bab ii kajian teori 2.1. pengertian...

66
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Pendapat para ahli psikologi dan pendidikan tentang pengertian belajar sangat bermacam-macam.Pendapat-pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda dan sesuai dengan kepentingan para ahli yang bersangkutan. Pendapat yang menitik beratkan pada perilaku, Slameto (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2002) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Cronbach dalam Djamarah (2002) belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan diri untuk menjadi sesuatu. Pendapat yang menitik beratkan pada proses, Djamarah (2002) berpendapat belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang

Upload: lamkhuong

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

9  

BAB II

KAJIAN TEORI

 

2.1. Pengertian Belajar

Pendapat para ahli psikologi dan pendidikan tentang pengertian belajar

sangat bermacam-macam.Pendapat-pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut

pandang yang berbeda-beda dan sesuai dengan kepentingan para ahli yang

bersangkutan. Pendapat yang menitik beratkan pada perilaku, Slameto (2003)

menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan

lingkunganya. Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2002)

merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Cronbach dalam Djamarah

(2002) belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan teori di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan diri untuk

menjadi sesuatu.

Pendapat yang menitik beratkan pada proses, Djamarah (2002)

berpendapat belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

10  

ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan.Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik,

tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang

mempengaruhi tingkah laku seseorang. Widi Rahardja (2002) kegiatan belajar

diperankan oleh siswa yakni seorang yang bertindak sebagai pencari,

penerima, penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencari tujuan.

Nana Sudjana (1989) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang. Dapat disimplkan bahawa, belajar

merupakan kegiatan yang dilakuakn oleh seseorang dengan di tandai dengan

perubahan perilaku.

Beberapa pendapat yang menitik beratkan aktifitas atau kegiatan,

menurut kaum konstruktivis yang disunting oleh A.M. Slamet Soewandi dkk

(2005) , belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, lebih

dari pada suatu proses mekanik untuk mengumpulkan sesuatu. Bell gredler

(1986), belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan

budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Sedangkan menurut

Hintzman dalam Brophu (1998) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan

yang terjadi dalam diri organisme (manusia) yang disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku organism tersebut. The Liang

Gie (1992), Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam diri seseorang

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

11  

berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak

permanen. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses kegiatan seseorang yang memiliki suatu tujuan untuk

melakukan suatu perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan adanya

beberapa ciri belajar, yaitu:

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change

behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati

dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa

mengetahui tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat

mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa

perubahan tingkah laku terjadi karena belajar untuk waktu tertentu

dan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, erubahan tingkah laku

tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada

proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut

bersifat potensial;

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman yang dilalui;

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

12  

5. Pengalaman atau latian itu dapat memberi pengetahuan. Sesuatu

yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan

untuk mengubah tingkah laku tersebut menjadi lebih baik.

2.2. Teori Belajar

2.2.1. Teori Belajar behaviorisme

Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh

Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang

berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan

pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan

pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan

semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan

akan menghilang bila dikenai hukuman.

2.2.2.Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai

protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.Model

kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

13  

infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan

kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel

(1968), jerom Bruner (1966), dan Gagne (1985). Dari ketiga peneliti ini,

masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada

apsek pengelolaan yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner

(1966) bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai

suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari

lingkungan.

2.2.3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun

tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan

landasan berfikir pembelajaran konstektual yaitu pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah

yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkontruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori

konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

14  

idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat

langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan

mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat

secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Dalam proses pembelajaran ketiga kategori teori belajar itu dipadukan

sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Ketiga

kategori teori tesebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, namun tetap bisa

dibedakan agar dalam pencapaian tujuan pembelajaran dipahami aspek yang

dikembangkan, misalnya kognitif, afektif atau psikomotor.

2.2.4.Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini

mengatakan bahwa belajar merupakan memperoleh pemahaman dan

pandangan (insight). Insight adalah didapatkannya pemecahan problem,

dimengeritnya persoalan. Jadi belajar bukan semata-mata mengulangi hal-hal

yang harus dipelajari Suryabrata (1984)

Menurut Hilgard dalam Suryabrata (1984) Sifat-sifat belajar dengan

insight (pandangan), yaitu:

1) Tergantung dari kemampuan dasar;

Belajar dengan insight pada siswa dipengaruhi oleh inteligensi

atau kemampuan dasar siswa dimana kemampuan tersebut berbeda-

beda pada setiap individu.Dengan inteligensi atau kemampuan dasar

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

15  

ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih baik di sekolah.

Kemampuan dasar/inteligensi/ potensial ability, menurut Singgih

Gunarsa dalam Sunarto dkk, (1999) adalah suatu kumpulan

kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu

pengetauan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam tingkah laku

tertentu secara lancar untuk menghadapi lingkungan dan masalah yang

timbul.

2) Tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan;

Bahwa belajar dengna insight dipengaruhi oleh pengalaman

masa lalu siswa pada awal pertumbuhannya dalam keluarga.

Pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.Namun

pengalaman masa lalu tersebut walapun relevan belum tentu individu

tersebut bisa memecahkan masalah. Kemudian siswa belajar dari

pengalaman yang diperoleh dari luar tersebut, dimana pengalaman

tersebut berupa stimulan-stimulan dari alam bebas maupun stimulan

yang diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan

(Sukardjo dkk, 2009).

3) Hanya timbul apabila, situasi belajar diatur sedemikian rupa

sehingga aspek yang perlu dapat diamati;

Sifat ini belajar ini menggunakan cara eksperimental. Dalam

ekperimen suatu permasalahan akan bisa dipecahkan dengan bantuan

alat yagn dibuat secara khusus, maka problem tersebut akan mudah

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

16  

dipecahkan. Tetapi jika apabila alat yang diperlukan untuk

memecahkan masalah tersetu dimanipulasi seolah-olah tidak mungkin,

maka yang diperoleh adalah persoalan makin rumit dan sulit

Suryabrata (1984) .

4) Pandangan adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari

langit;

Belajar dengan insight harus ada usaha aktif dari seorang

individu untuk mrndapatkan sebuah pandangan yang baru

lagi.Individu semakin mendapatlkan insight jika didahului oleh saat-

saat mencoba-coba, baru individu tersebut mendapatkan insight. Saat

seseorang mendapatkan pandangan baru bila ia dihadapkan pada

kondisi ketidakseimbangan kognitif sehingga ia berusaha untuk

mendapatkan keseimbangan lagi dengan berpikir secara aktif.

Suwarno (2006) memandang hal ini sebagai usaha individu atau

organisme untuk mendapatkan pandangan baru berdasarkan teori

gestalt.

5) Dapat diulangi;

Belajar dengan insight dalat diulangi artinya bahwa belajar itu

perlu latihan berulang-ulang agar tetap diingat dalam jangka waktu

yang lama (retensi). Dengan belajar terus menerus maka akan besar

kemungkinan ingatan terhadap sebuah pandangan (insight) siswa

dapat muncul kembali Witherington dkk, (1982). Jika sudah terlatih

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

17  

akan dengan mudah seorangg individu menyelesaikan masalah

tersebut Suryabrata (1984)

6) Dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.

Pengalaman-pengalaman, pandangan-pandangan atau konsep-

konsep yang sudah mengendap dalam diri seorang siswa akan muncul

kembali dan digunakan untuk menghadapi situasi baru. Siswa dengan

mudah mencari solusi dari permasalahan yang ada berdasarkan

pengalaman pada masa lalu.Pandangan memampukan siswa untuk

memanipulasi situasi untuk kepentingannya. Gillford dalam Tim

Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1989) menyebutnya sebagai

kemampuan berpikir divergen yaitu mampu menyusun hipotesis dalam

situasi yang problematis.

2.2.5. Teori Keingintahuan (Curiosity ) Oslon Matthew (2009)

Teori ini dikemukakan oleh Jerome Bruner (1966) yang mengatakan

bahwa belajar bukan untuk mengubah tingkah laku seseorang melainkan

mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat

belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses belajar, Bruner mementingkan

partisipasi aktif dari tiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan dimana

siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum

dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

18  

2.2.6. Teori Struktur Kognitif (Cognitif Sctucture) Oslon Matthew (2009)

Teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget ini mengatakan bahwa cara

belajar seseorang dipengaruhi oleh tahap-tahap perkembangan mental yang

sedang berlangsung. Tahap-tahap perkembangan mental yang dimaksud

adalah tahap berpikir secara intuitif dimana individu menggunakan indera

untuk mengenal lingkungan; beroperasi secara konkret dimana individu sudah

mengidentifikasi sesuatu, mengingkari sesuatu, dan mencari hubungan

timbale balik; beroperasi secara formal dimana individu mampu berpikir

secara abstrak dan membuat hipotesis. Jean Piaget sangat peduli terhadap

pengembangan keterampilan kognitif terutama kecerdasan atau inteligensi W

Berkson dkk (2003).

Menurut Piaget dalam Slameto (2010) proses perkembangan belajar

anak adalah:

1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang

dewasa, jadi anak bukan orang dewasa yang berukuran kecil;

Anak-anak hidup dalam dinamika sesuai dengan perkembangan

mentalnya masing-masing karena mereka memiliki cara yang unik

dank has dalam menyatakan sebuah fakta yang terjadi di sekitarnya.

Orang dewasa tidak mempunyai kewenangan untuk memperlakukan

anak sebagai layaknya orang dewasa walaupun anaknya sendiri.

2) Perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu

menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak;

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

19  

Setiap anak berkembang mentalnya sama seperti anak-anak

yang lain yang juga mengalami perkembangan mentalnya menuju

kedewasaan. Perkembangan menuju ke kedewasaan ini menempuh

tahap yang sama juga dengan anak yang lain mulai dari berpikir secara

intuitif; beroperasi secara konkret; dan beroperasi secara formal.

Semua anak sampai dewasa mengalami proses perkembangan mental

tersebut.

3) Walapun sama, tapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap

ke tahap lain tidak selalu sama untuk setiap anak;

Walapun semua anak mengalami perkembangan melalui tahap-

tahap mental tertentu namun dilihat dari sisi waktu untuk melewati

tahap tertentu tidak sama untuk semua anak. Artinya waktu yang

digunakan untuk menghayati dan melewati masa berpikir intuitif,

beroperasi secara konkret, dan beroperasi secara formal tidak sama.

Ada anak yang cepat melewati masa itu, tetapi ada juga yang lambat.

4) Perkembangan mental dipengaruhi oleh kemasakan, pengalaman,

interaksi sosial, equilibration (gabungan dari ketiga gabungan tadi

untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).

Cepat atau lambatnya perkembangan mental anak dari berpikir

intuitif, beroperasi konkret dan beroperasi secara formal dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Seorang anak yang cepat berpindah

perkembangannya dari berpikir intuitif ke beroperasi secara konkret

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

20  

karena dipengaruhi oleh kematangan anak yang bersangkutan,

pengalaman anak itu sendiri, pergaulannya dengan orang lain, atau

gabungan dari ketiga faktor tadi dalam membangun sebuah

kedewasaan.

2.2.7. Teori Stimulus Respon Moein dkk (1991)

Belajar, menurut teori yang diperkenalkan oleh R.Gagne (1987) ini,

adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga

menyatakan bahwa belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

2.2.8. Teori Purposeful Learning

Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk

mencapai tujuan dan dilakukan oleh siswa tanpa perintah atau bimbingan

orang lain, dilakukan oleh siswa dengan bimbingan orang lain di dalam

situasi belajar mengajar di sekolah.

2.2.9. Teori Belajar dengan jalan Mengamati dan Meniru (Observational

Learning and Imitation)

Teori belajar yang disampaikan oleh Bandura dan Walters (1963) ini

menyatakan bahwa belajar merupakan penguasaan tingkah laku baru sebagai hasil

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

21  

dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan yang

diamati. Model yang ditiru adalah kehidupan nyata, simbolik, dan representasional.

2.2.10. Teori Belajar yang Bermakna (Meaningful Learning)

Teori belajar yang bermakna yang diperkenalkan Ausubel dan

Robinson (1969) mengatakan bahwa belajar merupakan proses

mengintegrasikan atau menghubungakan informasi atau ide baru ke dalam

struktur kognitif yang telah ada. Bagaimana bahan baru dapat dipelajari

dengan baik, bergantung pada apa yang telah diketahui. Konsep-konsep yang

mantap dan jelas yang telah ada dalam struktur kognitif memudahkan belajar

dan retensi.Untuk menambah kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu

latihan.

Struktur kognitif bersifat piramidal. Bagian puncaknya sempit yang

berisi konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum. Bagian tengah yang

agak luas, berisi sub-konsep yang kurang umum.Bagian dasar yang paling

luas berisi informasi-informasi khusus (konkret).

2.2.11. Teori Humanistik.

Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantarannya adalah Kolb,

Honey dan Mumford, Hubermas, Bloom dan Krathwohl. Teori Humanistik

dalam Asri Budiningsih (2012) meyatakan belajar harus dimulai dan

ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri dengan kata

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

22  

lain siswa mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik

cenderug bersift elektrik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan apa saja

asal tujuannya tercapai. Oleh sebab itu teori Humanistik sifatnya lebih

abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadin, dan

psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik akan

sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi

yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks

manapun akan selalu dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuannya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik yang

dapat sebagai acuan (Suciati dan Prasetya Irawan,2001):

1) Menentuka tujuan pembelajaran.

2) Menentukan materi pelajaran

3) Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa.

4) Menngidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan

siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar,

5) Merancang fasiltas seperti lingkungan dan media pembelajaraan.

6) Membimbing siswa belajar secara aktif.

7) Membimbing siswa membuat konseptualisasi pegalaman

belajarnnya. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-

konsep baru kesituasi nyata.

8) mengevaluasi proses.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

23  

2.2.12. Teori Belajar Sibernetik.

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru, teori

ini berkembang sejalan dengan perkembagan teknologi dan ilmu informasi,

teori ini telah dikembangkan oleh penganutnya yaitu Gage dan Berlier,

Biehler dan Snowman, Baine, serta Tennyson dengan cara pendekatan

pedekatan yang berorientasi kepada pemrosesan informasi.

Menurut Teori Sibernetik dalam Asri Budiningsih (2012) menyatakan

bahawa belajar adalah pengolahan informasi. sistem ini lebih mementingkan

sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. proses belajar

ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut.

2.3. Prinsip Belajar

2.3.1. Pengertian prinsip belajar

Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga

dianalisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar.

Hal ini perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar

yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah :

1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam

belajar untuk mencapai harapan-harapan.

2) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun

buku pelajaran itu sendiri.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

24  

3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga

diperoleh pengertian-pengertian.

4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah

dipelajari dapat dikuasainya.

5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara

dinamis antara murid dengan lingkungannya.

6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk

mencapai tujuan.

7) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam

bidang praktek sehari-hari Zainal Aqib (2002).

Menurut Agus Suprijono (2012) mengatakan prinsip belajar dibedakan

menjadi tiga yaitu:

Pertama, Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan-

perubahan perilku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri :

1) Sebagai tanda tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berkumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanaka dan dilakukan.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

25  

6) Permanen atau tetap, sebagaimana yang dikatakan oleh Witting,

belajar sebagai any realatively permanent change in organism’s

behavioral repertoire that occurs as a result of experience.

7) Bertujuan dan terarah.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi dikarenakan

dorongan kebutuhan dan tujuan yang dicapai. Belajar adalah proses

sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan

kesatuan fungsional dari berbagai kompoen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi anatara peserta didik dengan

lingkungannya.

William Burton (Agus suprijono, 2012) mengemukakan

bahwa “A good learning situation consist of a rich and varied series of

learning experiences unified around avigorous purpose and carried on

in interaction with a rich varied an propocative environtment.”

Situasi belajar yang baik terdiri dari serangkaian atau beragam

pengalaman, belajar dengan tujuan yang kuat dan dilakukandalam

interaksi dengan lingkungan bervariasi dan profokativ.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

26  

2.4. Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Pembelajaran.

Menurut BNSP (2006) kegiatan pembelajaran dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Selain itu

pengalaman belajar siswa harus terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan Hamalik (1999).

Menurut Dimyati (2002) pembelajaran berarti meningkatkan

kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan tersebut

dikembangkan bersama dengan perolehan pengalaman belajar. Perolehan

pengalaman merupakan proses yang berlaku deduktif atau induktif dan terus

menerus.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas

dapat dimengerti bahwa pembelajaran merupakan suatu pengalaman siswa

yang tersusun dari unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan.

Pembelajaran juga memiliki beberapa karakteristik. Menurut Wina

Sanjaya (2006) karakteristik pembelajaran yaitu:

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

27  

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa

Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa, maka

kriteria keberhasilan proses pembelajaran diukur dari sejauh mana

siswa telah melakukan proses belajar tidak diukur, bukan dari sejauh

mana siswa telah menguasai materi pelajaran. Hal ini berarti bahwa

guru tidak lagi hanya berperan sebagai sumber belajar, melainkan

berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi supaya

siswa mau dan mampu belajar.

Kondisi seperti ini menuntut guru untuk memperhatikan

perbedaan setiap siswa agar menggunakan cara untuk membelajarkan

siswa tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Profesionalismenya

sebagai guru yang menguasai cara mengajar harus dimiliki. Cara

mengajar tidak hanya menggunakan keinginan guru yang

bersangkutan, tetapi dengan cara yang bisa dimengerti oleh siswa.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi

kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja.

Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa.Siswa dapat

memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan

sifat materi pelajaran.Ketika siswa hendak mempelajari tentang fungsi

pasar misalnya, maka pasar itu sendiri merupakan tempat belajar

siswa.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

28  

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran,

akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan penguasaan

materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi

hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tinkah laku yang lebih

luas. Artinya, sejauh mana materi yang dikuasai siswa dapat

membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.

BNSP (2006) merekomendasikan bahwa dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah:

1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada

para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara professional;

2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar;

3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan

hierarki konsep materi pembelajaran;

4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal

mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

29  

Pembelajaran apapun yang akan dilaksanakan oleh seorang pengajar

dalam pengajaran, seorang pengajar pastinya mempunyai tujuan yang akan

dicapai oleh peserta didik. Menurut H Zaini (2008) tujuan pembelajaran yaitu:

mendapatkan pengetahuan; mampu menyampaikan pendapat; merubah sikap;

keahlian dalam bidang tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, metode atau cara apapun yang akan

digunakan oleh pengajar dalam pembelajaran, seorang pengajar harus

merumuskan tujuan yang akan dicapai pada akhir proses pembelajaran.

Kemudian pengajar menentukan metode atau strategi yang tepat untuk

mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam rumusan tujuan

pembelajaran.

2.4.2. Proses Pembelajaran.

Dalam kamus bahasa Indonesia proses mempunya makna 1; runtutan

perubahan runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu:-

kemajuan sosial berjalan terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; 2 rangkaian

tindakan,pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk; 3 perkara

di pengadilan; sedang di pengadilan; verbal berita acara (laporan mengenai

suatu perkara, yaitu waktu terjadinya, keterangan, dan petunjuk lain).

Pengertian proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

30  

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah Proses Belajar

Mengajar (PBM) yang didalamnya terkandung variabel-variabel pokok berupa

kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan murid dalam belajar. Menurut

Benyamin S. Blom (1984) dalam bukunya The Taxonomy of Educational

Objectives-Cognitive Domain, menyebutkan bahwa dengan Proses Belajar

Mengajar kita akan memperoleh kemampuan yang terdiri dari tiga aspek,

yaitu: Aspek pengetahuan; Aspek sikap; Aspek ketrampilan

Mutu pendidikan maju apabila proses pembelajaran yang

diselengarakan benar-benar efektif dan berguna sebagai peningkatan ilmu

pengetahuan. Sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya

proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan, di antaranya dosen merupakan salah satu aspek yang penting

dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas.

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997), proses belajar

mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi.

Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan

pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan

belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan

merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

31  

serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu aspek yang mendukung

kondisi belajar di dalam satu kelas adalah job education proses belajar

mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan

oleh kelompok-kelompok siswa.

2.5. Hasil belajar

2.5.1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut A. Tabrani Rusyan (2000) hasil belajar merupakan hasil yang

dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar

tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu

saat. Menururt Sudjana (2005) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa

setelah menerima pembelajaran. Dan menurut Dede Rosyada (2004) hasil

belajar adalah mengembangkan berbagai metode untuk mencatat dan

memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi

tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai

informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam

pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Sedangkan menurut Yuni Tri

Hewindati dan Adi Suryanto (2004) hasil belajar merupakan suatu proses di

mana suatu organisme mengalami perubahan perilaku karena adanya

pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak telah

terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

32  

interaksi dengan lingkungan. Jadi hasil belajar merupakan kemampuan yang

di peroleh individu setelah memperoleh pembelajaran yang berupa perubahan

tingkah laku baik berupa pengetahuan, pemahamanan, sikap dan keterampilan

untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya

Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat abilitas yang satu

ketingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan tingkat abilitas menurut

Bloom dalam Sardiman A.N. (2004) meliputi tiga ranah, yaitu: Kognitif,

Afektif dan Psikomotor. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada ranah

kognitif. Tujuan pengajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom edisi

revisi yang di tulis kembali Anderson dan Krathwohl Taksonomi di dalam

Leslie Owen Wilson (2006) terdiri atas enam tingkatan, yaitu;

Tingkatan pertama, mengingat (REMEMBER): mengambil,

mengingat, atau mengenali pengetahuan dari memori. Mengingat adalah

ketika memori digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, daftar,

membacakan atau mengambil material.

Tingkatan kedua, memahami (UNDERSTAND): membangun makna

dari berbagai jenis fungsi menjadi mereka tertulis atau grafis kegiatan seperti

pesan menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

33  

Tingkatan ketiga, menerapkan (APPLY): Melaksanakan atau

menggunakan prosedur melalui mengeksekusi, atau menerapkan. Menerapkan

terkait dan mengacu pada situasi di mana materi yang dipelajari digunakan

melalui produk seperti model, presentasi, wawancara atau simulasi.

Tingkatan keempat, menganalisis (ANALYZE): Menyusun materi atau

konsep ke dalam bagian, kemudian menentukan bagaimana bagian-bagian

tersebut dapat berhubungan atau saling berhubungan satu sama lain atau ke

struktur keseluruhan atau tujuan. Tindakan mental termasuk dalam fungsi ini

membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan, serta mampu

membedakan antara komponen atau bagian. Ketika seseorang sedang

menganalisa ia / dia bisa menggambarkan fungsi mental ini dengan

menciptakan spreadsheet, survei, grafik, atau diagram, atau representasi

grafis.

Tinagkatan kelima, mengevaluasi (EVALUATE): Membuat penilaian

berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi. Kritik,

rekomendasi, dan laporan adalah beberapa produk yang dapat dibuat untuk

menunjukkan proses evaluasi. Dalam evaluasi taksonomi baru datang sebelum

membuat seperti itu seringkali menjadi bagian penting dari perilaku

mendahului sebelum menciptakan sesuatu.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

34  

Tingkatan keenam membuat (CREATE): Menempatkan elemen

bersama-sama untuk membentuk koheren atau fungsional keseluruhan,

reorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru melalui menghasilkan,

perencanaan, atau memproduksi. Membuat mengharuskan pengguna untuk

menempatkan bagian bersama-sama dengan cara baru atau mensintesis bagian

menjadi sesuatu bentuk yang baru dan berbeda atau produk. Proses ini adalah

fungsi mental yang paling sulit dalam taksonomi baru.

Dari ke-6 tingkatan tersebut dapat diperoleh suatu bagan kemampuan

kognitif menurut Bloom yang di tulis kembali Anderson dan Krathwohl

sebagai berikut;

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

35  

Bagan 2.1. Bagan Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal

Bagan Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal menurut

Taksonomi Bloom yang telah direvisi dalam Lesli Owen Wilson (2006).

2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari

diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar

kemampuan Menempatkan 

elemen bersama‐sama untuk 

membentuk koheren atau 

f i l i i

Kemampuan Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi 

Kemampuan menyusun materi atau konsep ke dalam bagian, menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan atau saling berhubungan satu sama lain atau ke struktur keseluruhan atau tujuan.

Kemampuan membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan

Kemampuan Melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui mengeksekusi,

atau menerapkan. 

Kemampuan Mengambil, mengingat, atau mengenali pengetahuan dari memori

1. mengingat

2. memahami 

3. menerapkan 

4.  menganalisis 

5.mengevaluasi 

6. membuat 

Rendah 

Tinggi

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

36  

(intelegensi), motivasi belajar, mental dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor yang

mempengaruhi dari lingkungan adalah kenyamanan tempat tinggal dan

kondisi lingkungan yang menunjang untuk belajar dan membentuk mental dan

psikis siswa dalam belajar. Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 2, yaitu faktor intern dan

factor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu. Faktor intern yang ada didalam siswa adalah semanagt yang timbul

dari diri siswa untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Kemudian faktor

ekstern yang mempengaruhi hasil belajar adalah situasi kondisi pergaulan atau

lingkungan yang mendukung dalam pembentukan pola pikir dan tanggung

jawab individu.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Anni,2005)

yaitu sebagai berikut

1) Faktor Internal

Faktor internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ

tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan

kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki siswa akan

berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

37  

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal antara lain kesulitan materi yang dipelajari,

tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar

masyarakat. Faktor eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan,

proses dan hasil belajar siswa

Clark dalam Shabri (2005) mengemukakan bahwa hasil belajar

siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari diri siswa

sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan

atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.Salah satu lingkungan

belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah

ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh

karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain:

1) Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa

yang belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40,

artinya, seorang guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin

besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas

maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya.

2) Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi

peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan

suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada

pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada kebebasan siswa

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

38  

belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan

lain-lain.

3) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan

sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus

menyediakan sumbersumber belajar seperti buku pelajaran, alat

peraga, dan lain-lain.

Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:

1. Faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi),

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, dan faktor fisik dan psikis.

2. Faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar

(termasuk di dalamnya metode mengajar dan guru), fasilitas dan

sumber belajar yang tersedia.

2.6. Metode Pembelajaran.

2.6.1. Pengertian Metode.

Metode adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar di kelas dalam penyampaian sebuah materi bahan ajar

dengan harapan supaya siswa mampu menerima materi yang telah diberikan

oleh pengajar / guru.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

39  

Metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang

ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin

berhasillah pencapai tujuan, artinya apabila guru dapat memilih metode yang

tepat yang disesuaikan dengan bahan pengajaran, murid, situasi kondisi,

media pengajaran maka semakin berhasillah tujuan pengajaran yang ingin

dicapai (Sutomo,1993). Sugiyanto (1990) menyatakan : “Pertama, metode

adalah suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan

penilaian; kedua, metode adalah suatu tehnik yang umum bagi ilmu

pengetahuan; dan ketiga metode adalah cara tertentu untuk melakukan

prosedur.”

Dengan memperhatikan uraian di atas dapat diambil suatu pengertian

bahwa metode adalah suatu tehnik atau prosedur pemikiran dalam

memecahkan masalah melalui proses tertentu.

2.6.2. Pengertian Metode Pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah suatu strategi atau cara guru dalam

menyampaikan materi pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung

(Nana Sudjana, 2000). Materi pembelajaran yang sudah disiapkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran akan disampaikan kepada siswa dengan

menggunakan cara-cara tertentu agar siswa dapat mengerti isi pelajaran itu

dan dapat mengembangkannya kembali dalam kehidupan yang konkret dalam

masyarakat.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

40  

Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan

materi pembelajaran dalam proses pembelajaran berlangsung antara lain

metode pembelajaran kooperatif, metode ceramah, metode tanya jawab,

metode diskusi, kerja kelompok, eksperimen, simulasi dan lain-lain. Dalam

penelitian ini metode yang akan dibahas adalah metode sumbang saran

(brainstorming) dan metode ceramah.

2.6.3. Metode Ceramah

2.6.3.1. Pengertian Metode Ceramah.

Menurut Widi Rahardja (2002) yang dimaksud dengan metode

ceramah yaitu suatu cara penyajian ajar atau cara mengajar melalui penjelasan

atau penuturan secara lesan oleh guru kepada peserta didik. W. James Popham

dan Eva L. Baker yang sudah diterjemahkan oleh drs. Amirul Hadi, dkk

mengatakan bahwa guru mencapai tujuan intruksionalnya denga

menggunakan kata-kata. Metode ceramah adalah metode yang paling popular

dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudah penyajian juga tidak banyak

memerlukan media (Sumantri M dkk, 2000). Dapat disimpulkan bahwa,

adanya kecenderungan menganggap metode ceramah itu mudah dalam

penggunaannya dalam kegiatan belajar di kelas.

Karena dianggap metode yang popular dan banyak dilakukan oleh

guru, maka kecenderungan untuk menganggap metode tersebut mudah

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

41  

diterapkan di kelas semakin bertambah juga. Fakta bahwa metode ceramah itu

sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang bersangkutan tidak bisa

disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki keterampilan yang

cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di kelas. Hal

senada diungkapkan oleh Dimyati dkk (1999) bahwa metode ceramah itu

sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap,

prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan

penejelasan yang idak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.

Sumantri M dkk (2000) mendefinisikan metode ceramah sebagai

penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara

lisan kepada peserta didik. Sedangkan Winarno Surakhmad (1980)

mengartikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi melalui

penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang terhadap sekelompok

pendengar. Alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar adalah

bahasa lisan. Dimyati dkk (1991) berpendapat bahwa metode ceramah adalah

sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui penjelasan

dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.

Dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar dengan

mengunakan metode ceramah adalah sumber informasi dan alat komunikasi

yang utama dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran di kelas, akan

tetapi siswa hanya bersifat konsumtif atau pendengar saja. Proses belajar

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

42  

megajar dengan metode ceramah sudah mulai di tinggalkan sedikit demi

sedikit, dengan menggunakan metode ceramah tidak dapat membantu siswa

dalam mencapai hasi belajar yang maksimal.

2.6.3.2. Ciri-Ciri Metode Ceramah

Ciri-ciri utama metode ceramah, guru menyajikan sebuah materi

pembelajan di dalam kelas hanya secara lisan dan formal dan berlangsung

selama 45 menit dan murid hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh

guru. Widi Rahardjo (2002) menyatakan bahwa, guru dalam mengunakan

metode ceramah harus menyadari adannya kemungkinan empat golongan

siswa diwaktu mendengarkan ceramah yaitu :

1) Adanya siswa yang tidak mendengarkan, tidak memperhatikan

penjelasan guru, tetapi malah berbicara dengan teman sebelah atau

lainnya.

2) Adanya siswa yang hanya mendengarkan dengan telinga saja,

dalam artia belum mengunakan pikiran secara aktif.

3) Adanya siswa yang mendengarkan dengan telinga serta

menggunakan pikiran secara aktif. Dengan kata lain penjelasan

guru ditangkap dengan telinga dan dimengerti secara benar.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

43  

4) Adanya siswa yang mendengarkan, memperhatikan secara cerdas

dalam artian siswa itu penuh konsentrasi mengunakan pikiran

untuk memahami, menimbang-nimbang penjelasan guru dan

berusaha mematrikan dalam ingatannya.

Adanya siswa yang tidak mendengarkan, tidak memperhatikan

penjelasan guru, tetapi malah berbicara dengan teman sebelah atau lainnya.

Dapat disimpulkan kelemahan dari metode ceramah adalah banyak siswa yang

tidak mendengarkan materi pelajaran dengan baik karena terganggu dengan

tindakan yang dibuat oleh seseorang ataupun hal-hal yang menrik perhatian

siswa.

Adanya siswa yang hanya mendengarkan dengan telinga saja, dalam

artian belum mengunakan pikiran secara aktif. Dapat dikatakan bahawa siswa

mampu mendengarkan dan menerima dengan baik materi yang disampaikan

oleh guru, tetapi belum mampu menganalisis materi yang disampaikan, degan

katalain siswa hanyalah pendengar yang baik.

Adanya siswa yang mendengarkan dengan telinga serta menggunakan

pikiran secara aktif. Dapat dikatakan bahawa siswa mampu mendengarkan

dan menerima dengan baik materi yang disampaikan oleh guru, tetapi belum

mampu menganalisis materi yang disampaikan, dengan kata lain siswa

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

44  

hanyalah pendengar yang baik dan mampu mencerna materi yang

disampaikan.

Adanya siswa yang mendengarkan, memperhatikan secara cerdas. Bisa

dikatakan bahwa murid tersebut mampu memahami dan berfikir secara cerdas

terhadap suatu materi yang disampaikan oleh guru, siswa dapat menganalisis

dan menyimpulkan sendiri dari perkataan yang dikeluarkan oleh guru, dan

disimpan didalam memori ingatannya.

2.6.3.3. Tujuan Metode ceramah

Setiap metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar

mengajar di kelas pasti sudah ditentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai

oleh guru. Demikian juga metode ceramah yang digunakan guru di kelas

memiliki tujuan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000) tujuan umum

metode ceramah adalah untuk menyampaikan bahan yang bersifat informasi

(konsep-konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas

serta untuk penemuan-penemuan yang langka dan belum meluas.

Selanjutnya, ahli yang sama (Mulyani Sumantri dan Johar Permana)

mengemukankan bahwa tujuan khusus metode ceramah adalah:

1) Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk

ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik

dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah guru;

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

45  

2) Menyaikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan

penting yang terdapat dalam isi pelajaran;

3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan

menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar;

4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara

gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya;

5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya

menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.

Selain tujuan yang diungkapkan tersebut di atas, Moedjiono dan

Dimyati (1991) juga mengatakan bahwa metode ceramah dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah:

1) Menghemat biaya penyelenggaraan pendidikan, karena metode

ceramah memungkinkan seorang untuk menghadapi sejumlah

besar siswa secara serentak:

2) Mengatasi keterbatasan waktu, peralatan dan kelompok siswa yang

mempunyai tipe pengamatan auditif;

3) Mengatasi keterbatasan persediaan dan/atau pengadaan bahan

pembelajaran yang berisi pokok permasalahan yang harus

dipelajari siswa;

4) Mengatasi keterbatasan kemampuan membaca pada diri siswa.

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

46  

2.6.3.4. Keunggulan Metode Ceramah

Setiap metode yang digunakan dalam proses belajar di kelas memiliki

keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Oleh karena itu Mulyani

Sumantri dan Johar Permana (2000) menunjukkan keunggulan metode

ceramah yaitu:

1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan

menghemat biaya pendidikan dengan seorang guru yang

menghadapi banyak peserta didik;

2) Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan

waktu, karakteristik peserta didik tertentu, pokok permasalahan

dan keterbatasan peralatan dan dapat disesuaikan dengan jadwal

guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan tertulis;

3) Meningkatkan daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat

belajar dari sumber lain;

4) Memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru

memperoleh penghargaan, kepuasan, dan sikap percaya diri dari

peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik dan

peserta didik pun merasa senang dan menghargai guru bila

ceramah guru meninggalkan pesan dan berbobot;

5) Memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru dapat

menjelaskan topik dengan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-

hari.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

47  

2.6.3.5. Kelemahan Metode Ceramah

Kemudian Sumantri M dkk (2000) menungkapkan secara tegas bahwa

kelemahan-kelemahan metode ceramah dalam penerapanya adalah;

1) Dapat menimbulkan kejenuhan pada peserta didik apalagi bila

guru kurang dapat mengorganisasikannya;

2) Menimbulkan verbalisme pada peserta didik;

3) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru;

4) Merugikan peserta didik yang lemah dalam keterampilan

mendengarkan;

5) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu

diingat terus;

6) Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan

jaman;

7) Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik;

8) Terjadi proses satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik.

Ahli yang lain mengungkapkan hal yang hampir sama. Menurut

Dimyati dkk (1991) menegaskan bahwa kelemahan metode ceramah adalah :

1) Cenderung terjadi proses satu arah yang mengakibatkan siswa

berperan pasif selama penerapan metode ini jika diterapkan

secara murni;

2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru yang

ditandai dengan menempatkan guru sebagai pihak primer

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

48  

dalam proses belajar mengajar dan siswa sebagai pihak

sekunder, isi ceramah diwarnai minat dan perhatian guru,

kemajuan belajar bergantung pada kecepatan penyajian isi

pelajaran oleh guru;

3) Menurunnya perhatian siswa sebagai akibat kejenuhan

terhadap panjangnya ceramah;

4) Ingatan jangka pendek dimana metode ini mampu

menghasilkan ingatan dalam diri siswa dalam jangka waktu

pendek;

5) Merugikan kelompok siswa tertentu khususnya siswa yang

tidak memiliki tipe pengamatan auditif, tidak bisa mencatat,

dan merugikan siswa yang mamapu belajar sendiri lebih cepat

daripada diceramahi secara klasikal;

6) Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik

dan menanamkan sikap.

2.6.3.6. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ceramah

Secara garis besar terdapat 4 langkah yang tercakup dalam prosedur

pemakaian metode ceramah dalam prosses belajar mengajar (Dimyati dkk,

1991). Keempat langkah prosedur tersebut adalah:

1) Tahap persiapan ceramah

Pada tahap ini yang dilakukan seorang guru adalah

mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan,

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

49  

mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan,

dan memilih serta mempersiapkan media instruksional dan/atau

alat bantu instruksional yang akan digunakan dalam ceramah.

2) Tahap awal ceramah

Pada tahap ini seorang guru melakukan peningkatan hubungan

guru-siswa secara akrab, peningkatan perhatian siswa untuk belajar

lebih giat, penyampaian pokok-pokok isi ceramah secara garis

besar.

3) Tahap pengembangan ceramah

Tahap ini merupakan tahap kegiatan inti dalam penggunaan

metode ceramah.Tahap ini seorang guru melakukan menyajikan isi

pelajaran yang telah diorganisasikan sebelumnya. Pada tahap ini

hal-hal yang harus diperhatikan guru adalah memberikan

keterangan secara singkat dan jelas, penggunaan papan tulis

sebagai upaya visualisasi, memberikan kerangan ulang dengan

menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, merinci dan

memperluas pelajaran, mencari balikan (feedback) sebanyak-

banyaknya selama berceramah.

4) Tahap akhir ceramah

Tahap akhir ceramah atau tahap kesimpulan merupakan kegiatan

terakhir dari guru dalam pemakaian metode ceramah. Hal yang

dilakukan oleh guru adalah: membuat rangkuman dari garis-garis

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

50  

besar isi pelajaran yang diceramahkan; menjelaskan hubungan isi

pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran berikutnya;

menjelaskan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.

(tabel sintak 2.1. Sintaks Metode ceramah)

No Tahap

Kegiatan

Guru Siswa 1.

2.

3.

4.

Persiapan mengajar Tahap awal ceramah Tahap pengembangan ceramah Tahap akhir ceramah

guru mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan, dan memilih serta mempersiapkan media instruksional dan/atau alat bantu instruksional yang akan digunakan dalam ceramah. Guru melakukan pendekatan pada setiap siswa secara persuasif, agar siswa mampu dan mau belajar secara lebih giat dan penyampaian materi dengan cara mengunakan metode ceramah secara garis besar. Guru mengulang sedikit mteri pelajaran yang sudah diberikan kemarin dan melanjutkan kembali pada materi belajar yang baru, guru adalah memberikan keterangan secara singkat dan jelas, penggunaan papan tulis sebagai upaya visualisasi, memberikan kerangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, merinci dan memperluas pelajaran, mencari balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah. Guru membuat rangkuman dari garis-garis besar isi pelajaran yang diceramahkan; menjelaskan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran berikutnya; menjelaskan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.

Siswa mempersiapkan diri dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas Siswa mempersiapkan diri dan mendengarkan motivasi dari guru. Siwa mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat setiap penjelasan dari guru. Siswa mencatat semua kesimpulan yang di utarakan atau ditulis oleh guru.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

51  

2.6.3.7. Syarat-syarat penerapan metode ceramah

Untuk dapat menetapkan apakah metode ceramah sesuai diterapkan

dalam situasi tertentu, maka seorang guru harus memperhatikan kapan

kewajaran ceramah itu digunakan. Menurut Winarno S (1980) metode

ceramah dikatakan wajar dipakai apabila:

1) Seorang penatar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau

pendapat dimana tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum

fakta atau pendapat tersebut;

2) Seorang penatar harus menyampaikan fakta kepada kelompok

pendengar yang besar jumlahnya sehingga metode-metode yang

lain tidak mungkin dipakai;

3) Penatar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang

kelompok untuk melaksanakan sesuatu;

4) Seseorang akan menyimpulkan pokok yang penting yang telah

dipelajari oleh kelompok untuk memungkinkan anggota kelompok

melihat lebih jelas hubungan antara pokok yang satu dengan yang

lain;

5) Seseorang yang akan memperkenalkan pokok yang baru dalam

rangka menghubungkannya dengan hasil interaksi yang telah

terjadi sebelumnya.

Selajutnya, Dimyati dkk (1991) menungkapkan bahwa syarat-syarat

metode ceramah sesuai digunakan apabila:

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

52  

1) Tujuan dasar pengajaran adalah menyampaikan informasi baru;

2) Isi pelajaran langka misalnya penemuan baru;

3) Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah

cara khusus untuk kelompok tertentu;

4) Membangkitkan minat terhadap mata pelajaran;

5) Isi pelajran tidak diperlukan untuk diingat dalam waktu yang lama;

6) Untuk mengajar penggunaan metode mengajar yang lain dan

pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.

Kemudian Dimyati dkk (1991) menulis bahwa metode ceramah tidak

sesuai digunakan apabila:

1) Tujuan pengajaran bukan tujuan perolehan informasi;

2) Isi pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama;

3) Isi pelajaran kompleks, rinci, atau abstrak;

4) Pencapaian tujuan yang mempersyaratkan partisipasi siswa;

5) Tujuan kognitif tingkat tinggi yang mencakup analisis, sistesis,

atau evaluasi;

6) Para siswa yang inteligensi atau pengalaman pendidikannya rata-

rata atau dibawah rata-rata.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

53  

2.6.4. Metode Sumbang Saran (Brainstorming)

2.6.4.1. Pengertian Sumbang Saran (Brainstorming)

Tehnik sumbang saran yang dikembangkan oleh Alex F. Osborn

merupakan tehnik yang ampuh untuk meningkatkan gagasan jika diajarkan

dan dierapkan dengan tepat Shallcross (1985). Utami Munandar (2009),

menyatakan bahwa Osbron, pendiri dari Creatif Eduction Foundation, dalam

bukunya applied Imagination menentukan empat aturan dasar untuk metode

sumbang saran, yaitu:

1) Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan

Pada umumnya kita cenderung kritis dan berhati-hati, kita

diajarkan untuk selalu mempertimbangkan, selektif, dan lebih

menghargai kualitas daripada kuantitas. diantara sekian banyak

gagasan ada beberapa yang baik, yang berkualias.

2) Kombinasi dan peningkatan gagasan

Dalam sidang sumbang saran tidak jarang terjadi bahwa banyak

gagasan yang telah dikombinasikan dengan ide-ide kreatif dari

setiap anggota

3) Kebebasan dalam memberikan gagasan

Diperlukan iklim tertentu agar seseorang bebas dalam

mencetuskan gagasan, yaitu iklim dimana dimana ia merasa aman,

diakui, dan dihrgai.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

54  

4) Gagasan sebanyak mungkin

Dengan memberikan banyak gagasan, makin besar kemungkinan

bahwa gagasan yang diberikan seseorang menyambung pada

gagasan orang lain. Ini merupakan slah satu manfaat terbesar dari

tehnik sumbang saran bahwa peserta sidang saling memacu dalam

pemberiaan gagasan.

Roestiyah (2001) Metode Sumbang Saran (Brainstorming) adalah

suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengalaman, pengetahuan, dari semua peserta. Berbeda dengan

diskusi, di mana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung,

dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peseta lain, pada

penggunaan metode sumbang saran (brainstorming), pendapat orang lain

tidak dapat ditanggapi. Tujuan metode sumbang saran (brainstorming)

adalah untuk membuat kompilasi ( kumpulan ) pendapat, informasi,

pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian

dijadikan peta informasi, peta pengalaman, peta gagasan (mindmap) untuk

menjadi pembelajaran bersama.

M. Atwi suparman (2012) menyatakan Metode sumbang saran

merupakan proses penampungan pendapat dari peserta didik tan evaluasi

terhadap kualitas pendapat tersebut. Menurut Taylor, Berry, dan Black yang

dikutip oleh Mukhtar dan Martinis Yamin (2003) mengungkapkan bahwa

metode brainstorming dapat menanamkan inhibisi pada pemikiran kreatif,

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

55  

karena ide-ide terlalu aneh dari beberapa anggota bisa menggoncangkan

gairah berpikir orang lain.

Menurut pendapat di atas, metode sumbang saran (brainstorming)

merupakan metode yang berbentuk diskusi dan dipergunakan untuk

mendapatkan suatu saran dan solusi, serta merangsang pola piker setiap

individu untuk lebih kreatif dalam memberikan suatu saran atau pendapat,

tanpa ada tekanan dan kritikan dari individu lain.

2.6.4.2. Empat Peraturan Dasar Metode Brainstorming.

Menurut Eliezer H. Hardjo (2011), Brainstorming mempunyai

peraturan dasar dalam pelaksanaannya. yaitu:

1) Suspend Judgment, semua anggota tim harus menahan diri, tidak

menghakimi ide, pendapat dan gagasan yang diajukan oleh

anggota lain

2) Record all Ideas, ada seseorang yang dapat menjadi notulen,

mencatat semua ide, pendapat ataupun gagasan yang diajukan,

walaupun ide tersebut terdengar aneh

3) Encourage "Piggy-backing" ideas, koordinator atau fasilitator

mendorong untuk membangun ide, pendapat atau gagasan baru

atau tambahan dari ide yang sudah pernah dijalankan

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

56  

4) Think out of the box, yakni mendorong untuk mengeluarkan

pemikiran yang baru, tidak pengulanggan dari ide atau pendapat

yang sudah ada.

2.6.4.3. Teknik dan Tahapan Brainstorming

Berikut ini adalah teknik dan tahapan untuk melakukan brainstorming

menurut Eliezer H. Hardjo (2011).

1) Pastikan semua anggota yang ikut brainstorming diberi tahu

terlebih dahulu dengan jelas tujuan dari brainstorming tersebut,

sehingga semua orang yang hadir bisa mempersiapkan diri

2) Pastikan bahwa anggota yang ikut dalam brainstorming mengerti

ruang lingkup permasalahannya

3) Suasana harus santai dan nyaman, agar semua orang dapat

mengungkapkan ide atau gagasan mereka dengan lebih terbuka

4) Setiap orang yang ikut harus berpikiran positif, walaupun masalah

yang dihadapinya berat.

5) Setiap orang harus tau peraturan dasar dari brainstorming

(memberi sesi waktu antara 15-30 menit) dan dapat mengendalikan

diri masing-masing

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

57  

6) Permasalahan harus diurai dengan jelas dan bersama-sama, agar

semua anggota mengerti dan berpikir atas dasar itu bukan yang

lain

7) Setiap ide atau gagasan yang diajukan (baik spontan ataupun

bergantian) harus cukup jelas latar belakangnya dan rasionalnya

dalam konteks ini ada benang merah antara permasalahan dan ide

yang diajukan.

8) Mencatat semua ide bisa di papan tulis/sticky notes yang dapat

dilihat dengan jelas oleh seluruh tim.

9) Setelah selesai semua anggota tim mengeluarkan ide, gagasan dan

pendapat. Seluruh tim me-review semua ide dan memastikan

semua peserta memahami apa yang dimaksud dan mengevaluasi

seluruh daftar, menghilangkan duplikasi dan mengkombinasi yang

sejenis.

Tahapan dan tehnik brainstorming menurut (A. Surjadi, 2012)

adalah:

1) Pemimpin atau guru mengemukakan suatu masalah kepada

anggota atau siswa didalam kelompok dan iminta untuk

mengemukakan saran-saran untuk memecahkannya.

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

58  

2) Saran-saran ditulis dipapan tulis atau kertas, dan tak seorang pun

diperbolehkan untuk mengomentari atau mengkritik.

3) setelah selesai ditulis/didaftar, maka saran-saran itu dikaji/dinilai

oleh kelompok tersebut atau oleh suatu komite.

2.6.4.4. Langkah-langkah metode Brainstorming

Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan

masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka

menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa itu

benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung semua

pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat

giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.

Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan

pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka

belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat

yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari

guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.

Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan

metode Brainstorming (Roestiyah, 2001) :

1) Pemberian informasi dan motivasi.

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

59  

Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar

belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk

menyumbangkan pemikirannya.

2) Identifikasi

Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang

saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk

ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan

peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini

agar kreativitas peserta didik tidak terhambat.

3) Klasifikasi

Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya

mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati

oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor

lain.

4) Verifikasi

Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang

telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya

dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang

sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan

bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta

argumentasinnya.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

60  

5) Konklusi (Penyepakatan).

Guru bersama ketua kelompok beserta peserta lain mencoba

menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang

disetujui, Setelah semua saran tertampung, maka diambil

kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap

paling tepat.

Dibawah ini adalah penjelasan tahapan-tahapan kegiatan metode

brainstorming yang dijabarkan melalui sintak (table 2.2. sintak metode

brainstorming).

(table 2.2. Sintaks Metode Brainstorming)

No Tahapan Kegiatan

Guru Siswa

1.

2.

Pemberian Motivasi dan Informasi Identifikasi

Guru memberitahukan Kompetensi dasar yang akan di pelajari pada kegiatan belajar dan memberikan motivsi terhadap siswa. Guru membentuk kelompok 4-6 orang siswa dalam 1 kelompok Guru membagikan tugas yang terdiri dari beberapa sub materi pelajaran yang sudah dipilah dan diberikan beberapa pertanyaan dan contoh masalah yang pernah terjadi di indonesia. Guru meminta sumbangsi pemikiran dari setiap kelompok tanpa ada pendapat yang di tolak.

Siswa mendengarkan dan mempersiapkan Siswa membuat kelompok yang sudah ditentukan oleh guru Siswa menerima materi dan mendiskusikan. Siswa aktif berfikir dan bekerjasama menyampaikan ide dan solusi

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

61  

2.6.4.5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Brainstorming

Brainstorming dalam bahasa Indonesia disebut sebagai curah gagas/

curah pendapat/ sumbang saran. Dengan demikian keutamaan metode

Brainstorming ini adalah penggunaan kapasitas otak dalam menjabarkan

gagasan atau menyampaikan suatu ide (Roestiyah, 2001). Dalam proses

3.

4.

5.

Klasifikasi. Verifikasi Konklusi (penyepakatan)

Guru mengklasifikasi gagasan dari setiap kelompok yang sudah di tulis dalam kertas. Guru memperlihatkan kembali semua saran dan solusi yang sudah dikumpulkan setiap kelompok, guru mengajak siswa untuk menguji kembali relevansi semua pendapat atau saran dengan melihat permasalahan, apa bila terdapat saran atau solusi yang sama dengan kelompok yang lain meminta perstujuan dari setiap kelompok untuk bersedia menghapus saran atau solusi yang sama. Guru bersama semua kelompok beserta peserta lain mencoba mendapatkan beberapa gagasan, masukkan, dan saran yang diterima dari beberapa kelompok, guru atau ketua kelompok diperkenankan memberikan kesimpulan dari gagasan, masukkan, dan saran yang sudah ditrima dari beberapa kelompok

Siswa menulis semua saran atau solusi yang sudah tertampung dan mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain yang sudah di tentukan bersama. Siwa dan kelompoknya bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Semua siswa didalam kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, Setelah semua saran tertampung , maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

62  

brainstorming, seseorang akan dituntut untuk mengeluarkan semua gagasan

sesuai dengan kapasitas wawasan dan psikologisnya. Metode Brainstorming

adalah metode yang sangat tepat untuk menjabarkan proses tersebut dengan

mudah dan efisien.

2.6.4.5.1. Keunggulan metode Brainstorming yaitu :

1) Anak-anak berfikir untuk menyatakan pendapat.

2) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang

berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.

4) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang

sudah pandai atau dari guru.

6) Terjadi persaingan yang sehat.

7) Anak merasa bebas dan gembira.

8) Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.

(Roestiyah, 2001)

2.6.4.5.2. Kelemahan metode Brainstorming yaitu :

1) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk

berpikir dengan baik.

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

63  

2) Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan.

3) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan.

4) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau

salah.

5) Tidak menjamin hasil pemecahan masalah, Masalah bisa

berkembang ke arah yang tidak diharapkan. (Roestiyah, 2001)

Berbagai kekurangan tersebut dapat diatasi apabila seorang guru atau

pimpinan dalam kelas bisa membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik

untuk mencari solusi. Guru harus bisa menjadi penengah dan mengatur situasi

dalam kelas sebaik mungkin. Caranya yaitu dengan menguasai betul-betul

materi yang akan disampaikan dan membuat perencanaan proses belajar

mengajar dengan matang.

2.7. Pendidikan Kewarganegaraan

2.7.1. Pengertian dan Hakekat Pendidikan kewargaegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat

interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada disiplin

ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek hak dan

kewajiban (Abdul Asis dkk,2011). Menurut Peraturan Pemerintah No 19

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

64  

tahun 2005, Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas terampil dan kerkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan

UUD 1945.

Menurut Haris Bakti (2009) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata

pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang

diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-

hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat,

dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kewarganegaraan

adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan

potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap,

dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk

berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Depdiknas, 2005).

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi untuk

membentuk warganegara yang cerdas, terampil dan berkarakter baik, serta

setia pada bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan

UUD 1945. Selain itu juga berfungsi sebagai pengikat untuk menyatukan visi

peserta didik yang beragam latar belakang tentang budaya persatuan yang

dapat mendukung tetap berdirinya NKRI (BNSP, 2006). Hakekat pendidikan

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

65  

kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengembangkan dan membina

sikap (‘effective education’) mulai dari tingkatan yang belum tahu terhadap

nilai sampai siswa menyadari dan melakukan nilai moral dalam tingkah laku

kehidupan sehari-hari (BNSP, 2006).

Berdasarkan pengertian dan hakekat PKn maka dapat disimpulkan

bahawa pendidikan kewarganegaraan sangat penting, dikarenakan sebagai

pembentuk karakter yang nasionalis, serta menjunjung tinggi pancasila

sebagai dasar negara dan menjalankan setiap butir-butir yang terkandung di

dalam pancasila.

2.7.2. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai karakteristik sebagai

sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan

pemberdayaan warga negara. Warga negara yang sanggup melaksanakan hak

dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945 (BSNP, 2006).

Mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki tiga cirri khas, yaitu

pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal

tersebut merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan

multinasional yang memadai untuk menjadi kewarganegaraan yang baik

(Widi Rahardjo, 2001)

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

66  

2.7.3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut BNSP (2006) visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya

suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa

(nation and character building) dan pemberdayaan warga negara.

Kemudian misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara

yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan

kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan

Undang – Undang Dasar 1945 (BSNP, 2006).

2.7.4. Peranan dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Hamid Darmadi (2010) mengemukakan bahwa peranan Pendidikan

Kewarganegaraan adalah :

1) Membina, mengembangkan dan melestarikan konsep, nilai, moral,

dan norma Pancasila secara dinamis dan bertanggungjawab;

2) Membina dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia yang

seutuhnya, agar berkepribadian pancasila dan melek politik yang

mampu menjadi insan teladan dan narasumber dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

Mata pelajaran PKn juga memiliki tujuan yang mana dipaparkan

Depdiknas (Sulasmono, 2008), yaitu mengembangkan kompetensi sebagai

berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggap isu

kewarganegaraan;

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

67  

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti-korupsi;

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya;

4) Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Widi Rahardjo (2001), mata pelajaran PKn mempunyai

tujuan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal:

1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menangani isu

kewarganegaraan,

2) Berfikir secara cerdas dan bertanggung jawab serta beryindak

secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara,

3) Pembentukan diri yang didasarkan pada karakter-karakter positif

masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang demokratis.

2.7.5. Ruang Lingkup Isi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Selain aspek kompetensi yang perlu dikembangkan, maka perlu juga

diketahui ruang lingkup atau isi mata pelajaran PKn, BNSP (2006)

mengemukakan bahwa ruang lingkup atau isi mata pelajaran PKn yaitu yang

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

68  

mencakup dimensi politik, hukum, dan moral. Ruang lingkup mata pelajaran

PKn meliputi aspek – aspek:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam

perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa

Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif

terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan

jaminan keadilan;

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di

masyarakat, Peraturan – peraturan daerah, Norma – norma dalam

kehidupan bangsa dan negara, Sistem hukum dan peradilan

nasional, Hukum dan peradilan Internasional;

3) Hak asasi manusia, meliputi; Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat,Instrumen nasional dan

internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan

HAM;

4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga

diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,

Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan

bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warganegara;

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

69  

5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, Konstitusi yang pernah digunakan di

Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi;

6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan

kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,

Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi

menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam

masyarakat demokrasi;

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar dan

ideologi negara. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

Pengamalan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari,

Pancasila sebagai ideologi terbuka;

8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar

negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan

internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi

globalisasi.

Ahmad Haris Bakti (2009) mengatakan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran Pendidikan kewarganegaraan adalah

1) Nilai moral dan norma bangsa Indonesia serta perilaku yang

diharapkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara;

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

70  

2) Kehidupan idiologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan di negara Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

2.8. Penelitian yang Relevan.

a. Penelitian dari Didik Tri Setiyoko (2012) dengan judul: “Penggunaan

Metode Pembelajaran Curah Pendapat (Brainstorming) untuk

meningkatkan hasil belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Sejarah

Kelas VIII SMP Islam Terpadu Bina Amal Gunungpati Semarang

Tahun 2011/2012”

(penelitian PTK di SMP Islam Terpadu Bin Amal Gunung Pati semarang).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Metode

Pembelajaran Curah Pendapat (Brainstorming) dapat meningkatkan hasil

belajar kelas VIII A SMP IT Bina Amal tahun ajaran 2011/2012. Sebelum

penelitian nilai rata-rata kelas hanya sebesar 68,33 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 58%. Siklus I nilai rata-rata mencapai 77,12 dengan

ketuntasan klasikal 82%. Selanjutnya, siklus II nilai rata-rata juga

mengalami peningkatan 79,24 dengan ketuntasan klasikal mencapai 94%.

Pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan dan sudah memenuhi

indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar klasikal 75%. Berdasarkan

hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa guru sejarah, hendaknya lebih

Page 63: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

71  

memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar serta menerapkan

model-model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Dalam penelitian di atas terdapat relevansi yang sama yaitu, Metode

brainstorming dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Penelitian dari Linawati (2011) dengan judul : “PENGARUH

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH”

(Penelitian Eksperimen di SMA Negeri 1 Tarogong Kidul Garut)

Berdasarkan pengujian, dua rata-rata kelompok diperoleh dengan

uji satu pihak, ternyata t hitung (5,03) > t tabel (1,65). Berdasarkan hasil

uji regresi dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = 8,33 + 0,501X.

Koefisien korelasi sebesar 0,77 termasuk dalam kriteria korelasi yang

tinggi, sedangkan besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y

sebesar 58,76 %.

Dari penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah diberikan treatment dalam pembelajaran sejarah

terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, teknik pembelajaran

brainstorming dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Melihat adanya pengaruh dari

Page 64: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

72  

penerapan teknik pembelajaran brainstorming ini, diharapkan guru

senantiasa menggunakan teknik pembelajaran ini sebagai variasi dalam

pembelajaran.

Dalam penelitian di atas terdapat relevansi yang sama yaitu,

Metode Brainstorming berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan

desain penelitiannya eksperimen.

Page 65: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

73  

2.9. Kerangka Berfikir

(Tabel 2.3. Kerangka berfikir)

PBM

PASIF 

jenuh

Lemah dalam keaktivan

Kurang kreatif dalam berfikir

Tertuju kepada guru

Monoton dalam variasi belajar

Informasi yang di sampaikan mudah usang dan ketinggalan jaman

AKTIF

Kreatif dalam berpikir

Tidak terporos kepada guru

Meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran

Menimbulkan suasana demokratis dan disiplin

Terjadi persaingan sehat

Anak merasa bebas dan gembira

Metode Brainstorming

Metode Ceramah

Hasil Belajar

BAIK

Hasil Belajar

KURANG BAIK

Page 66: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7485/2/T1_172006004_BAB II.pdf · Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

74  

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, guru wajib memahami dan

meguasai metode-metode mengajar yang aktif. Dalam penelitian ini proses

belajar mengajar menggunakan dua metode mengajar yaitu metode ceramah

dan metode Brainstorming.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah di

dalam kelas akan menghasilkan kegitan belajar mengajar yang pasif, siswa

lebih cepat jenuh, lemah dalam berkreatifitas, dan kurang aktif dalam

menanggapi materi yang diberika oleh guru, proses belajar mengajar tertuju

kepada guru saja. Hal ini akan mengakibatkan hasil belajar yang kurang baik.

Proses mengajar yang menggunakan metode brainstorming, akan

meghasilkan kegiatan belajar yang aktif, siswa akan lebih kreatif dan merasa

gembira, pola belajar megajar tidak tertuju kepada guru, membangun

kepercayaan diri siswa dalam memberikan saran, pemikiran, berani

mengutarakan pendapat di depan kelas menajarkan sifat demokratis kepada

siswa. Hal ini akan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.10. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah disusun maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara Metode Ceramah

dengan Metode brainstorming terhadap hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran PKn.