bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

39
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian maka berikut ini akan disajikan kajian teori tentang belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, metode TPS, metode NHT dan mdtode TPS. 2.1.1 Belajar Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Witherington dalam Hamdani (2011: 21) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan Menurut Lefrancois dalam Sumardjono dkk (2012: 9) belajar adalah perubahan perilaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan perilaku itu dapat dijelaskan bukan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelelahan atau pengaruh obat.

Upload: vannhi

Post on 24-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian maka berikut ini akan

disajikan kajian teori tentang belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,

metode TPS, metode NHT dan mdtode TPS.

2.1.1 Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Witherington dalam Hamdani

(2011: 21) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk ketrampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan

Menurut Lefrancois dalam Sumardjono dkk (2012: 9) belajar adalah

perubahan perilaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan perilaku itu

dapat dijelaskan bukan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelelahan atau

pengaruh obat.

8

Jadi dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan belajar adalah

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh satu perubahan tingkah laku

yang berbentuk sikap, kebiasaan, atau pengetahuan.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas

dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut

saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan

kualitas hasil belajar.

2.1.2.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis dan psikologis (Baharudin, 2008: 19). Sedangkan menurut

Slameto (2010: 54) faktor intern membahas tentang tiga faktor, yaitu faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor Fisiologis (jasmaniah)

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,

keadaan jasmani dan kedua yaitu keadaan fungsi jasmani atau fisiologis

(Baharudin 2008: 19)

Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh

positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, keadaan fisik yang lemah

9

atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh

karena keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,

terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,

pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan

telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra

dengan baik, dengan menyediakan sarana belajar yang mempengaruhi

persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodk,

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya.

Sedangkan faktor jasmaniah menurut Slameto (2010: 54) meliputi faktor

kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika

kesehatan seseorang terganggu, agar seseorang dapat belajar dengan baik

haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu

mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang belajar, istirahat, tidur, makan,

olahraga dan ibadah. Jadi dari beberapa pengertian tentang faktor jasmaniah

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor psikologis ini berkaitan dengan

keadaan fisik atau jasmani seseorang, apabila keadaan fisik atau jasmani

seseorang terganggu, maka dapat pula mengganggu pola belajar dan hasil

belajar seseorang.

10

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama

memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,

sikap dan bakat.

a. Kecerdasan/ intilegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik

dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

melalui cara yang tepat. Dengan demikian kecerdasan bukan hanya berkaitan

dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun

bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merpakan organ yang

penting dibandingkan dengan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri

sebagai pengendali tertinggi dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam

proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin

tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar juga peluang

individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu perlu

bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua dll. Sebagai faktor

psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka

pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap

calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat

kecerdasan siswanya. (Baharudin 2008: 19).

11

Sedangkan menurut Slameto (2010: 56) inteligensi itu adalah kecakapan

yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Jadi intilegensi siswa

sangat berpengaruh terhadap kemajuan dalam belajar.

b. Motivasi

Pengertian Motivasi menurut Slavin dalam (Baharudin 2008: 22) Motivasi

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar

siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.

Para ahli psikologi mendefinikan motivasi sebagai proses didalam diri

individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku

setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan

dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

Menurut Slameto (2010: 58) motif sangat erat sekali hubungannya dengan

tujuan yang akan dicapai, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu

diperbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri

sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

Jadi dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong

siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk

berpikir dan memusatan perhatian.

12

c. Minat

Secara sederhana, minat berarti kecendurungan dan kegairahn yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber dalam

(Baharudin 2008: 24), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi

disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya,

seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun

lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan

motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika

seseorang tidak memiliki niat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau

bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar dikelas,

seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar

tertarik terhadap materi pelajaran yang diajarnya.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu

lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat

selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang

bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan

dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk

buku materi, desain pembelajaran yang mebebaskan siwa untuk mengeksplor

apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,

13

afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi

guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang

studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih

oleh siswa sesuai dengan minatnya. Jadi apabila terdapat siswa yang kurang

berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang

lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan cita-cita seta kaitannya

dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

d. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengruhi keberhasilan

proses belajarnya. Menurut Syah dalam (Baharudin 2008: 24) Sikap adalah

gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi

atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau

tidak senang pada perform guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Dan

untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru

sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung

jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, guru akan

berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan

kepribadian sebagai sebagai seorang guru yang empatik, sabar dan tulus

kepada muridnya;berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya

14

dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran

dengan senang dan tidak menjemukan; menyakinkan siswa bahwa bidang

studi yang dipelajari bermanfaat bagi siswa.

e. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.

Menurut Syah dalam (Baharudin 2008: 25) Secara umum, bakat

didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Menurut Hilgard dalam

Slameto (2010: 37) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Berkaitan dengan

belajar, Slafin dalam (Baharudin 2008: 25) mendefinisikan bakat sebagai

kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan

demikian bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat

seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu

akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan

berhasil. Jadi bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik

karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam

belajarnya.

2.1.2.2 Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga mempengaruhi proses belajar siswa.

15

Menurut Slameto (2010: 60) faktor eksternal dikelompokkan menjadi 3

faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga diantaranya

yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan

anaknya, misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak

memperhatikan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam

belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau

melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar,

tidak mau tau bagaimana kemajuan belajar anaknya dapat menyebabkan anak

tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang

tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudara atau anggota keluarga

yang lain turut memperngaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya

apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, atau diliputi

kebencian. Sebetulnya relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya

dengan cara mendidik orang tua. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan

anak perlu diusahakan relasi yang baik antar keluarga anak tersebut.

16

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang

sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang gadu dan ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak

yang belajar.

d. Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekomomi orang tua erat kaitannya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup

dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi, akibatnya

kesehatan anak terganggu dan belajarnya ikut terganggu.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar diantaranya yaitu metode

mengajar, kurikulum, metode belajar dan tugas.

a. Metode mengajar

Metode mengajar mempengaruhi belajar, metode mengajar guru yang

kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode

mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misal karena guru kurang

persiapan dan kurang mengasai bahan pelajaran sehingga guru terebut

menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau mata

pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa tidak senang dengan mata

pelajaran. Atau bisa juga guru mengajar dengan metode ceramah saja, siswa

menjadi bosan dan pasif.

17

Guru progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan

motivasi siswa belajar, maka metode mengajar harus diusahakan yang stepat,

efisien dan efektif mungkin.

b. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberiakn kepada

siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar

siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikullum yang

kurang baik berpengaruh pada belajar.

c. Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu

pembinaan dari guru. Dengan cara belajar tepat akan efektif pula hasil belajar

siswa.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam

masyarakat, diantaranya sebagai berikut:

a. Mass Media

Mass media misalnya TV, koram, komik dll, semuanya itu beredar di

dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik

terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.

18

b. Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam

jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri

siswa begitu juga sebaliknya.

Melalui penjelasan faktor internal dan faktor eksternal diatas, faktor

internal dan eksternal sangat mempengaruhi belajar siswa dan juga

berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut. Untuk memperoleh hasil

belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan

faktor internal dan eksternal. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa

dituntut untuk memiliki salah satunya kebiasaan belajar yang baik,

kebiasaan belajar yang baik juga didorong salah satunya oleh penggunaan

metode oleh guru dalam proses pembelajaran.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 22) mengemukakan bahwa Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

hasil belajar merupakan hasil yang akan dicapai manusia dari

pengalaman belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, manusia

selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah, seorang siswa melakukan kegiatan belajar

selalu menginginkan keberhasilan di dalam belajarnya. Dalam dunia

pendidikan keberhasilan belajar disebut hasil belajar. Keefektifan

pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa.

19

Aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan

pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajarai atau

sering disebut tingkat ksalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat retensi

dari apa yang dipelajari. Menurut Agus Supridjono (2009: 5) hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi dan ketrampilan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya

(2010: 257) Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa sebagai

konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi perubhan

perilaku pada yang bersangkutan baik perilaku baik dalam bidang

kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar

yang ingin dicapai adalah tingkat pengetahuan dan proses kognitif.

Menurut revisi taksonomi Benyamin S. Bloom (Anderson dan

Krathwohl, 2010: 39-43) pengetahuan dibedakan dalam empat jenis

dimensi pengetahuan yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural Dan

Metakognitif, sedangkan dimensi proses kognitif terdiri dari enam

dimensi yaitu Mengingat (C1), Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3),

Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) Dan Mencipta (C6). Dimensi

proses kognitif ini masing-masing diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Katagori-katagori dalam dimensi proses kognitif

Dimensi kedua dari revisi taksonomi Bloom dalam Anderson

dan Krathwohl (2010: 39-43) adalah dimensi proses kognitif yag

terdiri dari enam dimensi proses yaitu mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.

20

a. Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka

panjang

b. Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi

pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan

digambar oleh guru

c. Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu

prosedur dalam keadaan tertentu

d. Menganalisis yaitu memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian

itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan

struktur atau tujuan

e. Mengevaluasi yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria

dan atau standar

f. Mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren untuk membuat produk yang

orisinal.

21

Revisi taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1

Perbandingan taksonomi Bloom lama dan revisi taksonomi

Bloom

Komponen kata benda

komponen kata kerja

(Anderson dan Krathwohl, 2010: 39-43)

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian, karakteristik

model pembelajaran kooperatif serta metode yang digunakan dalam

penelitian ini.

Dimensi tersendiri

Mengingat Pengetahuan

Memahami Komprehensi

Dimensi

proses

kognitif

Mengaplikasikan Applikasi

Menganalisis Analisi

Mengevaluasi Sintesi

Mencipta Evaluasi

22

2.1.4.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Agus Supridjono (2013:54) adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Sedangkan menurut Parker dalam Miftahul Huda (2012:29)

menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai suasana

pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-

kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai

tujuan bersama.

Sedangkan menurut Johnson (dalam Etin Solihatin 2012:102)

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggota-anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang,

dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Jadi pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara

membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama,

berinteraksi dan bertukar pikiran demi mencapai tujuan bersama.

2.1.4.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran

kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus

23

membuat siswa belajar. Semua tim (anggota kelompok) harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah,

kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tim.

2. Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat

fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan dan Kontrol.

Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

3. Kemauan Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama

perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap

anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab

masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling

membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang

pintar.

4. Ketrampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam ketrampilan bekerja

sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan

sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa

perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan

24

berkomunikasi, seingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,

mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada

keberhasilan kelompok.

Menurut Arends (2008: 5), bahwa pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri sebagai

berikut:

1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,

sedang dan tinggi.

3. Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras,

budaya dan gender

4. Sistem rewardnya berorientasi kelompok maupun individu

2.1.5 Metode TPS

Berikut ini akan dijelaskan pengertian, langkah-langkah, serta

kelebihan dan kelemahan metode TPS.

2.1.5.1 Pengertian metode TPS

Strategi TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan

waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan

koleganya di Universitas Maryland. Strategi TPS atau berfikir

berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruh pola interaksi siswa (Triyanto 2011:

81).

25

Menurut Arends dalam (Triyanto 2011:81) menyatakan bahwa

TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana

pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruan,

dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berfikir untuk merespons dan saling membantu.

Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau

siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang

guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang

telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan TPS untuk

membandingkan tanya jawab ke kelompok keseluruhan.

Sedangkan menurut Suyatno (2009: 54) TPS termasuk salah satu

metode pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan

secara eksplensit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk

memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami

(berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan TPS adalah

metode pembelajaran yang memunginkan siswa untuk bekerja sama

dalam kelompok dengan tahap thinking (berfikir), pairing (berpasangan)

dan sharing (berbagi).

2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran TPS

Langkah-langkah TPS menurut Lyman dan kawan kawan dalam

Miftahul Huda (2011: 132) sebagai berikut.

26

Tabel 2.1

Langkah-langkah TPS

N

o

Langkah Keterangan

1 Berpikir

(Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran,

dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri

jawaban atau masalah

2 Berpasang

an (Pair)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu

pertanyaan yang diajukan atau menytukan gagasan apabila suatu masalah khusus yg

diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4-5 menit untuk

berpasangan

3 Berbagi

(Share)

Guru meminta pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah

mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan

dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

(Miftahul Huda,2011: 132)

Menurut Agus Supridjono (2013: 91) langkah langkah TPS seperti berikut

Tabel 2.2

Langkah-langkah TPS

No Langkah Keterangan

1 Thingking pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu

terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru

memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya

2 Pairing pada tahap ni guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri

kesempatan kepada pasangan-paangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan

diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah

dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya

3 Sharing Hasil diskusi intersubyektif di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan

pasangan seluruh kelas

(Agus Supridjono, 2013: 91)

27

Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 57) mengungkapkan

langkah-langkah penerapan metode pembelajaran TPS adalah:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin

dicapai

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan

yang disampaikan guru

3. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya

(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran

masing-masing

4. Guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok

mengemukakan hasil diskusinya

5. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan

pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi

yang belum diungkapkan para siswa

6. Guru memberi kesimpulan

7. Penutup

Dari berbagai pendapat diatas, langkah-langkah metode TPS

yang dipilih dalam penelitian ini yaitu langkah-langkah menurut

Miftahul Huda (2011,132) hal Ini dikarenakan bahwa langkah-langkah

yang dipakai oleh Miftahul Huda lebih jelas, mudah dipahami tentang

bagaimana Think, Pair dan Share dilaksanakan.

28

2.1.5.3 Kelebihan Metode Pembelajaran TPS

Menurut Anita Lie (2004: 57) keunggulan metode TPS yaitu

mampu mengoptimalkan partisipasi siswa serta memberi kesempatan

siswa untuk berkerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan Menurut Muslimin Ibrahim (2000:6) metode TPS

mempunyai keunggulan antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode

pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk

mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh

guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu

memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada

pertemuan selanjutnya.

2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada

setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat

selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa

yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan

tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

3. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,

kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar dikelas

hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab

semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa

secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode TPS kan

29

lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode

konvensional.

4. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam metode

pembelajaran konvensional, siswa yang aktif didalam kelas

hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam

menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa

lain anyalah pendengar materi yang disampaikan guru. Dengan

pembelajaran TPS hal ini dapat menimalisir sebab semua siswa

akan terlibat dengan permasalahan yang diberiakn oleh guru.

5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem

kerja sama yang diterapkan dalam metode pembelajaran TPS

menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga

siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat

orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak

diterima.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan metode TPS diatas tampak bahwa

metode TPS memang secara teoritis dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.1.5.4 Kelemahan Metode TPS

Adapun kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS

menurut Hartina (2008: 12) adalah sangat sulit diterapkan disekolah

yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas,

sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak. Sedangkan

30

menurut Anita Lie (200 5: 46), kekurangan dari kelompok

berpasangan adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu

dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul dan 3) tidak ada

penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan tentang kelemahan

metode TPS sebagai berikut:

a. Metode TPS belum banyak diterapkan disekolah

b. Banyak kelompok yang kurang dimonitor

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar yang mulanya belajar

dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar

berfikir dan memecahkan masalah.

Dengan beberapa kelebihan dan kekurangan yang telah diuraikan,

model pembelajaranTPS layak untuk diterapkan guru didalam proses

mengajar. Karena metode ini akan memberi keuntungan pada siswa

dan guru sendiri. Dan untuk masalah kelemahan metode TPS

diharapkan guru dapat meminimalisinya. Agar semua kelompok dapat

diperhatikan oleh guru tanpa terkecuali.

2.1.6 Metode NHT

Berikut ini akan dijelaskan pengertian, langkah-langkah, serta

kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran NHT.

31

2.1.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran NHT

Menurut Arend (2008: 16) metode NHT adalah metode dimana

melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai materi yang

dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman

mereka tentang isi pelajaran itu. Menurut Sholeh Hamid (2011: 218)

metode dimana siswa mampu menerima berbagai pendapat yang

diterima dan disampaikan oleh orang atau kelompok lain, kemudian

menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan pendapat yang

paling ideal atau bahkan tidak mendapatkan pendapat yang paling ideal.

Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 59) menyatakan bahwa NHT

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagi

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu

juga dapat membangkitkan semangat kerja sama.

Menurut Ibrahim (2008:27) tujuan metode NHT salah satunya yaitu

mengembangkan ketrampilan sosial, artinya pembelajaran NHT

bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan

yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja sama

dalam kelompok. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa metode NHT merupakan metode pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide atau pendapat,

menumbuhkan keaktifan dan kerja sama siswa dalam kelompok.

32

2.1.6.2 Langkah-langkah NHT

Menurut Miftahul Huda (2011:138) langkah langkah metode

pembelajaran NHT sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing –masing siswa

dalam kelompok diberi nomor

2. Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing-masing

kelompok mengerjakannya

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok

mereka

33

Sedangkan menurut Agus Supridjono (2013:92) langkah-

langkah NHT sebagai berikut

Tabel 2.3

Langkah-langkah NHT

No Langkah Keterangan

1 Numbering guru membagi kelas menjadi kelompok-

kelompok kecil dan masing masing siswa

dalam kelompok diberi nomor

2 Questioning Setelah kelompok terbentuk guru

mengajukan beberapa pertanyaan yang

harus dijawab oleh masing-masing

kelompok. Berikan kesempatan kepada

tiap-tiap kelompok mengemukakan

pendapat

3 Heads Together Pada kesempatan ini tiap tiap kelompok

meyatukan kepalanya, berdiskusi

memikirkan pertanyaan dari guru

4 Answering guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap

kelompok dan menjawab pertanyaan

(Agus Supridjono, 2013:92)

Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 59) menyatakan langkah-

langkah pelaksanaan NHT sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, dimana tiap kelompok dibagi

menjadi 5-6 orang siswa. Serta setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor urut.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar

34

dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui

jawaban ini.

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor

yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Dari berbagai pendapat diatas, langkah-langkah metode NHT

yang dipilih yaitu langkah-langkah menurut Agus Supridjono

(2013:92) hal ini disebabkan karena langkah-langkah menurut

Agus Supridjono lebih jelas, mudah dipahami langkah-langkahnya

apa saja yang harus dilakukan ketika Numbered, Questioning,

Heads Together, dan Answering.

2.1.6.3 Kelebihan Metode Pembelajaran NHT

Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) adapun kelebihan dan

kelemahan NHT adalah: 1) Membantu agar setiap siswa menjadi

siap semua ketika ditunjuk guru sehingga siswa dapat menguasai

materi pelajaran. 2) Memberi lebih banyak waktu kepada siswa

untuk melakukan diskusi dengan sungguh sungguh.3) Membantu

Siswa yang kurang pandai pandai, karena dalam diskusi siswa

yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.

Sedangkan menurut Anita Lie (2003:58) metode NHT memiliki

kelebihan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat, selain itu juga mendorong siswa untuk meningkatkan

35

semangat kerja sama. Metode NHT dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran.

Menurut Hamdani (2011: 90) kelebihan metode NHT antara

lain, a) setiap siswa menjadi siap semua, b) siswa dapat melakukan

diskusi dengan sungguh-sungguh, c) siswa paling pandai dapat

mengajari siswa yang kurang pandai. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa kelebihan metode NHT yaitu a) membantu

siswa agar siap jika ditunjuk oleh guru, b) siswa yang kurang

pandai dibantu siswa yang pandai, c) memberi lebih banyak waktu

untuk berdiskusi.

2.1.6.4 Kelemahan Metode Pembelajaran NHT

Kelemahan metode NHT menurut Hamdani (2011: 90) antara

lain: a) kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi

oleh guru dan b) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh

guru. Sedangkan kelemahan metode NHT menurut Ahmad Zuhdi

(2010: 65) kelemahan metode NHT yaitu: 1) kemungkinan nomor

yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, 2) tidak semua anggota

dipanggil oleh guru.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan

metode NHT yaitu: a) hanya nomor tertentu yang dipanggil oleh

guru, b) sebelum pembelajaran dmulai guru harus menyiapkan

nomor yang dipakai, c) menggunakan waktu yang lama.

36

Tabel 2.4

Perbandingan langkah-langkah metode TPS dan metode NHT

No TPS No NHT

1 Guru menyampaikan inti materi dan

kompetensi yang ingin dicapai

1 Siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok.

2 Siswa diminta untuk berfikir tentang

materi atau permasalahan yang

disampaikan guru

2 Masing –masing siswa dalam

kelompok diberi nomor

3 Siswa diminta untuk berpasangan

dengan teman sebelahnya (kelompok

2 orang) dan mengutarakan hasil

pemikiran masing-masing

3 Guru memberikan tugas atau

pertanyaan dan masing-masing

kelompok mengerjakannya

4 Guru memimpin pleno atau diskusi

kecil, tiap kelompok

mengemukakan hasil diskusinya

4 Kelompok berdiskusi untuk

menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua

anggota kelompok mengetahui jawaban

tersebut

5 Berawal dari kegiatan tersebut, guru

mengarahkan pembicaraan pada

pokok permasalahan dan menambah

materi yang belum diungkapkan

para siswa

5 Guru memanggil salah satu nomor.

Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil

diskusi kelompok mereka

6 Guru memberi kesimpulan,

Penutup

Metode TPS merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

dapat meningkatkan interaksi siswa dalam belajar, karena mampu mengajak

siswa untuk menelaah permasalahan secara individu dan kelompok. Sehingga

siswa cenderung memiliki waktu yang lebih banyak. Metode ini juga mengajarkan

37

siswa untuk dituntut lebih kreatif dalam mengemukakan pendapat. Sehingga

diharapkan pemahaman siswa akan lebih baik, tidak hanya sekedar hafalan saja.

Sedangkan metode NHT menekankan kerjasama siswa pada saat

mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru, dimana setiap anggota

kelompok saling membantu mengerjakan soal-soal tersebut, kemudian guru

menunjuk satu nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus menjawab

soal. Oleh karena itu dalam pembelajaran nht setiap siswa dapat dilibatkan secara

aktif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Menurut Linda B Nilson (2010: 107) penelitian dengan kedua metode ini

termasuk dalam output method dengan tipe group work or learning dengan tipe

hasil belajar yaitu comprehension atau pemahaman. Berikut ini untuk lebih

jelasnya lihat tabel perbandingan antara taksonomi Bloom lama dan revisi

taksonomi Bloom.

2.1.7 Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)

Berikut ini akan dijelaskan tentang hakikat pembelajaran PKn, tujuan

pembelajaran PKn di SMP, ruang lingkup PKn di SMP, Standart Kompetensi

Dan Kompetensi Dasar PKn.

2.1.7.1 Hakikat Pembelajaran PKn

PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945

(Permendiknas No.22 tahun 2006).

38

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari

beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu Negara, ilmu tata

Negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat (Mawardi, 2011:8).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan merupakan program pengembangan karakter warga negara

sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 yang dilaksanakan secara

kurikuler, yaitu dilaksanakan disekolah sebagai suatu mata pelajaran.

2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran PKn Di SMP

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk

memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut (Permendiknas No. 22

tahun 2006).

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

39

2.1.7.3 Ruang Lingkup PKn Di SMP

Dalam BNSP, lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

meliputi aspek-aspek sebagai berikut (PermendiknasNo. 22 tahun 2006).

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam

perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,

Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilannasional,

Hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi

diri, Persamaan kedudukan warga negara

40

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di

Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi

dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju

masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat

demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,

Pancasila sebagai ideologi terbuka

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan

internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi

globalisasi.

2.1.7.4 Standart Kompetensi Dan Kompetensi Dasar PKn

Pencapaian tujuan PKn dapat dimiliki oleh kemampuan peserta

didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan

dirinci kedalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh

siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap

41

satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara

rinci SK dan KD untuk mata pelajaran PKn yang ditujukan untuk

siswa kelas 7 pada tabel 2.5 sebagai berikut:

Tabel 2.5

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar PKn Kelas 7 SMP

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Menampilkan sikap positif terhadap

perlindungan dan penegakan Hak Azasi

Manusia (HAM)

3.1 Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan

HAM

3.2 Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya

penegakan HAM

3.3 Menghargai upaya perlindungan HAM

3.4 Menghargai upaya penegakan HAM

4. Menampilkan perilaku kemerdekaan

mengemukakan pendapat

4.1 Menjelaskan hakikat kemerdekaan

mengemukakan pendapat

4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan

mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab

4.3 Mengaktualisasikan kemerdekaan

mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi:

Menampilkan kemerdekaan mengemukakan pendapat

Kompetensi dasar:

Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab.

42

2.2 Penelitian Yang Relevan

a) “Perbandingan Hasil Belajar Pkn Siswa Antara Yang Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dan TPS”oleh Muzalifah,

Skripsi Program Studi Kimia, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Teknik analisis data menggunakan uji t yang merupakan hasil

belajar dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf

signifikansi 5% (α = 0, 05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

perbedaan mean hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Mean hasil belajar kelompok eksperimen adalah 85, 72 dan

mean hasil belajar kelompok kontrol adalah 76, 15. Selisih mean hasil

belajar kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 9, 567. Hasil

penghitungan uji t diperoleh signifikansi sebesar 0, 00 lebih kecil dari 0,

05 (0, 00 < 0, 05) dan thitung sebesar 4, 215 lebih besar dari ttabel

sebesar 1, 669 (4, 215 > 1, 669) maka hipotesis diterima, artinya terbukti

ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap hasil belajar kimia siswa kelas VIII di SMP N 3 Kota

Tangerang Selatan semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

b) “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Dengan Tipe TPS

(Think Pair Share) Pada Materi Pokok Kedaulatan Rakyat Di Kelas VIII

SMP Negeri 1 Babalan”oleh Siti Wardani, Universitas Negeri Medan.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS.

43

Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas NHT sebesar

82, 9 dengan standart deviasi 8, 27, sedangkan nilai rata-rata belajar

siswa pada kelas TPS sebesar 75, 9 dengan standar deviasi 10, 15.

Adanya perbedaan hasil belajar tersebut dibuktikan melalui pengujian

hipotesis dengan menggunakan uji-t dan taraf significan α = 0, 05,

dimana thitung (3, 148 > 1, 997), yang berarti dalam penelitian ini Ho

ditolak sekaligus menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tipe TPS di kelas 8 SMP

Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran 2012 / 2013. Adanya perbedaan

hasil belajar tersebut juga dibuktikan melalui pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji-t dan taraf significan α = 0, 01, dimana thitung (3, 148

> 2, 655), yang berarti dalam penelitian ini Ho ditolak sekaligus

menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil

belajar siswa yang sangat signifikan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan tipe TPS pada materi pokok sistem

pemerintahan di kelas 8 SMP Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran

2012 / 2013.

44

2.3 Kerangka Berfikir

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode pembelajaran TPS dan

NHT, Secara teori metode pembelajaran TPS merupakan jenis pembelajaraan

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain

Proses pembelajaran

Metode NHT Metode TPS

Siswa mampu berfikir secara individu

dan kelompok

Siswa aktif

Siswa mampu mengeluarkan

pendapat

Siswa saling bekerja sama dan saling

membantu

Siswa saling menghargai pendapat

dari teman

Siswa bertanggung jawab terhadap

tugas

Siswa saling bergantung dalam

kelompok-kelompok kecil

Setiap siswa menjadi siap semua

Melakukan diskusi dengan sungguh-

sungguh

Siswa yang pandai dapat mengajari

siswa yang kurang pandai

Hasil belelajar

baik Hasil belajar

kurang baik

Hasil belajar

Hasil belajar

45

dan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa. Sedangkan metode pembelajaran

NHT merupakan metode melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai

materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman

mereka tentang isi pelajaran itu. Kedua metode tersebut sama sama mengarahkan

pertanyaan kepada siswa kemudian siswa berdiskusi dan mempresentasikan

tentang apa yang mereka dapat.

Tetapi metode pembelajaran NHT lebih unggul dalam meningkatkan hasil

belajar siswa dibanding metode TPS, ini dikarenakan metode NHT dapat

membuat siswa menjadi siap semua jika presentasi, siswa dapat melakukan

diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa dalam kelompok yang kurang pandai

dapat dibantu oleh siswa yang lebih pandai dan disini siswa benar-benar mengerti

tentang apa yang didiskusikannya. Sedangkan Metode TPS juga dapat membuat

siswa aktif, mampu membuat siswa berfikir secara individu dan kelompok, dan

siswa saling bekerja sama dan saling membantu antar teman, tetapi disini siswa

tidak siap semua untuk mempresentasikan hasil diskusi, hanya perwakilan siswa

yang dianggap mampu untuk mempresentasikan hasil diskusinya, akibatnya

metode TPS kurang mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis

Ada perbedaan pengaruh signifikan antara metode Metode Pembelajaran TPS

(Think Pair And Share) Dengan Metode NHT (Number Head Together) terhadap

hasil belajar Siswa SMP N 2 Pabelan Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran

2013/2014.