bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil...

21
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Menurut Winkel dalam Purwanto (2010: 45), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Penekanan dari pendapat Winkel dalam Purwanto ini yaitu hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina, 2006:5). Hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek ranah yakni kognitif, afektif, psikomotorik. Sebaliknya hasil belajar kurang memuaskan apabila hasil belajar apabila tidak memenuhi 3 aspek tersebut. Pendapat ini sependapat dengan usulan Benyamin S. Bloom. Pendapat Benyamin S. Bloom dalam Catharina 2006:6, mengusulkan hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2006 : 3) merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

Upload: hathu

Post on 04-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa

setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,

2011:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas

maupun individu.

Menurut Winkel dalam Purwanto (2010: 45), mengemukakan bahwa “hasil

belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

tingkah lakunya”. Penekanan dari pendapat Winkel dalam Purwanto ini yaitu hasil

belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku. Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar

(Catharina, 2006:5). Hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek

ranah yakni kognitif, afektif, psikomotorik. Sebaliknya hasil belajar kurang

memuaskan apabila hasil belajar apabila tidak memenuhi 3 aspek tersebut.

Pendapat ini sependapat dengan usulan Benyamin S. Bloom. Pendapat Benyamin

S. Bloom dalam Catharina 2006:6, mengusulkan hasil belajar dikelompokkan ke

dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, ranah psikomotorik. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono

(2006 : 3) merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

6

sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari

proses kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mencapai

kompetensi yang berupa aspek kognitif dengan hasil yang dinyatakan dalam

bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti

pembelajaran berupa diskusi, menyimak dan belajar kelompok, dan aspek

psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari

aktivitas pengukuran. Secara sederhana, pengukuran diartikan sebagai kegiatan

atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

peristiwa, atau benda. Pengukuran adalah (measurement) adalah membandingkan

sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka

menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger dalam Purwanto, 2010:2). Hopkins

dan Antes dalam Purwanto (2010:2), mendefinisikan pengukuran sebagai

pemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian yang dilakukan

untuk menunjukan perbedaan dalam jumlah. Untuk menetapkan angka dalam

pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia

pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil

belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan berbagai cara

dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi rangkaian

kemampuan siswa (Endang Poerwanti, 2008). Teknik yang dapat digunakan

dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan

menggunakan teknik tes dan non tes, antara lain:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

7

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan

yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi,

atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk

mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan

pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi

(Endang Poerwanti, dkk. 2008). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan

adalah tes formatif pada pertemuan kedua tiap siklusnya. Bentuk tes terdiri

dari pilhan ganda dan uraian.

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan

pada aspek kognitif. Penelitian ini juga menggunakan tekhnik non tes yang

berupa menyimak, diskusi, self assesing, dan jurnal belajar.

a. Self assesing (penilaian diri)

Penilaian diri adalah suatu tekhnik penilaian dimana siswa diminta untuk

menilai dirinya sendiri berkaitan dengan proses dan tingkat pencapaian

kompetensi yang dipelajari.

b. Jurnal Belajar

Jurnal belajar adalah tulisan yang dibuat siswa yang mencatat apa yang

telah dipelajari, Susilo dalam Poerwati(2008:5-8)

Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen butir-butir soal

apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila pengukurannya dengan

cara mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen lembar

pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap akan

menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.

Instrumen sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

valid, artinya instrumen ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Maka perlu digunakan kisi-kisi untuk ketercapaian tujuan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

8

pembelajaran. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian SK/KD

dan indikator. Jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur setiap

indikator yang bersangkutan. Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman

dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kisi-kisi (test blue-print atau table of

specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan

distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi

dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini

dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal menjadi perangkat tes.

Format kisi-kisi soal berisi antara lain identitas sekolah, Kompetensi Dasar,

Indikator, proses berfikir, tingkat kesukaran, dan bentuk instrumen.

Berdasarkan uraian diatas hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian

adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes formatif dan ditambahkan

dengan skor klarifikasi individu, skor diskusi kelompok, dan skor laporan LKS.

2.1.2 Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Menurut Robert E. Slavin (2010) model pembelajaran TAI diprakarsai

sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa

menyelesaikan masalah-masalah yang membuat model pengajaran individual

menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim

pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan

memeriksa secara rutin, saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat

membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada

sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari kelompok heterogen.

Dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan

kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan

ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Pada

awalnya, jenis model ini dirancang khusus untuk mengajarkan matematika SD

kelas 3-6. Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya, model ini mulai

diterapkan pada materi-materi pelajaran yang berbeda.(Huda, 2011:128)

Model pembelajaran kooperatif TAI merupakan model pembelajaran yang

membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

9

yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan

bantuan (Suyitno,2002:10). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman

yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.

Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa

yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan

siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Menurut Suyitno model pembelajaran TAI memiliki 8 (delapan) komponen,

yaitu :

a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4

sampai 6 siswa.

b. Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-

rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam

bidang tertentu.

c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan

oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada

siswa yang membutuhkannya.

e. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap

hasil kerja kelompok dan memberikan criteria penghargaan terhadap

kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang

dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa.

h. Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir

waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Dari kedelapan komponen tersebut maka Suyitno memberikan langkah-langkah

dalam model pembelajaran TAI sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh

kelompok siswa.

2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai

harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang

tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).

3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen

Teaching Group).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

10

4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis

berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.

(Mengadopsi komponen Teams).

5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah

dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara

individual bagi yang memerlukannya. Siswa terlebih dahulu diberikan

kesempatan untuk mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu

berdiskusi dengan kelompoknya. (Mengadopsi komponen Team Study).

6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan

mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh

guru.

7. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.

8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang

berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen

Team Score and Team Recognition).

9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang

ditentukan.

Pendapat Suyitno tidak jauh berbeda dengan pendapat Slavin. Menurut

Slavin, (2010: 128) Pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dengan

kelompok heterogen yang memberikan informasi untuk memahami suatu konsep

matematika.

Menurut Slavin (2010: 128) TAI merupakan pembelajaran yang terdiri

dari beberapa komponen yang dapat digunakan sebagai langkah-langkah, yaitu:

a. Teams. Para siswa dalam TAI dibagi kedalam tim-tim yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang, seperti STAD dan TGT.

b. Tes Penempatan. Para siswa diberikan tes pra program dalam

bidang operasi matematika pada permulaan pelaksanaan program.

Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program

individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini.

c. Materi-materi Kurikulum. Untuk sebagian besar dari pengajaran

matematika mereka, para siswa bekerja pada materi-materi

kurikulumindividual yang mencakup penjumlahan, pengurangan,

perkalian , pembagian, angka, pecahan, decimal, rasio, persen,

statistik, dan aljabar. Masalah-masalah kata dan strategi

penyelesaian masalah ditekankan pada seluruh materi. Tiap unit

mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:

Halaman Panduan

Beberapa halaman untuk latihan kemampuan

Tes formatif

Tes Unit

Halaman jawaban untuk halaman latihan kemampuan dan tes-tes

unit dan formatif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

11

d. Belajar Kelompok. Langkah berikutnya yang mengikuti tes

penempatan adalah guru mengajar pelajaran pertama. Selanjutnya

para siswa diberikan tempat untuk memulai dalam unit matematika

individual. Para siswa mengerjakan unit-unit mereka dalam

kelompok mereka, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 atau 3 orang

dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan.

2. Para siswa membaca halaman panduan mereka dan meminta

teman satu tim atau guru untuk membantu bila diperlukan.

Selanjutnya mereka akan memulai latihan kemampuan yang

pertama dalam unit mereka.

3. Para siswa mengerjakan empat soal pertama dalam latihan

kemampuannya sendiri selanjutnya jawabannya dicek oleh

teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia,

yang dicek dengan urutan terbalik didalam buku

4. Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan

benar dalam latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan

tes formatif A yaitu kuis yang terdiri dari sepuluh soal yang

mirip dengan latihan kemampuan terakhir.

5. Tes formatif para siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa

yang berasal dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang

sesuai. Siswa tersebut kemudian menyelesaikan tes unitnya, dan

siswa pemeriksa akan menghitung skornya. Tiap hari 2 murid

bergantian menjadi pemeriksa.

e. Skor tim dan Rekognisi Tim. Pada setiap akhir minggu, guru

menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-

rata unit yang bisa dicakupi oleh tiap anggota tim dan jumlah tes-tes

unit yang berhasil diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun

dari kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim

untuk menjadi tim super, kriteria sedang untuk menjadi tim sangat

baik, dan kriteria minimum untuk menjadi tim baik.

f. Kelompok Pengajaran, Setiap hari guru memberikan pengajaran

selama sekitar 10 -15 menit kepada dua atau tiga kelompok kecil

siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim berbeda yang tingkat

pencapaian kurikulumnya sama. Guru menggunakan konsep

pengajaran yang spesifik yang telah disediakan oleh program.

Tujuan dari sesi ini adalah untuk mengenalkan konsep-konsep utama

kepada para siswa. Pelajaran tersebut dirancang untuk membantu

para siswa memahami hubungan antara pelajaran matematika yang

mereka kerjakan dengan soal-soal yang sering mereka temui dan

merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata.

g. Tes Fakta. Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan tes-

tes fakta selama tiga menit. Para siswa tersebut diberikan lembar-

lembar fakta untuk dipelajari dirumah untuk persiapan menghadapi

tes-tes ini.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

12

Unit seluruh Kelas. Pada akhir tiap tiga minggu guru menghentikan

program individual dan menghabiskan satu minggu mengajari

seluruh kelas kemampuan semacam geometri, ukuran, serangkaian

latihan, dan strategi penyelesaian masalah.

Penekanannya adalah dalam TAI Siswa bekerja sama antar kelompok dalam

usaha memecahkan masalah. Dengan demikian dapat memberikan peluang kepada

siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya

karena termotivasi oleh siswa lain yang mempunyai kemampuan yang lebih

tinggi. Diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran akan meningkat sehingga

hasil belajar siswa juga akan meningkat.

Saminanto (2010: 43) menyatakan bahwa model pembelajaran TAI (Team

Assisted Individualization) merupakan kombinasi pembelajaran kelompok dan

individual yang dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1985. Langkah-langkah

model pembelajatan TAI menurut Saminanto (2010:43) adalah sebagai berikut:

1. Disampaikan tujuan pembelajaran

2. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

3. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.

4. Anggota kelompok menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk

saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

5. Semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir

kegiatan sebagai tanggung jawab bersama.

6. Validasi kelas hasil diskusi kelompok.

7. Guru memberikan penilaian.

8. Kesimpulan dan penutup.

Dari pendapat ketiga peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok

kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang

berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan

kecepatan dan kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan

rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan TAI dengan menggunakan

langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:

1. Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan

langkah-langkah pembelajaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

13

2. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa berdasarkan

nilai ulangan harian.

3. Setiap anggota kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru

secara individu.

4. Setiap anggota yang telah selesai mengerjakan LKS terlebih dahulu

membantu menyelesaiakan LKS anggota yang belum selesai.

5. Masing-masing anggota kelompok saling menjelaskan hasil

penyelesaian LKS yang telah dikerjakan.

6. Setiap kelompok melaporkan keberhasilan penyelesaian LKS dalam

pembahasan dikelas.

7. Siswa bersama guru melakukan penegasan hasil LKS.

8. Siswa mengerjakan post test.

Keuntungan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI )

adalah sebagai berikut.

1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah;

2. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok;

3. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

ketarmpilannya;

4. Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan

masalah.

Kelemahan model pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI

adalah sebagai berikut.

1. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan

menggantungkan pada siswa yang pandai;

2. Tidak ada persaingan antar kelompok.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

14

2.1.3 Mata Pelajaran Matematika

Latar Belakang Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun

sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di

atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara

penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,

menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan

mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

15

menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,

sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti

komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Tujuan Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut.

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan Matematika dapat dimiliki oleh kemampuan

peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan

dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

16

standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan

menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk

membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran

Matematika yang d2tujukan bagi bagi siswa kelas V SD disajikan melalui

tabel 2.1.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

5. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan masalah

5.1 Mengubah pecahan ke bentuk

persen dan desimal serta

sebaliknya

5.2 Menjumlahkan dan

mengurangkan berbagai bentuk

pecahan

5.3 Mengalikan dan membagi

berbagai bentuk pecahan

5.4 Menggunakan pecahan dalam

masalah perbandingan dan skala

Geometri dan Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat

Sifat-sifat Bangun Datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat

bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring

berbagai bangun ruang

sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat

kesebangunan dan simetri

6.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan Sifat-sifat

Bangun Datar dan bangun ruang

sederhana

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

17

2.1.4 Hubungan Matematika dan Model Pembelajaran TAI

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar

untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9).

Pembelajaran merupakan usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan

siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai

kompetensi secara optimal. Dalam pembelajaran matematika guru berusaha untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang mempernudah siswa belajar dalam

mengajarkan matematika pada peserta didiknya. Khususnya pada materi sifat-sifat

bangun datar dan bangun ruang untuk mempermudah siswa dalam

mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam memamahi materi tersebut.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai pembimbing

daripada sebagai pemberi informasi saja.

TAI merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil

yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang

berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan

kecepatan dan kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan

rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi. Cara ini

merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individual dalam kelompok. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerja sama mereka. Kerjasama merupakan proses

interaksi siswa dengan siswa lain untuk mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Niat dan kiat

(will and skill) dari anggota kelompok dibutuhkan dalam model pembelajaran TAI

sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk saling membantu dan

bekerja sama dengan anggota lainnya (Slavin, 2010: 94). Dengan bekerja sama

dengan baik di dalam kelompoknya, maka siswa dapat menghargai pendapat

orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk

bertanya, dan berbagai tugas. Oleh karena itu kerjasama dalam kelompok

merupakan hal yang penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

18

Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI dapat

meningkatkan hasil belajar matematika, karena didalam pembelajaran TAI siswa

diberikan kesempatan untuk menyatukan pendapat menyelesaikan masalah yang

ada yaitu tentang sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kemudian meyakinkan

tiap anggota kelompok mengetahui atas jawaban pertanyaan tersebut. Siswa

dalam kelompok saling bekerjasama untuk memahami suatu materi atau

menyelesaikan masalah yang ada.

2.2 Kajian Hasil yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan

dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,

merevisi, memodifikasi dan sebagainya. Penelitian yang relevan dengan penelitian

penulis yaitu oleh Nia Kurnia Asih Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

berjudul “Penerapan Metode Kooperatif Learning Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK Kelas V2I SMP Negeri 15 Bandung

Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tingkat hasil belajar sebelum

mendapatkan pembelajaran mengenai materi rumus dan fungsi Microsoft Excel

masih rendah. Setelah diterapkan metode cooperative learning TAI berbasis

multimedia, model pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada pembelajaran TIK di SMP Negeri 15 Bandung Kelas V2I pada

aspek kognitif. Sehingga terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara

sebelum dan sesudah diterapkannya metode cooperative learning TAI. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya perolehan keberhasilan guru dalam penerapan model

TAI pada siklus I yaitu 82,36% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 91,43%.

Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 64,3 dan ketuntasan kelas 52,33% pada

siklus I menjadi rata-rata 78,29 dan ketuntasan kelas mencapai 85,45% pada

siklus 2.

Kelebihan dalam penelitian ini yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuan

dan ketrampilannya dalam menggunakan rumus dan fungsi microsoft exel yang

selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran TIK.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

19

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu siswa yang berkemampuan berfikir rendah

tentang rumus dan fungsi microsoft exel secara tidak langsung akan

menggantungkan pada siswa yang pandai dikelompoknya padahal untuk

pembelajaran TIK dibutuhkan ketrampilan, dan keahlian siswa dalam

menggunakan media yang ada, sehingga diwajibkan siswa pandai atau setidaknya

terampil, penelitian ini akan memperbaiki masalah teresebut.

Hasil penelitian Tindakan Kelas Tyas Deviana tentang “Peningkatan

Pembelajaran IPA Melalui Model TAI (Team Assisted Individualy) pada Siswa

Kelas IV SDN I Pinggirsari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung

tahun 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Team Assisted Individualy (TAI) untuk pembelajaran IPA siswa

kelas IV SDN I Pinggirsari dengan kompetensi dasar "mendeskripsikan energi

panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya" dapat

dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perolehan

keberhasilan guru dalam penerapan model TAI pada siklus I yaitu 86,79% dan

meningkat pada siklus 2 menjadi 91,51%. Aktivitas siswa meningkat, siklus I

diperoleh 61,24 menjadi 79,3 pada siklus 2. Hasil belajar juga meningkat dari

rata-rata 66,2 dan ketuntasan kelas 54,55% pada siklus I menjadi rata-rata 76,27

dan ketuntasan kelas mencapai 84,85% pada siklus 2.

Kelebihan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivitas siswa

yang diperoleh dari siklus 1 dan siklus 2. Ada kelebihan, ada juga kelemahan yang

terjadi yaitu siswa terlalu aktif semua menjadikan waktu pelajaran kurang, karena

pembahasannya akan menarik dan menantang siswa, penelitian ini akan

memperbaiki masalah tersebut.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Age Putra Wilyono

tentang Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Sumbersari 1

Malang Melalui Model Team Assisted Individualy (TAI) tahun 2010/2011

menyimpulkan bahwa model Team Assisted Individualization dapat

meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Sumbersari 1 Malang. Hal ini

ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam penerapan model Team

Assisted Individualization. Pada pertemuan 1 memperoleh nilai (56,41),

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

20

pertemuan 2 (71,79), pertemuan 3 (84,61), pertemuan 4 (97,43). Meningkatnya

aktivitas belajar dalam pembelajaran IPA pertemuan 1 sampai 4 mencapai taraf

keberhasilan klasikal baik, pada pertemuan 1 memperoleh nilai (53,17%),

pertemuan 2 (56,74%), pertemuan 3 (59,12%), pertemuan 4 (62,03%).

Meningkatnya hasil belajar ditunjukkan pada nilai rata-rata setiap pertemuan yang

meningkat. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus

1 (64,1), siklus 2 (91,02).

Kelebihan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan yang luar biasa

pada nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Kelemahannya

adalah aktivitas siswa dalam pertemuan 1 ke pertemuan 2 menunjukkan hasil yang

tidak menunjukkan keberhasilan yang meningkat drastis, tetapi peningkatan

aktivitas siswa terlihat secara klasikal dimulai dari pertemuan 1, meningkat sedikit

pada pertemuan 2, meningkat ke pertemuan 3, dan menunjukkan hasil yang sangat

memuaskan pada pertemuan ke 4 dalam penelitian ini akan memperbaiki masalah

tersebut, penelitian ini akan akan memperbaiki masalah tersebut.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Budi Lestariningsih

tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-6 SMA N 1 Grabag

Kabupaten Magelang Pokok Bahasan Trigonometri Melalui Implementasi

Model Pembelajaran Kooperatif TAI berbantuan LKS”. Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa Pada siklus 1 rata-rata kelasnya mencapai 67.31, siswa yang

tuntas sebanyak 20 anak (51.28%) dan yang tidak tuntas sebanyak 19 anak

(48.72%) dengan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 45. Pada siklus 1 untuk nilai

rata-rata hasil belajar yang diperoleh sudah mencapai indikator yang ditetapkan,

tetapi untuk prosentasi ketuntasan masih dibawah indikator yang ditetapkan. Pada

siklus 2 rata-rata kelasnya mencapai 75, siswa yang tuntas sebanyak 33 anak

(84.62%) dan yang tidak tuntas sebanyak 6 anak (15.38%) dengan nilai tertinggi

95 dan nilai terendah 53. Pada siklus 2 hasil belajar yang diperoleh sudah

mencapai indikator yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat

disimpulkan bahwa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif TAI

berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-6 SMA N 1

Grabag Kabupaten Magelang pokok bahasan Trigonometri. Kelebihan dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

21

penelitian ini adalah terjadi peningkatan nilai siswa yang diperoleh dari siklus 1

dan siklus 2

Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Imron Aprulloh

tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Kooperatif

TAI (Team Assisted Individualization) Pada Operasi Hitung Campuran Siswa

Kelas IV SDN Makam Haji 03 Kartasura Pada Semester Genap Tahun Ajaran

2010/2011”. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil pelaksanaan

pembelajaran pada ranah afektif yaitu adanya peningkatan dari kemampuan

bertanya: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada siklus 2, 87.5% pada siklus 2I.

Menjawab pertanyaan: 58.3% di siklus I, 75% di siklus 2, 91.6% pada siklus 2I.

Mengerjakan soal didepan kelas: 58.3% siklus I, 70.8% siklus 2, 87.5% siklus 2I.

Mengerjakan soal-soal latihan: 62.5% pada siklus I, 66.6% pada siklus 2, 83.3%

pada siklus 2I. Sedangkan pada ranah kognitif yaitu: sebelum tindakan sebesar

29% dan setelah dilakukan tindakan sebesar 54% pada siklus I, kemudian 75%

pada siklus 2 dan 87.5% di siklus 2I dengan siswa sebanyak 24. Hasil penelitian

ini diperoleh dari hasil tes dengan KKM sebesar ≥ 65. Kesimpulan penelitian ini

adalah bahwa penerapan metode kooperatif TAI (Team Assisted

Individualization) pada mata pelajaran Matematika dalam pokok materi operasi

hitung campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri

Makam Haji 03 Kartasura. Kelebihannya siswa berkemampuan rendah dalam

belajarnya dapat meningkat dengan diterapkannya TAI.

Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti di atas maka

dengan menggunakan model pembelajaran TAI dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan

menerapkan model pembelajaran TAI pada pelajaran matematika untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran

yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi pelajaran Matematika melalui ceramah dan langsung

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

22

penugasan. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru adalah

diam, mendengarkan, bermain sendiri, dan mengantuk, tidak segera dapat peduli

dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain,

sehingga siswa cenderung untuk pasif saja dan hanya mendengarkan penjelasan

guru. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat

mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah.

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi

yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan

efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam

proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami

sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung.

Pembelajaran dengan model konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh

guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih

dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami

pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk

mengatasi paradigma di atas, peneliti mencoba menerapkan suatu model

pembelajaran TAI. Model pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran

dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa yang heterogen

dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda, dimana siswa bekerja secara

berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan kemampuan masing-

masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya

yang berkemampuan tinggi. Untuk memperbaiki paparan tersebut digunakan KD

setelah pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru. KD yang digunakan

untuk pembelajaran TAI pada siklus I yaitu Mengidentifikasi Sifat-sifat bangun

datar dan KD untuk siklus 2 adalah Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

Dalam teknik ini, siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, mula mula siswa menyimak

tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan serta materi yang disampaikan

guru, kemudian siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 5 orang

berdasarkan nilai ulangan harian. Setelah terbentuk kelompok guru membagikan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

23

LKS kepada setiap siswa dan siswa secara individu menyelesaikan LKS. siswa

yang telah selesai mengerjakan LKS terlebih dahulu membantu mengerjakan LKS

kepada teman yang belum selesai (penilaian proses). Setelah semua siswa selesai

mengerjakan LKS, siswa bergabung kedalam kelompok dan masing-masing siswa

saling mengklarifikasi tentang hasil kerja LKS (penilaian proses) dan

membandingkan jawaban yang sudah terjawab dan menyelesaikan permasalahan

yang ada. Setelah selesai siswa membuat kesimpulan yang dilanjutkan dengan

membuat laporan kelompok yang akan dilaporkan pada pembahasan kelas.

Kemudian siswa diberikan tes formatif sebagai penilaian hasil belajar. Dengan

penggunaan model pembelajaran TAI akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam TAI ini siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menyelesaikan

masalah maka akan terbantu oleh teman sekelompoknya. Pembelajaran TAI ini

memberikan kebebasan bagi siswa untuk aktif membangun pengetahuannya

sendiri melalui kerja sama dan saling ketergantungan satu sama lain. Dengan

demikian, karakteristik TAI di antaranya adalah pembelajaran yang berpusat pada

anak, menekankan pada pembentukan kerjasama, tanggu jawab dalam kelompok

untuk melaporkan hasil kerja mereka. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh

karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif.

Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan.

Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan yaitu mengulang kembali

dengan model pembelajaraan TAI dengan kompetensi dasar yang lain sehingga

tujuan pembelajaran yang lebih meningkat. Dalam pembelajaran ini diharapkan

pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif dalam

pembelajaran serta siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh

temannya yang berkemampuan tinggi sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat.

Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.3 tentang hubungan antara

proses belajar mengajar, pembelajaran konvensional dan model pembelajaran

TAI.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

24

Gambar 2.1

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model

Pembelajaran TAI

KD : 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

Penilaian proses

Hasil belajar : > KKM

Keaktifan klarifikasi

Kerja Kelompok

Penilaian Hasil Belajar Tes Formatif

Klarifikasi siswa tentang bangun datar dan bangun ruang

Laporan kelompok (presentasi)

Menyimak tujuan pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar dan sifat-sifat bangun ruang serta langkah-langkah

kegiatan

Memberikan bantuan pada siswa yang belum selesai

Mengerjakan LKS secara individu

Membentuk kelompok berdasarkan nilai ulangan harian 5

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Siswa :diam

mendengarkan, bermain sendiri, mengantuk

Guru : mendominasi PBM dg ceramah, langsung penugasan

Proses berfikir: Abstrak

ke abstrak (Siswa mendengar penjelasan guru, siswa tidak mengalami proses identifikasi secara langsung

Hasil belajar : < KKM

Model Pembelajaran TAI

Guru :sebagai

fasilitator dan pendamping siswa, membantu siswa yg kurang paham

Proses Belajar Matematika KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi Sifat-sifat bangun ruang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/850/3/T1_292008096_BAB II.pdfpemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikir

masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Peningkatan hasil belajar matematika dicapai melalui model pembelajaran

TAI siswa kelas V SD N Bantir Candiroto Temanggung Semester 2 Tahun

2011/2012.