bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil...

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat- obatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti perintah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa; sebagaimana dituangkan dalam bagan 1: Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar Tujuan Instruksional a c Pengalaman belajar b Hasil belajar (Sumber: Sudjana, 2005). 5

Upload: nguyentuyen

Post on 22-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan

kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman

tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena

perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan

tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja

(Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan

bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri,

mendengar, dan mengikuti perintah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar

mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil

belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu

mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sudjana (2005) mengatakan

bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar

yang dialami siswa; sebagaimana dituangkan dalam bagan 1:

Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar

Tujuan Instruksional

a c

Pengalaman belajar b Hasil belajar

(Sumber: Sudjana, 2005).

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

6

Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman

belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku

yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2005), sementara pengalaman belajar meliputi

apa-apa yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca,

meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam

Sardiman, 2000).

Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler

maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar

Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif,

afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman),

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau

reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:

gerakanrefleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif

(Sudjana, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada

kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik

berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian

ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja.

1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar

individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa

70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi lingkungan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

7

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution dalam

Djamarah, 2002) adalah:

a. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Dalam lingkunganlah siswa

hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan

menjadi dua, yaitu:

b. Lingkungan alami

Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam arti

lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan sekolah,

lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain.

c. Lingkungan sosial

Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai makhluk

sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius. Sebagai anggota masyarakat,

siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang berlaku dalam

masyarakat tempat siswa tinggal mengikat perilakunya untuk tunduk pada norma-norma

sosial, susila, dan hukum. Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru

dengan sedikit membungkukkan tubuh atau memberi salam.

d. Faktor instrumental

Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang hendak

dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan atau

instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis. Instrumen dalam pendidikan dikelompokkan

menjadi:

1) Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam

pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung.

Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program

yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan

pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

2) Program

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program

pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

8

sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial, sarana, dan prasarana.

3) Sarana dan fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh, gedung sekolah

yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling, laboratorium, auditorium, ruang

OSIS akan memungkinkan untuk pelaksanan berbagai program di sekolah tersebut.

Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus disediakan

oleh sekolah. Hal ini merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan. Guru

harus memiliki buku pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang sudah harus

tersedia dan sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat membantu guru dalam

menunaikan tugas mengajar di sekolah.

4) Guru

Guru merupakan penyampai bahan ajar kepada siswa yang membimbing siswa

dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah. Perbedaan karakter,

kepribadian, cara mengajar yang berbeda pada masing-masing guru,

menghasilkan kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran. Sementara

faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a) Fisiologis

Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang terjadi

pada jasmaniah.

b) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar

individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari siswa dalam

keadaan tidak lelah.

c) Kondisi panca indera

Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera. Kemampuan

untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil

belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran akan sulit menerima pelajaran

apabila ia tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

d) Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang berhubungan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

9

dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

e) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

f) Kecerdasan

Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk beradaptasi,

menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat

diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi umumnya

mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya cenderung baik.

g) Bakat

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih

dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam

bidang tertentu.

h) Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

i) Kemampuan kognitif

Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan

pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain.

Sedangkan Caroll (dalam Sabri, 2005), mengatakan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu yang tersedia untuk

belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas

pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor (a, b, c, dan d) berkenaan

dengan kemampuan individu dan faktor d adalah faktor lingkungan.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah

metode Make-A Match yang dikembangkan oleh Lorna Current (Lie, 2007.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

10

2. Jenis-jenis hasil belajar

Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni

ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini

menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua

bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham

bagaimana mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam

membuat kalimat.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah

atau pertanyaan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.

Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi

ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkannya pada situasi

lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian

sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang

kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis.

Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi

integritas.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

11

tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.

b. Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada

siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan

bertindak individu.

3. Tes hasil belajar

Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus

dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis

tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam melakukan atau menjawab

tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama

pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai di mana suatu

bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa, misalnya suatu unit ataupun bab

tertentu dalam buku pelajaran. Tes ini dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes

mengenai unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran

yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran

dan tidak semata- mata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985). Tujuan tes ini adalah

untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat

dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar.

2.1.2 Metode Pembelajaran Make-A Match

1) Hakekat Metode Pembelajaran Make-A Match

Metode pembelajaran Make-A Match adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini

juga disebut metode kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi

pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama dan interaksi antar siswa. Teknik

belajar mengajar mencari pasangan (Make aMatch) dikembangkan oleh Lorna Current (Lie,

2007:55). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

12

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik

ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik.

Metode Pembelajaran Make-A Match bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.Mereka

diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam

mengikuti proses pembelajaran, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan

kepada teman sebaya dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.

Selanjutnya, Make a Match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama

di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai

dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa proses

pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu : berpusat pada siswa;

mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja

sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan

beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.

Pembelajaran dengan metode Make-A Match mempunyai tiga keunggulan yaitu:

a) hasil belajar akademik,

b) penerimaan terhadap keragaman,

c) pengembangan ketrampilan sosial.

Dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan metode adalah cara yangdigunakan

untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju

yang lebih baik.

Supriyono (2009) dalam bukunya “Jenis-jenis model pembelajaran” juga

mendefinisikan metode pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut husnaeni (2009), metode

pembelajaran adalah model pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru di kelas.

Prawiradilaga (2007) Menyatakan bahwa metode Pembelajaan adalah prosedur,

urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

13

pembelajaran. Dapat dikatakan metode pembelajaran adalah proses pembelajaran yang

difokuskan kepada pencapaian tujuan.

Jadi metode pembelajaran adalah langkah-langkah dan cara yang digunakan guru

dan disajikan khas oleh guru dikelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari metode,

teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis ketika pembelajaran

dikelas berlangsung. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam solihatin 2007 adalah :

a) Tujuan yang akan dicapai,

b) Bahan yang akan diberikan,

c) Waktu dan perlengkapan yang tersedia,

d) Kemampuan dan banyaknya murid,

e) Kemampuan guru mengajar.

Maksudnya, metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu dan perlengkapan yang tersedia,

kemampuan dan banyaknya murid, dan kemampuan guru mengajar, sehingga bisa

disesuaikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan keseluruhannya

dan tidak menyulitkan siswa dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan yang diinginkan.

2) Kelebihan Metode Make-A Match

a) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana belajar aktif dan menyenangkan.

b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

c) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

d) Metode Make a Match bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.

e) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).

f) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

g) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

14

3) Kelemahan Metode Make-A Match

Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, Metode pembelajaran Make a

Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:

a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main

dalam proses pembelajaran.

c) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

d) Kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana muncul adalah

suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini

akan mengganggu ketenangan belajar kelas dikiri kanannya. Apalagi jika gedung

kelas tidak kedap suara.

4) Solusi

a) Guru harus mampu menguasai metode yang akan digunakan untuk proses belajar

mengajar.

b) Memaksimalkan waktu yang telah tersedia untuk proses pembelajaran agar siswa

tidak terlalu banyak bermain.

c) Guru dituntut untuk menyediakan bahan dan alat peraga agar metode yang digunakan

bisa berjalan efektif sesuai indikator kinerja.

d) Menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum “pertunjukan”

dimulai. Pada dasarnya mengendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita

memotivasinya pada langkah pembukaan.

5) Langkah – langkah metode Make-A Match

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan beberapa kartu yang berisi

jawaban.

b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal / jawaban.

c) Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegang.

e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan karerunya sebelum batas waktunya diberi nilai.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

15

f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu / soalnya tidak

mendapat nilai.

g) Setelah satu babak kartu dicocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dengan sebelumnya demikian seterusnya.

h) Siswa juga bisa bergabung dua atau tiga siswa lainya yang memegang kartu yang

cocok.

i) Guru bersama –sama siswa membuat kesimpulan materi.

6) Penerapan Pembelajaran Make a Match dalam Proses Belajar Mengajardi SD

Sedangkan prosedur penerapan metode Make a Match dalam proses belajar

mengajar, peneliti tetap mengacu pada langkah-langkah pembelajaran Make a Match yang

dikemukakan oleh Lie (2007: 55) dan Suprijono (2009: 94). Akan tetapi, ada sedikit

penambahan/pengurangan oleh peneliti dengan maksud menyesuaikan materi yang akan

diajarkan kepada siswa serta menyesuaikan kondisi siswa yang dimana baru pertama

kalinya mendapatkan pembelajaran Make a Match serta untuk mempermudah guru dalam

menerapkan pembelajaran tersebut.

Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa

metode Make a Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan

dengan mencocokkan kartu yang dibagikan oleh guru kepada siswa, proses

pembelajarannyapun lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias

mengikuti proses pembelajaran pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-

masing.

Berdasarkan langkah-langkah diatas telah ditetapkan penerapan Make a Match

yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk sebagai acuan dalam proses belajar

mengajar.Pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode Make a Match, siswa

nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode

pencarian kartu pasangan tersebut siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang

terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana

dan jelas secara bersama-sama. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya

guru untuk menarik perhatian siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan

suasana yang menyenangkan dan antusiasme siswa dalam mengikuti proses

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

16

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu:

berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat

mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan;

mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata

pelajaran.

2.2 Penelitian yang Relevan

Teknik metode Make-A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna

Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Penelitian ini dilakukan penulis di kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 dengan

harapan membawa dampak yang positif pada peserta didik dan untuk memajukan

pendidikan nasional.

2.3 Kerangka Berfikir

Kemampuan membaca sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa

baik pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran lain yang secara tidak langsung

berpengaruh dalam pelajaran kehidupan sehari-hari, karena kemampuan membaca siswa

kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester I Kecamatan Gembong Kabupaten Pati,

tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat kurang, maka peneliti akan melakukan penelitian

tentang peningkatan kemampuan membaca mealui metode pembelajaran Make-A Match

dengan berbantuan kartu kata.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

17

Peta Konsep Kerangka Berpikir

Metode Pembelajaran Make-A Match

Langkah-langkah

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal / jawaban

Siswa mendapat kartu soal ataupun jawaban

Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu

Setiap siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya tidak dapat nilai

Guru bersama siswa membuat kesimpulan

Mengetahui tujuan pembelajaran

Memahami metode pembelajaran

Mencari pasangan dan memperoleh pengetahuan baru

Memperoleh pengetahuan

Memperbaiki kesalahan

Menyimpulkan

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartu yang dipegang diberi nilai

Bersemangat untuk belajar

Pemahaman konsepmateri membaca

Hasil belajar membaca dapat meningkat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7608/2/T1... · mendengar, dan mengikuti perintah. ... sebagaimana dituangkan dalam

18

2.4 Hipotesa Tindakan

Penerapan metode Make-A Match berbantuan kartu kata yang berisi soal dan jawaban

diharapkan akan dapat :

a) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pelajaran Bahasa

Indonesia dikelas 1 SD Negeri Kelakahkasihan 01 pada tahun pelajaran 2012/2013.

b) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran membaca pelajaran Bahasa

Indonesia.

c) Menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif dan

menyenangkan.

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir di atas,

hipotesis tindakan dapat disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran Make-A Match

diguga dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca siswa pada pelajaran Bahasa

Indonesia kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.