bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

18
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Pengertian belajar dalam arti umum seringkali diartikan sebagai penambahan pengetahuan, namun ada pula yang mengartikan belajar sama dengan menghafal, karena biasanya orang belajar dengan menghafalkan. Pengertian belajar seperti itu masih sempit. Pada dasarnya belajar itu tidak hanya membaca dan menghafal saja tetapi juga perlu adanya penalaran. Dalam hal ini bagaimana pandangan para pakar psikologi dan pakar pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar merupakan bidang telaah dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologi individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan (Narenday, 2009: 7) Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar reponnya menjadi menurun, sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002: 10). Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di depan maka dikatakan bahwa pengertian belajar secara umum adalah perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar dengan sengaja atau didasari ke arah yang lebih baik. Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterima dalam hal ini adalah menghitung soal cerita dalam memecahkan masalah operasi hitung campuran. 5

Upload: vudat

Post on 08-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Pengertian belajar dalam arti umum seringkali diartikan sebagai penambahan

pengetahuan, namun ada pula yang mengartikan belajar sama dengan menghafal,

karena biasanya orang belajar dengan menghafalkan. Pengertian belajar seperti itu

masih sempit. Pada dasarnya belajar itu tidak hanya membaca dan menghafal saja

tetapi juga perlu adanya penalaran. Dalam hal ini bagaimana pandangan para

pakar psikologi dan pakar pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan

kedua kelompok pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar merupakan

bidang telaah dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku

belajar sebagai proses psikologi individu dalam interaksinya dengan lingkungan

secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses

psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan

lingkungan belajar yang sengaja diciptakan (Narenday, 2009: 7)

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang

belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar

reponnya menjadi menurun, sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat

proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan

informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002: 10).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di depan maka

dikatakan bahwa pengertian belajar secara umum adalah perubahan dalam diri

seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar dengan sengaja atau didasari ke

arah yang lebih baik. Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang

diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterima

dalam hal ini adalah menghitung soal cerita dalam memecahkan masalah operasi

hitung campuran.

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

6

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2008:49), hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan

yang dimiliki setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Perubahan-

perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif

(penguasaan Intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), dan

psikomotorik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi

pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005).

Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan

tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa; sebagaimana

dituangkan dalam bagan 1:

Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar

Tujuan Instruksional

a b

c

Pengalaman belajar Hasil belajar

(Sumber: Sudjana, 2005).

Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan

pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis

akan perubahan perilaku yang diinginkan pada diri siswa.

Menurut teori diatas maka peneliti berpendapat bahwa hasil belajar disini

berhubungan dengan tujuan instruksional dari proses belajar mengajar dan

pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa. Tujuan dari instruksional tersebut

yaitu suatu gambaran atau panduan tertulis tentang perubahan perilaku yang

dimiliki siswa dan yang diinginkan oleh siswa pula.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

7

2.1.3 Hakikat Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematika” secara ilmu

pasti, atau “Matheis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan dedukatif,

demana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindahan, tetapi atau

kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Narenday,

2009).

Menurut Suherman, dkk (2003: 13-15) berbagai pendapat muncul tentang

pengertian Matematika tersebut, dipandang dari pangetahuan dan pengalaman

masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa Matematika itu

bahasa simbol; Matematika adalah bahasa numerik; Matematika adalah bahasa

yang menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional; Matematika adalah

metode berfikir logis; Matematika adalah sarana berfikir; Matematika adalah

logika pada masa dewasa; Matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus

pelayannya; Matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran;

Matematika adalah sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan perlu;

Matematika adalah sains yang murni; Matematika adlah manipulasi simbol;

Matematika adalah ilmu tntang bilangan dan ruang; Matematika adalah ilmu yang

mempelajari hubungan pola, bentuk, dan stuktur; Matematika adalah ilmu yang

abstrak dan deduktif; Matematika adalah aktivitas manusia.

Dari definisi-definisi di atas, kita sedikit punya gambaran pengertian tentang

Matematika itu, dengan manggabungkan pengertian dari definisi-definisi tersebut.

Semua definisi tersebut bisa kita terima, karena metematika dapat ditinjau dari

segala sudut, dan Matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan

manusia, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

2.1.4 Pembelajaran Matematika

Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah

pengunaan strategi pembelajaran Matematika, yang sesuai dengan: (1) topik yang

sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3)

prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

8

dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan dan

pemahaman penalaran matematis (Kasiyanti, 2007: 7).

Dari teori yang dikemukan oleh Kasiyanti (2007: 7) disimpulkan bahwa

pembelajaran Matematika adalah suatu proses yang diberikan dalam pengalaman

proses belajar kepada peserta didik untuk memperoleh kompetensi tentang bahan

atau materi Matematika yang sedang dipelajari.

Salah satu komponen yang menentukan kecapaian kompentensi adalah

penggunaan strategi pembelajaran Matematika, yaitu sesuai dengan topik yang

sedang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual peserta didik, prinsip dan

teori belajar, keterlibatan aktif peserta didik, keterkaitan dengan kehidupan peserta

didik sehari-hari, dan pengembangan dan pemahaman penalaran matematis (Muh

Panji Narenday, 2009: 10).

Dari teori (Muh Panji Narenday, 2009: 10) peneliti memberikan pendapat

bahwa suatu komponen yang menentukan kompetensi atau hasil belajar yang

sudah dicapai maka menggunakan strategi pembelajaran Matematika yang sesuai

dengan topik yang sedang dibicarakan atau yang sedang dibahas, tingkat

perkembangan intelektual atau kecerdasan peserta didik, prinsip dan teroi belajar

yang digunakan harus sesesuaidengan yang diajarkan, keterlibatan siswa dalam

keaktifan belajar didalam kelas, penerapan materi yang sudah dipelajaraii dalam

kehidupan sehari-hari, mengembangkan pemahaman dan penalaran atentang

matematis.

2.1.5 Soal cerita

Di SD sering dijumpai dua bentuk soal dalam bentuk cerita. Soal sering di

disisipkan dalm bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

Panjang pendeknya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal cerita

tersebut sangat berpengaruh kepada tingkat kesulitan dalam memahami soal cerita

tersebut.

Menurut R Soejadi (Muklis,1990: 6) dikatakan bahawa salah satu bahan ajar

yang dapat menunjukan suatu penalaran Matematika adalah proses penyelesaian

soal cerita. Misalnya: (a) masalah yang diketahui dalam soal, (b) apa yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

9

dinyatakan atau yang dicari, (c) operasi dan simbol apa saja yang terlibat dalam

soal itu, (d) model Matematika manakah yang didapat mewakili soal itu, dan (e)

apa yang telah dikuasai yang perlu di gunakan.

Dari berbagai pendapat di atas, disimpulkan bahwa suatu alat peraga yang

dapat menunjukkan suatu penalaran yang konkrit dalam pembelajaran Matematika

adalah proses menyelesaikan soal cerita. Sebagai contoh masalah yang ada dan

sudah diketehui didalam soal, masalah apa yang dinyatakan dan dicari, masalah

apa saja yang harus diselesaikan, operasi dan simbol apa saja yang digunakan

dalam soal tersebut, model Matematika apa sajakah yang harus digunakan untuk

menyelesaikan soal tersebut, apaun yang sudah dikuasai dalm pikiran maka itulah

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal.

Muklis (1999: 6) bahwa setiap soal cerita dapat diselsaikan dengan rencana

sebagai berikut:

a. Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang

ada dalam soal tersebut.

b. Menulis apa yang diketahui dari soal tersebut.

c. Menulis dari apa yang dinyatakan.

d. Menulis kalimat Matematika selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan

ketentuan.

Mengacu pada definisi di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

guru dalam melaksanakan pembelajaran soal cerita diantaranya: Guru agar

membimbing siswa membaca dan memahami atau mengartikan setiap kalimat

dalam soal cerita, bila memungkinkan kalimat dalam soal cerita dapat

diserhanakan, menemukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam

soal cerita tersebut, bila memungkinkan menyajikan soal dalam bentuk gambar,

membimbing dengan menggunakan langkah pengerjaan soal. Diharapkan agar

siswa dapat menyelesaikan soal cerita dan mendapatkan hasil belajara metematika

hitung campuran dengan baik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

10

2.1.6 Pengerjaan Hitung Campuran

Depag (1997: 30) guru mempu membelajarkan siswa agar dapat:

a. Menyelesaikan soal yang mengandung sekuran-kurangnya dua dari 4

pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sesuai

dengan urutan pengerjaan hitung yang berlaku. Urutan pengerjaan ditunukkan

dengan menggunakan tanda kurung bagi pengerjaan yang perlu didahulukan.

b. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengertian hitung campuran

seperti diatas.

Pada penyelsaian soal cerita, ditekankan pada pemahaman soal tersebut,

yaitu mengenal “apa yang diketahui”, “apa yang ditanyakan”, “dan pengerjaan

hitung apa yang diperlukan”.

2.1.7 Pemecahan Masalah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Matematika

Kata “masalah” memiliki arti yang sangat komprehensif, masalah hampir

selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Masalah timbul dari suatu situasi yang

tidak diharapkan terjadi. Suatu situasi ditanggap suatu masalah bagi seseorang

apabila dipenuhi kondisi-kondisi:

a. Seseorang tidak siap dengan prosedur untuk mencari penyelesainnya.

b. Seseorang menerimanya sebagai tantangan dan menyusun suatu tindakan

untuk menemukan penyelesainnya.

Umumnya masalah Matematika dapat berupa soal cerita, meskipun tidak

semua soal cerita adalah pemecahan masalah. Bagi anak yang belum pernah

menemukan soal cerita yang dimaksud, maka soal tersebut dapat merupakan soal

pemcahan masalah.

Suatu masalah yang bagaimanapun perlu dicari jalan penyelasainnya.

Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagaimana besar kehidupan manusia

berhadapan dengan masalah-masalah. Oleh sebab itu kita perlu mencari cara

penyelesainnya, jika kita gagal dengan satu cara dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Kita harus berani menghadapi masalah untuk menyelesaikannya. (Muh

Panji Narenday, 2009: 12).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

11

Adapun tujuan pada pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses terus-

menerus yang dilakukan manusia untuk mengulangi masalah-masalah yang

dihadap sepanjang hayat. Dengan demikian tidak berlebihan kiranya bila

pemecahan masalah seyogyanya dimasukan dalam strategi belajar mengajar di

sekolah-sekolah. Siswa harus benar-benar dilatihkan dan dibiasakan berfikir

mandiri agar keterampilan memecahkan masalah dapat dimiliki siswa.

Mengerjakan pemecah masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari

seorang guru di mana guru itu membangkitkan siswa-siswanya agar menerima

dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian ia

membibing siswa-siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah (Muh

Panji Narenday, 2009: 12).

Menurut Herman (2003: 151) bagi siswa, pemecahan masalah haruslah

dipelajari. Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami proses

menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi terampil di dalam memilih dan

mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi,

merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang

telah dimiliki sebelumnya.

Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Herman (2003: 151) maka penulis

berpendapat bahwa pemecahan masalah itu memang harus dipelajari untuk

memudahkan siswa mengerjakan soal karena dalam pemecahan masalah itu siswa

diharapkan untuk memahami proses cara menyelesaikan masalah dalam soal

tersebut dan pasti siswa tersebut akan menjadi terampil saat memilih dan

mengidentifikasi kondisi maupun konsep yang relevan dalam pembelajaran

Matematika, mampu memahami dan mencari generalisasi, mampu merumuskan

rencana penyelesaian maupun mampu mengorganisasikan keletrampilan yang

sudah dimiliki siswa tersebut sebelumnya. Kurikulum Matematika sekolah

mencatumkan bahwa tujuan dari memberikan materi Matematika dari tingkat

Sekolah Dasar sampai SMA antara lain agar siswa mampu mempelajari

perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak

atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Hal ini

jelas merupakan tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin biasa dicapai

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

12

hanya melalui hapalan, latihan mengerjakan soal yang bersifat rutin, serta proses

pembelajaran biasa. Untuk menjawab tuntutan tujuan yang demikian tinggi maka

perlu dikembangkan materi serta proses pembelajaran yang sesuai (Narenday,

2009: 13)

Ketrampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui

pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi

dari delapan tipe belajar yaitu: belajar asara, stimulasi respon, rangkaian gerak,

rangkaian varbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan dan

pemecahan masalah (Narenday, 2009: 13)

Menurut Nana (2004: 283-284) dalam pemecahan masalah biasanya ada

lima langkah yang harus ditempuh yaitu merumuskan dan membatasi masalah.

Masalah yang dihadapi dalam kehidupan, biasanya cukup luas dan masih kabus

atau tidak jelas. Langkah pertama yang dikerjakan siswa adalah menjelaskan

masalah tersebut, kemudian membatasinya pada hal-hal tertentu yang dipandang

sangat penting, merumuskan dugaan atau pertanyaan. Siswa merumuskan

beberapa dugaan atau pikiran apa yang menjadi penyebab munculnya masalah

tersebut. Dugaan tersebut biasa dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau

pertanyaan, mengumpulkan dan pengolahan pendapat dan data. Untuk menguji

atau mengecek apakah dugaan tersebut benar atau salah dikumpulkan konsep,

pendapat atau data langsung dari nara sumber, atau secara tidak langsung dari

buku-buku sumber, atau dari dokumen-dokumen, menmbuktikan dugaan atau

menjawab pertanyaan. Konsep, pendapat dan data tersebut dusun, dikelompokkan,

dan dipadukan untuk menguji atau mengecek apakah dugaan-dugaan tersebut

benar atau salah, merumuskan alternatif pemecahan. Berdasarkan kesimpualan

hasil pengujian atau pengecekan terhadap dugaan-dugaan tersebut, disusun

beberapa alternatif atau pilihan kegiatan, tindakan, upaya untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

Solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian,

yaitu pemahaman terhadap masalah, perencanaan penyelesaian masalah,

melaksanakan perencaan penyelesaian masalah, dan melakukan pengecekkan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

13

kembali terhadap semua langkah yang dikerjakannya dalam Herman Hudojo

(2003: 162-169).

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hudojo (2003: 162-169) maka

penulis berpendapat bahawa solusi untuk memecahkan masalah terdapat empat

langkah vase penyelesaian yaitu memahami suatu permasalah dan kesulitan yang

sedang dihadapi, merencanakan bagaimana menyelesaikan suatu masalah yang

sedang dihadapi, melakukan rencana yang sudah dibuat tentang cara untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, meneliti kembali permasalah yang

sudah diselesaikan.

2.1.8 Pentingnya Pemecahan Masalah Dalam Matematika

Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa

itu menjadi analistis di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan sehari-

hari dalam Hudojo (2003: 152). Dengan perkataan lain, jika seorang siswa dilatih

untuk menyelesaikan masalah maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan

sebab siswaitu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagai mana

mengumpilkan informasi dan menyadari betapa perlunya menilti kembali hasil

yang telah diperolehnya.

Menurut Polya dalamm Hudojo(2003 : 150) bahwa di dalam Matematika

terdapat dua macam yaitu:

a. Masalah untuk menemukan

Masalah menemukaan dapat teoritis atau praktis, abstrak atau kongkret,

termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah tersebut, kita mencoba

untuk mendapatkan,menghasilkan atau mengontruksi semua jenis yang dapat

dipergunakan untuk menyelesaikan masalah itu. Bagian utama masalah ini adalah:

1) Apakah yang dicari?

2) Bagaimana data yang diketahui?

3) Bagaimana syaratnya?

Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelisaikan

masalah ini.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

14

b. Masalah untuk membuktikan

Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukan bahwa suatu

pernyatan itu benar atau salah satu tetapi tidak keduanya. Bagian utamaa ini

adalah:

1) Hipotesis

2) Konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenaranya.

Kedua bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan

masalah jenis ini.

Masalah membuktikan lebih banyak dijumpai dalam Matematika lanjut.

Dari dua jenis ini masalah tersebut diatas yang menjadi fokus dalam penelitian

tindakan kelas (PTK) di tingkat sekolah adalah masalah menemukan (Narenday,

2009)

Kesulitan yang dialami siswa-siswi kelas III SD N 1 Kapencar Kecamatan

kertek Kabupaten wonosobo dalam pelajaran Matematika adalah pada saat siswa

menyelesaikan soal cerita memuat pengerjaan hitung campuaran banyak siswa

yang mengalami kesulitan, dengan demikian soal cerita menjadi masalah dan

menuntut penyelesaian.

Matematika yang disajikan kepada siswa-siswi yang berupa masalah akan

memberi motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Hudojo

(19977 : 91). Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan

masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah

instrinsik bagi siswa tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas

Matematika seperti mencari generalisasi dan menanamkan konsep melalui strategi

pemecahan masalah.

Menurut Herman Hudojo (2003 : 149) syarat suatu masalah adalah:

a. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang seorang siswa haruslahdapat

dimengrti oleh siswa tersebut, namunpertanyaan itu harus merupakan

tantangan baginya untuk menjawabnya.

b. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah

diketahui siswa. Karena itu, faktor untuk menyelesaikan masalah janganlah

dipandang sebagai hal yang esensial.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

15

Berdasarkan teori dari Hudojo (2003 : 149) maka penulis berpendapat

bahwa metode pemecahan masalah dalam pengajaran Matematika perlu

dikembangkan dan merupakan metode yang sangat tepat untuk soal cerita.

Metode yang sangat esensial untuk topik tertentu mempunyai dampak positif

antara lain:

a. Siswa menjadi terampil menyelesaikan informasi yang relevan, kemudian

menganalisis dan akhirnya mampu meneliti kembali hasil yan g telah dicapai.

b. Kepuasan intelektual siswa akan timbul dari dalam diri siswa dan dapat

digunakan sebagai hadiah instrinsik bagi siswa.

c. Potensi intelektual siswa meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana mekakukan penemuan dengan proses penemuan.

2.1.9 Menyelesaikan Soal Cerita dengan Metode Pemecahan Masalah

Diatas telah disampaikan bahwa salah satu kesulitan yang sering dijumpai

siswa Sekolah Dasar khususnya keles III dalam belajar Matematika adalah

menyelesaikaan soal soal cerita sangat dibutuhkan untuk menunjang belajar mata

pelajaran lain untuk hidup dimasyarakat. Oleh karena asebab itu perlu diadakan

cara memudahkan siwa dalam menyelesaikan soal cerita yang dihadapi.

Pembelajaran dengan metode pemecahan masalah pada prinsipnya adalah

bagaimana guru melatih dari menuntun siswa menyelesaikan suatu masalah secara

sistematis dan logis, agar selanjutnya siswa menyelesaikan suatu masalah tanpa

bantuan guru. Berbicara pemecahan masalah tidak bisa dilaepaskan dari tokoh

utamanya yaitu George Polya, menurut Polya, dalam pemecahan masalah terdapat

empat langkah ynag harus dilakukan yaitu memahami masalah, membuat rencana

penyelesaian, pelaksanaan rencana penyelesaian, memeriksa kembali.

2.1.10 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

a. Memahami masalah

Di dalam memahami masalah tujuannya untuk memperoleh gambaran

lengkap dari apa yang diketahui dan dari apa yang ditanyakan. Dengan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

16

demikian seorang siswa terhindar dari memecahkan suatu soal sebelum dia

mengerti betul apa yang ditanyakan.

b. Merencanakan penyelesaian

Hal terpenting dalam penyelesaian masalah adalah menyusun semua

informasi yang relevan, karena bisa gagal penyelesaian masalah jika tidak

lengkap informasi yang diperoleh di dalam menyusun informasi yang relevan

kita harus menyusun informasi dengan menurunkan informasi dari informasi

yang diberikan dalam masalah, kemudian menyusun informasi dari masalah

lain yang analog dengan masalah yang dihadapi. Tujuan dari rencana

penyelesaian ini yaitu mengubah soal yang diberikan menjadi soal yang baku,

artinya soal-soal yang secara prinsip telah diketahui. Dengan demikian soal

itu tidak merupakan soal lagi, tinggal melakuakn pengerjaan baku.

c. Melakukan perhitungan

Melakukan perhitungan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah

sebelumnya. Kemampuan dalam memahami masalah dan dalam memperoleh

semua informasi yang relevan, bukanlah jaminan untuk bisa menyelesaikan

masalah, menyelesaikan masalah memerlukan kemampuan tertentu yang

biasanya diperoleh dari upaya intelektual karena di dalamnya ada

perhitungan. Tujuan dari tahap menyelesaikan masalah sesuai rencana yaitu

untuk mengerjakan penyelesaian menurut rencana pemecahan.

d. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil

Memeriksa soal yang diberikan telah dipecahkan dengan baik dan tuntas.

Dengan memeriksa kembali soal dan menelaah jalan yang dikerjakan, dapat

ditemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin telah dibuat dan dengan

demikian dapat diperbaiki yaitu dengan cara mengecek langkah-langkah yang

sudah dilakukan.

Penerapan dalam pembelajaran adalah:

a. Memahami masalah

Yaitu mengidentifikasi semua unsur yang ada didalam soal cerita ke dalam

bentuk yang lebih jelas dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

17

b. Membuat rencana penyelesaian

Pada langkah ini siswa diminta untuk menulis kalimat mateamtika dari

soal cerita itu dengan menggunakan operasi hitung yang sudah diketahui oleh

siswa, misalnya +, -, x, : dan penggunaan tanda (..).

c. Pelaksanaan rencana penyelesaian

1. Memahami masalah hitung campuran

2. + dan – atau x dan : (sama kuat), maka untuk operasi hitung yang terletak

didepan dikerjakan lebih dulu.

3. + dan x atau – dan x (lebih kuat x)

+ dan : atau – dan : (lebih kuat)

Jika dalam kalimat Matematika yang terdapat operasi hitung +, -, x, dan :

maka x dan : harus dikerjakan lebih dulu.

4. Kalimat Matematika yang menggunakan tanda kurung, maka operasi hitung

yang terdapat dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu.

5. Siswa berpasangan untuk mendiskusikan materi tentang operasi hitng

campuran.

6. Siswa yang sudah selesai berdiskusi mempresentasikan hasil diskusinya

didalam kelas.

d. Memeriksa kembali

Pada langkah ini siswa diharapkan dapat memeriksa kembali jawaban soal

cerita dengan cara mencocokan kembali antara lain jawaban dengan soal semula.

Agar 4 langkah tersebut diatas lebih jelas akan peneliti berikan contoh soal cerita

dan penyelesaiannya dengan metode pemecahan masalah.

Penerapan dalam Proses Belajar Mengajar

1. Siswa memahami masalah yang harus dikerjakan tentang operasi hitung

campuran bahwa + dan – atau x dan : (sama kuat), maka untuk operasi hitung

yang terletak didepan dikerjakan lebih dulu.

2. Siswa memahami masalah yang harus dikerjakan tentang operasi hitung

campuran bahwa + dan x atau – dan x (lebih kuat x) + dan : atau – dan :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

18

(lebih kuat). Jika dalam kalimat Matematika yang terdapat operasi hitung +, -,

x, dan : maka x dan : harus dikerjakan lebih dulu.

3. Siswa juga memahami masalah yang harus dikerjakan tentang operasi hitung

campuran bahwa Kalimat Matematika yang menggunakan tanda kurung,

maka operasi hitung yang terdapat dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih

dulu.

4. Siswa membuat rencana penyelesaian untuk menyelesaikan masalah tentang

operasi hitung campuran.

5. Melaksanakan rencana penyelesaian pada masalah operasi hitung campuran.

6. Siswa secara mandiri berpikir tentang pertanyaan yang diberikan oleh guru

mengenai materi operasi hitung campuran.

7. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang hasil dari penyelesaian

masalah yang sudah diselesaikan tentang operasi hitung campuran.

(http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/langkah-langkah-pemecahan-masalah-

versi.html)

2.11 Keaktifan

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa

pengertian dari keaktifan belajar siswa:

Hermawan (2007: 83) keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain

adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi

dalam kegiatan pembelajaran.

Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah suatu

sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara

aspek koqnitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari kedua definisi dapat disimpulkan bahwa siswa harus aktif dalm proses

belajar mengajar supaya lebih memahami dan dapat mengkonstruksi pengetahuan

dari siswa sendiri. Siswa aktif menggali pemahaman atas persoalan atau segala

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

19

semua yang mereka hadap dalam proses belajar mengajar dan untuk mendapatkan

hasil belajar yang berpadu antara pengetahuan, kemampuan dan respon motorik

atau tindakan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian yang pernah diadakan sebelumnya dilakukan oleh Afiyah

(2004) yang berjudul Meningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Cerita Matematika Bentuk Cerita Pokok Bahasan Pengerjaan Hitung

Campuran Dengan Metode Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas III Madrasah

Ibtidiyah Islamiyah Muncanglarang Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal

Tahun Ajar 2003/2004. Dalam penelitian dapat ditingkatkan. Partisipasi dan

keaktifan siswa meningkat dan kemampuan guru dalam pembelajaran meningkat

pula.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Wiratmoyo, 2006 dengan judul

penelitian: Pengaruh Keaktifan Siswa pada Metode Pembelajaran Kuantum

terhadap Prestasi Belajar Kimia Dasar I Kelas X Pokok Bahasan Kimia Koloid di

SMK Kimia Industri Theresiana Semarang Tahun ajaran 2004/2005.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t dan analisis regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh keaktifan siswa dalam

pembelajaran kuantum terhadap prestasi belajar kimia dasar I pokok bahasan

kimia koloid pada siswa kelas X SMK Kimia Industri Theresiana Semarang

Tahun Ajaran 2004/2005, terbukti dari hasil analisis regresi diperoleh Fhitung =

458,43 > Ftabel (4,130) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Besarnya

pengaruh keaktifan siswa pada pembelajaran kuantum terhadap prestasi belajar

mencapai 93,1%. Hasil uji perbedaan prestasi belajar antara kelompok eksperimen

dan kontrol diperoleh thitung = 7,608 > ttabel (1,67) yang berarti rata- rata

prestasi belajar pada kelompok eksperimen sebesar 8,42 lebih tinggi daripada

kelompok kontrol sebesar 7,37. Perbedaan prestasi belajar ini disebabkan karena

pada pembelajaran kuantum lebih ditekankan pada kerjasama, diskusi, presentasi

aktif sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disarankan :1) kepada guru untuk mengembangkan kreatifitas

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

20

dalam pembelajaran dengan mengkaitkan kehidupan sehari- hari dalam

pembelajaran sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan. 2) Peneliti lain

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lingkup yang lebih besar dengan

menambah variabel seperti motivasi belajar dan minat belajar.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian tersebut bisa dikatakan hasil tes formatif tentang soal

cerita masih rendah, maka dari itu soal cerita dapat diselesaikan dengan metode

pemecahan masalah. Dengan menggunakan PTK diupayakan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas III SD N 1 Kapencar Kec kertek Kab Wonosobo dalam

menyelesaikan soal cerita. Bagai mana meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal cerita.

Bagi guru sekolah Dasar kelas rendah (kelas I, II dan III) yang siswanya

masih berperilaku dan berfikir kongkrit, pembelajaran sebaiknya derancang secara

terpadu dengan menggunakan metode pemecahan masalah agar dapat

memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

21

Gambar 2.1

Kerangka berpikir Penelitian Tindakan Kelas

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah dan kajian pustaka yang peneliti kemukakan di atas

maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan metode

pemecahan masalah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam

menyelesaikan soal Matematika bentuk cerita pokok bahasan pengerjaan hitung

campuran pada siswa kelas III SD Negeri Kapencar Kec. Kertek Kab. Wonosobo

Tahun ajaran 2011/2012.

Dengan mengacu pada kerangka berpikir di depan, diduga bahwa dengan

metode pemecahan masalah daapt meingkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

dalam menyelesaikan soal Matematika bentuk cerita pokok bahasan pengerjaan

Guru Tanpa tindakan

Siswa keaktifans belajar siswa rendah Hasil belajar dibawah KKM 65

PBM

Siswa Keaktifan belajar siswa meningkat

Siklus 1 Metode pemecahan masalah pada soal cerita operasi hitung campuran + dan -

Guru Dengan tindakan

menggunaan metode pemecahan masalah

Perbaikan

Siswa keaktifan belajar siswa lebih meningkat hasil belajar siswa diatas KKM

Siklus 2 Metode pemecahan masalah pada soal cerita operasi hitung campuran X dan :

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2167/3/T1_292008027_BAB II.pdftetapi juga perlu adanya penalaran. ... Matematika adalah

22

hitung campuran pada siswa kelas III SD Negeri Kapencar Kec. Kertek Kab.

Wonosobo Tahun ajaran 2011/2012