bab ii kajian teori 2.1 kajian teori 2.1.1 motivasi...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Motivasi Belajar
Menurut Hardjana (1994:21) motivasi belajar adalah dorongan atau
stimulus yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan
perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan atau sasaran yang ditujunya.
Motivasi disini dapat diartikan bahwa dorongan dan stimulus atau
respon yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan
perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran yang ditujunya
dalam proses pembelajaran. Apabila respon seseorang itu baik maka motivasi
dalam diri seseorang untuk menanggapi respon atau stimulus juga akan baik.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).
Menurut sardirman motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri
siswa atau diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar dalam proses
belajar mengajar dan menjamin kelangsungan belajar memberikan arah pada
pembelajaran yang positif sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek (guru)
akan tercapai dengan baik sehingga pembelajaran juga akan bersifat baik juga.
Menurut Slameto (1986) menyatakan bahwa motivasi berperan pada
kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila guru
tepat mengenai sasaran maka akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
Dengan tujuan yang jelas maka anak akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan
bersemangat.
Menurut Slameto motivasi belajar berperan pada kemajuan,
perkembangan yang berlangsung dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran. Bila guru tepat mengenai sasaran atau apabila perencanaan
dalam pembelajan dapat dibuat dengan baik maka hasilnya juga akan baik
9
sehingga akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar. Dengan tujuan yang
jelas maka anak akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan bersemangat.
Dari beberapa definisi tentang motivasi belajar diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak
yang timbul dari dalam batin seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi bisa berupa dorongan,
kemauan, dan perbuatan seseorang yang berperan pada kemajuan dan
perkembangan siswa melalui proses belajar.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang sederhana, dan merupakan model yang paling
baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif. STAD terdiri dari lima komponen utama-presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individu, rekognisi tim.
Menurut Slavin (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan
akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang
berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan
etnis atau kelompok sosial lainnya.
Menurut slavin pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran
dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau
lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang
berbeda, atau kelompok heterogen sehingga dalam setiap kelompok terdapat
siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin,
kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Yang dapat bekerja
dalam satu kelompok belajar.
Kemudian menurut Arizt (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan
10
bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan
guru”.
Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok
mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik,
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi
atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Model pembelajaran STAD adalah pembelajaran dimana setiap kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5
anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik
jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok
menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota
kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar,
dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau
kelompok. Dalam pembelajaran menggunakan model STAD setiap kelas
dibagi menjadi kelompok 4 sampai 5 kelompok pembagian kelompok tersebut
tidak memandang antara satu dengan yang lain atau pembagian kelompok ini
secara heterogen.
Langkah-langkah pembelajaran STAD.
Slavin (2008) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-tahap
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik
11
mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan
apersepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi
prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan
meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik
penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun
melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus
dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.
2. Tahap kerja Kelompok
Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas
dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan
motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap Tes Individual
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai
diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes
individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali
pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari
secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini
dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan
skor kelompok.
4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan
skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk
memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
5. Tahap Penghargaan Kelompok
Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi
sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan
berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok
baik, kelompok hebat dan kelompok super.
Langkah – langkah model STAD menurut slavin adalah :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok
3. Refleksi
4. Penilaian
5. Penghargaan kelompok
12
Pendapat Slavin tidak jauh berbeda dengan pendapat Agus Suprijono
(2011: 133-134), langkah-langkah pada model pembelajaran STAD adalah
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Kesimpulan.
Langkah – langkah model STAD menurut Agus Suprijono adalah :
1. Guru membentuk kelompok secara heterogen
2. Guru menyajikan materi pembelajaran
3. Pembagian tugas secara berkelompok dan mempresentasikan hasil dari
kerja kelompok
4. Memberikan kuis
5. Evaluasi
6. Kesimpulan
Senada dengan langkah model pembelajaran STAD oleh Agus Surijono
sintaks model pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok.
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota
kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin tertinggi.
7. Guru memberikan evaluasi.
8. Penutup.
13
Langkah – langkah model STAD menurut Chotimah:
1. Membentuk kelompok secara heterogen
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok.
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin tertinggi.
7. Guru memberikan evaluasi.
8. Penutup.
Dari ketiga pendapat diatas disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok dimana setiap anggota diminta
saling bertukar informasi kepada anggota yang belum menguasai materi. Dan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD diatas maka dapat
disimpulkan:
1. Siswa di bagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.
2. Guru memberikan materi pengantar pembelajaran.
3. Siswa diminta untuk mengerjakan diskusi kelompok dari tugas yang
diberikan guru. Dalam diskusi kelompok siswa saling bertukar
informasi yang dia ketahui dimana siswa yang lebih mengerti berbagi
informasi dengan siswa lain sampai semuanya mengerti.
4. Siswa diminta mengerjakan kuis mandiri yang diberikan oleh guru. Saat
mengerjakan kuis mandiri siswa dilarang untuk saling membantu satu
sama lain.
14
5. Guru memberikan poin penghargaan atas kuis yang dikerjakan oleh
siswa.
6. Guru memberikan evaluasi pembelajaran.
7. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
2.1.3 Pendekatan Inkuiri
Menurut Sagala (2010) metode inkuiri merupakan metode yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas
dalam memecahkan masalah.
Sagala menjelaskan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga
dalam proses pembelajran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan masalah. Dan siswa dapat
membuat hipotesis serat menemukan sendiri masalah, sehingga anak
mengalami secara langsung.
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)
sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Hampir sama dengan sagala piaget juga menjelaskan bahwa
pendekatan inkuiri Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak
untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan
mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang
satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan
dengan yang ditemukan orang lain sehingga siswa dapat mengalami sendiri.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa
15
dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan –
pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara
jelas.
Sedangkan menurut kuslan bahwa model inkuiri sebagai pengajaran di
mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah
dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok
siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas. Sehingga siswa dapat memcahkan masalah sendiri
dan dapat mengalami secara langsung.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini
siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu
permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa
bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur,
kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
Langkah-langkah Pelaksanaan Inkuiri
Guloa (dalam Trianto, 2002:138) menyatakan, bahwa kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan.
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.
Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut
dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan Hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan solusi permasalahan
yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin.
Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dengan permasalahan yang diberikan.
16
3. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
4. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisa data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Bila ternayata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Sementara itu menurut Joyce (Gulo, 2005) proses inkuiri dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah, kemampuan yang dituntut adalah kesadaran
terhadap masalah.
2. Mengembangkan hipotesis, menguji dan menggolongkan data yang
diperoleh.
3. Menguji jawaban tentatif, merakit peristiwa dan mengidentifikasi
peristiwa.
4. Menarik kesimpulan, mencari pola dan makna hubungan untuk
merumusakan kesimpulan.
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.
Sedangkan menurut Joice dan Weil (dalam Wena, 2011) membagi tahapan
inkuiri menjadi lima tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Penyajian Masalah
Pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan prosedur inkuiri
pada siswa.
2. Pengumpulan Data Verifikasi
Siswa didorong untuk mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang
diamati atau alami.
3. Pengumpulan Data Eksperimentasi
Siswa melakukan eksperimentasi dengan memasukan hal baru. Dalam
tahap ini siswa mengajukan pertanyaan yang hampir serupa dengan
hipotesis.
17
4. Organisasi Data Formulasi Kesimpulan
Siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang disajikan.
5. Analisis proses inkuiri
Siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri yang telah mereka jalani.
Dari ketiga langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah pembelajaran metode inkuiri sebagai berikut:
1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan dan diajukan kepada
siswa, guru memperjelas pertanyaan tersebut dan meminta siswa untuk
membuat hipotesis.
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah yang diberikan siswa memberikan kemudahan guru
untuk memberikan pertanyaan lebih terhadap siswa.
3. Mengumpulkan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa, table, matrik.
4. Analisis Data
Data yang dibuat oleh siswa harus dapat dibuktikan dengan
menggunakan percobaan dan data tersebut terbukti benar atau salah.
5. Membuat Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang
sudah dibuat.
Langkah-langkah penggabungan model kooperatif tipe STAD dengan
inkuiri.
Langkah-langkah penggabungan model pembelajaran kooperatif STAD
dengan pendekatan inkuiri:
1. Mengidentifikasi masalah.
Guru memberikan materi pengantar sebagai langkah awal
pembelajaran untuk siswa indetifikasi masalah pembelajaran yang
akan dilakukan.
18
2. Merumuskan masalah.
Melalui kegiatan pembelajaran berkelompok siswa di bagi menjadi
beberapa kelompok secara heterogen untuk memecahkan masalah
yang diberikan oleh guru.
3. Membuat hipotesis.
Siswa bekerja secara berkelompok untuk memecahkan masalah dari
guru sehingga memunculkan hipotesis dari pembelajaran yang
diberikan.
4. Mengumpulkan data.
Dalam kegiatan ini siswa bekerja secara kelompok dan saling
membantu dalam pengumpulan informasi. Selain informasi dari guru
siswa juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman kelompok dan
mencari sumber informasi lain.
5. Menganalisis data.
Dari berbagai informasi yang telah dikumpulkan, siswa menganalisa
informasi dengan teman kelompok untuk mencapai kesimpulan
masalah yang diberikan guru.
6. Presentasi hasil kerja kelompok.
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
7. Kuis mandiri.
Siswa diminta mengerjakan soal-soal kuis secara mandiri. Tidak boleh
saling membantu satu sama lain.
8. Kesimpulan.
Guru memberikan poin penghargaan pencapaian siswa dan
menyimpulkan hasil pembelajaran.
2.1.4 Hakekat Pembelajaran IPS SD
IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004).
19
IPS adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara
interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Widiarto, 2007:1). Ilmu
pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk
membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan
menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali
berkembang secara tidak terduga.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pembelajaran sebuah
bidang ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah
sosial di masyarakat dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau
satu perpaduan. Norma Machezie mengemukakan bahwa Ilmu Sosial adalah
semua ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam kontek sosialnya atau
dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat (Ischak, 1997).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah program
pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial dengan mengintegrasikan secara
interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora dari sejumlah mata
pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik.
Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). Pembelajaran IPS di SD mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. (Depdiknas, 2006)
Mata pelajaran IPS disusun secara sistemats, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalam kehidupan di masyarakat, sehingga siswa diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang cinta damai, (Depdiknas, 2006).
20
Untuk menguatkan hakekat pembelajaran IPS maka disusunlah tujuan
pembelajaran IPS yang disusun dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendididkan dasar dan menengah, dijelaskan
bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global. (BNSP,
2006:170).
Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan
dalam mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut.
TABEL 2.1
Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pejuang
dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mem-persiapkan
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mem-
proklamasikankemerdekaan
Indonesia
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam mem-pertahankan
kemerdeka-an
21
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu yang
menjadi upaya penulis untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan
kelebihan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis.
I Nyoman Kawan, S.Pd Kepala SD/Guru DN 7 Batur (2007).Judul:
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui
Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Siswa Kelas VI SDN 7 Batur
Tahun Pelajaran 2007/2008. Dari hasil analisa didapatkan bahwa prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I samai siklus III yaitu,
siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%). Simpulan dari
penelitian ini adalah metode kooperatif model STAD dapat berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas 6 SDN 7 Batur, serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif ilmu
pengetahuan sosial. Namun ada beberapa kekurangan dalam penggunaan
metode ini yaitu alokasi waktu yang kurang memadai hanya 15 menit untuk
dilangsungkannya kerja kelompok. Maka untuk kedepannya dalam
pengggunaan metode STAD, guru seharusnya membagi waktu dengan tepat
agar kegiatan kelompok dapat berjalan dengan maksimal.
Anjar (2009) yang berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa
menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi pokok
pesawat sederhana di SD N 3Kaloran tahun ajaran 2009/2010. Hasil
penelitian menunjukan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1
diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-rata
hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2
meningkat menjadi 90,83. Nilai rata-rata belajar afektif sikap pada siklus 1
diperoleh 80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata
hasil belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat
menjadi 88,10. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50
meningkat menjadi 93,00 pada siklus 2. Dari hasil yang diperoleh, penelitian
22
dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa SD Kaloran Temanggung
dapat menigkat hasil belajar siswa secara optimal. Kelebihan yang dicapai
dalam penelitian ini terletak pada proses pembelajarannya dimana siswa
diminta praktek secara langsung sehingga menimbulkan pengalaman dalam
proses pembelajaran. Namun masih ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu
tidak semua siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu sebaiknya
guru lebih bisa mengkondisikan siswa agar lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
Rokhmat (2009) dalam skripsi berjudul Upaya meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan
menggunakan metode inquiri di SDN Tulusrejo Malang. Menurut penelitian
secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa melaluin
penerapan metode inquiri memperoleh kemajuan yang lebih baik
dibandingkan sebelumnya menerapkan metode inquiri. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa metode inquiri sangat efektif untuk digunakan dalam
kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh aktivitas
siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat,
menentukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percoban-
percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam
berkelompok dan sebagainya. Akan tetapi masih ditemukan kekurangan
dalam penggunaan metode inkuiri ini yakni dalam kerja kelompok beberapa
siswa masih kurang aktif dan cenderung pasif. Sebaiknya dalam kerja
kelompok guru bisa memancing keaktifan siswa dalam kerja kelompok
dengan memberikan stimulus-stimulus.
Habiburrohman, Muhammad. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif Learning Model Stad Mata
Pelajaran IPS Kelas VA SDN Mergosono I Kota Malang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Mergosono 1 Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang. Hal ini dilihat dari peningkatan aktifitas siswa
dari siklus I ke siklus II. Perolehan rata-rata postes yang juga meningkat
23
tajam, dari rata-rata sebelumnya (58,5) mengalami peningkatan pada siklus I
dengan rata-rata kelas sebesar (65,18) dan prosentase ketuntasan belajar
kelasnya yaitu (48%) meningkat pada siklus II dengan rata-rata kelasnya
sebesar (75,18) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar
(85,18%).Berdasarkan hasil penilitian ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar siswa kelas V SDN Mergosono 1 Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang. Disarankan untuk penelitian selanjutnya
hendaknya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada sehingga
pembelajaran diharapkan berjalan seoptimal mungkin.
Hidayati (2008) “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Ipa Siswa Kelas
IV Mi Darul Ulum Gondangwetan Dengan Pendekatan Kooperatif Model
Stad”. Dari hasil penelitian diperoleh data skor hasil observasi aktivitas guru
siklus I pertemuan I skor yang diperoleh sebesar 54,6%, pertemuan II sebesar
68%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I sebesar 93%, dan pertemuan II
98%. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada prosentase aktivitas
siswa yang semakin meningkat. Hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-
rata yang diperoleh 62,5 dan pada tahap pelaksanaan siklus II nilai rata-rata
mencapai 76,35%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
IPA siswa dengan menggunakan model STAD. Dari hasil penelitian dan
pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model STAD dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas
IV MI Darul Ulum Gondang Wetan. Berdasarkan penelitian ini maka
disarankan kepada guru untuk selalu menerapkan model-model pembelajaran
yang bervariasi dan bagi kepada sekolah hendaknya membantu menyediakan
sarana pembelajaran yang tidak memungkinkan siswa untuk membawanya.
24
2.3 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri sebagai media
pengajaran yang digunakan guru merupakan salah satu yang dianggap dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya pada mata
pelajaran IPS siswa kelas 5 SD Negeri Beji 2 Kabupaten Semarang.
Penggunaan model pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri
didasarkan beberapa alasan, antara lain karena teknik ini mampu melatih
kemampuan berpikir logis siswa melalui diskusi kelompok dalam kegiatan
perumusan masalah, membuat siswa menjadi lebih aktif dengan diskusi
kelompok. Artinya, bahwa kemampuan berpikir dan pemahaman konsep
siswa menjadi hal mendasar dalam penggunaan teknik ini. Guru hanya
memberikan bimbingan materi pelajaran, selebihnya adalah tanggung jawab
siswa untuk menguasainya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tetap menggunakan
pembelajaran klasikal (ceramah, tanya jawab, atau diskusi dan tugas) dalam
penyajian materi pelajaran. Tetapi pembelajaran klasikal tersebut diperbaiki
dalam penelitian ini dengan model STAD dengan pendekatan inkuiri
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, dalam hal ini
tercapainya peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Beji 2
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam
gambar 2.1 kerangka pikir penelitian
25
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri
Pembelajaran IPS
KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan
dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia
Pembelajaran Konvensional
Ceramah dan terpusat pada guru.
Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan
buku pegangan dan LKS.
Adanya masalah yang akan
diidentifikasi
Pengumpulan informasi/materi
pembelajaran
Manganalisis informasi
Mengidentifikasi masalah (tentang
persiapan proklamasi kemerdekaan)
Kesiapan siswa dalam
mengerjakan evaluasi secara
mandiri
Keberanian, kesiapan dan
kebenaran dalam
penyampaian presentasi
kelompok
Model pembelajaran STAD dengan
pendekatan inkuiri
Merumuskan masalah (siswa dibagi
menjadi kelompok secara heterogen)
Membuat hipotesis (tentang persiapan
proklamasi kemerdekaan)
Mengumpulkan data (melalui diskusi
kelompok)
Menganalisis data
Presentasi hasil kerja kelompok
Kuis mandiri (siswa bekerja secara
individu)
Adanya interaksi antara siswa
dan guru dalam menyimpulkan
hasil pembelajaran
Kesimpulan (rangkuman hasil
pembelajaran)
Pembentukan kelompok
Pembuatan hipotesi tentang
masalah yang diberikan
Motivasi belajar
siswa rendah
Rubrik
motivasi
Rubrik
motivasi
Rubrik
motivasi
Rubrik
motivasi
Rubrik
karakter
Rubrik
karakter
Rubrik kuis
Rubrik
motivasi
Skor
motivasi
26
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan
penelitian ini adalah: apabila pembelajaran dilaksanakan menggunakan
model STAD dengan pendekatan inkuiri motivasi belajar IPS siswa kelas 5
SD Negeri Beji 2 Ungaran Timur Kabupaten Semarang meningkat.