bab ii kajian pustaka 1.1. kajian teori 1.1.1. hasil...

21
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahaan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek tersebut, tergantung pada materi yang telah dipelajari (Achmad Rifai 2009:85). Benyamin S. Bloom membagi 3 ranah belajar atau hasil belajar, yaitu : 1. Ranah Kognitif, yang meliputi : a. Pengetahuan, sebagai perilaku untuk mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Pemahaman, sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi yang diajarkan. c. Penetapan, kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. d. Analisis, kemampuan memecahkan materi di dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis, kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. f. Penilaian, mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi, untuk tujuan tertentu. 2. Ranah Afektif, berkatian dengan perasaan, sikap, minat dan nilai yang meliputi : a. Penerimaan, mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu. b. Penanggapan, partisipasi aktif pada peserta didik. c. Penilaian, penghargaan yang diberikan kepada peserta didik.

Upload: ngoxuyen

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Kajian teori

1.1.1. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahaan perilaku yang diperoleh

peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek

tersebut, tergantung pada materi yang telah dipelajari (Achmad Rifai

2009:85). Benyamin S. Bloom membagi 3 ranah belajar atau hasil belajar,

yaitu :

1. Ranah Kognitif, yang meliputi :

a. Pengetahuan, sebagai perilaku untuk mengingat atau mengenali

informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman, sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi

yang diajarkan.

c. Penetapan, kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

di dalam situasi baru dan kongkrit.

d. Analisis, kemampuan memecahkan materi di dalam bagian-bagian

sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

e. Sintesis, kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam

rangka membentuk struktur yang baru.

f. Penilaian, mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang

nilai materi, untuk tujuan tertentu.

2. Ranah Afektif, berkatian dengan perasaan, sikap, minat dan nilai yang

meliputi :

a. Penerimaan, mengacu pada keinginan peserta didik untuk

menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.

b. Penanggapan, partisipasi aktif pada peserta didik.

c. Penilaian, penghargaan yang diberikan kepada peserta didik.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

10

d. Pengorganisasian, perangkaian nilai-nilai yang berbeda,

memecahkan suatu konflik dan menciptakan sistem nilai yang

konsisten secara internal.

e. Pembentukan pola hidup, mengacu pada individu peserta didik

memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam

waktu yang cukup lama.

3. Ranah psikomotor, berkaitan dengan kemampuan fisik yang meliputi :

a. Persepsi berhubungan dengan penggunaan organ pengideraan

untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b. Kesiapan mengacu pada kegiatan tertentu.

c. Gerakan terbimbing, berhubungan dengan tahap-tahap awal / di

dalam belajar keterampilan kompleks.

d. Gerakan terbiasa berhubungan dengan tindakan kinerja.

e. Gerakan kompleks berhubungan dengan kemahiran kinerja.

f. Penyesuaian berhubungan dengan keterampilan yang

dikembangkan.

g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru

untuk disesuaikan dengan situasi tertentu.

Menurut Anni (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung

pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Dalam pelaksanaanya hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar

hasil belajar tersebut dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

(Sugandi, 2007: 115).

Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

11

Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar

adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai

keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar

seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode

tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Dalam pelaksanaanya

hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar hasil belajar tersebut dapat

mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini sasaran dari

evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan

pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran.

Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu

gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan

selalu berupa angka.

Berdasarkan pengertian pengukuran untuk mengukur hasil belajar

siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan berbagai

cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian

kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa (Endang Purwanti, 2008).

Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk

mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non

tes, antara lain:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan

pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus

dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

12

tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes

dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator

pencapaian kompetensi (Endang Poerwanti, dkk. 2008). Tes

merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan

oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam

memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang

telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang

harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa

pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk

menanggapi tugas atau soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar

(2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau

aturan yang telah ditentukan. Jadi kesimpulan dari pengertian tes

adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dan menggunakan langkah – langkah dan kriteria - kriteria yang sudah

ditentukan. Berikut ini adalah teknik tes menurut (Endang Poerwanti,

2008) :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam

hal soal maupun jawabannya

2. Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)

semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak

memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena

itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok

tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

3. Tes Unjuk Kerja

Pada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai

indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan

psikomotor.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

13

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah

dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk

tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta

tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai,

tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk

rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-

angka.

3. Tes objektif

Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang

diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya

sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected

response test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada

ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih

menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes

(Endang Poerwanti, 2008), yaitu:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil

belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan

menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk

mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar siswa, maupun

observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

14

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam

yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan,

pandangan atau aspek kepribadian siswa.

3. Task Analysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu

tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya

berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

4. Komposisi dan Presentasi

Siswa menulis dan menyajikan karyanya.

5. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat

digunakan untuk individu maupun kelompok

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik

atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala

sikap. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri

atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan

dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan

cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen

lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala

sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen

sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid,

maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang

diperoleh dari skor tes, kerja kelompok, sikap saat melakukan

permaianan talking stick.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah

membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

15

adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan

distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan

kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu.

Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau

menulis soal menjadi perangkat tes. Dalam menyusun kisi-kisi soal

menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) menjelaskan

bahwa Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam

merumuskan soal yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator

dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan,

indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi.

Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Dalam

hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh

Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah

kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),

analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6).

1.1.2. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris

„science‟. Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam bahasa

Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu. „science‟ terdiri dari social

scientes (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (ilmu

pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science

sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan

bertentangan dengan etimologi (Jujun Suriasumantri, 1998: 299

dalam Trianto, 2010: 136 )

Menurut Nash, 1993 (dalam Hendro darmojo, 1992: 3

dalam Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa IPA adalah suatu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

16

cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati

dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta

menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain.

Sehingga keleluhurannya membentuk suatu perspektif yang baru

tentang objek yang diamati.

Dari pengertian diatas didapat bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang

meliputi observasi dan eksperimen yang sistematik, serta

dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-

prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto,

2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu

produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan

sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan

konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang

dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan

mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-

teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi

kemudahan bagi kehidupan.

Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah

satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek

yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk.

a) IPA sebagai proses

Memahami IPA berarti memahami bagaimana mengumpulkan

fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-

fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan

mempergunakan berbagai prosedur empirik dan analitik dalam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

17

usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-

prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains.

b) IPA sebagai prosedur

Yang dimaksud IPA sebagai prosedur adalah metodologi atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian

pada umumnya yang lazim disebut metode ilmiah

c) IPA sebagai produk

IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa

pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar

sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan

kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003: 2 dalam dalam

Trianto, 2010: 138) adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek

sains dan teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat

dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang

dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan

mengembangkan produk-produk sains , IPA sebagai prosedur yaitu

metodologi yang dipakai untuk mengetahiu sesuatu atau penelitian,

dan IPA sebagai produk maksudnya adalah hasil dari proses berupa

pengetahuan, sekumpulan konsep-konsep dan fakta.

b. Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan kurikulum 2004 (dalam Supriati, 2009: 2.4),

tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyyah (MI) adalah agar siswa mampu : a) mengembangkan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

18

pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b) mengembangkan

rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya hubungan

saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat. c) mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat

keputusan. d) berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

meletarikan lingkungan alam. e) menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. f) memiliki

pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan selanjutnya

(SMP/MTs)

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat

memberikan antara lain sebagai berikut.

a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

komsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling

ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif,

terbuka, jujur, benar dan dapat bekerja sama.

e) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip

sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi. (Depdiknas, 2003: 2 dalam buku karangan Trianto,

2010: 141 - 143)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

19

Menurut Sapriati (2009: 3.20) bahwa untuk mengajar di

jenjang pendidikan yang berbeda, perlu menggunakan metode yang

berbeda pula. Mengajar IPA untuk siswa Sekolah Dasar jelas

memerlukan metode yang berbeda dengan mengajar IPA untuk

siswa Sekolah Menengah Umum. Pengajaran IPA di SD,

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan

berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungan.

b) Beragam dan terpadu

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni,

d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e) Menyeluruh dan berkesinambungan

f) Belajar sepanjang hayat

g) Seimbang antara kepentinagn nasional dan kepentingan daerah.

Pada pembelajaran IPA sekolah dasar diperlukan

pengetahuan dasar mengenai konsep yang terkandung dalam setiap

unit pelajaran.(Samatowa, 2010: 20)

Pembelajaran IPA di SD mempunyai tujuan agar siswa

dapat melestarikan, menjaga, dan memanfaatkan alam dengan

sebaik-baiknya. Selain itu siswa dapat mengembangkan

pengetahuannya dengan cara dan metode yang teratur. Metode

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD

berbeda dengan metode pembelajaran yang ada di SMP maupun

SMA. Metode pembelajaran di SD harus berpusat pada siswa, baik

potensi, kebutuhan, perkembangan siswa. Serta menyeluruh dan

berkesinambungan. Sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

20

SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang diitujukan bagi

bagi siswa kelas IV SD adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas IV

Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami berbagai

bentuk energi dan cara

penggunaanya dalam

kehidupan sehari– hari.

1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi

yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat

– sifatnya.

2. Menjelaskan berbagai energi alternatif dan

cara penggunaanya.

1.1.3. Metode pembelajaran talking stick

a) Pengertian metode pembelajaran talking stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada

mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak

semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu

forum (pertemuan antarsuku).

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh

suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak

memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan

untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat

pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus

memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain

apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini

tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika

orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua

mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi

ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

21

bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai

hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Metode pembelajaran talking stick menggunakan sebuah

tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat

tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian

secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya

secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa

mendapat tongkat dan pertanyaan.

Talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratisi

untuk mencapai tujuan bersama. (Eggen and Kauchak, 1996: 279

dalam Trianto, 2007: 41). Metode pembelajaran talking stick

dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi

pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi

siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara,

pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan

dan membuat siswa aktif.

b) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Talking Stick

Supriono (2009: 109 – 110) mengatakan Pembelajaran

dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani

mengemukakan pendapat. Langkah-langkah pembelajaran talking

stick adalah sebagai berikut:

Guru menjelaskan mengenai materi pokok yang akan

dipelajari.

Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari

materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

Guru meminta kepada peserta didik menutup bukunya.

Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

22

Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik.

Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan

menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika

tongkat bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,

seyogyanya diiringi musik.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan

refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.

Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan

peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik

merumuskan kesimpulan.

Dalam pelaksanaan langkah – langkah ini sebaiknya perlu di

tambahkan evaluasi pada kegiatan akhir pembelajaran.

Menurut Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit,

hal 136, langkah – langkah pembelajaran dengan metode talking

stick adalah sebagai berikut :

Guru menyiapkan sebuah tongkat.

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya.

Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian

untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

Guru memberikan kesimpulan.

Evaluasi , yaitu berupa tes lisan dan refleksi.

Penutup.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

23

Dalam pelaksanaan langkah – langkah ini sebaiknya diiringi

dengan musik atau nyanyian agar suasana permainan semakin

menarik.

Menurut Ramadhan ( 2010:15) Langkah-Langkah Metode talking

stick adalah :

Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.

Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk

membaca dan mempelajari materi pelajaran.

Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam

wacana.

Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok

untuk menutup isi bacaan.

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu

anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan

anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar

siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari

guru.

Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota

kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

Guru memberikan kesimpulan.

Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok

maupun individu.

Guru menutup pembelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

24

Dalam pelaksanaan langkah – langkah ini sebaiknya pada saat

permainan jangan difokuskan pada kegiatan dalam kelompok tetapi

individu.

Mendasarkan pada langkah – langkah pembelajaran talking

stick yang ada Guru disini menjadi fasilitator, yang memfasilitasi

siswa untuk belajar menemukan apa yang dipelajarinya, semuanya

terangkum langkah-langkah berikut ini :

Guru membentuk kelompok.

Guru memberi tugas pada tiap kelompok.

Guru Menjelaskan materi yang akan dipelajari.

Siswa membaca materi yang sudah dipelajari.

Siswa menutup bukunya.

Guru mengambil tongkat.

Siswa yang mendapat tongkat wajib menjawab pertanyaan.

Refleksi terhadap materi yang telah dipelajari.

Merumuskan kesimpulan.

Evaluasi.

1.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Tatik, Darlia. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran talking stick

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN Blitar

Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah

Dasar dan Pra Sekolah. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FIP Universitas Negeri Malang. Penelitian ini bertujuan (1)

Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPS Kelas V di SDN

Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar dengan metode pembelajaran

talking stick. (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS Kelas V dengan penggunaan metode pembelajaran

talking stick di SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Tujuan

penelitian pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas V SDN

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

25

Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar adalah mendeskripsikan tentang

pelaksanaan pembelajaran IPS Kelas V di SDN Blitar Kecamatan

Sukorejo Kota Blitar dengan metode pembelajaran talking stick dan

mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

Kelas V dengan penggunaan metode pembelajaran talking stick di SDN

Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode talking

stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dalam setiap siklus

ketuntasan hasil belajar pada proses belajar siswa mengalami peningkatan

yaitu pra siklus (27,7%), siklus I (50%) dan siklus II (100%). Dalam setiap

siklus ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan

yaitu pra siklus (30,6%), siklus I (63,9%) dan siklus II (100%). Kelebihan

dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada proses belajar dan

hasil belajar pada tes akhir menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi.

Kekurangan dari penelitian ini adalah pada tujuan penelitian kurang sesuai

jika menggunakan kata mendeskripsikan. Tindak lanjut sebaiknya tujuan

dalam penelitian ini dioperasionalkan.

Sofiati, Filein (2010) peningkatan aktivitas belajar matematika melalui metode

cooperative learning tipe talking stick (PTK pada siswa kelas VII SMP Negeri 3

Kartasura). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta . Penelitian

ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok

bahasan persegi dan persegi panjang dalam pembelajaran matematika

melalui metode cooperative learning tipe talking stick. Jenis penelitian ini

adalah PTK (penelitian tindakan kelas). Subyek penerima tindakan adalah

siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Kartasura yang berjumlah 32 siswa.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan,

dokumentasi dan review. Untuk menjamin validitas data, digunakan teknik

triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

26

persegi dan persegi panjang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa

yang 1) Mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 15,63% dan setelah

tindakan 53,13%, 2) Menjawab pertanyaan sebelum tindakan 21,88% dan

setelah tindakan 59,38%, 3) Mengemukakan pendapat sebelum tindakan

18,75% dan setelah tindakan 56,25% ,4) Mengerjakan soal latihan di

depan kelas sebelum tindakan 25% dan setelah tindakan 62,50%.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode cooperative learning tipe

talking stick dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar

matematika. Kelebihan dalam penelitian ini adalah untuk aktivitas siswa

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Kekurangan dalam

penelitian ini adalah belum adanya pengukuran aktivitas siswa melalui tes

akhir. Tindak lanjut sebaiknya dalam penelitian ini selain di pengukuran

aktivitas siswa juga perlu di ukur dengan tes akhir untuk mengetahui

seberapa besar apa kemampuan siswa setelah mengikuti aktivitas dalam

pembelajaran.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk melengkapi penelitian-

penelitian yang sudah ada sehingga dapat menambah khasanah

pengembangan pengetahuan mengenai penelitian IPA untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran melalui metode pembelajaran talking stick.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan

hasil belajar IPA dan mengubah perilaku siswa kelas IV SDN

Tlogowungu, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.

1.3. Kerangka Berfikir

Pembelajaran IPA yang terjadi di SDN Tlogowungu, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung masih belum optimal. Karena guru

dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih menggunakan metode

ceramah, dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif tapi

tidak dapat menarik minat belajar siswa. Siswa sendiri kurang memahami

materi yang disampaikan oleh guru dan kurang aktif selama pembelajaran

berlangsung, karena guru hanya ceramah saja, sehingga siswa kurang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

27

tertarik dengan materi. Untuk memberikan ketertarikan dan suasana

menyenangkan kepada siswa, maka salah satu cara yang dapat ditempuh

adalah dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick. Metode

ini dalam pelaksanaannya penuh dengan nuansa permainan tetapi tidak

meninggalkan esensi proses pembelajaran. Melalui talking stick, siswa

dituntut untuk memahami dan menguasai materi pelajaran karena akan

digunakan sebagai jawaban saat diajukan pertanyaan oleh guru.

Keberadaan siswa sebagai obyek pencapaian tujuan pelaksanaan

pembelajaran sudah selayaknya diberikan keleluasaan dalam belajar sesuai

dengan keinginan mereka, sepanjang keleluasaan tersebut tidak disalah

artikan oleh siswa. tugas gurulah untuk membimbing siswa jika dalam

pelaksanaan proses pembelajaran masih terdapat siswa yang menunjukkan

sikap yang tidak diinginkan. Maka, melalui penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi perubahan sikap

dan hasil belajar siswa, dalam hal ini peningkatan hasil belajar yang

disebabkan penggunaan metode talking stick dalam pelaksanaan proses

pembelajaran IPA khususnya pada siswa kelas IV SDN Tlogowungu,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung .

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

28

Gambar 1.3 Skema alur berpikir pembelajaran IPA dengan metode talking stick

PBM

SISWA PASIF PEMBELAJARAN

KONVENSIONALDENGA

N MENGGUNAKAN

METODE CERAMAH

HASIL BELAJAR

< KKM

METODE

TALKING STICK

PENILAIAN

PROSES

HASIL

BELAJAR

> KKM

PENILAIA

N HASIL

BELAJAR

Membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 4

siswa

Tiap kelompok menerima tugas ( LKS) tentang

energi dalam kehidupan

Guru menjelaskan tentang energi dalam kehidupan

Siswa membaca materi yang sudah dipelajari

Siswa menutup buku

Guru mengambil tongkat yang sudah

disiapkan

Siswa yang mendapat tongkat menjawab

pertanyaan

Refleksi

Merumuskan kesimpulan

Evaluasi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian teori 1.1.1. Hasil belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1053/3/T1_292010601_BAB II.pdf · g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola

29

1.4 Hipotesis Tindakan

Peningkatan pembelajaran IPA dapat dicapai melalui metode

pembelajaran talking stick pada siswa kelas IV SDN Tlogowungu,

Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012.