bab ii kajian teori 2.1 kajian teori 2.1.1 motivasi...

19
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajar Menurut Hardjana (1994:21) motivasi belajar adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan atau sasaran yang ditujunya. Motivasi disini dapat diartikan bahwa dorongan dan stimulus atau respon yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran yang ditujunya dalam proses pembelajaran. Apabila respon seseorang itu baik maka motivasi dalam diri seseorang untuk menanggapi respon atau stimulus juga akan baik. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75). Menurut sardirman motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri siswa atau diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar dalam proses belajar mengajar dan menjamin kelangsungan belajar memberikan arah pada pembelajaran yang positif sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek (guru) akan tercapai dengan baik sehingga pembelajaran juga akan bersifat baik juga. Menurut Slameto (1986) menyatakan bahwa motivasi berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila guru tepat mengenai sasaran maka akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar. Dengan tujuan yang jelas maka anak akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan bersemangat. Menurut Slameto motivasi belajar berperan pada kemajuan, perkembangan yang berlangsung dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran. Bila guru tepat mengenai sasaran atau apabila perencanaan dalam pembelajan dapat dibuat dengan baik maka hasilnya juga akan baik

Upload: ngokiet

Post on 27-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Motivasi Belajar

Menurut Hardjana (1994:21) motivasi belajar adalah dorongan atau

stimulus yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan

perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan atau sasaran yang ditujunya.

Motivasi disini dapat diartikan bahwa dorongan dan stimulus atau

respon yang datang dari dalam batin atau hati orang, yang menggerakkan

perilaku belajarnya untuk memenuhi kebutuhan dan sasaran yang ditujunya

dalam proses pembelajaran. Apabila respon seseorang itu baik maka motivasi

dalam diri seseorang untuk menanggapi respon atau stimulus juga akan baik.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

Menurut sardirman motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri

siswa atau diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar dalam proses

belajar mengajar dan menjamin kelangsungan belajar memberikan arah pada

pembelajaran yang positif sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek (guru)

akan tercapai dengan baik sehingga pembelajaran juga akan bersifat baik juga.

Menurut Slameto (1986) menyatakan bahwa motivasi berperan pada

kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila guru

tepat mengenai sasaran maka akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.

Dengan tujuan yang jelas maka anak akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan

bersemangat.

Menurut Slameto motivasi belajar berperan pada kemajuan,

perkembangan yang berlangsung dalam proses pembelajaran sehingga

pembelajaran. Bila guru tepat mengenai sasaran atau apabila perencanaan

dalam pembelajan dapat dibuat dengan baik maka hasilnya juga akan baik

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

9

sehingga akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar. Dengan tujuan yang

jelas maka anak akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan bersemangat.

Dari beberapa definisi tentang motivasi belajar diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak

yang timbul dari dalam batin seseorang untuk melakukan kegiatan belajar agar

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi bisa berupa dorongan,

kemauan, dan perbuatan seseorang yang berperan pada kemajuan dan

perkembangan siswa melalui proses belajar.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang sederhana, dan merupakan model yang paling

baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif. STAD terdiri dari lima komponen utama-presentasi kelas, tim, kuis,

skor kemajuan individu, rekognisi tim.

Menurut Slavin (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

STAD adalah pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar

beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang

berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan

etnis atau kelompok sosial lainnya.

Menurut slavin pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran

dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau

lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang

berbeda, atau kelompok heterogen sehingga dalam setiap kelompok terdapat

siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin,

kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Yang dapat bekerja

dalam satu kelompok belajar.

Kemudian menurut Arizt (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

10

bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan

guru”.

Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok

mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun

kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik,

kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau

diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas

penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi

atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Model pembelajaran STAD adalah pembelajaran dimana setiap kelas

dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5

anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik

jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok

menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk

menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota

kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar,

dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor

sempurna diberi penghargaan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau

kelompok. Dalam pembelajaran menggunakan model STAD setiap kelas

dibagi menjadi kelompok 4 sampai 5 kelompok pembagian kelompok tersebut

tidak memandang antara satu dengan yang lain atau pembagian kelompok ini

secara heterogen.

Langkah-langkah pembelajaran STAD.

Slavin (2008) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-tahap

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran

umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

11

mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan

apersepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi

prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan

meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik

penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun

melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus

dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.

2. Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang

akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas

dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat

memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai

hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan

motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap Tes Individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai

diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes

individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali

pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari

secara individu selama bekerja dalam kelompok Skor perolehan individu ini

dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan

skor kelompok.

4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan

skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk

memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

5. Tahap Penghargaan Kelompok

Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi

sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan

berdasarkan perolehan rata-rata, penghargaan dikategorikan kepada kelompok

baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Langkah – langkah model STAD menurut slavin adalah :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok

3. Refleksi

4. Penilaian

5. Penghargaan kelompok

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

12

Pendapat Slavin tidak jauh berbeda dengan pendapat Agus Suprijono

(2011: 133-134), langkah-langkah pada model pembelajaran STAD adalah

sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada

anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab

kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi.

6. Kesimpulan.

Langkah – langkah model STAD menurut Agus Suprijono adalah :

1. Guru membentuk kelompok secara heterogen

2. Guru menyajikan materi pembelajaran

3. Pembagian tugas secara berkelompok dan mempresentasikan hasil dari

kerja kelompok

4. Memberikan kuis

5. Evaluasi

6. Kesimpulan

Senada dengan langkah model pembelajaran STAD oleh Agus Surijono

sintaks model pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

kelompok.

4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota

kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat

menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki

nilai/poin tertinggi.

7. Guru memberikan evaluasi.

8. Penutup.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

13

Langkah – langkah model STAD menurut Chotimah:

1. Membentuk kelompok secara heterogen

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok.

4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada

anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu

mengerti.

5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat

menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki

nilai/poin tertinggi.

7. Guru memberikan evaluasi.

8. Penutup.

Dari ketiga pendapat diatas disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok dimana setiap anggota diminta

saling bertukar informasi kepada anggota yang belum menguasai materi. Dan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD diatas maka dapat

disimpulkan:

1. Siswa di bagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.

2. Guru memberikan materi pengantar pembelajaran.

3. Siswa diminta untuk mengerjakan diskusi kelompok dari tugas yang

diberikan guru. Dalam diskusi kelompok siswa saling bertukar

informasi yang dia ketahui dimana siswa yang lebih mengerti berbagi

informasi dengan siswa lain sampai semuanya mengerti.

4. Siswa diminta mengerjakan kuis mandiri yang diberikan oleh guru. Saat

mengerjakan kuis mandiri siswa dilarang untuk saling membantu satu

sama lain.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

14

5. Guru memberikan poin penghargaan atas kuis yang dikerjakan oleh

siswa.

6. Guru memberikan evaluasi pembelajaran.

7. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

2.1.3 Pendekatan Inkuiri

Menurut Sagala (2010) metode inkuiri merupakan metode yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas

dalam memecahkan masalah.

Sagala menjelaskan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang

berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga

dalam proses pembelajran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan masalah. Dan siswa dapat

membuat hipotesis serat menemukan sendiri masalah, sehingga anak

mengalami secara langsung.

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)

sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan

eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Hampir sama dengan sagala piaget juga menjelaskan bahwa

pendekatan inkuiri Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak

untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan

mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang

satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan

dengan yang ditemukan orang lain sehingga siswa dapat mengalami sendiri.

Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai

pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala

ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri

adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

15

dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan –

pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara

jelas.

Sedangkan menurut kuslan bahwa model inkuiri sebagai pengajaran di

mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah

dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri

adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok

siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap

pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang

digariskan secara jelas. Sehingga siswa dapat memcahkan masalah sendiri

dan dapat mengalami secara langsung.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri

merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,

merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini

siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu

permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa

bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur,

kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

Langkah-langkah Pelaksanaan Inkuiri

Guloa (dalam Trianto, 2002:138) menyatakan, bahwa kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan.

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut

dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan

hipotesis.

2. Merumuskan Hipotesis.

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan solusi permasalahan

yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru

menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin.

Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dengan permasalahan yang diberikan.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

16

3. Mengumpulkan Data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

4. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisa data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji

hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh

kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah

dirumuskan. Bila ternayata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat

menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Sementara itu menurut Joyce (Gulo, 2005) proses inkuiri dilakukan

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah, kemampuan yang dituntut adalah kesadaran

terhadap masalah.

2. Mengembangkan hipotesis, menguji dan menggolongkan data yang

diperoleh.

3. Menguji jawaban tentatif, merakit peristiwa dan mengidentifikasi

peristiwa.

4. Menarik kesimpulan, mencari pola dan makna hubungan untuk

merumusakan kesimpulan.

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.

Sedangkan menurut Joice dan Weil (dalam Wena, 2011) membagi tahapan

inkuiri menjadi lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penyajian Masalah

Pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan prosedur inkuiri

pada siswa.

2. Pengumpulan Data Verifikasi

Siswa didorong untuk mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang

diamati atau alami.

3. Pengumpulan Data Eksperimentasi

Siswa melakukan eksperimentasi dengan memasukan hal baru. Dalam

tahap ini siswa mengajukan pertanyaan yang hampir serupa dengan

hipotesis.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

17

4. Organisasi Data Formulasi Kesimpulan

Siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk membuat suatu

kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang disajikan.

5. Analisis proses inkuiri

Siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri yang telah mereka jalani.

Dari ketiga langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran metode inkuiri sebagai berikut:

1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan dan diajukan kepada

siswa, guru memperjelas pertanyaan tersebut dan meminta siswa untuk

membuat hipotesis.

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah yang diberikan siswa memberikan kemudahan guru

untuk memberikan pertanyaan lebih terhadap siswa.

3. Mengumpulkan Data

Data yang akan dikumpulkan berupa, table, matrik.

4. Analisis Data

Data yang dibuat oleh siswa harus dapat dibuktikan dengan

menggunakan percobaan dan data tersebut terbukti benar atau salah.

5. Membuat Kesimpulan

Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang

sudah dibuat.

Langkah-langkah penggabungan model kooperatif tipe STAD dengan

inkuiri.

Langkah-langkah penggabungan model pembelajaran kooperatif STAD

dengan pendekatan inkuiri:

1. Mengidentifikasi masalah.

Guru memberikan materi pengantar sebagai langkah awal

pembelajaran untuk siswa indetifikasi masalah pembelajaran yang

akan dilakukan.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

18

2. Merumuskan masalah.

Melalui kegiatan pembelajaran berkelompok siswa di bagi menjadi

beberapa kelompok secara heterogen untuk memecahkan masalah

yang diberikan oleh guru.

3. Membuat hipotesis.

Siswa bekerja secara berkelompok untuk memecahkan masalah dari

guru sehingga memunculkan hipotesis dari pembelajaran yang

diberikan.

4. Mengumpulkan data.

Dalam kegiatan ini siswa bekerja secara kelompok dan saling

membantu dalam pengumpulan informasi. Selain informasi dari guru

siswa juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman kelompok dan

mencari sumber informasi lain.

5. Menganalisis data.

Dari berbagai informasi yang telah dikumpulkan, siswa menganalisa

informasi dengan teman kelompok untuk mencapai kesimpulan

masalah yang diberikan guru.

6. Presentasi hasil kerja kelompok.

Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

7. Kuis mandiri.

Siswa diminta mengerjakan soal-soal kuis secara mandiri. Tidak boleh

saling membantu satu sama lain.

8. Kesimpulan.

Guru memberikan poin penghargaan pencapaian siswa dan

menyimpulkan hasil pembelajaran.

2.1.4 Hakekat Pembelajaran IPS SD

IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

19

IPS adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara

interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Widiarto, 2007:1). Ilmu

pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk

membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan

menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali

berkembang secara tidak terduga.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pembelajaran sebuah

bidang ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah

sosial di masyarakat dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau

satu perpaduan. Norma Machezie mengemukakan bahwa Ilmu Sosial adalah

semua ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam kontek sosialnya atau

dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai

anggota masyarakat (Ischak, 1997).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah program

pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi

yang berkaitan dengan isu sosial dengan mengintegrasikan secara

interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora dari sejumlah mata

pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik.

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). Pembelajaran IPS di SD mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial. (Depdiknas, 2006)

Mata pelajaran IPS disusun secara sistemats, komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat, sehingga siswa diarahkan untuk dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,

serta warga dunia yang cinta damai, (Depdiknas, 2006).

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

20

Untuk menguatkan hakekat pembelajaran IPS maka disusunlah tujuan

pembelajaran IPS yang disusun dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006

tentang standar isi untuk satuan pendididkan dasar dan menengah, dijelaskan

bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global. (BNSP,

2006:170).

Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan

dalam mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut.

TABEL 2.1

Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mem-persiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mem-

proklamasikankemerdekaan

Indonesia

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mem-pertahankan

kemerdeka-an

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

21

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu yang

menjadi upaya penulis untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan

kelebihan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis.

I Nyoman Kawan, S.Pd Kepala SD/Guru DN 7 Batur (2007).Judul:

Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui

Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Siswa Kelas VI SDN 7 Batur

Tahun Pelajaran 2007/2008. Dari hasil analisa didapatkan bahwa prestasi

belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I samai siklus III yaitu,

siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%). Simpulan dari

penelitian ini adalah metode kooperatif model STAD dapat berpengaruh

positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas 6 SDN 7 Batur, serta model

pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif ilmu

pengetahuan sosial. Namun ada beberapa kekurangan dalam penggunaan

metode ini yaitu alokasi waktu yang kurang memadai hanya 15 menit untuk

dilangsungkannya kerja kelompok. Maka untuk kedepannya dalam

pengggunaan metode STAD, guru seharusnya membagi waktu dengan tepat

agar kegiatan kelompok dapat berjalan dengan maksimal.

Anjar (2009) yang berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa

menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi pokok

pesawat sederhana di SD N 3Kaloran tahun ajaran 2009/2010. Hasil

penelitian menunjukan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1

diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-rata

hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2

meningkat menjadi 90,83. Nilai rata-rata belajar afektif sikap pada siklus 1

diperoleh 80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata

hasil belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat

menjadi 88,10. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50

meningkat menjadi 93,00 pada siklus 2. Dari hasil yang diperoleh, penelitian

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

22

dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa SD Kaloran Temanggung

dapat menigkat hasil belajar siswa secara optimal. Kelebihan yang dicapai

dalam penelitian ini terletak pada proses pembelajarannya dimana siswa

diminta praktek secara langsung sehingga menimbulkan pengalaman dalam

proses pembelajaran. Namun masih ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu

tidak semua siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu sebaiknya

guru lebih bisa mengkondisikan siswa agar lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

Rokhmat (2009) dalam skripsi berjudul Upaya meningkatkan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan

menggunakan metode inquiri di SDN Tulusrejo Malang. Menurut penelitian

secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa melaluin

penerapan metode inquiri memperoleh kemajuan yang lebih baik

dibandingkan sebelumnya menerapkan metode inquiri. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa metode inquiri sangat efektif untuk digunakan dalam

kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh aktivitas

siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat,

menentukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percoban-

percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam

berkelompok dan sebagainya. Akan tetapi masih ditemukan kekurangan

dalam penggunaan metode inkuiri ini yakni dalam kerja kelompok beberapa

siswa masih kurang aktif dan cenderung pasif. Sebaiknya dalam kerja

kelompok guru bisa memancing keaktifan siswa dalam kerja kelompok

dengan memberikan stimulus-stimulus.

Habiburrohman, Muhammad. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif Learning Model Stad Mata

Pelajaran IPS Kelas VA SDN Mergosono I Kota Malang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Mergosono 1 Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Hal ini dilihat dari peningkatan aktifitas siswa

dari siklus I ke siklus II. Perolehan rata-rata postes yang juga meningkat

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

23

tajam, dari rata-rata sebelumnya (58,5) mengalami peningkatan pada siklus I

dengan rata-rata kelas sebesar (65,18) dan prosentase ketuntasan belajar

kelasnya yaitu (48%) meningkat pada siklus II dengan rata-rata kelasnya

sebesar (75,18) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar

(85,18%).Berdasarkan hasil penilitian ini dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar siswa kelas V SDN Mergosono 1 Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Disarankan untuk penelitian selanjutnya

hendaknya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada sehingga

pembelajaran diharapkan berjalan seoptimal mungkin.

Hidayati (2008) “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Ipa Siswa Kelas

IV Mi Darul Ulum Gondangwetan Dengan Pendekatan Kooperatif Model

Stad”. Dari hasil penelitian diperoleh data skor hasil observasi aktivitas guru

siklus I pertemuan I skor yang diperoleh sebesar 54,6%, pertemuan II sebesar

68%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I sebesar 93%, dan pertemuan II

98%. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada prosentase aktivitas

siswa yang semakin meningkat. Hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-

rata yang diperoleh 62,5 dan pada tahap pelaksanaan siklus II nilai rata-rata

mencapai 76,35%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

IPA siswa dengan menggunakan model STAD. Dari hasil penelitian dan

pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model STAD dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas

IV MI Darul Ulum Gondang Wetan. Berdasarkan penelitian ini maka

disarankan kepada guru untuk selalu menerapkan model-model pembelajaran

yang bervariasi dan bagi kepada sekolah hendaknya membantu menyediakan

sarana pembelajaran yang tidak memungkinkan siswa untuk membawanya.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

24

2.3 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri sebagai media

pengajaran yang digunakan guru merupakan salah satu yang dianggap dapat

digunakan guru dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk

memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya pada mata

pelajaran IPS siswa kelas 5 SD Negeri Beji 2 Kabupaten Semarang.

Penggunaan model pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri

didasarkan beberapa alasan, antara lain karena teknik ini mampu melatih

kemampuan berpikir logis siswa melalui diskusi kelompok dalam kegiatan

perumusan masalah, membuat siswa menjadi lebih aktif dengan diskusi

kelompok. Artinya, bahwa kemampuan berpikir dan pemahaman konsep

siswa menjadi hal mendasar dalam penggunaan teknik ini. Guru hanya

memberikan bimbingan materi pelajaran, selebihnya adalah tanggung jawab

siswa untuk menguasainya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tetap menggunakan

pembelajaran klasikal (ceramah, tanya jawab, atau diskusi dan tugas) dalam

penyajian materi pelajaran. Tetapi pembelajaran klasikal tersebut diperbaiki

dalam penelitian ini dengan model STAD dengan pendekatan inkuiri

sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, dalam hal ini

tercapainya peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Beji 2

Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam

gambar 2.1 kerangka pikir penelitian

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

25

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran IPS menggunakan model

pembelajaran STAD dengan pendekatan inkuiri

Pembelajaran IPS

KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia

Pembelajaran Konvensional

Ceramah dan terpusat pada guru.

Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan

buku pegangan dan LKS.

Adanya masalah yang akan

diidentifikasi

Pengumpulan informasi/materi

pembelajaran

Manganalisis informasi

Mengidentifikasi masalah (tentang

persiapan proklamasi kemerdekaan)

Kesiapan siswa dalam

mengerjakan evaluasi secara

mandiri

Keberanian, kesiapan dan

kebenaran dalam

penyampaian presentasi

kelompok

Model pembelajaran STAD dengan

pendekatan inkuiri

Merumuskan masalah (siswa dibagi

menjadi kelompok secara heterogen)

Membuat hipotesis (tentang persiapan

proklamasi kemerdekaan)

Mengumpulkan data (melalui diskusi

kelompok)

Menganalisis data

Presentasi hasil kerja kelompok

Kuis mandiri (siswa bekerja secara

individu)

Adanya interaksi antara siswa

dan guru dalam menyimpulkan

hasil pembelajaran

Kesimpulan (rangkuman hasil

pembelajaran)

Pembentukan kelompok

Pembuatan hipotesi tentang

masalah yang diberikan

Motivasi belajar

siswa rendah

Rubrik

motivasi

Rubrik

motivasi

Rubrik

motivasi

Rubrik

motivasi

Rubrik

karakter

Rubrik

karakter

Rubrik kuis

Rubrik

motivasi

Skor

motivasi

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Motivasi Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3829/3/T1... · 2014-04-03 · baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

26

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah: apabila pembelajaran dilaksanakan menggunakan

model STAD dengan pendekatan inkuiri motivasi belajar IPS siswa kelas 5

SD Negeri Beji 2 Ungaran Timur Kabupaten Semarang meningkat.