bab vi hasil dan pembahasan 4.1. deskripsi objek...
TRANSCRIPT
41
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi objek penelitian
SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah
berproses cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga
mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2
serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2
Salatiga tampak begitu asri.
Dari letak geografis, SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan
strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD
Negeri 06 Salatiga, SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK Darma
Wanita dan SD Negeri 05 Salatiga, sangatlah tepat jika dikatakan SMP
Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Sarana
transportasi yang memadai juga membuat SMP Negeri 2 Salatiga begitu
mudah diketemukan.
Dari aspek sosial ekonomi peserta didik, SMP Negeri 2 Salatiga
memiliki keragaman peserta didik dari semua strata sosial. Mulai dari siswa
yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah keatas sampai
dengan siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah
kebawah. Hal yang paling mendasari adalah kemampuan berkompetisi dari
masing-masing siswa tanpa melihat strata sosialnya. Dengan dukungan
beasiswa baik yang berasal dari pemerintah maupun sumber-sumber yang
lain, memberikan dukungan yang positif bagi keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: Profil SMP Negeri 2
Salatiga).
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
informatika saat ini berpengaruh pula terhadap perkembangan dunia
pendidikan. Secara langsung atau tidak langsung perkembangan teknologi
informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna
meningkatkan daya serap dalam proses pembelajaran, SMP Negeri 2
Salatiga perlu menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dengan
diterapkannya Pembelajaran berbasis multi media (ICT) diharapkan siswa
lebih memahami materi yang diajarkan karena dengan menggunakan media
tersebut materi yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan
kondisi yang semestinya.
42
4.1.1. Visi, Misi dan slogan sekolah
Visi:
Unggul Dalam Prestasi, Berpijak Pada Karakter Bangsa, Nasionalisme,
Komunikatif, Kreatif, Santun, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan
Dan Berpegang Pada Iman Dan Taqwa.
Misi:
Mewujudkan Disiplin Dalam Bekerja, Tepat Waktu, Melayani Dengan
Ikhlas, Memandu Menuju Sukses, Terciptanya Lingkungan Sekolah
Yang Rindang, Sejuk, Bersih, Sehat, Nyaman, Aman, Bersama
Mewujudkan Manajemen Sekolah Yang Berbasis Transparan, Dan
Membentuk Kekeluargaan Yang Harmonis.
Slogan:
PRIMA BERKARAKTER yaitu Pintar, Rigen, Iman, Mandiri, Akhlak
Mulia, Bersih, Komunikatif, Aman, Rindang, Aktif, Kreatif dan Tertib.
Tujuan:
Tujuan Pendidikan di SMP Negeri 2 Salatiga dirumuskan sebagai
berikut:
1. Unggul dalam prestasi akademik dan perolehan nilai UN.
2. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
bidang komunikasi, sains dan matematika.
3. Unggul dalam lomba olahraga, KIR, kesenian, PMR, Paskibra, dan
Pramuka.
4. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sosial di sekolah dan
di masyarakat.
5. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.
6. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan lingkungan sekolah.
4.1.2. Struktur organisasi SMP Negeri 2 Salatiga
SMP Negeri 2 Salatiga memiliki jumlah siswa sebanyak 733 orang
siswa, dan memiliki guru dan karyawan berjumlah 70 orang.
Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014-2015,
sebagai barikut:
43
Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga
Tahun Pelajaran 2014-2015. (Sumber SMP Negeri 2 Salatiga).
1.2. Deskripsi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2
Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka
ditemukan bahwa SMP Negeri 2 Salatiga sejak tahun 2010
mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran
yang ada, ke dalam budaya sekolah dan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Namun, sebelum tahun 2010 pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga
sudah ada dalam bentuk mata pelajaran Budi Pekerti. Sehingga, alasan
sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter yaitu untuk lebih
meningkatkan rasa nasionalisme dan meningkatkan pembentukan karakter
peserta didik secara khusus dengan pendidikan karakter yang terkandung
dalam budaya sekolah, setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.
Alasannya seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan
SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“Karena sebelum tahun 2010 sudah ada mapel Budi Pekerti, hanya saja tahun
2010 barulah di SK-kan. Keadaan sekolah sebelum implementasi pendidikan
karakter tidaklah memprihatinkan atau tidak mempunyai situasi yang sangat
membutuhkannya, tetapi hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan
pembentukan karakter dari warga sekolah secara khusus peserta didik. Selain
itu, mengingat lokasi sekolah yang berada di dalam kota Salatiga yang juga
dipengaruhi dengan kemajuan IPTEK dan globalisasi, sehingga membuat
pihak sekolah mengambil tindakan untuk lebih membentuk karakter warga
sekolah terlebih khusus peserta didik, agar dapat menjadi generasi bangsa
yang beretika dan berbudi luhur baik”.
44
Pendapat yang sama disampaikan oleh Ketua Tim Pembinaan
Nasionalisme Tahun 2010 SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 3
November 2014:
“Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga telah ada sejak sekolah ini
beroperasi, namun dikemas dalam mata pelajaran Budi Pekerti yang sekarang
lebih dikenal dengan mata pelajaran Kewarganegaraan. Dan pada waktu dulu
mata pelajaran Budi Pekerti merupakan satu-satunya sarana pembelajaran
pembentukan karakter peserta didik. Seiring berjalannya waktu, barulah pada
tahun 2010 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Menteri
Pendidikan, M. Nuh menegaskan untuk pendidikan karakter diajarkan di
semua jenjang pendidikan. Sehingga, baru tahun 2010-lah SMP Negeri 2
Salatiga mengimplementasikan pendidikan karakter kesemua aspek sekolah
yaitu ke semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan juga menjadi
kegiatan pembiasaan yang sekolah lain kenal dengan budaya sekolah. Namun,
implementasi pendidikan karakter di sekolah kami ini hanya diintegrasikan,
karena pihak sekolah hanya ingin meningkatkan rasa nasionalisme peserta
didik dan juga pembentukan karakter peserta didik”.
Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian
Kurikulum tanggal 11 April 2015:
“di SMP Negeri 2 Salatiga implementasi pendidikan karakter dari tahun 2010
termasuk dalam kurikulum tersembunyi. Karena, pendidikan karakter yang
dilakukan di sekolah ini hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan
untuk meningkatkan proses pembentukan karakter terutama bagi peserta
didik. Untuk itu, pendidikan karakter hanya diintegrasikan atau diselipkan
dalam mata-mata pelajaran, kegiatan pembiasaan dan kegiatan
ekstrakurikuler”.
Pendapat diatas diperkuat dengan bukti Surat Keputusan (SK) dari
Walikota Salatiga nomor: 420-05/382/2010 Tentang Tim Pembina dan Tim
Teknis Program Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan. SK
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga nomor: 420/4275
Tentang Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan
kepada SMP Negeri 2 Salatiga. Dan SK Kepala SMP Negeri 2 Salatiga nomor:
800/2099.1 Tentang Tim Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur
Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga.
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter SMP Negeri 2
Salatiga memiliki pedoman yaitu Panduan dari Provinsi seperti Modul
Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa bagi SMP. Seperti yang
45
diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Bimbingan Konseling
(BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:
“Untuk panduan kami pakai dari Provinsi yang untuk Nasionalisme dan
Karakter Bangsa bagi SMP dan dapat dilihat dalam situs Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah. Dan juga panduannya yaitu visi, misi, slogan dan
tujuan dari sekolah sendiri, sehingga semua itu dapat kami wujudkan. Dan
untuk implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah kami sebut
pembiasaan. Jadi ada pembiasaan cinta tanah air yaitu hormat bendera dan
menyanyikan lagu nasionalisme tiap pagi. Pembiasaan pola hidup bersih yaitu
buang sampah pada tempatnya. Pembiasaan beribadah yaitu shalat bagi yang
Muslim dan pendalaman kitab bagi yang Kristiani dan Katholik”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru yang diwawancara
pada tanggal 11 April 2015:
“Pedoman untuk pendidikan karakter yang saya pakai yaitu visi dan misi
sekolah. Alasan, supaya dapat mewujudkan visi dan misi tersebut bukan
hanya itu tetapi juga slogan sekolah”.
Menurut Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga seperti
pada wawancara tanggal 8 April 2015, panduan dari provinsi berupa modul
untuk SMP tentang karakter bangsa. Dengan demikian, SMP Negeri 2
Salatiga mempunyai dua pedoman implementasi pendidikan karakter.
Pertama pedoman yang berasal dari pemerintah yang terdapat pada situs
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, sehingga SMP Negeri 2 Salatiga
selalu beroperasi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pedoman kedua yang berasal dari dalam sekolah sendiri yaitu visi, misi,
tujuan dan slogan sekolah, sehingga walaupun mengikuti pedoman
pemerintah tetapi sekolah tetap pada jati dirinya sendiri untuk
mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Dalam implementasi pendidikan karakter, pihak sekolah melakukan
beberapa kegiatan untuk memberitahukan kepada pendidik, peserta didik,
maupun tenaga kependidikan tentang apa itu pendidikan karakter.
Dari wawancara dengan peserta didik pada tanggal 17 April 2015 dan 18
April 2015 didapatkan beberapa cara yang dilakukan oleh pihak sekolah:
“caranya pada saat upacara bendera, inspektur upacara yaitu kepala sekolah
selalu mengingatkan kami tentang slogan sekolah dan untuk mewujudkannya
dengan melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku di sekolah. lewat
pajangan-pajangan yang ada di sekolah, lewat majalah sekolah kami juga”.
46
Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga
saat wawancara tanggal 13 April 2015:
“Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat pajangan-pajangan yang
berkaitan pendidikan karakter, menyampaikan pendidikan karakter lewat
majalah sekolah, lewat mading sekolah, lewat pembinaan pada saat
pembiasaan beribadah, dan juga lewat arahan pada saat upacara bendera
oleh inspektur upacara”.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 2 Salatiga
saat wawancara tanggal 7 April 2015:
“Sekolah melakukan beberapa cara yaitu dengan melakukan kegiatan
pembiasaan yang dilakukan setiap harinya oleh seluruh warga sekolah baik
guru, siswa maupun tenaga administrasi. Membuat dan memasangkan
pajangan-pajangan tentang pembentukan karakter, pajangan ini juga
berfungsi untuk mengingatkan peserta didik kepada kegiatan pembiasaan
yang sekolah lakukan setiap harinya. Cara yang lain pada saat upacara
bendera selalu pada saat arahan inspektur upacara selalu diselipkan arahan
untuk peserta didik melakukan semua kegiatan pembiasaan dengan baik
sehingga dapat membentuk karakter dan meningkatkan rasa nasionalisme
mereka”.
Hasil observasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa, pihak sekolah
memberitahukan warga sekolah tentang pendidikan karakter melalui
beberapa cara. Mulai dari pemberitahuan lisan, seperti pada saat arahan
inspektur dalam upacara bendera, pada saat jam ibadah, dan juga pada
saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Pemberitahuan tertulis,
seperti yang terlihat terdapat banyak pajangan yang terkait dengan
pendidikan karakter di sekitaran sekolah dan juga di dalam kelas.
1.2.1. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga
Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP
Negeri 2 Salatiga disebut dengan kegiatan pembiasaan. Seperti pada
wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum tanggal 11
April 2015:
“Budaya sekolah di sekolah kami lebih dikenal dengan sebutan kegiatan
pembiasaaan. Seperti kegiatan pembiasaan penghormatan bendera tanpa
upacar itu dilakukan setiap hari. Kegiatan pembiasaan pola hidup sehat dan
bersih, sehingga pihak sekolah menyediakan banyak tempat sampah yang
diletakan disetiap sudut dan ruangan sekolah”.
47
Pendapat yang sama disampaikan oleh guru yang diwawancara pada
tanggal 11 April 2015:
“pendidikan karakter juga diimplementasikan ke dalam budaya sekolah.
Namun, kami menyebutnya bukan budaya sekolah tetapi kegiatan
pembiasaan. Sebenarnya sama antara budaya sekolah dengan kegiatan
pembiasaan, tetapi kami lebih memilih menyebut dengan kegiatan
pembiasaan. Sehingga, menjadi kebiasaan yang kami lakukan. Contohnya,
kami para guru pada jam pelajaran pertama harus mengajak anak-anak
untuk mengucapkan salam ABITA dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme
itu kami lakukan di dalam kelas”.
Pendapat yang sama juga disampaikan Koordinator Urusan Kesiswaan
SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“sekolah lain mungkin menyebut budaya sekolah, tapi kami di SMP Negeri 2
Salatiga menyebutnya dengan kegiatan pembiasaan. Alasannya, kadang ada
anak atau peserta didik tidak memahami apa itu budaya sekolah, jadi kami
memilih kata yang lebih dekat dengan mereka artinya lebih mudah untuk
dipahami yaitu kegiatan pembiasaan. Sehingga, anak-anak lebih paham.
Dengan demikian, semua kegiatan yang kami tetapkan dilakukan pada
kegiatan pembiasaan itu menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh
anak-anak. Ketika mereka terbiasa melakukannya maka itu akan menjadi
pola hidup mereka. Walaupun mereka hanya 7-8 jam di sekolah, tetapi ketika
selama 7-8 jam itu dibiasakan melakukan semuanya itu maka akan tertanam
dalam kehidupan mereka. Seperti contoh, kegiatan pembiasaan 5S (salam,
senyum, sapa, sopan dan santun) karena terbiasa dilakukan di sekolah, maka
ketika anak-anak berpapasan dengan guru di luar sekolah anak-anak
langsung melakukan seperti yang dilakukannya di sekolah. Padahal, ada anak
yang mungkin melihat gurunya karena takut anak tersebut lari menjauh. Dan
untuk mencegah, maka kami biasakan anak-anak dengan budaya 5S
tersebut”.
Hasil observasi yang didapati oleh peneliti yaitu budaya sekolah
disebut dengan kegiatan pembiasaan. Ini juga terlihat dari beberapa
pajangan foto yang memperlihatkan gambar kegiatan yang dilakukan
dengan tambahan keterangan kegiatan pembiasaan.
Budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga yang disebut kegiatan
pembiasaan dilaksanakan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini
dilakukan setiap harinya.
Kegiatan pembiasaan, sebagai berikut:
1. Upacara bendera, dilaksanakan setiap hari Senin.
48
2. Pengibaran bendera dan penghormatan bendera tanpa upacara,
dilaksanakan setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu.
3. Mengucapkan salam ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku) dan
menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah, dilakukan
setiap hari.
4. Pembacaan Asma’ul, doa pagi, shalat Jum’at, pembacaan ayat suci
Al-Quran, persekutuan doa dan pendalaman Alkitab, dilaksanakan
setiap hari.
5. Sabtu sehat, dilaksanakan setiap hari Sabtu.
6. Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun).
7. Hidup bersih dan sehat.
Kegiatan pembiasaan ini diberlakukan untuk semua peserta didik,
pendidik maupun tenaga kependidikan. Seperti hasil wawancara dengan
Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara
tanggal 8 April 2015:
“Kegiatan pembiasaan di sekolah ini diberlakukan dan diwajibkan kepada
seluruh warga sekolah dan bukan hanya kepada siswa. Seperti, budaya 5S itu
pun wajib guru dan tenaga kependidikan melakukannya, pembiasaan hormat
bendera. Bukan karena seorang guru jadi pada saat pengibaran bendera dia
tidak memberi hormat. Tidak, itu tidak berlaku. Dan semua pembiasaan ini
diwajibkan bagi seluruh warga SMP Negeri 2 Salatiga”.
Kegiatan pembiasaan ini juga berlaku kepada pendidik, seperti pada
wawancara dengan guru tanggal 11 April 2015:
“kami para guru pun wajib melakukan kegiatan pembiasaan tersebut. Seperti,
salam ABITA, kami para guru pun wajib mengetahuinya karena kami yang
memimpin murid-murid untuk mengucapkannya sebelum pelajaran dimulai.
Kegiatan pembiasaan penghormatan bendera pun kami para guru
mengikutinya. Karena, kami menjadi contoh bagi para murid”.
Pendapat yang sama disampaikan oleh peserta didik pada saat
wawancara tanggal 18 April 2015:
“kegiatan pembiasaan ini berlaku bagi kami para murid. Kami melakukannya
setiap hari. Dan kami juga melihat kalau para guru kami juga pun melakukan
hal yang sama dengan kami. Contohnya, para guru juga melakukan
penghormatan bendera seperti kami lakukan. Para guru juga mengucapkan
salam ABITA. Para guru juga mengikuti doa bersama dengan kami”.
Hasil observasi peneliti ditemukan bahwa kegiatan pembiasaan ini
berlaku bukan hanya pada peserta didik tetapi juga pada pendidik dan
tenaga kependidikan. Dilihat dari kehadiran pendidik dan tenaga
49
kependidikan yang tepat waktu. Keikutsertaan pendidikan dan tenaga
kependidikan dalam upacara bendera, penghormatan bendera, Sabtu sehat.
Dan juga terlihat dari keramahtamahan tenaga kependidikan dan pendidik
yang sesuai dengan budaya 5S yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Salatiga.
Ketika ada warga sekolah yang melanggar kegiatan pembiasaan maka
akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran lisan,
teguran tertulis sampai dipulangkan atau diskrosing juga sanksi tindakan
yaitu berupa membersihkan ruang osis dan UKS. Dan semua sanksi-sanksi
tersebut telah menjadi bagian dari tata tertib sekolah selain hak dan
kewajiban. Namun, selain sanksi diberikan kepada yang melakukan
pelanggaran tersebut, ada juga penghargaan yang diberikan kepada yang
melakukan peraturan dengan baik. Pemberian penghargaan diberikan lewat
lomba-lomba yang dilakukan di sekolah, seperti, lomba kebersihan kelas,
lomba pojok nasionalisme, dan lomba menghias tong sampah.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta didik yang pernah
mendapatkan sanksi, saat wawancara tanggal 18 April 2015:
“saya dan beberapa teman pernah mendapat hukuman karena melanggar
kegiatan pembiasaan yaitu tidak melakukan penghormatan bendera karena
terlambat datang ke sekolah, akhirnya kami dihukum disuruh membersihkan
ruang OSIS karena kebetulan kami yang terlambat cukup banyak”.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan
SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“untuk sanksi dimulai dari teguran lisan diberikan pada saat pertama kali
membuat kesalahan, kalau masih diulangi biasa diberikan hukuman
hukuman tindakan seperti membersihkan ruang OSIS, ruang UKS atau
membersihkan halaman sekolah, selain itu juga ada teguran tertulis dan
sampai pada dipulangkan ke orang tua, ketika kesalahan yang dilakukan
sudah berulang-ulang dan tidak ada perubahan. Sedangkan untuk
penghargaan kepada pribadi anak seperti rajin melakukan kegiatan
pembiasaan ibadah itu baru dipikirkan, mungkin akan dilakukan seperti
memberi penghargaan kepada murid teladan, murid tersopan, murid terapi
dalam berpakaian. Tetapi, sekolah sudah memberikan penghargaan kepada
murid melalui lomba kebersihan kelas. Lomba kebersihan kelas ini
mengajarkan anak untuk hidup bersih dan sehat, lomba ini diadakan
antarkelas. Ada juga lomba pojok nasionalisme ini juga dilakukan dalam
kelompok, sehingga penghargaan yang diberikan sekolah kepada peserta didik
selama ini dalam bentuk kelompok dan belum kepada individu atau pribadi”.
50
Pendapat yang sama juga datang dari seorang guru saat wawancara
tanggal 11 April 2015:
“sanksi juga berlaku bagi kami para guru. Saya pernah mendapat teguran
lisan karena terlambat datang ke sekolah. Bukan hanya saya, tetapi juga
beberapa teman lain yang saya temui mendapat teguran lisan”.
Sarana prasarana pendukung pelaksanaan implementasi pendidikan
karakter di SMP Negeri 2 Salatiga cukup lengkap. Seperti, untuk
pendukung kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat disediakan
tempat-tempat sampah mulai dari luar lingkungan sekolah, dalam
lingkungan sekolah dan juga di dalam kelas-kelas, serta UKS. Untuk
kegiatan pembiasaan Sabtu sehat sekolah memiliki lapangan yang
mempunyai daya tampung yang cukup untuk seluruh warga sekolah.
Untuk kegiatan pembiasaan rohani disediakan Mushola dan juga Kapel
atau ruang doa.
Seperti pendapat peserta didik saat wawancara tanggal 18 April 2015:
“tempat ibadah seperti mushola dan ruang doa ada, UKS ada, tempat sampah
saja banyak disediakan disetiap kelas dan di lingkungan sekolah dan juga
tempat sampahnya pisah-pisah untuk sampah plastik sendiri, sampah kertas
sendiri dan sampah organik juga sendiri”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru saat wawancara
tanggal 15 April 2015:
“sarana dan prasarana untuk kegiatan pembiasaan sudah lengkap. Seperti
ruang doa dan mushola untuk kegiatan pembiasaan ibadah. Tempat sampah
banyak untuk kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat. Selalu
diputarkan lagu-lagu nasionalisme untuk kegiatan pembiasaan penghormatan
bendera dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme”.
Sejalan dengan itu, Koordinator Urusan Kesiswaan mengungkapkan
hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“semua kegiatan pembiasaan yang dilakukan sudah ditunjang dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Seperti, kegiatan pembiasaan upacara
pengibaran bendera dan kegiatan pembiasaan Sabtu Sehat, sekolah memiliki
lapangan yang dapat menampung cukup seluruh warga sekolah yang
mengikutinya. Kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat memiliki
tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah, serta memiliki ruang UKS.
Kegiatan pembiasaan ibadah memiliki mushola bagi yang beragama Islam dan
ruang doa bagi yang beragama Kristen dan Katholik”.
51
Sekolah juga memiliki pajangan-pajangan terkait pendidikan karakter,
seperti “Budayakan 5S (salam, senyum, sapa, sopan dan santun)” yang
dipajang di jalan masuk sekolah dari pintu depan, “Cintailah Budaya
Sendiri Sebelum Dicintai Orang Lain”, “Buanglah Sampah Pada
Tempatnya”, “Jangan Nyontek” dengan icon dilarang, “Save The Earth”,
“Jadilah Pribadi yang Jujur”, “Super Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No”, dan juga
ada pajangan dengan ayat suci Al-quran dan ayat Alkitab. Bukan hanya itu,
pada setiap kelas dipasangkan banner berisi visi, misi dan slogan sekolah,
juga tiang dan bendera merah putih, foto presiden dan wakil presiden, dan
juga perangkat kebersihan. SMP Negeri 2 Salatiga juga mempunyai
beberapa mading sekolah, diantaranya untuk memajang hasil karya dari
peserta didik berupa puisi, cerpen, komik, dan juga tulisan motivasi. Ada
juga mading pengumuman, dan juga mading osis. Selain itu, untuk
menyuarakan isi hati peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan juga
tamu yang berkunjung ke SMP Negeri 2 Salatiga disediakan kotak saran.
Seperti pendapat Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2
Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:
“ada juga pajangan-pajangan yang bisa ditemui disekitaran lingkungan
sekolah mulai dari gerbang sekolah sampai di dalam kelas-kelas. Pajangan-
pajangan yang berkaitan dengan pembentukan karakter, contohnya Super
Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No. Selain itu, sekolah memiliki majalah dan mading
sekolah sebagai sarana untuk pembentukan karakter”.
Pendapat yang sama disampaikan pendidik saat wawancara dengan
guru tanggal 15 April 2015:
“sekolah memiliki pajangan-pajangan yang menunjang kegiatan pembiasaan.
Di kelas saja terdapat banner berisikan visi, misi dan slogan sekolah. Setiap
kelas dilengkapi dengan perangkat kebersihan. Tempat sampah ada dimana-
mana lengkap dengan jenis sampah”.
Peserta didik pun berpendapat yang sama pada wawancara tanggal 17
April 2015 dan 18 April 2015:
“banyak pajangan, di kelas ada visi, misi, dan slogan, ada majalah sekolah,
mading sekolah juga ada. Ada juga kotak saran”.
Hasil observasi memperlihatkan sarana dan prasarana pendukung
implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, berupa
mushola, kapel atau ruang doa, UKS, kotak saran, tempat sampah yang
sesuai dengan jenis sampah, mading sekolah, majalah sekolah, pajangan-
52
pajangan terkait pendidikan karakter dan lapangan yang cukup
menampung seluruh warga sekolah.
Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga pun
dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam setiap mata-mata
pelajaran yang ada. Pendidikan karakter termuat dalam silabus dan RPP
dari setiap mata pelajaran, pada poin karakter yang diharapkan.
Seperti pada wawancara dengan peserta didik tanggal 18 April 2015:
“pada saat pelajaran berlangsung guru mata pelajaran memberitahukan
kepada kami karakter yang harus dicapai pada materi saat itu”.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian
Kurikulum saat wawancara tanggal 11 April 2015:
“setiap guru diwajibkan memasukan karakter apa saja yang diharapkan dari
murid untuk semua materi yang diajarkan. Dan karakter tersebut masuk
pada pin karakter yang diharapkan dalam silabus dan RPP”.
Sejalan dengan itu, pendidik juga mengungkapkan hal yang sama saat
wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 11 April 2015:
“saya juga memasukan karakter yang diharapkan dari siswa pada setiap
materi yang diajarkan dan semuanya tertuang dalam silabus dan RPP. Pada
saat di kelas, sebelum pelajaran dimulai atau sementara pelajaran saya
berikan, saya selalu menyampaikan karakter apa saja yang harus dimiliki
siswa untuk belajar materi saat itu”.
Hasil observasi ditemukan bahwa, guru pada saat proses belajar
mengajar memberitahukan kepada peserta didik tentang karakter yang
diharapkan dalam menyelesaikan materi tersebut. Dan ini dibuktikan
dengan dokumen yaitu silabus dan RPP guru yang mana di dalamnya
tertuang beberapa karakter yang diharapkan dalam setiap materi.
Pedoman implementasi pendidikan karakter ke dalam setiap mata
pelajaran di SMP Negeri 2 Salatiga yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Dalam setiap materi dari tiap-tiap mata pelajaran termuat 4-5 karakter
yang diharapkan dari peserta didik. Penilaian pendidikan karakter dari
setiap mata pelajaran berupa nilai sikap yang diberikan oleh guru
pengampuh mata pelajaran tersebut.
Seperti pada wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 11 April 2015:
53
“pedoman saya yaitu saya ambil dari SKL SMP. Sehingga, satu materi terdapat
4-5 karakter yang diharapkan dari siswa. Penilaiannya berupa nilai sikap yang
ada di laporan yang diterima siswa”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Koordinator Urusan
Kesiswaan mengungkapkan hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April
2015:
“karena saya juga mengajar jadi saya tahu pedomannya yaitu SKL.
Penilaiannya masuk dalam bentuk nilai sikap. Dan setiap materi terdapat 3-4
karakter”.
Sejalan dengan itu, hal yang sama diungkapkan peserta didik saat
wawancara tanggal 17 April 2015:
“ada beberapa karakter dari setiap materi dan penilaiannya berupa nilai
sikap”.
Pendapat diatas didukung dengan hasil studi dokumetnasi pada
Silabus dan RPP dari mata pelajaran IPA yang di dalamnya termuat
karakter yang diharapkan dari peserta didik.
Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga juga
dilakukan pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi dua (2)
jenis ekstrakurikuler yaitu (1) ekstrakurikuler akademis sebanyak 5
kegiatan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Jawa
dan IPA/KIR. (2) Ekstrakurikuler non-akademis sebanyak 23 kegiatan yaitu
Pramuka, PMR, Drum Band, Bina Vokalia, Bola Basket, Atletik, Cheerleader,
Tenis Meja, Sepak Bola, Jurnalistik (Mading, Pinasthika), Baca dan Tulis Al-
Qur’an, Kasidah/Rebana, Pendalaman Alkitab, Seni Rupa, Seni Tari, Band,
Pertanian dan Lingkungan Hidup, Paskibra, Drumblek, Judo, Takraw,
Futsal, Panah.
Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Urusan
Kesiswaan tanggal 8 April 2015:
“pendidikan karakter pun kami implementasikan ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Seperti, paskibra itu ada pembentukan karakter disiplin,
mandiri dan tanggung jawab. Pertanian dan lingkungan hidup itu ada
pembentukan karakter tanggung jawab, cinta lingkungan, dan mandiri. Futsal
itu ada pembentukan karakter kerja sama, persahabatan dan disiplin.
Sehingga, semua kegiatan yang ada di sekolah, kami integrasikan pendidikan
karakter untuk membentuk karakter warga sekolah terutama bagi peserta
didik”.
54
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh pendidik saat wawancara
dengan guru pendamping kegiatan ektrakurikuler tanggal 15 April 2015:
“untuk kegiatan ekstra juga kami sisipkan pembentukan karakter. Seperti,
Seni tari. Dalam kegiatan eksul ini ada pembentukan karakter kerja keras
untuk belajar menari, disiplin dalam mengikuti jadwal yang ada,
persahabatan yaitu tidak sombong ketika sudah pandai menari tetapi bisa
melatih teman yang lain”.
Sejalan dengan itu, hal yang sama disampaikan peserta didik saat
wawancara tanggal 17 April 2015:
“ada. Dalam futsal saja kami dikasih tahu harus bermain jujur, kerja sama
dengan teman se-tim dan disiplin dalam latihan”.
Dengan demikian, setiap jenis kegiatan ekstrakurikel yang ada
terkandung beberapa karakter yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh
peserta didik. Seperti, Paskibra, peserta didik harus memiliki karakter yang
cinta tanah air, disiplin, tanggung jawab, mandiri dan bersahabat.
1.2.2. Hasil Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2
Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka
ditemukan bahwa hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2
Salatiga sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan setiap hari oleh
seluruh warga sekolah dan hasilnya sangat baik. Seperti pendapat Kepala
SMP Negeri 2 Salatiga, saat wawancara tanggal 7 April 2015:
“hasilnya menurut saya sudah baik, ini diperlihatkan oleh kondisi sekolah
yang lebih baik. Seperti, lingkungan sekolah lebih bersih, siswa dan guru juga
lebih disiplin dalam hal datang tepat waktu karena ada kegiatan pembiasaan
yang dilakukan. Siswa dan guru pun tertib melaksanakan ibadah. Dan
menurut saya, semua perubahan ini dihasilkan dari kegiatan pembiasaan yang
dilakukan di sekolah”.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan,
saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“menurut pengamatan saya, hasil implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri 2 Salatiga sudah baik. Dari aspek akademis, nilai UN meningkat dalam
3 tahun terakhir dan selalu menjadi juara dalam lomba cerdas cermat. Untuk
siswa dan guru ditunjukkan dengan disiplin waktu yang tidak terlambat ke
sekolah. Hubungan guru dan siswa lebih dekat, artinya siswa tidak sungkan
55
untuk membicarakan sesuatu dengan guru. Lingkungan sekolah lebih bersih
karena ada begitu banyak tempat sampah yang disediakan”.
Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian
Kurikulum, saat wawancara tanggal 11 April 2015:
“hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga sudah baik.
Karena, hasil UN meningkat, meraih prestasi juara 3 di tingkat provinsi dalam
kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan karakter, siswa dan guru
menjadi lebih disiplin yaitu tidak terlambat ke sekolah dan juga lingkungan
sekolah lebih bersih dan terawat”.
Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga
saat wawancara tanggal 13 April 2015:
“hasilnya baik, buktinya dari lingkungan sekolah bersih karena ada kegiatan
pembiasaan hidup bersih dan sehat, siswa dan guru menjadi disiplin dalam
waktu yaitu datang ke sekolah tepat waktu karena ada pembiasaan
penghormatan bendera dan upacara, siswa lebih rajin melaksanakan ibadah.
Bukti lain yaitu aspek akademis, nilai UN meningkat, menjadi utusan Kota
Salatiga untuk kegiatan Jambore selama 2 tahun berturut-turut,
mendapatkan juara 3 dalam kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan
karakter di tingkat provinsi Jawa Tengah. Ini menjadi bukti bahwa
implementasi pendidikan karakter sudah baik di SMP Negeri 2 Salatiga”.
Menurut guru yang diwawancara tanggal 15 April 2015:
“hasil implementasi pendidikan karakter sudah baik. Sikap siswa dalam kelas
pun sesuai dengan karakter yang diharapkan. Sekolah menjadi nyaman
karena antara para guru tercipta hubungan yang baik. Siswa pun semakin
sopan. Dan lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan terawat”.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa
lingkungan sekolah terlihat terawat dan bersih ini didukung dengan tempat
sampah yang tersedia dimana-mana. Guru dan siswa tepat waktu datang
ke sekolah, walaupun masih ada sebagian kecil yang terlambat. Siswa dan
guru juga disiplin dalam melaksanakan ibadah, karena pada jam beribadah
guru dan siswa dengan tanpa diperintah menuju tempat ibadah dan
melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan. Cara berpakaian siswa
dan guru rapi. Dalam observasi ini juga, peneliti melihat hubungan guru
dan siswa sangatlah baik, seperti pada waktu istirahat ada beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 4-7 orang siswa yang sedang bercerita dan
tertawa bersama satu atau dua orang guru.
56
1.2.3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Hasil Implementasi
Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hasil yang diperoleh dari
implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga.
Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum,
saat wawancara tanggal 11 April 2015:
“ada beberapa faktor yang menentukan hasil implementasi pendidikan
karakter yaitu guru memberikan dukungan yang baik dalam implementasi
pendidikan karakter. Seperti, dalam Silabus dan RPP setiap mata pelajaran
ada unsur karakter yang diharapkan dari siswa. Dan semua guru
mematuhinya”.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan,
saat wawancara tanggal 8 April 2015:
“faktor yang melatarbelakangi yaitu dukungan anggaran dari komite sekolah.
Dukungan dari para guru. Namun, belum semua guru di SMP Negeri 2
Salatiga sepenuhnya mendukung, karena ada sebagian kecil dari para guru
yang belum memiliki pehaman yang sama. Sebagian kecil guru ini masih
beranggapan bahwa pendidikan karakter itu tugas dari guru BK, guru Agama
dan guru Kewarganegaraan, tetapi dalam silabus dan RPP guru-guru ini
sudah tercantum karakter yang diharapkan dari siswa. Namun, sebagian kecil
guru ini masih taat melaksanakan kegiatan pembiasaan di sekolah”.
Faktor yang lain disampaikan oleh Koordinator Bimbingan Konseling
(BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:
“ada beberapa faktor pendukung yaitu guru bersedia dan menjadi contoh bagi
siswa untuk melaksanakan seluruh kegiatan pembiasaan dengan baik. Selain
guru, Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi pun sangat mendukung
yaitu melalui kegiatan atau lomba-lomba yang berkaitan dengan pendidikan
karakter, contoh lomba sekolah terbaik dalam mengimplementasi pendidikan
karakter. Dan juga dukungan dari orang tua siswa yang menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri
2 Salatiga. Contoh dukungan orang tua yaitu langsung memberikan contoh
bagi siswa atau anaknya. Pada saat orang tua siswa terlambat mengantar
anaknya ke sekolah, dan setelah tiba di sekolah bertepatan saat pengibaran
bendera maka orang tua tersebut pun berdiri dan memberi hormat ke arah
bendera tersebut. Sehingga, ini pun menjadi pelajaran bagi siswa tersebut
untuk dijadikan contoh, serta dukungan orang tua tersebut menjadi bantuan
kepada sekolah untuk implementasi pendidikan karakter”.
Dari beberapa pendapat diatas, ditemukan beberapa faktor yang
menjadi pendukung yang melatarbelakangi keberhasilan implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, Sebagai berikut:
57
1. Dukungan dari para guru untuk menjadi contoh atau panutan dalam
implementasi pendidikan karakter. Guru bersedia melaksanakan semua
kegiatan pembiasaan dengan baik dan sesuai aturan, sehingga dapat
dilihat dan dicontohi oleh para siswa. Bukan hanya melakukan
kegiataan pembiasaan, tetapi juga pada setiap Silabus dan RPP dari
guru mata pelajaran dimasukan karakter yang diharapkan dari siswa
disetiap materi yang diberikan.
2. Dukungan dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi melalui
kegiatan-kegiatan atau lomba-lomba yang dilakukan yang berkaitan
dengan pendidikan karakter.
3. Dukungan dari Komite sekolah berupa dana. Dukungan dari orang tua
juga yang secara tidak langsung membantu sekolah untuk menjadi
contoh bagi siswa dalam melakukan salah satu kegiatan pembiasaan,
seperti memberi hormat pada saat pengibaran bendera.
Selain, faktor pendukung diatas, sekolah juga diperhadapkan dengan
faktor lain yang menjadi penghambat di SMP Negeri 2 Salatiga dalam
implementasi pendidikan karakter yaitu ada sebagian kecil guru yang mesih
beranggapan kalau pendidikan karakter itu menjadi tugas dari guru BK,
guru Agama dan guru Kewarganegaraan. Namun begitu, sebagian kecil
guru ini tetap memasukan karakter yang diharapkan dari siswa di Silabus
dan RPP mata pelajaran. Dan juga sebagian kecil guru ini tetap bersedia
dan taat untuk melaksanakan kegiatan pembiasaan setiap harinya.
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang evaluasi
implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, maka dapat
dilakukan pembahasan dalam tiga (3) hal, sebagai berikut:
1.3.1. Implementasi Pendidikan Karakter ke Dalam Budaya Sekolah di
SMP Negeri 2 Salatiga
Fokus penelitian ini terdapat pada implementasi pendidikan karakter
ke dalam budaya sekolah, sehingga dalam bagian pembahasan ini peneliti
hanya akan membatasi pembahasan seputar implementasi pendidikan
karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga.
Pada awal SMP Negeri 2 Salatiga berproses sudah ada pendidikan
karakter yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk mata pelajaran
Budi Pekerti. Namun, pada tahun 2010 barulah pendidikan karakter
58
diputuskan oleh Mendiknas M. Nuh pada peringatan Hari Pendidikan pada
tanggal 2 Mei 2010 untuk wajib dilakukan disetiap jenjang pendidikan yang
ada di Indonesia. Sehingga, untuk menindaklanjuti keputusan Mendiknas,
Wali Kota Salatiga mengeluarkan SK kepada Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olah Raga Kota Salatiga untuk menunjuk beberapa sekolah menjadi
Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat
Kota Salatiga Tahun 2010. Dengan SK dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olah Raga Kota Salatiga menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga sebagai Sekolah
Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat Kota
Salatiga Tahun 2010. Sehingga, Kepala SMP Negeri 2 Salatiga
mengeluarkan SK tentang Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur
Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga. Dengan demikian, dengan SK
tersebutlah SMP Negeri 2 Salatiga mulai membenah diri dalam hal
mengimplementasikan pendidikan karakter bukan hanya berupa satu mata
pelajaran tetapi diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran yang ada,
diimplementasikan ke dalam budaya sekolah, dan juga diimplementasikan
ke dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada.
Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP
Negeri 2 Salatiga lebih dikenal dengan sebutan kegiatan pembiasaan.
Kegiatan pembiasaan dilakukan setiap hari dan diwajibkan kepada seluruh
warga SMP Negeri 2 Salatiga. Ketika sebuah kegiatan yang dilakukan setiap
hari secara trus-menerus, maka itu akan melekat kepada diri seseorang
dan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan ini pun yang terjadi di SMP
Negeri 2 Salatiga. Karena, setiap hari melakukan semua kegiatan
pembiasaan secara terus-menerus, maka sudah menjadi sebuah kebiasaan
di dalam keseharian warga SMP Negeri 2 Salatiga.
Seperti pendapat Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan
kebiasaan (habit), maka untuk memperoleh karakter dimulai dari sebuah
kebiasaan yang dilakukan dalam keseharian seseorang. Seluruh warga SMP
Negeri 2 Salatiga melakukan semua kegiatan pembiasaan itu, sehingga
dengan sendirinya warga sekolah memiliki karakter yang terbentuk dari
pembiasaan yang selalu dilakukan. Karena, seperti pendapat Bourdieu
bahwa suatu habitus tidak terbentuk secara mendadak tetapi dalam suatu
proses panjang. Bukan hanya pembiasaan dengan melakukan kegiatan
yang selalu dilakukan setiap harinya, tetapi juga dengan adanya pajangan-
pajangan tentang pendidikan karakter yang dipajang di dalam sekolah
maupun dalam kelas itu juga menjadi sebuah pendukung dalam memiliki
kebiasaan. Karena, setiap hari melihat dan membacanya sehingga dengan
59
mudah dapat diingat dan menghasilkan sebuah tindakan yang sesuai
dengan apa yang dipikirkan. Dengan demikian, tindakan yang tampakkan
pun sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.
Foerster, Suyanto dan Wynne berpendapat karakter merupakan
identitas atau ciri khas untuk membedakan seseorang dari orang lain.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Salatiga juga
menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari lembaga tersebut. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan setiap hari
secara terus-menerus dapat menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan
tersebut menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari seseorang ataupun
lembaga untuk membedakan dari orang lain atau lembaga lain.
Seluruh kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 2 Salatiga pun tidak
dilakukan secara asal-asalan karena di dalam semua kegiatan pembiasaan
itu termuat nilai-nilai karakter yang dapat membantu peserta didik,
pendidik maupun tenaga kependidikan untuk memiliki karakter yang baik.
Seperti, pada kegiatan pembiasaan pola hidup bersih termuat nilai karakter
disiplin, bertanggungjawab, dan peduli lingkungan. Kegiatan pembiasaan
ibadah termuat nilai karakter religius dan cinta damai. Kegiatan
pembiasaan pengibaran bendera dan menyanyikan lagu nasionalisme dan
lagu daerah termuat nilai karakter cinta tanah air, disiplin, rasa hormat
dan semangat kebangsaan. Sehingga, dari semua kegiatan pembiasaan
yang dilakukan setidaknya termuat dua sampai empat nilai karakter yang
dapat dipelajari oleh warga sekolah terlebih khusus peserta didik.
1.3.2. Hasil Implementasi pendidikan karakter
Simpulan pengertian pendidikan karakter dari beberapa pendapat
yaitu proses pengajaran dan pengembangan nilai-nilai karakter dan yang
dihubungkan dengan lingkungan sosial peserta didik untuk menjadikan
sebuah kebiasaan yang dilakukan dalam keseharian di sekolah maupun di
lingkungan sosialnya. Kegiatan pembiasaan tersebut diajarkan lewat
keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan sehingga peserta
didik dapat menirunya dan melakukan menjadi sebuah kebiasaan. Kegiatan
pembiasaan ini juga menjadi sebuah cara untuk mengembangkan karakter
warga sekolah menjadi lebih berkembang dan diwujudkan melalui
tindakan. Semua kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 2 Salatiga ini menjadi
sebuah awal untuk warga sekolah lebih khusus peserta didik melakukan
interaksi dalam lingkungan sosial di dalam masyarakat dan juga menjadi
60
sebuah kebiasaan yang baik yang dibawa ke dalam kesehariannya di rumah
maupun di masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, serta melihat kembali
visi, misi, tujuan dan slogan SMP Negeri 2 Salatiga dan disandingkan
dengan kegiatan pembiasaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah
yang dikenal oleh SMP Negeri 2 Salatiga sebagai kegiatan pembiasaan
sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan dengan sangat baik.
Karena, dari kegiatan pembiasaan seperti pengibaran bendera,
menyanyikan lagu-lagu nasionalisme dan lagu-lagu daerah sudah
menjawab visi SMP Negeri 2 Salatiga yaitu nasionalisme dan berbudaya,
menjawab misi tepat waktu dan budaya transparan. Kegiatan pembiasaan
beribadah menjawab visi iman dan taqwa, menjawab misi membentuk
kekeluargaan dan menjawab slogan iman dan akhlak mulia. Kegiatan
pembiasaan 5S menjawab visi santun. Kegiatan pembiasaan pola hidup
sehat menjawab visi berwawasan lingkungan, menjawab misi bersih,
rindang, nyaman, dan menjawab slogan bersih dan tertib.
Hasil yang baik dalam implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri 2 Salatiga bukan hanya ketika disandingkan dengan visi, misi,
slogan dan tujuan, tetapi juga hasil yang baik terlihat seperti pada
kenyataanya yang peneliti dapatkan selama masa-masa penelitian yaitu
pertama, pendidik dan tenaga kependidikan sangat ramah dalam melayani
dan memperlihatkan kegiatan pembiasaan 5S (senyum, sapa, salam, sopan
dan santun). Kedua, ketika berhubungan dengan beberapa pendidik atau
guru yang terkait dengan penelitian ini, sangatlah menunjukkan sikap
terbuka dan sangat membantu. Ketiga, peserta didik pun ramah dan selalu
tersenyum, ketika peneliti melakukan observasi secara tertutup (tidak
diketahui pihak yang diteliti) kepada peserta didik. Selama masa penelitian,
peneliti mendapatkan kegiatan pembiasaan dilakukan secara teratur setiap
hari. Seperti, kegiatan pembiasaan penghormatan bendera, ketika ada
warga sekolah baik itu peserta didik, pendidik maupun tenaga
kependidikan yang terlambat dan waktu sampai di gerbang sekolah
sementara bendera dikibarkan maka warga sekolah yang terlambat itu pun
langsung berdiri ditempatnya yaitu di luar sekolah untuk memberi hormat.
Kegiatan pembiasaan ibadah pun pada waktunya warga sekolah dengan
tertib menuju tempat ibadah. Kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan
sehat pun dilakukan seperti biasa.
61
Dengan demikian, dari hasil penelitian yang didapati oleh peneliti
maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter ke
dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga memperoleh hasil yang
baik.
1.3.3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hasil implementasi
pendidikan karakter
Hasil yang baik dari implementasi pendidikan karakter ke dalam
budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga atau yang disebut dengan kegiatan
pembiasaan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
1. Pendidik atau guru. Guru dalam hal kegiatan pembiasaan sangat
berperan aktif. Guru sangat menyadari posisinya yaitu sebagai contoh
bagi peserta didik. Seperti pendapat Warsono, pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik agar menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,
serta rasa dan karsa. Sehingga, guru-guru di SMP Negeri 2 Salatiga
menyadari hal itu dan lebih duluan melakukan kegiatan pembiasaan
tersebut. Dengan demikian, sangat penting pendidik menjadi pembuka
jalan atau teladan kepada peserta didik dalam hal melakukan lebih dulu
kegiatan pembiasaan tersebut. Namun, belum semua pendidik SMP
Negeri 2 Salatiga yang menyadarinya. Ada sebagian kecil pendidik yang
masih berpandangan kalau itu tugas guru BK atau guru Agama atau
guru Kewarganegaraan. Walaupun begitu kelompok kecil ini tetap
memasukan karakter yang diharapkan dari peserta didik dalam tiap-tiap
materi yang diajarkan.
2. Dukungan dari stakeholder, seperti Pemerintah Provinsi mengadakan
lomba sekolah berkarakter dalam waktu dua (2) tahun sekali dan
hasilnya SMP Negeri 2 Salatiga pun mendapat juara. Selain itu,
Pemerintah Kota Salatiga ikut serta dalam kegiatan jambore dan selama
dua (2) tahun berturut-turut SMP Negeri 2 Salatiga menjadi utusan dari
Kota Salatiga. Dengan bukti terpilihnya SMP Negeri 2 Salatiga menjadi
utusan Kota Salatiga dan menjadi juara dalam lomba sekolah
berkarakter, maka menunjukkan bahwa hasil implementasi pendidikan
karakter di SMP Negeri 2 Salatiga digolongkan baik.
3. Selain dukungan Pemerintah, ada juga dukungan dari orang tua peserta
didik berupa menjadi contoh pelaksanaan kegiatan pembiasaan yang
termuat pendidikan karakter. Orang tua pun melakukan kegiatan
pembiasaan tersebut ketika berada di lingkungan SMP Negeri 2 Salatiga.
62
Contoh, ketika orang tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah dan
mendapati bendera sementara dikibarkan, maka orang tua tersebut juga
mengikuti berdiri dan hormat pada bendera tersebut. Karena, orang tua
pun mendapat pembinaan mengenai pendidikan karakter.