bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian maka berikut ini akan
disajikan kajian teori tentang belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,
metode TPS, metode NHT dan mdtode TPS.
2.1.1 Belajar
Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Witherington dalam Hamdani
(2011: 21) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk ketrampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan
Menurut Lefrancois dalam Sumardjono dkk (2012: 9) belajar adalah
perubahan perilaku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan perilaku itu
dapat dijelaskan bukan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelelahan atau
pengaruh obat.
8
Jadi dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan belajar adalah
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh satu perubahan tingkah laku
yang berbentuk sikap, kebiasaan, atau pengetahuan.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
2.1.2.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis (Baharudin, 2008: 19). Sedangkan menurut
Slameto (2010: 54) faktor intern membahas tentang tiga faktor, yaitu faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1. Faktor Fisiologis (jasmaniah)
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan jasmani dan kedua yaitu keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
(Baharudin 2008: 19)
Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, keadaan fisik yang lemah
9
atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra
dengan baik, dengan menyediakan sarana belajar yang mempengaruhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodk,
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
Sedangkan faktor jasmaniah menurut Slameto (2010: 54) meliputi faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga dan ibadah. Jadi dari beberapa pengertian tentang faktor jasmaniah
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor psikologis ini berkaitan dengan
keadaan fisik atau jasmani seseorang, apabila keadaan fisik atau jasmani
seseorang terganggu, maka dapat pula mengganggu pola belajar dan hasil
belajar seseorang.
10
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap dan bakat.
a. Kecerdasan/ intilegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun
bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merpakan organ yang
penting dibandingkan dengan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri
sebagai pengendali tertinggi dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin
tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar juga peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua dll. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap
calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasan siswanya. (Baharudin 2008: 19).
11
Sedangkan menurut Slameto (2010: 56) inteligensi itu adalah kecakapan
yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Jadi intilegensi siswa
sangat berpengaruh terhadap kemajuan dalam belajar.
b. Motivasi
Pengertian Motivasi menurut Slavin dalam (Baharudin 2008: 22) Motivasi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Para ahli psikologi mendefinikan motivasi sebagai proses didalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Menurut Slameto (2010: 58) motif sangat erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
diperbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri
sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Jadi dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk
berpikir dan memusatan perhatian.
12
c. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecendurungan dan kegairahn yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber dalam
(Baharudin 2008: 24), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika
seseorang tidak memiliki niat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar dikelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang diajarnya.
Sedangkan menurut Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Jadi berbeda
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu
lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat
selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang
bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk
buku materi, desain pembelajaran yang mebebaskan siwa untuk mengeksplor
apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
13
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi
guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang
studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih
oleh siswa sesuai dengan minatnya. Jadi apabila terdapat siswa yang kurang
berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang
lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan cita-cita seta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
d. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengruhi keberhasilan
proses belajarnya. Menurut Syah dalam (Baharudin 2008: 24) Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang pada perform guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Dan
untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung
jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai sebagai seorang guru yang empatik, sabar dan tulus
kepada muridnya;berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya
14
dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan senang dan tidak menjemukan; menyakinkan siswa bahwa bidang
studi yang dipelajari bermanfaat bagi siswa.
e. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.
Menurut Syah dalam (Baharudin 2008: 25) Secara umum, bakat
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Menurut Hilgard dalam
Slameto (2010: 37) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Berkaitan dengan
belajar, Slafin dalam (Baharudin 2008: 25) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil. Jadi bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya.
2.1.2.2 Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga mempengaruhi proses belajar siswa.
15
Menurut Slameto (2010: 60) faktor eksternal dikelompokkan menjadi 3
faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga diantaranya
yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam
belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau
melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar,
tidak mau tau bagaimana kemajuan belajar anaknya dapat menyebabkan anak
tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang
tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudara atau anggota keluarga
yang lain turut memperngaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya
apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, atau diliputi
kebencian. Sebetulnya relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya
dengan cara mendidik orang tua. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak perlu diusahakan relasi yang baik antar keluarga anak tersebut.
16
c. Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gadu dan ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak
yang belajar.
d. Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekomomi orang tua erat kaitannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup
dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi, akibatnya
kesehatan anak terganggu dan belajarnya ikut terganggu.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar diantaranya yaitu metode
mengajar, kurikulum, metode belajar dan tugas.
a. Metode mengajar
Metode mengajar mempengaruhi belajar, metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misal karena guru kurang
persiapan dan kurang mengasai bahan pelajaran sehingga guru terebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa tidak senang dengan mata
pelajaran. Atau bisa juga guru mengajar dengan metode ceramah saja, siswa
menjadi bosan dan pasif.
17
Guru progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa belajar, maka metode mengajar harus diusahakan yang stepat,
efisien dan efektif mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberiakn kepada
siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikullum yang
kurang baik berpengaruh pada belajar.
c. Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu
pembinaan dari guru. Dengan cara belajar tepat akan efektif pula hasil belajar
siswa.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
a. Mass Media
Mass media misalnya TV, koram, komik dll, semuanya itu beredar di
dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
18
b. Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri
siswa begitu juga sebaliknya.
Melalui penjelasan faktor internal dan faktor eksternal diatas, faktor
internal dan eksternal sangat mempengaruhi belajar siswa dan juga
berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut. Untuk memperoleh hasil
belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan
faktor internal dan eksternal. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa
dituntut untuk memiliki salah satunya kebiasaan belajar yang baik,
kebiasaan belajar yang baik juga didorong salah satunya oleh penggunaan
metode oleh guru dalam proses pembelajaran.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2011: 22) mengemukakan bahwa Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
hasil belajar merupakan hasil yang akan dicapai manusia dari
pengalaman belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, manusia
selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah, seorang siswa melakukan kegiatan belajar
selalu menginginkan keberhasilan di dalam belajarnya. Dalam dunia
pendidikan keberhasilan belajar disebut hasil belajar. Keefektifan
pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa.
19
Aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan
pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajarai atau
sering disebut tingkat ksalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat retensi
dari apa yang dipelajari. Menurut Agus Supridjono (2009: 5) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan ketrampilan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya
(2010: 257) Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa sebagai
konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadi perubhan
perilaku pada yang bersangkutan baik perilaku baik dalam bidang
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar
yang ingin dicapai adalah tingkat pengetahuan dan proses kognitif.
Menurut revisi taksonomi Benyamin S. Bloom (Anderson dan
Krathwohl, 2010: 39-43) pengetahuan dibedakan dalam empat jenis
dimensi pengetahuan yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural Dan
Metakognitif, sedangkan dimensi proses kognitif terdiri dari enam
dimensi yaitu Mengingat (C1), Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3),
Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) Dan Mencipta (C6). Dimensi
proses kognitif ini masing-masing diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Katagori-katagori dalam dimensi proses kognitif
Dimensi kedua dari revisi taksonomi Bloom dalam Anderson
dan Krathwohl (2010: 39-43) adalah dimensi proses kognitif yag
terdiri dari enam dimensi proses yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
20
a. Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka
panjang
b. Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan
digambar oleh guru
c. Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu
d. Menganalisis yaitu memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian
itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan
e. Mengevaluasi yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan atau standar
f. Mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan koheren untuk membuat produk yang
orisinal.
21
Revisi taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 2.1
Perbandingan taksonomi Bloom lama dan revisi taksonomi
Bloom
Komponen kata benda
komponen kata kerja
(Anderson dan Krathwohl, 2010: 39-43)
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian, karakteristik
model pembelajaran kooperatif serta metode yang digunakan dalam
penelitian ini.
Dimensi tersendiri
Mengingat Pengetahuan
Memahami Komprehensi
Dimensi
proses
kognitif
Mengaplikasikan Applikasi
Menganalisis Analisi
Mengevaluasi Sintesi
Mencipta Evaluasi
22
2.1.4.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Agus Supridjono (2013:54) adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Sedangkan menurut Parker dalam Miftahul Huda (2012:29)
menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai suasana
pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai
tujuan bersama.
Sedangkan menurut Johnson (dalam Etin Solihatin 2012:102)
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggota-anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang,
dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Jadi pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama,
berinteraksi dan bertukar pikiran demi mencapai tujuan bersama.
2.1.4.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran
kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
23
membuat siswa belajar. Semua tim (anggota kelompok) harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah,
kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tim.
2. Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat
fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan dan Kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.
3. Kemauan Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama
perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab
masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling
membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang
pintar.
4. Ketrampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam ketrampilan bekerja
sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan
sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan
24
berkomunikasi, seingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.
Menurut Arends (2008: 5), bahwa pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar
2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,
sedang dan tinggi.
3. Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras,
budaya dan gender
4. Sistem rewardnya berorientasi kelompok maupun individu
2.1.5 Metode TPS
Berikut ini akan dijelaskan pengertian, langkah-langkah, serta
kelebihan dan kelemahan metode TPS.
2.1.5.1 Pengertian metode TPS
Strategi TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan
koleganya di Universitas Maryland. Strategi TPS atau berfikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruh pola interaksi siswa (Triyanto 2011:
81).
25
Menurut Arends dalam (Triyanto 2011:81) menyatakan bahwa
TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruan,
dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berfikir untuk merespons dan saling membantu.
Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau
siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang
guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang
telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan TPS untuk
membandingkan tanya jawab ke kelompok keseluruhan.
Sedangkan menurut Suyatno (2009: 54) TPS termasuk salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan
secara eksplensit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk
memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami
(berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan TPS adalah
metode pembelajaran yang memunginkan siswa untuk bekerja sama
dalam kelompok dengan tahap thinking (berfikir), pairing (berpasangan)
dan sharing (berbagi).
2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran TPS
Langkah-langkah TPS menurut Lyman dan kawan kawan dalam
Miftahul Huda (2011: 132) sebagai berikut.
26
Tabel 2.1
Langkah-langkah TPS
N
o
Langkah Keterangan
1 Berpikir
(Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran,
dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri
jawaban atau masalah
2 Berpasang
an (Pair)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan atau menytukan gagasan apabila suatu masalah khusus yg
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4-5 menit untuk
berpasangan
3 Berbagi
(Share)
Guru meminta pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah
mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan
dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan.
(Miftahul Huda,2011: 132)
Menurut Agus Supridjono (2013: 91) langkah langkah TPS seperti berikut
Tabel 2.2
Langkah-langkah TPS
No Langkah Keterangan
1 Thingking pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu
terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru
memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya
2 Pairing pada tahap ni guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri
kesempatan kepada pasangan-paangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan
diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah
dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya
3 Sharing Hasil diskusi intersubyektif di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas
(Agus Supridjono, 2013: 91)
27
Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 57) mengungkapkan
langkah-langkah penerapan metode pembelajaran TPS adalah:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan
yang disampaikan guru
3. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing
4. Guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup
Dari berbagai pendapat diatas, langkah-langkah metode TPS
yang dipilih dalam penelitian ini yaitu langkah-langkah menurut
Miftahul Huda (2011,132) hal Ini dikarenakan bahwa langkah-langkah
yang dipakai oleh Miftahul Huda lebih jelas, mudah dipahami tentang
bagaimana Think, Pair dan Share dilaksanakan.
28
2.1.5.3 Kelebihan Metode Pembelajaran TPS
Menurut Anita Lie (2004: 57) keunggulan metode TPS yaitu
mampu mengoptimalkan partisipasi siswa serta memberi kesempatan
siswa untuk berkerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
Sedangkan Menurut Muslimin Ibrahim (2000:6) metode TPS
mempunyai keunggulan antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh
guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu
memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada
pertemuan selanjutnya.
2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada
setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat
selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa
yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan
tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
3. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar dikelas
hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab
semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode TPS kan
29
lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode
konvensional.
4. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam metode
pembelajaran konvensional, siswa yang aktif didalam kelas
hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam
menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa
lain anyalah pendengar materi yang disampaikan guru. Dengan
pembelajaran TPS hal ini dapat menimalisir sebab semua siswa
akan terlibat dengan permasalahan yang diberiakn oleh guru.
5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem
kerja sama yang diterapkan dalam metode pembelajaran TPS
menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat
orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak
diterima.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan metode TPS diatas tampak bahwa
metode TPS memang secara teoritis dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.1.5.4 Kelemahan Metode TPS
Adapun kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS
menurut Hartina (2008: 12) adalah sangat sulit diterapkan disekolah
yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas,
sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak. Sedangkan
30
menurut Anita Lie (200 5: 46), kekurangan dari kelompok
berpasangan adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu
dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul dan 3) tidak ada
penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan tentang kelemahan
metode TPS sebagai berikut:
a. Metode TPS belum banyak diterapkan disekolah
b. Banyak kelompok yang kurang dimonitor
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar yang mulanya belajar
dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar
berfikir dan memecahkan masalah.
Dengan beberapa kelebihan dan kekurangan yang telah diuraikan,
model pembelajaranTPS layak untuk diterapkan guru didalam proses
mengajar. Karena metode ini akan memberi keuntungan pada siswa
dan guru sendiri. Dan untuk masalah kelemahan metode TPS
diharapkan guru dapat meminimalisinya. Agar semua kelompok dapat
diperhatikan oleh guru tanpa terkecuali.
2.1.6 Metode NHT
Berikut ini akan dijelaskan pengertian, langkah-langkah, serta
kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran NHT.
31
2.1.6.1 Pengertian Metode Pembelajaran NHT
Menurut Arend (2008: 16) metode NHT adalah metode dimana
melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai materi yang
dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang isi pelajaran itu. Menurut Sholeh Hamid (2011: 218)
metode dimana siswa mampu menerima berbagai pendapat yang
diterima dan disampaikan oleh orang atau kelompok lain, kemudian
menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan pendapat yang
paling ideal atau bahkan tidak mendapatkan pendapat yang paling ideal.
Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 59) menyatakan bahwa NHT
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagi
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu
juga dapat membangkitkan semangat kerja sama.
Menurut Ibrahim (2008:27) tujuan metode NHT salah satunya yaitu
mengembangkan ketrampilan sosial, artinya pembelajaran NHT
bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja sama
dalam kelompok. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa metode NHT merupakan metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide atau pendapat,
menumbuhkan keaktifan dan kerja sama siswa dalam kelompok.
32
2.1.6.2 Langkah-langkah NHT
Menurut Miftahul Huda (2011:138) langkah langkah metode
pembelajaran NHT sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing –masing siswa
dalam kelompok diberi nomor
2. Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing-masing
kelompok mengerjakannya
3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok
mereka
33
Sedangkan menurut Agus Supridjono (2013:92) langkah-
langkah NHT sebagai berikut
Tabel 2.3
Langkah-langkah NHT
No Langkah Keterangan
1 Numbering guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok kecil dan masing masing siswa
dalam kelompok diberi nomor
2 Questioning Setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh masing-masing
kelompok. Berikan kesempatan kepada
tiap-tiap kelompok mengemukakan
pendapat
3 Heads Together Pada kesempatan ini tiap tiap kelompok
meyatukan kepalanya, berdiskusi
memikirkan pertanyaan dari guru
4 Answering guru memanggil peserta didik yang
memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap
kelompok dan menjawab pertanyaan
(Agus Supridjono, 2013:92)
Sedangkan menurut Anita Lie (2008: 59) menyatakan langkah-
langkah pelaksanaan NHT sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, dimana tiap kelompok dibagi
menjadi 5-6 orang siswa. Serta setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor urut.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar
34
dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui
jawaban ini.
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Dari berbagai pendapat diatas, langkah-langkah metode NHT
yang dipilih yaitu langkah-langkah menurut Agus Supridjono
(2013:92) hal ini disebabkan karena langkah-langkah menurut
Agus Supridjono lebih jelas, mudah dipahami langkah-langkahnya
apa saja yang harus dilakukan ketika Numbered, Questioning,
Heads Together, dan Answering.
2.1.6.3 Kelebihan Metode Pembelajaran NHT
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) adapun kelebihan dan
kelemahan NHT adalah: 1) Membantu agar setiap siswa menjadi
siap semua ketika ditunjuk guru sehingga siswa dapat menguasai
materi pelajaran. 2) Memberi lebih banyak waktu kepada siswa
untuk melakukan diskusi dengan sungguh sungguh.3) Membantu
Siswa yang kurang pandai pandai, karena dalam diskusi siswa
yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.
Sedangkan menurut Anita Lie (2003:58) metode NHT memiliki
kelebihan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat, selain itu juga mendorong siswa untuk meningkatkan
35
semangat kerja sama. Metode NHT dapat digunakan dalam semua
mata pelajaran.
Menurut Hamdani (2011: 90) kelebihan metode NHT antara
lain, a) setiap siswa menjadi siap semua, b) siswa dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh, c) siswa paling pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kelebihan metode NHT yaitu a) membantu
siswa agar siap jika ditunjuk oleh guru, b) siswa yang kurang
pandai dibantu siswa yang pandai, c) memberi lebih banyak waktu
untuk berdiskusi.
2.1.6.4 Kelemahan Metode Pembelajaran NHT
Kelemahan metode NHT menurut Hamdani (2011: 90) antara
lain: a) kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi
oleh guru dan b) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru. Sedangkan kelemahan metode NHT menurut Ahmad Zuhdi
(2010: 65) kelemahan metode NHT yaitu: 1) kemungkinan nomor
yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, 2) tidak semua anggota
dipanggil oleh guru.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan
metode NHT yaitu: a) hanya nomor tertentu yang dipanggil oleh
guru, b) sebelum pembelajaran dmulai guru harus menyiapkan
nomor yang dipakai, c) menggunakan waktu yang lama.
36
Tabel 2.4
Perbandingan langkah-langkah metode TPS dan metode NHT
No TPS No NHT
1 Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai
1 Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok.
2 Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi atau permasalahan yang
disampaikan guru
2 Masing –masing siswa dalam
kelompok diberi nomor
3 Siswa diminta untuk berpasangan
dengan teman sebelahnya (kelompok
2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing
3 Guru memberikan tugas atau
pertanyaan dan masing-masing
kelompok mengerjakannya
4 Guru memimpin pleno atau diskusi
kecil, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
4 Kelompok berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban
tersebut
5 Berawal dari kegiatan tersebut, guru
mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkapkan
para siswa
5 Guru memanggil salah satu nomor.
Siswa dengan nomor yang dipanggil
mempresentasikan jawaban hasil
diskusi kelompok mereka
6 Guru memberi kesimpulan,
Penutup
Metode TPS merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan interaksi siswa dalam belajar, karena mampu mengajak
siswa untuk menelaah permasalahan secara individu dan kelompok. Sehingga
siswa cenderung memiliki waktu yang lebih banyak. Metode ini juga mengajarkan
37
siswa untuk dituntut lebih kreatif dalam mengemukakan pendapat. Sehingga
diharapkan pemahaman siswa akan lebih baik, tidak hanya sekedar hafalan saja.
Sedangkan metode NHT menekankan kerjasama siswa pada saat
mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru, dimana setiap anggota
kelompok saling membantu mengerjakan soal-soal tersebut, kemudian guru
menunjuk satu nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus menjawab
soal. Oleh karena itu dalam pembelajaran nht setiap siswa dapat dilibatkan secara
aktif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Menurut Linda B Nilson (2010: 107) penelitian dengan kedua metode ini
termasuk dalam output method dengan tipe group work or learning dengan tipe
hasil belajar yaitu comprehension atau pemahaman. Berikut ini untuk lebih
jelasnya lihat tabel perbandingan antara taksonomi Bloom lama dan revisi
taksonomi Bloom.
2.1.7 Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)
Berikut ini akan dijelaskan tentang hakikat pembelajaran PKn, tujuan
pembelajaran PKn di SMP, ruang lingkup PKn di SMP, Standart Kompetensi
Dan Kompetensi Dasar PKn.
2.1.7.1 Hakikat Pembelajaran PKn
PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945
(Permendiknas No.22 tahun 2006).
38
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian
interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari
beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu Negara, ilmu tata
Negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat (Mawardi, 2011:8).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan program pengembangan karakter warga negara
sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 yang dilaksanakan secara
kurikuler, yaitu dilaksanakan disekolah sebagai suatu mata pelajaran.
2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran PKn Di SMP
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut (Permendiknas No. 22
tahun 2006).
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
39
2.1.7.3 Ruang Lingkup PKn Di SMP
Dalam BNSP, lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut (PermendiknasNo. 22 tahun 2006).
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilannasional,
Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi
diri, Persamaan kedudukan warga negara
40
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi
dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju
masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
2.1.7.4 Standart Kompetensi Dan Kompetensi Dasar PKn
Pencapaian tujuan PKn dapat dimiliki oleh kemampuan peserta
didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan
dirinci kedalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh
siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap
41
satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara
rinci SK dan KD untuk mata pelajaran PKn yang ditujukan untuk
siswa kelas 7 pada tabel 2.5 sebagai berikut:
Tabel 2.5
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar PKn Kelas 7 SMP
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menampilkan sikap positif terhadap
perlindungan dan penegakan Hak Azasi
Manusia (HAM)
3.1 Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan
HAM
3.2 Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya
penegakan HAM
3.3 Menghargai upaya perlindungan HAM
3.4 Menghargai upaya penegakan HAM
4. Menampilkan perilaku kemerdekaan
mengemukakan pendapat
4.1 Menjelaskan hakikat kemerdekaan
mengemukakan pendapat
4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab
4.3 Mengaktualisasikan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi:
Menampilkan kemerdekaan mengemukakan pendapat
Kompetensi dasar:
Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab.
42
2.2 Penelitian Yang Relevan
a) “Perbandingan Hasil Belajar Pkn Siswa Antara Yang Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dan TPS”oleh Muzalifah,
Skripsi Program Studi Kimia, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Teknik analisis data menggunakan uji t yang merupakan hasil
belajar dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf
signifikansi 5% (α = 0, 05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan mean hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Mean hasil belajar kelompok eksperimen adalah 85, 72 dan
mean hasil belajar kelompok kontrol adalah 76, 15. Selisih mean hasil
belajar kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 9, 567. Hasil
penghitungan uji t diperoleh signifikansi sebesar 0, 00 lebih kecil dari 0,
05 (0, 00 < 0, 05) dan thitung sebesar 4, 215 lebih besar dari ttabel
sebesar 1, 669 (4, 215 > 1, 669) maka hipotesis diterima, artinya terbukti
ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap hasil belajar kimia siswa kelas VIII di SMP N 3 Kota
Tangerang Selatan semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
b) “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Dengan Tipe TPS
(Think Pair Share) Pada Materi Pokok Kedaulatan Rakyat Di Kelas VIII
SMP Negeri 1 Babalan”oleh Siti Wardani, Universitas Negeri Medan.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS.
43
Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas NHT sebesar
82, 9 dengan standart deviasi 8, 27, sedangkan nilai rata-rata belajar
siswa pada kelas TPS sebesar 75, 9 dengan standar deviasi 10, 15.
Adanya perbedaan hasil belajar tersebut dibuktikan melalui pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji-t dan taraf significan α = 0, 05,
dimana thitung (3, 148 > 1, 997), yang berarti dalam penelitian ini Ho
ditolak sekaligus menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tipe TPS di kelas 8 SMP
Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran 2012 / 2013. Adanya perbedaan
hasil belajar tersebut juga dibuktikan melalui pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t dan taraf significan α = 0, 01, dimana thitung (3, 148
> 2, 655), yang berarti dalam penelitian ini Ho ditolak sekaligus
menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil
belajar siswa yang sangat signifikan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan tipe TPS pada materi pokok sistem
pemerintahan di kelas 8 SMP Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran
2012 / 2013.
44
2.3 Kerangka Berfikir
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode pembelajaran TPS dan
NHT, Secara teori metode pembelajaran TPS merupakan jenis pembelajaraan
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain
Proses pembelajaran
Metode NHT Metode TPS
Siswa mampu berfikir secara individu
dan kelompok
Siswa aktif
Siswa mampu mengeluarkan
pendapat
Siswa saling bekerja sama dan saling
membantu
Siswa saling menghargai pendapat
dari teman
Siswa bertanggung jawab terhadap
tugas
Siswa saling bergantung dalam
kelompok-kelompok kecil
Setiap siswa menjadi siap semua
Melakukan diskusi dengan sungguh-
sungguh
Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai
Hasil belelajar
baik Hasil belajar
kurang baik
Hasil belajar
Hasil belajar
45
dan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa. Sedangkan metode pembelajaran
NHT merupakan metode melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang isi pelajaran itu. Kedua metode tersebut sama sama mengarahkan
pertanyaan kepada siswa kemudian siswa berdiskusi dan mempresentasikan
tentang apa yang mereka dapat.
Tetapi metode pembelajaran NHT lebih unggul dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dibanding metode TPS, ini dikarenakan metode NHT dapat
membuat siswa menjadi siap semua jika presentasi, siswa dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa dalam kelompok yang kurang pandai
dapat dibantu oleh siswa yang lebih pandai dan disini siswa benar-benar mengerti
tentang apa yang didiskusikannya. Sedangkan Metode TPS juga dapat membuat
siswa aktif, mampu membuat siswa berfikir secara individu dan kelompok, dan
siswa saling bekerja sama dan saling membantu antar teman, tetapi disini siswa
tidak siap semua untuk mempresentasikan hasil diskusi, hanya perwakilan siswa
yang dianggap mampu untuk mempresentasikan hasil diskusinya, akibatnya
metode TPS kurang mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.4 Hipotesis
Ada perbedaan pengaruh signifikan antara metode Metode Pembelajaran TPS
(Think Pair And Share) Dengan Metode NHT (Number Head Together) terhadap
hasil belajar Siswa SMP N 2 Pabelan Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran
2013/2014.