bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 4.1.1 a....
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Paparan Hasil belajar
Hasil penelitian diperoleh dari tes formatif berupa penyelesaian soal-soal
cerita tentang hitung campuran. Adapun hasil belajar berupa tes formatif siklus I
dalam pembelajaran Matematika soal cerita dengan metode pemecahan masalah
dapat dlihat pada lampiran hasil penelitian
b. Pelaksanaan Try Out Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah
Sebelum dilakukan tindakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tindakan
try out, Try out adalah uji coba mengajar dengan metode yang akan diteliti,
sehingga kita sebagai peneliti nanti bisa mengetahui kesiapan guru dalam
menggunakan metode yang akan diteliti. Di dalam try out guru mengajar dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah.
tujuan utama melakukan try out adalah untuk mengetahui kesiapan guru dalam
menggunakan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran. Selain ada guru,
peneliti sebagai observer ikut mengamati try out tersebut.
Try out penerapan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 April 2012 di SD N Kapencar 1
Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Guru menerapkan metode
pemecahan masalah dengan menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran.
Guru membimbing siswa yang kesulitan menyelesaikan soal cerita dengan
menggunakan metode pemecahan masalah.
Kendala yang terjadi saat pelaksanaan try out adalah siswa belum terbiasa
mengerjakan operasi hitung campuran dengan menggunakan metode pemecahan
masalah. tetapi secara keseluruan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan
metode pemecahan masalah berjalan dengan lancar. Hasil yang diperoleh setelah
peneliti melakukan try out adalah guru siap untuk melakukan pembelajaran
42
43
dengan penerapan metode pemecahan masalah pada soal operasi hitung
campuran.
c. Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Berdasarkan kegiatan hasil observasi hasil belajar mata pelajaran
Matematika di kelas III SD N Kapencar 1 Kecamatan Kertek Kabupaten
Wonosobo sebelum dilaksanakan penelitian pada semester II Tahun Pelajaran
2011/2012 menunjukkan nilai hasil belajar siswa rendah, siswa pasif saat
mengikuti pembelajaran dikarenakan guru hanya menggunakan metode
konvesional (ceramah) serta tidak adanya alat peraga maupun metode menarik
saat guru menjelaskan materi pembelajaran. Pada ulangan semester II dengan
Standar Kompetensi Memahami kebebasan Berorganisasi, terdapat beberapa
siswa mendapatkan nilai rendah dibawah KKM yang ditentukan oleh sekolah
untuk mata pelajaran Matematika kelas III adalah 65. Selain itu juga terdapat
beberapa siswa yang nilainya tuntas tetapi terlalu dekat dengan nilai KKM
sehingga rata-rata kelas menjadi rendah. Adapun hasil ulangan harian sebelum
dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 1 Hasil Nilai Pra Siklus
No Nilai Pra Siklus Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 50 1 2.63 Belum tuntas
2 50 – 54 25 65.79 Belum tuntas
3 55 – 59 - - Belum tuntas
4 60 – 64 8 21.05 Belum tuntas
5 65 – 69 - - Tuntas
6 70 – 74 3 2.89 Tuntas
7 75 – 79 - - Tuntas
8 80 – 84 1 2.63 Tuntas
9 85 – 89 - - Tuntas
10 90 – 94 - - Tuntas
11 95 – 100 - - Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 54
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 40
44
Dari tabel di atas, diketahui bahwa siswa yang belum tuntas belajarnya
mencapai 89.58% dan hanya 10. 42% yang mampu mencapai ketuntasan
minimal. Adapun siswa yang mendapatkan nilai < 50 atau 40 adalah 1 siswa,
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 50 – 54 adalah 25 siswa
dengan persentase 65.79, tidak ada siswa yang mendapatkan rentang nilai
pada 55 – 59, 65 – 69, 75 – 79 dan rentang 85 – 100. Siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 60 – 64 berjumlah 8 siswa dengan persentase
21.05 dan siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai antara 70 – 74
berjumlah 3 siswa. Perolehan terendah berada pada nilai 40 dan perolehan
tertingi berada pada nilai 80, dengan nilai rata-rata 54.
Mengacu pada KKM = 65, maka persentase keseluruhan siswa yang telah
mencapai kriteria KKM dan belum mencapai kriteria KKM disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 4. 2 Persentase Ketuntasan Pra Siklus
Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Jumlah Siswa Persentase
Nilai < 65
Nilai ≥ 65
26
12
68%
32%
Pra Siklus
Jumlah Siswa Persentase
Tuntas Belajar
Tidak Tuntas Belajar
12
26
68 %
32%
Jumlah Nilai
2.060
4.1.2 Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Sebelum dilaksanakan tidakan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh
penulis, antara lain:
45
1. Memeriksa RPP yang telah disusun, sambil mencermati kembali setiap
butir yang direncanakan akan dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan.
2. Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan.
3. Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data,
seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru kelas.
b. PelaksanaanTindakan
Setelah menusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, pengajar bersama
observer menyepakati untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang terdiri
dari tiga kali pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
Sebelum dilakukan pembelajaran pada siklus pertama ini guru kelas
membagikan angkaet yang harus diisi oleh siswa sesuai dengan apa yang
biasanya dilakukan pada saat proses pembelajaran matematika dikelas.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam perencanaan pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, dan melakukan apersepsi.
Kegiatanapersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali kepada para
siswa tentang materi operasi hitung campuran, sekaligus menjelaskan tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan oleh pengajar adalah menjelaskan materi
pembelajaran yaitu operasi hitung campuran, pada kegiatan inti ini maka guru
kelas membahas tentang operasi hitung penjumlahan sebagai dasar untuk
menghitung operasi hitung campuran. Siswa menulis soal cerita yang sudah
ditulis oleh guru dipapan tulis. Untuk menganalisis dan mempermudah
memahami soal maka siswa diminta untuk menggunakan metode pemecahan
masalah. Saat siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita dengan metode
pemecahan masalah suasana kelas menjadi agak ribut, karena masih banyak
siswa belum memaham benar cara mengerjakannya. Sehingga kelas menjadi
gaduh karena siswa saling bertanya kepada temannyabagaimana caranya
46
menghitung ddengan menghitung dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dan disertai pendampingan dan penjelasan dari guru kelas.
Setelah siswa mengerti bagaimana menghitung soal cerita dengan metode
pemecahan masalah maka siswa diberikan lembar kerja untuk dikerjakan
secara individual. Lembar kerja tersebut dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa mulai memahami materi pelajaran yang sedang
dipelajarai dengan menggunakan metode pemecahan masalah.
3. Kegiatan Penutup
Pengajar bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang materi
yang telah dipelajari dengan menggunakan metode pemecahan masalah,
sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum
memahami materi tersebut dirumah, karena masih akan dilakukan lagi
pertemuan berikutnya, dan memberikan PR.
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengapsensi siswa, mengatur suasana diruang
,kelas, dan apersepsi. Kemudian guru bertanya kepada siswa “siapa yang
belum mengerjakan PR” guru bersama siswa mencocokan PR dan
mengingatkan kembali tentang materi operasi hitung penjumlahan.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini yang dilakukan oleh guru kelas adalah
menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung pengurangan untuk
dijadikan dasa menhitun operasi hitung campuran. Untuk memberikan
penjelasan bagaimana mengerjakan soal cerita operasi hitung pengurangan
siswa digunakan metode pemecahan masalah supaya siswa lebih mudah
memahami soal cerita tersebut. Siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita
operasi hitung pengurangan dengan mengguanakan metode pemecahan
masalah. Guru kelas mendampingi selama siswa mengerjakan soal cerita
tersebut sambil membantu siswa yang belum memahami bagaimana cara
mengerjakan soal cerita dengan menggunakan metode pemecahan masalah.
47
pada pertemuan kedua ini siswa masih terlihat gaduh karena masih ada siswa
yang belum memahami cara mengerjakan soal cerita menggunakan metode
pemecahan masalah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup ini siswa diberikan evaluasi untuk dikerjakan secara
individual. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum
memahami pelajaran termasuk metode pembelajaran untuk bertanya, guru
bersama dengan siswa mengambil kesimpulan dan siswa diingatkan untuk
mempelajari kembali dirumah materi yang sudah dipelajari.
Pertemuan III
1. Kegiatan Awal
Pelaksanaan pada pertemuan III guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengapsensi siwa, mengatur suasana diruang
kelas, dan apersepsi.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini yang dilakukan oleh guru kelas adalah
menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung campuran antara
penjumlahan dan pengurangan. Untuk memberikan penjelasan bagaimana
mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran kepada siswa digunakan
metode pemecahan masalah supaya siswa lebih mudah memahami soal cerita
tersebut. Siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita operasi hitung
campuran dengan mengguanakan metode pemecahan masalah. Guru kelas
mendampingi selama siswa mengerjakan soal cerita tersebut sambil
membantu siswa yang belum memahami bagaimana cara mengerjakan soal
cerita dengan menggunakan metode pemecahan masalah. pada pertemuan
kedua ini siswa sudah terlihat tenang
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup ini siswa melaksanakan evaluasi dari pembelajaran
yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus 1.
Evaluasi yang akan diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal isian dan
jumlah soal 14.
48
c. Observasi
Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat
melakukan pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan
untuk merencanakan rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.
Tabel 4. 3
Observasi Guru
No. Aktivitas Guru Siklus I
1. Guru menyapaikan materi tentang pemecahan masalah
secara detail 4
2. Guru memberikan contoh cara menyelesaikan masalah
soal cerita tentang operasi hitung campuran 4
3.
Guru menjelaskan soal cerita tentang hitung campuran
dengan menggunakan metode pemecahan masalah
dengan benar
4
4.
Guru meminta siswa membuat perencanaan
penyelesaian pada masalah tentang operasi hitung
campuran
2
5. Guru meminta untuk melaksanakan rencana
penyelesaian pada masalah operasi hitung campuran 2
6. Guru meminta siswa untuk berpikir mandiri dalam
menyelesaikan masalah operasi hitung campuran 1
7. Guru memberikan pertanyaan tentang operasi hitung
campuran 3
Jumlah 20
1. Paparan Hasil Belajar Siklus I
Hasil observasi hasil belajar dan keaktifan siswa pada siklus I yang diperoleh
selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pemecahan masalah kelas III SDN Kapencar 1 Kecamatan Kertek Kabupaten
Wonosobo adalah sebagai berikut:
49
Tabel 4.4
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 < 50 - - Belum tuntas
2 50 – 54 1 3% Belum tuntas
3 55 – 59 6 16% Belum tuntas
4 60 – 64 12 32% Belum tuntas
5 65 – 69 8 21% Tuntas
6 70 – 74 7 18% Tuntas
7 75 – 79 1 3% Tuntas
8 80 – 84 2 6% Tuntas
9 85 – 89 - - Tuntas
10 90 – 94 - - Tuntas
11 95 – 100 - - Tuntas
Jumlah 38 100
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada interval <50, 50 -54, 65 -69, 75 – 79 dan 85 – 89. Dari
tabel ini juga diketahui bahwa ada 1 siswa yang mendapatkan nilai pada interval
50 – 54 atau persentase sebesar 3%; ada 6 siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang 55 – 59 dengan persentase sebesar 16%; ada 12 siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang nilai 60 – 64 dengan persentase sebesar 32%; ada juga 8 siswa
yang mendapatkan nilai pada rentang 65 – 69 dengan persentase 21% ;7 siswa
mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 dengan persentase sebesar 18%. 1 siswa
mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79 dengan persentase 3 % dan 2 siswa
mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84 dengan persentase 6 % perolehan nilai
terendah pada hasil akhir siklus I ini adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 80,
dengan nilai rata-rata yaitu 64.
Berikut ini akan dipaparkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus I adalah sebagai berikut:
50
Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Jumlah Siswa Presentase
Nilai < 65 Nilai ≥ 65
19 19
50% 50%
Siklus I
Jumlah Siswa Presentase
Tuntas Belajar Tidak Tuntas Belajar
19 19
50% 50%
Jumlah Nilai
2.420
2. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan dan Siklus I
Berdasarkan pengamatran, setelah diadakan penelitian tindakan siklu I,
terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa mulai
merasa senang dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa mulai menguasai
cara mengerjakan soal cerita dengan menggunakan metode pemecahan
masalah. dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan
enggunakan metode pemecahan masalah, siswa mulai menunjukkan semangat
didalam belajar.
Untuk mengtahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah dilakukan
tindakan pada siklus I, berikut disajikan dalam tabel nilai siswa sebelum
tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.
Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan
pada siklus I disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 6 Persentase Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
No. Nilai Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Siswa Persentase Jumlah
Siswa Persentase
1 Pra Siklus 12 32% 26 68%
2 Siklus I 19 50% 19 50%
51
Grafik 4.1 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus dan Siklus I
Mengacu pada tabel diatas, maka terjadi peningkatan hasil belajar dari
sebelum siklus hingga setelah siklus I yaitu terjadi peningkatan 18%.
3. Analisis Angket Keaktifan Siklus I
Sama seperti pada siklus I, untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam
belajar dilakukan dengan cara menghitung sebagai berikut:
Untuk mengetahui bahwa hasil yang diperoleh dari penghitungan ini, berikut akan
disajikan dalam tabel kriteria keaktifan siswa berikut ini:
Tabel 4. 7
Rentang Nilai Angket Siklus I
Nilai Kriteria 74,8 ≤ x ≤ 88 Sangat Tinggi
61,6 ≤ x < 74,8 Tinggi 48,4 ≤ x < 61,6 Sedang 35,2 ≤ x < 48,4 Rendah
22 ≤ x < 35,2 Sangat Rendah
0
5
10
15
20
25
30
Pra Siklus Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas
52
Tabel 4. 8 Hasil Angket Keaktifan
Nilai Banyaknya Siswa 74,8 ≤ x ≤ 88 13
61,6 ≤ x < 74,8 11 48,4 ≤ x < 61,6 6 35,2 ≤ x < 48,4 5
22 ≤ x < 35,2 -
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa pada siklus I
dikategorikan sangat tinggi sebanyak 13 siswa, 11 siswa dikategori tinggi, 6
siswa dikategori sedang, 5 siswa dikategori rendah dalam mengikuti pembelajaran
Matematika.
d. Refleksi
Kendala yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang
menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran dengan
metode pemecahan masalah. Beberapa siswa belum bisa mengartikan kalimat soal
cerita, tidak dapat menulis klimat Matematika, belum dapat melakukan kalimat
perhitungan dan tidak dapat mencocokan antara hasil dengan soal seula hal ini
sangat menghambat dalam proses pembelajaran siswa masih bingung dalam
mengerjakan soal apakah akan dijumlahkan, dikurangi, dikalikan atau dibagi
dengan hal ini perlu diberikan kaliamat soal cerita inilah yang menjadi trefleksi
untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Kegiatan pembelajaran perkalian ini dimulai dengan memberikan contoh
soal cerita yang mengandung hitung campuran untuk mengetahui sejauh mana
sisea dapat mengerrjakan soal cerita. guru melanjutkan dengan memberikan
penjelasan tentang soal ceritasiswa dibagi kedalam beberapoa kelompok untuk
mengerjakan soal LKS (Lembar Kerja Siswa). Pengelompokan ini dimaksudkan
agar siswa saling membantu sama lain. Awalnya kegiatan berkelompok belum
berjalan berjalan dengan baik. Beberapa siswa mengerjakan sendiri semua soal,
ada juga yang tidak membantu teman yang lainnya. Setelah guru memberikan
53
penjelasan tentang tujuan berkelompok, maka kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar.
Dengan mengerjakan tes formatif, siswa terfokus pada soal-soal yang telah
diberikan oleh guru dan sisea nertanggung jawab dalam mengerjkakan tugasnya,
dikerjakan sendiri-sendiri walaupun ada beberapa siswa yang bertanya kepada
teman sebangkunya. Siswa dapat mengerjakan tes formatif dengan tepat waktu,
kemudian guru menganalisa hasil tes.
4.1.3 Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Bersama-sama dengan supervisor dan guru kelas peneliti yang berperan
sebagai observer merevisi RPP dan menyiapkan kembali skenario tindakan yang
akan dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil
diskusi dengan guru kelas dan refleksi siklus I maka dalam siklus II ini akan
dilakukan upaya perbaikan pembelajaran, memandu siswa dalam mengeksplorasi
pengetahuan siswa untuk diasosikan dengan materi yang sedang dipelajari melalui
metode pemecahan masalah dan memberikan reward atau penguatan kepada
siswa yang menjawab benar. Selain itu peneliti juga menyiapkan kembali lembar
kerja siswa, lembar evaluasi, dan menyiapkan alat peraga. Observer bersama guru
juga menyepakati fokus observer dan kriteria yang akan digunakan.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam perencanaan pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, dan melakukan apersepsi.
Kegiatanapersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali kepada para
siswa tentang materi operasi hitung campuran, sekaligus menjelaskan tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan oleh pengajar adalah menjelaskan materi
pembelajaran yaitu operasi hitung campuran, pada kegiatan inti ini maka guru
54
kelas membahas tentang operasi hitung perkalian sebagai dasar untuk
menghitung operasi hitung campuran. Siswa menulis soal cerita yang sudah
ditulis oleh guru dipapan tulis. Untuk menganalisis dan mempermudah
memahami soal maka siswa diminta untuk menggunakan metode pemecahan
masalah. Saat siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita dengan metode
pemecahan masalah tampak bahwa tidak seperti pada siklus I, siswa sudah
mulai tenang, ada siswa yang sudah berani mengangkat tangan dan bertanya
tentang metode pemecahan masalah. Setelah siswa mengerti bagaimana
menghitung soal cerita dengan metode pemecahan masalah maka siswa
diberikan lembar kerja untuk dikerjakan secara individual. Lembar kerja
tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mulai memahami
materi pelajaran yang sedang dipelajarai dengan menggunakan metode
pemecahan masalah.
3. Kegiatan Penutup
Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara individual untuk
dikerjakan dirumah, penulis sebagai pengajar memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum memahami pelajaran termasuk metode pembelajaran untuk
bertanya, guru kelas bersama-sama dengan siswa mengampil kesimpulan dan
pengajar mengingatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Tidak lupa,
pengajar juga memberikan pujian kepada siswa yang aktif bertanya, sambil
mengingatkan pada siswa yang lain, bahwa bertanya adalah hal penting dan
mendasar didalam belajar.
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, kegiatan awal dimulai
dengan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana di ruangan
kelas, dan apersepsi. Kemudian guru memberikan kesempatan dari beberapa
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini yang dilakukan oleh guru kelas adalah
menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung pembagian untuk
55
dijadikan dasa menhitun operasi hitung campuran. Untuk memberikan
penjelasan bagaimana mengerjakan soal cerita operasi hitung pembagian
siswa digunakan metode pemecahan masalah supaya siswa lebih mudah
memahami soal cerita tersebut. Siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita
operasi hitung pembagian dengan mengguanakan metode pemecahan
masalah. Guru kelas mendampingi selama siswa mengerjakan soal cerita
tersebut sambil membantu siswa yang belum memahami bagaimana cara
mengerjakan soal cerita dengan menggunakan metode pemecahan masalah.
pada pertemuan kedua ini terlihat siswa sangat tenang dlam mengerjakan
tugassnya, siswa paham menggunakan metode pemecahan masalah. ini
terlihat dengan beragam warna yang digunakan siswa dalam menentukan
mana yang diketahui, ditanya, dan dijawab.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup ini siswa diberikan evaluasi untuk dikerjakan secara
individual. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya, penulis
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dipahami.
Pertemuan III
1. Kegiatan Awal
Pelaksanaan pada pertemuan III guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengapsensi siwa, mengatur suasana diruang
kelas, dan apersepsi.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini yang dilakukan oleh guru kelas adalah
menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung campuran. Untuk
memberikan penjelasan bagaimana mengerjakan soal cerita operasi hitung
campuran kepada siswa digunakan metode pemecahan masalah supaya siswa
lebih mudah memahami soal cerita tersebut. Siswa diminta untuk
mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran dengan mengguanakan
metode pemecahan masalah. Guru kelas mendampingi selama siswa
mengerjakan soal cerita tersebut sambil membantu siswa yang belum
56
memahami bagaimana cara mengerjakan soal cerita dengan menggunakan
metode pemecahan masalah. pada pertemuan kedua ini siswa sudah terlihat
sangat tenang dan lebih memahami bagaimana cara mengerjakan soal cerita
menggunakan metode pemecahan masalah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup ini siswa melaksanakan evaluasi dari pembelajaran
yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus 1.
Evaluasi yang akan diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal isian dan
jumlah soal 5. Sebelum menutup pelajaran, pengajar melakukan penelitian.
Pengajar juaga mengingatkan siswa untuk dapat menggunakan metode
pemecahan masalah ketika mengerjakan soal cerita.
c. Observasi
Bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observer
melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi dengan
menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah disiapkan sebelunya.
Berikut diuraikan hasil observasi yaitu hasil belajar siswa pada siklus II, guru
ketika mengajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah, termasuk
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung
campuran dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Setelah akhir
pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II, maka didapatkan kinerja guru dalam
mengajar dengan metode pemecahan masalah sebagai berikut.
Tabel 4. 9
Observasi Guru
No. Aktivitas Guru Siklus II
1. Guru menyapaikan materi tentang pemecahan masalah secara detail 4
2. Guru memberikan contoh cara menyelesaikan masalah soal cerita tentang operasi hitung campuran
4
3. Guru menjelaskan soal cerita tentang hitung campuran dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan benar
4
4. Guru meminta siswa membuat perencanaan penyelesaian pada masalah tentang operasi hitung campuran
3
5. Guru meminta untuk melaksanakan rencana penyelesaian pada masalah operasi hitung campuran
4
6. Guru meminta siswa untuk berpikir mandiri dalam menyelesaikan masalah operasi hitung campuran
3
7. Guru memberikan pertanyaan tentang operasi hitung campuran 4
Jumlah 2
57
1. Paparan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Siklus II
Hasil observasi hasil belajar dan keaktifan siswa pada siklud II yang
diperoleh selama proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode
pemecahan masalah kelas III SDN Kapencar 1 Kecamatan Kertek Kabupaten
Temanggung, adlah sebagai berikut:
Setelah disajikan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan 1, 2 dan 3,
berikut ini akan disajikan dalam tabel hasil belajar akhir siswa pada siklus II.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Hasil Nilai Akhir Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 50 - - Belum tuntas
2 50 – 54 - - Belum tuntas
3 55 – 59 - - Belum tuntas
4 60 – 64 1 3% Belum tuntas
5 65 – 69 3 8% Tuntas
6 70 – 74 3 8% Tuntas
7 75 – 79 10 26% Tuntas
8 80 – 84 9 24% Tuntas
9 85 – 89 5 13% Tuntas
10 90 – 94 1 3% Tuntas
11 95 – 100 5 13% Tuntas
Jumlah 38 100
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa siswa tidak ada siswa
yang mendapatkan nilai pada rentang <50, 50 – 54, 55 -59, 75 – 79 dan 85 – 89. 1
siswa mendapatkan nilai pada rentang 60 – 64 dengan persentase sebesar 3%, 3
siswa mendapatkan nilai pada rentang 65 – 69 dengan persentase 8%, 3 siswa
mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 dengan persentase 8%, 10 siswa
mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79 dengan persentase 26%; 9 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84 dengan persentase 24%; 5 siswa yang
mendapatkan njilai pada rentang 85 – 89 dengan persentase 13%; 1 siswa yang
memperoleh nilai dengan rentang 90 – 94 dengan persentase 3% dan 5 siswa
memperoleh nilai dengan rentang 95 – 100 dengan persentase13%. Perolehan
58
nilai terendah pada siklus II yaitu 60 dan nilai tertinggi 100; dengan nilai rata-rata
kelas 79.
Berikut akan disajikan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus II. Persentase ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar berikut ini:
Tabel 4. 11 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Hasil Belajar Siswa Siklus II
Jumlah Siswa Presentase
Nilai < 65
Nilai ≥ 65
1
37
3%
97%
Siklus II
Jumlah Siswa Presentase
Tuntas Belajar
Tidak Tuntas Belajar
37
1
97%
3%
Jumlah Nilai
2.420
Berikut ini akan disajikan perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa
mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Perbandingan ini dimaksudkan untuk
melihat apakah penggunaan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Berikut dipaparkan dalam tabel perbandingan hasil ketuntasan
belajar pra siklus, siklus I dan siklus II
Tabel 4.12
Persentase Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
No Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Siklus I 31 82% 7 18%
2. Siklus II 37 100% 1 38
Berdasarkan tabel 4.13 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung campuran, dengan
menggunakan metode pemecahan masalah. Dari siklus I ke siklus II peningkatan
59
yang terjadi mencapai 18%. Di bawah ini akan disajikan dalam tabel,
perbandingan keseluruhan ketuntasan hasil belajar mulai dari kondisi awal, siklus
I, sampai siklus II.
Grafik 4.2 Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa yang tuntas hasil
belajarnya pada pra siklus adalah 4 siswa atau sebesar 5.53%. Perubahan
ketuntasan belajar terjadi setelah siswa diberikan tindakan pada siklus I yaitu
meningkat menjadi 19 siswa atau sebesasr 50%. Ketuntasan hasil belajar ini
meningkat lagi setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 37 siswa yang
tuntas hasil belajarnya dengan persentase sebesasr 97%. Dengan data ini dapat
dikatakan bahwa dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan metode
pemecahan masalah, ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
No. Nilai Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Siswa Persentase Jumlah
Siswa Persentase
1 Pra Siklus 4 5.53% 34 94.47 %
2 Siklus I 19 5% 19 5%
3 Siklus II 37 97%% 1 3%
60
pelajaran Matematika materi operasi hitung campuran pada siswa kelas III SDN I
Kapencer Kecamatan Kertek Kab Wonosobo tahun pelajaran 2011/2012. Berikut
ini akan disajikan dalam grafik ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus,
siklus I, dan siklus II.
Grafik 4.3 Perbandingan nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
3. Analisis Angket Keaktifan Siklus II
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, digunakan lembar keaktifan siswa, dimana lembar keaktifan ini
digunakan bersamaan dengan lembar pengamatan yang lain, yang dilakukan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik pada siklus I maupun pada siklus
II. Acuan untuk mengetahui tingkat keaktifan digunakan dengan menggunakan
kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Acuan
untuk mengetahui bahwa tingkat keaktifan siswa berada pada kategori sangat
tinggi apabila skor yang diperoleh mencapai 74,8 ≤ x ≤ 88; berada pada kategori
tinggi apabila skor yang diperoleh mencapai 61,6 ≤ x < 74,8; sedang apabila skor
yang diperoleh mencapai 48,4 ≤ x < 61,6; rendah apabila skor yang diperoleh
mencapai 35,2 ≤ x < 48, 4; dan sangat rendah apabila skor yang diperoleh
mencapai 22 ≤ x < 35,2. Penghitungannya adalah seperti berikut ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
61
Untuk mengetahui bahwa hasil yang diperoleh dari penghitungan ini,
berikut akan disajikan dalam tabel kriteria keaktifan siswa berikut ini:
Tabel 4.14
Rentang Nilai Angket Siklus II
Nilai Kriteria 74,8 ≤ x ≤ 88 Sangat Tinggi
61,6 ≤ x < 74,8 Tinggi 48,4 ≤ x < 61,6 Sedang 35,2 ≤ x < 48,4 Rendah
22 ≤ x < 35,2 Sangat Rendah Hasil angket keaktifan belajar siswa dada siklus II dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.15
Hasil Nilai Angket Siklus II
Nilai Banyaknya Siswa 74,8 ≤ x ≤ 88 26
61,6 ≤ x < 74,8 3 48,4 ≤ x < 61,6 6 35,2 ≤ x < 48,4 3
22 ≤ x < 35,2 -
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa keaktifan belajar siswa pada
siklus II dikategorikan sangat tinggi sebanyak 26 siswa, 3 siswa dikategori tinggi,
6 siswa dikategori sedang, 3 siswa dikategori rendah dalam mengikuti
pembelajaran Matematika.
d. Refleksi
Siswa telah dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung hitung
campuran melalui metode pemecahan masalah. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan penjelasan guru tentang pengerjaan soal cerita yang mengandung soal
cerita dengan memberika contoh soal agar siswa paham.
62
Siswa dibagi beberapa kelompok untuk mengerjakan soal LKS. Kegiatan
pembelajaran sudah berjalan baik dan mendapat hasil yang optimal. Dalam
mengrjakan soal formatif, siswa terfokus pada soal-soal yang yang diberikan oleh
guru dan siswa bertanggung jawab dalam mengrerjakan soal sendiri-sendiri.l
siswa selesai mengerjakan tes formatif dengan tepat waktu. Kemudian guru
menganalisis hasil tersebut.
4.2 Pembahasan
Pemahaman Temuan Penelitian
Hasil pada Pra siklus nilai rata-rata baru mencapai 54. Sebanyak 3 ≥ 65 atau
sebesar 8%. Adapun target yang ditetapkan penulis adalah nilai rata-rata kelas 65
atau sebesar 75%. Sedangkan hasil pada Siklus 1 mencapai 64. Sebanyak 19 ≥ 65
atau sebesar 50%. Hasil tersebut belum mencapai target yang ditetapkan. Pada
siklus II rata-rata kelas mencapai 79 sebanyak 37 siswa memperoleh nilai ≥ 65
atau sebesar 97%. Hasil nilai rata-rata kelas siklus II sudah melebihi target yang
ditetapkan. Peningkatan siklus I ke II sebesar 18 yang berarti meningkat sebesar
47%.
2. Implikasi Hasil Penelitian
Dari penjelasan diatas didapatkan melalaui pembelajaran materi pokok sal
cerita memeuat hitung campuran dengan metode pemecahan masalah dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Tetapi dalam
pelaksanaanya masih terdapat kelemahan, diantaranya yaitu:
a. Proses pembelajaran berjalan kurang efektif dikarenakan siswa belum bisa
menyimpulkan sendiri materi yang telah disampaikan, siswa masih perlu
bimbingan penuh dari guru.
b. Siswa masih takut apabila ditunjuk guru untuk maju
mengerjakan/mempresentasikan hasil diskusinya serta semua siswa belum
aktif pada kelompoknya saat diskusi. Untuk selanjutnya disarankan agar
indikator tersebut harus diperhatikan.
c. Siswa masih ada yang belum memahami cara menyelesaikan soal cerita
menggunakan metode pemecahan masalah.