bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1....

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar Slameto (2003). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam ineraksi dengan lingkungannya. Taufiq (2011). Belajar adalah aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, prilaku, dan pribadi yang bersifat permanen. Perubahan yang dimaksud memiliki berbagai sifat atau dimensi, bisa bersifat penambahan, misalnya bertambahnya atau pengayaan dan peningkatan pengetahuan, munculnya ha-hal yang baru, misalnya munculnya kesadaran atau kepedulian positif terhadap sahabat atau sesuatu, misalnya sifat atau sikap negatif anak menjadi berkurang dan perubahan lainnya yang berkaitan dengan aspek prilaku atau kepribadian anak. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi, 2003). Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut Budiningsih (2005) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar.

Upload: haxuyen

Post on 28-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar

Slameto (2003). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam ineraksi dengan

lingkungannya.

Taufiq (2011). Belajar adalah aktivitas atau pengalaman yang

menghasilkan perubahan pengetahuan, prilaku, dan pribadi yang bersifat

permanen. Perubahan yang dimaksud memiliki berbagai sifat atau dimensi,

bisa bersifat penambahan, misalnya bertambahnya atau pengayaan dan

peningkatan pengetahuan, munculnya ha-hal yang baru, misalnya munculnya

kesadaran atau kepedulian positif terhadap sahabat atau sesuatu, misalnya

sifat atau sikap negatif anak menjadi berkurang dan perubahan lainnya yang

berkaitan dengan aspek prilaku atau kepribadian anak.

Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar

berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi, 2003).

Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005) belajar adalah

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus

dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat

menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Menurut Budiningsih (2005) belajar adalah proses interaksi antara

stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang

terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang

dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang

dimunculkan peserta didik ketika belajar.

9

Anitah (2009) Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya

dalam proses belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati,

menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak dan latihan. Belajar akan

terjadi apabila terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang

dimaksud adalah nara sumber, teman, guru, situasi dan kondisi nyata,

lingkungan alam, lingkungan buatan, yang dapat dijadikan sumber belajar

siswa.

Dari beberapa definisi belajar diatas, maka dapat disimpulkan belajar

merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia

melakukan perubahan-perunbahan kualitatif individu sehingga tingkah

lakunya berkembang.

Kesimpulannya dalam proses belajar, guru harus dapat membimbing

dan memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan proses belajar. Proses

belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya perubahan tingkah

laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses tersebut. Jadi seseorang dapat

dikatakan belajar karena adanya indikasi melakukan proses tersebut secara

sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh

berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Perwujudan perubahan tingkah laku

dari hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2. Hasil Belajar

Menurut Anitah (2009). Hasil belajar merupakan perubahan prilaku

secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja, tetapi terpadu secara

utuh.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa itu

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peran penting

dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari

informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan

10

siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil

belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang

dilakukan oleh siswa (Taufiq, 2011).

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006). Hamalik (2002) hasil

belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

yang dapat diamati dan diukur seperti tertuang dalam rapot, angka dan ijazah.

Berdasarkan definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil

belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi

rendahnya nilai yang diperolaeh siswa selam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah

dari hasil sebelumnya. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang

sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah

dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian , tugas-tugas PR, tes lisan yang

dilakukan.

Jadi hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan

tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses

belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Hasil yang

diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang

disebut prestasi belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh

guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar

adalah perubahan perilaku secara keseluruhan. Hasil belajar tersebut dapat

diketahui melalui tes tertulis uraian yang diberikan setelah proses

pembelajaran selesai. Pencapaian hasil belajar dapat diketahui dalam bentuk

nilai

11

a. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tidak terlepas

dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Menurut Slameto (2003)

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat,

motivasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah

dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode mengajar, kurikulum,

relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya.

Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang belajar.

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini adalah faktor psikologis,

antara lain motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain

sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.

Faktor ini antara lain penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.

Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini adalah

mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan

pembentukan sikap.

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa bisa dipengaruhi oleh

motivasi belajar dalam diri siswa.

2.1.3 Motivasi Belajar

Pengertian motivasi belajar secara rinci dikemukakan oleh Anu (2004)

yaitu keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

memberi yang arah pada kegiatan belajar itu sehingga tujuan yang

dikehendaki dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada

beberapa dorongan yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

12

Motivasi belajar menurut Anwar (2011) adalah keseluruhan daya

penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Menurut Anwar (2011) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka

akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Menurut Fafo (2004) mengemukakan bahwa motivasi belajar

berkaitan dengan equilibrium (keseimbangan), yaitu upaya untuk dapat

membuat dirinya memadai dalam menjalankan hidup ini. Dengan equilibrium

dimaksudkan agar seseorang dapat mengatur dirinya sendiri, relatif dengan

emosi yang bersifat kemauan (valition) sehingga dapat menjadi kekuatan

pendorong (driving forces) untuk mempelajari sesuatu.

Pengertian motivasi belajar dari beberapa ahli di atas meyatakan

bahwa motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri siswa sehingga menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

belajar itu agar tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Dari

definisi tersebut terlihat bahwa motivasi merupakan kekuatan pendorong yang

ada di dalam dan diluar diri seseorang/siswa untuk melakukan perbuatan

belajar pada saat kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan

pembelajaran.

Kesimpulanya motivasi belajar merupakan keseluruhan daya

penggerak yang timbul dari dalam batin seseorang untuk melakukan kegiatan

belajar agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi bisa berupa

dorongan, kemauan, dan perbuatan seseorang yang berperan pada kemajuan

dan perkembangan siswa melalui proses belajar.

13

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2002) bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah;

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.

c. Mengarahkan kegiatan belajar.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa betapa pentingnya motivasi tersebut

disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka

dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2002) pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi

belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut;

a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-

macam.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik.

d. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tantangan

profesionalnya guru terletak pada “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak

acuh menjadi bersemangat belajar.

Menurut Lawiyanti (2011). Konsep motivasi belajar mempunyai 3

aspek yaitu: 1) adanya keinginan atau inisiatif untuk belajar, 2) Adanya arah

dalam belajar yang meliputi keterlibatan dalam mengerjakan tugas sebagai

wujud interaksi antara kekuatan internal dengan individu dengan situasi dari

luar, 3) Adanya konsistensi atau keajegan, perilaku timbul karena adanya

14

keyakinan individu terhadap perilaku tersebut, sehingga individu sulit untuk

meninggalkan perilaku yang telah dipilih.

Jadi dari teori Lawiyanti (2011) dapat dilihat bahwa konsep motivasi

belajar mempunyai tiga aspek

1. Adanya keinginan atau inisiatif untuk belajar

Inisiatif ini merupakan energi atau kekuatan dalam diri individu.

Sedangkan energi adalah salah satu hal yang mendasar pada motivasi belajar.

Aspek energi dari motivasi menunjukkan kesungguhan atau keseriusan dalam

prilaku. Kekuatan yang bersifat internal dalam diri individu berfungsi

mendorong individu sehingga memilih keinginan untuk belajar.

2. Adanya arah dalam belajar yang meliputi keterlibatan dalam mengerjakan

tugas sebagai wujud interaksi antara kekuatan internal dengan individu

dengan situasi dari luar.

Individu yang mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar ditandai dengan keterlibatan dan kesungguhan untuk belajar. Jadi

fungsi motivasi adalah mempertahankan , mengarahkan dan mengintegrasikan

dengan perilaku tertentu, sehingga akan kelihatan pada tingkat intensitas

perilaku individu yang bersangkutan dalam melaksanakan suatu kegiatan.

3. Adanya konsistensi atau keajegan, perilaku timbul karena adanya

keyakinan individu terhadap perilaku tersebut, sehingga individu sulit

untuk meninggalkan perilaku yang telah dipilih.

Pilihan terhadap perilaku belajar akan menjadi ajek atau bertahan

setelah adanya komitmen atau keyakinan yang kuat terhadap nilai dan arah

positif perilaku belajar. Individu yang memiliki komitmen atau keyakinan

yang kuat pada dasarnya sangat sulit untuk beralih ke prilaku lain yang

bertentangan dengan prilaku yang diyakini.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut akan dikembangkan dalam bentuk

angket untuk mengukur motivasi belajar dalam penelitian ini.

15

2.1.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian IPA

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan

pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Khalimah (2010). Proses

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah (Samatowa, 2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar

kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan

juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai

pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai

penelusuran ilmiah yang relevan (Khalimah, 2010).

Menurut Prihantoro (2011) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan

ilmu yang mempelajari tentang segala dsesuatu yang terdapat di alam, baik itu

zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. Ipa meripakan

pengetahuan yang mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara

induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal,

dan tentratif.

Berdasarkan beberapa pendapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di

alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari didri sendiri dan alam sekitar. Serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA

dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi

pendekatan IPA sangatluas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur

(nilai-nilai) sosial, budaya, etika, moral dan agama. Oleh karena itu belajar

IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam

16

masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang

terkandung dalam dimensi pendidikan IPA.

2.1.5 Outdoor Activities

1. Pengertian Outdoor Activities

Outdoor activities adalah, suatu kegiatan pembelajaran di luar kelas

yang dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan bagi siswa.

Sebagaimana layaknya seorang anak yang sedang bermain di alam bebas, dan

outdoor activities juga dapat menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan.

Dengan mengamati sendiri siswa akan mengetahui keindahan alam dan cara

untuk menjaga atau melestarikan lingkungan sekaligus dapat mewujudkan

nilai-nilai spiritual siswa mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa

(Munawar, 2009).

Menurut Anitah (2009). Pembelajaran Outdoor artinya aktivitas

belajar siswa dibawa ke luar kelas. Pembelajaran outdoor selain untuk

peningkatan kemampuan juga lebih bersifat untuk peningkatan aspek-aspek

psikologis siswa, seperti rasa senang dan rasa kebersamaan yang selanjutnya

berdampak terhadap peningkatan perhatian dan motivasi belajar.

Peranan lingkungan sebagai sumber belajar sering dilupakan, padahal

sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar

anak, menurut Yuliarto (2010).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kegiatan pembelajaran yang

berorientasi pada lingkungan luar kelas dapat digunakan sebagai sumber

belajar karena pembelajaran akan lebih bermakna jika sistem pembelajaran

diprioritaskan di alam sekitar atau sekitar lingkungan anak. Pembelajaran di

luar kelas yang berorientasi pada alam sekitar atau lingkungan, kebenarannya

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar

yang monoton yang hanya mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa

mengedepankan nilai kualitatif atau proses. Dan Outdoor activities dapat

digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan luar kelas,

karena outdoor activities adalah kegiatan yang berada di alam bebas. Menurut

17

uraian di atas outdoor activities dapat diprioritaskan atau dapat digunakan di

dalam setiap pembelajaran.

Alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan

atas metodologi pendidikan di dalam kelas. Pendidikan dan latihan di luar

kelas dapat memperbaharui metodologi dan dapat menggantikan proses

pendidikan konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara

masif. Akibatnya model pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai

kuantitatif, bukan pada proses pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber

pengetahuan (Yuliarto, 2010).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kegiatan pembelajaran yang

berorientasi pada lingkungan luar kelas dapat digunakan sebagai sumber

belajar karena pembelajaran akan lebih bermakna jika sistem pembelajaran

diprioritaskan di alam sekitar atau sekitar lingkungan anak. Pembelajaran di

luar kelas yang berorientasi pada alam sekitar atau lingkungan, kebenarannya

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar

yang monoton yang hanya mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa

mengedepankan nilai kualitatif atau proses. Dan Outdoor activities dapat

digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan luar kelas,

karena outdoor activities adalah kegiatan yang berada di alam bebas. Menurut

uraian di atas outdoor activities dapat diprioritaskan atau dapat digunakan di

dalam setiap pembelajaran.

Menurut Yuliarto (2010), lingkungan di alam bebas atau luar kelas

tidak terlalu mendukung, tergantung jenis model pembelajaran sesuai dengan

lingkungan sekolah dan disesuaikan dengan keadaan di dalam diri siswa.

Outdoor activities dapat digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi

pada lingkungan luar kelas, karena outdoor activities adalah kegiatan yang

berada di alam bebas atau luar kelas.Menurut uraian di atas outdoor actvities

dapat digunakan jika sesuai dengan lingkungan sekolah atau keadaan di dalam

diri siswa.

18

Berdasarkan uraian di atas lingkungan di alam bebas atau luar kelas

tidak terlalu mendukung, tergantung jenis model pembelajaran sesuai dengan

lingkungan sekolah dan disesuaikan dengan keadaan di dalam diri siswa.

Outdoor activities dapat digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi

pada lingkungan luar kelas, karena outdoor activities adalah kegiatan yang

berada di alam bebas atau luar kelas. Menurut uraian di atas outdoor actvities

dapat digunakan jika sesuai dengan lingkungan sekolah atau keadaan di dalam

diri siswa.

Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa outdoor

activities yang berorientasi pada lingkungan luar kelas atau kegiatan

pembelajaran luar kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sebagai

sumber-sumber pengetahuan. Outdoor activities dapat digunakan pada setiap

pembelajaran karena pembelajaran outdoor activities kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar yang

monoton yang hanya mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa

mengedepankan nilai kualitatif atau proses, artinya dalam program outdoor

activities siswa secara aktif dilibatkan secara langsung atau siswa dapat

mengamati secara langsung sesuatu yang ada di sekitar mereka. Outdoor

activities juga mempunyai keunggulan yaitu kegiatan pembelajaran ini

mempunyai sifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati,

mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang

terbentang di alam dan di dalam pembelajaran outdoor activities kita dapat

memasukkan pembelajaran secara spiritual.

2. Manfaat Pembelajaran Outdoor Activities

Dengan outdoor activities, siswa mampu mengaitkan pelajaran dengan

kenyataan, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka

terima. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari

mana saja dan dari siapa saja (Boedy, 2009). Selain belajar dari buku, anak-

anak juga belajar dari alam sekelilingnya. Anak-anak bukan belajar untuk

mengejar nilai, tetapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan

19

sehari-hari. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif sekaligus juga memahami

kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan kepada anak-anak adalah

kemampuan membangun jiwa keingintahuan, melakukan observasi, membuat

hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Dengan outdoor activities mereka

belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan

melihat, menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap

pembelajaran.

Manfaat Pembelajaran dengan outdoor activities menurut Anitah ( 2009) yaitu:

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena kegiatan belajar lebih

menarik dan tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa

untuk lebih giat belajar.

b. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada

di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing

dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta

lingkungan.

c. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan

situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

d. Memperkaya wawasan, tidak terbatas oleh empat dinding kelas serta lebih

faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.

e. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat

dilakukakan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau

wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan

lain-lain.

f. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari

bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam dan

lingkungan buatan.

g. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkanya

menggunakan berbagai cara, seperti proses mengamati, bertanya atau

wawancara, membuktikan sesuatu dan menguji fakta.

20

h. Melatih siswa untuk mengkontruk konsep dari pengalaman-pengalaman

yang menyenangkan.

i. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung

j. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kelemahan dan keunggulan pembelajaran menggunakan outdoor

menurut (Anitah, 2009).

Kelemahan:

1. Memerlukan alokasi waktu yang cukup banyak.

2. Memerlukan pengawasan dan bimbingan ekstra ketat terhadap aktivitas

siswa.

3. Jika tidak dikontrol maka siswa selalu terlena dengan bermainnya dari

pada belajarnya.

Keunggulan:

a. Memberikan kesempatan para siswa untuk memperoleh pengalaman nyata,

praktis, dan konkrit.

b. Dapat menumbuhkan rasa senang, minat dan motivasi terhadap objek

tertentu.

c. Memberikan masukan terhadap program sekolah.

d. Mendekatkan siswa dengan lingkungan.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan pembelajaran dengan

outdoor activities siswa dapat membangun pengalamam belajarnya atau

pengetahuannya sendiri karena siswa belajar dengan mencari, menyilidiki,

mengamati sehingga siswa dapat membangun konsepnya sendiri dan siswa

juga terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran (learning by doing)

sehingga siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari

kegiatan yang dilakukan. Pembelajaran outdoor activities kebenarannya dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah atau secara objektif dan jujur karena

outdoor activities dipelajari dengan cara mengamati, bertanya atau

wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta dan tidak

hanya sebatas pada tingkat verbal atau penjelasan saja. Outdoor activities juga

21

dapat menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan karena dengan mengamati

sendiri siswa akan mengetahui keindahan alam dan cara untuk menjaga atau

melestarikan lingkungan, siswa juga akan lebih termotivasi karena mereka

sendirilah yang mencari atau menyelidiki untuk membangun pengalaman atau

pengetahuannya sendiri, karena hal itulah pembelajaran dengan outdoor

activities lebih menarik.

3. Implementasi Pembelajaran dengan Outdoor Activities

Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman

langsung cepat meresap kedaya tangkap pikiran manusia. Dan dalam

menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar didalam proses

pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama dari

guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak

terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak

melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.

Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outdoor activities

(experiental learning) menurut Hamalik (2003) sebagai berikut:

a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan

untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil

b. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor

activities ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi

dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain

seperti lingkungan.

c. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan

memotivasi.

d. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activities ini

dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di

luar jam pelajaran.

e. Menentukan rute perjalanan outdoor activities, dapat dilakukan satu kelas

bersama-sama. Outdoor activities dapat menggunakan rute di sekitar

sekolahan atau di lingkungan warga sekitar.

22

f. Siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil.

g. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman

h. Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan

kegiatan outdoor activities yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam

pembelajaran dengan outdoor activities.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu

alternatif pengalaman belajar bagi siswa yang lebih luas dari pada pendekatan

yang diarahkan oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan banyak kesempatan

belajar secara aktif, personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya

bagi para siswa untuk semua tingkat usia. Pembelajaran dengan outdoor

activities ini guru dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam

kegiatan belajar siswa, agar apa yang siswa pelajari dapat mendekatkan siswa

kepada Allah SWT (Sang Pencipta). Dan setelah kegiatan outdoor activities,

guru bersama siswa membahas kembali apa yang telah dilaksanakan. Metode

yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana akan diperoleh pendapat yang

berbeda dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru

bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap

dan kerjasama).

Menurut teori belajar Suwarno (2008) penerapan pembelajaran dengan

penggunaan lingkungan, yaitu:

1. Keinginan untuk belajar

Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa

dihalangi oleh ruang kelas, yang dapat “mematikan” daya kreativitas

siswa.

2. Belajar secara signifikan

Proses belajar ditujukan bukan untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa

memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak

memiliki logika berpikir yang baik, sehingga dapat digunakan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Anak

23

memperoleh sekaligus pengetahuan beserta penerapannya dalam

kehidupan pribadinya maupun bermasyarakat. Sehingga sumber daya

manusia yang dihasilkan bukanlah orang-orang yang mampu berteori

tetapi juga mampu mengaplikasikannya.

3. Belajar tanpa ancaman

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun

tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh

kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah menjadi

identik dengan kegembiraan sehingga inti pokok pembelajaran dapat

diserap dengan baik.

4. Belajar atas inisiatif sendiri

Anak-anak belajar tidak hanya selama jam belajar sekolah. Mereka dapat

belajar dari apapun dan kapanpun. Dengan sistem belajar yang

berorientasi pada lingkungan yang telah membiasakan mereka untuk

belajar secara aktif dan mandiri, membuat mereka menemukan, memilih,

dan mencari tahu sendiri apa yang ingin diketahuinya.

5. Belajar dan berubah

Sehingga mereka diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi

lingkungan yang selalu dinamis.

Menurut Boedy (2009) proses pembelajaran outdoor activities

dilaksanakan melalui empat tahapan sebagai berikut:

1. Adanya suatu aktivitas, para peserta terlibat secara fisik, intelektual,

maupun emosional dalam upaya memperoleh pengetahuan atau

keterampilan yang diperlukan.

2. Adanya proses diskusi, para peserta tidak hanya belajar secara individual,

tapi juga bisa belajar kelompok sehingga akan lebih memperkaya dan

menambah aspek kedalaman pemahaman aspek yang sedang dipelajari.

3. Adanya proses perenungan, secara individual, para peserta didorong untuk

menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang baru

saja diperoleh dalam kegiatan mereka sehari – hari.

24

4. Adanya proses rancangan tindak lanjut/penerapan, proses ini berguna

untuk melatih dan menyempurnakan proses belajar berbagai keahlian yang

baru saja didapatkan para peserta.

Terdapat persamaan pendapat antara Hamalik dan Boedy, yaitu di

dalam kegiatan pembelajaran siswa aktif di dalam pembentukan pengalaman

dan pengetahuan di dalam pembelajaran dan siswa belajar secara kelompok

dengan diskusi, dan menyisipkan pesan moral mengenai ciptaan Tuhan YME,

sikap dan kerjasama sebagai pemantapan di dalam pembelajaran, serta hasil

pembelajaran diharapkan siswa mampu untuk mengaplikasikannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Hamalik sebelum melaksanakan pembelajaran

outdoor activities guru harus merumuskan pengalaman belajar yang akan

direncanakan, menyajikan / mengajak siswa dengan pengalaman yang

bersifat memotivasi, menentukan waktu perjalanan, dan rute perjalanan serta

menjelaskan aturan kegiatan pembelajaran luar kelas. Sedangkan menurut

Boedy di dalam kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan

hasil pembelajaran yang mereka dapatkan, guru memberikan evaluasi kepada

siswa untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa di dalam

pembelajaran.

Menurut Hamalik (2003) dan Boedy (2009) Dapat disimpulkan

langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan pembelajaran outdoor

activities yaitu:

Tabel 2.1

Kesimpulan Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Activities.

No. Tahap

Pelaksanaan

Kegiatan

1. Perencanaan Guru merumuskan dan mengembangkan indikator

yang akan dicapai oleh siswa nanti

Guru mempersiapkan perlengkapan belajar yang

diperlukan

Guru merencanakan membagi kelompok-kelompok

siswa

Guru menetapkan lokasi objek serta lamanya

waktu observasi

25

2. Pelaksanaan Guru menetapkan teknik pembelajaran

Guru membahas pembagian kelompok siswa

Guru mengajak siswa menuju lokasi pengamatan

Siswa Observasi

Kerjasama kelompok

Guru mengajak siswa masuk ke dalam kelas

Siswa mendiskusikan hasil pengamatan di kelas

Siswa dan guru melakukan pembahasan hasil

diskusi dari tiap-tiap kelompok

3. Kegiatan

Akhir

Kesimpulan

Evaluasi hasil belajar siswa

Pemantapan dengan cara para siswa didorong

untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan,

dan keterampilan yang baru saja diperoleh dalam

kegiatan mereka sehari – hari.

Tindak lanjut

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pembelajaran mulai pada

kegiatan pelaksanaan dilakukan mulai kegiatan elaborasi di RPP.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir sama dengan

penelitian ini adalah “Pembelajaran Inovatif Pemanfaatan Outbond Sains

Sebagai Sarana dalam Mewujudkan Meaningfull Learning” oleh Rosmanto

(2009). Dalam penelitian “Pembelajaran Inovatif Pemanfaatan Outbond Sains

Sebagai Sarana dalam Mewujudkan Meaningfull Learning” ini peneliti

mengharapkan pembelajaran dengan pemanfaataan Outbond Sains dapat

mewujudkan Meaningfull Learning atau mewujudkan nilai-nilai spiritual

siswa karena pembelajaran di luar ruang dengan alam sebagai orientasi atau

sebagai tempat belajar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmanto

(2009) didapatkan bahwa berdasarkan Kurikulum Sains SD, Sains merupakan

cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai

pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan,

dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains bermanfaat bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

Hasil penelitian oleh Syawiji (2009), dengan judul Metode Outdoor

Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Aritmetika Sosial, menunjukan

26

bahwa secara umum, siswa memiliki semangat dan kerja sama yang baik

selama outdoor learning. Pada siklis I, nilai pre test rata-rata sebelum ada

tindakan outdoor lerning adalah 63,4043, sedangkan nilai post tes rata-rata

setelah ada tindakan outdoor learning adalah 66,2766. Sedangkan korelasi

atau hubungan antara nilai sebelum dan sesudah outdoor learning adalah

lemah dan benar-benar berhubungan secara nyata karena nilai probabilitas

yaitu 0,009 jaug dibawah α = 0,05. Jadi, tindakan outdoor learning efektif

untuk meningkatkan nilai siswa. Pada siklus II, hanya dilakukan pengujian

pretest dan post tes. Nilai pre tes rata-rata sebelum ada tindakan outdoor

learning adalah 69,8936, sedangkan nilai post tes rata-rata setelah ada

tindakan outdoor learning adalah 74.2553. sedangkan korelasi atau hubungan

antara nilai sebelum dan sesudah outdoor lerning adalah kuat dan benar-benar

berhubungan secara nyata karena nilai probabilitas yaitu 0,033 di bawah α =

0,05, yang berari tindakan outdoor learning efektif untuk meningkatkan nilai

siswa. Dari hasil diatas, metode Outdoor lerning dapat meningkatkan minat

serta motivasi belajar di SMP N 1 Kedungwaru (Kelas VII), sehingga

menunjukkan peningkatan nilai.

Hasil penelitian oleh Hestiyana (2010) yang berjudul Upaya

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Tentang Konsep Perkalian

dengan Pembagian Melalui Kegiatan Outdoor Study di SDN Kawengan 2

Blora, terjadi peningkatan ketuntasan hasil evaluasi siswa terhadap

pemahaman dengan kompetensi dasar melakukan pembagian bilangan 2

angka. Peningkata ketuntasan belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap,

dimana pada kondisi awal hanya terdapat dua siswa yang telah tuntas

belajarnya, pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 11

siswa atau 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui

kegiatan outdoor study dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang

konsep perkalian dan pembagian dikelas II semester 2 SDN Kawengan 2

Blora.

27

Hasil penelitian oleh Prihantoro (2010-2011) dengan judul outdoor

activities untuk meningkatkan hasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

IPA SDN 02 Pangkalan kec. Karangrayung Kab. Grobogan Semster II Thn

Pelajaran 2010-2011, peneliti bertujuan mengetahui dan meningkatkan hasil

belajar siswa di SD tersebut, khususnya kelas II. Hasil yang diperoleh oleh

penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai

dengan ketuntasan belajar siswa, peningkatan hasil beljar siswa tersebut

terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 10 siswa

(41,67%) yang tuntas dalam belajarnya, dan 14 siswa (41,67%) belum tuntas.

Pada siklus I, melalui 3 pertemuan ketuntaan belajar siswa meningkat menjadi

24 siswa (100%) yang telah tuntas, dan pada siklus II, ketuntasan belajar

siswa sudah tercapai 24 siswa (100%) tuntas.

Hasil penelitian oleh Susanti (2010) yang berjudul Outdoor Activities

untuk Meningkatkan Pemahaman dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam Kelas IV di SD Negeri 01 Angggaswangi Kecamatan Godong

Kabupaten Grobogan Semester II Thn pljrn 2009/2010. Diperoleh terjadi

peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar.

Peningkatan pemahaman belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap,

dimana pada kondisi awal hanya terdapat 5 siswa (13,89%) yang telah tuntas

dalam pembelajarannya, pada siklus I melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar

siswa meningkat menjadi 36 siswa (100%) yang telah tuntas, pada siklus II

ketuntasan belajar siswa masih 100%.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2010) yang berjudul

Meningkatkan Motivasi Berprestasi Melalui Bimbingan Kelompok Dengan

Teknik Outbond Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 2 Salatiga, hasilnya

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi

bimbingan kelompok dengan teknik outbond. Perbedaan tersebut dapat dilihat

dari hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang

menunjukkan koefisien sig.2 –failed 0,042<0,05. Berdasarkan hasil analisis

28

data tersebut, maka penelitian itu menunjukkan siswa termotivasi dengan

teknik outbond.

Penelitian yang dilakukan Hestiyana, Prihantoro dan Susanti terdapat

persamaan, yaitu penerapan outdoor activities dapat meningkatkan hasil

belajar. Dari penelitian Syawiji (2009), Rosmanto (2009), dan Nuraini (2010)

dilihat bahwa dengan penerapan outdoor activities dapat meningkatkan

pembelajaran yang menyenangkan dan minat belajar, sehingga siswa

termotivasi untuk belajar.

Beberapa hasil kajian penelitian yang relevan dapat disimpulkan

bahwa metode outdoor activitis sangat penting bagi siswa karena bisa

memberikan motivasi belajar kepada siswa sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon

Kabupaten Grobogan pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

2.3 Kerangka Pikir

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan

jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan,

maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar

penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian.

Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

29

Gambar 2.1 Keranggka Pikir Pembelajaran Outdoor Activities

Adanya hasil belajar dan motivasi belajar siswa masih rendah dalam

pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 4 sembungharjo, kemudian diadakan

tindakan yaitu penggunaan outdoor activities dengan pengamatan di alam

terbuka pada mata pelajaran IPA dalam memahami hubungan antara sumber

daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat. Diharapkan siswa

mengalami peningkatan dalam hasil belajar dan motivasi belajar, sehingga

akan lebih baik dari sebelumnya.

Peneliti mengharapkan penerapan model Outdoor Activities yang

dilakukan oleh guru pada kelas IV SD Negeri 4 Sembungharjo Kecamatan

Pulokulon Kabupaten Grobogan pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

Guru:

melaksanaan

pembelajaran

konservtif

Penerapan

pembelajaran outdoor

activities dengan

pengamatan diluar

kelas/observasi,

kerjasama kelompok

dan diskusi, diarahkan

untuk meningkatkan

hasil belajar dan

motivasi belajar siswa

dalam proses belajar.

SIKLUS I

Siswa:

Hasil belajar dan

motivasi belajar

IPA masih

rendah dan tidak

semangat dalam

mengikuti

pembelajaran

SIKLUS II

KONDISI AKHIR Melalui pembelajaran

outdoor activities hasil

belajar dan motivasi

belajar siswa

diharapkan meningkat

sehingga dapat

mencapai ketuntasan

30

dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas IV pada mata

pelajaran IPA, SD Negeri 4 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten

Grobogan pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap tahun

pelajaran 2011/2012.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Outdoor

activities dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar pada mata

pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Sembungharjo Kecamatan

Pulokulon, Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”.