makalah teori pembelajaran konstruktivisme
DESCRIPTION
teori pembelajaran konstruktivismeTRANSCRIPT
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Dosen Pengampu:
Azza Nuzullah Putri, M.Pd
Oleh:
1. Riska Atmanegara 150384205017
2. Lolita 150384205012
3. Septryna Rahma Yola 150384205055
4. Jumaira 150384205010
5. Hesty Mirviasari 150384205018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”Teori Belajar Konstruktivisme”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Tanjungpinang, 18 Oktober 2015
Penyusun
ii | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Perkembangan dan Definisi Konstruktivisme................................................6
2.2 Prinsip dan Karakteristik Konstruktivisme....................................................8
2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstruktivisme..........................................13
2.4 Langkah-langkah Konstruktivisme..............................................................13
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme......................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke XXI ini dunia terus mengalami perubahan terus menerus.
Perubahan terus menerus terjadi untuk membentuk dunia ke arah yang lebih baik.
Perubahan sangat dibutuhkan sekali. Semua yang ada didunia ini saling memiliki
keterkaitan sehingga karena perubahan kecil dapat memberikan pengaruh yang
besar bagi hal lain. Tidak heran ada pepetah mengatakan “Sedikit perubahan dapat
memberikan pengaruh yang besar”. Pesatnya perkembangan zaman sampai
sekarang terjadi karena setiap hari, setiap jam, sertiap detik terjadi berbagai
perubahan. Perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang menyebabkan dunia ini
sangat bervariasi dan terdapat hal-hal yang menarik untuk diketahui. Berbaggia
bidaai bidang yang mengalaimi perkembangan misalnya, bidang IPTEK, Bidang
Penelitian, Bidang Kepemerintahan, Bidang Pendidikan dan berbagai bidang-
bidang lainya.
Pendidikan merupakan kebutuhan semua orang, manusia sejak lahir sudah
di wajibkan untuk menuntut ilmu bahkan sampai keliang lhad. Hal ini sudah di
tegaskan oleh Rasulullah SAW ratusan tahun yang lalu. Ini sebagai bukti bahwa
pendidikan itu merupakan satu cara bagaimana suapaya manusia dapat hidup
dengan baik, baik di Dunia maupun kelak di kemudian hari. Begitu pentingnya
pendidikan ini sehingga semua Negara di Dunia ini melakukan pendidikan
sebagai wujud keperduliannya terhadap pentingnya pengembangan pendidikan
untuk peningkatan ilmu pengetahuan.
Adanya berbagai perubahan ini bermuara pada suatu hal yaitu pada bidang
Pendidikan. Bidang Pendidikn merupakan faktor mendasar dalam berbagai hal,
tidak terkecuali pada perubahan yang terjadi di dunia ini. Terlihat sepele memang
tapi semua bidang tidak akan menngalami perubahan jika pada bidang
Pendidikan sebagai hal yang paling mendasar dan paling pokok tidak mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi dalam Bidang Pendidikan sangat beraneka
ragam sekali. Misal, Perubahan peningkatan kualitas guru sebagai tenaga
pendidik, Perubahan Sistem Pengelolahan Administrasi Pendidikan, Perubahan
4 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
pada bidang Kurikulum. Kurikulum merupakan pokok terselenggaranya
Pendidikan di Indonesia.
Perubahan Kurikulum terjadi seiring dengan Tuntutan perkembangan zaman.
Dalam Kurikulum sendiri terkandung berbagai hal yang terus mengalami inovasi
yaitu Sistem Pengajaran atau Metode Pembelajaran. Dalam Makalah ini akan
dibahas secara lebih spesifik mengenai Metode Pembelajaran dalam dunia
Pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan dan definisi Konstruktivisme?
2. Prinsip dan Karakteristik konstruktivisme?
3. Bagaimana proses dalam penerapan Konstruktivisme?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Perkembangan dan definisi Konstruktivisme
2. Untuk mengetahui Prinsip dan karakteristik Konstruktivisme
3. Sebagai langkah menerapkan sistem konstruktivisme
5 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan dan Definisi Konstruktivisme
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogus (paedagogia), dan
dalam bahasa Latin paedogogus yang berasal dari kata paedos yaitu berarti anak
dan agoge yang berarti saya membimbing atau memimpin. Dari paedagogues,
pedagoga, paedagogogus kemudian muncul istilah pedagog yang berarti
pendidikan. Pedagog yang berarti mendidik, pedagogia yang berati yang berarti
perbutan mendidik, dan paedagogiek yang berarti ilmu pendidikan. Pendidikan
dalam bahasa Inggris adalah pedagog yaitu the study of educational goals and
proceses (study tentang tujuan dan proses pendidikan). Mendidik dalam bahasa
Latin educare yang berasal dari kata e-ducare yang artinya menggiring keluar,
yang dimaksud disini adalah permuliaan manusia.
Dari asal kata yang terkait dengan pendidikan diatas dapat dikelompokan
ke dalam dua kategori yaitu: konsep pedagogic yang memiliki arti cara untuk
mempengaruhi anak agar mencapai tingkat kedewasaan yaitu melalui pendidikan
informal dan yang kedua adalah konsep education yang berarti cara memperoleh
pengetahuan disekolah yaitu dengan pendidikan formal seperti pengajaran.
Pendidikan fungsionalis menurut Poerbakawatja dan Harahap adalah suatu usaha
untuk menentukan struktur dari pendidikan atas dasar fungsi-fungsi hidup dimasa
sekarang dan masa depan. Dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan selama ini terus mengalami pembaharuan untuk menciptakan
berbagai metode yang berguna bagi perkembangan zaman untuk memenuhi
tuntutan manusia yang semakin hari semakin bermacam dengan berbagai tipe.
Tingkat kebutuhan ini menjadikan masyarakat melakukan perubahan kearah yang
lebih baik. Pada bidang Pendidikan sendiri mengandung berbagai bidang yang
terus mengalami kemajuan, misalnya dalam bidang Pendidikan mengandung
Kurikulum yang terus berganti mengikuti tuntutan perkembangan zaman
sehingga sistem Pendidikan mengalami Kemajuan, bidang lain misalnya Kualitas
6 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
seorang Pengajar. Kurikulum yang berlaku sekarang ini merupakan bentuk terbaru
dari pengembangan kurikulum Berbasis Kompetensi yang menekankan pada guru
untuk semakin gencar berupaya menggairahkam kembali dunia Pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Berbagai penelitian
diadakan untuk memajukan dunia Pendidikan. Dalam Penelitian itu digunakan
berbagai metode pendekatan misalnya metode Konstruktivisme.
Paradigama baru lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia
yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam
mencari dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa
yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah peranannya, tidak lagi sebagai
pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasilitator
yang membimbing siswa kearah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka
sendiri.
Piaget (1973) dengan Teori Konstrktivismenya menyatakan bahwa setiap
individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan interkasi antara
apa yang telah dimiliki, diketahui,dan dipercayai dengan fenomena, pendapat,
atau informasi baru yang dipelajari. Menurutnya, setiap peserta didik membawa
pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimiliki kedalam proses belajar
yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbarui, direvisi, dan diubah oleh
informasi baru yang dijumpai dalam proses belajar. Secara umum konstrktivisme
yaitu mendorong kolaborasi, kegiatan pendahuluan dan eksplorasi, dan
menekankan pemecahan masalah otentik.
Menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai ‘teori pengetahuan
dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”. Von Glasersfeld
mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi Pengetahuan.
Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun
melalui pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal ini secara aktif terutama
membangun pengetahuan. Sedangkan menurut Murpy(1997: 7) kontruktivisme
terdiri dari suatu jaringan sesuatu hal dan berhubungan bahwa kita hidup
bersandar pada hidup kita, and yang lain pun sama terhadapnya, kita percaya,
orang lain juga bersandar juga. Dalam hal ini siswa menginterpretasikan dan
7 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
membangun suatu kenytaan berdasarkan pada interaksi dan pengalamannya
dengan lingkungannya.
Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Adapun tujuan dari teori ini adalah:
a. Adanya motivasi untuk seseorang bahwa belajar adalah tanggung jawab
seseorang itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk mengejukan pertanyaan
dan mencari sendiri pertanyaannya.
c. Membantu seseorang untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
2.2 Prinsip dan Karakteristik Konstruktivisme
Belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui keterlibatan
fisik dan mental seseorang secara aktif, dan juga merupakan proses asimilasi dan
menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya mengenai objek tertentu menjadi
lebih kokoh. Semua pelajar benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk
dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari guru “diserap oleh
murid. Ini berarti bahwa setiap murid akan mempelajari sesuatu yang sedikit
berbeda dengan pelajaran yang diberikan (Muijs dan Reynolds, 2008:97).
Selanjutnya Muijs dan Reynolds (2008:97) mengemukakan bahwa murid adalah
konstruktor pengetahuan aktif yang memiliki sejumlah konsekuensi yaitu :
1. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif.
Pelajar secara aktif mengkonstrusikan belajarnya daru berbagai macam
input yang diterimanya. Ini menyiratkan bahwa belajar harus bersikap aktif agar
dapat belajar secara efektif. belajar adalah tentang membantu murid untuk
8 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang “mendapatkan jawaban
yang benar” karena dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan
jawaban yang benar tanpa benar-benar memahami konsepnya.
2. Anak-anak belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik
kognitif (konflik dengan berbagai ide dan prakonsepsi lain) melalui
pengalaman, refleksi dan metakognisi (Beyer, 1985)
3. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna. murid secara aktif
berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian, guru mestinya
berusaha mengkonstruksi berbagai kegiatan belajar di seputar ide-ide besar
eksplorasi yang memungkinkan murid untuk mengkonstruksi makna.
4. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata.
Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman
sebaya, guru, orang tua, dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik
adalah mengkonstruksikan siatuasi belajar secara sosial, dengan
mendorong kerja dan diskusi kelompok
5. Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa murid secara individual dan
kolektif mengkonstruksikan pengetahuan. Agar efektif guru harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori
belajar, sehinggga mereka dapat menilai secara akurat belajar seperti apa
yang dapat terjadi
6. Belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta
secara abstrak, tetapi sealalu dalam hubungannya dengan apa yang telah
kita ketahui.
Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang
kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah satu topik ke topik lain. Murid hanya
dapat mengkonstruksikan makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya,
bukan hanya bagian-bagiannya
Mengajar adalah tentang memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar
untuk menemukakan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengelaman
realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran yang otentik/asli dan pemahaman
9 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
yang lebih dalam dibandingkan dengan memorisasi permukaan yang sering
menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya (Von Glaserfelt, 1989). Ini
juga membuat kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-
bahan hands-on daripada tekxbook.
Suparno (1997) mengidentifikasi 3 prinsip kontruktivisme dalam belajar yakni
sebagai berikut:
a. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial,
b. pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pebelajar,
kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
c. pengajar sekedar membantu pebelajar dengan menyediakan sarana dan
situasi agar proses konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan
efisien.
Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks dalam The case
for constructivist classrooms. (1993) menawarkan lima prinsip kunci
konstruktivist teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip
konstruktivisme:
Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.
Dalam banyak contoh, masalah style Anda mengajar mungkin akan
menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya,
merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
Prinsip 2 : Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama.
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang
menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai
dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang
"menyeluruh/utuh."
Prinsip 3 : Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela
memberi alasan mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa,
sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di
dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta
menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat,
10 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus
betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai
konstruktivis lingkungan melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun
jawaban yang diajukan.
Prinsip 4 : Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan
siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai,
adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep
berikutnya
Prinsip 5 : Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang
benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai
menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu.
Ekspresi Anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali
bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru
dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah
mengekspresikan kekesalan.
Ketiga prinsip di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan
anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Dalam hal ini, Funston (1996) lebih
spesifik mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu,
untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang akan mempengaruhi proses belajar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka secara umum ada empat prinsip dasar
konstruktivisme dalam pembelajaran :
1. Pengetahuan terdiri atas konstruksi masa silam
2. Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
3. Belajar merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses
mekanik yang akumulatif.
11 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
4. Mengacu pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan
struktur kognitif. Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi
dan resolusi konflik.
Implikasi prinsip-prinsip belajar tersebut dalam proses pembelajaran
diantaranya bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
pembelajar kepada pebelajar, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan
pembelajar membangun sendiri pengetahuannya sendiri, mengajar berarti
berpartisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dasar pemikiran
seperti ini menjadikan teori konstruktivistik sebagai landasan teori-teori belajar
yang pernah ada, seperti teoru perubahan konsep, teori belajar bermakna dan teori
skema. Dari penjelasan ini tergambar bahwa konstruktivisme merupakan teori
yang berlandaskan pada pembelajaran siswa dalam membentuk pengetahuannya
sendiri dan guru sebagai mediator dan fasilitator yang relevan.
Oleh karena itu, paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi
yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuam awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Untuk itu, guru dituntut untuk memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belajar. guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya
Karakteristik belajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut Slavin (1997)
ada 4 yaitu:
1. Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-
masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan
atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar
yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan
suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata
bahasa, dan tanda baca.
2. Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan
masalah tersebut dengan temanya.
12 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
3. Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukan
meskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus
melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi
masuk kedalam pemahaman mereka.
4. Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang mmungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstruktivisme
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah :
1. Memberi peluang kepada murid untuk mendapatkan pengetahuan baru
melalui proses terlibat secara langsung.
2. Menggunakan idea yang dimiliki setiap siswa untuk bisa mengembangkan
dirinya sendiri.
3. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan minat siswa.
4. Idea siwa merupakan proses belajar siswa untuk mencapai tujuan.
5. Mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa.
6. Dalam proses pembelajaran siwa berinteraksi aktif dengan guru.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang penting sehingga
sesuai dengan hasil pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
2.4 Langkah-langkah Konstruktivisme
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik
dan dari aspek-aspek siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika
dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi
yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang
13 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-
fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si
belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun
konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru
memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan
yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan
lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut.
5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap
realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang
didasarkan pada pengalaman.
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
1. Kelebihan
a. Menjadikan siswa berfikir tentang pengetahuan baru, bias menyeesaikan
masalah, dan bias berfikir dan membuat keputusan
b. Menjadikan siswa paham dengan materi yang disampaikan
c. Siswa mempunyai nilai tambah yang lebih yaitu bisa mengingat materi
yang disampaikan karena siswa sendiri yang aktif
d. Meletih untuk berinteraksi social seperti dengan teman kelompok, dan
guru
14 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
e. Karena siswa terlibat secara terus, mereka akan paham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan lingkungannya, maka mereka akan berasa
meningkatkan belajar untuk membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Kekurangan atau kelemahan dalam suatu penerapan metode pembelajaran
tergantung pada guru sebagai pelaksana metode. Pada metode kontruktivisme
guru berperan hanya sebagai pendukung bukan sebagai hal utama. Fokus
konstruktivisme hanya ketika proses pembelajaran itu terjadi.
15 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Ada empat prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran :
a. Pengetahuan terdiri atas konstruksi masa silam
b. Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
c. Belajar merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses
mekanik yang akumulatif.
d. Mengacu pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan
struktur kognitif. Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi
dan resolusi konflik.
Dalam menerapkan metode konstruktivisme ada 7 langkah
3.2 Saran
Dalam dunia pendidikan proses lebih diutamakan dari pada hasil walaupun
nantinya kita akan menuju puncak dari suatu hasil. Seharusnya model
pembelajaran konstruktivisme diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia
supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik.
16 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Gerson.R.Tanwey 2002.Belajar dan Pembelajaran.Ambon: FKIP Universitas
Pattimura Ambon
Gino, dkk. 1997. Belajar Dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. Disadur dari :
Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-
tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
Pranita, Tya. 2010. Teori Konstruktivisme. Kompasiana.com; diakses online pada
tanggal 17 Oktober 2015.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta:
Kanisi
Trianto.2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
17 | T e o r i P e m b e l a j a r a n K o n s t r u k t i v i s m e