bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan
kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman
tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena
perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan
tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja
(Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan
bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri,
mendengar, dan mengikuti perintah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar
mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil
belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu
mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sudjana (2005) mengatakan
bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar
yang dialami siswa; sebagaimana dituangkan dalam bagan 1:
Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar
Tujuan Instruksional
a c
Pengalaman belajar b Hasil belajar
(Sumber: Sudjana, 2005).
5
6
Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman
belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku
yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2005), sementara pengalaman belajar meliputi
apa-apa yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca,
meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam
Sardiman, 2000).
Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif,
afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman),
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:
gerakanrefleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif
(Sudjana, 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada
kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik
berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian
ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja.
1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar
individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa
70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi lingkungan.
7
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution dalam
Djamarah, 2002) adalah:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Dalam lingkunganlah siswa
hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan
menjadi dua, yaitu:
b. Lingkungan alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam arti
lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan sekolah,
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain.
c. Lingkungan sosial
Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai makhluk
sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius. Sebagai anggota masyarakat,
siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang berlaku dalam
masyarakat tempat siswa tinggal mengikat perilakunya untuk tunduk pada norma-norma
sosial, susila, dan hukum. Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru
dengan sedikit membungkukkan tubuh atau memberi salam.
d. Faktor instrumental
Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang hendak
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan atau
instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis. Instrumen dalam pendidikan dikelompokkan
menjadi:
1) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung.
Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program
yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan
pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
2) Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program
pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi
8
sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial, sarana, dan prasarana.
3) Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh, gedung sekolah
yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling, laboratorium, auditorium, ruang
OSIS akan memungkinkan untuk pelaksanan berbagai program di sekolah tersebut.
Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus disediakan
oleh sekolah. Hal ini merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan. Guru
harus memiliki buku pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang sudah harus
tersedia dan sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat membantu guru dalam
menunaikan tugas mengajar di sekolah.
4) Guru
Guru merupakan penyampai bahan ajar kepada siswa yang membimbing siswa
dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah. Perbedaan karakter,
kepribadian, cara mengajar yang berbeda pada masing-masing guru,
menghasilkan kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran. Sementara
faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a) Fisiologis
Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang terjadi
pada jasmaniah.
b) Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari siswa dalam
keadaan tidak lelah.
c) Kondisi panca indera
Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera. Kemampuan
untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil
belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran akan sulit menerima pelajaran
apabila ia tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d) Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang berhubungan
9
dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
e) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
f) Kecerdasan
Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk beradaptasi,
menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat
diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi umumnya
mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya cenderung baik.
g) Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih
dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam
bidang tertentu.
h) Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
i) Kemampuan kognitif
Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan
pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain.
Sedangkan Caroll (dalam Sabri, 2005), mengatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu yang tersedia untuk
belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas
pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor (a, b, c, dan d) berkenaan
dengan kemampuan individu dan faktor d adalah faktor lingkungan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah
metode Make-A Match yang dikembangkan oleh Lorna Current (Lie, 2007.
10
2. Jenis-jenis hasil belajar
Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni:
1) Pengetahuan (knowledge)
Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini
menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua
bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham
bagaimana mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam
membuat kalimat.
2) Pemahaman
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah
atau pertanyaan.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.
Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi
ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkannya pada situasi
lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
4) Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang
kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
5) Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis.
Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi
integritas.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi
11
tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.
b. Ranah afekif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu.
3. Tes hasil belajar
Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus
dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis
tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam melakukan atau menjawab
tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama
pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai di mana suatu
bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa, misalnya suatu unit ataupun bab
tertentu dalam buku pelajaran. Tes ini dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes
mengenai unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran
yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran
dan tidak semata- mata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985). Tujuan tes ini adalah
untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat
dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar.
2.1.2 Metode Pembelajaran Make-A Match
1) Hakekat Metode Pembelajaran Make-A Match
Metode pembelajaran Make-A Match adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini
juga disebut metode kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi
pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama dan interaksi antar siswa. Teknik
belajar mengajar mencari pasangan (Make aMatch) dikembangkan oleh Lorna Current (Lie,
2007:55). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
12
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik.
Metode Pembelajaran Make-A Match bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.Mereka
diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
mengikuti proses pembelajaran, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan
kepada teman sebaya dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.
Selanjutnya, Make a Match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama
di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai
dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa proses
pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu : berpusat pada siswa;
mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja
sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan
beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Pembelajaran dengan metode Make-A Match mempunyai tiga keunggulan yaitu:
a) hasil belajar akademik,
b) penerimaan terhadap keragaman,
c) pengembangan ketrampilan sosial.
Dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan metode adalah cara yangdigunakan
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju
yang lebih baik.
Supriyono (2009) dalam bukunya “Jenis-jenis model pembelajaran” juga
mendefinisikan metode pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut husnaeni (2009), metode
pembelajaran adalah model pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Prawiradilaga (2007) Menyatakan bahwa metode Pembelajaan adalah prosedur,
urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan
13
pembelajaran. Dapat dikatakan metode pembelajaran adalah proses pembelajaran yang
difokuskan kepada pencapaian tujuan.
Jadi metode pembelajaran adalah langkah-langkah dan cara yang digunakan guru
dan disajikan khas oleh guru dikelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari metode,
teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis ketika pembelajaran
dikelas berlangsung. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam solihatin 2007 adalah :
a) Tujuan yang akan dicapai,
b) Bahan yang akan diberikan,
c) Waktu dan perlengkapan yang tersedia,
d) Kemampuan dan banyaknya murid,
e) Kemampuan guru mengajar.
Maksudnya, metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu dan perlengkapan yang tersedia,
kemampuan dan banyaknya murid, dan kemampuan guru mengajar, sehingga bisa
disesuaikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan keseluruhannya
dan tidak menyulitkan siswa dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan yang diinginkan.
2) Kelebihan Metode Make-A Match
a) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana belajar aktif dan menyenangkan.
b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
c) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
d) Metode Make a Match bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.
e) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).
f) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
g) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
14
3) Kelemahan Metode Make-A Match
Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, Metode pembelajaran Make a
Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran.
c) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
d) Kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini
akan mengganggu ketenangan belajar kelas dikiri kanannya. Apalagi jika gedung
kelas tidak kedap suara.
4) Solusi
a) Guru harus mampu menguasai metode yang akan digunakan untuk proses belajar
mengajar.
b) Memaksimalkan waktu yang telah tersedia untuk proses pembelajaran agar siswa
tidak terlalu banyak bermain.
c) Guru dituntut untuk menyediakan bahan dan alat peraga agar metode yang digunakan
bisa berjalan efektif sesuai indikator kinerja.
d) Menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum “pertunjukan”
dimulai. Pada dasarnya mengendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita
memotivasinya pada langkah pembukaan.
5) Langkah – langkah metode Make-A Match
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan beberapa kartu yang berisi
jawaban.
b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal / jawaban.
c) Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.
d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegang.
e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan karerunya sebelum batas waktunya diberi nilai.
15
f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu / soalnya tidak
mendapat nilai.
g) Setelah satu babak kartu dicocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dengan sebelumnya demikian seterusnya.
h) Siswa juga bisa bergabung dua atau tiga siswa lainya yang memegang kartu yang
cocok.
i) Guru bersama –sama siswa membuat kesimpulan materi.
6) Penerapan Pembelajaran Make a Match dalam Proses Belajar Mengajardi SD
Sedangkan prosedur penerapan metode Make a Match dalam proses belajar
mengajar, peneliti tetap mengacu pada langkah-langkah pembelajaran Make a Match yang
dikemukakan oleh Lie (2007: 55) dan Suprijono (2009: 94). Akan tetapi, ada sedikit
penambahan/pengurangan oleh peneliti dengan maksud menyesuaikan materi yang akan
diajarkan kepada siswa serta menyesuaikan kondisi siswa yang dimana baru pertama
kalinya mendapatkan pembelajaran Make a Match serta untuk mempermudah guru dalam
menerapkan pembelajaran tersebut.
Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode Make a Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan
dengan mencocokkan kartu yang dibagikan oleh guru kepada siswa, proses
pembelajarannyapun lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-
masing.
Berdasarkan langkah-langkah diatas telah ditetapkan penerapan Make a Match
yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk sebagai acuan dalam proses belajar
mengajar.Pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode Make a Match, siswa
nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode
pencarian kartu pasangan tersebut siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang
terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana
dan jelas secara bersama-sama. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya
guru untuk menarik perhatian siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dan antusiasme siswa dalam mengikuti proses
16
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu:
berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat
mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan;
mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata
pelajaran.
2.2 Penelitian yang Relevan
Teknik metode Make-A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Penelitian ini dilakukan penulis di kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 dengan
harapan membawa dampak yang positif pada peserta didik dan untuk memajukan
pendidikan nasional.
2.3 Kerangka Berfikir
Kemampuan membaca sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa
baik pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran lain yang secara tidak langsung
berpengaruh dalam pelajaran kehidupan sehari-hari, karena kemampuan membaca siswa
kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester I Kecamatan Gembong Kabupaten Pati,
tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat kurang, maka peneliti akan melakukan penelitian
tentang peningkatan kemampuan membaca mealui metode pembelajaran Make-A Match
dengan berbantuan kartu kata.
17
Peta Konsep Kerangka Berpikir
Metode Pembelajaran Make-A Match
Langkah-langkah
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal / jawaban
Siswa mendapat kartu soal ataupun jawaban
Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu
Setiap siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya tidak dapat nilai
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
Mengetahui tujuan pembelajaran
Memahami metode pembelajaran
Mencari pasangan dan memperoleh pengetahuan baru
Memperoleh pengetahuan
Memperbaiki kesalahan
Menyimpulkan
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartu yang dipegang diberi nilai
Bersemangat untuk belajar
Pemahaman konsepmateri membaca
Hasil belajar membaca dapat meningkat
18
2.4 Hipotesa Tindakan
Penerapan metode Make-A Match berbantuan kartu kata yang berisi soal dan jawaban
diharapkan akan dapat :
a) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pelajaran Bahasa
Indonesia dikelas 1 SD Negeri Kelakahkasihan 01 pada tahun pelajaran 2012/2013.
b) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran membaca pelajaran Bahasa
Indonesia.
c) Menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir di atas,
hipotesis tindakan dapat disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran Make-A Match
diguga dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.