bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/bab...

29
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Prof. Dr. Rochamat Soemitro, S.H. dalam Waluyo (2008:3),pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut Mardiasmo ( 2011 : 1 ) pajak iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi tentang

pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi tersebut

mempunyai tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak

sehingga mudah dipahami.

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi

Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochamat Soemitro, S.H. dalam Waluyo

(2008:3),pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Mardiasmo ( 2011 : 1 ) pajak iuran rakyat kepada negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

14

mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

2. Kepatuhan Wajib Pajak

a. Kepatuhan

Kepatuhan merupakan keadaan dimana seseorang taat dan tidak

menyimpang dari suatu aturan. Rahmat Saleh (2004: 2) menyatakan

bahwa teori kepatuhan telah secara signifikan diteliti melalui kajian

ilmu sosial khususnya bidang psikologis dan sosiologi, dimana kedua

ilmu tersebut lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi

dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan individu. Pada dasarnya

individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan

konsisten dengan norma-norma internal dalam diri mereka.

b. Wajib Pajak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mendeskripsikan

Wajib Pajak sebagai, “orang atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan”. Untuk menjadi Wajib Pajak

terdaftar, seseorang harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP).

Mardiasmo (2011: 25) menjelaskan bahwa NPWP merupakan

serangkaian nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak yang berfungsi

sebagai identititas sehubungan dengan adminitrasi perpajakan dalam

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

15

pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Lebih lanjut,

Penjelasan atas Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Pasal 2,

mendiskripsikan fungsi NPWP selain sebagai identitas Wajib Pajak

juga berguna untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan

dalam pengawasan administrasi perpajakan. Setiap Wajib Pajak dalam

hal yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan

mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

c. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai keadaan dimana Wajib

Pajak taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya atau tidak

menyimpang dari peraturan perpajakan yang berlaku. Rahmat Saleh

(2004: 2) menyatakan bahwa teori kepatuhan telah secara signifikan

diteliti melalui kajian ilmu sosial khususnya bidang psikologis dan

sosiologi, dimana kedua ilmu tersebut lebih menekankan pada

pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan

individu. Pada dasarnya individu cenderung mematuhi hukum yang

mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal

dalam diri mereka.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

192/PMK.03/2007 Pasal 1 menyebutkan bahwa Wajib Pajak patuh

adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

16

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Norman D. Nowak dalam Sony Devano (2006:110)

menggambarkan kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan sebagai sebuah “iklim” yang tercermin dalam situasi

berikut.

1. Wajib pajak paham dan berusaha memahami ketentuan peraturan

perundang- undangan perpajakan.

2. Wajib Pajak mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Wajib Pajak menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Wajib Pajak membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Berdasarkan penjelasan beberapa pengertian Kepatuhan Wajib

Pajak, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Kepatuhan Wajib

Pajak merupakan suatu sikap wajib pajak mematuhi peraturan yang

berlaku dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

17

d. Jenis Kepatuhan Perpajakan

Terdapat dua jenis kepatuhan adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai undang-undang.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

John Hutagaol (2007: 186) mengungkapkan ada beberapa faktor

yang mempengaruhi Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban

pajaknya yaitu besarnya penghasilan yang diperoleh, adanya sanksi

perpajakan yang diterapkan, persepsi Wajib Pajak atas pengelolaan

pendapatan pajak, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum,

serta ketersediaan database pemerintah.

Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor

tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan

faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan

dengan karakteristik individu yang dapat menjadi pemicu dalam

menjalankan kewajiban perpajakannya. Faktor eksternal adalah faktor

luar diri Wajib Pajak, seperti situasi dan lingkungan sekitar Wajib

Pajak.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

18

Zaen Zulhat Imaniati (2016:33) menyebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak, antara lain:

1) Pemahaman Perpajakan merupakan segala hal terkait perpajakan

yang dimengerti dengan baik dan benar oleh Wajib Pajak serta dapat

menerjemahkan dan/atau menerapkan yang telah dipahami.

2) Pengawasan adalah suatu usaha sistematis yang dilakukan oleh

aparat pajak untuk melakukan pengawasan untuk menganalisis

kinerja Wajib Pajak, rencana, atau tujuan yang telah ditetapkan.

3) Sosialisasi perpajakan dapat diartikan sebagai suatu upaya dari

Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan pengertian, informasi,

dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak

khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

perpajakan.

4) Sanksi perpajakan adalah hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan

kepada pihak yang terbukti bersalah karena melanggar peraturan atas

kewajiban yang ditentukan dalam Undang-undang Ketentuan

Umum Perpajakan.

5) Kualitas pelayanan petugas pajak merupakan pelayanan yang

diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jendral Pajak untuk

membantu wajib pajak memeuhi kewajiban perpajakannya.

6) Biaya kepatuhan Wajib Pajak merupakan biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh wajib pajak dalam rangka melakukan pemenuhan

kewajiban pajak.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

19

7) Persepsi Wajib Pajak tentang penerapan PP No.46 tahun 2013 adalah

suatu proses dimana seseorang mengorganisasi, menginterpretasi,

mengalami dan mengolah mengenai kesederhanaan, kemudahan,

dan keadilan yang tercantum didalam PP Nomor 46 Tahun 2013.

8) Tingkat pendidikan disebutkan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat

lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan

perundangundangan di bidang perpajakan.

f. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013

tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima

atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu

atau biasa disebut PP No. 46 Tahun 2013 merupakan kebijakan

perpajakan yang tergolong baru. Peraturan ini mulai berlaku sejak

diterbitkan pada 1 Juli 2013 dan wajib dilaksanakan maksimal per 1

Januari 2014. Tujuan penerbitan peraturan ini adalah untuk

memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan badan

yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam melaksanakan kewajiban

pajaknya.

Pemerintah memberikan perlakuan tersendiri terkait ketentuan

mengenai penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan

yang terutang. Pasal 2 PP 46 Tahun 2013 ini menyebutkan kriteria yang

menjadi objek pajak peraturan ini sebagai berikut.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

20

1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak

Penghasilan yang bersifat final.

2. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak

termasuk bentuk usaha tetap; dan

b. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan

dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran

bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan

ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

3. Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar

pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan

b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan

umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau

berjualan.

4. Tidak termasuk Wajib Pajak Badan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) adalah:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

21

a. Wajib Pajak Badan yang belum beroperasi secara komersial;

atau

b. Wajib Pajak Badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun

setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran

bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus

juta rupiah).

Tujuan Pemerintah memberlakukan PP No.46 Tahun 2013 ini

adalah (Kusbiantora, 2013):

1) Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan,

2) Mengedukasi wajib pajak untuk tertib administrasi,

3) Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi wajib

pajak.

Selain itu Direktorat Jenderal Pajak (2013) juga menyebutkan

kriteria objek pajak yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai

ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah:

1) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.

2) Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)).

3) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

Menurut Budi dalam Hana (2015) peraturan Menteri Keuangan

dengan menaikkan omzet pengusaha kecil diterbitkan dengan maksud

untuk mendorong Wajib Pajak dengan omzet tidak melebihi Rp 4,8

miliar dalam satu tahun akan lebih banyak berpartisipasi melaporkan

Pajak Penghasilan Final menurut PP Nomor 46 Tahun 2013.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

22

g. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah diatur

oleh Undang-Undang No 20 Tahun 2008. Pengertian UMKM adalah

peluang usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

oleh undang-undang. Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar

yang memenuhi yang kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud

dalam undangundang. Kriteria UMKM, peluang usaha mikro memiliki

asset maksimal Rp 50 juta, dengan omset maksimal Rp 300 juta/ tahun.

Peluang usaha kecil memiliki asset >Rp 50 juta -Rp 500 juta dengan

omset > Rp 300 juta –Rp 2,5M /tahun. Peluang usaha menengah

memiliki asset > Rp 500 juta –Rp 10 M dengan omset > Rp 2,5 M – Rp

50 M /tahun.

Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

23

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha

Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

ini.

Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas

lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas

kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan

ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu,

usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang

medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta

pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada

kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan

usaha besar dan badan usaha milik pemerintah.Menurut Departemen

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

24

Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki

kurang dari 5 orang tenaga kerja.

h. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013

Chaizi Nasucha (2004: 9) menggolongkan Wajib Pajak patuh jika

Wajib Pajak yang bersangkutan mendaftarkan diri, menghitung,

menyetor pajak terutang, dan melaporkan pajak melalui penyampaian

SPT dengan benar dan tepat waktu.

Variabel ini diukur dengan memodifikasi indikator Wajib Pajak

patuh menurut Chaizi Nasucha (2004: 9) yang disesuaikan dengan

PMK RI yaitu meliputi:

1. Pendaftaran NPWP, artinya pelaku UMKM terdaftar sebagai Wajib

Pajak dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2. Penghitungan pajak terutang, yang meliputi pencatatan omset

sebagai dasar pengenaan pajak, perhitungan pajak terutang, serta

perhitungan pajak kurang bayar sesuai dengan PP No 46 Tahun

2013;

3. Pembayaran pajak, yaitu pelunasan pajak terutang baik masa

maupun tahunan sesuai dengan kewajiban bedasarkan PP No. 46

Tahun 2013;

4. Pelaporan SPT, merupakan penyampaian Surat Pemberitahuan

dengan benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

3. Penerapan Self Assesment System

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

25

a. Pengertian Penerapan Self Assesment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak

mandiri oleh Wajib Pajak. Sistem ini memberikan kepercayaan penuh

kepada Wajib Pajak dalam tanggung jawab mereka untuk melakukan

kewajibannya terhadap perpajakan, baik dalam perhitungan besarnya

pajak terutang, memperhitungkan kredit pajak dan pajak kurang bayar,

pembayaran pajak terutang, maupun pelaporan (Anastasia Diana dan Lilis

Setiawati, 2010: 1).

Penerapan Self Assessment System ini menuntut adanya peran serta

aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Mardiasmo (2011: 7-8) menyebutkan beberapa ciri penerapan Self

Assessment System sebagai berikut.

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Kesadaran Wajib Pajak menjadi faktor terpenting dari penerapan

sistem tersebut. Abdul Asri Harahap (2004: 43) menyatakan bahwa

penerapan Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi

perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak

secara sukarela (voluntary compliance). Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan Self Assessment System akan optimal jika

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

26

pada praktiknya Wajib Pajak secara sadar dan aktif memenuhi kewajiban

pajaknya. Artinya, Wajib Pajak dengan mandiri bertanggung jawab dalam

melakukan perhitungan pajaknya, pembayaran, maupun pelaporan tanpa

campur tangan fiskus (pemerintah). Sehingga peran fiskus terbatas pada

pemantauan dan pengawasan serta sosialisasi kepada masyarakat.

b. Indikator Penerapan Self Assesment System

Penelitian ini menggunakan dua indikator untuk mengukur

bagaimana penerapan Self Assessment System yaitu sebagai berikut:

a. Kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya, artinya

Wajib Pajak tahu dan mengerti bagaimana sistem pemungutan pajak

yang diterapkan di Indonesia serta bertanggung jawab atas

kewajibannya.

b. Peran fiskus (pemerintah) dalam proses penerapan Self Assessment

System, baik dalam proses edukasi masyarakat melalui sosialisasi

maupun dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk dalam

pemantauan.

4. Sanksi Perpajakan

a. Pengertian Sanksi Perpajakan

Sanksi dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda yaitu

sanctie. Dilihat dari konteks hukum, sanksi berarti hukuman yang

dijatuhkan oleh pengadilan kepada pihak yang terbukti bersalah karena

melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan

ramburambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

27

yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Landasan hukum mengenai sanksi perpajakan diatur dalam masing-

masing pasal Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sanksi

perpajakan dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan

pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-

undang Ketentuan Umum Perpajakan.

Berdasarkan pendapat Mardiasmo (2003: 39) sanksi perpajakan

merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Dapat

disimpulkan bahwa sanksi perpajakan merupakan alat pencegah

(preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi

yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak

untuk memenuhi kewajiban perpajakan.

Penerapan sanksi diterapkan sebagai akibat tidak terpenuhinya

kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh

Undang-Undang perpajakan. Pengenaan sanksi pajak kepada wajib

pajak dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh

wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu

sendiri. Wajib pajak akan patuh (karena tekanan) karena mereka

berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya

menyelundupkan pajak.

b. Macam-macam Sanksi Perpajakan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

28

Pemerintah telah membuat undang-undang perpajakan yang salah

satu isinya adalah macam-macam sanksi. Berdasarkan undang-undang

perpajakan dikenal dua macam sanksi bagi pelanggar norma perpajakan

sesuai dengan tingkat pelanggarannya, yaitu:

1) Sanksi Administrasi

Sanksi Administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada

negara, khususnya yang berupa bunga, denda, dan kenaikan. Sanksi

administrasi dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan

pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditenntukan dalam UU

KUP.

Sanksi adminitrasi dapat dikenakan apabila:

a. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPOP walaupun ditegur

secara tertulis, dikenakan sanksi adminitrasi berupa denda

sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak.

b. Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan

lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah

pajak yang dihitung berdasarkan SPOP, maka selisih pajak yang

terutang tersebut ditambah atau dikenakan sanksi adminitrasi

berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih

pajak yang terutang.

c. Wajib Pajak tidak membayar atau kurang membayar pajak yang

terutang pada saat jatuh tempo, pembayaran dikenakan sanksi

adminitrasi berupa denda 2% (dua persen) sebulan yang dihitung

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

29

saat tanggal jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk

jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

2) Sanksi Pidana

Sanksi pidana dalam perpajakan berupa penderitaan atau

siksaan dalam hal pelanggaran pajak. Pengenaan sanksi pidana tidak

menghilangkan kewenangan untuk menagih pajak yang masih

terhutang.

Sanksi pidana dalam Waluyo (2007: 424) diatur sebagai

berikut:

a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan atau

menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak atau menyampaikan

SPOP tetapi isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian

kepada negara, dipidana dengan kurungan selama-lamanya 6

(enam) bulan atau denda setinggitingginya sebesar 2 (dua) kali

pajak terutang.

b. Barang siapa dengan sengaja:

1. Tidak menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak.

2. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar.

3. Memperlihatkan dokumen palsu yang seolah-olah benar.

4. Tidak memperlihatkan dokumen lain.

5. Tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan,

sehingga menimbulkan kerugian kepada negara, dipidana

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

30

dengan penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda

setinggi-tingginya 5 (lima) kali pajak terutang.

Wajib Pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila

memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya.

Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin

merugikan Wajib Pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga

akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak.

c. Indikator - indikator Sanksi Perpajakan

Berdasarkan uraian diatas, indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur variabel sanksi perpajakan adalah:

1) Pengetahuan Wajib Pajak tentang adanya sanksi perpajakan.

Pengetahuan Wajib Pajak tentang sanksi pajak diperlukan

karena dengan mengetahui sanksi pajak, Wajib Pajak akan

berusaha untuk menghindari sanksi tersebut sehingga tidak

melakukan kesalahan. Wajib Pajak berfikir bahwa dengan

dikenakan sanksi akan merugikan dirinya sehingga Wajib Pajak

akan memenuhi kewajiban perpajakannya.

2) Sikap Wajib Pajak terhadap sanksi perpajakan.

Sikap disini menunjukkan apakah Wajib Pajak akan patuh

atau tidak untuk memenuhi sanksi pajak jika melakukan

kesalahan

5. Pemahaman Perpajakan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

31

a. Pengertian Pemahaman Perpajakan

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Suharsimi Arikunto

(2009: 119): “pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang

mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,

memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan

contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan”. Hal ini berarti

bahwa orang yang memiliki pemahaman mampu menyimpulkan atau

menerangkan kembali terhadap sesuatu objek yang dipahami.

Pemahaman Perpajakan adalah segala hal terkait perpajakan yang

dimengerti dengan baik dan benar oleh Wajib Pajak serta dapat

menerjemahkan dan/atau menerapkan yang telah dipahaminya.

Pemahaman Wajib Pajak terhadap undang-undang dan peraturan

perpajakan serta sikap Wajib Pajak mempengaruhi perilaku perpajakan

Wajib Pajak dan akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi

keberhasilan perpajakan.

Scholes dan Wolfson (1992) dalam Zaen (2016) ia

mengemukakan bahwa tingkat pemahaman dari Wajib Pajak dan fiskus

mengenai undang-undang perpajakan memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Jika pemahaman tentang perpajakan yang dimiliki Wajib Pajak rendah

maka kepatuhan Wajib Pajak terhadap peraturan yang berlaku juga

rendah.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

32

Menurut Adiputra (2014) dalam Fatmawati (2015) Wajib Pajak

yang memiliki pemahaman tentang pajak, diharapkan menyadari bahwa

peran pajak menjadi sangat penting yang akan digunakan untuk

membiayai pengeluaran umum pemerintah untuk pencapaian tujuan

pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat.

Selanjutnya pemahamanya tersebut bisa diimplementasikan dengan

suatu tindakan yaitu pembayaran dan pelaporan SPT dan dengan

sendirinya tumbuh sikap patuh. Karena pemahaman mendalam tentang

perpajakan bukan hanya berguna bagi Wajib Pajak atau petugas pajak,

melainkan juga bagi semua masyarakat umum karena hasil penerimaan

pajak akan digunakan untuk fasilitas umum.

Ada bebearapa hal yang mendukung pemahaman Wajib Pajak

untuk meningkatkan kepatuhan yaitu:

1. Perhatian: cara ini bisa dilakukan dengan sosialisasi, penyuluhan

kepada pelaku UMKM.

2. Relevansi: mengemukakan relevansi peraturan yang berlaku dan

menjelaskan manfaat serta tujuan pentingnya perpajakan.

3. Kepercayaan: memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak yang

telah menguasai maksud adanya pajak dan isi akan peraturan yang

berlaku kepada Wajib Pajak lain yang masih kurang paham.

b. Indikator-indikator Pemahaman Perpajakan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

33

Berdasarkan konsep pengetahuan dan pemahaman pajak menurut

Siti Kurnia Rahayu (2010: 141) dalam Zaen (2016), beberapa indikator

Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan, yaitu:

1) Pengetahuan Mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Ketentuan umum dan tata cara perpajakan sudah diatur

dalam undang-undang nomor 16 tahun 2009 yang pada

prinsipnya diberlakukan bagi undang-undang pajak material.

Tujuannnya adalah untuk meningkatkan profesionalisme aparatur

perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan

dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak. Isi dari

ketentuan umum dan tata cara perpajakan tersebut antara lain

mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, SPT, NPWP, dan

Prosedur Pembayaran, Pemungutan serta Pelaporan Pajak.

2) Pengetahuan Tentang Sistem Perpajakan di Indonesia

Sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah self

asessment system yaitu pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3) Pengetahuan Mengenai Fungsi Perpajakan

Terdapat dua fungsi perpajakan yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi Budgetair

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

34

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya, baik pengeluaran

rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagi alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi. Contohnya: pajak yang tinggi

dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

konsumsi minuman keras.

B. Penelitian yang Relevan

Peran penelitian-penelitian sebelumnya sangat berguna bagi penulis

untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut. Penelitian ini dibuat dengan

mengacu beberapa penelitian terdahulu.

1. Hana Pratiwi Burhan (2015)

Hana Pratiwi Burhan (2015) yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi

Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang

Sanksi Perpajakan dan Implementasi PP No. 46 Tahun 2013 terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak di

Kabupaten Banjarnegara)”. Sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak

30 orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan

Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Banjarnegara.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan,

pengetahuan perpajakan, dan persepsi Wajib Pajak tentang PP 46 tahun

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

35

2013 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak

orang pribadi. Sedangkan persepsi Wajib Pajak tentang sanksi perpajakan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Persamaan pada

penelitian ini terletak pada penggunaan variabel bebas sanksi perpajakan

dan variabel terikat kepatuhan Wajib Pajak. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah pengguanaan variabel bebas penerapan self assesment system,

pemahaman perpajakan, sampel yang digunakan, tempat dan waktu

penelitian.

2. Fatmawati (2015)

Fatmawati (2015) yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Wajib

Pajak Atas PP No. 46 Tahun 2013 dan Implementasi Self Assessment

System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Persepsi Wajib Pajak

Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Pelaku UMKM Kerajinan

Gerabah Kasongan). Sampel pada penelitian ini adalah pelaku UMKM

Kerajinan Gerabah Kasongan sebanyak 51 responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman Wajib

Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013 dan implementasi self assesment system

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak. Sedangkan persepsi Wajib Pajak sebagai variabel moderasi

memperlemah atau tidak memoderasi pemahaman Wajib Pajak atas PP

No. 46 Tahun 2013 dan implementasi self assesment system terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

36

Persamaan pada penelitian ini terletak pada penggunaan variabel

terikat yaitu kepatuhan Wajib Pajak serta penggunaan variabel bebas

penerapan self assesment system, dan pemahaman Wajib Pajak. Perbedaan

penelitian Fatmawati dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel

moderasi dengan analisis data Moderated Regression Analysis (MRA)

sedangkan penelitian ini menggunakan analisis linier berganda dan

penggunaan variabel bebas sanksi perpajakan.

3. Zaen Zulhaj Imaniati (2016)

Zaen Zulhaj Imaniati (2016) yang berjudul “Pengaruh Persepsi

Wajib Pajak Tentang Penerapan PP No. 46 Tahun 2013, Pemahaman

Perpajakan, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Kota Yogyakarta”. Sampel pada

penelitian ini adalah pelaku UMKM di Kota Yogyakarta sebanyak 95

responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Persepsi Wajib Pajak

tentang penerapan PP No. 46 tahun 2013, Pemahaman Perpajakan, Sanksi

Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM di Kota Yogyakarta. Persamaan pada penelitian ini terletak

pada penggunaan variabel terikat yaitu kepatuhan Wajib Pajak serta

penggunaan variabel bebas sanksi perpajakan dan pemahaman perpajakan.

Penelitian ini juga menggunakan responden dari UMKM di Kota

Yogyakarta serta metode dan analisis data yang sama. Penelitian ini tidak

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

37

menggunakan variabel bebas penerapan self assesment system akan tetapi

menggunakan variabel persepsi perpajakan.

4. Lilis Natalia Tamba (2016)

Lilis Natalia Tamba (2016) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Self

Assessment System, Perubahan Tarif Pajak Dan Sanksi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UKM Setelah Penerapan PP No.

46 Tahun 2013 (Survei Pada Wajib Pajak Di KPP Pratama Jakarta Grogol

Petamburan)”. Sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak pelaku

UMKM yang melaporkan pajaknya di KPP Pratama Jakarta Grogol

Petamburan sebanyak 81 responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Penerapan Self

Assessment System, Perubahan Tarif Pajak Dan Sanksi Perpajakan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Persamaan pada penelitian ini terletak pada penggunaan variabel terikat

yaitu kepatuhan Wajib Pajak serta penggunaan variabel bebas yaitu

penerapan self assessment system dan sanksi perpajakan. Penelitian ini

juga menggunakan metode dan analisis data yang sama. Penelitian ini

tidak menggunakan variabel bebas pemahaman perpajakan akan tetapi

menggunakan variabel perubahan tarif pajak.

C. Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini melibatkan 4 variabel dengan 3 variabel independen, 1

variabel dependen. Variabel independen meliputi Penerapan Self Assessment

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

38

System, Sanksi Perpajakan, dan Pemahaman Perpajakan sedangkan variabel

dependen adalah Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013.

1. Pengaruh Penerapan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013

Bentuk dari transparansi pelayanan pemerintah dalam perpajakan

salah satunya adalah diterapkannya self assessment system. Melalui sistem

ini negara memberi kebebasan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi

kewajiban pajaknya. Penerapan Self Assessment System ini hanya akan

optimal apabila Wajib Pajak secara aktif turut berkontribusi. Jadi

pemberian kepercayaan bertujuan mendorong Wajib Pajak untuk memiliki

integritas dan tanggung jawab terkait perpajakan sehingga akan secara

sadar patuh memenuhi kewajiban perpajakannya atas PP No. 46 Tahun

2013.

H1: Penerapan Self Assesment System berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013

2. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No.

46 Tahun 2013

Dalam Undang-Undang Perpajakan terdapat dua macam sanksi,

yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat

dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran, terutama atas

kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) dapat

berupa sanksi administrasi bunga, denda dan kenaikan. Sanksi pidana

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

39

dapat hukuman kurungan dan hukuman penjara. Sanksi perpajakan dapat

terjadi jika wajib pajak melanggar peraturan yang telah ditetapkan,

semakin besar kesalahan maka semakin besar sanksi yang diperoleh.

Sanksi perpajakan ditetapkan karena dapat memotivasi wajib pajak untuk

patuh melaksanakan kewajibannya. Karena wajib pajak akan memenuhi

kewajiban pajaknya apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan

lebih banyak merugikan wajib pajak.

H2: Sanksi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013

3. Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atas

PP No. 46 Tahun 2013

Pemahaman perpajakan adalah segala hal terkait pepajakan yang

dimengerti dengan baik dan benar oleh Wajib Pajak dan dapat

menerjemahkan dan/atau menerapkan yang telah dipahaminya.

Pemahaman perpajakan yang diketahui oleh Wajib Pajak merupakan

pengaruh untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diketahuinya.

Jika Wajib Pajak memahami perpajakan atas PP No. 46 Tahun 2013 maka

hal ini akan meningkatkan kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban.

Sebaliknya, jika Wajib Pajak tidak memahami perpajakan, maka akan

menurunkan kepatuhannya untuk memenuhi kewajiban.

H3: Pemahaman Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

40

4. Pengaruh Penerapan Self Assesment System , Sanksi Perpajakan , dan

Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Penerapan self assessment system adalah sistem mulai dari

perhitungan, membayar dan melaporkan dilakukan oleh Wajib Pajak.

Penerapan ini memberikan kebebasan Wajib Pajak dalam menghitung dan

membayarkan apa yang menjadi kewajibanya terlebih atas PP No. 46

Tahun 2013. Dengan hal ini diharapkan Wajib Pajak untuk aktif

berkontribusi dalam pemenuhan pajak.

Sanksi merupakan suatu hukuman yang dikenakan bagi seseorang

yang tidak mematuhi peraturan. Sanksi dapat memotivasi Wajib Pajak

untuk patuh karena Wajib Pajak berpikir bahwa sanksi pajak akan semakin

merugikan Wajib Pajak. Adanya sanksi perpajakan dapat meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak.

Pemahaman menunjukkan seberapa mengerti seseorang terhadap

sesuatu. Apabila Wajib Pajak memahami perpajakan, hal ini ini akan

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Sebaliknya, jika Wajib Pajak tidak

memahami perpajakan maka Wajib Pajak akan cenderung tidak mematuhi

kewajiban perpajakannya atas PP No. 46 Tahun 2013

H4: Penerapan Self Assesment System, Sanksi Perpajakan, dan

Pemahaman Perpajakan secara bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atas PP No. 46

Tahun 2013.

D. Kerangka Berpikir

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2167/2/BAB II.pdf13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian

41

Penelitian ini menggunakan variabel terikat Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM atas PP No. 46 Tahun 2013 (Y) dan variabel bebas yaitu Penerapan

Self Assesment System (X1), Sanksi Perpajakan (X2), dan Pemahaman

Perpajakan (X3) .Paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Keterangan :

Garis Linier Sederhana

Garis Linier Berganda

Penerapan Self Assesment

System (X1)

Sanksi Perpajakan (X2)

Pemahaman Perpajakan (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak atas

PP No. 46 Tahun 2013 (Y)

H4 +

H1 +

H2 +

H3 +