bab iv pembahasan 4.1 deskripsi objek 4.1.1 gambaran …
TRANSCRIPT
38
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI OBJEK
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Demak
Dalam bab ini penulisan akan menjelaskan tentang kabupaten
demak dimana penulis melakukan penelitian mengenai makna simbol motif
batik, Letak Geografis Kebupaten Demak sebagai salah satu kabupaten di
Jawa Tengah yang terletak pada koordinat 6° 43’26” - 7° 09 ‘43” lintang
selatan dan 110° 48’47” bujur Timur. Luas wilayah kabupaten Demak
tercatat sebesar 89.743 hektar dan secara administrasi terbagi menjadi 14
kecamatan, Kabupaten Demakmdengan bentang Barat ke timur sepanjang 49
km dan bentang Utara ke selatan sepanjang 41 km, mempunya batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa
2) Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan
3) Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang
4) Sebelah Barat : Kota Semarang
39
Gambar Peta Wilayah kabupaten Demak
Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan
menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak
dulu pernah berjaya dengan Kerajaan Islam Pertama di Tanah jawa yang
didirikan oleh Raden patah. Sebagai wilayah pesisir, demak dulunya memilki
pelabuhan dagang sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah di
Nusantara maupun dari negara lain. Demak banyak mendapat pengaruh
kebudayaan, misalnya saja batik. Deamk lahir enam abad silam, namun lama-
kelamaan seakan mengilang seiring perpindahan Kesultanan Demak Bintaro
ke Panjang.
Dahulu, sekitar tahun1920-an, terdapat jenis Batik Demak dengan sebutan
batik sisikyang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di Demak.
Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini
mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik pernah
40
mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya, jepara
dengan ukirnya, atau Semarang dengan lumpianya. Pengrajin Batik Demak
tersebar wilayah Demak, di antaranya Desa wedung, Desa Karangmlati, Desa
Wedung, Dempet, Bonang, Kauman, Kelurahan Mangunjiwa, Kelurahan
Bintaro dan Kelurahan kadilangu.
Batik demak peranakan dikategorikan batik halus bernuansa coklat dengan
perpaduan bunga/burung yang menjadi ciri khas dari batik pesisiran pada
umumnya. Berbeda dengan batik pesisiran lainya batik demak lebih terkesan
lembut dengan perpaduan warna yang tidak terlalu mencolok dibandingkan
dengan batik pesisir lainnya seperti Pekalongan, Semarang, Lasem dan
Cirebon. Lembut dan kalem disertai keindahan detail yang padat membuat
batik ini dikenal sebagai batik yang cukup rumit dlam pengerjaanyanya.
Kain pada umumnya beruoa kain panjang pagi sore yang menjadi ciri
khas kain pada masa lampau karena keterbatasan kain mori. Ada beberapa
motif yang signifikan antara lain motif ganggeng / sejenis tumbuhan laut
(ganggang) Bentuk lainnya adlah pagi sore dengan sushomoyo, pada kain
batik lama demak motif ini jelas terlihat. Sepintas menyerupai pagi sore
Pekalongan tetapi ragam pola yang jelas terlihat khususnya sushomoyo
demak selalu ditepi kanan dan kiri naik. Bagian tengan kain dihiasi oleh isen-
isen yang rumit, burung dan kupu-kupu.
Batik demak mempunyai kemiripan dengan batik dijawa baroe dan
bukan djawa hokokai. Djawa baroe adalh kelanjutan dari jawa Hokokai,
41
setelah Jepang angkat kaki dari bumi pertiwi 1945, batik hokokai pun terhenti
produksinya. Batik Djawa baroe-lah yang melanjutkan tipe dari batik ini.
Hanya saja motif tidak sepadat dan seglamor hokokai lebih sederhana dan
berwarna kecocokan hal yang tidak lazim adalah perbedaan warna dasar kain
(umumnya coklat), yang bisa dikategorikan kain demak perankan langka
Batik demak sempat hilang selama beberapa dekade karena unsur persaingan
yang ketat dengan batik cap diera 1970-1980.
Faktor lain penyebab menurutnya jumlah pembatik muda karena
kurangnya ketertarikan membatik dikalangan muda. Ditambah lagi
menyusutnya jumlah pembatik handal karena faktor usia yang sudah lanjut
dan banyak hal lain. Hingga diperkirakan batik demak sudah punah, berbeda
dengan para perajin batik pekalongan, lasem, cirebon, dan lainnya yang masih
melanjutkan karya batik-nya turun temurun. Sekitar tahun 2006, Batik Demak
mulai dirintis kembali diwilaah pesisiran dengan motif yang sangat khas,
yaitu perpaduan motif pesisiran dan pantai pertanian serta terdapat perpaduan
corak Majapait dengan nila-nilai islam. tujuannya untuk mengenalkan
kembali berbagai macam corak atau motif khas Demak kepada para pecinta
batik.
Motif atau corak yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi
dari sejarah Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen
yang terdapat di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir),
burung phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbing,
jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaaduan motif pesisiran dan
42
pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari
daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah da kekayaan alam,
tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.
4.2 HASIL PENELITIAN
Peneli mendapatkan hasil yang sesuai berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa narasumber yang dapat memberikan keabsahan dari
objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian yang diteliti melalui
wawancara mendalam menunjukan bahwa dalam penenlitian mendapatkan
hasil yang berbeda dari narasumber dengan yang diharapkan peneliti
terhadap objek yang diteliti. Namun perbedaan hasil yang ditemukan dapat
menambah kajian peneliti dengan melihat objek yang diteliti dari sudut
pandang yang berbeda.
4.2.1 Sejarah Munculnya Motif Batik Khas Demak
Motif batik khas demak sampai sekarang masih menjadi
perdebatan, tapi narasumber meyakini bahwa motif batik khas demak
adalah glagah wangi, berasal dari asal ususl demak sendiri yang jaman
dulu merupakan hutan glagah wangi, dan motif sisik dimana motif sisik
tersebut merupakan motif pesisiran. Karena adanya perkembangan potensi
kabupaten demak maka motif batik khas demak mengalami
perkembangan, tetapi motif batik khas demak masih mengunakan cirri
khas dari kabupaten demak. Berikut wawancara denagn bapak Hardoyo
Budi Prasetyo selaku pembatik di batik Karangmlati Demak.
43
“begini mbak sejarah motif batik khas demak kalau menurut sejarahnya
batik asli khas demak yaitu batik glagah wangi, batiknya itu motif bunga
kapas sama pohon glagah, dengan pelataran sisik, motif sisik tersebut
cirri khas daerah pesisiran, sisik itu tidak hanya dipakai didemak cumin
sisik didemak itu mengunakan sisik ikan”
Hal yang sama diungkapkan oleh ibu Dwi Marfiana selaku ketua klaster
batik sisik
“sejarah batik pertama kali itu muncul sekitar tahun 1995”an, dan motif
yang digunkan pada saat itu adalah. Motif glagah wangi dan sisik.Dan
motif Batik khas Demak yang sekarang adalah dengan mengunakan
potensi daerah seperti masjid agung demak, karena menjadi ikon di
kabupaten demak, llau ada jambu, belimbing, bledheg dan sisik.”
Motif asli khas Demak sebenarnya masih dalam perdebatan, tapi
yang diyakini oleh para produsen Batik Demak, motif Batik Khas Demak
pada awalnya adalah motif glagah wangi yang diambil dari asal usul
sejarah Demak sendiri yang dahulu sebelum didirikan kerajaan demak
merupakan hutan glagah wangi, motifny terdiri dari bung kapas dan
pohon glagah dengan plataran motif sisik. Sisik tersebut berasal dari sisik
ikan karena demak sendiri terdiri termasuk daerah pesisir.Lalu
selanjutnya karena adanya pengembangan potensi kabupaten Demak para
pembatik di daerah demak berkumpul untuk merumuskan cirri motif
Batik Khas Demak dan pada akhirnya membuahkan hasil. Yang pertama
Batik Demak yaitu batik yang dibuat langsung oleh orang Demak, lalu
motifnya mengunakan potensi daerah Demak yang saat ini menjadi motif
khas Demak, ada beberapa motif yang kini sudah dipatenkan untuk batik
44
khas demak, diantaranya adalah motif Masjid Agung Demak
Ornamennya, contohnya adalah bledheg, bledheg adalah suatu ornament
dari masjid Agung Demak yang merupakan sebuah lukisan yang ada
dipintu masjid agung Demak, lalu Daun Pace yang disebut dengan caos
Dhahar, jambu belimbing, semangka tegalan, koi Sembilan dan yang
terahir adalah burung blekok satus, motif-motif tesebut yang saat ini
dipatenkan menjadi Motif Batik Khas Kabupaten Demak.
4.2.2 Ornamen-Ornamen yang digunakan oleh Motif Batik Khas Demak
Berikut wawancara dari ibu Titik Fasanah selaku bagian Humas Di Dinas
Pariwisata Kabupaten Demak.
“Begini mbak, ada beberapa ornament yang didapat digunakan untuk
membuat sebuah motif batik Khas demak, ornament yang dapat
digunakan yaitu ornament dari Masjid Agung demak, lalu potensi Alam
yang ada di Daerah Demak Sendiri (wawancara: Titik Fasanah, 25 Juli
2018)”
Menurut Bu Titik selaku humas pariwisata Ornamen-ornamen yang digunakan
untuk membuat sebuah Motif Batik Khas Demak yaitu sebagai berikut:
1. Masjid Agung Demak
2. Bedhug dan kentongan abad XV.
3. Pintu Bledheg (Pintu Petir).
4. Soko Peninggalan Majapahit.
5. Mihrab/pengimaman Masjid Agung Demak.
6. Dampar Kencana di masjid Agung Demak.
45
7. Kholwat/Maksuroh.
8. Ornamen Kramik Cham Pa.
9. Daun Pintu Serambi (Majapahit).
10. Ornamen Di Makam Kasultanan Demak dan Makam Selomanik.
11. Surya Majapahit.
12. Gentong Keong.
13. Soko Guru Walisongo.
14. Wayang Kulit Bathara Guru.
15. Bakul Nasi Hidangan Pejabat Kasultanan Demak.
16. Jambu/Belimbing.
17. Daun Pace/Caos Dhahar.
18. Ikan Koi.
19. Burung Blekok.
20. Sisik.
4.2.3 Motif Batik Yang Dihasilkan
Motif Batik Khas kabupaten Demak sendiri cukup banyak, seperti
yang dijelaskan oleh Ibu Titik Fasanah, semua motifnya menggunakan ornamenr-
ornamen yang ada di Masjid Agung Demak serta potensi dari daerah Demak.
“ Motif Batik yang ada didemak itu sangat beragam, dan motif-
motifnya diambil dari ornament-ornamen yang ada dimasjid agung
Demak, seperti surya majapahit, Bulus, ukiran Bledheg yang ada
dipintu masjid agung Demak dan lain-lain, serta potensi dari wilayah
46
Kabupaten Demak sendiri Seperti jambu,belimbing, semangka tegalan
dll. (wawancara: Titik Fasanah , 25 Juli 20018)”
Ada beberapa motif Batik Demak yang motifnya terbentuk diri
ornament-ornamen Masjid Agung Demak dan potensi diwilayah
Kabupaten Demak:
1. Surya Buron Toya
2. Saka Bantalan Adhi
3. Ceplok Bulus Peni
4. Motif Batik Bledheg
5. Motif Batik daun Pace/Caos Dhahar
6. Motif Batik Jambu Belimbing
7. Motif Semangka Tegalan
8. Motif Batik Koi Sembilan
9. Motif Batik Burung Blekok Satus
4.2.4 Istilah-Istilah Dalam Batik Demak
Proses pembuatan batik membutuhkan waktu yang relative
panjang dan cara pembuatannya yang membutuhkan kesabaran,
sehingga menuntut para pembatiknya agar sabar dalam membuat
batik tersebut sehingga jadi sebuah karya yang sempurna, Dalam
Proses membatik terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam
proses pembuatannya.
47
“ Proses pembuatan batik tentunya sangat memerlukan
tingkat ketelitian dan kesabaran yang sangat tinggi, karena jika
kita membuatnya dengan sembarangan maka akan mempengaruhi
hasil akhirnya, dan dalam proses pembuatan batik ada istilah-
istilah dan makna leksikon yang digunakan dalam proses
pembuatannya. (wawancara: Hardoyo Budi Prasetyo, 10 Juli
2018)”
Ada beberapa istilah-istilah dalam proses pembuatan Batik Khas
Demak yaitu sebagai berikut:
1. Primis
Primis merupakan jenis kain yang digunakan untuk
membatik.
2. Bak celup
Bak celup merupakan alat yang digunakan dalam proses
pencelupan pada saat proses pewarnaan.
3. Canting cap
Canting cap merupakan alat yang tersebut dari tembaga
yang memilki motif tertentu untuk meletakkan malem, yang
selanjutnya digunakan untuk mengecap pada proses
membuat batik cap.
4. Malem (malam)
Malem merupakan sejenis lilin cair yang digunakan untuk
menutup warna pada proses membatik.
5. Medel
48
Medel merupakan proses mencelup pada saat proses
pewarnaan pertama kali.
6. Air Sir
Air sir merupakan bahan yang digunakan untuk pewarnaan
pertama kali. Warna yang dihasilkan biasanya berwarna
putih
7. Kulit buah mahoni
Kulit buah mahoni merupakan bahan yang dijadikan
sebagai pewarnaan alami pada kain batik. Proses
pewarnaan memakai kulit mahoni biasanya memerlukan
pewarnaan yang berulang-ulang sampai menghasilkan
warna yang bagus.
8. Canting tulis
Canting tulis merupakan alat dari logam yang berbentuk
unik untuk menampung malem, dengan memilki ujung pipa
kecil untuk menempelkan malem pada kain pada proses
pembuatan batik tulis.
9. Motif
Motif merupakan rankaian hiasan yang menunjukan cirri
khas batik dan memilki makna tersendiri.
10. Dhingklik
Dhingklik merupakan kursi kecil terbuat dari kayu yang
digunakan untuk dudk pada proses membuat batik tulis.
49
11. Gawangan
Gawangan merupakan alat yang digunakan untuk
membentangkan kain pada pembuatan batik tulis.
12. Wajan
Wajan merupakan alat yang terbuat dari logam sebagai
tempat malem pada saat dipanaskan.
13. Kompor
Kompor merupakan alat yang berisi minyak tanah untuk
memanaskan wajan yang berisi malem supaya mencair.
14. Cawuk
Cawuk merupakan alat seperti pisau yang berfungsi untuk
ngerok malem.
15. Mopok
Mopok biasanya orang mengenal dengan sebutan
nembok/ngeblok, merupakan proses menempelkan malam
pada warna yang dikehendaki yang berfungsi untuk
mengunci agar tidk berubah.
16. Nyorek
Nyorek merupakan proses menggambarkan motif pada kain
sebelum dilakukan pewarnaan.
17. Ngecap
Ngecap merupakan proses pengecapan atau melakukan
malem pada kain mengunakan alat/canting cap.
50
18. Nyolet
Nyolet merupakan proses memberikan waena batik pada
bagian tertentu.
19. Nglorot
Nglorot merupakan proses melepaskan malem pada kain
dengan cara merebus.
20. Nyanting
Nyanting merupakan proses melakukan malem pada motif
kain menggunakan canting tulis.
21. Ngerik
Ngerik merupakan proses melepas malem dengan cara
dikerok mengunkan cawuk.
22. Nyelup
Nyelup merupakan proses pewarnaan pada kain yang telah
dibatik dengan cara dicelup.
4.2.5 Makna Simbolik Motif Batik khas Demak.
Makna-makna simbolis yang terkandung dalam setiap motif batik
Demak tersebut sangat erat kaitannya dengan letak dan keadaan kabupaten
demak zaman dahulu.
“ Motif Batik Demak mempunyai nilai filososfi yang sangat
dalam terkait dengan jaman kerajaan Demak pada dahulu kala
serta potensi yang ada di wilayah kabupaten demak, masing-
51
masing motif yang dihasilkan kanpun mempunyai makna yang
berbeda ( wawancara: Hardoyo Budi Prasetyo, 10 Juli 2018)”
Berikut makan simbolik yang terjadi terdapat pada motif batik khas demak
a. Surya Buron Toya
Berikut merupakan salah satu Motif batik khas Demak
yaitu motif Surya Buron Toya, ornament utama yang digunakan
adlah surya majapahit, surya majapahit merupakan gambar hiasan
segi 8 yang sangat popular pada masa majapahit, para ahli
purbakala menfsirkan bahwa ini sebagai lembaga kerjaan
mejapahit, surya majapahit agung demak dibuat pada tahun 1401
tahun saka, ata 1479 M. dan ornament penyu di Masjid Agung
Demak, Ornamen pintu Bledheg sebagai ornament memilki arti
melambangkan kesederhanaan (pelan tapi pasti) dengan rahmat
tuhan yang maha esa dalam langkah kehidupan,
52
Diharapkan untuk pemakaiannya memilki sifat sederhana,
melakukan sesuatu pekerjaan dengan pelan tapi pasti akan tetapi
tidak melupakan adanya Tuhan yang Maha Esa.
b. Saka Bantala Adhi.
Motif Saka Bantala Adhi juga merupakan salah satu motif
Batik khas dari kabupaten Demak yang motifnya mengunakan
ornament keramik cham Pa pada dinding MAD, keramik yang
berbentuk piring tersebut merupakan pemberian dari ibu Raden
Fatah, seorang putrid dari campa. Piring ini berjumlah 65 buah,
sebagai dipasang ditempat imam masjid untuk hiasan, sebagai lagi
untuk dipasang ditempat imam masjid dengan ornament
pendukung ukiran pada soko masjid, soko yang berarti tiang ini
namanya adalah soko majapahit, tiang ini berjumlah delapan buah
terletak diserambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu
Brawijaya V Raden Karta Bumi ini diberikan kepada raden Fattah
ketika menjadi Adipati Notoprojo Di Glagahwangi Bintoro Demak
1475M.motif batik ini melambangkan bahwa diharapkan bahwa
53
manuasia harus pija (bantala) pada kebaikan (Adhi) mengunakan
langkah tegak saka guru.
Motif Bantala Adhi adalah batik kontemporer. Motif ini
menggambarkan kondisi dan potensi yang ada di Demak. Potensi seni
dan budaya ditampilkan dalam gambar penari dolalak dan Bedug
Pendowo. Potensi pertanian dan perkebunan berupa semangka, jambu
dan empon-empon. Potensi peternakan berupa kambing peranakan
Ettawa. Potensi industri rakyat berupa makanan klanting, kue clorot,
gulakelapa, Kain yang dipakai jenis primisima, dengan pewarnaan
hitam, coklat, kuning,hijau dan merah. Dalam mengerjakan 1 lembar
kain memerlukan proses yang sangat lama apa bila motifnya semakin
rumit sehingga memakan waktu yang cukup lama, untuk mewarnai
kain yang telah di batik tersebut akan di beri warna jika sudah
terkumpul banyak hasil batikan.
Batik tulis juga dipajang di suatu tempat yaitu letaknya di
dalam ruangan khusus tempat seperti kantor untuk batik Demak yang
terdapat aneka Batik khas Demak di pamerkan dan di jual dan sering di
tunjukan dipameran-pameran. Batik tulis sering di beli oleh luar kota
demak misal dari Jakarta, Bandung, Semarang karna mereka mencari
keaslian motif batik tersebut dan mereka juga memesan motif batik
yang sesuai dan ukuran baju untuk mereka.
54
c. Ceplok Bulus Peni
Motif ini merupakan motif yang mengunakan ornament
masjid agung Demak yaitu ornament penyu yang terdapat pada
dinding mihrab, ornament penyu/bulus tersebut terdiri atas kepala
satu yang berarti angka 1,4 kaki berarti angka 4 badan bulus berarti
angka 0 dan ekor bulus berarti angka 1. Dari symbol ini
diperkirakan masjid agung Demak berdiri pada tahun 1401
saka.Masjid ini didirikan pada tanggal 1 shofar. Dengan ornament
pendukung bunga yang terdapat pada dinding mihrabMasjid
Agung Demak yang memilki filosofi bahwa diharapkan pemakaian
memilki filosofi bahwa diharapkan pemakaiannya memilki
kebijaksanaan dalam berfikir dalam melanhkah, (bulu/penyu) akan
menghasilkan buah pemikiran dan tindakan yang baik (peni).
Motif batik ceplok terdapat pada desain meliputi berbagai
desain geometris, sering didasarkan pada mawar melingkar, bintang
atau bentuk kecil lainnya, membentuk pola secara keseluruhan simetris
55
pada kain. Grompol berarti untuk berkumpul bersama. Sering dipakai
untuk upacara pernikahan, pola melambangkan datang bersama-sama
dari perkawinan harmonis, untuk anak-anak, keberuntungan , dan
kebahagiaan.
d. Motif Batik Bledheg.
Motif batik Bledheg memang unik, berupa gambar kepala
naga dengan mulut melebar yang tergambar secara abstraktif.Motif
ini seperti menunjukan sebuah kewajiban bagi yang
memakainya.Ukiran bledhegg pada pintu masjid, konon adalah
pemberian dari Ki Ageng Selo sebagai sumbangan untuk pintu
utama masjid. Arti Bledheg terangkum dalam sejarah, bagaimana
Ki Ageng Selo mempu menangkap Bledheg atau Petir
yangmerupakan sebuah cahaya. Kata menangkap Bledheg ini,
merupakan kiasan bagaimana Ki ageng Selo mantan Senopati Laga
Majapahit merasa sakit hati, karena tidak diangkat menjabat
Senopati Khusus pada Kasultanan demak Bintaro. Sehingga Ki
Ageng selo akan mengerahkan pasukan unruk menyerang
56
Kasultanan Demak Bintaro, namun atas bujuk dan rayuan dari
Adipti Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Ki Ageng Selo
mengurungkan niatnya, sehingga peristiwa tersebut diabadikan
pada sebuah pintu masjid.Dalam motif batik Bledheg sengaja
disisipkan sisik Cakra yang merupakan lambing Kerajaan Demak
Bintoro, dengan gambar mirip kulit Bulus.
e. Motif Batik Daun Pace/Caos Dhahar.
Motif daun pace memang cukup unik, motif ini berupa
gambar buah dan daunnya.Motif batik daun pace ini terinspirasi
dari buah pace yang dulunya sebagai makanan khas pada jaman
Sunan Kalijaga. ternyata peran wanita di daerah mampu
mendorong roda perekonomian tidak hanya bagi keluarganya
namun juga bagi masyarakat sekitar. Hal ini lah yang dilakukan
oleh Hardono (30 tahun) warga Bonang, Demak. Berawal dari
banyaknya tanaman pace atau yang biasa disebut mengkudu, ia
berinisiatif membuat motif batik dari bentuk daun pace. Dan
kemudian dipadupadankan dengan gambar hewan maupun
57
tumbuhan sesuai kreativitasnya. Usai menuangkan ide kreatifnya
diatas selembar kain, ternyata banyak peminat. Tak tanggung –
tanggung, peminat motif batik pace miliknya berasal dari golongan
menengah ke atas. Karena menurut pembeli, motif batik seperti ini
jarang apalagi khas Demak.
“Saya hanya membuat batik tulis, sehingga proses
pengerjaannya cukup lama dan detail motifnya berbeda setiap kali
produksi, itu yang membuat para pembeli tertarik,” ujarnya
kepada Cendana News saat ditemui di rumahnya, Selasa
(7/3/2017).
Selain membuat batik tulis biasa dengan menggunakan
bahan pewarna kimia, Hardono juga membuat batik tulis alam,
yang bahan pewarnaannya berasal dari alam. Seperti akar, daun,
kayu dan bunga dimana untuk menghasilkan suatu warna harus
melewati proses panjang terlebih dahulu. Dari kedua teknik batik
tulis tersebut, Ambar tetap mengutamakan motif batik pace sebagai
khas daerah Pacitan. Namun ada pace yang terlihat jelas maupun
samar. Untuk per lembar kain batik tulis biasa dibanderol dengan
harga Rp 1 – 2 juta per meter tergantung kerumitan motif.
Sedangkan batik tulis alam dibanderol dengan harga Rp 3 – 5 juta
tergantung motif dan banyak sedikitnya warna yang digunakan.
Salah satu pecinta batik, Puji Hastuti asal Ponorogo
mengaku rela berburu batik pace langsung dari Pacitan karena
58
menurutnya, batik motif pace masih jarang pemiliknya sehingga
memiliki nilai lebih bagi para kolektor batik.
f. Motif Batik Jambu Belimbing
Motif batik jambu belimbing merupakan motif buah jambu
dan belimbing yang menjadi cirri khas dari kota Demak bahan
sebagai ikon Demak. Keberadaan buah belimbing yang popular
sejak zaman Sunan dengan tembang Ilir-ilirnya.
g. Motif Semangka Tegalan
Motif batik semangka tegalan ini terinspirasi oleh buah
semangka yang juga menjadi andalan Demak karena Demak
59
merupakan daerah terkenal akan pertaniannya, motif Batik
semanka Tegalan hingga hari ini masih belum dikenal luas publik.
Padahal Batik Tegalan memiliki karakteristik yang khas, mulai dari
filosofi, motif, corak dan warnanya, sehingga ia diidentifikasi
sebagai ‘Batik Tegalan’ yang berbeda dengan batik-batik lainnya.
Sejumlah pihak mulai mengkhawatirkan perkembangan Batik
Tegalan yang semakin tenggelam padahal ia belum sempat
berkembang pesat setidaknya hingga keluar daerah. Peran
pemerintah daerah masih terbilang minimal, karena itu perlu
dilakukan langkah-langkah strategis agar Batik Semangka Tegalan
dapat menyejajarkan dirinya dalam dunia perbatikan nasional.
Baru pada masa Bupati Tegal RMA Ario Reksonegoro
(1908-1936), oleh istrinya R.A. Kardinah saudara R.A. Kartini,
Batik Semangka Tegalan memperoleh pengayaan corak dan motif
dari Batik Lasem, batik yang juga populer di kawasan Jepara
daerah kelahiran Kardinah. Semenjak itu corak Batik Semangka
Tegalan yang sebelumnya berwarna kecoklatan (sogan) dan hijau,
mulai mengenal warna-warna terang seperti merah menyala atau
biru, dan berhias motif flora serta fauna. Warna-warna yang tegas
hendak menggambarkan karakteristik masyarakat Tegal sebagai
masyarakat pesisiran yang terbuka, tegas dan lugas. Motif
Pengembangan merupakan motif yang dipengaruhi tradisi batik
lain dalam pembuatan Batik Semangka Tegalan. Meski demikian
60
modifikasi Motif Pengembangan ini tidak mengubah karakteristik
Batik Semangka Tegalan dengan warna-warna terang dan motif
flora fauna yang banyak ditemui di Tegal. Motif Pengembangan ini
diantaranya motif gedong kosong, manuk emprit, sotong, manuk
surwiti, kipas-kipasan, juga kembang kertas.
Produksi Batik Semangka Tegalan umumnya dilakukan
masyarakat secara kecil-kecilan dalam industri rumah tangga.
Jumlah produksi pun biasanya didasarkan pada pesanan. Kapasitas
produksi yang terbatas, disamping popularitasnya yang belum
masih membuat Batik Semangka Tegalan baru beredar pada pasar
lokal dan regional serta penjualan secara perorangan.
h. Motif Batik Koi Sembilan
Motif batik koi Sembilan ini sangat unik, motif ini
digambarkan berupa ikan yang jumlahnya Sembilan. Motif ini
menunjukan cirri Demak sebagai daerah pesisirsn, serta motif ini
dipercaya akan memberikan keberuntungan. merupakan simbol pakaian
61
batik yang mempunyai arti kesuburan, kebahagiaan, keakrapan sesama
manusia. Seseorang yang memakai Motif kain ini berarti seseorang
tersebut mempunyai jiwa bergotong royong dan saling membantu
kepada sesama manusia tanpa pamrih atau ikhlas tanpa mengharapkan
imbalan, Motif Batik Koi ini biasanya dapat dipakai oleh semua
kalangan masyarakat.
Banyak pesanan yang datang secara khusus bahkan ada juga yang
meminta dibuatkan motif tertentu sesuai keinginan pemesan, saat
pembuatannya dan pengerjaan desainya pengrajin memegang sentral
namun tetap berdiskusi dengan teman-temannya dalam berkreasi. Dan
dalam memenuhi kebutuhan bahan baku batik seperti kain dan pewarna
mengambil dari balai besar batik Demak.
i. Motif Batik Burung Blekok
Motif batik burung blekok ini digambarkan berupa burung
yang sangat banyak, sehingga ddiberikan nama motif burung
blekok. Untuk motif burung sendiri, mengandung arti kegembiraan
62
dan kebahagiaan. Lukisan burung blekok diatas selembar kain
batik melambangkan keberhasilan, kebijaksanaan, keterpelajaran,
keningratan, keagungan, tekad kuat, kekayaan, dan kekuasaan. Jika
bangau ini digambarkan berpasangan, maka melambangkan
kesetiaan, atau hidup pernikahan yang panjang. Bangau juga
dianggap sebagai tunggangan roh manusia menuju surga.
4.3 Semiotik Umberto Eco
Model pendekatan Semiotika- Simbolisme Umberto Eco pada
pengkajian motif Batik Khas Demak dalam busana adat di Jawa adalah
sebuah cara untuk melihat adanya suatu pola pemikiran masyarakat
Demak yang mendukungnya melalui tanda-tanda simbolisme dari
bermacam-macam motif batik khas demak, sehingga tanda tersebut
merupakan suatu konstruksi yang berhasil dibagun oleh masyarakat jawa
dalam lingkup di Demak.
Pengunaan batik khas demak dalam busana dilingkungan
masyarakat Demak ada maksud yang tersirat dan tersurat
didalamnya.Yaitu pengunaan motif batik khas demak dimaknai sebagai
tanda satatus sosial, makna dan harapan suatu tujuan sipemakai (umberto
Eco, 1998: 228).
Dalam kehidupan realitas dan bersifat komplek menjadi
permasalahan tersendiri untuk dapat menghayati dengan seksama, oleh
sebab itulah para sosiolog pada abad 19 seperti Augus Comte dan H.
63
Spencer membuat analogi bahwa bahan dalam kehidupan sosial seperti
halnya suatu organisme biologis. (Umberto Eco, 1987:128-129)Kemudian
dalam perkembangannya menjadi teori semiotika dengan tokoh Umberto
Eco dan Charles Sanders Peirce. Pokok dari teori semiotika merupakan
pene- kanan tanda pada sebuah kenyataan mekanistis dari sebuah sistem
dan diartikan sebagai komponen kesatuan dari unsur-unsur yang saling
berinteraksi dalam jangka waktu tertentu dan atas dasar pada pola tertentu
pula unsur-unsur tersebut membentuk ke budayaan.
Pemahaman permasalahan tersebut menyadarkan adanya tanda dari
kebudayaan yang tidak hanya sebagai akibat dari kegiatan interaksi
masyarakat dengan masyarakat lain atau masyarakat dalam institusi sosial.
Tetapi kebudayaan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang akan
membentuk cara berfikir dan bertingkah laku, yang pada tataran realitas
material akan nampak berbagai bentuk variasi, tetapi pada kenyataan
strukturbatik akan menunjukkan suatu kesamaan pandangan serta
kepribadian yang disimboliskan. Seperti yang nampak pada motif batik
demak pada busana adat Jawa secara material kelihatan bervariasi
bentuknya, tetapi secara struktural batik dibentuk oleh adanya simbolisme
dari kepribadian masyarakat Jawa dan khususnya batik khas demak.
Seperti halnya dalam metologi atau sebuah puisi atau syair dan
lainnya, yang tidak memiliki wujud fisik, tetapi didalamnya memiliki
sebuah sistem yang komplek dan rumit. Demikian juga motif batik khas
demak yang tidak hanya sebuah realitas fisik, tetapi sebuah bentuk dari
64
hasil pemikiran yang bersifat kolektif. Sifat kolektifitas tersebut
menunjukkan adanya kompleksitas idea-idea yang tersembunyi dalam
simbolisme, sehingga dapat dijelaskan bahwa simbolisme motif batik khas
demak dalam busana adat di Demak merupakan kenyataan dari gejala
“superorganik. Yaitu realitas yang divisualkan dalam berkesenian bukan
saja material,tetapi menurut Umberto Eco. Lenger sebagai bentuk
“virtualitas”, ialah sesuatu yang ada tetapi tidak dapat diraba, hanya dapat
dirasakan keberadaannya. Inilah yang disebut sebagai hakekat dari imitasi
atau disebut dengan istilah naluri.
Seperti motif batik khas demak dalam busana adat Jawa,
penggunaannya disesuaikan dengan kedudukan sosial atau status dalam
tatacara atau adat istiadat sebuah batik, misalnya motif Surya Baron Toya,
motif Saka Bantala Adhi, motif Ceplok Bulus Peni dan lainnya.Mengingat
secara material, jenis motif batik klasik bervariasi. Kesemuanya
mempunyai arti simbolisme dan berbeda penerapan dalam busana adat di
Demak.
Memahami motif batik khas Demak mengunakan teori simbol dari
Susanne Lenger, teori ini menjelaskan tentang sebuah simbol atau
kumpulan simbol-simbol bekerja dengan menguhungkan sebuah konsep,
ide umum, pola, atau bentuk. Teori ini digunakan untuk memahami
simbol-simbol yang terkandung dalam makna simbol motif batik khas
Demak.
65
Perbedaan penyebutan teori ini tidaklah serta merta membuat
perbedaan yang signifikan dalam pemaknaan istilah semionyang berrti
tanda. Tanda tampak pada tindakan komunikasi manusia lewat bahsa, baik
lisan maupun bahsa isyarat (Endraswara, 2008:64). Lebih jauh lagi, teori
semiotik yang mengkaji tanda berkaitan dengan simbol-simbol bahasa
yang digunakan dalam masyarakat tertentu. Pada masyarakat tertentu
Batik demak(Sustika, 2011:5)
Kealan (2009:163) menyatakan bahwa semiotika adalah sebagai
sebuah sisiplin ilmu yang mengkaji dan menganalisis tanda-tanda dalam
kehidupan manusi atau tentang hakikat berfungsinya suatu sistem
penandaa. Semiotika juga disebut sebagai bidang ilmu yang mengkaji
hubungan di antara tanda, objek, dan makna. Hoed (2001 : 3) menjelaskan
semiotik mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Untuk itu semiotik
dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari pengunaan tanda dan
perlambangan. Semua yang hadir dalam kehidupan manusia dilihat
sebagai tanda yang harus diberi makna. Makna dari tanda-tanda bukanlah
milik dirinya sendiri, tetapi berasal dari konteks dimana ia diciptakan,
dimana ia tertanam. Sebuah tanda bisa memilki arti yang sangat banyak
atau sama sekali tidak berarti (Ratna, 2010:117). Dalam menganalisis GK
digunakan teori semiotik Umberto Eco untuk menetukan makna yang ada
di dalam tanda bahasa tersebut.
Makna menurut Umberto Eco adalah sebuah wahana tanda yang
merupakan satuan kultural yang diperagakan oleh media-media tanda lain
66
tentang relasi – relasi diantara obyek yang diacu. (Masinambow, dkk.,
2001)
Mempelajari makna dalam pengertian teori Levi-Strouss merupakan
sebuah kajian yang secara cermat diareakan pada keberadaan struktur yang
ditransformasikan. Struktur akan memberikan penjelasan tentang
kedudukan, fungsi, bentuk dan relasi-relasinya dengan sesuatu yang
bersifat setara dan atau berlawanan. Tetapi dalam tataran struktur
bathiniah akan menjadi acuan pokok. Sudah barang tentu jika orientasi
mendasarkan dari komunitas tertentu tidak mengalami perubahan.
(Ahimsa, 2002) Maka pertimbangan dalam memilih obyek kajian untuk
pendekatan Semiotika ini le- bih ditekankan pada budaya masyarakat yang
relatif stabil, yaitu komunitas masyara- kat Jawa di Surakarta.
Keberadaan batik motif batik klasik dalam komunitas kraton
Surakarta tersebut menjadi salah satu elemen yang mendukung tata
upacara, baik untuk spiritual atau- pun kegiatan sosial. Fungsi kain batik
motif batik klasik sebagai bagian dari hajat hidup dalam lingkup keluarga
adalah digunakan dalam bentuk penandaan dari suatu peristiwa atau suatu
wahana untuk melakukan komunikasi yang bersifat sosial
maupun spiritual (Eric,1983:23-25). Keterkaitan fungsional
ini yang akan memberikan suatu arah untuk mencermati tentang adanya
“makna” atau “keberartian”. Berdasarkan pemikiran Levi-Strouss dalam
mencermati adanya mitologi, yaitu suatu media untuk meneropong atau
67
kaca pembesar maupun reflektor yang memungkinkan untuk dapat
memahami dari dekat tingkah laku kegiatan akal budi dari seluruh jaringan
aturan atau sistem dan arahan fundamental serta universalnya. Keutamaan
dalam proses penataan semua material yang konkrit diambil dari realita
dan sisa-sisa medium mitos lainnya. (Cremers, 1997)
4.4 Pembahasan
Hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis dengaan melibatkan
beberapa narasumber sebagai sumber data dan informasi terkait tentang
makna-makna simbolik pada Motif Batik Khas Demak menurut
Narasumber motif batik khas Demak dulunya adalah motif glagah wangi
yaitu motif dari pohon glagah. Bunga kapas dengan plataran sisik. Namun
seiring perkembangan zaman, Batik khas Demak memenfaatkan potensi
khas demak untuk memebuat seuah motif Batik Demak.
Setiap motif batik khas demak terdapat symbol-simbol yang
mempunyai makna serta filosofi yang sangat dalam, seperti motif Surya
Toya yang mengunakan ornament dari surya majapahit ornament penyu
yang terdapat di Masjid Agung Demak, motif ini mempunyai arti
kesederhanaan (pelan tapi pasti) dengan rahmat Tuhan YME dalam
langkah kehidupan, selanjutnya adalah Motif Saka Banthala Adhi Motif
ini terbentuk dari ornament keramik Champa yang terdapat pada dinding
Masjid Agung Demak dengan ornament pendukung ukiran pada soko
masjid yang mempunyai mana agar manuasia atau pemakaian berpijak
68
pada (bantala) paa kebijakan (adhi) mengunakan langkah tegak (Saka
Guru), Ceplok Bulus Peni, merupakan salah satu motif Batik Khas Demak
dengan penyu yang terdapat dididnding mihrab Masjid Agung Demak
sebagai ornament utamanya serta ornament bunga yang terdapat pada
dinding mihrab Masjid Agung Demak sebagai ornament Pendukung.
Motif Ceplok Bulus peni ini mempunyai makna kebijakan dalam
berfikir dan melangkah (Bulus/penyu) dan menghasilkan buah pemikiran
dan tindakan yang baik (peni).Nama motif Batik selanjutnya adalah Motif
Batik Bledheg.Motif ini memang unik, berupa gambar kepala Naga
dengan mulut melebar yang tergambar secara Abstrak.Ukiran bledheg
pada pintu masjid kono adlah pemberian dari Ki Ageng Selo Sebagai
sumbangan untuk pintu pintu utama Masjid Agng Demak.Arti Bledheg
terangkum dalam sejarah, bagaimana Ki Ageng Selo ammpu menangkap
Bledheg atau petir yang merupakan sebuah cahaya.Motif ini mempunyai
makna yaitu Batik Daun Pace/Caos Dhahar, Motif ini terinspirasi dari
buah pace yang dulunya sebgai makna khas pada jaman sunan kalijaga.
Motif Batik Jambu Belimbing ini merupakan potensi dari daerah
Demak bahkan sebagai ikon ota demak.Keberadaan buah belimbing yang
popular sejak zaman sunan kalijaga dengan tembang ilir-ilirnya.Kemudian
motif semangka tegalan yang terinspirasi oleh buah semangka yang juga
menjadi andalan Demak. Karena Demak merupakan daerah yang terkenal
akan pertanianya. Ada juga Motif Batik Koi Sembilan motif ini sangat
unik digambarkan berupa ikan yang jumlahnya Sembilan. Motif ini
69
menunjukan ciri Denmak sebagai daerah pesisiran, serta motif ini
dipercaya akan memberikan keuntungan. Yang terakhir adalah motif batik
Burung Blekok Satus Motif ini digambarkan berupa burung Blekok yang
sangat banyak sehingga diberikan nama satus yang artinya seratus. Motif
ini mempeunyai rejeki yan berlimpah.
Sebagai mana diketahui bahwa proses pembuatan batik tidak hanya
berangkat dari ruang kosong belaka. Kalau selama ini banyak yang
beranggapan bahwa batik hanyalah merupakan seni melukis diatas kain,
tanpa memilki makna apapun.Maka pemikiran Semacam ini salah dan
perlu dilurskan kembali. Pada dasarnya, makna sibolis tertentu, tergantung
siapa dan apa tujuan dari sang pembatik.
Pada penelitian ini sebuah symbol atau kumpulan symbol-simbol
bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide mum, pola, atau
bentuk. Menurut langer konsep adalah makna yang disepakati bersama-
sama diantara pelaku komunikasi. Bersamaan makna yang disetujui adalah
makna denotative, sebalinya gambaraakan makna pribadi adalah makan
konotatif.Langer memandang makan sebagai hubungan kompleks diantara
symbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama)
dan konotasi (makna pribadi) (Littlejhon, 2009:154).
Begitu juga makna simbolik motif Batik Khas Demak yang
didalamnya terdapat symbol-simbol yang mengandung apa yang telah
sipaparkan pada hasl penelitian. Motif Batik Khas Demak memilki sebuah
70
bentuk yang dijabarkan mealui sebuah konsep yang disepakati bersama-
sama membentuk sebuh makna yang diterapkan secsrs turun temurun.
Menurut (Soebadio,1977:236) simol dapat diartikan dama dengan
lambing, disini lambing diartikan sebagai tanda pengenal yang tetap
(menyatakan sifat, keadaan dan sebagainya): Misalnya warna putih adalah
kesucian, gambar padi sebagai kemakmuran. Ada lagi yang mengartikan
bahwa lambing, bunga lambanag percintaan, cincin lambing pertunanngan
atau perkawinan, dalam proses pembuatan Batik , khususnya Batik tulis,
melambangkan kesabaran pembuatannya. Setiap hiasan dibuat teliti dan
melalui proses yang panjang Sedangkan kesempernaan motifnya
menyiarkan ketenangan pembuatannya.
Seperti Batik Khas Demak yaitu terinspirasi dari sejarah kerajaan
Demak dan menonojolkan Motif Pesisiran. Dari hasil wawancara dengan
pembatik didemak menenrangkan bahwa Batik Khas Demak mempunyai
makana simbolis tertentu misalnya seperti bledeg yang artinya merendam
perangkai kertas terhadap pemakainnya, makna-mkna simbolik yang
terkandung dalam setiap motif batik Khas demak tersebut sangat erat
kaitannya denag letak dan keadaan kabupaten pada zaman dahulu.
Begitu juga dengan motif batik Khas Demak yan didalamnya
terdapat symbol-simbol yang mengandung apa telah apa yang telah
dipaparkan pada hasil penelitian. Para pembatik mengkomunikasikan
makna dalam motif batik khas demak, yang sebenarnya mempunyai
71
makna arti kesedrhanaan dengan rahmat tuhan yang maha esa, motif saka
abntala adhi yang melambangkan bahwa manusia harus berpijak pada
kebaikan, ceplok bulis peni yang mempunyai arti kebijaksanaan dalam
berfikir dan melangkah, motif bledheg merendam perangkai keras. Makna
yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi social dan
menggambarkan kesepakatan kita untuk menerakan makna tertentu pada
symbol tertentu. Makna dapat ada hanya ketika seseorang memilki pikiran
yang sama mengenai symbol yang mereka gunakan atau mereka setujui
bersama (Richard West, 2008:99). Hal tersebut terlihat jelas bahwa makna
di balik motif batik khas demak merupakan hasil konseptualisasi
kabupaten demak dijaga sampai saat ini.