pengaruh pemberian limbah cair tempe dan tahu...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU
SEBAGAI PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.)
Oleh:
RAHMAWATI
15.1.14.5.073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2018
-
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU
SEBAGAI PUPUK CAIRTERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.)
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjan Pendidikan
Oleh:
RAHMAWATI
15.1.14.5.073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2018
-
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Rahmawati, NIM: 15.1.14.5.073 dengan judul “Pengaruh
Pemberian Limbah Cair Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)” telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal: Juni 2018.
-
Mataram, Juni 2018
Hal: Ujian Skripsi
Yang terhormat
Rector UIN Mataram
Di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi
maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Rahmawati
NIM : 151.145.073
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA Biologi
Judul :
“Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)” telah memenuhi
syarat untuk diajukan dalam munaqasyah sidang skripsi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat
segera dimunaqasyahkan.
Wassalamua’alaikum, Wr. Wb.
-
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : RAHMAWATI
NIM : 15.1.14.5.073
Jurusan : Program Studi IPA BIOLOGI
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe
Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L) ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti
melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah
ditentukan oleh lembaga.
-
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Rahmawati, NIM: 15.1.14.5.073 dengan judul: Pengaruh
PemberianLimbah Air Tempe Dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L), telah dipertahankan di depan dewan
penguji Jurusan Program Studi IPA BIOLOGI Fakultas Trbiyah dan Keguruan UIN
Mataram pada tanggal 11 Juli 2018
-
MOTTO
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS: Ar-Rum Ayat: 41)
-
PERSEMBAHAN
Allah SWT dan Nabi Muhammad, yang tealah menjadi tonggak kebenaran
dalam hidupku dalam segala curahan do’a dan harapan dalam hidupku maka tugas
akhir ini aku persembahkan kepada :
Ibu dan Bapak yang aku cintai, semua pengorbanan yang engkau berikan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun di dunia ini, segenap kasih sayang yang
telah engkau curahkan, dengan segala rasa hormat akan tetap aku junjung tinggi
sampai akhir hayat.
Saudaraku Ahmat Taufik dan nenekku terima kasih atas semua motivasinya, serta do’a, yang telah membantuku dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan sehingga
sekarang aku bisa menyelesakan studyku ini.
Buat teman-teman dan sahabat-sahabatku semua dari A-Z terima kasih atas do’a, dukungan, serta bantuan yang pernah kalian berikan kepada saya selama ini,
semoga semua itu diberi ganjaran oleh ALLAH SWT.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan
penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu, yaitu mereka antara lain:
1. Dr. Ir. Edi M. Jayadi, MP. sebagai Pembimbing I dan Mukminah, M.P.H.
sebagai Pembimbing II yang memberikan petunjuk, bimbingan, motivasi,
pengarahan, koreksi mendetail dan terus-menerus, serta meluangkan
waktunya yang tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban
menjadi skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan;
3. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi
tempat bagi penulis bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di
kampus tanpa pernah selesai;
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama belajar di UIN
Mataram.
-
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat-lipat dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Amin.
Sebesar apapun kemampuan yang penulis curahkan tidak akan bisa
menutupi kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini. Oleh karena itu, segala
kritik yang membangun dan saran bermanfaat selalu penulis harapkan dengan
senang hati agar skripsi ini lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya. Amiin,,,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ...................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvii
ABSTRAK ....................................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................... 5
1. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
2. Batasan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
D. Definisi Operasional ...................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................. 9
A. Kajian Pustaka .............................................................................................. 9
1. Tinjauan Limbah Tempe .......................................................................... 9
a. Pengertian limbah tempe ................................................................... 9
b. Jenis-jenis limbah tempe ................................................................... 11
c. Karakteristik limbah tempe ............................................................... 11
-
d. Bahaya atau dampak limbah tempe ................................................... 13
e. Pemanfaatan limbah tempe................................................................ 14
f. Penanganan atau pengolahan limbah tempe ...................................... 14
2. Tinjauan Limbah Tahu............................................................................. 15
a. Pengertian limbah tahu ...................................................................... 15
b. Jenis-jenis limbah tahu ...................................................................... 17
c. Karakteristik limbah tahu .................................................................. 18
d. Bahaya atau dampak limbah tahu ...................................................... 20
e. Pemanfaatan limbah tahu .................................................................. 22
f. Pengolahan limbah tahu .................................................................... 22
3. Tinjauan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) ..................................... 27
a. Klasifikasi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ................ 27
b. Morfologi cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ............................... 27
c. Jenis-jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .............................. 32
d. Syarat tumbuh cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ........................ 34
e. Manfaat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .................... 39
4. Tinjauan Pertumbuhan Tanaman ............................................................. 41
a. Pengertian pertumbuhan ................................................................... 41
b. Fase pertumbuhan pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.) .......... 42
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ................................. 43
B. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 48
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 51
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................. 51
B. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 51
C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 52
D. Variabel Penelitian ........................................................................................ 53
E. Desain Penelitian ........................................................................................... 54
F. Instrumen / Alat dan Bahan Penelitian ....................................................... 56
G. Teknik Pengumpulan Data / Prosedur Penelitian ....................................... 56
1. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 56
-
2. Prosedur penelitian .................................................................................. 59
H. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................ 63
A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 63
B. Analisis Hasil ................................................................................................... 64
C. Pembahasan ..................................................................................................... 70
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 75
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................................... 80
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik limbah cair tahu , 19.
Tabel 2. Sidik ragam: ringkasan rumus ANOVA (Analisis of Varians)., 63.
Tabel 3. Rekapitulasi rata-rata hasil penghitungan data dari setiap parameter, 67
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proses Pembuatan Tempe, 10.
Gambar 2 Proses Pembuatan Tahu, 16.
Gambar 3 Batang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 28.
Gambar 4 Daun Cabai rawit (Capsicum frutescens L.), 28.
Gambar 5 Bunga Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 29.
Gambar 6 Buah Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 29.
Gambar 7 Biji Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 31.
Gambar 8 Akar Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), 31.
Gambar 9 Bagan kerangka Berpikir, 49.
Gambar 10 Bagan Alir Pembuatan Pupuk Dari Air Limbah Tempe Dan Air
Limbah Tahu, 59.
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Lampiran 2 Hasil Analisis Hasil dan Uji BNT
Lampiran 3 Foto Dokumentasi Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin penelitian
Lampiran 5 Surat keterangan Penelitian
Lampiran 6 Kartu Konsultasi
-
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TEMPE DAN TAHU SEBAGAI
PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
Oleh:
RAHMAWATI NIM : 15.1.14.5.073
ABSTRAK
Limbah cair tempe dan tahu jika tidak dimanfaatkan dapat menyebabkan
pencemaran air. Pencemaran air tersebut dapat mengeluarkan bau busuk sehingga mengganggu penciuman dan mengurangi estetika lingkungan. Pemilihan tanaman cabai rawit sebagai objek penelitian karena para petani di lingkungan tempat tinggal peneliti lebih banyak bercocok tanam cabai rawit dan kebutuhan cabai rawit yang selalu meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah air tempe dan tahu sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 5 ulangan, perlakuan I menggunakan 1 liter limbah tempe, perlakuan II menggunakan 1 liter limbah tahu, perlakuan III menggunakan ½ liter limbah tempe + ½ liter limbah tahu dan perlakuan IV (kontrol) tidak diberikan limbah tempe dan tahu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: polybag, cangkul, alat ukur/penggaris, kertas label, alat tulis, ember plastik, botol plastik, biji cabai rawit, air limbah tempe dan tahu, tanah dan alat-alat pendukung penelitian lainnya.
Penelitian ini dilaksanakan ± 3 bulan dari penyemaian sampai penimbangan bobot buah panen pertama. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi jumlah helai daun, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah yang pertama. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah signifikan atau beda nyata dan dilakukan uji lanjut BNT untuk mengetahui perlakuan yang lebih berpengaruh. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan II ( 1 liter limbah tahu ) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan I ( 1 liter limbah air tempe ), perlakuan III ( ½ liter limbah air tempe + ½ liter limbah air tahu ) dan perlakuan IV ( kontrol).
Kata kunci: Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), Limbah Air Tempe dan Tahu, Pupuk Cair dan Pertumbuhan Tanaman
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan industri memiliki peranan dalam membuka lapangan
pekerjaan dan meningkatkan perekonomian daerah, salah satunya industri
makanan yaitu industri tempe dan tahu. Kebutuhan manusia yang tinggi akan
sumber pangan dari hasil pertanian berupa tempe dan tahu untuk dikonsumsi
mengakibatkan permintaan pasar meningkat sehingga diikuti perkembangan
industri tempe dan tahu yang meningkat pula.
Pengolahan industri tempe dan tahu banyak tersebar di seluruh Indonesia,
termasuk di provinsi Nusa Tenggara Barat, salah satunya di wilayah Praya.
Industri ini berlokasi di Dusun Alung, Desa Mekar Damai, Kecamatan Praya,
Kabupaten Lombok Tengah.
Tempe dan tahu merupakan makanan yang terjangkau bagi semua
kalangan masyarakat dan diakui mempunyai peran yang besar dalam usaha
meningkatkan gizi masyarakat terutama bagi golongan menengah ke bawah.
Tempe dan tahu dapat dibuat menggunakan berbagai macam bahan, seperti: biji
kedelai, biji jagung, dan biji kacang tanah. Secara umum masyarakat kita lebih
banyak mengenal dan lebih sering menggunakan biji kedelai.
Pengolahan tempe dan tahu masih menggunakan alat-alat tradisional dan
banyak menggunakan tenaga manusia. Kondisi ini dapat menyediakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Industri limbah pengolahan tempe dan tahu termasuk
-
2
limbah industri yang berupa limbah cair dan padat. Limbah padat biasanya
digunakan sebagai makanan ternak, seperti: sapi dan kambing. Limbah cair
biasanya dibuang ke selokan atau sungai-sungai.
Indonesia merupakan negara yang sebagian mata pencaharian
penduduknya sebagai petani. Salah satu hasil pertanian para penduduk adalah
cabai jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai rawit merupakan tanaman
yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Cabai rawit bisa
dimanfaatkan dalam berbagai bentuk seperti tambahan dalam makan gorengan
dan bisa diawetkan menjadi saus serta bahan masakan atau bumbu masakan
lainnya yang harus ada di dapur.
Pembuangan limbah cair hasil pengolahan tempe dan tahu dapat
menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar oleh limbah tempe dan tahu
dapat mengeluarkan bau busuk sehingga mengganggu penciuman dan
mengurangi estetika lingkungan. Upaya mengatasi pencemaran tersebut,
pemerintah seharusnya memberi pengarahan terhadap pengusaha dan masyarakat
setempat tentang pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pengolahan tempe
dan tahu tersebut supaya dapat diolah oleh masyarakat setempat. Pemerintah juga
seharusnya menyediakan mesin atau sejenisnya untuk pengolahan limbah supaya
bisa dimanfaatkan karena limbah pengolahan tempe dan tahu mengandung bahan
organik. Bahan organik yang di hasilkan dari limbah tempe dan tahu tersebut jika
diberikan pengolahan maka masyarakat dapat memanfaatkan sebagai pupuk pada
-
3
tanaman-tanaman mereka seperti tanaman cabai rawit karena limbah air tempe
dan tahu tersebut banyak mengandung nutrisi yang dimanfaatkan oleh tanaman.
Cabai merupakan tanaman terna tahunan yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan cabang berjumlah banyak. Ketinggiannya bisa sampai 120 cm
dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau
muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang
oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Bentuknya umumnya bulat telur,
lonjong, dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan
varietasnya.1
Bunga cabai keluar dari ketiak daun dan berbentuk seperti terompet. Sama
halnya dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya. Bunga cabai
merupakan bunga lengkap yang terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga,
benang sari, dan putik. Bunga cabai juga berkelamin dua, karena benang sari dan
putik terdapat dalam satu tangkai. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai
keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai
rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel,
dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya.2
Menurut data kementrian pertanian (Kementan) konsumsi cabai rawit
(Capsicum frutescens L.) pada tahun 2015 sebesar 335.968 ton, pada tahun 2016
1Bernardinus T, dkk, Bertanam Cabai pada Musim Hujan, (Jakarta:Agro Media Pustaka,
2002). Hlm, 10. 2Redaksi AgroMedia, Panduan Lengkap Budi Daya dan Bisnis Cabai, (Jakarta: AgroMedia
Pustaka, 2008). Hlm. 24.
-
4
sebesar 350.183 ton dan pada selama beberapa bulan untuk tahun 2017 ini sebesar
364.570.3 Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa besar konsumsi cabai
rawit (Capsicum frutescens L.) dari tahun 2015 sampai beberapa bulan untuk
tahun 2017 terjadi kenaikan.
Tingginya permintaan dari konsumen membuat para petani harus
meningkatkan produktivitas cabai rawitnya. Guna meningkatkan produksi cabai
maka para petani harus memberikan pupuk yang dibutuhkan oleh cabai rawit
tersebut.
Pupuk adalah bahan yang diberikan oleh para petani dengan maksud
unsur-unsur hara yang hilang dapat tergantikan dan kualitas serta mutu dari
tanaman para petani tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Para petani masih
banyak mengunakan pupuk anorganik. Keberadaan pupuk anorganik dari tahun
ke tahun sulit dijangkau oleh masyarakat dan harganya tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi awal terhadap limbah air
tempe dan tahu yang tidak dimanfaatkan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan serta keterbatasan pupuk untuk petani cabai rawit, maka peneliti perlu
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tempe
dan Tahu Sebagai Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.)”.
3Wiji Nurhayatri, “Cabai Rawit Tapi Kenapa Harganya Bisa Rp. 160.000/kg”, dalam
http://m.kumparan.com, diakses pada tanggal 15 Agustus 2017 pukul 06:16 WITA.
http://m.kumparan.com/
-
5
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh pemberian limbah cair
tempe dan tahu Sebagai Pupuk Cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai
rawit (Capsicum frutescens L.)”?
2. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam peneliti adalah:
a. Pupuk limbah yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada dua yaitu
limbah air tempe dan tahu.
b. Cabai rawit yang digunakan adalah tanaman cabai rawit jenis cabai rawit
putih (Capsicum frutescens).
c. Campuran limbah, yaitu:
1) 1 liter limbah air pengolahan tempe
2) 1 liter limbah air pengolahan tahu
3) ½ liter limbah air pengolahan tahu dicampur dengan ½ liter limbah air
pengolahan tempe
d. Parameter penelitian
1) Menghitung jumlah daun pada saat pengamatan dengan interval dua
minggu.
2) Mengukur tinggi tanaman menggunakan penggaris. Pengukuran dari
pangkal batang (± 1 cm dari atas media) sehingga ujung pucuk.
-
6
3) Menghitung jumlah cabang yang muncul dari ketiak daun
4) Jumlah bunga yang dihasilkan dari saat pertama pertumbuhan
generatif
5) Jumlah buah yang dihasilkan dari buah pertama sampai panen pertama
6) Bobot buah yang dihasilkan pada saat panen pertama
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian limbah cair tempe dan tahu sebagai pupuk cair terhadap
pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)”
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi ke masyarakat
khususnya petani cabai rawit (Capsicum frutescens L.) bahwa limbah
air tempe dan tahu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L.)
-
7
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih luas dari
penelitian sebelumnya dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Masyarakat
Masyarakat bisa mendapatkan informasi bagaimana cara
mengaplikasikan limbah air tempe dan tahu menjadi pupuk organik
yang bermanfaat bagi tumbuhan sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan limbah air tempe dan tahu menjadi pupuk organik yang
ramah lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) serta pencemaran
lingkungan dapat diminimalisir.
D. Definisi Operasional
Pemaparan operasional guna menghindari adanya penafsiran yang salah
atau ganda pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Campuran
Limbah Cair Tempe dan Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.)” maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
-
8
1. Pengaruh adalah suatu respon dari objek yang telah diberikan rangsangan
yang berupa perlakuan.4 Pengaruh yang dimaksut dalam penelitian ini adalah
pengaruh limbah air tempe dan tahu.
2. Limbah air tempe dan tahu merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan tempe dan tahu, yaitu dari air rebusan kedelai untuk pembuatan
tempe dan air rendaman untuk pembuatan tahu (saat direndam 8 jam).5
3. Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada suatu tanaman yang tidak
dapat kembali lagi (irreversible), seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan
lain-lain. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif (angka-
angka). Pertumbuhan yang dimaksud pada penelitian ini adalah diameter
batang, tinggi batang dan jumlah daun.6
4. Cabai rawit adalah tumbuhan perdu dari family terong-terongan (solanaceae)
anggota genus capsicum yang memiliki nama Capsicum Frutescens L. buah
tanaman ini banyak digunakan oleh mayarakat. 7Cabai rawit yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cabai rawit jenis cabai rawit putih.
4Koreshinfo, “Memahami Beberapa Pengertian Dalam Menyusun Skripsi”, dalam
https://.blogspot.co.id, diakses 26 Desember 2017. 5Reza zulfikar, “Pemanfaatan Limbah Tahu dan Tempe”, dalam http://.blogspot.co.id,
diakses 26 Desember 2017. 6Biologi online, “pertumbuhan dan perkembangan”, Dalam https://zaifbio.wordpress.com,
diakses 26 Desember 2017. 7Syaiful Rahman, “ meraup untung bertanam cabai rawit dengan polybag”, (Yogyakarta: lily
publisher, 2010), hlm 2.
https://.blogspot.co.id/http://.blogspot.co.id/2011/04/pemanfaatan-limbah-tahu-dan-tempe.htmlhttps://zaifbio.wordpress.com/
-
9
BAB II
KA JIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Limbah Tempe
a. Pengertian limbah tempe
Industri tempe di Indonesia menurut data statistik, mencapai angka
yang dominan jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini wajar
mengingat tempe memang telah menjadi bagian dari pola konsumsi
masyarakat kita. Industri tempe ini, selain menjadi penopang ekonomi
rakyat, ternyata juga menimbulkan problematika tersendiri. Limbah
industri tempe cukup potensial mengganjal keharmonisan alam. Terlebih,
industri tempe yang biasanya dalam skala kecil, bertitik di tengah
pemukiman masyarakat. Mencermati hal tersebut, banyak peneliti yang
kemudian berlomba-lomba mencari solusi terbaik. Istimewanya, solusi
tersebut tak hanya meringkas masalah tetapi juga menambah pundi-pundi
ekonomi. Sebab pengolahan limbah tempe bisa berujung pada produk baru
yang memiliki nilai jual. Limbah memang identik dengan sampah
buangan. Tetapi dengan sedikit usaha, limbah bisa menjadi berkah.8
8Atom, “cara membuat tempe”, dalam http://cara-membuat-tempe.blogspot.co.id/2012/10/.
diakses 27 Desember 2017.
http://cara-membuat-tempe.blogspot.com/http://cara-membuat-tempe.blogspot.com/2012/10/cara-praktis-membuat-tempe.htmlhttp://cara-membuat-tempe.blogspot.co.id/2012/10/pengolahan-limbahtempe.html
-
10
Diagram alur pembuatan tempe sebagai berikut:
Gambar 1. Proses pembuatan tempe
Limbah dari proses pembuatan tempe ini termasuk dalam limbah
yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau bahan buangan yang
dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Senyawa organik yang
terkandung didalamny akan dihancurkan oleh bakteri meskipun prosesnya
lambat dan sering dibarengi dengan keluarnya bau busuk. Konsentrasi
amoniak sebesar 0,037 mg/l sudah dapat menimbulkan bau amoniak yang
menyengat. Dalam limbah domestik, sebagian besar nitrogen organik akan
diubah menjadi amoniak pada pembusukan anaerobik dan menjadi nitrat
atau nitrit pada pembusukan aerob.9
9Erry Wiryani, Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe, Semarang: Lab. Ekologi Dan
Biosistematik Jur. Biologi F MIPA. UNDIP Semarang. (diakses 26 Desember 2017).
Kedelai
Dicuci dari kotoran seperti: Tanah,
kayu/ranting, kerikil
Direndam dalam air semalam sampai berbusa dan
berbau spesifik
Dikupas dan dicuci bersih
Diinokulasikan dengan jamur tempe
Didingink
Direbus atau dikukus sampai agak lunak
Dibungkus atau dimasukkan ke dalam wadah
Diperam Tempe
-
11
b. Jenis-jenis limbah tempe
Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri tempe adalah limbah
padat (kering dan basah) dan limbah cair.
1) Limbah padat kering terdiri atas kotoran yang tercampur dalam
kedelai, misalnya kerikil, kuli, batang, serta kedelai cacat
fisik/rusak/busuk. Limbah padat kering umumnya lebih mudah diatasi
dan tidak menimbulkan masalah, misalnya dengan dibakar ataupun
dikubur dalam tanah.
2) Limbah padat basah berupa kulit kedelai setelah mengalami proses
perebusan dan perendaman. Limbah ini umumnya berbau asam dan
busuk. Limbah padat basah, khususnya kulit kedelai, masih dapat
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk tanaman.
3) Limbah cair berupa air bekas pencucian, perendaman, dan perebusan
kedelai. Limbah ini juga berbau asam dan busuk yang kian hari kian
menyengat.10
c. Karakteristik limbah tempe
Untuk karekteristik limbah industri tempe ada dua hal yang perlu
diperhatikan yakni karekteristik fisika dan kimiawi. Karekteristik fisika
meriputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karekteristik kimiawi
meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Bahan-bahan organik
10Lies Suprapti, Teknologi Pengolahan Pangan: Pembuatan Tempe (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hlm. 56.
-
12
yang terkandung di dalam buangan industri tempe pada umumnya sangat
tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat
berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-
senyawa tersebut, protein yang jumlahnya paling besar yang mencapai
40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin
lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini
akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit duiraikan
oleh mikroorganisme di dalam air limbah tempe tersebut.11
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan
kedelai, pencucian kedelai, pelralatan proses dan lantai. Karekter limbah
cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit,
selaput lendir dan bahan organik lain). Warna putih keruh pada air limbah
berasal dari pembuangan air rendaman dan pengelupasan kulit kedelai
yang masih banyak mengandung pati, juga berasal dari air bekas
pencucian peralatan proses produksi, peralatan dapur dan peralatan
lainnya. Bau yang timbul karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
11Ilmi “Tugas Pengolahan Limbah Tempe”, dalam https://www.scribd.com/doc/307050050,
diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 11.00 WITA.
https://www.scribd.com/doc/307050050
-
13
menguraikan zat organik atau dari reaksi kimia yang terjadi dan
menghasilkan gas tertentu.12
Air buangan industri tempe kualitasnya bergantung dari proses
yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan
organic pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi
ion hydrogen buangan industri tempe cenderung bersifat asam. Sehingga
air limbah dan bahan buangan yang dibuang ke perairan akan mengubah
Ph air, dan dapat mengganggu kehidupan organisme air, pH air normal
yang memenuhi syarat untuk kehidupan mempunyai pH berkisar antara
6,5 – 7,5. Gas – gas yang biasa ditemukan dalam limbah tempe adalah gas
nitrogen (N2), oksigen (O2), hydrogen sulfide (H2S), ammonia (NH3),
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari
dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan
tempe 13.
d. Bahaya atau dampak limbah Tempe
Limbah air tempe yang tidak diolah atau yang dibuang ke perairan
seperti sungai memiliki dampak yang sama seperti dampak yang
disebabkan oleh limbah air tahu. Kandungan yang dimiliki limbah tempe
12Wignyanto, dkk “Bioremediasi Limbah Cair Sentra Industri Tempe Sanan Serta
Perencanaan Unit Pengolahannya(Kajian Pengaturan Kecepatan Aerasi Dan Waktu Inkubasi)”, Vol. 10, No. 2, Agustus 2009, hlm. 125.
13Ilmi “Tugas Pengolahan Limbah Tempe”, dalam https://www.scribd.com/doc/307050050,
diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 11.00 WITA.
https://www.scribd.com/doc/307050050
-
14
adalah 40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Jika
semakin lama maka limbah air tempe tidak akan bisa diuraikan dan
menyebabkan pencemaran lingkungan.
e. Pemanfaatan limbah tempe
Limbah air tempe selain memiliki dampak negative, limbah ini
juga memiliki dampak positif jika limbah tersebut diolah dan digunakan.
Limbah tempe dapat digunakan sebagai:
1) Sebagai pakan ternak
2) Nata de Soya
3) Pupuk organik dan lain-lain.14
f. Penanganan atau pengolahan limbah tempe
Penanganan limbah perlu dilakukan secepatnya agar tidak
menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Ada tiga alternatif yang
dapat dipilih untuk menangani limbah, yakni penetralan, pemanfaatan, dan
penyaringan limbah.
Penetralan limbah tempe memerlukan Instalasi Pengolahan
Limbah (IPAL). Untuk itu, diperlukan lahan yang luas dan biaya yang
relatif besar. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu cara mengatasi
masalah pencemaran lingkungan, seperti:
14Anggraini Nur, “Pengaruh Limbah Cair Tahu, Limbah Cair Tahu Tempe Dan Volume
Terhadap Ketebalan Berat Dan Kandungan Serat Nata De Soya”, (skripsi, FITK IAIN, Mataram 2015).
-
15
1) Kulit ari kedelai dalam jumlah sedikit dapat dicampurkan ke dalam
bahan tempe untuk memacu pertumbuhan jamur tempe.
2) Limbah padat basah dapat dikeringkan dan dipak dalam kantong
plastik, kemudian dijual sebagai pupuk atau campuran pakan ternak.
Dalam keadaan kering, kulit kedelai tahan disimpan dalam waktu yang
relatif lama.
3) Limbah cair dari kegiatan pencucian, perebusan, dan perendaman
kedelai dapat dimanfaatkan sebagai minuman ternak dan pupuk cair
untuk tanaman.
Bau busuk limbah industri tempe dapat dihilangkan dengan
penyaringan. Penyaringan tidak dilakukan dengan menggunakan
peralatan, tetapi dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan air yang
memiliki kemampuan mengisap racun dan bau (menetralisir).15
2. Tinjauan Limbah Tahu
a. Pengertian limbah tahu
Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang dibuat dari kedelai
dengan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses
15Lies Suprapti, Teknologi Pengolahan Pangan: Pembuatan Tempe (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hlm. 57.
-
16
pengendapan protein pada titik isoelektrisnya, dengan atau tanpa
penambahan unsur-unsur lain yang diizinkan.16
Tahu mengandung nilai gizi yang tinggi khususnya protein
sehingga sangat diminati oleh masyarakat. Semakin banyak permintaan
konsumen akan tahu maka industri pembuatan tahupun semakin banyak
bermunculan.
Bahan baku utama tahu adalah biji kedelai yang mengalami
banyak proses sehingga bisa menjadi tahu. Proses pembuatan tahu yang
disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 2. Proses pembuatan tahu
Air limbah tahu merupakan limbah organik dan tidak mengandung
logam berat, sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan secara
16Ibid., hlm. 27
-
17
biologi. Proses pengolahan biologi merupakan suatu proses pengolahan
limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri untuk
mendegradasi kandungan polutan. Sistem pengolahan secara biologi dapat
menghasilkan produk olahan, maupun produk samping yang lebih aman
terhadap lingkungan, dan lumpur yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik atau media tanam yang sangat baik.17
b. Jenis-jenis limbah tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua)
bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik
pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah,
kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa
saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat
yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku
kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak
(0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa
ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu
17Elly Yuniarti Sari, Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat
Dan Aerob. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro (diakses 26 Desember 2017).
-
18
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan.18
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses
perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu,
penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair
yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang
terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan
ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.
Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan.19
c. Karakteristik limbah tahu
Limbah bagi industri hasil pertanian merupakan hasil sampingan
dari proses pengolahan untuk memperoleh hasil utama. Limbah cair tahu
adalah hasil sampingan dari proses pembuatan tahu berupa limbah cair
tahu yaitu “whey”. Air limbah tahu yang dihasilkan masih banyak
mengandung zat organik, seperti protein, karbohidrat, lemak dan zat
terlarut yang mengandung padatan tersuspensi atau padatan. Di antara
senyawa-senyawa tersebut yang memiliki jumlah paling besar adalah
protein dan lemak dengan presentase sebesar 40-60% protein, 25-50%
18Febria Kaswinarni, Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.
Semarang: Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro (diakses 26 Desember 2017).
19Ibid.
-
19
karbohidrat dan 10% lemak. Adanya bahan organik yang cukup tinggi
menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik
tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik. Senyawa-
senyawa organik di dalam air buangan tersebut antara lain protein,
karbohidrat, lemak dan minyak.20
Berdasarkan jurnal penelitian Ratnani (2012) diperoleh hasil
analisis kandungan limbah cair dari proses pembuatan tahu yang disajikan
pada tabel 1.21
Tabel 1. Karakteristik limbah cair tahu dan limbah cair tempe
Parameter Hasil Analisis
limbah cair tahu limbah cair tempe Ph 4,26 4,16
DO (ppm) 4,5 Tidak terdeteksi COD (ppm) 11.638 35,395
Air (%) 10,43 15,3 Abu (%) 0,5 0,7
Karbohidrat (%) 26,92 1,9 Protein (%) 23,55 8,1 Lemak (%) 5,54 4,8
Nitrogen % 2,44 1,6 Fosfor % 6,2 3,26 Kalium % 3,5 1,32
Serat kasar (%) 20,6 30,9 Temperature (C) 45 32
Warna Kuning keruh Kuning Bau Berbau menyengat Berbau menyengat
20http://digilib.unila.ac.id/5441/16/BAB%20II.pdf (diakses 26 Desember 2017). 21Ratnani, “Kecepatan Penyerapan Zat Organik Pada Limbah Cair Industri Tahu Dengan
Lumpur Aktif”, Momentum, Vol. 7, No. 2, Oktober 2011, hlm 22
http://digilib.unila.ac.id/5441/16/BAB%20II.pdf
-
20
d. Bahaya atau dampak Limbah Tahu
Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan
macam polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organik (berbau
busuk), polutan anorganik (berbuau dan berwarna).22 Pemerintah
menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk
limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan
organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di
buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke
sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dalam mengukur derajat keasaman
limbah cair dari air rebusan kedelai telah melampaui standar baku mutu.
Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industi yang di buang ke
perairan akan mengubah pH air, dan dapat menggagu kehidupan
organisme air.23
Pada umumnya bahan – bahan organik yang terkandung dalam
industri tahu sangat tinggi, senyawa organik di dalam air buangan tersebut
dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa
organik protein dan lemaklah yang paling besar bisa mencapi 40% - 60%
protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dari
bahan organik ini akan semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan
pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit di uraikan oleh
22Jessy Adack, Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup. Lex
Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013 (Diakses 29 Desember 2017). 23Ibid
-
21
mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan
besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian
seperti BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand). Uji BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan parameter
yang saling digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan
organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.24
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik
pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion
hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen
terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein sebesar 226,06 sampai 434,78
mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan
meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.
Pencemaran limbah sangat berbahaya bagi biota di perairan
berbagai jenis ekosistem mengalami keracunan. Setiap spesies yang
berada di perairan berbeda-beda ada spesies yang tahan terhadap
pencemaran dan ada juga yang tidak tahan terhadap pencemaran yang
terjadi di perairan. Setiap ekosistem selalu beradaptasi dengan tempatnya.
Walau pun begitu tingkat adaptasinya terbatas, bila batas tersebut
24Ibid
-
22
melampaui batas, maka ikan tersebut akan mati. Punahnya sepesis tertentu
akan beakibat pada kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.25
e. Pemanfaatan limbah tahu
Limbah air tahu selain memiliki dampak negative, limbah ini juga
memiliki dampak positif jika limbah tersebut diolah dan digunakan.
Limbah tahu dapat digunakan sebagai:
1) Pupuk organik
2) Dibuat Kerupuk ampas tahu
3) Kembang tahu
4) Kecap ampas tahu
5) Stik tahu
6) Nata de Soya dan lain-lain.26
f. Pengolahan limbah tahu
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah
dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang
25
Ibid 26Anggraini Nur, “Pengaruh Limbah Cair Tahu, Limbah Cair Tahu Tempe Dan Volume
Terhadap Ketebalan Berat Dan Kandungan Serat Nata De Soya”, (skripsi, FITK IAIN, Mataram 2015).
-
23
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode
pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis.27
Cara fisika, merupakan metode pemisahan sebagian dari beban
pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair
dengan memanfaatkan gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair
industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antaralain adalah
filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan)
menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan
memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah
cair. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari aliran dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.28
Cara kimia, merupakan metode penghilangan atau konversi
senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-
bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat
diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya
termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi.
Proses netralisasi biasanya diterapkan dengan cara penambahan
asam atau basa guna menetralisir ion-ion terlarut dalam limbah cair
sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya.
27Amir Husin, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam Reaktor Fixed – Bed. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2008. (diakses 26 Desember 2017).
28Ibid.
-
24
Dalam proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel koloid
hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah
cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut
menjadi bermuatan negatif. Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-
gaya menarik ion-ion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan
kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh
stern yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam
larutan membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut
bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya
menjadi stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil cenderung
tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran
lebih besar, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi
ataupun filtrasi.
Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel
koloid bermuatan dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan
(koagulan) ke dalam koloid, dengan demikian partikel koloid menjadi
netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain membentuk mikroflok.
Selanjutnya mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk dengan dibantu
pengadukan lambat megalami penggabungan menghasilkan makroflok
-
25
(flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara
pengendapan atau filtrasi.29
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit,
aluminium, kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan
limbah secara kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan
sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.30
Selain kedua metode tersebut di atas, metode gabungan fisika-
kimia mencakup flokulasi yang dikombinasikan dengan sedimentasi.
Namun, penerapan metode fisika, kimia atau gabungan keduanya dalam
skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor antara lain : metode pengolahan fisika-kimia
terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur
berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah
penanganan lebih lanjut.31
Cara biologi dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan
memanfaatkan mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara
biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul sederhana.
Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan
29Ibid. 30Riko putra Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Koagulan Pada Proses Koagulasi Limbah Cair
Industri Tahu Dengan Menggunakan Jar Test”, Vol. 2, No. 2 2013. 31Amir Husin, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob Dalam
Reaktor Fixed – Bed.
-
26
zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang
digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa.
Sedangkan tumbuhan air yang mungkin dapat digunakan termasuk gulma
air (aquatic weeds).32
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari metode
pengolahan limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah dan
mudah dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.
Metode pengolahan biologis yang juga patut dipertimbangkan untuk
mengolah limbah cair tahu di antaranya adalah proses aerob dan anaerob
di samping metode penimbunan pada tanah dan penyemprotan irigasi.
Berdasarkan informasi tersebut, salah satu cara pengolahannya adalah
menggunakan proses anaerob.33
3. Tinjauan Cabai Rawit (Capsicum frutescens I)
a. Klasifikasi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Family : Solanaceae (Suku terung-terungan) Genus : Capsicum
32Ibid.
33Ibid.
-
27
Species : Capsicum frutescens L.34 b. Morfologi cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
1) Batang
Batang tanaman35 cabai rawit memiliki struktur yang keras dan
berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang
banyak. Batang utamanya tumbuh tegak dan kuat. Percabangan
terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara
30 cm-45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi
daun dan tunas (cabang).
Gambar 3. Batang cabai rawit36
2) Daun
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing
dan tepi daun rata (tidak bergerigiberlekuk). Ukuran daun lebih kecil
34Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2010), Hlm 3. 35Bambang cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003). Hlm. 11. 36Gambar batang cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27
Desember 2017 pukul 13.20 WITA.
Batang
Percabangan
https://www.google.co.id/
-
28
dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan
daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun
menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang.
Gambar 4. Daun cabai rawit37
3) Bunga
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang
berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun,
dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk
penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi
secara silang, dengan keberhasilan 56%.
Gambar 5. Bunga cabai rawit38
4) Buah
37Gambar daun cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27
Desember 2017 pukul 13.20 WITA 38Gambar bunga cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27
Desember 2017 pukul 13.20 WITA.
Daun
Bunga
https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/
-
29
Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan.
Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan
rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan
ujung runcing. Atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi,
menurut jenisnya. Cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran
panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit
yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar
12 mm.
Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau
atau putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala
atau merah jingga (merah agak kuning). Pada waktu masih muda, rasa
buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
Gambar 6. Buah cabai rawit39
5) Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk
bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat
pada empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil (berukuran sangat
39Gambar buah cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.
Buah
https://www.google.co.id/
-
30
kecil) dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat
digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
Gambar 7. Biji cabai rawit40
6) Akar
Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang
tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar
ke samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga
tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang
gembur, porous (mudah menyerap air), dan subur.
Gambar 8. akar cabai rawit41
c. Jenis-jenis cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
40Gambar biji cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.
41Gambar akar cabai rawit dalam https://www.google.co.id, diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 13.20 WITA.
Biji
Akar
https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/
-
31
Di Indonesia, cabai kecil lebih umumnya disebut dengan cabai
rawit. Cabai jenis ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil-pendek.
Meski berukuran mini, cabai ini memiliki rasa yang sangat pedas sehingga
di luar negri cabai ini dikenal dengan sebutan hot chili atau cabai pedas.
Cabai rawit ada banyak macamnya, namun biasa kita mengenal
tiga macam cabai rawit berdasarkan ciri fisiknya, yaitu:42
1) Cabai rawit kecil
Jenis cabai kecil dikenal dengan sebutan cabai jemprit.
Varietas cabai yang tergolong cabai kecil misalnya varietas Cipanas
dan varietas Tabanan. Cabai jenis ini memiliki karekteristik ukuran
kecil-kecil, dengan panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5 mm,
serta berat rata-rata 0,65 g. pada saat masih muda, buah berwarna hijau
dan berubah menjadi merah menyala pada saat masak (telah tua). Rasa
buah sangat pedas dengan aroma yang sangat merangsang. Cabai kecil
mengandung minyak aetheris dalam jumlah yang sangat tinggi.43
2) Cabai rawit ceplik
Cabai ceplik sering disebut juga cabai hijau. Varietas cabai
yang tergolong cabai ceplik misalnya varietas Hontaka dan varietas
42Neti Suriana, Cabai, Sehat dan Berkhasiat, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2012), hlm. 9. 43Bambang Cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:
kanisius, 2003). Hlm. 14.
-
32
Banjaran. Cabai jenis ini memiliki ciri-ciri buah berbentuk bulat
panjang dan langsing; berukuran besar (lebih besar dari pada cabai
kecil), dengan panjang antara 3 cm – 3,5cm dan lebar 11 mm, serta
berat rata-rata 1,4 g. pada waktu masih muda buah berwarna hijau
keputih-putihan dan berubah menjadi merah menyala (merah cerah)
pada saat matang. Rasa buah cukup pedas, tetapi masih kurang pedas
jika dibandingkan dengan cabai kecil dan cabai putih.44
3) Cabai rawit putih
Varietas cabai yang tergolong jenis cabai putih misalnya
varietas Jembrana. Jenis cabai putih memiliki ciri-ciri buah berbentuk
bulat agak lonjong (gemuk) dan berukuran besar, dengan panjang
mencapai 3 cm atau lebih dan lebar 13 mm atau lebih, serta berat rata-
rata 2,5 g. pada saat masih muda buah berwarna putih, dan berubah
menjadi merah jingga (merah agak kuning) bila telah matang. Buah
yang masih muda memiliki rasa yang kurang pedas, namun buah yang
telah matang memiliki rasa pedas. Jika dibandingkan dengan cabai
kecil, cabai putih masih kurang pedas; namun lebih pedas dari pada
cabai ceplik.45
d. Syarat tumbuh cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
44Ibid. Hlm. 16. 45Ibid, Hlm 16.
-
33
Secara umum pertumbuhan cabai rawit akan sangat baik kalau
ditanam di daerah dengan curah hujan dan panas yang cukup. Penanaman
pada tempat yang berbeda dari persyaratan tersebut akan menghasilkan
buah dan kualitas yang kurang maksimal. Factor lokasi penanaman juga
berperan cukup besar dalam berproduksinya cabai rawit. Cabai rawit
paling cocok ditanam pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dan
suhu rata-rata 190-300 C serta curah hujan 1.000 – 3000 mm/tahun
Tanah untuk media tumbuh cabai rawit secara umum harus kaya
bahan organic, gembur, serta pH (derajat keasaman) tanah sekitar 6-7. Bila
tingkat keasaman lebih rendah dapat dinaikkan dengan penambahan
pemberian kapur pertanian (dolomite).
Budidaya cabai rawit memang tergolong berisiko tinggi. Namun,
resiko ini bisa diminimalis dengan memperhatikan beberapa hal yang
terkait dengan budi dayanya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan
syarat tumbuh tanaman cabai. Syarat tumbuh ini pada dasarnya ditentukan
oleh dua hal. Pertama, curah hujan dan kelembapan. Kedua, jenis tanah,
pH tanah dan ketinggian lahan.46
1) Curah hujan
Tanaman cabai rawit tidak menghendaki curah hujan yang
tinggi (iklim yang ekstrem basah). Di daerah dengan curah hujan yang
46Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2010), Hlm. 36.
-
34
tinggi, tanaman cabai rawit akan mudah terserang penyakit bercak
daun (antraknosa), penyakit layu, dan lain-lain.
Curah hujan berpengaruh terhadap pembuangan dan
pembuahan. Pada saat berbunga dan berbuah, tanaman cabai rawit
tidak tahan teradap curah hujan yang tinggi; melainkan memerlukan
iklim yang hangat dan kering. Hujan lebat yang berlangsung terus-
menerus dapat menyebabkan gugur bunga sehingga produksi buah
rendah. Selain itu, curah hujan yang tinggi uga dapat menyebabkan
busuk buah. Meskipun demikian penanaman cabai rawit tetap dapat
dilakukan di daerah yang memiliki curah hujan, asalkan disertai
dengan drainase yang baik dan jarak tanaman yang lebih longgar.
Dengan teknik penanaman yang demikian, tanaman masih dapat
berproduksi cukup tinggi.
Keadaan curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap
ketersediaan air tanah. Selanjutnya, kandungan air tanah akan
menyebabkan tingkat kelembapan tanah meningkat dan suhu menurun
sehingga tidak sesuai bagi tanaman cabai. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya kematian tunas dan bunga, serta menyebabkan buah yang
dihasilkan kecil-kecil. Sebaliknya, curah hujan yang rendah
menciptakan kondisi iklim yang kering dan panas (suhu tinggi).
Kondisi ini dapa menyebabkan terhambatnya pembuahan karena
-
35
tepung sari menjadi tidak berfungsi. Selain itu, kondisi yang kering
dan panas juga dapat menyebabkan bunga dan buah hangus terbakar.
Agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman
cabai rawit memerlukan kondisi iklim dengan 0-5 bulan basah dan 4-6
bulan kering dalam satu tahun (tipe iklim D3/E3) dan curah hujan
berkisar antara 600 mm – 1.250 mm per tahun.47
2) Kelembaban udara
Agar dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai
rawit juga memerlukan kelembaban udara tertentu. Udara yang sangat
kering dapat menyebabkan tanaman menderita klorosis dan
antosianensis. Tingkat kekeringan yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan tajuk menjadi layu serta daun dan buah cabai gugur
sebelum waktunya. Selain itu, jika tidak mendapat cukup kelembapan,
tanaman seringkali menderita die-back (mati ujung) dan bunga cabai
menjadi layu sehingga proses pembuahan terhenti.
Sebaliknya, udara yang sangat lembab (ekstrem basah) juga
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan produktivitas tnaman
cabai karena dapat menyebabkan pembusukan akar, yang pada
akhirnya menyebabkan kelayuan tanaman. Pembusukan akar
disebabkan oleh akumulasi nitrit hasil aktivitas organisme anaerob di
47Bambang Cahyono, Cabai Rawit, Teknik Budi Daya & Analisis UsahaTani, (Yogyakarta:
KANISIUS, 2003). Hlm. 19
-
36
dalam tanah yang tergenang ataupun oleh adanya aktivitas cendawan
dan bakteri yang menyerang akar yang telah rusak, yang kemudian
mempercepat pembusukan.
Kelembaban yang terlalu rendah juga berpengaruh terhadap
proses penyerapan unsur hara, terutama nitrogen dan fosfor.
Kelembapan tanah (kandungan air) berhubungan dengan suhu tanah
yang diperlukan oleh akar tanam dalam proses penyerapan unsur hara.
Pada tanah yang kering (kelembapan rendah), unsur hara N dan P
tidak dapat diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal
sehingga pertumbuhan vegetatif ( pembentukan batang, cabang, dan
daun) dan pertumbuhan generatif (pembentukan bunga, buah, dan biji)
terhambat.
Demikian pula, pada kelembapan udara yang tinggi,
pemanfaatan unsur hara dalam tanah tidak seimbang. Meskipun unsur
hara P dapat diserap, namun unsur hara N sulit diserap oleh akar
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman juga tetap akan terganggu.
Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah 60%
- 80%.48
3) Jenis tanah, pH tanah dan ketinggian lahan
Sebenarnya, cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak
mengandung unsur hara. Cabai tumbuh optimal di tanah regosol dan
48Ibid, Hlm. 18.
-
37
andosol. Penambahan bahan organic, seperti pupuk kandang dan
kompos pada saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman dapat
diaplikasikan untuk memperbaiki struktur tanah serta mengatasi tanah
yang kurang subur dan miskin unsur hara.
Sebaiknya, pilih lahan penanaman yang agak miring untuk
menghindari genangan air dengan tingkat kemiringan lahan tidak lebih
dari 25%. Lahan yang terlalu miring menyebabkan erosi dan hilangnya
pupuk, karena tercuci oleh air hujan. Tanah yang terlalu datar harus
dibuatkan pembuangan air.
Kadar keasaman (pH) tanah yang cocok untuk penanaman
cabai secara intensif adalah 6 – 7. Tanah dengan pH rendah atau asam
harus dinetralkan dulu dengan cara menebarkan kapur pertanian.
Sebaliknya, tanah yang terlalu basa atau pH-nya tinggi bias
dinetralkan dengan cara menaburkan belerang pada lahan penanaman.
Saat ini ketinggian lahan tidak lagi menadi masalah untuk
menanam cabai. Secara umum, cabai bias ditanam pada ketinggian
lahan dari 1.000 – 2000 m dpl. Ketinggian tempat berpengaruh pada
jenis hama dan penyakit yang menerang cabai. Di dataran tinggi,
penyakit yang menyerang biasanya disebabkan oleh cendawan atau
-
38
jamur. Sedangkan di lahan dataran rendah biasanya penyakit yang
menyerang dipicu oleh bakteri.49
e. Manfaat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Jenis sayuran ini banyak diusahakan karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Orang Indonesia menyukai sambal dan masakan
yang pedas banyak membutuhkan cabai setiap hari.50
Cabai juga banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Berbagai
hasil penelitian membuktikan bahwa cabai dapat membantu
menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai
juga dapat digunakan sebagai obat oles kulit untuk meringankan rasa
pegal dan dingin akibat rematik dan encok karena bersifat analgesik.
Khasiat cabai yang begitu banyak tersebut disebabkan oleh
senyawa kapsaikin (C18H27NO3) yang terkandung di dalam buah cabai.
Kapsaikin yang merupakan unsur aktif dan pokok yang berkhasiat terdiri
dari lima komponen kapsai konoid, yaitu nordhidro kapsaikin, kapsaikin,
dihidro kapsaikin, homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin.
Senyawa-senyawa tersebut bisa dijadikan obat untuk pengobatan sirkulasi
darah yang tidak lancar ditangan, kaki, dan jantung. Sewaktu kita
49Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit denagn Polybag, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2010), Hlm. 37. 50Nuruli, khotimah, Budi Daya Tanaman Pangan, (Jakarta: CV Karya Mandiri Nusantara,
2007), Hlm. 50.
-
39
mengonsumsi cabai yang berasa pedas (buah cabai merah mempunyai
tingkat kepedasan 100-250.000 unit scoville), terutama cabai merah dan
cabai rawit, suhu tubuh akan meningkat sehingga merangsang metabolism
tubuh. Akibatnya sirkulasi darah menjadi lancar dan aliran nutrisi di
jaringan tubuh meningkat.
Selain mengandung kapsaikin, cabai juga mengandung kapsikidin.
Senyawa yang terdapat di dalam biji ini berguna untuk memperlancar
sekresi asam lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Senyawa
lain yang juga dimiliki cabai adalah kapsikol. Senyawa ini bisa berfungsi
sebagai pengganti minyak kayu putih yang berguna untuk mengurangi
pegal-pegal, rematik, sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal.51
Berikut contoh penggunaan cabai rawit sebagai obat di masyarakat.
1) Kaki dan tangan lemas (seperti lumpuh)
2) Sakit perut
3) Rematik.52
4. Tinjauan Pertumbuhan Tanaman
a. Pengertian pertumbuhan
Pengertian Secara Etimologis yaitu, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti tambah
51Bernardinus T. wahyu Wiryanta, Bertanam Cabai pada Musim Hujan, (Jakarta: Agro Media
Pustaka, 2002), Hlm. 4.
52Syaiful Rahman, Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit denagn Polybag, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2010), Hlm. 9.
-
40
besar atau sempurna. Pengertian Secara Termitologis, pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam
perjalanan waktu tertentu.53
Pertumbuhan merupakan suatu ciri fundamental dari seluruh
makhluk hidup. Pertumbuhan sering diartikan secara sederhana sebagai
suatu pertambahan ukuran, tetapi harus hati-hati dalam menggunakan
definisi yang kurang lengkap ini. Sebagai contoh, ukuran sel tumbuhan
mungkin menjadi lebih besar pada saat menyerap air melalui osmosis,
tetapi proses ini kemungkinan akan kembali ke ukuran asal dan oleh
karenannya tidak bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang sebenarnya.
Juga, selama pembelahan zigot dan embrio awal, dalam hal ini
peningkatan jumlah sel tanpa peningkatan dalam ukuran (volume atau
massa). Disini hasilnya pembelahan sel tanpa diikuti oleh peningkatan
ukuran sel turunan. Proses ini merupakan suatu perkembangan di satu sisi
dan mungkin hal ini dapat dipandang sebagai pertumbuhan meskipun
fakta bahwa tidak terjadi peningkatan ukuran selnya.54
53Allvanialista Ikalor, Pertumbuhan dan Perkembangan Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013: 1-6. 54Saefudin,“ pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan”, dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.BIOLOGI (Diakses 28 Desember 2017).
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.BIOLOGI
-
41
Selama pertumbuhan tanaman akan membentuk berbagai organ
yang membantu dalam pertumbuhan selanjutnya. Organ tanaman
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Organ vegetatif adalah organ tumbuhan yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan seperti: akar, batang dan daun
2) Organ generating adalah organ yang berperan dalam pembiakan
seksual (pembiakan generatif), seperti bunga, buah dan biji.55
b. Fase pertumbuhan pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
1) Fase embrionis (lembaga)
Fase embrionis ini terjadi sejak proses penyerbukan, dimana
dari proses penyerbukan tersebut menghasilkan zigot dan lama-
kelamaan akan berkembang menjadi biji. Tahap inilah tahap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman cabai dimulai
2) Fase juvenile
Fase ini merupakan fase dimana terbentuknya organ tanaman
cabai seperti daun, batang dan akar untuk pertama kalinya.
3) Fase produksi
Fase ini dimulai saat tanaman berbunga untuk pertama kalinya
dan berakhir saat tanaman tidak mampu lagi berbuah secara normal.
4) Fase penuaan (senil)
55Fitri Utami Hasan, “Organ Tanaman” dalam https://www.scribd.com/doc/71752959/
(Diakses 28 Desember 2017).
https://www.scribd.com/user/32878470/Fitri-Utami-Hasanhttps://www.scribd.com/doc/71752959/
-
42
Fase ini tidak bisa ditentukan batas waktu awalnya, tetapi saat
tanamn cabai mulai memasuki fase ini akan terlihat buah dan bunga
yang dihasilkan, biasanya ukurannya dan jumlah buah cabai yang
dihasilkan tidak normaldan jumlahnya sangat sedikit (tidak produktif).
Fase penuaan ini berakhir saat tanaman cabai mulai mongering dan
mati.56
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
1) Faktor internal
a) Gen
Gen merupakan57 substansi pembawa sifat yang diturunkan
dari induk ke generasi selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan
sifat makhluk hidup dimana pada tanaman mempengaruhi bentuk
tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan
kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang
memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang
cepat sesuai dengan periodenya.
Meskipun faktor dari gen sangat penting, namun faktor ini
bukan satu-satunya yang menentukan pola pertumbuhan dan
56Waryana aji, “ 4 Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai”, dalam https://kabartani.com,
(Diakses 28 Desember 2017).
57Arinda dwi yonida, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman”, Dalam https://farming.id, (Diakses 28 Desember 2017).
https://kabartani.com/https://farming.id/
-
43
perkembangan tanaman. Di samping itu ada faktor lingkungan
yang ikut berpengaruh. Misalnya pada tanaman yang memiliki
sifat unggul, hanya dapat tumbuh dengan cepat, berbuah lebat, dan
rasanya manis di lahan yang subur dan kondisinya sesuai. Bila
ditanam di lahan tandus dan kondisinya tidak sesuai, pertumbuhan
dan perkembangan tanaman ini tidak akan optimal.58
b) Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan dalam
mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun
jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada
beragam jenisnya.
Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel.
Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan perkecambahan embrio.
Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun. Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis,
seperti merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman.
58Ibid.
-
44
Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman. Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila
mengalami kerusakan jaringan.59
2) Faktor eksternal
a) Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam
proses metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara yang
terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon
dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan
langsung dalam proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.60
b) Cahaya Matahari
Sama seperti tanaman hortikultura buah lainnya, tanaman
cabai rawit juga memerlukan lokasi lahan yang terbuka agar
memperoleh penyinaran cahaya matahari dari pagi hingga sore. Selain
59Ibid. 60Ibid.
-
45
itu tanaman ini menyukai lahan dengan sistem drainase yang lancar,
terutama pada musim hujan.61
c) Air dan Kelembaban
Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan
hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air yang
dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini
sangat mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel.
Kelembaban juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk
sel.62
d) Suhu
Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam pada
awal musim kemarau dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat
dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan
dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti
61Fita Khoirul Umah, “Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag”, (Skripsi, universitas airlangga), hlm 16.
62Arinda dwi yonida, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman”, Dalam https://farming.id, (Diakses 28 Desember 2017).
https://farming.id/
-
46
penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada
tanaman dipengaruhi oleh suhu.63
e) Tanah
Cabai rawit tumbuh baik di tanah bertekstur lempung,
lempung berpasir, dan lempung berdebu. Namun, cabai ini masih
bisa tumbuh baik pada tekstur tanah yang agak berat, seperti
lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit local bahkan bisa
tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi,
seperti tekstur liat berpasir atau liat berdebu.64
B. Kerangka berpikir
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu
proses atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah
tempe dan tahu adalah limbah organik dan tidak mengandung logam berat,
sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan secara biologi yang
merupakan sutu proses pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme.
Limbah tempe adalah limbah dari proses pembuatan tempe yang
termasuk dalam limbah yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau
bahan buangan yang dapat dihancurkan oleh mikroorganisme.
63Ibid. 64Fita Khoirul Umah, “Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media Tanam
Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag”, (Skripsi, universitas airlangga), hlm 16.
http://ilmulingkungan.com/limbah/
-
47
Limbah air tempe dan tahu merupakan limbah industry yang dapat
menyebabkan berbagai dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit,
bau tak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika
lingkungan. Selain menyebabkan dampak negative, limbah air tempe dan tahu
juga dapat dimanfaatkan jika dilakukan pengolahan karena limbah air tempe
dan tahu masih banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh
tumbuhan, seperti protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain.
Penelitian ini akan mengungkap pertumbuhan tanaman cabai rawit
pada diameter batang tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman.
Penelitian akan dilakukan dengan eksperimentasi yang hasilnya dianalisis
dengan menggunakan analisis varians. Diharapkan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan alternatif
penanggulangan permasalahan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah air
tempe dan tahu. Bagan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
-
48
Gambar 9. Bagan kerangka berpikir
C. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
peneliti. rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.65
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ho = Tidak ada pengaruh pemberian konsentrasi limbah air tempe dan tahu
sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L.)
65Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 64.
Produksi tempe dan tahu
Tanaman
Limbah cair
Limbah produksi tempe dan tahu
Kesimpulan
Jumlah bunga
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Limbah padat
Pupuk
Jumlah cabang
Jumlah buah
Bobot buah
-
49
Ha = Ada pengaruh pengaruh pemberian konsentrasi limbah air tempe dan tahu
sebagai pupuk cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L.)
-
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen,
adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu
terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.66
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan
statistik, terstruktur dan terkontrol.67
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual,
obyek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan
merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.68 Pada penelitian ini
populasinya adalah seluruh tanaman cabai rawit yang dijadikan sampel.
66Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 7. 67Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 53. 68Asep Saepul hamdi dkk, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan (Bogor:
CV budi utama, 2014), hlm. 38.
-
51
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi.69 Penelitian menggunakan
sampel karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian terhadap
populasi, kecuali kalau jumlah populasinya sedikit atau lingkungannya sangat
sempit. Penelitian terhadap sampel labih menguntungkan karena bisa lebih
menghemat tenaga, waktu, dan juga biaya. Meskipun kita hanya meneliti
sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari
jumlah maupun karekteristiknya sampel tersebut mewakili populasi.70
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi yaitu 20
tanaman cabai rawit yang akan ditanam pada polybag dan diberikan perlakuan
yang telah ditentukan peneliti sehingga penelitian ini disebut penelitian
populasi.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama ± 3 bulan (sampai buah pertama) di Dusun
Penaban, Desa Aikmual, Kecamatan Praya. Pelaksanaan penelitian dimulai dari
persiapan alat dan bahan, pembuatan pupuk dari limbah air tempe dan tahu,
penyemaian biji, pembibitan, penanaman, penyiraman, pemberian pupuk,
69Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 91. 70Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 251.
-
52
pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dan pengukuran
parameter lingkungan.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.71 Pada penelitian
ini terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1. Variabel independen atau variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau
mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih
oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi
atau diamati.72 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi
campuran limbah air tempe dan tahu.
2. Variabel dependen atau variabel terikat
Variabel terikat atau variabel tergantung adalah faktor-faktor yang
diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas,
yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang
71Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2003), hlm. 38. 72Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: Prenadamedia
Grup, 2013), hlm. 164.
-
53
diperkenalkan oleh peneliti itu.73 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
parameter pertumbuhan yang terdiri atas: ju