4.4 Uji Validitas Kapasitas Aparatur (X) ................................................ 87
Tabel 4.5 Uji Validitas Efektivitas (Y) ............................................................. 88
viii
Tabel 4.6 Uji Realibilitas (X) ............................................................................ 89
Tabel 4.7 Uji Realibilitas (Y) ............................................................................ 90
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi ............................................. 133
Tabel 4.9 Interpretasi terhadap Nilai Koefisien Korelasi................................ 133
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana …………………… 134
Tabel 4.11 Nilai Koefisien Determinasi……………….……………………. 136
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pembangunan Pagar Kantor Desa Pegadingan ............................. 12
Gambar 1.2 PADes Pamengkang, Lebak, Harjatani, Tonjong 2015 ................ 14
Gambar 2.1 Local Government Capacity.......................................................... 22
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ........................................ 30
Gambar 2.3 Komponen Good Governance ...................................................... 39
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ......................................................................... 57
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 82
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ........................................ 83
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............. 84
Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Unit Kerja .............................. 85
Diagram 4.5 Saya mampu mengingat semua tugas pokok
dan fungsi masing-masing pekerjaan ........................................... 91
Diagram 4.6 Dengan pengetahuan yang saya miliki,
saya mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik ..................... 93
Diagram 4.7 Dengan pengetahuan yang saya miliki,
saya dapat menguasai bidang tugas departemen lain ................... 94
Diagram 4.8 Dengan pengetahuan yang saya miliki,
saya lebih menguasai pekerjaan saya ........................................... 95
Diagram 4.9 Saya memiliki keterampilan dalam menggunakan
atau mengoprasikan IT (Informatika dan Teknologi) .................. 96
Diagram 4.10 Dengan keterampilan saya dalam penggunaan IT,
dapat memperlancar pekerjaan .................................................... 98
Diagram 4.11 Saya Handal dalam melaksanakan prosedur kerja ..................... 99
Diagram 4.12 Saya senantiasa berdiskusi dalam melakukan
suatu pekerjaan .......................................................................... 100
Diagram 4.13 Saya memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dalam menyampaikan pendapat saya ......................................... 101
xi
Diagram 4.14 Saya handal mendapatkan solusi
dalam suatu permsalahan pekerjaan ........................................ 102
Diagram 4.15 Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan
yang saya kerjakan .................................................................. 103
Diagram 4.16 Saya memperoleh kehormatan sebagai sebagai aparatur desa
yang memang layak saya terima ............................................. 104
Diagram 4.17 Keberhasilan yang saya capai merupakan hasil
dari kegigihan saya bekerja ..................................................... 106
Diagram 4.18 Saya mengerjakan suatu pekerjaan
dengan penuh perhitungan ...................................................... 107
Diagram 4.19 Saya selalu berusaha untuk bekerja tanpa menunggu
perintah dari atasan ................................................................. 108
Diagram 4.20 Tingkat pencapaian volum kerja yang saya hasilkan
telah sesuai dengan harapan yang telah ditentukan................. 109
Diagram 4.21 Saya sanggup menerima konsekuensi apapun
dalam melaksanakan pekerjaan ............................................... 110
Diagram 4.22 Saya mendahulukan pekerjaan yang merupakan
prioritas kerja .......................................................................... 111
Diagram 4.23 Terdapat sanki untuk aparatur desa yang
menyalahgunakan wewenang.................................................. 112
Diagram 4.24 Saya diberikan kewenangan dan keleluasaan
di dalam pengambilan keputusan ............................................ 113
Diagram 4.25 Dengan adanya pedoman kerja, saya dapat melaksanakan
xii
tugas dengan baik .................................................................... 114
Diagram 4.26 Saya selalu dating kekantor dengan tepat waktu ...................... 115
Diagram 4.27 Peraturan yang diberikan membatasi saya
dalam berperilaku .................................................................... 116
Diagram 4.28 Setiap penyelenggaraan pemerintahan desa telah terorganisir
sesuai tujuanyang telah dibuat ................................................ 117
Diagram 4.29 Penyelenggaraan pemerintahan desa didukunng
dengan ketersediaan sumber daya manusia............................. 118
Diagram 4.30 Potensi desa dimanfaatkan dengan baik ................................... 119
Diagram 4.31 Saya melayani masyarakat sesuai prosedur
yang berlaku ............................................................................ 120
Diagram 4.32 Masyarakat mengeluh dengan pelayanan yang diberikan ........ 121
Diagram 4.33 Saya dapat mengendalikan kepentingan pribadi
dengan tidak menunda pekerjaan ............................................ 122
Diagram 4.34 Ketersediaan dana atau biaya dapat memperlancar
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa .................. 123
Diagram 4.35 Kelembagaan di desa dapat membantu
penyelenggaraan pemerintahan desa ....................................... 124
Diagram 4.36 Fasilitas yang tersedia memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan desa ....................................... 125
Diagram 4.37 Saya merasa nyaman dengan pembagian kerja saat ini ........... 126
Diagram 4.38 Pemberian masukan dapat memberikan solusi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ............................ 127
xiii
Diagram 4.39 Saya dapat bekerja dengan baik dalam team............................ 128
Diagram 4.40 Adanya pengawasan oleh BPD terhadapa
penyelenggaraan pemerintahan desa ....................................... 129
Diagram 4.41 Dengan mengikuti program pelatihan, saya lebih mudah
memahami tugas baru yang diberikan kepada saya ................ 130
Diagram 4.42 Saya hadir setiap kali bimtek di adakan ................................... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada
17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara, Republik Indonesia memiliki
Undang Undang Dasar, yaitu Undang Undang Dasar 1945. Berdasarkan
Undang Undang Dasar 1945 kerangka kenegaraan dan sistem pemerintah
Republik Indonesia diatur. Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa
negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik. Ditegaskan pula
Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat. Dengan demikian
negara Indonesia adalah negara konstitusi, bersendikan demokrasi.
(Sumber: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945)
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas
beberapa daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi
terdiri atas beberapa daerah kabupaten atau kota. Selanjutnya didalam daerah
kabupaten atau kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa
dan kelurahan. Dengan demikian, desa dan kelurahan adalah satuan
pemerintahan terendah dibawah pemerintahan kabupaten atau kota.
2
Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Desa
memiliki posisi yang sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang
seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintah desa
merupakan unit terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat serta tonggak
strategis untuk keberhasilan semua program, karena itu upaya memperkuat
desa dalam artian pemerintahan dan lembaga masyarakat desa merupakan
langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraaan masyarakat sebagai tujuan
otonomi daerah. Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem
dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014, tentang desa. Desa sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan desa
sangatlah penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional ataupun sebagai lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan
negara Indonesia. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional,
desa merupakan agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok
sasaran riil yang hendak disejahterakan. Sedangkan sebagai lembaga
3
pemerintahan, desa merupakan lembaga yang dapat memperkuat lembaga
pemerintahan nasional, karena sebagai kesatuan masyarakat hukum adat desa
telah terbukti memiliki daya tahan luar biasa sepanjang keberadaannya.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat desa telah memiliki struktur
kelembagaan yang mapan yang dihormati dan dilestarikan oleh masyarakat
desa yang bersangkutan. Dengan keadaan yang seperti itu, maka keberadaan
desa sebagai lembaga pemerintahan maupun sebagai kesatuan masyarakat
hukum adat menjadi sangat penting dan strategis. Sebagai lembaga
pemerintahan desa merupakan ujung tombak pemberian layanan kepada
masyarakat. Sedangkan sebagai kesatuan masyarakat hukum, desa merupakan
basis sistem kemasyarakatan bangsa Indonesia yang sangat kokoh sehingga
dapat menjadi landasan yang kuat bagi pengembangan sistem politik,
ekonomi, sosial-budaya dan hankam yang stabil dan dinamis.
Memang ada banyak hal yang mempengaruhi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, namun masalah sumber daya manusia merupakan masalah
yang sangat mendasar karena dengan ditetapkannya status sebagai daerah
otonom yang luas, memungkinkan setiap daerah khususnya desa
mengembangkan kreasi dan inovasi yang tinggi dalam mengurus rumah
tangganya. Dalam format seperti ini, kebutuhan ketersediannya sumber daya
manusia yang berkualitas menjadi dasar pertimbangan utama yang
memerlukan langkah-langkah prioritas yang terprogram secara sistematik.
Menurut Amri Chan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
Desa (BPPMD) Provinsi Banten yang dilansir dari media online menyatakan
4
bahwa, “Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengandung konsekuensi yang cukup menantang bagi daerah. Di satu sisi
kebebasan berkreasi pembangunan daerah benar-benar terbuka lebar bagi
daerah. Namun demikian, di sisi lain telah menghadang setumpuk masalah
yang harus diselesaikan. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik
apabila aparatur pemerintah desa memiliki kompetensi yang memadai serta
didukung oleh kelembagaan masyarakat yang bergerak secara bersama-sama
dengan pemerintah desa dalam pembangunan”.
(Sumber:http//www.anatarabanten.com/berita/24074/pemprov-banten-
tingkatkan-kualitas-dan-kompetensi-desa, Mulyana. Rabu 30 November 2016
12:50WIB)
Faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Hal ini didasari karena manusialah yang menjalankan
mekanisme pemerintahan. Beberapa sumber daya manusia yang secara
potensial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah
aparatur pemerintah daerah. Unsur ini menempati posisi yang bukan saja
mewarnai, melainkan juga menentukan arah kemana suatu daerah akan
dibawa. Dimana aparatur pemerintah merupakan pelaksanan kebijakan publik
yang mengemban tugas dan fungsi pelayanan, perlindungan, dan
pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang
memadai dari unsur sumber daya manusia ini.
5
Berkaitan dengan ketentuan tersebut, hal ini mengisyaratkan bahwa dalam
melaksanakan urusan rumah tangga desa, melakukan pembinaan,
pembangunan masyarakat, dan membina perekonomian desa harus dapat
dijalankan oleh aparatur desa karena masyarakat desa telah berkembang
dengan berbagai kegiatan yang semakin membutuhkan aparatur pemerintah
yang professional. Seiring dengan perkembangan masyarakat tersebut,
kebutuhan akan pelayanan yang semakin kompleks serta pelayanan semakin
baik, cepat dan tepat sangat diperlukan oleh masyarakat. Aparatur yang berada
ditengah-tengah masyarakat tersebut harus mampu memeberikan pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya,
aparatur merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
secara berdaya dan berhasil guna sesuai dengan perkembangan pemerintahan.
Tepatlah kiranya jika wilayah desa menjadi sasaran penyelenggaraan
aktivitas pemerintahan dan pembangunan, mengingat pemerintahan desa
merupakan basis pemerintahan terendah dalam struktural pemerintahan
Indonesia yang sangat menentukan bagi berhasilnya dalam pembangunan
nasional yang menyeluruh. Maka dengan demikian aparat desa dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari terutama yang berhubungan dengan
pelayanan administrasi khususnya admnistrasi kependudukan, pembuatan data
dan informasi yang dibutuhkan masyarakat, semakin dituntut adanya kerja
keras dan kemampuan yang optimal guna memperlancar pelaksanaan tugas
pemerintahan desa. Penyelenggaraan pemerintah desa tidak terpisahkan dari
6
penyelenggaraan otonomi daerah dan pemerintahan desa merupakan unit
terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat dan menjadi tonggak strategis
untuk keberhasilan semua program. Secara historis desa merupakan cikal
bakal terbentuknya rakyat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum
negara bangsa ini terbentuk.
Kecamatan kramatwatu merupakan bagian dari daerah kabupaten serang
yang merupakan daerah otonom, kabupaten serang sendiri memiliki 29
kecamatan. Menurut data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
kabupaten serang, kecamatan kramatwatu memiliki jumlah penduduk terbesar
kedua setelah kecamatan cikande dengan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan sebanyak 90.311 penduduk pada tahun 2013. Dengan jumlah desa
sebanyak 15 desa.
(Sumber: http://serangkab.bps.go.id, kecamatan kramatwatu dalam angka
2016)
Keberadaan aparatur desa di wilayah kecamatan Kramatwatu sangatlah
diperlukan guna menjalankan segala kepentingan masyarakat yang nantinya
dapat mensejahterakan masyrakatnya. Tentunya dibutuhkan aparatur yang
berkapasitas artinya memiliki upaya untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin
dicapai dengan segala kemampuan yang ada dalam diri manusia. Kondisi
obyektif di lapangan menunjukan bahwa desa-desa secara umum masih berada
pada kondisi tertinggal baik dibidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
dengan sulitnya lapangan pekerjaan.
7
Tabel 1.1
Permasalahan Sosial Kecamatan Kramatwatu
Permasalahan Sosial 2014 2015
Anak Terlantar 117 97
Anak Jalanan 2 37
Wanita Rawan Sosial Ekonomi - 263
Anak Balita Terlantar - 31
(Sumber: http://serangkab.bps.co.id/statistic kecamatan kramatwatu 2016)
Upaya meningkatkan kapasitas aparatur daerah pedesaan di era otonomi
daerah sekarang ini merupakan langkah penting dan strategis yang perlu
dicermati dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan dalam
pelaksanaan tersebut bagaimanapun akan memberikan sumbangan serta andil
yang sangat besar, baik dalam rangka upaya pemecahan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh desa dan masyarakat desa sendiri dalam
menunjang berhasilnya penyelenggaraan otonomi daerah.
Bila melihat sumber diatas bahwa terdapat peningkatan yang menonjol
mengenai permaslahan sosial di wilayah kecamatan Kramatwatu dari tahun
2014 hingga tahun 2015. Dengan data yang diambil mengenai permasalahan
sosial tersebut peneliti ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda, peneliti
berfikir “Bagaimana bisa permasalahan sosial meningkat cukup tinggi dalam
jangka waktu satu tahun seperti terlihat pada tabel 1.1 tersebut?” disatu sisi
bahwa Pemerintah Pusat telah membuat peraturan-peraturan dan program-
program yang dicanangkan untuk penyelenggaraan pemerintahan yang
8
tujuannya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat khususnya
masyarakat desa. Pada umumnya kesejahteraan masyarakat desa masih
rendah, kesejahteraan masyarakat desa akan lebih baik apabila dalam
penyelenggaraan pemerintahan desanya terdapat aparatur desa yang memiliki
kapasitas yang memadai, artinya kapasitas tersebut dapat membantu dalam
menjalankan segala aktivitas atau kegiatan desa yang nantinya dapat member
kemajuan untuk desa dan masyarakat desa. Data tersebut menarik perhatian
peneliti untuk lebih lanjut lagi mengeksplor mengenai Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa di wilayah kecamatan Kramatwatu tersebut.
Pada hasil pengamatan atau observasi awal dibeberapa desa yang berada
diwilayah kecamatan kramatwatu yaitu dengan cara melakukan pengamatan
langsung (melihat) kegiatan yang dilakukan oleh aparatur desa dalam
menjalankan tugasnya, serta mendengar adanya keluhan dari beberapa
masyarakat terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh aparatur desa, dan
dengan melakukan wawancara dengan menanyakan tingkatan persentase
penyelenggaraan pemerintahan desa. Dari hasil observasi awal tersebut
didapat beberapa permasalahan atau hambatan yang berkaitan dengan
kapasitas aparatur dan hubungannya dengan terhadap pencapaian efektivitas
penyelenggaran pemerintah desa di wilayah kecamat kramatwatu, ditemukan
beberapa permasalahan yakni:
Permasalahan pertama, beberapa perangkat desa tidak mengetahui tugas
pokok dan fungsi pekerjaannya, jadi mereka bekerja hanya ketika ada warga
yang datang melakukan admnistrasi saja atau tidak menggali apa yang
9
semestinya mereka lakukan sesuai tugas pokok dan fungsi menurut peraturan
yang telah ditentukan, hal ini berdasarkan Peraturan Bupati Serang Nomor 16
Tahun 2015 Tentang Pedoman Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa. Seperti halnya di kantor desa Pejaten menurut Bapak
Rohani selaku Kepala Seksi Pemerintahan desa Pejaten, Senin, 21 November
2016 pukul 10:25 wib. sekitar 40% staf desa sudah memahami tugas dan
fungsi pokoknya masing-masing sisanya masih belum memahami. Kemudian
kantor desa Wanayasa, sekitar 50% staf desa belum mengetahui tupoksinya
masing-masing. ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Arofah
selaku sekertaris desa Wanayasa Senin, 24 Oktober 2016 pukul 10:56 wib.
Kemudian menurut Bapak Fadullah selaku kepala desa Pegadingan pada
Senin, 14 November 2016 pukul 11:15 wib. sekitar 45% pegawai desa telah
mengetahui tugas dan fungsi pokoknya karena telah dibekali dengan peraturan
dari kabupaten. Berikut adalah persentase aparatur desa mengenai
pengetahuan tugas pokok dan fungsi masing-masing pegawai:
10
Tabel 1.2
Persentase Pengetahuan Aparatur Desa terhadap
Tugas Pokok dan Fungsi Maing-masing Pekerjaan di Wilayah
Kecamatan Kramatwatu
No Nama Desa Persentase
1 Pamengkang 45%
2 Pegadingan 45%
3 Toyomerto 40%
4 Wanayasa 50%
5 Margatani 40%
6 Pejaten 45%
7 Teluk Terate 45%
8 Harjatani 70%
9 Lebakwana 50%
10 Margasana 45%
11 Serdang 90%
12 Kramatwatu 90%
13 Pelamunan 80%
14 Terate 45%
15 Tonjong 50%
Sumber: Wawancara Peneliti 2016
Permasalahan Kedua, beberapa aparatur desa di wilayah kecamatan
kramatwatu masih minim dalam penggunaan teknologi seperti komputer.
Menurut Ibu Hj. Arofah selaku sekertaris desa Wanayasa, Senin 24 Oktober
2016 pukul 10:56 wib. sebagian pegawai lebih memilih menulis secara
manual, kemudian membuat laporan yang nantinya akan diserahkan kepada
sekertaris atau pegawai lainnya untuk diketik. Kemudian menurut Bapak
Ramudi selaku sekertaris desa Pamengkang, Senin, 14 November 2016 pukul
10:18 wib. Dari 16 pegawai desa hanya ada 3 pegawai yang bisa
mengoperasikan komputer. Berikut adalah jumlah aparatur desa yang
memiliki keterampilan dalam mengoprasikan komputer:
11
Tabel 1.3
Jumlah Aparatur Desa yang Memiliki
Keterampilan dalam Mengoprasikan Komputer
No Nama Desa Jumlah Aparatur
Desa+BPD
Jumlah Aparatur
Desa yang
Mengoprasikan
Komputer
1 Pamengkang 16 3
2 Pegadingan 18 6
3 Toyomerto 18 5
4 Wanayasa 16 6
5 Margatani 15 5
6 Pejaten 18 6
7 Teluk Terate 16 5
8 Harjatani 18 16
9 Lebakwana 18 15
10 Margasana 16 10
11 Serdang 18 15
12 Kramatwatu 18 18
13 Pelamunan 18 10
14 Terate 17 5
15 Tonjong 16 6
Sumber: Wawancara Peneliti 2016
Permasalahan Ketiga, Pembangunan fisik desa belum maksimal, ketika
peneliti wawancara dengan sekertaris desa Wanayasa bahwa ada 2
pembangunan fisik berupa pembuatan pagar untuk makam dan paving blok
namun dalam pembuatan pagar tersebut masih belum berjalan dan belum
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Menurut Bapak Jazuli selaku
sekertaris desa Harjatani, Selasa 15 November 2016 pukul 08:32 wib.
Pembangunan fisik hanya mencapai 45% untuk pembuatan rapat beton
menurutnya ini dikarenakan pencairan dana dari pemerintah pusat terlambat.
12
Gambar 1.1
Pembangunan Pagar untuk Kantor Desa Pegadingan
Sumber: Peneliti, 2017
Berdasarkan gambar di atas tersebut terlihat pembuatan pagar kantor desa
yang terhambat, menurut Bapak Fadullah selaku kepala desa pegadingan
bahwa pembangunan pagar kantor belum sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, terhambatnya pembangunan pagar dikarenakan beberapa faktor
diantaranya adalah faktor finance atau biaya.
Permasalahan Keempat, kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
desa dalam rangka meningkatkan PADes seperti membuat kebijakan dalam
menggali potensi desa belum dimanfaatkan dengan baik, dimana pemerintah
desa 100% bergantung pada pemerintah kabupaten dalam pembiyaan. Ini
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.14 Tahun 2011 Tentang
13
Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa. Jika dilihat dari rincian anggaran
pendapatan dan belanja desa tahun 2015 memang pendapatan asli desa masih
bergantung pada pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kurangnya
penggalian potensi yang ada di masyarakat baik itu SDM maupun SDA ini
dibuktikan dengan wawancara dengan sekertaris desa Wanayasa Ibu Hj.
Arofah bahwa belum adanya potensi desa karena masih minimnya
pengetahuan dan keterampilan aparatur yang mampu menggali potensi desa
tersebut, padahal ketika peneliti melihat keadaan beberapa desa tersebut
memungkinnya untuk terbentuknya BUMDes karena terdapat beberapa
potensi alam seperti lahan pertanian dan perkebunan kemudian ketika peneliti
berkunjung disalah satu desa tersebut terdapat kerajinan pembuatan bilik atau
langit-langit rumah. kemudian menurut Bapak Umar Yunani selaku sekertaris
desa Terate Senin, 14 November 2016 pukul 8:32 wib. Bahwa penggalian
potensi desa masih dibawah 40% ini dikarenakan perkembangan jaman dan
fasilitas untuk pengelolaan potensi terbatas. Kemudian menurut Bapak
Fadullah selaku kepala desa Pegadingan penggalian potensi desa belum
dilaksanakan karena masih terfokuskan kepada pembangunan desa yang
belum terselesaikan.
14
Gambar 1.2
Pendapatan Asli Desa Pamengkang, Lebakwana, Harjatani dan Tonjong
Tahun 2015
Sumber: Kantor Kecamatan Kramatwatu, 2017
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kolom pendapatan asli
desa (PADes) nominal yang terbilang adalah Rp. 0; hal ini menggambarkan
bagaimana pendapatan yang didaptkan dibeberapa desa di wilayah Kecamatan
Kramatwatu bersumber dari pemerintahan daerah dan jika melihat gambar
tersebut mengartikan bahwa potensi yang ada di desa belum dikelola dengan
maksimal.sehingga tidak ada pendapatan asli desa yang dihasilkan.
Pada prinsipnya pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa
merupakan suatu proses yang semestinya dilaksanakan secara baik dan
terorganisisr di setiap desa agar efektivitas pelaksanaan pembangunan dapat
tercipta. Namun pada umumnya keadaan dan kondisi organisasi dan
15
manajemen desa masih keadaaan lemah dan perlu ditingkatkan kualitas dan
kapasitas aparatur pemerintahan desa tersebut ditambah lagi dengan para
tokoh atau pemuka masyarakat dan para stakeholder atau pemangku
kepentingan lainnya dalam menerima aspirasi masyarakat, menganalisa dari
permasalahan yang dihadapi dan kemudian menyusun perencanaan desa
secara partisipatif, pelaksanaan dan sistem evaluasi dan tindak lanjutnya yang
berkesinambungan masih perlu ditingkatkan. Kemudian peneliti juga ingin
menunjukan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan
kramatwatu, merupakan sebuah masalah yang sangat menarik untuk terus
dikaji dan dianalisis karena seberapapun tingkat keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan pada level provinsi dan kabupaten, tidak akan berarti apa-apa
tanpa dukungan oleh keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan desa.
Dengan kesadaran diri dalam peneliti pada observasi awal ini maka peneliti
ingin melanjutkan observasi selanjutnya untuk mengumpulkan fakta-fakta dan
fenomena dengan cara menyebar angket (kuisioner) untuk mengetahui
kebenarannya yang nantinya akan dibahas di bab selanjutnya.
Berdasarkan gambaran latar belakang maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kapasitas Aparatur
Terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa” (Studi di
Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang).
16
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk memberikan arahan yang benar dan jelas dalam melaksanakan
pembahasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, maka penulis
mengidentifikasi permaslahan yang akan dibahas yaitu:
1. Rendahnya pengetahuan aparatur desa mengenai tugas pokok dan fungsi
bidang masing-masing.
2. Rendahnya keterampilan aparatur desa dalam penggunaan teknologi
(komputer).
3. Pembangunan fisik desa belum maksimal.
4. Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah desa dalam rangka
meningkatkan PADes dalam menggali potensi desa belum dimanfaatkan
secara optimal.
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam keterangan latar belakang dan
identifikasi maslah, maka dengan itu peneliti membatasi penelitiannya pada
“Pengaruh Kapasitas Aparatur Terhadap Efektivitas Penyelenggaraan
Pemerintah Desa” (Studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten
Serang). Penelitian ini dilakukan mulai Oktober 2016 hingga Mei 2017.
17
1.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dicari kebenaran dan jawabannya dalam
penelitian lebih lanjut adalah:
“Seberapa besar pengaruh kapasitas aparatur terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa (studi di wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten
Serang) ?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh kapasitas aparatur terhadap efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu
Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi, baik secara teoris
maupun praktis, anatara lain:
1.6.1 Manfaat Teoritis :
1. Bermanfaat bagi pengembangan studi Ilmu Administrasi Negara,
sehingga dapat memperkaya kajian ilmiah yang perlu dijadikan bahan
refrensi dalam penelitian sosial lainnya.
2. Dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan teori yang didapat
selama perkuliahan terutama pada beberapa mata kuliah yang
berkaitan tentang penelitian.
18
1.6.2 Manfaat Praktis :
1. Dapat mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan aparatur
terhadap efektivitas penyelenggaraan pemerintah desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.
2. Penelitian ini juga dimaksdukan untuk memberikan masukan bagi
aparatur dalam penyelenggaraan pemerintah desa khususnya di
wilayah Kecamatan Kramatwatu.
3. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan untuk
memasuki tingkatan selanjutnya baik di bidang pendidikan, pekerjaan
dan sosial lainnya.
19
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Mengkaji beberapa teori dan konsep-konsep yang relevan sesuai dengan
permasalahan dan variabel penelitian, kemudian disusun secara teratur dan rapih
karena akan digunakan untuk merumuskan suatu hipotesis penelitian. Dengan
mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep, maka peneliti akan memiliki konsep
penelitian yang jelas serta dapat menyusun pernyataan yang rinci pada isi dari
angket (kuisioner) yang peneliti berikan kepada responden, serta dapat
menemukan pengaruh yang diberikan dari Variabel X terhadap Variabel Y yang
akan diteliti pada bab selanjutnya. Hasil penting lainnya dari kajian teori
(deskripsi teori) adalah didapatkan kerangka konsep menurut peneliti, yang
didalamnya terdapat gambaran dari variabel yang akan diukur, selain itu dari
kajian teori (deskripsi teori) akan dipapatkan juga dalam bentuk kisi-kisi
instrumen dalam bentuk angket (kuisioner).
Kajian teori dibutuhkan untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan
yang telah dipaparkan pada Bab 1, serta untuk mengetahui indikator-indikator apa
saja yang relevan dengan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teori yang kemudian diselaraskan atau disesuaikan
dengan masalah yang muncul.
20
2.2 Konsep Kapasitas
Konsep dalam ilmu pengetahuan adalah menghubungkan apa yang ingin
dijelaskan dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Salah satu konsep di dalam ilmu pengetahuan adalah konsep logika
yang menerangkan sifat hubungan objek pemikiran yang satu dengan objek
pemikiran lainnya dan melahirkan memahaman baru. (Makmur, 2009:126)
Istilah kapasitas memiliki beragam pengertian tergantung siapa yang
mengartikannya dan dalam konteks apa istilah tersebut akan digunakan. Menurut
Morgan dalam Soeprapto (2010:10) mengatakan bahwa:
“kapasitas adalah kemampuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai,
hubungan, perilaku, motivasi, sumber daya, dan kondisi-kondisi yang
memungkinkan setiap individu, organisasi, jaringan kerja/sektor, dan sistem
yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu”.
Selanjutnya, dalam rumusan lain United Nation Development Programme
(UNDP) dalam Soeprapto (2010:12) menyatakan bahwa “Kapasitas dapat
diartikan sebagai kemampuan individu dan organisasi atau unit-unit organisasi
untuk melaksankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif, efisien dan
berkelanjutan”. Kapasitas juga dapat diartikan dalam konteks sistem yaitu suatu
entitas bekerja untuk mencapai tujuan bersama berdasrkan proses dan aturan-
aturan baku tertentu. Lebih lanjut Brown dalam Soeprapto (2010:9)
mendefinisikan “Kapasitas sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-
tujuan yang dicita-citakan”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
21
kapasitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individ, suatu
organisasi atau suatu sistem dalam melaksanakan fungsi-fungsinya secara efektif,
efisien dan berkelanjutan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai
tujuan bersama dalam pembangunan.
2.2.1 Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)
Pengembangan kapasitas (Capacity Building) dalam perkembangannya,
sampai saaat ini dimaknai berbeda-beda oleh para ahli. Alasan ini
dilatarbelakangi karena Capacity Building merupakan konsep yang
universal dan memiliki dimensi yang beragam. Menurut Yap dalam
Gandara (2008:9) bahwa Capacity Building adalah sebuah proses untuk
meningkatkan individu, group, organisasi, komunitas dan masyarakat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu definisi Capacity Building
menurut Grindel dalam Keban (2008:201) lebih khusus dalam bidang
pemerintahan berpendapat bahwa:
“Capacity Building merupakan serangkaian strategi ditunjukan untuk
meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan responsitas dari kinerja
pemerintah, dengan memusatkan perhatian kepada pengembangan
dimensi, sumberdaya manusia, penguatan organisasi dan reformasi
kelembagaan atau lingkungan”.
Berdasarkan definisi diatas terkandung makna suatu upaya yang
berhubungan dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia, upaya untuk
mendorong organisasi agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, serta
upaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh
organisasi agar dapat berfungsi dengan baik.
22
Canadia International Development Agency (CIDA) dan berbagai
lembaga donor lainnya cenderung memberikan pengertian peningkatan
kapasitas sebagai proses dimana para individu, kelompok, organisasi,
institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuan mereka untuk: (1)
Menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Core Fungsion),
memecahkan permasalahan, merumuskan dan mewujudkan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. (2) Memahami dan memenuhi kebutuhan
pembangunan dalam konteks yang lebih luas dalam cara yang berkelanjutan
(UNDP,1998).
Menurut United Nation Development Program (UNDP 1998) dalam
Rohdewohld (2004:3) peningkatan kapasitas dalam pemerintahan terdapat
tiga level atau tingkatan seperti berikut:
Gambar 2.1
Local Governance Capacity
Sumber: Rohdewohld (2004)
23
Dari gambar diatas UNDP’s dalam Rohdewohld (2004) mengatakan:
“The needs assesment syudy identified capacity building needs on the
system leve (i.e. the legulatory framework and enabling national and
regional policies), the enity level (i.e. an individual organitation’s
structures and working mechanisms, it’s relationship with other relevant
organitation, it’s working culture and resources), and the individual
level (i.e. skills and competencies of staff, work ethich)”.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
peningkatan kapasitas pemerintah terdapat tiga tingkat yakni pada tingkat
sistem seperti kerangka kerja yang berhubungan pengaturan, kebijakan-
kebijakan, dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian objektifitas
kebijakan tertentu. Tingkat intitusional atau keseluruhan satuan, seperti
struktur organisasi, proses pengambilan keputusan di dalam organisasi,
prosedur dan mekanisme-mekanisme pekerjaan, penguatan sarana dan
prasarana, hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi. Kemudian
tingkat individu, seperti pengembangan keterampilan individu dan
persyaratan-persyaratan, pengetahuan, kompetensi dari pegawai dan etika
bekerja.
Dilakukannya ketiga tingkatan tersebut secara efektif dan
berkesinambungan maka akan memberikan hasil yang berpengaruh kepada
good governance sehingga dalam pengembangan kapasitas tersebut akan
menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang mampu dalam kapasitas
teknis. Berdasarkan ketiga tingkatan tersebut maka dalam upaya
peningkatan kapasitas aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan
peneliti menjadikan salah satu tingkatan untuk dijadikan dimensi dalam
24
penelitian ini, yakni pada tingkat indivu yang berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan , kompetensi dan etika. Kemudian dari keempat
komponen tingkat individu tersebut peneliti akan menggunakan konsep dari
beberapa teori yang nantinya akan digunakan sebagai parameter dalam
penelitian.
Tingkat pengetahuan menurut Benyamin S. Bloom dalam Kencana
(2011:20) ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif yaitu:
1. Mengetahui (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi atau penerapan (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5. Sintetis (synthetis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
25
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan pada suatu keriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan keriteria-keriteria yang telah ada.
Sedangkan menurut Robert L Katz yang dikutip oleh Ulber Silalahi
(2002:56), mengidentifikasi tipe-tipe dasar keterampilan, yaitu:
1. Keterampilan teknik (technical skills)
Keterampilan teknik merupakan kompetensi spesifik untuk
melaksanakan tugas atau kemampuan menggunakan teknik-teknik,
alat-alat, prosedur-prosedur atau pengetahuan tentang lapangan yang
dispesialisasi secara benar dan tepat dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Keterampilan administratif
Ketermapilan administratif merupakan kemampuan untuk mengurus,
mengatur, dan mencatat informasi tentang pelaksanaan dan hasil yang
dicapai serta bebagai hambatan-hambatan yang dialami maupun
kemampuan mengikuti kebijakan dan prosedur.
3. Keterampilan hubungan manusia
Ketermapilan hubungan manusia adalah kemampuan untuk
memahami dan memotivasi orang lain, sebagai individu atau dalam
kelompok kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan
mensleksi pegawai, menciptakan dan membina hubungan yang baik,
memahami orang lain, member motivasi dan bimbingan dan
mempengaruhi para pekerja, baik secara individual atau kelompok.
4. Ketermapilan konseptual
Keterampilan konseptual adalah kemampuan mengkoordinasi dan
mengintegrasi semua kepentingan-kepentingan dan semua aktifitas-
aktifitas organisasi atau kemampuan mental, menganalisa dan
interpretasi informasi yang diterima dari berbagai sumber. Ini
mencakup kemampuan melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan,
memahami bagaimana hubungan antara unit atau bagian secara
keseluruhan, memahami bagaimana bagian-bagian tergantung pada
yang lain, dan mengantisipasi bagaimana suatu perubahan dalam tiap
bagian akan mempengaruhi keseluruhan kemampuan melihat
gambaran keorganisasian.
5. Keterampilan diagnostik
Keterampilan diagnostik berhubungan dengan kemampuan untuk
menentukan melalui analisa dan pengujian hakekat dan circumstances
26
dari suatu kondisi-kondisi khusus. Singkatnya keterampilan diagnostik
dapat dimaknakan sebagai kemampuan secara cepat mendapatkan
sebab yang benar dari suatu situasi tertentu melalui satu data yang
simpang siur, observasi dan fakta-fakta.
Menurut Wibowo (2007:87) kompetensi karakteristik individu yang
mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Terdapat lima tipe
karakteristik, yaitu:
1. Motiv adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan
orang yang menyebabkan tindakan. Motiv mendorong, mengarahkan
dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap
situasi atau informasi. Seperti halnya kecepatan reaksi dan ketajaman
mata merupakan ciri kompetensi seorang pilot tempur.
3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya
diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam
hampir setiap situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang
spesifik.
5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental
tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk
berpikir analistis dan konseptual.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya kebiasaan atau
watak. Menurut Solomon dalam Kumorotomo (2005:7) etika merujuk
kepada dua hal:
“pertama, etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari
nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya dan
dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang filsafat. Kedua, etika
merupkan pokok permasalahan di dalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu
nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku
manusia”.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan etika merupakan
disipllin ilmu yang mempelajari nilai-nilai atau hukum yang dianut oleh
manusia beserta kebenarannya, namun etika juga bisa menjadi
27
permasalahan ketika nilai-nilai atau hukum-hukum yang dianut untuk
mengatur tingkah laku tidak dijadikan sebagai perilaku atau sikap didalam
kehidupan. Kemudian menurut Carol Lewis dalam Cohen dan Eimicke
(1995) ada lima prinsip yang dijadikan sebagai etika dalam administrasi
publik, yaitu:
1. Obey and Implement the Law atau Taat hukum.
Merupakan kesanggupan seorang untuk menaati segala peraturan
perundang-undangan dan segala peraturan yang berlaku.
2. Serve the Public Interst atau Melayani kepentingan publik.
Yaitu selalu mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan, karena tugas dari aparatur adalah melayani
masyarakat luas sebagai unsur pokok yang mesti dilayani.
3. Avoid doing Harm atau Mencegah bahaya atau kerugian
Artinya menghindari tindakan yang dapat memberi dampak yang tidak
baik atau tindakan penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian.
4. Take Individual Responsibility for the Process and it’s Consequences atau
Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan konsekuensinya
Artinya kesanggupan seorag pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya, tepat pada waktunya dan
berani memikul resiko atas keputusan yang dibuatnya.
5 Treat Incompetence as an Abuse of Office atau Larangan penyalahgunaan
wewenang. Artinya segala wewenang yang diberikan tidak boleh untuk
tujuan lain atau kepentingan pribadi.
2.3 Aparatur, Birokrasi, dan Good Governance
2.3.1 Aparatur
Secara harfiah Aparatur berasal dari kata “aparat” yang berarti alat,
sedangkan kata aparatur sendiri mengandung pengertian alat-alat Negara
sama dengan pegawai. Jadi aparatur adalah alat-alat yang menjalankan
tugas negara. Menurut Makmur (2009:221) aparatur pemerintah adalah
manusia yang memiliki karakteristik, kecakapan, dan kemampuan yang
berbeda-beda antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
28
Menurut Soewarno Handayaningrat (1995:154) aparatur adalah aspek-
aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pemerintah/Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional.
Pengertian aparatur pemerintahan disebut oleh Dharma Setyawan
Salam dalam buku yang berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia
yang menjelaskan bahwa “Aparat pemerintah adalah pekerja yang digaji
pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan
pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”.
(Setyawan, 2004:169).
Dari pendapat tersebut dapat diartikan aparatur merupakan unsur dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan tentunya dapat melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan secara teknis sesuai ketentuan yang berlaku. Dimana
dalam penyelenggaraan pemerintahaan desa terdapat aparatur desa atau
aparatur pemerintah desa yang menjalankan tugas-tugas tersebut.
Peraturan Bupati Serang No. 16 tahun 2015 pasal 1 ayat 9 bahwa yang
dimaksud dengan pemerintah desa adalah Kepala Desa beserta Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. kemudian Badan
Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis. (Perbup Serang No.16 tahun 2015 pasal 1
ayat 11).
29
Jadi pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan BPD.
Selanjutnya dalam perangkat desa adalah pegawai desa yang diangkat dari
penduduk desa yang memenuhi persyaratan oleh kepala desa yang
bertugas sebagai unsur pembantu kepala desa, yang terdiri dari sekertaris
desa dan pelaksana teknis.
Kemudian didalam pasal 3 ayat 1 kepala desa dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh sekertariat desa dan pelaksana teknis. Sekertariat
desa dipimpin oleh sekertaris desa dan dibantu oleh unsur staf yang terdiri
atas:
1. Urusan perencanaan dan pelaporan
2. Urusan keuangan
3. Urusan umum
Urusan keuangan sebagaimana dimaksud dibantu oleh unsur pelaksana
bendahara desa. selanjutnya pelaksana teknis terdiri dari:
1. Seksi pemerintahan
2. Seksi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
3. Seksi kemasyarakatan
Berikut ini adalah struktur organisasi pemerintahan desa berdasarkan
Peraturan Bupati Seranng Nomor 16 Tahun 2015
30
Gambar 2.2
Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Sumber: Peraturan Bupati Serang Nomor 16 Tahun 2015
Berdasarkan struktur organisasi pemerintahan desa tersebut terdapat tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing bagian pekerjaannya, berikut adalah
tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Bupati Serang nomor 16 tahun
2015:
1. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugas tersebut kepala desa berwenang:
Kepala Desa
Kepala Seksi
Pemerintahan
Kepala Seksi
Kemasyarakatan
Sekertaris Desa
BPD
Kepala Urusan
Perencanaan
dan Pelaporan
Kepala Urusan
Umum
Kepala Urusan
Keuangan
Bendahara
Kepala Seksi
Pembangunan dan
Pemberdayaan
masyarakat
31
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
b. Mengankat dan memberhentikan perangkat desa
c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa
d. Menetapkan peraturan desa
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
f. Membina kehidupan masyarakt desa
g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa
h. Membina meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya
agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat desa
i. Mengembangkan sumber pendapatan desa
j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa
l. Memanfaatkan teknologi tepat guna
m. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
Kemudian kepala desa dalam melaksanakan tugasnya berhak:
a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa
b. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan desa
c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan,tunjangan dan menerima lainnya
yang sah
d. Mendapat jaminan kesehatan
e. Mendapat bantuan hukum atas kebijakan yang dilaksakan
2. Sekertaris desa mempunyai tugas pokok membantu kepala desa dalam
menyusun kebijakan umum penyelenggaraan pemerintah desa,
mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi pemerintahan desa, administrasi
perkantoran, administrasi kewilayahan dan administrasi teknis. Sekertariat
desa dipimpin oleh sekertaris desa, dengan membawahi paling banyak terdiri
atas tiga urusan, yaitu:
a. Urusan perencanaan dan pelaporan
b. Urusan keuangan
c. Urusan umum
Kemudian sekertaris desa mempunyai tugas merencanakan
oprasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, mengatur,
mengkoordinasikan, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas
32
kesekertariatan dan bidag teknis, meliputi urusan perencanaan dan pelaporan,
urusan keuangan, urusan administrasi umum, dan memberikan pelayanan
admnistratif kepada kepala desa. dalam melaksanakan tugasnya sekertaris
desa memiliki fungsi:
a. Menyusun rencana kerja pemerintah desa
b. Melaksanakan evaluasi, pengendalian dan pelaporan terhadap
pelaksanaan program kerja
c. Menyiapkan bahan dan data untuk perumusan kebijakan dan petunjuk
oprasional yang dilakukan oleh kepala desa
d. Pengelolaan ketatausahaan, urusan perencanaan, urusan keuangan, urusan
umum, rumah tangga desa dan rumah tangga sekertariat desa
e. Membuat konsep surat, naskah dinas, meneliti konsep surat dan konsep
naskah dinas dari pelaksana teknis
f. Melaksanakan pengadaan perelengkapan, pemeliharaan dan infentarisasi
barang
g. Melaksanakan urusan admnistrasi umu, pembinaan admnistrasi
kepegawaian serta memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada
seluruh perangkat desa
h. Melaksanakan koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksankan oleh
perangkat desa
i. Menyusun rancangan dan mencatat produk hukum desa
j. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa
k. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan aset desa
l. Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, perubahan APB
Desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa
m. Mengatur penyelenggaraan rapat dinas dan upacara
n. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa di bidang
sekertariat desa
o. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa
berhalangan dalam melakukan tugasnya
p. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan
oleh kepala desa
3. Kepala urusan perencanaan dan pelaporan mempunyai tugas pokok
membantu sekertaris desa menyelenggarakan penyusunan rencana, evaluasi
dan laporan kerja pemerintah desa. Dalam melaksanakan tugas pokok kepala
urusan perencanaan dan pelaporan mempunyai fungsi:
33
a. Penyusunan rencana kerja, evaluasi dan pelaporan pemerintah desa
b. Pengumpulan, pengelolaan dan penganalisaan data serta penyajian data
dan informasi potensi desa
c. Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
d. Penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala desa
e. Pengelolaan sistem informasi manajemen data di wilayah desa
f. Pelaksanaan pengendalian, monotoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program kerja pemerintah desa
g. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan
oleh pimpinan
4. Kepala urusan keuangan mempunyai tugas pokok membantu sekertaris desa
dalam melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan
administrasi keuangan dan perbendaharaan desa, serta mempersiapkan bahan
penyusunan APB Desa. Dalam melaksanakan tugas pokoknya kepala urusan
keuangan mempunyai fungsi:
a. Melaksanakan administrasi dan pengelolaan keuangan yang meliouti
pembukuan, pertanggung jawaban, verifikasi dan mempersiapkan data
guna penyusunan dan perhitungan APB Desa
b. Mengadakan evaluasi penilaian pelaksanaan APB Desa dan
mempersiapkan secara periodik program kerja dibidang urusan keuangan
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan penyusunan
dokumen pelaksanaan anggaran
d. Penyusunan laporan hasil kegiatan di bidang admnistrasi keuangan
e. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan
oleh pimpinan
Kepala urusan keuangan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
bendahara desa. bendahara desa sendiri berfungsi sebagai:
a. Menerima, menyimpan, menatausahakan dan membukukan uang/surat
berharga dalam pengelolaannya
b. Melakukan pengujian danpembayaran berdasarkan perintah
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
d. Pelaksanaan pengelolaan bukti-bukti kas dan surat-surat berharga lainnya
e. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dan/atau daerah
dari pembayaran yang dilakukan
f. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban ke kas negara dan/atau
daerah
34
g. Mengelola rekening tempat penyimpanan
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada kepala desa
5. Kepala urusan umum mempunyai tugas pokok melaksanakan admnistrasi
umum, tata usaha, kearsipan, pengelolaan inventarisasikekayaan desa/aset
desa, perlengkapan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan
admnistrasi umum pemerintahan desa. Dalam melaksanakan tugasnya kepala
urusan umum memiliki fungsi:
a. Melaksanakan pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat
keluar serta tata kearsipan
b. Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan desa/aset desa
c. Pelaksanaan pengelolaan admnistrasi umum
d. Penlaksanaan penyediaan, penyimpanan, pendistribusian alat tulis kantor
serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor
e. Mengatur rumah tangga pemerintah desa
f. Mengelola admnistrasi kepegawaian
g. Memberikan pelayanan admnistrasi kesekertariatan
h. Melaksanakan dan melaporkan tugas-tugas lainnya yang di berikan oleh
pimpinan
6. Kepala seksi pemerintahan mepunyai tugas pokok menyusun rencana,
melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan biadang
pemerintahan desa. Dalam melaksanakan tugas pokoknya kepala seksi
pemerintahan mempunyai fungsi:
a. Menyususn rencana kerja, program kerja dan anggaran seksi
pemerintahan sebagai pedoman pelaksanaan tugas
b. Menyusun sasaran yang hendak dicapai pada seksi pemerintahan
betdasarkan skala prioritas sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Memberikan saran dan masukan kepada kepala desa melalui sekertaris
tentang langkah-langkah yang perlu diambil dalam bidang tugasnya
d. Menyelnggarakan pemerintahan umum
e. Melaksanakan admnistrasi kependudukan dan catatan sipil
f. Melaksanakan admnistrasi pertanahan yang menjadi urusan pemerintah
desa
g. Menyiapkan bahan pelaksanaan rapat koordinasi pemerintahan desa
h. Memfasilitasi penataan maupun batas perselisihan wilayah desa
35
i. Menyiapkan bahan evaluasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya
j. Pembinaan dan fasilitasi admnistrasi kewilayahan
k. Menyiapkan bahan dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
kepala desa
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
7. Kepala seksi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas
pokok menyusun rencana, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil
kegiatan bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam
melaksanakan tugasnya kepala seksi pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat memilki fungsi:
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran seksi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat sebagai pedoman pelaksanaan tugas
b. Menyusun sasaran yang hendak dicapai pada seksi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat berdasarkan skala prioritas sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas
c. Menyusun program kerja yang meliputi penyelenggaraan pembinaan
perekonomian masyarakat desa, perkreditan rakyat, perkoperasian,
pertenakan, perkebunan, pertanian, hutan desa, perikanan, industri kecil,
usaha informal, peningkatan produksi desa
d. Menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP
Desa) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
e. Melaksanakan program dan kegiatan dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat dibidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
f. Memelihara prasaran dan saranan di lingkungan desa
g. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat kepada kepala desa
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
8. Kepala seksi kemasyarakatan mempunyai tugas menyusun rencana kerja,
melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan bidang
kemasyarakatan.Dalam melaksanakan tugasnya kepala seksi kemasyarakatan
mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran seksi kemasyarakan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas
36
b. Menyusun sasaran yang hendak dicapai pada seksi kemasyarakatan
berdasarkan skala prioritas sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Mempersiapkan bahan penyusunan program, pembinaan pelayanan
pendidikan, kesehatan masyarakat, peranan wanita, keluarga berencana
(KB), kepemudaan, olahraga, kesenian dan kebudayaan, peningkatan
sumber daya masyarakat, pembinaan kehidupan keagamaan, bantuan
bencana alam, dan bantuan sosial
d. Memfasilitasi kegiatan organisasi sosial/kemasyarakatan dan Lembaga
Swadaya Mayarakat (LSM) dan lembaga kemsyarakatan lainnya
e. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program bidang
kemasyarakatan kepada kepala desa
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
Sumber: Peraturan Bupati Serang Nomor 16 Tahun 2015
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, aparatur adalah pegawai
negara, pejabat negara, yang melaksanakan tugas dan fungsinya. Aparatur
pemerintah sebagai abdi negara berarti melaksanakan kewajibannya dan
mewujudkan tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 Alenia Keempat, sedangkan sebagai abdi masyarakat, aparatur
pemerintah harus dapat mendengarkan, menghimpun dan menelusuri setiap
aspirasi dan keinginan masyarakat untuk kemudian disalurkan kepada
pemerintah. Oleh karena itu dalam menjalankan fungsinya, aparatur
pemerintah mempunyai tugas ganda yaitu mengabdi kepada kepentingan
Negara dan masyarakat. Salah satu bentuk pengabdian kepada negara adalah
dengan menjalankan penyelenggaran pemerintahan dengan baik sehingga
tujuan dalam penyelenggaraan tersebut terselenggara dengan baik.
2.3.2 Birokrasi
Secara eptimologis istilah birokrasi berasal dari bahasa Yunani:
Bureau, yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat.
37
Istilah ini sudah menjadi kosakata internasional. Menurut Peter dan
Marshal dalam Kumorotomo (2005:74) mengatakan:
“Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara
mengoordinasikan secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak
orang”.
Birokrasi mula-mula dibentuk supaya keputusan-keputusan pemerintah
dapat dilaksanakan dengan sistematis melalui aparat-aparat negara.
Keputusan-keputusan politis hanya akan bermanfaat bagi setiap warga
negara jika pemerintah mempunyai birokrasi yang tanggap, sistematis dan
efisien.
Birokrasi menurut Max Weber dalam Said (2010:2) mengatakan
Birokrasi adalah sistem administrasi rutin yang dilakukan
dengankeseragaman diselenggarakan dengan cara-cara tertentu, didasarkan
aturan tertulis, oleh orang-orang yang berkompeten dibidangnya.
Sedangkan menurut Rod Hague dalam Said (2010:2) mengatakan bahwa
birokrasi adalah institusi pemerintahan yang melaksanakan tugas negara.
“the bureaucracy is the institutions that carries out the function and
resposibilities of the state. It is the engine-room of the state”. Kemudian
menurut Prethus (1960) dalam Said (2010:4) mengatakan birokrasi adalah
suatu sistemkewenangan, kepegawaian, jabatan, dan metode yang
dipergunakan pemerintah untuk melaksanakan program-programnya.
Dibawah ini merupakan kriteria birokrasi menurut Max Weber dalam Said
38
(2010:5) kemudian merumuskan delapan proporsitentang penyusunan
sistem otoritas lega, yakni:
a. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang
berkesinambungan.
b. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang yang berbeda sesuai
dengan fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat
tertentu.
c. Jabatan tersusun secara hierarkis, yang disertai dengan rincian hak-
hak kontrol dan pengaduan (complaint).
d. Aturan disesuaikan dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis
maupun legal.dalam hal tersebut, manusia menjadi diperlukan.
e. Anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota
sebagai individu pribadi.
f. Pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya.
g. Administrasi didasarkan pada dokumen tertuli dan hal ini
cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi
modern.
h. Sistem otoritas legal memiliki berbagai bentuk, tetapi dilihat pada
aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi
birokratik.
Untuk mendukung pernyataan menurut Weber maka dijelaskan unsur-
unsur birokrasi menurut Said (2010:96) unsur-unsur birokrasi itu menjadi
5 unsur utama dari birokrasi, yaitu:
1. Struktur organisasi birokrasi
2. Visi dan misi organisasi birokrasi
3. Personel atau pejabat birokrasi
4. Fasilitas pendukung birokrasi
5. Kepemimpinan birokrasi
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa birokrasi adalah jajaran keseluruhan pemerintahan negara yang bisa
dikenal sebagai abdi masyarakat yang menjalankan sistem adminisrasi
sebagai salah satu negara atau dengan kata lain birokrasi merupakan alat
pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
39
2.3.3 Good Governance
Deklarasi Seoul tempat bertemunya pemimpin pemerintahan dan
akademisi dunia tanggal 27 Mei 2005 dalam Thoha (2011:82)
menyatakan:
“Good governance requires an appropriate level of decrntralization,
innovation and development of local goverment. Local administration
can be made more effective and autonomous throughthe promotion of
administrative and financial decentralization of goverment, and result-
base performance management”.
Suatu tata pemerintahan yang baik itu bisa dicapai jika dipenuhi suatu
tingkat desentralisasi, inovasi dan pembangunan pemerintahan daerah
yang memadai. Administrasi dan otonomi pemerintahan daerah bisa
mewujudkan lebih efektif melalui peningkatan desentralisasi baik
administratif maupun finansial, digitalisasi pemerintahan, dan tata
manajemen yang berdasarkan hasil. Menurut UNDP (1997) dalam Thoha
(2005:64) ada tiga komponen good governance yakni:
Gambar 2.3
Komponen Good Governance
Sumber: UNDP (1997) dalam Thoha (2005:64)
Pemerntahan
atau Negara
Sektor
Swasta
Rakyat
40
Di dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, komponen rakyat
harus memperoleh peran yang utama. Hal ini didorong oleh suatu
kenyataan bahwa dalam sistem yang demokratis itu kekuasaan tidak lagi
hanya berada dipenguasa,melainkan berada ditangan rakyat. Oleh karena
itu peran rakyat oleh administrasi publik difasilitasi berada pada posisi
yang menentukan dalam konstelasi keseimbangan tersebut. Demikian juga
peran sektor swasta atau business sangat mendukung terciptanya proses
keseimbangan kekuasaan yang berlangsung dalam tata kepemerintahan
yang baik. Dalam suatu sistem administrasi publik yang kurang
memperhatikan proses keseimbangan ini, suatu ketika peran sektor swasta
ini bisa berada di atas. Hal ini bisa terjadi jika pembuat kebijakan publik
dalam sistem administrasi publik terkolusi dan tergoda untuk memberikan
akses yang longgar kepada konglomerat atau para usahawan swasta,
keadaaan seperti ini akan memberikan warna yang jelas terhadap corak
dari sistem dan tata kepemerintahan yang kolusi dan nepoti. Hal lain juga
bisa terjadi, jika kekuasaan negara melebihi dari tata keseimbangan antara
tiga komponen tersebut.
2.4 Konsep Efektivitas
2.4.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
41
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan
mempunyai kaitan yang erat dengan efesiensi. Setiap organisasi
mempunyai tujuan. Tujuan yang dicapai selalu berorientasi pada efektif
dan efesien. Efektivitas umumnya disebut sebagai tingkat sampai dimana
tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dicapai atau dapat
dikatakan efektif itu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan.
Sedangkan efesiensi diarahkan pada pendayagunaan waktu, biaya, dan
cara untuk mencapai tujuan.
Menurut Mahmudi (2005:92) menjelaskan efektivitas sebagai berikut:
“Efektivitas merupakan hubungan yang terdapat antara output dengan
tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau
kegiatan”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
merupakan hubungan antara output dan tujuan, ketika suatu organisasi
memiliki banyak output dari suatu yang dilakukannya dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut maka semakin besar pula tingkat efektivitasnya.
Menurut James A.F. Stoner,et al, dalam Nawawi (2013:190)
menjelaskan efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan
tertentu yang ingin dicapai (doing the right thing) . Jadi jika tujuan atau
sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
pekerjaan itu tidak efektif.
42
Selanjutnya ditinjau dari ketepatan waktu, maka menurut Siagian
(2002:171), efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan
sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan
berbagai kegiatan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik
atau tidak adalah sangat tergantung bila mana tugas tersebut diselaikan dan
tidak terutama menjawan pertanyaan tentang bagaimana melaksanakannya
serta biaya yang dikeluarkan untuk itu.
Sedangkan bila ditinjau dari aspek manfaat dan kemampuan melakukan
tugas, maka menurut Arouf (Sedarmayanti, 2000:183) efektifitas adalah
berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal dengan
pencapaian kualitas, kuantitas dan waktu. Suatu tujuan atau sasaran yang
telah tercapai sesuai dengan rencana adalah efektif, tetapi belum tentu
efesien. Suatu pekerjaan pemerintah sekalipun tidak efesien dalam arti
input dan output, tetapi tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab
mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan
masyarakat banyak, baik politik, ekonomi maupun sosial.
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari berbagai pengertian
efektivitas menurut para ahli diatas, secara ringkas bahwa efektivitas
merupakan suatu ukuran dalam pencapaian tujuan, ukuran tersebut dapat
dilihat dari segi waktu, kualitas, manfaat dan kemampuan yang telah
dicapai. Apabila ukuran tersebut sesuai dengan tujuan maka dapat
dikatakan efektif.
43
2.4.2 Ukuran Efektivitas
Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran
(output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk
dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan.
Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil
(outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan
tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil.
Steers dalam Tangkilisan (2005:140-141) mengemukakan lima
kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:
1. Produktivitas
2. Kemampuan adaptasi atau fleksibelitas
3. Kepuasan kerja kemampuan berlaba
4. Pencarian sumber daya
Sementara Gibson et al. Dalam Tangkilisan (2005:141) mengatakan
bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur sebagai berikut:
1. Kejelasan tujuan yang akan dicapai, yaitu kejelasan tujuan yang
hendak dicapai, namun dengan efektivitas organisasi dari sudut
pencapaian tujuan, dalam pengertian sebagai misi terakhir, adalah
pekerjaan yang sulit karena sering tujuan tidak dapat ditentukan
dengan pasti.
2. Kejelasan strategi dalam pencapaian tujuan, adalah adanya
kejelasan strategi untuk melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer
tidak tersesat dalam mencapai tujuan.
3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap, hal ini
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai atau strategi yang
telah ditetapkan, artinya kebijakan harus mampu menjembatani
tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.
4. Perencanaan yang matang, pada hakikatnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
44
5. Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih
perlu dijabarkan program-program pelaksanaan yang tepat, sebab
apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman
bertindak dan bekerja.
6. Tersedianya sarana dan prasarana, yaitu faktor lain yang
menunjang efektivitas adalah tersedianya sarana prasarana.
7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik,
sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
Oleh karena itu, dalam mengukur efektivitas suatu organisasi
pemerintahan, akan dilihat sejauh mana atau seberapa besar kemampuan
organisasi pemerintahan dalam melakukan inovasi, kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, kemampuan organisasi dalam
mengambil pelajaran, baik dari kegagalan maupun keberhasilan, dan
kapasitas organisasi itu untuk mengatur perubahan-perubahan yang terjadi
dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui penerapan secara optimal
fungsi-fungsi pemerintahan.
2.4.3 Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi mempunyai banyak pengertian, tergantung
bagaimana cara kita memandangnya, sehingga mengandung pengertian
yang multidimensi. Sesuatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan
melihat sejauh mana organisasi tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Organisasi yang dimaksudkan bisa berasal dari pemerintahan
ataupun organisasi diluar pemerintahan. Efektivitas merupakan salah satu
pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi.
45
Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada
sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Stoner dalam Tangkilisan (2005:138), menekankan pentingnya
efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan
efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Sedangkan
Georgopualos dalam Tangkilisan (2005:139) mengatakan bahwa:
“Efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana organisasi yang
merupakan suatu sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana
tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan
dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-
anggotanya”.
Konsep diatas menunjukan pada pencapaian tujuan organisasi,
sedangkan bagaimana cara mencapai tingkat efektivitas diungkapkan oleh
Argris dalam Tangkilisan (2005:139) bahwa:
“efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara
optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga
manusia”.
Disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi menunjuk
pada tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-
fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber daya yang ada.
Suatu bentuk organisasi yang dapat dikatakan efektif itu apabila dapat
tercapai tujuan dari organisasi itu dengan tepat waktu dan tepat guna.
46
Sudarmo dan Mulyono mengemukakan efektivitas organisasi adalah
sebagai berikut:
“Efektivitas organisasi harus mampu menggambarkan hubungan
timbal balik yang harmonis antara organisasi dengan lingkungannya
yang lebih luas. Efektivitas organisasi juga adalah suatu organisasi itu
mampu bertahan dan hidup terus dalam lingkungannya, sehingga
kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan merupakan ukuran
terakhir atau ukuran jangka panjang mengenai efektivitas organisasi”.
Sudarmo dan Mulyono (2001:128)
Robbins (2006:51) menyatakan efektivitas organisasi adalah sebagai
berikut: Dalam upaya menyelenggarakan aktivitas organisasi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi efektiviatas, yaitu:
1. Adanya suatu tujuan yang jelas
2. Sumber daya manusia
3. Struktur organisasi
4. Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat
5. Adanya sistem nilai yang dianut
Ada banyak rangkaian kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas organisasi seperti yang dikemukakan diatas, tetapi untuk
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keriterianya sangatlah
sulit karena harus melihat pada hasil-hasil penelitian terdahulu.
Menurut Steer dalam Tangkilisan (2005:151-155) ada empat faktor
yang berpengaruh terhadap efektivitas organisasi, yaitu:
1. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi.struktur
diartikan sebagai hubungan yang relatif tetap sifatnya, merupakan
cara suatu organisasi menyusun orang-orangnya untuk menciptakan
sebuah organisasi. Teknologi menyangkut mekanisme suatu
organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi.
2. Karakteristik lingkungan
47
Karakter lingkungan ini mencakup dua aspek, yaitu internal dan
eksternal. Lingkungan internal dikenal sebagai iklim organisasi,
yang meliputi macam-macam atribut lingkungan yang mempunyai
hubungan dengan segi-segi dan efektivitas, khususnya atribut yang
diukur pada tingkat individual. Lingkungan eksternal adalah
kekuatan yang timbul dari luar batas organisasi, yang
mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi
seperti kondisi ekonomi, pasar, dan peraturan pemerintah.
3. Karakteristik pekerja
Karakteristik pekerja berkaitan dengan peranan perbedaan individu
para pekerja dalam hubungannya dengan efektivitas. Para individu
pekerja mempunyai pandangan yang berlainan, tujuan dan
kemampuan yang berbeda-beda pula. Variasi sifat pekerja inilah
yang menyebabkan perilaku orang berbeda satu sama lain.
Perbedaan tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap
efektivitas organisasi. Dua hal tersebut adalah rasa keterikatan
terhadap organisasi dan prestasi kerja individu.
4. Kebijakan dan praktik manajemen
Manajer memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu
organisasi melalui perencanaan, koordinasi, dan memperlancar
kegiatan ke arah yang menjadi sasaran. Kebijakan yang baik adalah
kebijakan tersebut secara jelas membawa kita kearah tujuan yang
kita inginkan.
2.5 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah demokratisasi dan keadilan,
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, kesesuaian hubungan
pusat dan daerah, meningkatkan kemandirian daerah dengan meletakan
otonomi daerah yang luas dan utuh pada kabupaten atau kota. Penyelenggaraan
pemerintahan desa tidak terpisahkan dari penyelenggaraan otonomi daerah dan
pemerintahan desa merupakan unit terdepan dalam pelayanan kepada
masyarakat menjadi tonggak strategis untuk keberhasilan semua program
Menurut Sarundajang (2005:82) bahwa tujuan pemberian otonomi daerah
setidak-setidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai berikut:
48
1. Dari segi politik adalah untuk mengikutsertakan , menyalurkan inspirasi dan
apresiasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun untuk
mendukung politik dan kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan
dalam proses demokrasi di lapisan bawah.
2. Dari segi manajemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan
penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam
berbagai bidang kebutuhan masyarakat.
3. Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat, dengan melakukan usaha
pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga masyarakat makin
mandiri, dan tidak terlalu banyak bergantung pada pemberian pemerintah
serta memilik daya saing yang kuat dalam proses penumbuhannya.
4. Dari segi ekonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan
program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin
meningkat.
Berdasarkan tujuan penyelenggaraan otonomi daerah tersebut,
penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan salah satu bentuk tujuan dari
pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dimana penyelenggaraan pemerintahan
desa bertujuan untuk mengikutsertakan, menyalurkan inspirasi dan apresiasi
masyarakat, memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan memperluas
jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat,
pemberdayaan (empowerment) masyarakat, melancarkan pelaksanaan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat.
Menurut Ndraha (2003:66) menyatakan bahwa:
“Berjalannya pemerintahan daerah secara efesien dan efektif sangat
ditentukan oleh penyelenggaraan pemerintahan desa yang efektif karena di
level pemerintahan inilah fungsi pelayanan, fungsi pemberdayaan, dan
fungsi pembangunan pemerintahan daerah yang nyata dan faktual
dibandingkan dengan pemerintahan kabupaten dan kecamatan”.
Dari pendapat tersebut maka, jika dilihat dari sistem pemerintahan
Indonesia, pemerintahan desa merupakan level yang paling lemah. Sedikit saja
49
terjadi perubahan kebijakan pemerintahan dan pembangunan, yang paling tidak
siap dalam menghadapi perubahan itu adalah pemerintahan desa. Menurut
Makmur (2008:7) mengatakan bahwa:
“Pada saat ini dapat dilihat hubungan kekerabatan dan kekeluargaan antara
masyarkat desa dan pemerintahan desa telah bergeser menjadi hubungan
berdasarkan kepentingan sehingga budaya kebersamaan, gotong royong,
ikatan tradisional, dan iuran warga desa yang dahulu begitu kental sudah
sukar dijalnkan. Kondisi ini menjadi semakin lemah dengan kondisi aparat
desa yang kemampuannya sangat rendah, kewenangan pemerintah desa
yang terbatas, dan kurangnya dukungan dana dan fasilitas dari
pemerintahan tingkat atas”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
menyatakan Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Tangkilisan (2005:34) dikatakan bahwa:
“Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang efektiv dan efisien,
dibutuhkan tingkat desentralisasi yang tinggi. Desentralisasi dalam tingkat
atau derajat yang tinggi menimbulkan konsekuensi kebutuhan untuk
membangun daerah-daerah otonom yang memiliki tingkat kemandirian
yang tinggi pula”.
Jadi penyelenggaraan pemerintah akan berjalan dengan efektif dan efisien
apabila tingkat desentralisasi itu tinggi, karena dengan adanya desentralisasi
dapat menumbuhkan kemandirian daerah secara tidak langsung daerah
tersebut dapat menciptakan kemandiriannya. Namun dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan (Manejemen Pemerintahan), menurut
Tangkilisan (2005:34-36) Penyelenggaraan pemerintahan harus dilaksanakan
dengan memperhatikan asas-asas pemerintahan yang baik, yaitu:
50
1. Kepastian Hukum, setiap tindakan yang dilakukan oleh aparat
pemerintah harus berdasarkan pada hukum yang berlaku. Semua
tindakan juga berimplikasi pada hukum. Oleh karena itu hukum harus
dijadikan pegangan dan pedoman dalam menentukan cara berperilaku.
2. Keadilan dan Kewajaran, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sehubungan dengan tugas yang dilakukan harus bersifat adil dan wajar
secara proposional. Yang dimaksud dengan adil adalah suatu perlakuan
yang seharusnya diberikan sesuai dengan hukum yang menaunginya
dan pelayanan yang harus diberikan. Yang dimaksud dengan wajar
adalah bahwatindakan yang dilakukan tidk berlebihan dan tidak juga
menyepelekan.
3. Kesamaan, pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah tidaklah
diskriminatif berdasarkan perasaan suka atau tidak suka.
4. Permainan yang Layak, aturan yang diberlakukan kepada setiap warga
negara mengikuti pertimbangan hukum yang wajar, tidak memberatkan.
5. Cermat, ketelitian dalam pelaksanaan tugas harus dilaksanakan agar
terhindar dari masalah dikemudian hari.
6. Keseimbangan, tindakan yang dilakukan harus dipertimbangkan dari
berbagai segi secara sinergis. Tidak ada yang dirugikan.
7. Pengharapan yang Wajar, imbalan yang didapat dari suatu pekerjaan
sudah mempunyai ukuran yang baku.
8. Motivasi Keputusan, setiap keputusan memiliki motivasi yang
mendorongnya, baik yang bersifat preventif, problem sloving, atau
proaktif.
9. Kebijaksanaan, situasi dan kondisi yang berbeda-beda menyebabkan
perlunya kemmapuan untuk mengadaptasikan suatu tindakan terhadap
lingkungan setempat.
10. Penyelenggaraan Kepentingan Umum, pelayanan pemerintah terutama
ditujukan kepada kepentingan umum didahulukan dari pada
kepentingan kelompok, golongan atau pribadi.
11. Perlindungan atas Pandangan Hidup, setiap warga negara mempunyai
hak atas pandangan hidupnya.
12. Koordinasi dan Kesatuan Arah, segenap tindakan yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah haruslah ditujukan kesatu arah, yaitu tujuan negara.
Pembagian kerja hanylah merupakan suatu usaha untuk pelaksanaan
kerja yang efektif dan efisien.
Menurut Widjaja (2003:3) menyatakan Penyelenggaraan pemerintahan
desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Dari pengertian tersebut sistem penyelenggaraan
51
pemerintahan sendiri adalah adanya otonomi daerah yang tujuannya adalah
mensejahterakan masyarakat.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
24 Penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas:
a. Kepastian hukum
b. Tertib penyelenggaraan pemerintahan
c. Tertib kepentingan umum
d. Keterbukaan
e. Porposionalitas
f. Profesionalitas
g. Akuntabilitas
h. Efektivitas dan efesiensi
i. Kearifan lokal
j. Partisipatif
Fenomena penyeleggaraan pemerintahan desa menarik untuk disorot
karena merupkan level penyelenggaraan pemerintahan yang kurang tersentuh
dari perhatian dan kepedulian pemerintah tingkat atas terhadap berbagai
kelemahan pemerintahan desa dan hanya menjadi sentral dari berbagai
kebijakan dan peraturan pemerintah.
2.6 Penelitian Terdahulu
Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil
penelitian terdahulu, dengan adanya penelitian terdahulu ini diharpkan akan
mampu memecahkan maslah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
memakai dua penelitian terdahulu, yaitu:
1. Penelitian dengan judul Kinerja Aparatur Desa dalam Penyelnggaraan
Pemerintahan Desa di Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir
52
Kabupaten Tana Tidung yang merupakan jurnal dari Jaitun Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman 2013. Tujuan penelitian
tersebut untuk mengetahui tentang kinerja aparatur desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa terutama dalam hal kerjasama,
kedisiplinan, kreatifitas, tanggung jawab serta mengidentifikasi faktor-
faktor pendukung dan penghambat kinerja aparatur desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Teori yang digunakan dalam peneliti
ini adalah teori kinerja meliputi: kerjasama, kedisiplinan, kreatifitas, dan
tanggung jawab. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian tersebut adalah kerjasama aparatur desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sudah cukup baik, karena selalu
mengedepankanmusyawarah dan memberikan informasi kepada rekan
kerjanya yang lain. Kedisiplinan aparatur desa hanya dapat dilihat dari
keseragaman dinasnya saja, tidak dalam pelaksanaan tugasnya yang
kurang disiplin dan tidak adanya sanksi terhadap pelanggaran kedisiplinan
tersebut. Sedangkan kreatifitas dan tanggung jawab desa sudah berjalan
dengan baik. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada tema mengenai
penyelenggaraan pemerintahan desa. sedangkan perbedaan dalam
penelitian ini terlihat dari metode penelitian dan lokus penelitian.
2. Penelitian dengan judul Pengaruh Kemampuan Aparatur Desa Terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan Desa di Desa Keupok
Kabupaten Aceh Utara. penelitian tersebut merupakan skripsi dari Sahlan
Sahputra Universitas Sumatera Utara 2008. Tujuan dari penelitian tersebut
53
untuk mengetahui kemampuan aparatur desa dalam melaksanakan
program pembangunan desa, untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan
program pembangunan desa, dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kemampuan aparatur terhadap efektivitas pelaksanaan program
pembangunan desa. Sedangkan metode penelitiannya adalah korelasional
dengan pendekatan kuantitatif. Hipotesis alternatifnya adalah terdapat
pengaruh yang positif antara kemampuan aparatur denagn efektivitas
pelaksanaan program pembangunan desa pada program BBR-P2FM di
desa keupok nibong kabupaten aceh utara. Hasil dari penelitian tersebut
adalah kemampuan aparatur telah memenuhi kriteria dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan dengan persentase 56%. Sedangkan
efektivitas pelaksanaan program pembangunan pada kategori tinggi
dengan persentase 56%. Berdasarkan analisis korelasi terdapat pengaruh
yang positif antara kemampuan aparatur terhadap efektivitas pelaksanaan
program pembangunan, dan berdasarkan perhitungan koefisien
determinasi adanya hubungan sebesar 58%. Persamaan dari penelitian ini
ada pada tema tentang kemampuan aparatur desa, metode penelitian dan
hipotesis. Sedangkan perbedaannya adalah terdapat pada teori yang
digunakan, dan lokus penelitian.
54
2.7 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan alur berfikir peneliti dalam penelitian, untuk
mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan
peneliti maka dibuatlah kerangka berfikir yang mengacu pada identifikasi
masalah yang dijabarkan pada bab 1 dan akan dikupas dengan teori yang
dijabarkan pada bab 2 dan akan dihasilkan kesimpulan yang akan memberikan
manfaat. Dibawah ini adalah kerangka berfikir dari peneliti Pengaruh
Kapasitas Aparatur Tersshadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa (Studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang).
Penyelenggaraan pemerintah desa tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
otonomi daerah dan pemerintahan desa merupakan unit terdepan dalam
pelayanan kepada masyarakat dan menjadi tonggak strategis untuk
keberhasilan semua program. Secara historis desa merupakan cikal bakal
terbentuknya rakyat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum
negara bangsa ini terbentuk.
Kondisi obyektif di lapangan menunjukan bahwa desa-desa secara umum
masih berada pada kondisi tertinggal baik dibidang pendidikan, kesehatan dan
ekonomi dengan sulitnya lapangan pekerjaan. Upaya meningkatkan
kemampuan aparatur daerah pedesaan di era otonomi daerah sekarang ini
merupakan langkah penting dan strategis yang perlu dicermati dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan dalam pelaksanaan tersebut
bagaimanapun akan memberikan sumbangan serta andil yang sangat besar,
55
baik dalam rangka upaya pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh desa dan masyarakat desa sendiri dalam menunjang berhasilnya
penyelenggaraan otonomi daerah. Seperti halnya kapasitas aparataur dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu ini
bukan tanpa masalah. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan
beberapa masalah yaitu: (1) Rendahnya pengetahuan aparatur desa mengenai
tugas pokok dan fungsi bidang masing-masing. (2) Rendahnya keterampilan
aparatur desa dalam penggunaan teknologi (komputer). (3) Pembangunan fisik
desa belum maksimal. (4) kewenangan yang diberikan kepada pemerintah desa
dalam rangka meningkatkan PADes seperti menggali potensi desa belum
dimanfaatkan secara optimal.
Peneliti menggunakan konsep kemampuan sebagai variabel X. Pada
Kapasitas, peneliti menggunakan konsep kapasitas menurut United Nations
Development Program (UNDP) terdiri dari empat Indikator yaitu pengetahuan
menurut Benyamin S. Bloom, keterampilan menurut Robert L Katz
Kompetensi menurut Wibowo dan Etika menurut Kumorotomo. Dari keempat
masing-masing dimensi tersebut terdapat beberapa indikator yang akan
digunkan sebagai frame work atau kerangka pemikiran, sehingga teori tersebut
diharapkan dapat mengetahui seberapa besar tingkat kapasitas aparatur
terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan
kramatwatu. Sedangkan konsep efektivitas sebagai variabel Y. Pada
efektivitas, peneliti menggunakan konsep efektivitas menurut Gibson el at.,
Steer, dan Tangkilisan. Dari ketiga konsep tersebut peneliti akan digunakan
56
sebagai parameter penelitian.Dari teori efektivitas tersebut diharapkan dapat
mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
desa diwilayah kecamatan kramatwatu. Kemudian hasil dari kedua konsep
tersebut dapat mengetahui adanya pengaruh antara kapasitas aparatur terhadap
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan
kramatwatu Kabupaten Serang.
19
19
2.8 Hipotesis
Sugiyono (2012:64) mengatakan bahwa hipotesis merupkan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Berdasarkan
permasalahan penelitian diatas maka peneliti merumuskan hipotesa terhadap
penelitian ini sebagai berikut:
Ha: ρ ≠ 0 ; Terdapat pengaruh antara Kapasitas Aparatur terhadap Efektivitas
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Wilayah Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang.
Ho: ρ = 0 ;Tidak Terdapat pengaruh antara Kapasitas Aparatur terhadap
Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Wilayah
Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.
Jadi, bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut di atas, maka penulis
merumuskan hipotesis, “Terdapat pengaruh antara Kapasitas Aparatur
terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Wilayah
Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang”.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan dan mengola data penelitian Arikunto (2002:136). Metode yang
digunakan peneliti dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode kuantitatif
dengan pendekatan asosiatif. Metode kuantitatif bertujuan untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007:29). Sedangkan pendekatan
asosiatif digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007:228).
3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini mencakup keilmuan sosial dan politik khususnya
pada lingkup administrasi negara. Pada penelitian ini, peneliti meneliti mengenai
pengaruh kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggraan pemerintahan
desa di wilayah kecamatan kramatwatu Kabupaten Serang.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah kantor desa yang berada diwilayah
kecamatan kramatwatu Kabupaten Serang, peneliti memilih lokasi tersebut karena
60
ingin mengetahui bagaimana hubungan antara kapasitas aparatur terhadap
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Variabel dari penelitian ini adalah kapasitas aparatur sebagai variabel
X atau variabel bebas dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai variabel Y atau variabel terikat.
“Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilai-
nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, sedangkan variabel
terikat (dependent variable) adalah variabel yang nilainya bergantung
pada variabel lainnya”. (Hasan, 2011:227)
Menurut peneliti teori yang dapat diujikan untuk mengetahui pengaruh
kemampuan aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
desa di wilayah kecamatan kramatwatu adalah teori dari UNDP,
Benyamin S.Bloom, Robert L Ketz, Wibowo & Carol Lewis sebagai
varibel X dan teori dari Gibson, Steer & Tangkilisan sebagai variabel Y.
Dari teori tersebut diharapkan dapat mengetahui seberapa signifikan
pengaruh kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu kabupaten serang.
61
3.4.2 Oprasional Variabel
Suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara
memberi arti, atau memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan
oprasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi
oprasional yang diukur memberikan gambaran bagaimana variabel
tersebut diukur (Nazir, 2005:126).
Tabel 3.1
Indikator Variabel X
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor
Pertanyaan
Vriabel X
(Kapasitas
Aparatur)
UNDP,
Benyamin
S.Bloom,
Wibowo &
Kumorotomo
1. Pengetahuan a. Mengetahui
b. Aplikasi
1-4
2. Keterampilan
a. Keterampilan teknik
b. Keterampilan hubungan
manusia
c. Keterampilan diagnostik
5-11
3. Kompetensi a. Motiv
b. Konsep diri 12-15
4. Etika
a. Bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan
konsekuensinya
b. Larangan penyalahgunaan
wewenang
16-20
Sumber: Peneliti 2016
62
Tabel 3.2
Indikator Variabel Y
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor
pertanyaan
Vriabel Y
(Efektivitas) Gibson,
Steer & Tangkilisan 1. Kepastian hukum
a. Adanya pedoman dalam
penyelenggaraan
pemerintahan desa
b. Kepatuhan
1-3
2. kebijakan dan
praktik manajemen
a. ketepatan penyelenggaraan
pemerintahan desa
b. pemanfaatan sumber daya
4-6
3. Penyelenggaraan
kepentingan umum
a. Proses penyelenggaraan
pemerintahan desa
b. Kepentingan masyarakat
7-9
4. Tersedia sarana
dan prasarana
a. Biaya dan kelembagaan
b. Sarana pemeberdayaan 10-12
5. Koordinasi dan
kesatuan arah
a. Pembagian kerja
b. Keserasian 13-15
6. Sistem
pengawasan dan
pengendalian yang
bersifat mendidik
a. Adanya sistem pengawasan
b. Pengendalian yang bersifat
mendidik
16-18
Sumber: Peneliti 2016
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam metode penelitian kuantitatif, tentunya sangat berbeda dengan
penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen adalah peneliti itu sendiri, sedangkan dalam penlitian kuantitatif
umumnya peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) yang mengumpulkan
data.
63
Menurut Emory dalam Sugiyono (2009:102) pada prinsipnya meneliti
adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial atau alam. Meneliti
dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari
pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah
laporan juga dapat dinyatakan sebagai penelitian.
Dengan penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data
berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitaif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala.
Peneliti menggunakan teknik pengumpul data yang terdiri dari beberapa
teknik yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-
fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b. Kuisioner
Menurut Sugiyono (2009:142) kuisioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis
kepada respondend untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukurdan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
64
Dalam penelitian ini, pengukuran yang digunakan untuk mengukur
variabel adalah skala pengukuran instrumen dengan menggunakan skala
Likert. Dengan skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian varibel-variabel tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa pernyataan ataupun
pertanyaan. Jawban setiapinstrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat posotif sampai sangat negatif, dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
(+) (-)
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Sumber: (Sugiyono, 2011:92)
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti
jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer
digunakan untukmenyebutkan serumpunan atau sekelompok yang menjadi
65
sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan
sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian.
Populasi adalah keseluruhan (Universum) dari objek penelitian yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian (Umar, 2004:32). Dari penjelasan diatas,
maka peneliti menetapkan populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
aparatur pemerintahan diwilayah kecamatan kramatwatu yaitu seluruh
aparatur kecamatan kramatwatu, kepala desa dan perangkat desa beserta
badan permusyawaratan desa (BPD) yang berada di wilayah Kecamatan
Kramatwatu pada tahun 2016 sebesar 256 orang dari 15 Desa di
Kecamatan Kramatwatu.
66
Tabel 3.4
Jumlah Aparatur Desa
No Nama Desa Perangkat
Desa BPD Total
1 Pamengkang 9 7 16
2 Pegadingan 9 9 18
3 Toyomerto 9 9 18
4 Wanayasa 9 7 16
5 Margatani 9 6 15
6 Pejaten 9 9 18
7 Teluk Terate 9 7 16
8 Harjatani 9 9 18
9 Lebakwana 9 9 18
10 Margasana 9 7 16
11 Serdang 9 9 18
12 Kramatwatu 9 9 18
13 Pelamunan 9 9 18
14 Terate 9 8 17
15 Tonjong 9 7 16
Jumlah 135 121 256
Sumber: Wawancara peneliti, 2016
3.6.2 Sampel
Menururt Sugiyono (2009:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yangada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut, untuk itu
67
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representativ
(mewakili).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria
peneliti, yaitu seluruh aparatur desa diwilayah kecamatan kramatwatu.
Ukuran sampel diperoleh melalui perhitungan sampel dengan
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Pemilihan 10% berdasarkan observasi awal dilapangan rata-rata pegawai
desa terlihat jarang ada di kantor, karena pegawai desa memiliki pekerjaan
atau kesibukan diluar pekerjaannya sebagai aparatur desa. Menurut
Sugiyono (2011:86) jumlah sampel yang dikehendaki sering tergantung
pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Keterangan:
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Sampling erorr
68
Jadi, jumlah sampel dari populasi aparatur desa diwilayah kecamatan
kramatwatu sebanyak 72 responden.
Pada penelitian ini, sampel dihitung dengan menggunakan teknik
Propotional Area Random Sampling adalah suatu teknik dalam
menentukan jumlah sampel sesuai dengan proporsinya dalam menentukan
jumlah sampel sesuai dengan proporsinya dalam populasi dengan
perbandingan tertentu. Proporsi terbesar akan mendapatkan jumlah sampel
terbesar. Sedangkan jika proporsinya kecil akan mendapatkan jumlah
sampel yang kecil pula. Kemudian setelah didapatkan proposinya akan
diambil responden dengan cara melakukan undian yang didalamnya
berisikan nama-nama dari responden tersebut. Perhitungan sampel dari
tiap-tiap desa yang ada di kecamatan kramatwatu berdasarkan
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Sampel1=
69
Tabel 3.5
Perhitungan Sampel
No Nama Desa Jumlah
Populasi Perhitungan Hasil Akhir
1 Pamengkang 16
x72 5
2 Pegadingan 18
x72
5
3 Toyomerto 18
x72 5
4 Wanayasa 16
x72 5
5 Margatani 15
x72 3
6 Pejaten 18
x72 5
7 Teluk Terate 16
x72 5
8 Harjatani 18
x72 5
9 Lebakwana 18
x72 5
10 Margasana 16
x72 5
11 Serdang 18
x72 5
12 Kramatwatu 18
x72 5
13 Pelamunan 18
x72 5
14 Terate 17
x72 4
15 Tonjong 16
x72
5
Jumlah 271 72
Sumber: Peneliti 2016
70
3.7 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Teknik pengelolaan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui
tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Dalam editing, akan diteliti hal-hal mengenai kelengkapan pengisian
terhadap semua pertanyaan atau pernyataan dalam kuisioner, tulisan yang
tertera harus dapat dibaca, kalimatnya harus jelas maknanya sehingga
tidak menyebabkan kesalahan dalam menafsirkan, apakah jawaban-
jawaban responden cukup logis dan terdapat kesesuaian antara jawaban
yang satu dengan yang lainnya, dan jawaban harus relevan dengan
pertanyaan.
2. Coding dan Scoring
Merupakan usaha mengklasifikasi atau mengelompokan jawaban
responden berdasarkan macamnya, dengan cara memberikan kode
terhadap jawaban responden dalam kuisioner sesuai dengan katogori
masing-masing, kemudian diberikan skor dengan menggunakan skala
Likert.
3. Tabulating
Dalam tabulasi ini keseluruhan hasil kuisioner dijumlahkan dan dicari
nilainya dengan menggunakan tabel frekuensi, sebagai dasar untuk
menganalisis data.
71
Setelah data diolah, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Analisis
data merupakan upaya peneliti untuk menyederhanakan dan menyajikan data
dengan mengelompokan dalam suatu bentuk yang berarti, sehingga dapat
mudah dipahami dan diinterpretasi oleh pembaca atau penguji. Dalam metode
analisis yang digunakan oleh peneliti dengan metode kuantitatif. Analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variabel dari jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap variabel yang
diteliti.
3.8 Uji Instrumen
Uji instruen dilakukan ketika penyajian data telah terkumpul, kemudian
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
1. Uji Validitas
Dalam menguji suatu data hasil penelitian diperlukan suatu tahapan yakni
uji validitas data, dan menurut Sugiyono bahwa:
“Uji validitas berfungsi untuk menunjukan tingkat kesalahan suatu
instrument. Instrumen yang sahih memiliki tingkat validitas. Instrumen
dikatakan sahih apabila mampu mengukur variabel-variabel yang akan
diukur dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar
konsep dan hasil pengukuran”. (Sugiyono, 2009-90)
72
Rumus uji validitas adalah sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
Keterangan:
r : Koefisen korelasiProduct Moment
∑x : Jumlah skor dalam sebaran x
∑y : Jumlah skor dalam sebaran y
∑xy : Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasanga
∑x2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
∑y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
n : Jumlah sampel
2. Uji Reliabilitas
Peneliti menggunakan uji reliabilitas guna untuk mengukur dari
sebuah instrumen, dimana uji reliabilitas terhadap instrumen yang
dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid maka
tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam pengukuran reliabilitas dapat
menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 22.
Untuk menganalisa data hasil uji instrumen guna mengetahui
reliabilitasnya. Dan kemudian dicari reliabilitas keseluruhan pertanyaan
dengan rumus Spearman Brown, sebagai berikut:
73
r =
atau r =
keterangan:
r : koefisien korelasi keseluruhan pernyataan (item)
1 ½ ½ : koefisien korelasi antara kedua belahan kemudian r
dikonsultasikan ke tabel r dengan taraf signifikasi 0.1 df =
n-2?
3. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi product moment bertujuan untukmengetahui kuat
atau tidaknya hubungan antara variabel X (kemampuan aparatur) dengan
variabel Y (efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa) atau untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh anatara satu variabel dengan variabel
lainnya. Teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus
sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
Keterangan:
r : Koefisen korelasiProduct Moment
∑x : Jumlah skor dalam sebaran x
∑y : Jumlah skor dalam sebaran y
∑xy : Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasanga
∑x2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
74
∑y2: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
n : Jumlah sampel
selanjutnya, untuk menentukan tingkat koefisien variabel data yang
akan dianalisis, maka digunakan interpretasi koefisien yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi
Besarnya Nilai r Tingkat Hubungan
Antara 0.00-0.199
Antara 0.20-0.399
Antara 0.40-0.599
Antara 0.60-0.799
Antara 0.80-1.000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:214)
4. Uji Determinasi
Untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y
dapat dilakukan dengan caramenghitung koefisien determinasi, dengan cara
mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Jadi, koefisien determinasinya
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Kd : Koefisien determinasi
r2: kuadrat koefisien person
Kd = r2x100%
75
5. Uji Regresi Linier Sederhana
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana, pengaruh satu
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dibuatpersamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Y: variabel tidak bebas
a: konstanta
b: koefiien arah regresi
X: variabel bebas (Husein, 2004:130)
Y = a + bY
76
3.9 Jadwal Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Oktober 2016-Mei 2017
Tabel 3.7
Jadwal Penelitian
Sumber: Peneliti, 2017
No Kegiatan
2016 2017
September Oktober November Desember Januari Maret April Mei Juni
1 Pengajuan
Judul
2 Observasi awal
3 Persetujuan
Judul Skripsi
4 Pengumpulan
Data
5 Penyusunan
Laporan Bab 1-
3
6 Seminar Ujian
Proposal
7 Revisi Proposal
8 ACC Lapangan
9 Proses
Pencairan Data
di Lapangan
10 Pengolahan
Data
10 Penyusunan
Data Hasil
Penelitian
11 Sidang Skripsi
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta
hallain yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kramatwatu
Kecamatan Kramatwatu merupakan salah satu dari 29 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Serang. Terbentuk berdasarkan Perda No 03 Tahun 2009 tentang
Kecamatan dan Pembentukan Organisasi Kecamatan. Otonomi Daerah sesuai
amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, mengandung
makna bahwa Daerah Otonom memiliki kewenangan untuk megurusi Rumah
Tangganya sendiri, hal tersebut memberikan harapan sekaligus tantangan bagi
Pemerintah Kecamatan Kramatwatu sebagai Perangkat Daerah untuk melakukan
perubahan secara signifikan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan sehingga dapat mewujudkan harapan masyarakat akan perubahan
kearah yang lebih baik.Kemudian dalam prasarana transportasi di Wilayah
Kecamatan Kramatwatu dilalui oleh Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten
dengan Kecamatan Kramatwatu mempunyai ketersediaan Fasum dan Fasos
berupa Pasar,Alun-alun, Jaringan Listrik, Jaringan Telepon, dan Sarana
78
peribadatan, perbankan, Kantor Pos, Kantor Telekomunikasi, PDAM, Kantor
PLN, Praktek Dokter swasta, Beberapa perguruan tinggi dan sekolah.
4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Kramatwatu
Visi Pemerintah Kecamatan Kramatwatu adalah “Terdepan dalam Pelayanan
dan Koordinasi, Prima dalam Administrasi Pemerintahan menuju Kecamatan
Kramatwatu yang Sejahtera dan Islami”
Visi Pemerintah Kecamatan Kramatwatu merupakan adopsi/penjabaran dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Visi Kabupaten Serang sebagaimana tertuang
dalam Rencana Strategis Kabupaten Serang tahun 2011-2015 yaitu “terwujudnya
Masyarakat Yang Berkualitas Menuju Kabupaten Serang Islami, Adil dan
Sejahtera”. Hal tersebut dimaksudkan agar adanya kesinambungan dan sejalannya
arah kebijakan antara pemerintah Kabupaten Serang dengan Pemerintah
Kecamatan, dan sekaligus Pemerintah Kecamatan Kramatwatu berupaya
membangun komitmen untuk dapat melaksanakan segala pelimpahan kewenangan
yang diberikan Pemerintah Kabupaten Serang Kepada Kecamatan Kramatwatu.
Selain itu Visi tersebut juga merupakan penjabaran tentang Tugas pokok
kecamatan sebagaimana terdapat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Kecamatan dan Pembentukan Organisasi
Kecamatan di Kabupaten Serang .
Dalam mewujudkan Visi Kecamatan Kramatwatu maka dirumuskan Misi
Kecamatan Kramatwatu, yaitu :
a. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan propesional dalam
menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat
79
b. Meningkatkan koordinasi dengan semua stakeholder pemerintah dalam
pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
c. Mendorong pemenuhan fasilitas sosial Kecamatan Kramatwatu .
d. Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia.
e. Mewujudkan keseimbangan dan keserasian tata ruang wilayah serta
kelestarian lingkungan hidup
f. Menumbuhkembangkan budaya daerah serta kehidupan masyarakat
Kecamatan Kramatwatu yang agamis dan religius
4.1.3 Keadaan Geografis
Kecamatan Kramatwatu secara geografis terletak dibagian utara Kabupaten
Serang dan berjarak sekitar 8 km dari Ibu Kota Kabupaten. Wilayah Kecamatan
Kramatwatu berbatasan langsung dengan Kecamatan Bojonegara dan Laut Jawa
di sebelah Utara, Kecamatan Waringin Kurung sebelah Selatan, dan Kota Serang
sebelah Timur, dan Kota Cilegon sebelah Barat. Luas wilayah Kecamatan
Kramatwatu adalah 48,59 km2 , yang terdiri dari 15 desa. salah satu desa yang
memiliki wilayah terbesar adalah desa Tonjong yaitu 5,94 km2 , kemudian desa
Margatani merupakan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 2.47% dari luas
wilayah Kecamatan Kramatwatu. Berikut adalah persentase luas wialyah menurut
desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Kramatwatu Tahun 2015:
80
Tabel 4.1
Persentase Luas Wilayah Desa di Kecamatan KramatwatuTahun 2015
Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(Km2)
Persentase Terhadap
Luas Wilayah Kecamatan
(%)
1 2 3
1. Lebakwana 5.62 11.56
2. Pelamunan 3.40 6.99
3. Margasana 2.60 5.35
4. Kramatwatu 1.47 3.02
5. Pejaten 3.35 6.89
6. Wanayasa 2.35 4.80
7. Harjatani 1.40 3.01
8. Serdang 2.76 5.68
9. Toyomerto 2.14 4.40
10. Pegadingan 4.05 8.33
11. Pamengkang 2.80 5.76
12. Tonjong 5.94 12.22
13. Terate 4.11 8.46
14. Teluk Terate 5.42 11.15
15. Margatani 1.20 2.34
48.59 100.00
(Sumber:http://serangkab.go.id/ Kecamatan Kramatwatu dalam Angka 2016)
4.1.4 Pemerintahan
KecamatanKramatwatu terbagi menjadi 15 Desa, dengan pusat pemerintahan atau
Ibu Kota terletak di Desa Kramatwatu ada 9 desa yang berstatus Perkotaan dan
sisanya berstatus Pedesan sejumlah 6 desa berikut adalah tabel status
pemerintahan desa beserta ibu kotanya:
81
Tabel 4.2
Status Pemerintahan Desa
di Kecamatan Kramatwatu 2015
Desa/Kelurahan Status
Pemerintahan
Ibu Kota
1 2 3
1. Lebakwana Desa Kp. Lebak Pulus
2. Pelamunan Desa Kp. Pelamunan
3. Margasana Desa Kp. Kamasan
4. Kramatwatu Desa Kramatwatu
5. Pejaten Desa Kp. Pejaten
6. Wanayasa Desa Kp. Toyomerto
7. Harjatani Desa Harjatani
8. Serdang Desa Serdang
9. Toyomerto Desa Kp. Wanasaba
10. Pegadingan Desa Kp. Pegadingan
11. Pamengkang Desa Pamengkang
12. Tonjong Desa Kp. Tonjong
13. Terate Desa Kp. Walikukun
14. Teluk Terate Desa Kp.Cilia
15. Margatani Desa Kp. Margagiri
(Sumber: http://serangkab.go.id/ Kecamatan Kramatwatu dalam Angka 2016)
Tabel 4.3
Status Pedesaaan dan Perkotaan Desa/Kelurahan
di Kecamatan Kramatwatu 2015
Desa/Kelurahan Perkotaan Pedesaan
1 2 3
1. Lebakwana √ -
2. Pelamunan √ -
3. Margasana - √
4. Kramatwatu √ -
5. Pejaten √ -
6. Wanayasa √ -
7. Harjatani √ -
8. Serdang √ -
9. Toyomerto - √
10. Pegadingan √ -
11. Pamengkang - √
12. Tonjong - √
13. Terate - √
14. Teluk Terate - √
15. Margatani √ -
(Sumber: http://serangkab.go.id/ Kecamatan Kramatwatu dalam Angka 2016)
82
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa status desa yang berada di
wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah banyak yang bersatus perkotaan artinya
dalam hal ini desa sudah memiliki kemajuan baik dalam perekonomian atau faktor
lainnya yang dapat meningkatkan status desa menjadi lebih baik.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah aparatur desa di wilayah Kecamtan
Kramatwatu dan aparatur Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang yaitu
sebanyak 73 responden, sampel didapat berdasarkan hasil perhitungan yang
telahdibahas di bab sebelumnya (bab III) dengan menggunakan teknik
Propotional Random Sampling. Di bawah ini akan di uraikan lebih lanjut
mengenai karakteristik responden yang terlibat dalam penelitian yang peneliti
lakukan berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia, pendidikan terakhir, dan unit
kerja.
Diagram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
90%
10%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Laki-laki Perempuan
83
Berdasarkan diagram 4.1 di atas diketahui yang menjadi responden dalam
penelitian ini secara keseluruhan di dominasi oleh laki-laki ini dikarenakan
aparatur desa diwilayah kecamatan kramatwatu memang didominasikan oleh
laki-laki, kemudian dari 72 responden tersebut diisi oleh 65 responden laki-
laki dan 7 responden perempuan.
Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Diagram di atas menunjukan jumlah responden berdasarkan tingkat usia
dari 72 responden. Hasil data menyatakan pada golongan usia 20-29 tahun
sebanyak 25 responden atau 35%, usia 30-39 tahun sebanyak 17
responden atau 23%, usia 40-49 tahun sebanyak 18 responden atau 25%
dan usia >50 tahun sebanyak 12 responden atau 17%.
35%
23% 25%
17%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
20-29 th 30-39 th 40-49 th >50 th
84
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram diatas menunjukan komposisi jumlah responden
berdasarkan pendidikan terakhir dari 72 responden. Hasil pengumpulan
data menyatakan bahwa golongan SD sebanyak 2 responden atau 3%,
SMP 4 responden atau 6%, SMA 52 responden atau 71% dan S1 sebesar
19% atau 14 responden.
3% 6%
72%
19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
SD SMP SMA S1
85
Diagram 4.4
Identitas Responden Berdasarkan Unit Kerja
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram diatas, diketahui yang menjadi responden dalam
penelitian ini terdiri dari aparatur desa, BPD dan aparatur kecamatan. Penentuan
responden dilakukan dengan Random sampling. Data secara acak (melalui
undian) sehingga di dapatkan 72 responden terdiri dari kepala desa 2 responden,
sekertaris desa 8 responden, kaur keuangan 2 responden, bendahara 6 responden,
kaur umum 14 responden, kaur perencanaan dan pelaporan 9 responden, kasi
pemerintahan 7 responden, kasi pembangunan dan pemberdayaan 6 responden,
kasi kemasyarakatan 11 responden, dan BPD 7 responden.
2
8
2
6
14
9
7 6
11
7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
86
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
Pengujian persyaratan statstik adalah dengan melakukan pengujian terhadap
persyaraan statistik dengan menggunakan uji statistik tertentu. Dalam penelitian
mengenai Pengaruh Kapasitas Aparatur Terhadap Efektivitas Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa (Studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten
Serang), peneliti melakukan dua pengujian persyaratan statistik yang diantaranya
adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuan dari pengujian persyaratan statistik
pada instrumen penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen ini
dapat dilanjutkan pada tahap pengujian hipotesis selanjutnya atau tidak. Sehingga
hasil penelitian yang didapat sesuai dengan tujuan dari penelitian ini sendiri.
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika penyataan pada kuisioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut
Pengujian validitas yaitu mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada
masing-masing item pernyataan dengan skor total. Skor total ialah nilai yang
diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item, pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan
dengan bantuan software SPSS versi 22.
Berikut adalah hasil uji validitas variabel X (Kapasitas Aparatur) dan
variabel Y (Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa) yaitu:
87
Tabel 4.4
Uji Validitas Kapasitas Aparatur (X)
No Pernyataan Nilai r Tabel r Hitung Kesimpulan
1 Pernyataan 1 0.195
0.375 Valid
2 Pernyataan 2 0.195
0.462 Valid
3 Pernyataan 3 0.195
0.343 Valid
4 Pernyataan 4 0.195
0.535 Valid
5 Pernyataan 5 0.195
0.411 Valid
6 Pernyataan 6 0.195
0.431 Valid
7 Pernyataan 7 0.195
0.351 Valid
8 Pernyataan 8 0.195
0.451 Valid
9 Pernyataan 9 0.195
0.271 Valid
10 Pernyataan 10 0.195
0.199 Valid
11 Pernyataan 11 0.195
0.213 Valid
12 Pernyataan 12 0.195
0.208 Valid
13 Pernyataan 13 0.195
0.361 Valid
14 Pernyataan 14 0.195
0.484 Valid
15 Pernyataan 15 0.195
0.409 Valid
16 Pernyataan 16 0.195
0.242 Valid
17 Pernyataan 17 0.195
0.273 Valid
18 Pernyataan 18 0.195
0.374 Valid
19 Pernyataan 19 0.195
0.397 Valid
20 Pernyataan 20 0.195 0.415 Valid
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan tabel di atas, kriteria item atau butir instrument pada variabel
Kapasitas (X) adalah jika r hitung > r tabel, maka item atau butir instrument
dinyatakan valid, sedangkanjika r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak
valid.nilai r tabel di dapatkan dari perhitungan df= dk-n= 72-2= 70 dengan
88
taraf signifikan 0.1 atau 10% dan dua arah, maka didapatkan nilai r sebesar
0.195.
Tabel 4.5
Uji Validitas Efektivitas
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Y)
No Pernyataan Nilai r Tabel r Hitung Kesimpulan
1 Pernyataan 1 0.195 0.602 Valid
2 Pernyataan 2 0.195
0.510 Valid
3 Pernyataan 3 0.195
0.663 Valid
4 Pernyataan 4 0.195
0.408 Valid
5 Pernyataan 5 0.195
0.523 Valid
6 Pernyataan 6 0.195
0.600 Valid
7 Pernyataan 7 0.195
0.377 Valid
8 Pernyataan 8 0.195
0.665 Valid
9 Pernyataan 9 0.195
0.467 Valid
10 Pernyataan 10 0.195
0.564 Valid
11 Pernyataan 11 0.195
0.283 Valid
12 Pernyataan 12 0.195
0.746 Valid
13 Pernyataan 13 0.195
0.645 Valid
14 Pernyataan 14 0.195
0.439 Valid
15 Pernyataan 15 0.195
0.494 Valid
16 Pernyataan 16 0.195
0.609 Valid
17 Pernyataan 17 0.195
0.235 Valid
18 Pernyataan 18 0.195
0.365 Valid
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan tabel di atas, kriteria item atau butir instrument pada variabel
Efektivitas (Y) adalah jika r hitung > r tabel, maka item atau butir instrument
dinyatakan valid, sedangkanjika r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak
89
valid.nilai r tabel di dapatkan dari perhitungan df= dk-n= 72-2= 70 dengan
taraf signifikan 0.1 atau 10% dan dua arah, maka didapatkan nilai r sebesar
0.195.
4.3.2 Uji Realibilitas
Setelah dilakukan pengujian validitas data, kemudian dilanjutkan dengan
pengujian reliabilitas data. Pengujian ini dilakukan untuk menganalisa
data/instrumen penelitian, berupa butir-butir pernyataan (kuisioner), apakah
reliabel atau tidak reliabel. Metode yang digunakan dalam pengujian
reliabilitas data ini menggunakan Cronbach Alpha. Instrumen penelitian yang
reliabel berarti bahwa instrumen tersebut dapat digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama. Pengujian reliabilitas ini dilakukan
terhadap butir-butir pernyataan (kuisioner) dengan melihat nilai r (alpha
Realiabilitas merupakan suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebu sudah
baik. (Suharsimi Arikunto, 2006:178).Kriteria pengujian instrumen dikatakan
reliabel apabila r hitung ≥ r tabel pada taraf signifikasi 10%. Jika instrumen
reliabel berdasarkan uji coba, hasil perhitungan uji reliabilitas pada penelitian
ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Uji Realibilitas Kapasitas Aparatur (X)
Sumber: hasil penelitian, 2017
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.654 20
90
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, nilai Cronbach’s Alpha 0.654 > r tabel 0.195
menandakan bahwa instrument reliab sehingga dapat dipakai sebagai bahan
pengujian selanjutnya.
Tabel 4.7
Uji Realibilitas Efektivitas (Y)
Sumber: hasil penelitian, 2017
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, nilai Cronbach’s Alpha 0.819 > r tabel 0.195
menandakan bahwa instrumen reliab sehingga dapat dipakai sebagai bahan
pengujian selanjutnya.
4.4 Analisis Data
Analisis data merupakan sebuah proses untuk mengatur dan
mengorganisasikan data yangtelah didapat kedalam kategori-kategori untuk
memecahkan maslah yang ada dalam penelitian. Pada penelitian ini, data
penelitian didapat dari hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepda 72
aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu. Terdapat 4 pilihan jawaban
dalam kuisioner, yaitu jawbaan sangat setuju memiliki nilai 4, setuju memiliki
nilai 3, tidak setuju memiliki nilai 2 dan sangat tidak setuju memiliki nilai 1. Hasil
data yang telah didapat, diolah dan ditampilkan dalam bentuk diagram dan akan
dipaparkan maksud dan kesimpulan dari riap-tiap pernyataan. Penerapan jawaban
responden sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.819 18
91
4.4.1 Kapasistas Aparatur (X)
Terdapat 4 indikator dalam variabel X tersebut yang masing-masing
memiliki sub-indikator, kemudian dibuatlah pernyataan pada masing-masing sub-
indikator tersebut yang akan dipaparkan sebagai berikut:
4.4.1.1 Pengetahuan
1. mengetahui
Diagram 4.5
Saya Mampu Mengingat Semua Tugas Pokok dan Fungsi
Masing-masing Pekerjaan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
11%
67%
22%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
92
Berdasarkan diagram 4.5 di atas dapat dinyatakan bahwa mayoritas 67%
atau 48 responden menyatakan setuju bahwa aparatur desa mampu mengingat
semua tugas pokok dan fungsi masing-masing pekerjaan. Hal ini menggambarkan
bahwa mayoritas apartur desa sudah mengingat tugas pokok dan fungsi masing-
masing pekerjaan, berbeda saat peneliti melakukan observasi awal yang
didapatkan di lapangan bahwa aparatur desa tidak memahami tugas pokok dan
fungsi masing-masing pekerjaan, yang seharusnya ketika aparatur sudah
mengingat tugas dan fungsi pekerjaannya secara otomatis mampu memahaminya
hal ini juga dinyatakan oleh 16 responden atau 22% menyatakan tidak setuju dari
beberapa tanggapan responden diatas berbeda dengan responden yang
menyatakan tidak setuju, hal ini menggambarkan bahwa ada beberapa aparatur
desa yang masih tidak mengingat apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi
pekerjaannya dan mayoristas yang menjawab tidak setuju adalah aparatur desa
sebagai kepala seksi kemasyarakatan.walaupun mayoritas menyatakan sudah
mampu mengingat tupoksi pekerjaannya, namun masih ada beberapa aparatur
desa yang belum mengingat tentang tupoksi pekerjaannya, sehingga hal ini
menjadi perhatian mengingat masyarakat sekarang sudah semakin bijak dan kritis
terhadap lingkungannnya. Kemudian 11% atau 8 responden menyatakan sangat
setuju dari sampel yang didapatkan bahwa tugas pokok dan fungsi pekerjaan itu
sudah seharusnya dipahami sehingga aparatur harus mengingat dahulu apa saja
yang menjadi tupoksi pekerjaannya.
93
Diagram 4.6
Dengan Pengetahuan yang Saya Miliki,
Saya Mampu Melaksanakan Pekerjaan dengan Baik
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram 4.6 diatas mayoritas responden menjawan setuju
dengan persentase 58% atau 42 responden dan responden yang menjawab sangat
setuju yaitu 18% atau 13 responden mengatakan bahwa dengan adanya
pengetahuan aparatur desa dapat melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
baik. Hal ini menggambarkan bahwa pentingnya pengetahuan yang harus dimiliki
seoranng aparatur desa agar dapat melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
baik sesuai dengan apa yang menjadi tujuan. Sehingga dari pengetahuan yang
aparatur desa miliki akan memperlancar penyelenggaraan pemerintahan desa.
Dengan gambaran tersebut mengartikan bahwa aparatur desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya
pengetahuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Berbeda dengan responden
yang menyatakan tidak setuju sebesar 22% atau 16 responden dan 2% atau 1
18%
58%
22%
2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
94
responden yang menyatakan sangat tidak setuju, ini menggambarkan bahwa
pengetahuan yang sebagian aparatur desa miliki belum dapat memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan desa karena terdapat faktor lain yang
mempengaruhinya.
2. Aplikasi
Diagram 4.7
Dengan Pengetahuan yang Saya Miliki,
Saya Dapat Menguasai Bidang Tugas Departement Lain
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram 4.7 di atas besarnya responden yang menyatakan
setuju sebesar 62% atau 45 responden dan yang menyatakan sangat setuju sebesar
6% atau 4 responden. Dengan diagram tersebut dapat diketahui bahwa aparatur
desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu memiliki pengetahuan yang dapat
membantu tugas pekerjaannya. Dari pernyataan setuju responden menyatakan
bahwa pengetahuan yang lebih dapat digunakan untuk membantu rekan kerjanya.
Hal ini bisa berdampak positif bagi aparatur yang memiliki pengetahuan namun
6%
62%
32%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
95
berdampak sebaliknya jika aparatur yang tidak memiliki pengetahuan lebih akan
semakin tidak terlatih karena tugas yang seharusanya dikerjakan namun
dikerjakan oleh aparatur lain yang lebih dalam pengetahuannya seperti pernyataan
responden yang menyatakan tidak setuju sebesar 32% atau 23 responden.
Seperti yang dikatan salah satu responden yang menyatakan tidak setuju,
bahwa pengetahuan yang dia miliki hanya untuk bidang tugasnya saja sehingga
aparatur tersebut fokus dalam bidang kerjanya saja.
Diagram 4.8
Dengan Pengetahuan yang Saya Miliki,
Saya Lebih Menguasai Bidang Tugas yang Saya Kerjakan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram diatas didapatkan responden yang menyatakan
sangat setuju adalah 14% atau 10 responden, dan yang menyatakan setuju 56%
atau 40 responden, 29% atau 21 responden menyatakan tidak setuju dan 1% atau 1
responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat diartikan bahwa 70%
14%
56%
29%
1%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
96
aparatur desa di wilayah Kecamtan Kramatwatu yang memiliki pengetahuan lebih
menguasai tugas yang dikerjakan, hal berdasarkan pernyataan yang diberikan
kepada responden.
Sedangkan jika dilihat dari diagram di atas dapat dijelaskan dan diketahui
bahwa 30% responden menyatakan tidak setuju, responden mengakui bahwa
pengetahuan yang dimiliki belum cukup untuk membantu dalam melaksanakan
tugasnya sebagai aparatur pemerintah desa. Hal ini dapat diartikan bahwa
pengetahuan yang dimiliki aparatur desa membantu dalam melaksanakan
tugasnya.
4.4.1.2 Keterampilan
1. Keterampilan Teknik
Diagram 4.9
Saya Memiliki Keterampilan dalam
Menggunakan atau Mengoprasikan IT (Informatika dan Teknologi)
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram 4.9 di atas dapat diketahui bahwa aparatur desa
diwilayah Kecamatan Kramatwatu yang memiliki keterampilan dalam
4%
63%
33%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
97
penggunaan IT (Informatika dan Teknologi) adalah 67%. Hal ini dapat dilihat 4%
atau 3 responden menyatakan sangat setuju, 63% atau 45 responden menyatakan
setuju, dalam hal ini mengartikan bahwa aparatur desa sudah baik dalam
penggunaan teknologi. Aparatur desa menyatakan bahwa penggunakan teknologi
memang perlu karena dengan perkembangan jaman dan hal ini dapat membantu
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Namun dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan berbeda dengan
hasil akhir bahwa sekitar dibawah 50% aparatur desa mengatakan belum bisa
mengoprasikan teknologi khususnya penggunaan komputer hal ini juga sama
dengan pernyataan responden yang menyatakan tidak setuju sebesar 23 responden
atau 33%. Responden yang menyatakan tidak setuju mayoritas adalah sebagai kasi
kemasyarakatan. Responden mengaku bahwa memang kurang dalam
mengoprasikan teknologi khususnya penggunaan komputer. Dari data yang sudah
ada dapat disimpulkan bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu
sudah cukup baik dalam penggunaan IT (Informatika dan Teknologi).
98
Diagram 4.10
Dengan Keterampilan Saya dalam Pengguanaan IT,
Dapat Memperlancar Pekerjaan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 75% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan keterampilan dalam penggunaan teknologi dapat
memperlancar pekerjaan. Hal ini dinyatakan oleh 11% atau 8 responden
menyatakan sangat setuju dan 64% atau 46 responden menyatakan setuju.
Responden menyatakan bahwa penggunaan teknologi saat ini memang diperlukan
ditambah dengan masyarakat yang semakin ingin cepat dan mudah dalam
pelayanan sehingga aparatur desa dituntut untuk bisa dan meningkatkan
keterampilan khususnya dalam penggunaan teknologi.
Sedangkan sekitar 24% atau 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1%
atau 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena menurut
responden memang belum bisa mengoprasikan teknologi khususnya komputer dan
memang tugasnya tidak banyak menggunakan komputer. Dari pernyataan yang
11%
64%
24%
1% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
99
ada dapat diartikan bahwa hampir aparatur desa menyatakan bahwa penggunaan
teknologi dapat memperlancar pekerjaan.
Diagram 4.11
Saya Handal dalam Melaksanakan Prosedur Kerja
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebesar 71% atau 51 aparatur desa
menyatakan setuju dengan pernyataaan bahwa aparatur desa handal dalam
melaksanakan prosedur kerja. Hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa di
wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah handal dalam melaksanakan prosedur
kerja. Responden mengungkapkan bahwa sudah seharusnya tugas aparatur
menjalankan prosedur kerja dengan baik.
Selain itu sekitar 29% atau 21 responden mengatakan tidak setuju,
responden menyatakan bahwa prosedur kerja yang diberikan masih belum bisa
dikerjakan dengan baik hal ini dikarenakan faktor ketidak pahaman apartur
dengan prosedur yang ada. hal ini menggambarkan bahwa masih ada aparatur
desa di wilayah kecamatan kramatwatu yang tidak handal dalam melaksanakan
prosedur kerja.
0%
71%
29%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
100
2. Keterampilan Hubungan Manusia
Diagram 4.12
Saya Senantiasa Bersiskusi dalam Melakukan Pekerjaan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas menggambarkan bahwa sekitar 79% aparatur
desa menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 5% atau 4
responden menyatakan sangat setuju dan 74% atau 53 responden menyatakan
setuju. Responden menyatakan bahwa berdiskusi dan bertukar informasi sangatlah
membantu dalam suatu pekerjaan, kemudian dengan keterampilan aparatur dalam
berinteraksi cukup dibutuhkan karena dengan skill tersebut aparatur desa dapat
menambah masukan dan wawasan yang baik untuk kemudian di terapkan dalam
pekerjaannya. Dari data tersebut menggambarkan bahwa aparatur desa di wilayah
kecamatan kramatwatu sudah sangat baik dalam keterampilan berinteraksi atau
hubungan manusianya. Namun sekitar 21% atau 21 responden menyatakan tidak
5%
74%
21%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
101
setuju dengan pernyataan tersebut, hal ini menggambarkan bahwa beberapa
aparatur tidak bisa melakukan diskusi dengan baik dan mendapatkan informasi
apa yang dibutuhkan oleh aparatur desa tersebut.
Diagram 4.13
Saya Memiliki Komunikasi yang Baik
dalam Menyampaikan Pendapat Saya Kepada Rekan Kerja
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 78% responden atau 56 aparatur
menyatakan setuju, hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu memiliki komunikasi yang baik dalam penyampaikan
pendapatnya. Hal ini dinyatakan oleh responden bahwa aparatur desa sudah mulai
baik dalam berapresiasi di muka umum. Dengan kemampuan aparatur dalam
berkomunikasi dapat membantu dalam tugasnya sebagai aparatur desa.
Sebanyak 22% atau 16 responden menyatakan tidak setuju, responden
menyatakan bahwa kemampuannya dalam berkomunikasi di depan umum kurang
hal ini pula responden mengungkapkan ketika ada diskusi responden tersebut
0%
78%
22%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
102
mengikut saja apa yang dikaatakan dan tidak ada feedback atau mengikuti apa
yang sudah ada. Dari pernyataan keseluruhan responden bahwa aparatur desa di
wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah baik dalam berkomunikasi walaupun
masih ada beberapa responden yang masih kurang dalam berkomunikasi untuk
menyampaikan pendapatnya.
4. Keterampilan Diagnostik
Diagram 4.14
Saya Handal Mendapatkan Solusi
dalam Suatu Permasalahan Pekerjaan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagramdi atas sekitar 56% atau 40 responden menyatakan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa
handal dalam mendapatkan solusi untuk suatu permasalahan pekerjaan.
Responden menyatakan bahwa ketika terdapat permasalahan dalam pekerjaan
0%
56%
44%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
103
harus diselesaikan dengan seksama artinya permasalahan yang ada dapat
ditempuh dengan cara berdiskusi atau diadakannya rapat dengan team kerja.
Sehingga aparatur desa dapat menyelesaikan permaslahan dengan bersama-sama,
dan tidak memberatkan satu sama lain.
Sebanyak 44% atau 32 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden menyatakan bahwa memang tidak cukup handal
mendapatkan solusi untuk suatu permasalahan, sehingga ketika ada permaslahan
sangat menghambat dalam pekerjaannya.
Diagram 4.15
Skill yang Saya Miliki Sesuai dengan Pekerjaan yang Saya Kerjakan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas, sekitar 68% atau 49 responden menyatakan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa
diwilayah Kecamatan Kramatwatu memiliki skill yang sesuai dengan
pekerjaannya. Responden menyatakan bahwa keterampilan yang dimiliki memang
0%
68%
32%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
104
perlu digali untuk mendapatkan suatu tujuan yang ingin dicapai, sehingga dapat
mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya, sebanyak 32% atau 23 responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Responden menyatkan bahwa penempatan kerja yang
saat ini kurang sesuai dengan skill yang responden miliki. Sehingga aparatur desa
tidak maksimal dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.4.1.3 Kompetensi
1. Motif
Diagram 4.16
Saya Memperoleh Kehormatan Sebagai Aparatur Desa
yang Memang Layak Saya Terima
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 61% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 1% atau 1 responden menyatakan sangat
setuju dan 60% atau 43 responden menyatakan setuju. Hal ini menggambarkan
1%
60%
39%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
105
bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu telah mendapatkan
kehormatan dengan cukup baik sebgai aparatur desa.
Selanjutnya, sebanyak 39% atau 28 responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut, responden menyatakan bahwa masih adanya
perbedaan dalam penggajian dalan hal ini responden memandang bahwa
kehormatani tersebut dilihat dari materi yang diterima. Hal ini menggambarkan
bahwa secara keseluruhan aparatur desa telah mendapatkan kehormatan yang
layak walaupun ada beberapa responden yang menyatakan tidak setuju.
Diagram 4.17
Keberhasilan yang Saya Capai
Merupakan Hasil Dari Kegigihan Saya Bekerja
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas besarnya responden yang menyatakan sangat
setujuh adalah 3% atau 2 responden dan 79% atau 57 responden menyatakan
setuju. Hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa telah bekerja dengan gigih
sehingga mendapatkan keberhasilan dalam pekerjaannya. Responden menyatakan
3%
79%
18%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
106
bahwa keberhasilannya dalam bekerja merupakan suatu kegigihan bersama
dengan aparatur lainnya artinya ada pihak lain yang membantu dalam pekerjannya
dan peran serta masyarakat desa yang membantu.
Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa memiliki kegigihan yang sangat
baik, sehingga dengan adanya kegigihan dalam bekerja sangat berpengaruh untuk
keberhasilan di dalam suatu pekerjaan. Sedangkan 18% atau 13 responden
menyatakan tidak setuju, responden menyatakan bahwa keberhasilan di dasarkan
pada kerjasa team.
2. Konsep Diri
Diagram 4.18
Saya Mengerjakan Suatu Pekerjaan Dengan Penuh Perhitungan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 80% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebnayak 3% atau 2 responden menyatakan sangat
setuju dan 79% atau 57 responden menyatakan setuju. Hal ini menggambarkan
3%
76%
20%
1% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
107
bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu mengerjakan suatu
pekerjaan dengan perhitungan. Responden menyatakan bahwa ketika melakukan
pekerjakan harus di perhitungkan keuntungan dan kerugiannya sehingga lebih
siap dan dapat dipertanggung jawabkan dalam mengerjakan sesuatu.
Selanjutnya sebesar 20% atau 14 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju, responden menyatakan bahwa ketika
mendapatkan pekerjaan langsung dikerjakan tanpa memperhitungkan segala
sesuatunya.
Diagram 4.19
Saya Sanpa Menunggu Perintah Selalu Berusaha
untuk Bekerja Tanpa Menunggu Perintah dari Atasan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 56% atau 40 responden menyatkan
setuju dengan pernyataan tersebut dan 4% atau 3 responden menyatakan sangat
setuju. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa bekerja tanpa menunggu
4%
56%
40%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
108
perintah, berarti aparatur desa senantiasa bekerja dengan sepenuh hati. Responden
menyatakan bahwa perintah atasan memang penting namun ketika aparatur
memiliki semangat akan membawa dampak positif untuk aparatur lainnya.
Selanjutnya sebesar 40% atau 29 responden menyatkan tidak setuju, responden
menyatakna bahwa dengan adanya perintah dalam suatu pekerjaan akan lebih
terarah.
Dari pernyataan di atas tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas apartur
sudah bisa mengkonsep dirinya sebagai aparatur desa. Sehingga ketika aparatur
bisa mengkonsep dirinya dalam suatu pekerjaan akan lebih mudah untuk
mencapai tujuannya.
4.4.1.4 Etika
1. Bertanggung Jawab Terhadap Pelaksanaan dan Konsekuensi
Diagram 4.20
Tingkat Pencapaian Volum Kerja yang Saya Hasilkan
Telah Sesuai dengan Harapan yang Telah Ditentukan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
0%
42%
54%
4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
109
Berdasarkan diagram di atas sekitar 42% atau 30 responden menyatkan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa
di wilayah Kecamatan Kramatwatu telah mencapai volum kerja yang cukup sesuai
dengan tujuan. Artinya aparatur desa telah mencapai tujuan dari suatu
pekerjaannya.
Sekitar 58% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, sebanyak 54% atau 39 responden menyatakan tidak setuju, dan 4% atau
3 responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menggambarkan bahwa
masih ada aparatur desa yang bekerja namun tidak mencapai volum yang telah
ditentukan. Responden menyatakan bahwa masih terdapat pekerjaan yang
dikerjakan tidak selesai tepat waktu. Dari pernyataan di atas dapat diartikan
bahwa aparatur desa telah baik dalam pekerjaannya untuk mencapai suatu tujuan,
walaupun masih ada beberapa aparatur desa yang belum mencapai volum kerja
yang diinginkan.
Diagram 4.21
Saya Sanggup Menerima Konsekuensi
Apapun dalam Melaksanakan Pekerjaan
0%
68%
32%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
110
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas responden menyatakan setuju dengan
pernyataan tersebut, karena sekitar 68% atau 49 responden menyatakan setuju.
Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa memiliki tanggung jawab terhadap
pekerjaannya, responden menyatakan bahwa sanggup menerima konsekuensi
apapun di dalam pekerjaannya. sehingga memungkinkan dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sedikit kemungkinnan terjadi penyimpangan karena aparatur
desa telah memiliki pemahaman dengan konsekuensi yang ada. Namun sekitar
32% atau 23 responden menyatakan tidak setuju, responden menyatakan bahwa
konsekuensi yang ada tidak pernah ada sehingga tidak merasa bahwa ia dapat
menerima konsekuensi yang harus diterimanya. Artinya disini peraturan yang ada
dalam artian hukuman untuk aparatur yang menyelewengkan tugasnya tidak
diterapkan dengan tegas.
Diagram 4.22
Saya Mendahulukan Pekerjaan-pekerjaan yang Merupakan Prioritas Kerja
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
0%
63%
37%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
111
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 63% atau 40 responden menyatakan
setuju. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan
Kramatwatu mendahulukan prioritasnya sebagai aparatur desa. Responden
menyatakan bahwa pekerjaan yang diberikan merupakan amanat yang
diterimanya dimana amanat tersebut harus di dahulukan untuk kesejahteraan
masyarakat banyak. Namun sekitar 37% atau 32 responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataaan tersebut, hal ini menggambarkan bahwa aparatur desa
tidak mengutamakan pekerjaannya.
2. Larangan Penyalahgunaan Wewenang
Diagram 4.23
Terdapat Sanksi untuk Aparatur yang Menyalahgunakan Wewenang
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 42% atau 30 responden menyatakan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan bahwa Kantor desa telah
menerapkan larangan dalam suatu pekerjaan atau kode etik sebagai aparatur desa.
0%
42%
58%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
112
Sebanyak 58% atau 42 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan masih ada paratur desa yang
menyalahgunakan wewenangnya. Responden menyatakan bahwa tidak ada sanksi
yang tegas ketika ada apartur yang menyimpang, sanksi yang diberikan hanya
berupa teguran antar sesama aparatur saja.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sanksi yang diberikan
untuk aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah cukup baik,
walaupun masih ada beberapa desa yang belum membeerikan sanksi yang tegas
terhadap aparatur yang menyalahgunakan wewenang.
Diagram 4.24
Saya diberi Kewenangan dan Keleluasaan didalam Pengambilan Keputusan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 21% responden menyatakan nsetuju
terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak 1% atau 1 responden menyatakan sangat
setuju dan 20% atau 14 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
aparatur desa telah diberikan kewenangan dan keleluasaan di dalam mengambil
1%
20%
76%
3%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
113
keputusan. Responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dalam suatu
pekerjaan itu penting sehingga apartur desa diperlukan untuk melatih bagaimana
apartur desa memilih mana yang baik dan buruk di dalam pekerjaannya.
Sebanyak 76% atau 55 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut dan 3% atau 2 responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal
ini mengartikan bahwa masih ada aparatur desa yang tidak diberikan kewenangan
dan keleluasaan dalam mengabil keputusan. Responden menyatakan bahwa
kewenangan dan keleluasaan hanya dimiliki oleh kepala desa dimana seluruh
keputusan di pegang oleh kepala desa.
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa tidak semua aparatur desa
memiliki kewenangan dan keleluasaan dalam mengambil keputusan. Hal ini
mengakibatkan adanya perbedaaan pada setiap desa-desa yang ada di wilayah
Kecamatan Kramatwatu khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
114
4.4.2 Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Y)
Terdapat 6 indikator dalam variabel Y tersebut yang masing-masing
memiliki sub-indikator, kemudian dibuatlah pernyataan pada masing-masing sub-
indikator tersebut yang akan dipaparkan sebagai berikut:
4.4.2.1Kepastian Hukum
1. Adanya Pedoman dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Diagram 4.25
Dengan Adanya Pedoman Kerja,
Saya Dapat Melaksanakan Tugas dengan Baik
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 21% atau 15 responden menyatkan
sangat setuju dan 74% atau 53 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan
bahwa seluruh responden menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Dapat
digambarkan bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu bekerja
dengan baik karena adanya pedoman yang diberikan. Responden menyatakan
pedoman sebagai aparatur telah dimuat didalam Undang-undang Desa. Sehingga
aparatur dalam menjalankan tugasnya dapat lebih mudah karena terdapat pedoman
21%
74%
5% 0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
115
yang telah diberikan. Kemudian sekitar 5% atau 4 responden menyatkan tidak
setuju, hal ini pedoman yang diberikan tidak digunakan atau dimanfaatkan secara
maksimal oleh aparatur sehingga tidak membantu dalam pekerjaannya.
2. Kepatuhan
Diagram 4.26
Saya Selalu Datanng Ke Kantor dengan Tepat Waktu
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 50% atau 36 responden menyatakan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan bahwa sebagian aparatur
desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu selalu datang ke kantor dengan tepat
waktu. Namun terdapat 50% atau 36 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut, responden menyatakan bahwa keterlambatan datang ke
kantor sudah biasa, karena terdapat alasan-alasan yang diberikan (menyangkut
privasi aparatur). Hal ini juga dapat di toleransi oleh aparatur desa yang lainnya.
0%
50% 50%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
116
Dari pernyataan di atas bahwa kepatuhan aparatur desa menyangkut
kedisiplinan waktu sudah baik, walaupun masih ada aparatur desa yang belum
patuh terhadap aturan yang telah ada.
Diagram 4.27
Peraturan yang Diberikan Membatasi Saya dalam Berperilaku
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 14% atau 10 responden menyatakan
sangat setuju dan 82% atau 59 responden menyatakan setuju, ini artinya seluruh
responden menyatkan setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden
menyatakan dengan adanya peraturan yang diberikan dapat dijadikan pegangan
dalam berperilaku sebagai aparatur desa.
Dari pernyataan di atas mengartikan bahwa aparatur desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu memiliki perilaku yang baik karena adanya peraturan
yang dijadikan sebagai payung hukum. Sehingga aparatur desa dapat dijadikan
contoh berperilaku yang baik bagi masyarakat desanya. Namun sekitar 3% atau 2
responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
14%
82%
3% 1% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
117
setuju dengan pernyataan tersebut, hal ini menggambarkan bahwa peraturan tidak
dijadikan patokan oleh beberapa aparatur dalam berperilaku.
4.4.2.2 Kebijakan dan Praktik Manajemen
1. Ketetapan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Diagram 4.28
Setiap Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Telah Terorganisir Sesuai Tujuan yang Telah Dibuat
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 82% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 26% atau 19 responden menyatakan sangat
setuju dan 56% atau 40 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
kegiatan yang dilaksanakan oleh aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu
telah sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Responden menyatkan bahwa
kegiatan yang selama ini dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
bersama dengan masyarakat desa.
Sebanyak 18% atau 13 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan di
26%
56%
18%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
118
desa pada umumnya masih belum berjalan baik,baik dari faktor waktu, budget,
dan ketersediannya sumber daya lainnya. Dari pernyataan di atas menunjukan
bahwa kegiatan yang ada telah terorganisir dengan baik, walaupun masih ada
beberapa desa di wilayah Kecamtan Kramatwatu yang kegiatannya masih belum
terorganisir dengan baik.
2. Pemanfaatan Sumber Daya
Diagram 4.29
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Didukung
dengan Ketersediaan Sumber Daya Manusia
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 69% atau 50 responden
menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Ha ini mengartikan bahwa
penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu didukung
dengan ketersedian sumber daya manusia. Responden menyatakan bahwa aparatur
yang ada di desa sudah memadai karena aparatur desa disesuaikan dengan
perturan tentang desa yang telah di tentukan.
0%
69%
31%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
119
Sebanyak 31% atau 22 responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden menyatakan bahwa ketersediaan sumber daya
manusia tidak diimbangi dengan apa yang dibutuhkan, seperti kualitas sumber
daya manusianya. Dari pernyataan di atas berarti sumber daya manusia di desa
khususnya di Kecamatan Kramatwatu telah tersedia walaupun masih ada yang
perlu ditingkatkan untuk ketersedian sumber daya manusia tersebut.
Diagram 4.30
Potensi Desa Dimanfaatkan dengan Baik
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 75% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebnayak 19% atau 14 responden menyatakan sangat
setuju dan 56% atau 40 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
potensi desa yang ada di wilayah masing-masing desa sudah di manfaatkan secara
baik. Namun hal ini berbeda dengan temuan atau observasi awal peneliti.
19%
56%
24%
1%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
120
Responden menyatakan bahwa potensi desa sudah mulai di gali namun belum
secara penuh dimanfaatkan.
Kemudian sebanyak 24% atau 17 responden menyatakan tidak setuju dan
1 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden menyatakan potensi desa yang tersedia belum di manfaat kan secara
optimal, dibutuhkan aparatur yang bisa menganalisa apa yang menjadi potensi
desa tersebut. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa potensi yang ada
di wilayah Kecamtan Kramatwatu belum dimanfaatkan secara optimal, karena
kurangnya pemahaman aparatur dalam menggali potensi apa yang ada di desa
masing-maisng wilayah.
4.4.2.3 Penyelenggaraan Kepentingan Umum
1. Proses Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Diagram 4.31
Saya Melayani Masyarakat Sesuai Prosedur yang Ada
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
37%
63%
0% 0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
121
Berdasarkan diagram di atas 100% responden menyatakan setuju dengan
pernyataan tersebut, yaitu 37% atau 27 responden menyatakan sangat setuju dan
63% atau 45 responden menyata setuju. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa
di wilayah kecamatan Kramatwatu telah melayani masyarakat sesuai prosedur
yang ada. Responden menyatakan bahwa melayanai masyarakat merupakan tugas
aparatur desa.
Diagram 4.32
Masyarakat Mengeluh Dengan Pelayanan yang Diberikan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 78% atau 56 responden menyatkan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan bahwa masyarakat puas
terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur desa di wilayah Kecamatan
Kramatwatu. Kemudian sebanyak 22% atau 16 responden menyatkan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut, responden menyatakan masih ada masyarakat yang
mengeluh dengan pelayanan di desa, faktor yang menyebabkan masyarakat
0%
78%
22%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
122
mengeluh salah satunya adalah kecepatan dan kemudahan layanan dalam
administrasi seperti pembuatan KK, KTP.
2. Kepentingan Masyarakat
Diagram 4.33
Saya Dapat Mengendalikan Kepentingan Pribadi
dengan Tidak Menunda Pekerjaan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan pernyataan di atas 99% responden menyatakan setuju dengan
pernyataan tersebut, yaitu 27% atau 19 responden menyatakan sangat setuju dan
72% atau 52 responden menyatkan setuju. Hal ini mengartikan bahwa aparatur
desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu dapat menjalankan pekerjaannya dengan
baik. Responden menyatakan bahwa kepentingan pribadi tidak bisa disatukan
dengan kepentingan rakyat. Kemudian 1 responden menyatakan tidak setuju,
karena masih ada aparatur yang menunda pekerjaan untuk kepentingan pribadi
atau keluarganya.
27%
72%
1% 0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
123
4.4.2.4 Tersedia Sarana dan Prasarana
1. Non-Fisik
Diagram 4.34
Ketersediaan Dana atau Biaya Dapat Memperlancar
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 75% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut, yaitu 28% atau 20 responden menyatakan sangat
setuju dan 47% atau 34 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
ketersediaan dana atau biaya dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dapat
memperlancar. Responden menyatakan dengan adanya dana yang dibutuhkan oleh
desa dapat membantu karena dana yang dibutuhkan sebelumnya sudah dibuat di
dalam APBDes.
Selanjutnya sebanyak 25% atau 18 responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Responden menyatakan bahwa dana yang diberikan
terlambat sehinga dapat menyebabkan kegiatan tidak berjalan dengan lancar. Dari
28%
47%
25%
0% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
124
pernyataan tersebut dapat diarttikan bahwa ketersediaan dana di desa khususnya
di wilayah Kecamatan Kramatwatu sangat membantu guna memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Diagram 4.35
Kelembagaan di Desa Dapat Membantu
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 78% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 21% atau 15 responden menyatakan sangat
setuju dan 57% atau 41 responden menyatakan setuju. Responden menyatakan
bahwa kelembagaan di desa dapat membantu guna berjalannya segala kegiatan
yang dilaksanakan. Kemudian sebanyak 22% atau 16 responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut, responden menyatakan kelembagaan desa
memag dapat memperlancar penyelenggaraan pemerintahan desa, namun jika
kelembagaan tersebut tidak berjalan atau tidak aktif dalam kegiatan tidak akan
21%
57%
22%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
125
berdampak apapun terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu.
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa kelembagaan di desa sangat
berdampak baik terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa, apabila
kelembagaan tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan di desa.
Namun sebaliknya akan berdampak negatif apabila kelembagaan tidak berperan
serta terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.
2. Fisik
Diagram 4.36
Fasilitas yang Tersedia Memperlancar
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas, sebanyak 78% atau 56 responden
menyatakan setuju. Responden menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia sudah
membantu dalam kegiatan di desa. Artinya fasilitas yang ada menunjang segala
kegiatan yang ada, seperti perlengkapan dan peralatan kantor desa.
0%
78%
21%
1% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
126
Kemudian sebanyak 21% atau 15 responden menyatakan tidak setuju dan
1 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia belum memenuhi kebutuhan
para aparatur desa, sehingga penyelenggaraan pemerintahan desa sedikit
terhambat.Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fasilitas yang ada di
wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah tersedia dan dapat memperlancar kegiatan
yang ada di desa, walaupun ada beberapa desa yang fasilitasnya belum terpenuhi.
4.4.2.5 Koordinasi dan Kesatuan Arah
1. Pembagian Kerja
Diagram 4.37
Saya Merasa Nyaman dengan Pembagian Kerja Saat Ini
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 79% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 13% atau 9 responden menyatakan sangat
setuju dan 67% atau 48 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
13%
67%
19%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
127
aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu sudah baik dalam pembagian
kerja. Responden menyatakan bahwa pembagian kerja saat ini sudah tepat dengan
kemampuan aparatur desa.
Sebanyak 19% atau 14 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Responden
menyatakan bahwa pembagian kerja masih banyak yang perlu di perhatikan
karena pembagian kerja sangat berpengaruh dengan kualitas kerja aparatur desa.
Dari pernyataan tersebut dapat peneliti artikan bahwa aparatur desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu telah merasa nyaman dengan pembagian kerja saat ini.
2. Keserasian
Diagram 4.38
Pemberian Masukan Dapat Memberikan Solusi
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 37% atau 27 responden menyatakan
sangat setuju dan 60% atau 43 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
37%
60%
3% 0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
128
tersebut. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa merasakan pemberian masukan
dapat memberi solusi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Responden
menyatakan bahwa masukan yang baik akan menambah refrensi dalam
pelaksanaan kegiatan yang ada di desa, masukan tersebut bisa didapat dari
masyarakat desa masing-masing berupa saran dan kritikan. Sehingga aparatur
desa mengetahui apa saja yang perlu dipertahankan dan dibenahi. Sekitar 3% atau
2 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut, responden menyatkan bahwa
beberapa aparatur tidak selalu berkontribusi dalam menyampaikan pendapat
sehingga terkadang solusi yang dibutuhkan kurang diberikan.
Diagram 4.39
Saya Dapat Bekerja Dengan Baik Dalam Team
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sebanyak 12% atau 9 responden menyatakan
sangat setuju dan 67% atau 48 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
12%
67%
21%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
129
tersebut. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan
Kramatwatu dapat bekerjasama. Artinya aparatur desa dapat melaksanakan
tugasnya bersama-sama, responden menyatakan bahwa kerjasama merupakan
salah satu bentuk dari kegiatan di desa, seperti halnya dalam melaksanakan
gotong royong, dan acara-acara adat dan budaya yang ada di desa. Sekitar 21%
atau 15 responden menyatakan tidak setuju, responden menyatakan bahwa
beberapa aparatur memiliki sifat yang berbeda sehingga ada beberapa apartur
yang masih mementikan ego masing-masing sehingga kurang dalam bekerjasama.
4.4.2.6 Sistem Pengawasan dan Pengendlian yang Bersifat Mendidik
1.Adanya Sistem Pengawasan
Diagram 4.40
Adanya Pengawasan Oleh BPD
Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasrkan diagram di atas sebanyak 74% atau 53 responden menyatakan
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini mengartikan bahwa kelembagaan di
74%
26%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
130
desa sudah berjalan khususnya kelembagaan BPD. Responden menyatakan bahwa
BPD turut berperan serta dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Kemudian
sebanyak 26% atau 19 responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, responden menyatakan bahwa BPD tersedia namun dalam kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa kelembagaan BPD tidak berperan aktif
sehingga kelembagaan tersebut terbilang pasif dalam kegiatan.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kelembagaan di desa telah
tersedia seperti BPD namun dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa
BPD tidak berperan banyak sehingga kelembagaan tersebut hanya berbentuk
nama saja.
2. Pengendalian yang Bersifat Mendidik
Diagram 4.41
Dengan Mengikuti Program Pelatihan,
Saya Lebih Mudah Memahami Tugas Baru yang Diberikan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
31%
62%
7%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
131
Berdasarkan diagram diatas sebanyak 31% atau 22 responden menyatakan
sangat setuju dan 62% atau 45 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini mengartikan bahwa aparatur desa di wilayah Kecamatan
Kramatwatu yang mengikuti program pelatihan dapat lebih mudah dalam
melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut perlu ditingkatkan karena memang
pelatihan membantu bagi aparatur yang memang kurang dalam melaksankan
pekerjaannya. Sekitar 7% atau 5 responden menyatakan tidak setuju, responden
menyatakan bahwa program pelatihan yang diberikan tidak selalu sesuai apa yang
dibutuhkan oleh aparatur desa, sehingga pelatihan yang diberikan tidak bisa
dirasakan oleh semua aparatur desa.
Diagram 4.42
Saya Hadir Setiap Kali Bimtek Diadakan
Sumber: diolah peneliti, berdasarkan data 2017
Berdasarkan diagram di atas sekitar 87% responden menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 33% atau 24 responden menyatakan sangat
33%
54%
13%
0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
132
setuju dan 54% atau 39 responden menyatakan setuju. Hal ini mengartikan bahwa
aparatur desa selalu hadir setiap bimtek diadakan, responden menyatakan bahwa
bimtek yang diadakan memang membantu aparatur dalam melaksanakan
pekerjaan. Sebanyak 13% atau 9 responden menyatakan tidak setuju karena
memang responden tidak pernah hadir setiap kali bimtek diadakan, hal ini
dinyatakan responden karena bimtek yang diadakan tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Hanya aparatur desa tertentu saja yang memang bimtek tersebut
dibutuhkannya.
4.5 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, akan dijawab melalui hipotesis yang
dihitung, dari data yang terkumpul. Pengujian statistik disini dimaksudkan untuk
melakukan pengujian yang telah diduga , dalam pengujian hipotesis penelitian ini
melakukan uji koefisien korelasi, uji koefisien determinasi dan uji regresi
sederhana. Pengujian hipotesis yang dimaksud untuk mengetahui tingkat
signifikasi dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, adapun
perhitungan hipotesis tersebut sebagai berikut:
4.5.1 Uji Koefisien Korelasi Product Moment
Berdasarkan data di atas, penulis memperolehdua variabel yang dapat diukur,
yaitu:
X = Kapasitas
Y = Efektivitas
untuk menghitung dua variabel tersebut, penulis menggunakan analisis sebagai
berikut:
133
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi
Dari perhitungan menggunakan SPSS versi 22 dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang positif sebesar 0.854 antara Kapasitas dan Efektivitas
untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan, maka dapat
digunakan pedoman besar kecilnya angka korelasi menentukan tinggi atau
rendahnya hubungan kedua variabel.
Tabel 4.9
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi
Sumber: Sugiyono (2011:214)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa koefisien korelasi
yang ditemukan sebesar 0.854. koefisien korelasi 0.854 termasuk korelasi sangat
kuat, jadi terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara variael X
Correlations
Kapasitas Efektivitas
Kapasitas Pearson Correlation 1 .854**
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
Efektivitas Pearson Correlation .854** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Besarnya Nilai r Tingkat Hubungan
Antara 0.00-0.199
Antara 0.20-0.399
Antara 0.40-0.599
Antara 0.60-0.799
Antara 0.80-1.000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
134
(Kapasitas Aparatur) dan variabel Y (Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa).
4.5.2 Uji Regresi Linier Sederhana
Regresi digunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau
lebih,terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui
dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks.
Persamaan regresi digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh variabel bebas
(Kapasitas) dan variabel terikat (Efektivitas).
Secara umum persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Nilai yang diprediksi
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.773 4.357 1.325 .189
Kapasitas 1.114 .081 .854 13.732 .000
a. Dependent Variable: Efektivitas
135
Y2 = a + bX
Y2 =
5.773 + 1,114 X
Keterangan:
X = Kapasitas
Y = Efektivitas
a = Konstanta sebesar 5.773 artinya jika Kapasitas (X) nilainya 0, maka tingkat
Efektivitas nilainya sebesar 5.773
b = Koefisien regresi sebesar 1,114 artinya Kapasitas (X) nilainya 0, maka tingkat
Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Y) mengalami peningkatan
sebesar 1,114
4.5.3 Uji Signifikasi
Rumusan uji signifikasi korelasi Product Moment digunakan untuk
menguji signifikasi pengaruh antara dua variabel, untuk itu perlu di tes apakah
korelasi antara variabel X dengan variabel Y signifikasi atau tidak, dengan
demikian perlu dilakukan uji t.
t hitung = √
√
√
√
= √
√
√
=13.73
136
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 13.73
dan dari table nilai-nilai t, diketahui bahwa dengan d.f sebesar 70 dan taraf
signifikasi sebesar 10%, nilai t tabel adalah 1.6669.
Kriteria penerimaan hipotesis adalah, jika t hitung lebih besar 1.6669 atau
sama dengan t table. Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa t hitung lebih
besar daripada t tabel.Dengan demikian,hipotesis yang berbunyi “ Terdapat
pengaruh kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang” diterima.
4.5.4 Analisis Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh antara variabel X dan
variabel Y dapat dilihat dari besarnya pengaruh (R square). Berikut model
summary berdasarkan hasil pengolahan data SPSS versi 22.
Tabel 4.11
Nilai Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R
2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel dependen. Hasil output SPSS pada table di atas
menunjukan bahwa R square sebesar 0.729 atau 72.9 % yang berarti bahwa
variabel independen (Kapasitas) mempengaruhi Variabel dependen (Efektivitas)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .854a .729 .725 2.636
a. Predictors: (Constant), Kapasitas
137
sebesar 72.9 % dan sisanya 27.1 % yang diperkirakan oleh faktor lain. Faktor lain
tersebut diantaranya: Local Governance Capacity pada Intitutional Level
(individual organitation’s structures and working mechanisms, it’s relationship
with other relevant organitation) dan pada System Level (the legulatory
framework and enabling national and regional policies) yang dikemukakan oleh
United Nation Development Program (UNDP 1998) dalam Rohdewhold (2004:3).
Namun faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas aparatur tersebut tidak diteliti
lebih lanjut oleh peneliti, melainkan dapat diteliti oleh peneliti lain sebagai acuan
untuk diteliti.
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul Pengaruh Kapasitas Aparatur Terhadap Efektivitas
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi di Wilayah Kecamatan Kramatwatu
Kabupaten Serang) bahwa hal yang paling penting dan utama adalah menjawab
rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti pada awal penelitian. Rumusan
masalah tersebut adalah ”Seberapa Besar Pengaruh Kapasitas Aparatur Terhadap
Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi di Wilayah Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang)?”
Berdasarkan hasil perhitungan melalui Statistic Program For Social
Science (SPSS) versi 22 menunjukan bahwa adanya pengaruh yang sedang antara
variabel X (Kapasitas Aparatur) terhadap variabel Y (Efektivitas Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa). Dimana hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson
Product Moment diperoleh nilai sebesar 0.854. pengaruh anatara variabel X
terhadap variabel Y tersebut juga diperkuat dengan hasil uji signifikasi yang
138
menyatakan bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel (13.73 > 1.6669), maka
ada pengaruh signifikan antara kapasitas aparatur terhadap efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa (studi di wilayah Kecamatan Kramatwatu
Kabupaten Serang). Dapat disimpulkan karena nilai t hitung lebih besar dari t
tabel maka H0ditolak dan Haditerima.
Untuk menghitung apakah ada pengaruh antara variabel X (independen –
Kapasitas aparatur) terhadap variabel Y (dependen – Efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa), maka menggunakan rumus regresi linier sederhana. Dari
hasil perhitungan SPSS versi 22 menunjukan bahwa persamaan regresi linier
sederhana yaitu Y2 =
5.773 + 1,114 X. Konstanta sebesar 5.773 artinya jika
Kapasitas (X) nilainya 0, maka tingkat Efektivitas nilainya positif sebesar 5.773.
Nilai b (koefisien regresi) sebesar 1,114, artinya jika (X) Kapasitas aparatur
nilainya 0, maka tingkat Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa (Y)
mengalami peningkatan sebesar 1,114.
Dapat dikatakan bahwa apabila kapasitas aparatur tidak baik maka
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, sebaliknya apabila kapasitas aparatur berjalan dengan baik dan
maksimal maka efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa akan baik sesuai
dengan semestinya.
Selanjutnya untuk menghitung seberapa besar pengaruh variabel X
(kapasitas aparatur) terhadap variabel Y (efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa) dengan melihat hasil perhitungan R Square. Nilai R Square
menunjukan besarnya pengaruh antara variabel X (kapasitas aparatur) terhadap
139
variabel Y (efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa). Berdasarkan hasil
perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0.729 atau 72.9%
yang berarti bahwa variabel X (independen – kapasitas aparatur) mempengaruhi
variabel Y (dependen – efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa) sebesar
72.9% dan sisanya 27.1% diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lain, seperti
Intitutional Level (individual organitation’s structures and working mechanisms,
it’s relationship with other relevant organitation) dan pada System Level (the
legulatory framework and enabling national and regional policies) yang
dikemukakan oleh United Nation Development Program (UNDP 1998) dalam
Rohdewhold (2004:3). Namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti lebih lanjut oleh
peneliti melainkan dapat diteliti oleh peneliti lain sebagai acuan untuk diteliti.
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal instrumen pada
variabel X (kapasitas aparatur) adalah 4 x 20 x 72 = 5760 (4 = nilai tertinggi dari
setiap jawaaban pernyataan, 20 = jumlah item pernyataan variabel X, 72 = jumlah
sampel yang dijadikan responden). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian
pada variabel X adalah 3857. Dengan demikian, nilai kapasitas aparatur adalah
3857 : 5760 = 0.66 atau 66% artinya kapasitas aparatur termasuk dalam kategori
baik.
Data tersebut dapat dianalisis berdasarkan scoring jawaban dariresponden.
Berdasarkan skor yang telah dihitung di atas ditetapkan maka:
Jumlah jawaban untuk skor 4 (sangat setuju) : 59 x 4 = 236
Jumlah jawaban untuk skor 3 (setuju) : 873 x 3 = 2619
Jumlah jawaban untuk skor 2 (tidak setuju) : 499 x 2 = 998
140
Jumlah jawaban untuk skor 1 (sangat tidak setuju) : 9 x 1 = 9
Total skor ideal (kriterium) untuk seluruh item : = 3862
Skor tertinggi = 20 x 4 x 72 = 5760
Skor terendah = 20 x 1 x 72 = 1440
Kategori instrumen variabel X:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
1440 2880 4320 5760
3862
Jadi, berdasarkan data yang telah diperoleh dari 72 responden, maka data 3862
terletak pada daerah cukup baik dan baik namun lebih mendekati daerah baik.
Lalu berdasarkan data yang diperoleh dari variabel efektivitas (Y), nilai
tertinggi yaitu 4 x 18 x 72 = 5184 dan nilai terendah 1 x 18 x 72 = 1296. Skor
penelitian adalah jumlah skor pengumpulan data variabel Y yaitu 3881. Maka,
hasil efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah 3881 : 5184 = 0.74
atau sebesar 74%. Artinya, penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah
Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang sudah baik.
Data tersebut dapat dianalisis berdasarkan scoring jawaban dari
responden. Berdasarkan skor yang telah dihitung di atas ditetapkan maka:
Jumlah jawaban untuk skor 4 (sangat setuju) : 230 x 4 = 920
Jumlah jawaban untuk skor 3 (setuju) : 838 x 3 = 2514
141
Jumlah jawaban untuk skor 2 (tidak setuju) : 224 x 2 = 448
Jumlah jawaban untuk skor 1 (sangat tidak setuju) : 4 x 1 = 4
Total skor ideal (kriterium) untuk seluruh item : = 3886
Skor tertinggi = 18 x 4 x 72 = 5184
Skor terendah = 18 x 1 x 72 = 1296
Kategori instrumen variabel Y:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
1296 2592 3888 5184
3886
4.7 Pembahasan
Dari pembahasan yang memaparkan tentang pengujian hipotesis
menjelaskan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji hipotesis tersebut
diperoleh dari nilai t hitung lebih besar dari t tabel (13.73 > 1.6669). Dari data
tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
kapasitas aparatur terhdap penyelenggaraan pemerintahan desa (studi di
wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang).
Hasil penelitian ini dapat melihat kembali pada teori yang digunakan
penelitian ini.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variable, yaitu
variable kapasitas aparatur dan variabel efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa. Teori yang digunakan untuk variable kapasitas aparatur
142
adalah teori dari UNDP, Benyamin S.Bloom, Robert L Ketz, Wibowo &
Carol Lewis sebagai varibel X. Berikut adalah uraian persentase dari empat
indikator tersebut, yaitu:
a. Pengetahuan
Dalam indikator pengetahuan terdapat dua sub-indikator, yaitu mengetahui
dan aplikasi yang dijabarkan dalam 4 butir pernyataan. Dalam indikator ini
nilai persentasenya mencapai 71% hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator mengetahui dan aplikasi yakni 4 x 4 x 72 = 1152. Kemudian dibagi
dengan skor rill yang diisi oleh responden yaitu sebesar 818 : 1152 = 0.7100
x 100% = 71%.
Kategori instrumen indikator pengetahuan:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
288 592 880 1168
818
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh pengetahuan aparatur
desa di wilayah kecamatan kramatwatu sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari
jawban responden terhadap pernyataan yang diberikan.
b. Keterampilan
Dalam indikator keterampilan terdapat tiga sub-indikator, yaitu keterampilan
teknik, keterampilan hubungan manusia dan keterampilan diagnostik yang
143
dijabarkan dalam 7 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai persentasenya
mencapai 68.30 % hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator yakni 4 x
7 x 72 = 2016. Kemudian dibagi dengan skor rill yang diisi oleh responden yaitu
sebesar 1377 : 2016 = 0.6830 x 100% = 68.30%.Kategori instrumen indikator
keterampilan:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
504 1008 1512 2016
1377
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar keterampilan aparatur
desa di wilayah Kecamatan Kramatwatu dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa sudah cukup baik. Sedangkan sebagian lainnya yang tidak memiliki
keterampilan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal ini dikarenakan
kurangnya pelatihan dan pembinaan yang dibutuhkan oleh aparatur desa
khususnya dalam penggunaan teknologi.
c. Kompetensi
Dalam indikator Kompetensi terdapat dua sub-indikator, yaitu motif dan
konsep diri yang dijabarkan dalam 4 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai
persentasenya mencapai 67.88 % hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator yakni 4 x 4 x 72 = 1152. Kemudian dibagi dengan skor rill yang diisi
oleh responden yaitu sebesar 782 : 1152 = 0.6788 x 100% = 67.88%.Kategori
instrumen indikator kompetensi:
144
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
288 576 864 1152
782
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh kompetensi aparatur
desa di wilayah kecamatan kramatwatu sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari
jawban responden terhadap pernyataan yang diberikan.
d. Etika
Dalam indikator etika terdapat dua sub-indikator, yaitu Bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan konsekuensinya dan larangan penyalahgunaan
wewenang yang dijabarkan dalam 5 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai
persentasenya mencapai 61.11% hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator tersebut yakni 4 x 5 x 72 = 1440. Kemudian dibagi dengan skor rill yang
diisi oleh responden yaitu sebesar 880 : 1440 = 0.6111 x 100% = 61.11%.
Kategori instrumen indikator etika:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
360 720 1080 1440
880
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh etika aparatur desa di
wilayah kecamatan kramatwatu sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari
jawban responden terhadap pernyataan yang diberikan.
145
Sedangkan variabel efektivitas penyelenggaraanpemerintahan desa mengacu
pada teori dari Gibson, Steer & Tangkilisan yang terdiri dari enam indikator.
Berikut adalah uraian persentase dari enam indikator tersebut, yaitu:
a. Kepastian Hukum
Dalam indikator kepastian hukum terdapat dua sub-indikator, yaitu adanya
pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan kepatuhan yang
dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai persentasenya
mencapai 73.03% hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator tersebut
yakni 4 x 3 x 72 = 864. Kemudian dibagi dengan skor rill yang diisi oleh
responden yaitu sebesar 631 : 864 = 0.7303 x 100% = 73.03%. Kategori
instrumen indikator kepastian hukum:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
631
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu sudah
baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden terhadap pernyataan yang
diberikan.
b. Kebijakan dan Praktik Manajemen
Dalam indikator kebijakan dan praktik manajemen terdapat dua sub-indikator,
yaitu ketepatan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemanfaatan sumber
146
dayayang dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai
persentasenya mencapai 72.10 % hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator tersebut yakni 4 x 3 x 72 = 864. Kemudian dibagi dengan skor rill yang
diisi oleh responden yaitu sebesar 623 : 864 = 0.7210 x 100% = 72.10%.
Kategori instrumen indikator kebijakan dan praktik manajemen:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
623
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan dan praktik manajemen
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu
sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden terhadap pernyataan yang
diberikan.
c. Penyelenggaraan Kepentingan Umum
Dalam indikator penyelenggaraan kepentingan umum terdapat dua sub-indikator,
yaitu proses penyelenggaraan pemerintahan desa dan kepentingan
masyarakatyang dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. Dalam indikator ini nilai
persentasenya mencapai 78.24 % hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator tersebut yakni 4 x 3 x 72 = 864. Kemudian dibagi dengan skor rill yang
diisi oleh responden yaitu sebesar 676 : 864 = 0.7824 x 100% = 78.24%.
Kategori instrumen indikator penyelenggaraan kepentingan umum:
147
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
676
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan kepentingan umum
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu
sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden terhadap pernyataan yang
diberikan.
d. Tersedia Sarana dan Prasarana
Dalam indikator tersedia sarana dan prasarana terdapat dua sub-indikator, yaitu
biaya dan kelembagaan dan sarana pemberdayaan yang dijabarkan dalam 3 butir
pernyataan. Dalam indikator ini nilai persentasenya mencapai 73.03% hasil
tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator tersebut yakni 4 x 3 x 72 = 864.
Kemudian dibagi dengan skor rill yang diisi oleh responden yaitu sebesar 631 :
864 = 0.7303 x 100% = 73.03%.
Kategori instrumen indikator tersedianya sarana dan prasarana:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
631
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tersedianya sarana dan prasarana
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu
sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden terhadap pernyataan yang
148
diberikan. Sedangkan sebagian lainnya masih banyak yang perlu ditingkatkan,
seperti kelembagaan desa yang merupakan wadah atau media untuk masyarakat
desa dalam beraspirasi, walaupun suda ada kelembagaan desa namun
keberadaanya harus lebih diaktifkan dan dimotivasi tentunya dengan dukungan
aparatur yang ada di desa tersebut.
e. Koordinasi dan Kesatuan Arah
Dalam indikator koordinasi dan kesatuan arah terdapat dua sub-indikator, yaitu
pembagian kerja dan keserasianyang dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. Dalam
indikator ini nilai persentasenya mencapai 76.38% hasil tersebut diperoleh dari
skor ideal dari indikator tersebut yakni 4 x 3 x 72 = 864. Kemudian dibagi dengan
skor rill yang diisi oleh responden yaitu sebesar 660 : 864 = 0.7638 x 100% =
76.38%.
Kategori instrumen indikator koordinasi dan kesatuan arah:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
660
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa koordinasi dan kesatuan arah dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah kecamatan kramatwatu sudah
baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden terhadap pernyataan yang
diberikan.
149
f. Sistem Pengawasan dan Pengendalian yang Bersifat Mendidik
Dalam indikator sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
terdapat dua sub-indikator, yaitu adanya pengawasan dan pengendalian yang
bersifat mendidik yang dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. Dalam indikator ini
nilai persentasenya mencapai 76.38% hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari
indikator tersebut yakni 4 x 3 x 72 = 864. Kemudian dibagi dengan skor rill yang
diisi oleh responden yaitu sebesar 660 : 864 = 0.7638 x 100% = 76.38%. Kategori
instrumen indikator sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik:
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
216 432 648 864
660
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem pengawasan dan pengendalian
yang bersifat mendidik dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di wilayah
kecamatan kramatwatu sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari jawban responden
terhadap pernyataan yang diberikan. Walaupun dikatakan sudah baik namun
pembinaan untuk aparatur desa masih harus terus di tingkatkan kembali.
150
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa (studi
di wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang), maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara kapasitas aparatur terhadap
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa, akan tetapi pengaruh relatif kecil
yaitu berdasarkan kriteria interpretasi koefisien determinasi sebesar 72.9%,
sedangkan sisanya 27.1% diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lain.
Kemudian, berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson
Product Moment diperoleh nilai sebesar 0.854 yang termasuk dalam kategori
korelasi sangat kuat. Pengaruh antara kapasitas aparatur terhadap efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa tersebut juga diperkuat dengan hasil uji
signifikan yang menyatakan bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel (13.73 >
1.6669), dapat disimpulkan karena t hitung lebih besar dari t tabel maka H0
(hipotesis nol) ditolak dan Ha (hipotesis kerja) diterima, yang berarti terdapat
pengaruh antara kapasitas aparatur terhadap efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan desa (studi di wilayah Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang).
151
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kapasitas aparatur terhadap
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa (studi di wilayah Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang), maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk mencapai efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa
diharapkan untuk pendampingan aparatur desa baik dari tingkat
kecamatan dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas
aparatur desa di wilayah Kecamatan Kramatwaktu, baik dengan
diadakannya pelatihan dan pembinaan sesuai apa yang dibutuhkan
oleh aparatur desa.
2. Sebagai aparat (pegawai negeri) yang telah mengangkat sumpah dan
janji, hendaknya meningkatkan aktualisasinya sebagai seorang pelayan
publik (public service) dalam hal kedisiplinan dari segi waktu kerja
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.
3. Diharapkan untuk BPD di wilayah Kecamatan Kramatwatu agar dapat
aktif berkontribusi dan partisipatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa yang dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas
sehari-hari, oleh karena itu setiap anggota BPD perlu meningkatkan
dedikasi dan komitmennya sebagai lembaga di desa.
4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan
pemerintahan desa, salah satunya adalah kapasitas aparatur pada level
individual seperti pengetahuan, keterampilan, kompeteni dan etika.
Faktor-faktor lain yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan
152
desa bisa berupa Intitutional Level (individual organitation’s structures
and working mechanisms, it’s relationship with other relevant
organitation) dan pada System Level (the legulatory framework and
enabling national and regional policies) Namun faktor-faktor tersebut
tidak diteliti lebih lanjut oleh peneliti melainkan dapat diteliti oleh
peneliti lain sebagai acuan untuk diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manejemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Radja
Grafindo Persada.
Keban,Yeremias. 2008. Enam Dimensi Strategi Administrasi Publik:Konsep Teori dan Isu,
Yogyakarta: Gava Media
Kencana S. Inu. 2011. Etika Pemerintahan, Jakarta: Rieneka Cipta.
Kumorotomo Wahyudi. 2005. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Makmur. 2009. Teori Manajemen Stratejik dalam Pemerintahan dan Pembangunan, Jakarta:
Rafika Aditama.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta:ANDI
Nawawi, Zaidan. 2013. Manajemen Peemerintahan, Jakarta: Rajawali.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian, Bogor. Ghalia Indonesia.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga.
Robbin, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Rohdewohld R. 2004. Building Capacity to Support Decentralisation the Case of Indonesia,
Tokyo: Tokyo Symposium on Capacity Development.
Said, Masud.M. 2010. Birokrasi di Negara Birokratis. Malang: UMM Press.
Sarundajang. 2005. Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah, Jakarta: Kata Hasta.
Sedarmayanti. 2000. Restrukturasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan. Bandung: Mandar Maju.
Setyawan. 2004. Pembangunan Desa, Jakarta: Yayasan Obor Mas.
Sugiyono. 2007. MetodePenelitian Admnistrasi, Bandung:Alfabeta.
Sudarmo, Gito dan Mulyono, Agus. 2001. Prinsip Dasar Manajemen, Jogyakarta: BPFE.
Soeprapto Riyadi. 2010. The Capacity Building For Local Government Toward Good
Governance, World Bank.
Sondang P. Siagian. 2014. Administrasi Pembangunan, Jakarta: Bumi Aksara.
Tangkilisan. Hessel Nogi S. 2005. Manejemen Publik, Jakarta: Grasindo.
Thoha, Miftah. 2011. Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Jakarta: Kencana.
Ulbersilalahi. 2002. Pemahaman Praktik Asas Asas Manajemen,Bandung: Mandar Maju
Umar, Husaein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa, Jakarta: Rajawali Pers.
Widjaja, HAW. 2005. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta: Grafindo Persada.
Peraturan :
Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 9, tentang Pedoman Pembentukan
Organisasi dan Tatat Kerja Pemerintah Desa.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 14 Tahun 2011, tentang Sumber Pendapatan dan
Kekayaan Desa.
Sumber Elektronik :
http//www.anatarabanten.com/berita/24074/pemprov-banten-tingkatkan-kualitas-dan-
kompetensi-desa, Mulyana. Rabu 30 November 2016 12:50WIB (diakses pada Rabu,
18 Januari 2017 pukul 19:45 wib)
http:/serangkab.bps..do.id/ kecamatan kramatwatu dalam angka 2016 (diakses pada Minggu,
23 Oktober 2016 pukul 19:15 wib)
Sumber Lain
Yuliana dan Amin. 2013. Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pekanbaru:
Universitas Riau.
Jitun. 2013. Kinerja Aparatur Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung: Universitas Mulawarman.
Sahlan Sahputra. 2008. Pengaruh Kemampuan Aparatur terhadap Efektivitas Pelaksanaan
Program Pebangunan Desa: Universitas Sumatera Utara.
Cohen dan Eimicke. 1995. Ethic and The Public Administrator. ANNALS, AAPSS.
LAMPIRAN
Wawancara dengan salah satu aparatur desa Wawancara dengan salah satu aparatur desa
Wawancara dengan salah satu aparatur desa Wawancara dengan salah satu aparatur desa
Wawancara dengan salah satu aparatur desa Wawancara dengan salah satu aparatur desa
Acara Bimbingan teknis yang diadakan oleh Narasumber pada acara bimbingan tekn is
pihak kecamatan kramatwatu di Kecamatan Kramatwatu
Aparatur desa yang hadir dalam acara bimbingan Daftar hadir peserta bimbingan teknis di
teknis di Kecamatan Kramatwatu Kecamatan Kramatwatu
Salah satu aparatur desa yang sedang mengisi Salah satu aparatur desa yang sedang mengisi
Kuisioner kuisioner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Siti Solihat
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 21 Maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Pelabuhan Bulan RT. 007 RW. 004 Desa
Wanayasa, Kecamatan. Kramatwatu, Kabupaten
Serang, Banten
E-mail : [email protected]
No. Hp : 081283006997
II. Pendidikan Formal
SDN GIRIPADA (Tahun 2001-2007)
SMPN 1 KRAMATWATU (Tahun 2007-2010)
SMAN 1 KRAMATWATU (Tahun 2010-2013)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) (Tahun 2013-2017)
Demikian daftar riwayat hidup saya buat dengan sebenar-benarnya.
Serang, Mei 2017
Siti Solihat