bab vi hasil dan pembahasan 4.1. deskripsi objek...

22
41 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitian SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah berproses cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m 2 serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga tampak begitu asri. Dari letak geografis, SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD Negeri 06 Salatiga, SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK Darma Wanita dan SD Negeri 05 Salatiga, sangatlah tepat jika dikatakan SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Sarana transportasi yang memadai juga membuat SMP Negeri 2 Salatiga begitu mudah diketemukan. Dari aspek sosial ekonomi peserta didik, SMP Negeri 2 Salatiga memiliki keragaman peserta didik dari semua strata sosial. Mulai dari siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah keatas sampai dengan siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah. Hal yang paling mendasari adalah kemampuan berkompetisi dari masing-masing siswa tanpa melihat strata sosialnya. Dengan dukungan beasiswa baik yang berasal dari pemerintah maupun sumber-sumber yang lain, memberikan dukungan yang positif bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: Profil SMP Negeri 2 Salatiga). Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informatika saat ini berpengaruh pula terhadap perkembangan dunia pendidikan. Secara langsung atau tidak langsung perkembangan teknologi informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna meningkatkan daya serap dalam proses pembelajaran, SMP Negeri 2 Salatiga perlu menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dengan diterapkannya Pembelajaran berbasis multi media (ICT) diharapkan siswa lebih memahami materi yang diajarkan karena dengan menggunakan media tersebut materi yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan kondisi yang semestinya.

Upload: dinhtruc

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

41

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi objek penelitian

SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah

berproses cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga

mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2

serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2

Salatiga tampak begitu asri.

Dari letak geografis, SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan

strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD

Negeri 06 Salatiga, SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK Darma

Wanita dan SD Negeri 05 Salatiga, sangatlah tepat jika dikatakan SMP

Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Sarana

transportasi yang memadai juga membuat SMP Negeri 2 Salatiga begitu

mudah diketemukan.

Dari aspek sosial ekonomi peserta didik, SMP Negeri 2 Salatiga

memiliki keragaman peserta didik dari semua strata sosial. Mulai dari siswa

yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah keatas sampai

dengan siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah

kebawah. Hal yang paling mendasari adalah kemampuan berkompetisi dari

masing-masing siswa tanpa melihat strata sosialnya. Dengan dukungan

beasiswa baik yang berasal dari pemerintah maupun sumber-sumber yang

lain, memberikan dukungan yang positif bagi keberlangsungan kegiatan

belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: Profil SMP Negeri 2

Salatiga).

Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi

informatika saat ini berpengaruh pula terhadap perkembangan dunia

pendidikan. Secara langsung atau tidak langsung perkembangan teknologi

informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna

meningkatkan daya serap dalam proses pembelajaran, SMP Negeri 2

Salatiga perlu menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dengan

diterapkannya Pembelajaran berbasis multi media (ICT) diharapkan siswa

lebih memahami materi yang diajarkan karena dengan menggunakan media

tersebut materi yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan

kondisi yang semestinya.

Page 2: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

42

4.1.1. Visi, Misi dan slogan sekolah

Visi:

Unggul Dalam Prestasi, Berpijak Pada Karakter Bangsa, Nasionalisme,

Komunikatif, Kreatif, Santun, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan

Dan Berpegang Pada Iman Dan Taqwa.

Misi:

Mewujudkan Disiplin Dalam Bekerja, Tepat Waktu, Melayani Dengan

Ikhlas, Memandu Menuju Sukses, Terciptanya Lingkungan Sekolah

Yang Rindang, Sejuk, Bersih, Sehat, Nyaman, Aman, Bersama

Mewujudkan Manajemen Sekolah Yang Berbasis Transparan, Dan

Membentuk Kekeluargaan Yang Harmonis.

Slogan:

PRIMA BERKARAKTER yaitu Pintar, Rigen, Iman, Mandiri, Akhlak

Mulia, Bersih, Komunikatif, Aman, Rindang, Aktif, Kreatif dan Tertib.

Tujuan:

Tujuan Pendidikan di SMP Negeri 2 Salatiga dirumuskan sebagai

berikut:

1. Unggul dalam prestasi akademik dan perolehan nilai UN.

2. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama

bidang komunikasi, sains dan matematika.

3. Unggul dalam lomba olahraga, KIR, kesenian, PMR, Paskibra, dan

Pramuka.

4. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sosial di sekolah dan

di masyarakat.

5. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.

6. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan lingkungan sekolah.

4.1.2. Struktur organisasi SMP Negeri 2 Salatiga

SMP Negeri 2 Salatiga memiliki jumlah siswa sebanyak 733 orang

siswa, dan memiliki guru dan karyawan berjumlah 70 orang.

Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014-2015,

sebagai barikut:

Page 3: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

43

Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2014-2015. (Sumber SMP Negeri 2 Salatiga).

1.2. Deskripsi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2

Salatiga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka

ditemukan bahwa SMP Negeri 2 Salatiga sejak tahun 2010

mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran

yang ada, ke dalam budaya sekolah dan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Namun, sebelum tahun 2010 pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

sudah ada dalam bentuk mata pelajaran Budi Pekerti. Sehingga, alasan

sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter yaitu untuk lebih

meningkatkan rasa nasionalisme dan meningkatkan pembentukan karakter

peserta didik secara khusus dengan pendidikan karakter yang terkandung

dalam budaya sekolah, setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

Alasannya seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan

SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“Karena sebelum tahun 2010 sudah ada mapel Budi Pekerti, hanya saja tahun

2010 barulah di SK-kan. Keadaan sekolah sebelum implementasi pendidikan

karakter tidaklah memprihatinkan atau tidak mempunyai situasi yang sangat

membutuhkannya, tetapi hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan

pembentukan karakter dari warga sekolah secara khusus peserta didik. Selain

itu, mengingat lokasi sekolah yang berada di dalam kota Salatiga yang juga

dipengaruhi dengan kemajuan IPTEK dan globalisasi, sehingga membuat

pihak sekolah mengambil tindakan untuk lebih membentuk karakter warga

sekolah terlebih khusus peserta didik, agar dapat menjadi generasi bangsa

yang beretika dan berbudi luhur baik”.

Page 4: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

44

Pendapat yang sama disampaikan oleh Ketua Tim Pembinaan

Nasionalisme Tahun 2010 SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 3

November 2014:

“Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga telah ada sejak sekolah ini

beroperasi, namun dikemas dalam mata pelajaran Budi Pekerti yang sekarang

lebih dikenal dengan mata pelajaran Kewarganegaraan. Dan pada waktu dulu

mata pelajaran Budi Pekerti merupakan satu-satunya sarana pembelajaran

pembentukan karakter peserta didik. Seiring berjalannya waktu, barulah pada

tahun 2010 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Menteri

Pendidikan, M. Nuh menegaskan untuk pendidikan karakter diajarkan di

semua jenjang pendidikan. Sehingga, baru tahun 2010-lah SMP Negeri 2

Salatiga mengimplementasikan pendidikan karakter kesemua aspek sekolah

yaitu ke semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan juga menjadi

kegiatan pembiasaan yang sekolah lain kenal dengan budaya sekolah. Namun,

implementasi pendidikan karakter di sekolah kami ini hanya diintegrasikan,

karena pihak sekolah hanya ingin meningkatkan rasa nasionalisme peserta

didik dan juga pembentukan karakter peserta didik”.

Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian

Kurikulum tanggal 11 April 2015:

“di SMP Negeri 2 Salatiga implementasi pendidikan karakter dari tahun 2010

termasuk dalam kurikulum tersembunyi. Karena, pendidikan karakter yang

dilakukan di sekolah ini hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan

untuk meningkatkan proses pembentukan karakter terutama bagi peserta

didik. Untuk itu, pendidikan karakter hanya diintegrasikan atau diselipkan

dalam mata-mata pelajaran, kegiatan pembiasaan dan kegiatan

ekstrakurikuler”.

Pendapat diatas diperkuat dengan bukti Surat Keputusan (SK) dari

Walikota Salatiga nomor: 420-05/382/2010 Tentang Tim Pembina dan Tim

Teknis Program Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan. SK

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga nomor: 420/4275

Tentang Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan

kepada SMP Negeri 2 Salatiga. Dan SK Kepala SMP Negeri 2 Salatiga nomor:

800/2099.1 Tentang Tim Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur

Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga.

Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter SMP Negeri 2

Salatiga memiliki pedoman yaitu Panduan dari Provinsi seperti Modul

Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa bagi SMP. Seperti yang

Page 5: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

45

diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Bimbingan Konseling

(BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“Untuk panduan kami pakai dari Provinsi yang untuk Nasionalisme dan

Karakter Bangsa bagi SMP dan dapat dilihat dalam situs Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Tengah. Dan juga panduannya yaitu visi, misi, slogan dan

tujuan dari sekolah sendiri, sehingga semua itu dapat kami wujudkan. Dan

untuk implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah kami sebut

pembiasaan. Jadi ada pembiasaan cinta tanah air yaitu hormat bendera dan

menyanyikan lagu nasionalisme tiap pagi. Pembiasaan pola hidup bersih yaitu

buang sampah pada tempatnya. Pembiasaan beribadah yaitu shalat bagi yang

Muslim dan pendalaman kitab bagi yang Kristiani dan Katholik”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru yang diwawancara

pada tanggal 11 April 2015:

“Pedoman untuk pendidikan karakter yang saya pakai yaitu visi dan misi

sekolah. Alasan, supaya dapat mewujudkan visi dan misi tersebut bukan

hanya itu tetapi juga slogan sekolah”.

Menurut Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga seperti

pada wawancara tanggal 8 April 2015, panduan dari provinsi berupa modul

untuk SMP tentang karakter bangsa. Dengan demikian, SMP Negeri 2

Salatiga mempunyai dua pedoman implementasi pendidikan karakter.

Pertama pedoman yang berasal dari pemerintah yang terdapat pada situs

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, sehingga SMP Negeri 2 Salatiga

selalu beroperasi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pedoman kedua yang berasal dari dalam sekolah sendiri yaitu visi, misi,

tujuan dan slogan sekolah, sehingga walaupun mengikuti pedoman

pemerintah tetapi sekolah tetap pada jati dirinya sendiri untuk

mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Dalam implementasi pendidikan karakter, pihak sekolah melakukan

beberapa kegiatan untuk memberitahukan kepada pendidik, peserta didik,

maupun tenaga kependidikan tentang apa itu pendidikan karakter.

Dari wawancara dengan peserta didik pada tanggal 17 April 2015 dan 18

April 2015 didapatkan beberapa cara yang dilakukan oleh pihak sekolah:

“caranya pada saat upacara bendera, inspektur upacara yaitu kepala sekolah

selalu mengingatkan kami tentang slogan sekolah dan untuk mewujudkannya

dengan melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku di sekolah. lewat

pajangan-pajangan yang ada di sekolah, lewat majalah sekolah kami juga”.

Page 6: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

46

Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga

saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat pajangan-pajangan yang

berkaitan pendidikan karakter, menyampaikan pendidikan karakter lewat

majalah sekolah, lewat mading sekolah, lewat pembinaan pada saat

pembiasaan beribadah, dan juga lewat arahan pada saat upacara bendera

oleh inspektur upacara”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 2 Salatiga

saat wawancara tanggal 7 April 2015:

“Sekolah melakukan beberapa cara yaitu dengan melakukan kegiatan

pembiasaan yang dilakukan setiap harinya oleh seluruh warga sekolah baik

guru, siswa maupun tenaga administrasi. Membuat dan memasangkan

pajangan-pajangan tentang pembentukan karakter, pajangan ini juga

berfungsi untuk mengingatkan peserta didik kepada kegiatan pembiasaan

yang sekolah lakukan setiap harinya. Cara yang lain pada saat upacara

bendera selalu pada saat arahan inspektur upacara selalu diselipkan arahan

untuk peserta didik melakukan semua kegiatan pembiasaan dengan baik

sehingga dapat membentuk karakter dan meningkatkan rasa nasionalisme

mereka”.

Hasil observasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa, pihak sekolah

memberitahukan warga sekolah tentang pendidikan karakter melalui

beberapa cara. Mulai dari pemberitahuan lisan, seperti pada saat arahan

inspektur dalam upacara bendera, pada saat jam ibadah, dan juga pada

saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Pemberitahuan tertulis,

seperti yang terlihat terdapat banyak pajangan yang terkait dengan

pendidikan karakter di sekitaran sekolah dan juga di dalam kelas.

1.2.1. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP

Negeri 2 Salatiga disebut dengan kegiatan pembiasaan. Seperti pada

wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum tanggal 11

April 2015:

“Budaya sekolah di sekolah kami lebih dikenal dengan sebutan kegiatan

pembiasaaan. Seperti kegiatan pembiasaan penghormatan bendera tanpa

upacar itu dilakukan setiap hari. Kegiatan pembiasaan pola hidup sehat dan

bersih, sehingga pihak sekolah menyediakan banyak tempat sampah yang

diletakan disetiap sudut dan ruangan sekolah”.

Page 7: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

47

Pendapat yang sama disampaikan oleh guru yang diwawancara pada

tanggal 11 April 2015:

“pendidikan karakter juga diimplementasikan ke dalam budaya sekolah.

Namun, kami menyebutnya bukan budaya sekolah tetapi kegiatan

pembiasaan. Sebenarnya sama antara budaya sekolah dengan kegiatan

pembiasaan, tetapi kami lebih memilih menyebut dengan kegiatan

pembiasaan. Sehingga, menjadi kebiasaan yang kami lakukan. Contohnya,

kami para guru pada jam pelajaran pertama harus mengajak anak-anak

untuk mengucapkan salam ABITA dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme

itu kami lakukan di dalam kelas”.

Pendapat yang sama juga disampaikan Koordinator Urusan Kesiswaan

SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“sekolah lain mungkin menyebut budaya sekolah, tapi kami di SMP Negeri 2

Salatiga menyebutnya dengan kegiatan pembiasaan. Alasannya, kadang ada

anak atau peserta didik tidak memahami apa itu budaya sekolah, jadi kami

memilih kata yang lebih dekat dengan mereka artinya lebih mudah untuk

dipahami yaitu kegiatan pembiasaan. Sehingga, anak-anak lebih paham.

Dengan demikian, semua kegiatan yang kami tetapkan dilakukan pada

kegiatan pembiasaan itu menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh

anak-anak. Ketika mereka terbiasa melakukannya maka itu akan menjadi

pola hidup mereka. Walaupun mereka hanya 7-8 jam di sekolah, tetapi ketika

selama 7-8 jam itu dibiasakan melakukan semuanya itu maka akan tertanam

dalam kehidupan mereka. Seperti contoh, kegiatan pembiasaan 5S (salam,

senyum, sapa, sopan dan santun) karena terbiasa dilakukan di sekolah, maka

ketika anak-anak berpapasan dengan guru di luar sekolah anak-anak

langsung melakukan seperti yang dilakukannya di sekolah. Padahal, ada anak

yang mungkin melihat gurunya karena takut anak tersebut lari menjauh. Dan

untuk mencegah, maka kami biasakan anak-anak dengan budaya 5S

tersebut”.

Hasil observasi yang didapati oleh peneliti yaitu budaya sekolah

disebut dengan kegiatan pembiasaan. Ini juga terlihat dari beberapa

pajangan foto yang memperlihatkan gambar kegiatan yang dilakukan

dengan tambahan keterangan kegiatan pembiasaan.

Budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga yang disebut kegiatan

pembiasaan dilaksanakan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini

dilakukan setiap harinya.

Kegiatan pembiasaan, sebagai berikut:

1. Upacara bendera, dilaksanakan setiap hari Senin.

Page 8: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

48

2. Pengibaran bendera dan penghormatan bendera tanpa upacara,

dilaksanakan setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu.

3. Mengucapkan salam ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku) dan

menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah, dilakukan

setiap hari.

4. Pembacaan Asma’ul, doa pagi, shalat Jum’at, pembacaan ayat suci

Al-Quran, persekutuan doa dan pendalaman Alkitab, dilaksanakan

setiap hari.

5. Sabtu sehat, dilaksanakan setiap hari Sabtu.

6. Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun).

7. Hidup bersih dan sehat.

Kegiatan pembiasaan ini diberlakukan untuk semua peserta didik,

pendidik maupun tenaga kependidikan. Seperti hasil wawancara dengan

Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara

tanggal 8 April 2015:

“Kegiatan pembiasaan di sekolah ini diberlakukan dan diwajibkan kepada

seluruh warga sekolah dan bukan hanya kepada siswa. Seperti, budaya 5S itu

pun wajib guru dan tenaga kependidikan melakukannya, pembiasaan hormat

bendera. Bukan karena seorang guru jadi pada saat pengibaran bendera dia

tidak memberi hormat. Tidak, itu tidak berlaku. Dan semua pembiasaan ini

diwajibkan bagi seluruh warga SMP Negeri 2 Salatiga”.

Kegiatan pembiasaan ini juga berlaku kepada pendidik, seperti pada

wawancara dengan guru tanggal 11 April 2015:

“kami para guru pun wajib melakukan kegiatan pembiasaan tersebut. Seperti,

salam ABITA, kami para guru pun wajib mengetahuinya karena kami yang

memimpin murid-murid untuk mengucapkannya sebelum pelajaran dimulai.

Kegiatan pembiasaan penghormatan bendera pun kami para guru

mengikutinya. Karena, kami menjadi contoh bagi para murid”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh peserta didik pada saat

wawancara tanggal 18 April 2015:

“kegiatan pembiasaan ini berlaku bagi kami para murid. Kami melakukannya

setiap hari. Dan kami juga melihat kalau para guru kami juga pun melakukan

hal yang sama dengan kami. Contohnya, para guru juga melakukan

penghormatan bendera seperti kami lakukan. Para guru juga mengucapkan

salam ABITA. Para guru juga mengikuti doa bersama dengan kami”.

Hasil observasi peneliti ditemukan bahwa kegiatan pembiasaan ini

berlaku bukan hanya pada peserta didik tetapi juga pada pendidik dan

tenaga kependidikan. Dilihat dari kehadiran pendidik dan tenaga

Page 9: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

49

kependidikan yang tepat waktu. Keikutsertaan pendidikan dan tenaga

kependidikan dalam upacara bendera, penghormatan bendera, Sabtu sehat.

Dan juga terlihat dari keramahtamahan tenaga kependidikan dan pendidik

yang sesuai dengan budaya 5S yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Salatiga.

Ketika ada warga sekolah yang melanggar kegiatan pembiasaan maka

akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran lisan,

teguran tertulis sampai dipulangkan atau diskrosing juga sanksi tindakan

yaitu berupa membersihkan ruang osis dan UKS. Dan semua sanksi-sanksi

tersebut telah menjadi bagian dari tata tertib sekolah selain hak dan

kewajiban. Namun, selain sanksi diberikan kepada yang melakukan

pelanggaran tersebut, ada juga penghargaan yang diberikan kepada yang

melakukan peraturan dengan baik. Pemberian penghargaan diberikan lewat

lomba-lomba yang dilakukan di sekolah, seperti, lomba kebersihan kelas,

lomba pojok nasionalisme, dan lomba menghias tong sampah.

Seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta didik yang pernah

mendapatkan sanksi, saat wawancara tanggal 18 April 2015:

“saya dan beberapa teman pernah mendapat hukuman karena melanggar

kegiatan pembiasaan yaitu tidak melakukan penghormatan bendera karena

terlambat datang ke sekolah, akhirnya kami dihukum disuruh membersihkan

ruang OSIS karena kebetulan kami yang terlambat cukup banyak”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan

SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“untuk sanksi dimulai dari teguran lisan diberikan pada saat pertama kali

membuat kesalahan, kalau masih diulangi biasa diberikan hukuman

hukuman tindakan seperti membersihkan ruang OSIS, ruang UKS atau

membersihkan halaman sekolah, selain itu juga ada teguran tertulis dan

sampai pada dipulangkan ke orang tua, ketika kesalahan yang dilakukan

sudah berulang-ulang dan tidak ada perubahan. Sedangkan untuk

penghargaan kepada pribadi anak seperti rajin melakukan kegiatan

pembiasaan ibadah itu baru dipikirkan, mungkin akan dilakukan seperti

memberi penghargaan kepada murid teladan, murid tersopan, murid terapi

dalam berpakaian. Tetapi, sekolah sudah memberikan penghargaan kepada

murid melalui lomba kebersihan kelas. Lomba kebersihan kelas ini

mengajarkan anak untuk hidup bersih dan sehat, lomba ini diadakan

antarkelas. Ada juga lomba pojok nasionalisme ini juga dilakukan dalam

kelompok, sehingga penghargaan yang diberikan sekolah kepada peserta didik

selama ini dalam bentuk kelompok dan belum kepada individu atau pribadi”.

Page 10: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

50

Pendapat yang sama juga datang dari seorang guru saat wawancara

tanggal 11 April 2015:

“sanksi juga berlaku bagi kami para guru. Saya pernah mendapat teguran

lisan karena terlambat datang ke sekolah. Bukan hanya saya, tetapi juga

beberapa teman lain yang saya temui mendapat teguran lisan”.

Sarana prasarana pendukung pelaksanaan implementasi pendidikan

karakter di SMP Negeri 2 Salatiga cukup lengkap. Seperti, untuk

pendukung kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat disediakan

tempat-tempat sampah mulai dari luar lingkungan sekolah, dalam

lingkungan sekolah dan juga di dalam kelas-kelas, serta UKS. Untuk

kegiatan pembiasaan Sabtu sehat sekolah memiliki lapangan yang

mempunyai daya tampung yang cukup untuk seluruh warga sekolah.

Untuk kegiatan pembiasaan rohani disediakan Mushola dan juga Kapel

atau ruang doa.

Seperti pendapat peserta didik saat wawancara tanggal 18 April 2015:

“tempat ibadah seperti mushola dan ruang doa ada, UKS ada, tempat sampah

saja banyak disediakan disetiap kelas dan di lingkungan sekolah dan juga

tempat sampahnya pisah-pisah untuk sampah plastik sendiri, sampah kertas

sendiri dan sampah organik juga sendiri”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru saat wawancara

tanggal 15 April 2015:

“sarana dan prasarana untuk kegiatan pembiasaan sudah lengkap. Seperti

ruang doa dan mushola untuk kegiatan pembiasaan ibadah. Tempat sampah

banyak untuk kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat. Selalu

diputarkan lagu-lagu nasionalisme untuk kegiatan pembiasaan penghormatan

bendera dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme”.

Sejalan dengan itu, Koordinator Urusan Kesiswaan mengungkapkan

hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“semua kegiatan pembiasaan yang dilakukan sudah ditunjang dengan sarana

dan prasarana yang memadai. Seperti, kegiatan pembiasaan upacara

pengibaran bendera dan kegiatan pembiasaan Sabtu Sehat, sekolah memiliki

lapangan yang dapat menampung cukup seluruh warga sekolah yang

mengikutinya. Kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat memiliki

tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah, serta memiliki ruang UKS.

Kegiatan pembiasaan ibadah memiliki mushola bagi yang beragama Islam dan

ruang doa bagi yang beragama Kristen dan Katholik”.

Page 11: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

51

Sekolah juga memiliki pajangan-pajangan terkait pendidikan karakter,

seperti “Budayakan 5S (salam, senyum, sapa, sopan dan santun)” yang

dipajang di jalan masuk sekolah dari pintu depan, “Cintailah Budaya

Sendiri Sebelum Dicintai Orang Lain”, “Buanglah Sampah Pada

Tempatnya”, “Jangan Nyontek” dengan icon dilarang, “Save The Earth”,

“Jadilah Pribadi yang Jujur”, “Super Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No”, dan juga

ada pajangan dengan ayat suci Al-quran dan ayat Alkitab. Bukan hanya itu,

pada setiap kelas dipasangkan banner berisi visi, misi dan slogan sekolah,

juga tiang dan bendera merah putih, foto presiden dan wakil presiden, dan

juga perangkat kebersihan. SMP Negeri 2 Salatiga juga mempunyai

beberapa mading sekolah, diantaranya untuk memajang hasil karya dari

peserta didik berupa puisi, cerpen, komik, dan juga tulisan motivasi. Ada

juga mading pengumuman, dan juga mading osis. Selain itu, untuk

menyuarakan isi hati peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan juga

tamu yang berkunjung ke SMP Negeri 2 Salatiga disediakan kotak saran.

Seperti pendapat Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2

Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“ada juga pajangan-pajangan yang bisa ditemui disekitaran lingkungan

sekolah mulai dari gerbang sekolah sampai di dalam kelas-kelas. Pajangan-

pajangan yang berkaitan dengan pembentukan karakter, contohnya Super

Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No. Selain itu, sekolah memiliki majalah dan mading

sekolah sebagai sarana untuk pembentukan karakter”.

Pendapat yang sama disampaikan pendidik saat wawancara dengan

guru tanggal 15 April 2015:

“sekolah memiliki pajangan-pajangan yang menunjang kegiatan pembiasaan.

Di kelas saja terdapat banner berisikan visi, misi dan slogan sekolah. Setiap

kelas dilengkapi dengan perangkat kebersihan. Tempat sampah ada dimana-

mana lengkap dengan jenis sampah”.

Peserta didik pun berpendapat yang sama pada wawancara tanggal 17

April 2015 dan 18 April 2015:

“banyak pajangan, di kelas ada visi, misi, dan slogan, ada majalah sekolah,

mading sekolah juga ada. Ada juga kotak saran”.

Hasil observasi memperlihatkan sarana dan prasarana pendukung

implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, berupa

mushola, kapel atau ruang doa, UKS, kotak saran, tempat sampah yang

sesuai dengan jenis sampah, mading sekolah, majalah sekolah, pajangan-

Page 12: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

52

pajangan terkait pendidikan karakter dan lapangan yang cukup

menampung seluruh warga sekolah.

Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga pun

dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam setiap mata-mata

pelajaran yang ada. Pendidikan karakter termuat dalam silabus dan RPP

dari setiap mata pelajaran, pada poin karakter yang diharapkan.

Seperti pada wawancara dengan peserta didik tanggal 18 April 2015:

“pada saat pelajaran berlangsung guru mata pelajaran memberitahukan

kepada kami karakter yang harus dicapai pada materi saat itu”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian

Kurikulum saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“setiap guru diwajibkan memasukan karakter apa saja yang diharapkan dari

murid untuk semua materi yang diajarkan. Dan karakter tersebut masuk

pada pin karakter yang diharapkan dalam silabus dan RPP”.

Sejalan dengan itu, pendidik juga mengungkapkan hal yang sama saat

wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 11 April 2015:

“saya juga memasukan karakter yang diharapkan dari siswa pada setiap

materi yang diajarkan dan semuanya tertuang dalam silabus dan RPP. Pada

saat di kelas, sebelum pelajaran dimulai atau sementara pelajaran saya

berikan, saya selalu menyampaikan karakter apa saja yang harus dimiliki

siswa untuk belajar materi saat itu”.

Hasil observasi ditemukan bahwa, guru pada saat proses belajar

mengajar memberitahukan kepada peserta didik tentang karakter yang

diharapkan dalam menyelesaikan materi tersebut. Dan ini dibuktikan

dengan dokumen yaitu silabus dan RPP guru yang mana di dalamnya

tertuang beberapa karakter yang diharapkan dalam setiap materi.

Pedoman implementasi pendidikan karakter ke dalam setiap mata

pelajaran di SMP Negeri 2 Salatiga yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Dalam setiap materi dari tiap-tiap mata pelajaran termuat 4-5 karakter

yang diharapkan dari peserta didik. Penilaian pendidikan karakter dari

setiap mata pelajaran berupa nilai sikap yang diberikan oleh guru

pengampuh mata pelajaran tersebut.

Seperti pada wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 11 April 2015:

Page 13: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

53

“pedoman saya yaitu saya ambil dari SKL SMP. Sehingga, satu materi terdapat

4-5 karakter yang diharapkan dari siswa. Penilaiannya berupa nilai sikap yang

ada di laporan yang diterima siswa”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Koordinator Urusan

Kesiswaan mengungkapkan hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April

2015:

“karena saya juga mengajar jadi saya tahu pedomannya yaitu SKL.

Penilaiannya masuk dalam bentuk nilai sikap. Dan setiap materi terdapat 3-4

karakter”.

Sejalan dengan itu, hal yang sama diungkapkan peserta didik saat

wawancara tanggal 17 April 2015:

“ada beberapa karakter dari setiap materi dan penilaiannya berupa nilai

sikap”.

Pendapat diatas didukung dengan hasil studi dokumetnasi pada

Silabus dan RPP dari mata pelajaran IPA yang di dalamnya termuat

karakter yang diharapkan dari peserta didik.

Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga juga

dilakukan pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi dua (2)

jenis ekstrakurikuler yaitu (1) ekstrakurikuler akademis sebanyak 5

kegiatan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Jawa

dan IPA/KIR. (2) Ekstrakurikuler non-akademis sebanyak 23 kegiatan yaitu

Pramuka, PMR, Drum Band, Bina Vokalia, Bola Basket, Atletik, Cheerleader,

Tenis Meja, Sepak Bola, Jurnalistik (Mading, Pinasthika), Baca dan Tulis Al-

Qur’an, Kasidah/Rebana, Pendalaman Alkitab, Seni Rupa, Seni Tari, Band,

Pertanian dan Lingkungan Hidup, Paskibra, Drumblek, Judo, Takraw,

Futsal, Panah.

Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Urusan

Kesiswaan tanggal 8 April 2015:

“pendidikan karakter pun kami implementasikan ke dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Seperti, paskibra itu ada pembentukan karakter disiplin,

mandiri dan tanggung jawab. Pertanian dan lingkungan hidup itu ada

pembentukan karakter tanggung jawab, cinta lingkungan, dan mandiri. Futsal

itu ada pembentukan karakter kerja sama, persahabatan dan disiplin.

Sehingga, semua kegiatan yang ada di sekolah, kami integrasikan pendidikan

karakter untuk membentuk karakter warga sekolah terutama bagi peserta

didik”.

Page 14: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

54

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh pendidik saat wawancara

dengan guru pendamping kegiatan ektrakurikuler tanggal 15 April 2015:

“untuk kegiatan ekstra juga kami sisipkan pembentukan karakter. Seperti,

Seni tari. Dalam kegiatan eksul ini ada pembentukan karakter kerja keras

untuk belajar menari, disiplin dalam mengikuti jadwal yang ada,

persahabatan yaitu tidak sombong ketika sudah pandai menari tetapi bisa

melatih teman yang lain”.

Sejalan dengan itu, hal yang sama disampaikan peserta didik saat

wawancara tanggal 17 April 2015:

“ada. Dalam futsal saja kami dikasih tahu harus bermain jujur, kerja sama

dengan teman se-tim dan disiplin dalam latihan”.

Dengan demikian, setiap jenis kegiatan ekstrakurikel yang ada

terkandung beberapa karakter yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh

peserta didik. Seperti, Paskibra, peserta didik harus memiliki karakter yang

cinta tanah air, disiplin, tanggung jawab, mandiri dan bersahabat.

1.2.2. Hasil Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2

Salatiga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka

ditemukan bahwa hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2

Salatiga sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan setiap hari oleh

seluruh warga sekolah dan hasilnya sangat baik. Seperti pendapat Kepala

SMP Negeri 2 Salatiga, saat wawancara tanggal 7 April 2015:

“hasilnya menurut saya sudah baik, ini diperlihatkan oleh kondisi sekolah

yang lebih baik. Seperti, lingkungan sekolah lebih bersih, siswa dan guru juga

lebih disiplin dalam hal datang tepat waktu karena ada kegiatan pembiasaan

yang dilakukan. Siswa dan guru pun tertib melaksanakan ibadah. Dan

menurut saya, semua perubahan ini dihasilkan dari kegiatan pembiasaan yang

dilakukan di sekolah”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan,

saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“menurut pengamatan saya, hasil implementasi pendidikan karakter di SMP

Negeri 2 Salatiga sudah baik. Dari aspek akademis, nilai UN meningkat dalam

3 tahun terakhir dan selalu menjadi juara dalam lomba cerdas cermat. Untuk

siswa dan guru ditunjukkan dengan disiplin waktu yang tidak terlambat ke

sekolah. Hubungan guru dan siswa lebih dekat, artinya siswa tidak sungkan

Page 15: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

55

untuk membicarakan sesuatu dengan guru. Lingkungan sekolah lebih bersih

karena ada begitu banyak tempat sampah yang disediakan”.

Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian

Kurikulum, saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga sudah baik.

Karena, hasil UN meningkat, meraih prestasi juara 3 di tingkat provinsi dalam

kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan karakter, siswa dan guru

menjadi lebih disiplin yaitu tidak terlambat ke sekolah dan juga lingkungan

sekolah lebih bersih dan terawat”.

Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga

saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“hasilnya baik, buktinya dari lingkungan sekolah bersih karena ada kegiatan

pembiasaan hidup bersih dan sehat, siswa dan guru menjadi disiplin dalam

waktu yaitu datang ke sekolah tepat waktu karena ada pembiasaan

penghormatan bendera dan upacara, siswa lebih rajin melaksanakan ibadah.

Bukti lain yaitu aspek akademis, nilai UN meningkat, menjadi utusan Kota

Salatiga untuk kegiatan Jambore selama 2 tahun berturut-turut,

mendapatkan juara 3 dalam kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan

karakter di tingkat provinsi Jawa Tengah. Ini menjadi bukti bahwa

implementasi pendidikan karakter sudah baik di SMP Negeri 2 Salatiga”.

Menurut guru yang diwawancara tanggal 15 April 2015:

“hasil implementasi pendidikan karakter sudah baik. Sikap siswa dalam kelas

pun sesuai dengan karakter yang diharapkan. Sekolah menjadi nyaman

karena antara para guru tercipta hubungan yang baik. Siswa pun semakin

sopan. Dan lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan terawat”.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa

lingkungan sekolah terlihat terawat dan bersih ini didukung dengan tempat

sampah yang tersedia dimana-mana. Guru dan siswa tepat waktu datang

ke sekolah, walaupun masih ada sebagian kecil yang terlambat. Siswa dan

guru juga disiplin dalam melaksanakan ibadah, karena pada jam beribadah

guru dan siswa dengan tanpa diperintah menuju tempat ibadah dan

melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan. Cara berpakaian siswa

dan guru rapi. Dalam observasi ini juga, peneliti melihat hubungan guru

dan siswa sangatlah baik, seperti pada waktu istirahat ada beberapa

kelompok kecil yang terdiri dari 4-7 orang siswa yang sedang bercerita dan

tertawa bersama satu atau dua orang guru.

Page 16: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

56

1.2.3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Hasil Implementasi

Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hasil yang diperoleh dari

implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga.

Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum,

saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“ada beberapa faktor yang menentukan hasil implementasi pendidikan

karakter yaitu guru memberikan dukungan yang baik dalam implementasi

pendidikan karakter. Seperti, dalam Silabus dan RPP setiap mata pelajaran

ada unsur karakter yang diharapkan dari siswa. Dan semua guru

mematuhinya”.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan,

saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“faktor yang melatarbelakangi yaitu dukungan anggaran dari komite sekolah.

Dukungan dari para guru. Namun, belum semua guru di SMP Negeri 2

Salatiga sepenuhnya mendukung, karena ada sebagian kecil dari para guru

yang belum memiliki pehaman yang sama. Sebagian kecil guru ini masih

beranggapan bahwa pendidikan karakter itu tugas dari guru BK, guru Agama

dan guru Kewarganegaraan, tetapi dalam silabus dan RPP guru-guru ini

sudah tercantum karakter yang diharapkan dari siswa. Namun, sebagian kecil

guru ini masih taat melaksanakan kegiatan pembiasaan di sekolah”.

Faktor yang lain disampaikan oleh Koordinator Bimbingan Konseling

(BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“ada beberapa faktor pendukung yaitu guru bersedia dan menjadi contoh bagi

siswa untuk melaksanakan seluruh kegiatan pembiasaan dengan baik. Selain

guru, Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi pun sangat mendukung

yaitu melalui kegiatan atau lomba-lomba yang berkaitan dengan pendidikan

karakter, contoh lomba sekolah terbaik dalam mengimplementasi pendidikan

karakter. Dan juga dukungan dari orang tua siswa yang menjadi salah satu

faktor penentu keberhasilan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri

2 Salatiga. Contoh dukungan orang tua yaitu langsung memberikan contoh

bagi siswa atau anaknya. Pada saat orang tua siswa terlambat mengantar

anaknya ke sekolah, dan setelah tiba di sekolah bertepatan saat pengibaran

bendera maka orang tua tersebut pun berdiri dan memberi hormat ke arah

bendera tersebut. Sehingga, ini pun menjadi pelajaran bagi siswa tersebut

untuk dijadikan contoh, serta dukungan orang tua tersebut menjadi bantuan

kepada sekolah untuk implementasi pendidikan karakter”.

Dari beberapa pendapat diatas, ditemukan beberapa faktor yang

menjadi pendukung yang melatarbelakangi keberhasilan implementasi

pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, Sebagai berikut:

Page 17: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

57

1. Dukungan dari para guru untuk menjadi contoh atau panutan dalam

implementasi pendidikan karakter. Guru bersedia melaksanakan semua

kegiatan pembiasaan dengan baik dan sesuai aturan, sehingga dapat

dilihat dan dicontohi oleh para siswa. Bukan hanya melakukan

kegiataan pembiasaan, tetapi juga pada setiap Silabus dan RPP dari

guru mata pelajaran dimasukan karakter yang diharapkan dari siswa

disetiap materi yang diberikan.

2. Dukungan dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi melalui

kegiatan-kegiatan atau lomba-lomba yang dilakukan yang berkaitan

dengan pendidikan karakter.

3. Dukungan dari Komite sekolah berupa dana. Dukungan dari orang tua

juga yang secara tidak langsung membantu sekolah untuk menjadi

contoh bagi siswa dalam melakukan salah satu kegiatan pembiasaan,

seperti memberi hormat pada saat pengibaran bendera.

Selain, faktor pendukung diatas, sekolah juga diperhadapkan dengan

faktor lain yang menjadi penghambat di SMP Negeri 2 Salatiga dalam

implementasi pendidikan karakter yaitu ada sebagian kecil guru yang mesih

beranggapan kalau pendidikan karakter itu menjadi tugas dari guru BK,

guru Agama dan guru Kewarganegaraan. Namun begitu, sebagian kecil

guru ini tetap memasukan karakter yang diharapkan dari siswa di Silabus

dan RPP mata pelajaran. Dan juga sebagian kecil guru ini tetap bersedia

dan taat untuk melaksanakan kegiatan pembiasaan setiap harinya.

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang evaluasi

implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, maka dapat

dilakukan pembahasan dalam tiga (3) hal, sebagai berikut:

1.3.1. Implementasi Pendidikan Karakter ke Dalam Budaya Sekolah di

SMP Negeri 2 Salatiga

Fokus penelitian ini terdapat pada implementasi pendidikan karakter

ke dalam budaya sekolah, sehingga dalam bagian pembahasan ini peneliti

hanya akan membatasi pembahasan seputar implementasi pendidikan

karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga.

Pada awal SMP Negeri 2 Salatiga berproses sudah ada pendidikan

karakter yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk mata pelajaran

Budi Pekerti. Namun, pada tahun 2010 barulah pendidikan karakter

Page 18: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

58

diputuskan oleh Mendiknas M. Nuh pada peringatan Hari Pendidikan pada

tanggal 2 Mei 2010 untuk wajib dilakukan disetiap jenjang pendidikan yang

ada di Indonesia. Sehingga, untuk menindaklanjuti keputusan Mendiknas,

Wali Kota Salatiga mengeluarkan SK kepada Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olah Raga Kota Salatiga untuk menunjuk beberapa sekolah menjadi

Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat

Kota Salatiga Tahun 2010. Dengan SK dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olah Raga Kota Salatiga menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga sebagai Sekolah

Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat Kota

Salatiga Tahun 2010. Sehingga, Kepala SMP Negeri 2 Salatiga

mengeluarkan SK tentang Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur

Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga. Dengan demikian, dengan SK

tersebutlah SMP Negeri 2 Salatiga mulai membenah diri dalam hal

mengimplementasikan pendidikan karakter bukan hanya berupa satu mata

pelajaran tetapi diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran yang ada,

diimplementasikan ke dalam budaya sekolah, dan juga diimplementasikan

ke dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada.

Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP

Negeri 2 Salatiga lebih dikenal dengan sebutan kegiatan pembiasaan.

Kegiatan pembiasaan dilakukan setiap hari dan diwajibkan kepada seluruh

warga SMP Negeri 2 Salatiga. Ketika sebuah kegiatan yang dilakukan setiap

hari secara trus-menerus, maka itu akan melekat kepada diri seseorang

dan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan ini pun yang terjadi di SMP

Negeri 2 Salatiga. Karena, setiap hari melakukan semua kegiatan

pembiasaan secara terus-menerus, maka sudah menjadi sebuah kebiasaan

di dalam keseharian warga SMP Negeri 2 Salatiga.

Seperti pendapat Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan

kebiasaan (habit), maka untuk memperoleh karakter dimulai dari sebuah

kebiasaan yang dilakukan dalam keseharian seseorang. Seluruh warga SMP

Negeri 2 Salatiga melakukan semua kegiatan pembiasaan itu, sehingga

dengan sendirinya warga sekolah memiliki karakter yang terbentuk dari

pembiasaan yang selalu dilakukan. Karena, seperti pendapat Bourdieu

bahwa suatu habitus tidak terbentuk secara mendadak tetapi dalam suatu

proses panjang. Bukan hanya pembiasaan dengan melakukan kegiatan

yang selalu dilakukan setiap harinya, tetapi juga dengan adanya pajangan-

pajangan tentang pendidikan karakter yang dipajang di dalam sekolah

maupun dalam kelas itu juga menjadi sebuah pendukung dalam memiliki

kebiasaan. Karena, setiap hari melihat dan membacanya sehingga dengan

Page 19: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

59

mudah dapat diingat dan menghasilkan sebuah tindakan yang sesuai

dengan apa yang dipikirkan. Dengan demikian, tindakan yang tampakkan

pun sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Foerster, Suyanto dan Wynne berpendapat karakter merupakan

identitas atau ciri khas untuk membedakan seseorang dari orang lain.

Kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Salatiga juga

menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari lembaga tersebut. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan setiap hari

secara terus-menerus dapat menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan

tersebut menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari seseorang ataupun

lembaga untuk membedakan dari orang lain atau lembaga lain.

Seluruh kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 2 Salatiga pun tidak

dilakukan secara asal-asalan karena di dalam semua kegiatan pembiasaan

itu termuat nilai-nilai karakter yang dapat membantu peserta didik,

pendidik maupun tenaga kependidikan untuk memiliki karakter yang baik.

Seperti, pada kegiatan pembiasaan pola hidup bersih termuat nilai karakter

disiplin, bertanggungjawab, dan peduli lingkungan. Kegiatan pembiasaan

ibadah termuat nilai karakter religius dan cinta damai. Kegiatan

pembiasaan pengibaran bendera dan menyanyikan lagu nasionalisme dan

lagu daerah termuat nilai karakter cinta tanah air, disiplin, rasa hormat

dan semangat kebangsaan. Sehingga, dari semua kegiatan pembiasaan

yang dilakukan setidaknya termuat dua sampai empat nilai karakter yang

dapat dipelajari oleh warga sekolah terlebih khusus peserta didik.

1.3.2. Hasil Implementasi pendidikan karakter

Simpulan pengertian pendidikan karakter dari beberapa pendapat

yaitu proses pengajaran dan pengembangan nilai-nilai karakter dan yang

dihubungkan dengan lingkungan sosial peserta didik untuk menjadikan

sebuah kebiasaan yang dilakukan dalam keseharian di sekolah maupun di

lingkungan sosialnya. Kegiatan pembiasaan tersebut diajarkan lewat

keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan sehingga peserta

didik dapat menirunya dan melakukan menjadi sebuah kebiasaan. Kegiatan

pembiasaan ini juga menjadi sebuah cara untuk mengembangkan karakter

warga sekolah menjadi lebih berkembang dan diwujudkan melalui

tindakan. Semua kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 2 Salatiga ini menjadi

sebuah awal untuk warga sekolah lebih khusus peserta didik melakukan

interaksi dalam lingkungan sosial di dalam masyarakat dan juga menjadi

Page 20: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

60

sebuah kebiasaan yang baik yang dibawa ke dalam kesehariannya di rumah

maupun di masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, serta melihat kembali

visi, misi, tujuan dan slogan SMP Negeri 2 Salatiga dan disandingkan

dengan kegiatan pembiasaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah

yang dikenal oleh SMP Negeri 2 Salatiga sebagai kegiatan pembiasaan

sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan dengan sangat baik.

Karena, dari kegiatan pembiasaan seperti pengibaran bendera,

menyanyikan lagu-lagu nasionalisme dan lagu-lagu daerah sudah

menjawab visi SMP Negeri 2 Salatiga yaitu nasionalisme dan berbudaya,

menjawab misi tepat waktu dan budaya transparan. Kegiatan pembiasaan

beribadah menjawab visi iman dan taqwa, menjawab misi membentuk

kekeluargaan dan menjawab slogan iman dan akhlak mulia. Kegiatan

pembiasaan 5S menjawab visi santun. Kegiatan pembiasaan pola hidup

sehat menjawab visi berwawasan lingkungan, menjawab misi bersih,

rindang, nyaman, dan menjawab slogan bersih dan tertib.

Hasil yang baik dalam implementasi pendidikan karakter di SMP

Negeri 2 Salatiga bukan hanya ketika disandingkan dengan visi, misi,

slogan dan tujuan, tetapi juga hasil yang baik terlihat seperti pada

kenyataanya yang peneliti dapatkan selama masa-masa penelitian yaitu

pertama, pendidik dan tenaga kependidikan sangat ramah dalam melayani

dan memperlihatkan kegiatan pembiasaan 5S (senyum, sapa, salam, sopan

dan santun). Kedua, ketika berhubungan dengan beberapa pendidik atau

guru yang terkait dengan penelitian ini, sangatlah menunjukkan sikap

terbuka dan sangat membantu. Ketiga, peserta didik pun ramah dan selalu

tersenyum, ketika peneliti melakukan observasi secara tertutup (tidak

diketahui pihak yang diteliti) kepada peserta didik. Selama masa penelitian,

peneliti mendapatkan kegiatan pembiasaan dilakukan secara teratur setiap

hari. Seperti, kegiatan pembiasaan penghormatan bendera, ketika ada

warga sekolah baik itu peserta didik, pendidik maupun tenaga

kependidikan yang terlambat dan waktu sampai di gerbang sekolah

sementara bendera dikibarkan maka warga sekolah yang terlambat itu pun

langsung berdiri ditempatnya yaitu di luar sekolah untuk memberi hormat.

Kegiatan pembiasaan ibadah pun pada waktunya warga sekolah dengan

tertib menuju tempat ibadah. Kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan

sehat pun dilakukan seperti biasa.

Page 21: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

61

Dengan demikian, dari hasil penelitian yang didapati oleh peneliti

maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter ke

dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga memperoleh hasil yang

baik.

1.3.3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hasil implementasi

pendidikan karakter

Hasil yang baik dari implementasi pendidikan karakter ke dalam

budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga atau yang disebut dengan kegiatan

pembiasaan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1. Pendidik atau guru. Guru dalam hal kegiatan pembiasaan sangat

berperan aktif. Guru sangat menyadari posisinya yaitu sebagai contoh

bagi peserta didik. Seperti pendapat Warsono, pendidikan karakter

adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik agar menjadi

manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,

serta rasa dan karsa. Sehingga, guru-guru di SMP Negeri 2 Salatiga

menyadari hal itu dan lebih duluan melakukan kegiatan pembiasaan

tersebut. Dengan demikian, sangat penting pendidik menjadi pembuka

jalan atau teladan kepada peserta didik dalam hal melakukan lebih dulu

kegiatan pembiasaan tersebut. Namun, belum semua pendidik SMP

Negeri 2 Salatiga yang menyadarinya. Ada sebagian kecil pendidik yang

masih berpandangan kalau itu tugas guru BK atau guru Agama atau

guru Kewarganegaraan. Walaupun begitu kelompok kecil ini tetap

memasukan karakter yang diharapkan dari peserta didik dalam tiap-tiap

materi yang diajarkan.

2. Dukungan dari stakeholder, seperti Pemerintah Provinsi mengadakan

lomba sekolah berkarakter dalam waktu dua (2) tahun sekali dan

hasilnya SMP Negeri 2 Salatiga pun mendapat juara. Selain itu,

Pemerintah Kota Salatiga ikut serta dalam kegiatan jambore dan selama

dua (2) tahun berturut-turut SMP Negeri 2 Salatiga menjadi utusan dari

Kota Salatiga. Dengan bukti terpilihnya SMP Negeri 2 Salatiga menjadi

utusan Kota Salatiga dan menjadi juara dalam lomba sekolah

berkarakter, maka menunjukkan bahwa hasil implementasi pendidikan

karakter di SMP Negeri 2 Salatiga digolongkan baik.

3. Selain dukungan Pemerintah, ada juga dukungan dari orang tua peserta

didik berupa menjadi contoh pelaksanaan kegiatan pembiasaan yang

termuat pendidikan karakter. Orang tua pun melakukan kegiatan

pembiasaan tersebut ketika berada di lingkungan SMP Negeri 2 Salatiga.

Page 22: BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15787/4/T2_942013150_BAB IV... · 4.1. Deskripsi objek penelitian . SMP Negeri 2

62

Contoh, ketika orang tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah dan

mendapati bendera sementara dikibarkan, maka orang tua tersebut juga

mengikuti berdiri dan hormat pada bendera tersebut. Karena, orang tua

pun mendapat pembinaan mengenai pendidikan karakter.