bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori · 2016. 8. 9. · 7 bab ii . kajian pustaka . 2.1 kajian...

31
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Group investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. 2.1.1.1 Ciri - ciri Model Group Investigation Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai ciri - ciri, yakni sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Upload: others

Post on 28-Mar-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Group investigation

Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Berdasarkan pandangan

konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara

langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai

cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Group investigation adalah

kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan

belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group

process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap

anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah

kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group

investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke

dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus

utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.

2.1.1.1 Ciri - ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit

diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini

mempunyai ciri - ciri, yakni sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat

pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan

sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

8

2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar

belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan

pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu

pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi

kelompok.

3. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua

kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik

yang telah dipelajari semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai

suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar

mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana

belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini

dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam

mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya

dalam membahas materi pembelajaran.

2.1.1.2 Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation

Metode Group Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling

terkait:

1. Group Investigation membantu siswa untuk melakukan investigasi

terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai

implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan

dan membentu mencapai tujuan.

2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui

investigasi

3. Group Investigation melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam

memecahkan suatu masalah.

9

Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill)

yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model

pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan,

belajar sendiri dan belajar untuk bekerja secara kooperatif.

2.1.1.3 Langkah - Langkah Model Pembelajaran Group Investigation

Sharen et al (dalam Krismanto, 2003:8) mendisain model pembelajaran GI

menjadi enam tahapan, yaitu:

a) Tahap mengidentifikasi topik dan pengelompokkan

Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah

umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa

selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi

pada togas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis

kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

b) Tahap merencanakan penyelidikan kelompok

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan topik dan subtopik yang telah

dipilih dari langkah a. di atas.

c) Tahap melaksanakan penyelidikan

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b.

Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan

variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai

sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara

terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan

jika diperlukan.

d) Tahap menyiapkan laporan akhir

Para siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah c. dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam

suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

10

e) Tahap menyajikan laporan

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

topik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai

suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

f) Tahap evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat

mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-

duanya.

2.1.1.4 Kelebihan Model Group Investigation

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group

investigation juga mempunyai kelebihan, yakni sebagai berikut:

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran

GI, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Pribadi

a. dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

b. memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif

c. rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d. dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

e. mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik

2. Secara Sosial

a. meningkatkan belajar bekerja sama

b. belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru

c. belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d. belajar menghargai pendapat orang lain

e. meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

3. Secara Akademis

a. siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang

diberikan

b. bekerja secara sistematis

11

c. mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai

bidang

d. merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya

e. mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat

f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga

didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

2.1.1.5 Kelemahan Model Group Investigation

Model Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga

terdapat beberapa kekurangannya, yaitu:

1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan

2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal

3) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model

pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut

siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami

sendiri

4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif

5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami

kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan, 2006:9).

2.1.2 Media Pembelajaran

Kata media dalam ”media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara

atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai kondisi yang

diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan

demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai

wahana penyalur pesan atauinformasi belajar untuk mengkondisikan seseorang

untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan

belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media

(Sarwono, 2008).

Menurut Bovee (1997) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi

menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi

12

untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses

komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan

berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Periode atau

kecenderungan yang terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang

integratif. Pembelajaran integratif memberi penekanan pada pengintegrasian

berbagai ketrampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca

dan mengintegrasikan tehnologi secara lebih penuh pada pembelajaran. Pada

awalnya komputerdititik beratkan pada proses pengolahan data, tetapi karena

teknologi yang sangat pesat, saat ini teknologi komputer sudah menjadi sarana

informasi dan pendidikan khususnya teknologi internet. Dalam hal pendidikan,

komputer dapat dipergunakan sebagai alat bantu (media) dalam proses belajar

mengajar baik untuk guru maupun siswa yang mempunyai fungsi sebagai Media

tutorial, alat peraga dan juga alat uji dimana tiap fungsi tersebut masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai media tutorial, komputer

memiliki keunggulan dalam hal interaksi, menumbuhkan minat belajar mandiri

serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa / anak. Tetapi interaksi komputer

dengan manusia belum dapat menggantikan interaksi manusia dengan manusia,

selain itu mempunyai kelemahan lain yaitu kemauan belajar mandiri yang masih

rendah. Komputer sebagai alat uji memiliki keunggulan dalam keobyektifan,

ketepatan dan kecepatan dalam penghitungan tetapi masih belum dapat menilai

soal-soal essai, pendapat dan hal yang terkait dengan moral dan etika. Yang

terakhir, sebagai media alat peraga, komputer mempunyai kelebihan dapat

memperagakan percobaan tanpa adanya resiko, tetapi membutuhkan waktu dalam

pengembangannya (Saifuladi,2007).

Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer

sebagai media pembelajaran (Lee, 2000) Alasan-alasan ituadalah: pengalaman,

motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih

luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global.

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau media pembelajaran akan

memberi kesempatan pada peserta didik untuk mendapat materi pembelajaran

13

yang otentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas. Pembelajaran pun menjadi

lebih bersifat interaktif yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran.

Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usahausahake arah

pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologidalam pelaksanaan

pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat

menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang

sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan

jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan

keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, guru

(pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang

media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai alat

komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode mengajar

dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam pengajaran;

(v) pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan

teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media

pembelajaran. Media pembelajaran bermanfaat intuk melengkapi, memelihara dan

bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung,

penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar,

meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketepatan

penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman kita terhadap

ragam dan karakteristik media tersebut.

Terdapat hubungan antara pengembangan media pembelajaran dengan

hasil belajar ssiswa. Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era

informasi yaitu suatu era yang ditandai dengan makin banyaknya medium

informasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi

dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian

pesan pada era informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik

maupun non elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, (Dimyati,1996)

menjelaskan bahwa suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi

secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama,

14

sekolah, dan pramuka. Dari uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media

telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita,

meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.

Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah

tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk

mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.

Selain itu juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik

kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang

relatif stabil bagi pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi

terhadap lingkungan belajar Peranan Media dalam proses belajar mengajar

menurut Gerlac dan Ely (1971:285) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan

yang dimiliki media pengajaran yaitu :

1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan

menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.

2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau

kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.

3. Media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau

kejadian yang mengandung makna.

Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam

proses belajar mengajar antara lain :

1. Dapat menghindari terjadinya verbalisme

2. Membangkitkan minat atau motivasi

3. Menarik perhatian

4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran

5. Mengaktifkan siswa dalam belajar

6. Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Kisi-kisi angket yang dapat disediakan dengan memperhatikan beberapa

acuan atau indikator. Ketertarikan siswa pada media pembelajaran yaitu

bagaimana kegiatan atau keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

tersebut. Kesesuaian materi pembelajaran dengan media pembelajaran yang di

15

rancang. Kualitas dan juga manfaat media pembelajaran yang dikembangkan bagi

kegiatan pembelajaran siswa. Rasa ingin tahu yang sangat besar membuat siswa

jadi antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemauan

yang menyebabkan siswa ingin berprestasi dalam pembelajaran (Triyono, 2009).

2.1.3 Media Audio Visual

Sekarang ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mampu

memberikan manfaat yang positif di berbagai bidang. Hal ini dapat dimanfaatkan

dalam dunia pendidikan. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia yang paling banyak adalah melalui proses belajar mengajar . Menurut

Sadiman proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi.

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah proses menyampaikan pesan

dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan,

pesan tersebut berupa isi ajaran yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau

sumber lain kedalam bentuk komunikasi visual maupun verbal.

Pada dasarnya pada proses belajar mengajar merupakan sebuah sistem,

yang didalamnya memiliki berbagai komponen yang saling bekerja sama dan

terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media berasal dari bahasa latin

merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara”

atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima

pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs

berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan

isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Dari pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan

peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri

peserta didik.

Media pembelajaran merupakan penyampaian informasi atau pesan

pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar,

16

diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar pada

siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya menghadirkan media dalam setiap proses

pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. media pendidikan

mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain: hambatan

komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap siswa yang pasif, pengamatan siswa

yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus sehingga tidak

memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang terpencil dan

sebagainya.

Ronald Anderson (1987: 104) mengemukakan tentang beberapa tujuan

dari pembelajaraan mengunakan media video, antara lain:

a. Untuk tujuan kognitif :

1. Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan

mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan

serasi.

2. Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai

media foto dan film bingkai meskipun kurang ekominis.

3. Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang hukum-

hukum dan prinsip – prinsip tertentu.

4. Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap

atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut

interaksi siswa.

b. Untuk tujuan afektif :

1. Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan

informasi dalam matra afektif.

2. Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi media yang

sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

3. Untuk tujuan psikomotorik :

i. Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh

ketrampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dijelaskan,

baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan

yang ditampilkan.

17

ii. Melalui video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara

visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba

ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut

memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam proses

belajar mengajar. Djamarah mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke

dalam beberapa jenis :

1. Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja, seperti tape recorder.

2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan

dalam wujud visual.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi

ke dalam dua jenis :

1. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film

sound slide.

2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Media audio visual sangat penting untuk menjadi sarana pendukung

pembelajran, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu

media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa.

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima

melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan

indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara. Media audio-visual

disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan

untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur

yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan

siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan

unsur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.

Menurut Ronal Anderson, media video adalah merupakan rangkaian gambar

18

elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar

yang dituangkan melalui pita video (video tape), rangkaian gambar elektronis

tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau

video player.

Menurut Ronald Anderson (1987: 105) media video memiliki kelebihan,

antara lain :

1) Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat

menunjukkan kembali gerakan tertentu.

2) Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses belajar

maupun nilai hiburan dari penyajian itu.

3) Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang

sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah penonton atau

peserta yang tak terbatas dengan jalan menempatkan monitor di setiap

kelas.

4) Dengan video siswa dapat belajar secara mandiri.

Sedangkan keterbatasan penggunaan media video, antara lain :

1) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu

mengerjakannya.

2) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali

jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.

3) Ketika akan digunakan, peralatan video harus sudah tersedia di tempat

penggunaan.

4) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

Dari beberapa uraian media audio visual adalah suatu media yang terdiri

dari media visual yang disinkronkan dengan media audio yang sangat

memungkinkan terjalinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di

dalam proses belajar mengajar. Media audio visual merupakan perpaduan yang

saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan

dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk media ini adalah sound slide,

19

TV, film, dan sebagainya. Cara menggunakan alat-alat audio visual ada 4 tahap

yang diterangkan berturut-turut yaitu persiapan, penyajian, penerapan, dan

kelanjutan.

2.1.4 Kriteria Video Pembelajaran yang Efektif

2.1.4.1 Kriteria Umum Video Pembelajaran yang Efektif

Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan dalam

pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan

pembelajaran. (M. Connel,1974) dengan tegas mengatakan “if the medium fits use

it” artinya jika media sesuai gunakanlah. Diperlukan analisis terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi kesesuaian media, diantaranya : tujuan pembelajaran,

karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual dan kinestetik),

lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain-lain. Secara teoritik setiap

media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh

terhadap afektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan

yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses

pendididkan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum

sebagai berikut :

1. Kesesuaian dengan tujuan

Analisis dapat diarahkan pada taksonomi tujuan dari bloom,

apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kriteria

pemilihan media didasarkan atas kesesuaiannya dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar dan terutama indikator

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran

Bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program

pembelajaran tersebut..

3. Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa.

Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik

siswa/guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan cirri media yang akan

digunakan. Pemilihan media harus melihat kondisi siswa secara fisik

terutama keberfungsian alat indera yang dimilikinya. Selain pertimbangan

20

tersebut perlu juga diperhatikan aspek kemampuan awal siswa, budaya

maupun kebiasaan siswa. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari

respok negative siswa, serta kesenjangan pemahaman antara pemahaman

yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajarnya dengan isi materi yang

terdapat pada media tersebut.

4. Kesesuaian dengan teori

Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori.

Bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling

disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang di angkat dari

penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Pemilihan media

harus merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran,

yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajran.

5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

Bobbi De Porter (1999;177) dalam buku “Quantum Learning”

mengemukakan terdapat tiga gaya belajar siswa, yaitu : tipe visual,

auditorial dan kinestik. Siswa yang memiliki tipe visual akan mudah

memahami materi jika media yang digunakan adalah media visual seperti

TV, Video, Grafis dan lain-lain. Siswa dengan tipe auditif, lebih menyukai

cara belajar dengan , dibanding menulis dan melihat tayangan. Cirinya

adalah berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh

keributan dan lin-lain. Sedangkan tipe kinestetik lebih suka melakukan

dibanding membaca dan mendengarkan. Cirri-ciri tipe ini adalah berbicara

dengan perlahan, menanggapi perhatian , menyentuh orang untuk

mendapat perhatian dari orang lain dan lain-lain.

6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan

Fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Bagaimana

bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu

yang tersedia, maka kurang efektif.

21

2.1.4.2 Kriteria Khusus Video Pembelajaran yang Efektif

Erickson (dalam Hidayat:2011) memberi saran dalam mengembangkan

kriteria pemilihan media dalam bentuk chek list sebagai berikut:

“Sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih media pembelajaran yang tepat

dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost,

technology, interactivity, organization, dan novelty.

1) Acces

Media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan

siswa

2) Cost

Media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat dijangkau.

3) Technology

Media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan mudah

menggunakannya.

4) Interactivity

Media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua arah atau

interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik,

intelektual dan mental.

5) Organization

Dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara organisatoris

mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi seperti

pusat sumber belajar yang mengelola).

6) Novelty

Media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga memiliki

daya tarik bagi siswa yang belajar.

Menurut (dalam Hidayat: 2011) media-media yang akan dipilih dalam

proses pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat visible, intresting, simple,

useful, accurate, legitimate, structure (VISUALS). Penjelasan dari syarat tersebut

adalah:

22

A. Visible atau mudah dilihat

Media yang digunakan harus dapat memperikan keterbacaan bagi orang

lain yang melihatnya;

B. Interesting atau menarik

Media yang digunakan harus memiliki nilai kemenarikan. Sehingga yang

melihatnya akan tergerak dan terdorong untuk memperhatikan pesan yang

disampaikan melalui media tersebut

C. Simple atau sederhana

Media yang digunakan juga harus memiliki nilai kepraktisan dan

kesederhanaan, sehingga tidak berakibat pada in-efesiensi dalam

pembelajaran;

D. Useful atau bermanfaat

Media yang digunakan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan

pembelajaran yang diharapkan,

E. Accurate atau benar

Media yang dipilih benar-benar sesuai dengan karakteristik materi atau

tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain media tersebut benar-benar

valid dalam pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran;

F. Legitimate atau Sah

Media pembelajaran dirancang dan digunakan untuk kepentingan

pembelajaran oleh orang atau lembaga yang berwenang (seperti guru);

G. Structure atau tersetruktur

Media pembelajaran, baik dalam pembuatan atau penggunaannya

merupakan bagian tak terpisahkan dari materi yang akan disampaikan

melalui media tersebut.

Menurut wilkinson (dalam Hidayat:2011), ada beberapa hal yang perlu di

perhatikan dalam memilih video pembelajaran, yakni:

a. Tujuan

23

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran

yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang

paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan

kelengkapan dari kriteria utama.

b. Ketepatgunaan

Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting

dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila

yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media

film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa

penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan

pencapain akademik.

d. Keadaan siswa

Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda

interindividual antara siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe

auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan

media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan

menggunakan media auditif.

e. Ketersediaan

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan

pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia.

Menurut wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan

tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa

dan guru.

f. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan

media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan

dicapai.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah

menggunakan media mana yang lebih tepat untuk membantu mempermudah

tugas-tugasnya sebagai pemelajar. Kehadiran media dalam proses pembelajaran

24

jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni

mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran. Sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2.1.4.3 Perencanaan Teknis Pembelajaran Dengan Menggunakan Video

Pembelajaran

Sebelum dapat megguanakan media audio visual dengan baik dan tepat guna,

tentu banyak persiapan yang harus dilakukan diantaranya:

1. Mempersiapkan ruangan yang tertutup sehingga cahaya yang masuk tidak

terlalu mengganggu pemutaran media.

2. Mempersiapkan software dan hardware yang akan digunakan dalam

menunjang proses pembelajaran.

3. Pastikan software (VCD/DVD) yang digunakan dalam menjelaskan

materi, sesuai dan cocok untuk disimak oleh siswa.

4. Guru mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan

video dan film yang ditampilkan.

5. Sebelum memulai pastikan juga posisi duduk siswa dalam

menyimak/menonton

6. Film/video haruslah nyaman, agar siswa tidak ribut dan menyimak dengan

baik.

7. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu, memulai pembelajaran

dengan menyampaikan topik yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan

pembelajaran, dan teknis pembelajaran hari ini. Kemudian kita

memutarkan video dan mengarahkan siswa untuk menyimak.

2.1.4.4 Alasan Digunakannya Video Pembelajaran

Beberapa alasan kenapa media audio visual lebih tepat dibandingkan media

lainnya untuk membimbing siswa dalam pelajaran Sains yaitu karena :

a. Anak sekolah dasar masih dalam fase operasional kongkret dimana

mereka harus melihat atau mengamati secara kongkret benda yang

dipelajarinya agar mereka lebih melekat dalam ingatannya.

25

b. Kualitas video sangat variatif, dan tampilannya pun dapat menarik

perhatian siswa.

c. Kita dapat mencari video di toko – toko VCD dan DVD dan dapat

memilih sesuai kebutuhan dan kondisi siswa.

d. Video/film yang di tampilkan dapat merangsang tidak hanya melalui suara

saja atau gambar saja, tetapi melalui gambar dan suara sehingga siswa

lebih menikmati dalam menyimak pelajaran.

e. Video juga dapat merangsang dan menumbuhkan daya imajinasi siswa.

f. Daya ingan siswa lebih lama melekat karena siswa tidak hanya mendengar

tetapi mereka juga melihat peristiwanya.

g. Video dapat diperlambat, diulang, dipause, agar dalam menyimak lebih

maksimal hasilnya.

2.1.5 Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dengan Video

Pembelajaran dalam Kegiatan Pembelajaran

Guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, guru

adalah penanggung jawab utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melatih

kemampuan siswa, termasuk pemahaman siswa dengan mencari kemudian

membangun pengetahuannya sendiri, melatih keaktifan siswa dan memberikan

kebebasan berfikir. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif jika

menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai, namun suatu proses

pembelajaran akan berlangsung lebih efektif apabila disertai dengan teknologi

atau alat bantu untuk menyampaikan informasi yang disebut dengan media

pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk maksimal dalam

menciptakan kegiatan belajar mengajar disekolah yang menarik agar siswa

bersemangat, termotivasi, selalu ingin tahu dan aktif disetiap kegiatan

pembelajaran.

Model pembelajaran group investigation dengan video pembelajaran ini

diterapkan secara bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman siswa, dengan model ini juga dapat lebih menarik perhatian siswa

26

didalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

siswa. Langkah-langkahnya adalah dengan menggabungkan antara model

pembelajaran Group Investigation dengan video pembelajaran. Siswa dibentuk

menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 3 - 4

orang siswa. Setiap kelompok diberikan materi yang sama untuk dipelajari.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kedua model

pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

Tahapan Kegiatan

1. Kegiatan awal 1. Berdoa

2. Presensi

3. Apersepsi

4. Penjelasan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan inti 1. Eksplorasi

a. Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari

atau bertukar cerita tentang pengalaman yang

berkaitan dengan materi.

b. Guru memberikan artikel yang berhubungsn dengan

sumber daya alam

c. Guru memutarkan video yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan siswa memperhatikan

d. Guru bersama siswa membahas isi dari video yang

telah diputarkan

2. Elaborasi

a. Guru bersama siswa membagi kelompok secara

heterogen dengan masing – masing kelompok

terdiri 3 – 4 anggota.

b. Setiap kelompok menentukan topik yang akan

didiskusikan dalam kelompoknya.

c. Setiap kelompok menyelesaikan tugas dari guru.

27

d. Siswa menyelesaikan tugas dengan berdiskusi

bersama anggota kelompoknya masing – masing.

e. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan

tugas dalam kelompok

f. Siswa menyelesaikan tugas dengan mencari dari

sumber lain.

g. Setiap kelompok mempresentasikann hasil

diskusinya kelompok lain memperhatikan

kemudian menanggapi.

h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilakukan.

i. Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaannya.

3. Konfirmasi

a. Guru memberikan masukan pada presentasi setiap

kelompok.

b. Guru bersama siswa meluruskan pemahaman yang

keliru tentang materi.

c. Guru memberikan penguatan

3. Kegiatan akhir 1. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan

kembali tentang materi yang telah dipelajari.

2. Guru memberikan tugas individu (PR) kepada siswa.

3. Salam penutup

Proses pembelajaran dengan menggunakan model group investigation

dengan video pembelajaran menurut saya akan lebih efektif untuk digunakan.

Siswa akan lebih tertarik dari pada kita sebagai guru hanya menggunanakan

metode ceramah atau pun demonstrasi pada saat menjelaskan materi. Dengan

ceramah siswa akan merasa cepat bosan atau jenuh, sehingga materi yang

disampaikan tidak akan dicerna dengan baik. Melalui model pembelajaran group

investigation juga siswa akan belajar bagaimana mereka bekerja dalam satu team,

mereka akan bertukar pendapat, kerjasama dengan teman sehingga siswa akan

28

lebih aktif dan pembelajaran dikelaspun juga efektif, jadi akan lebih mudah bagi

seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.6 Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada

suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian :

1. Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau

mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)

2. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar.

(Hasibuan J.J,1992)

3. Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya

perubahan tingkah laku. (Gagne)

Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata

dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui

(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”,

yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak

didik mau belajar. (KBBI)

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat

berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang

mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi

kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan

pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

29

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)

Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata,

1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan

belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah

satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan

primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar

terjadi kegiatan secara optimal. Dan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu

yang relative lama dan karena adanya usaha.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan

kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1. Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru

Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3. Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang

diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Isi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

30

5. Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat

informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan

informasi kepada siswa.

7. Evaluasi

Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

2.1.7 Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif

Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri

pembelajaran yang efektif,yaitu:

1. siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi

berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,

2. guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam

pelajaran,

3. aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,

4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

siswa dalam menganalisis informasi

5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berpikir.

6. guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan

dan gaya mengajar guru.

Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam

proses belajar siswa sebagai berikut :

31

1. Motivasi belajar

Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan

kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan

sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan

tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu

tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin

kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan

yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)

2. Bahan belajar

Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa

informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta

agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga

kelas menjadi hidup.

3. Alat Bantu belajar

Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud

untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber (guru maupun sumber

lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media

harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun

gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran

disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya,

dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau

mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran

tersebut.

32

4. Suasana belajar

Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah

apabila terjadi :

a) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun

sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa

yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.

b) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi

apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan

karakteristik siswa.

Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media,

selain isi pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga

didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat,

perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.

5. Kondisi siswa yang belajar

Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :

1) Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan

yang lainnya berbeda.

2) Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan

memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.

Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga

factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi

pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran

lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang

dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.

33

2.1.8 Hasil Belajar

2.1.8.1 Belajar

Menurut Slameto (2002) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. Sardiman A.M dalam Sunarto (2009) mengemukakan belajar dalam

pengertian luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi

seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan

sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian

kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Sumadi

Suryabrata (1998) mengemukakan bahwa belajar itu membawa perubahan,

perubahan tersebut didapatkan dari kecakapan baru, dan perubahan tersebut

terjadi karena adanya usaha. Sedangkan Syaiful B.Djamarah dalam Ariyanto

(2009) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang

menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta,

rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar merupakan

suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

dan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap

karena adanya interaksi individu dengan lingkungan (Sugihartono dkk, 2007).

Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil tersebut, dapat

berupa pengetahuan, keterampilan (dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi

dapat melakukan), serta nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai

mengetahui, memahami, menguasai dan dapat bertingkahlaku sopan). Belajar

akan berlangsung (dengan baik) apabila perubahan-perubahan berikut terjadi; “1.

penambahan informasi, 2. mengembangkan atau meningkatkan pengertian, 3.

penerimaan sikap-sikap baru, 4. Memperoleh penghargaan baru, 5. mengerjakan

sesuatu dengan apa yang telah dipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004).

Suatu perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan tersebut

merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan disengaja. Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sustu aktivitas

34

yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu yang

belajar memperoleh sesuatu yang baru.

2.1.8.2 Pengertian Hasil Belajar

Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan

keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar

yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar

mengajar disebut juga dengan prestasi belajar. Prestasi adalah penilaian

pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan

penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai - nilai yang

terdapat di dalam kurikulum. Menurut Adi Negoro dalam Aryanto (2009), prestasi

adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan

kecakapan suatu bangsa.

Menurut W.J.S Purwadarrninto dalam Sunarto (2009) prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu

tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Arif Gunarso dalam

Setyowati (2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal

yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Sedangkan Suryabrata (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar

diwujudkan dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D, dan E

untuk menunjukkan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakurikuler.

Untuk penilaian kemampuan atau prestasi

dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10.

Koster dalam aryanto (2009) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa

merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mapel yang dimuat

dalam raport sebagai buku laporan nilai atau laporan pendidikan pada diri

seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini

dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan

hasil tes atau ujian.

35

2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Nana

Sudjana (1989) dalam:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara

lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat, motivasi serta faktor-faktor

lainnya.

b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Bloom dalam Arif Setiawan (2007) mengemukakan tigafaktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu kemampuankognitif, motifasi belajar, dan

kualitas pembelajaran. Robinson dan Tanner (dalam Slameto, 2003) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu perilaku sosial,

konsep diri akademik, strategi belajar siswa, motivasi, pola asuh dan status

ekonomi.

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak

jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern

dan faktor ekstern.

1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor intern tersebut meliputi beberapa hal antara lain :

a. Faktor jasmainah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi

belajar. Faktor-aktor tersebut adalah intelegensi, minat, bakat, motif,

kematangan dan kelelahan.

2. Faktor ektern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar.

Faktor ekstern meliputi beberapa hal antara lain :

a. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah

tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

36

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, pelajran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keaaan gedung, metode belajar an tugas rumah.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupkan faktor yang berpengaruh terhadap belajar siswa.

Pengaruh ini terjadi karena keberadan siswa dalam masyarakat. Faktor

tersebut meliputi kegitan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.10 Kerangka Berpikir

Pembelajaran akan membosankan jika tidak adanya variasi dalam proses

belajar mengajar. Ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran

dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa.

Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajaranya. Untuk

mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai faktor pendukung.

Diantaranya kurikulum, model pembelajaran serta sarana dan prasarana yang

mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Pembelajaran yang menggunakan media akan mengurangi kondisi yang

monoton dan pembelajaran akan lebih menarik siswa. Salah satu media yang

dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan

video pembelajaran yang nantinya akan digabungkan dengan model pembelajaran

group investigation, agar siswa juga belajar bekerja tidak hanya secara individu

tetapi juga berkelompok.

Langkah awal untuk mencapai hasil perbaikan pembelajaran yang

diharapkan pada pelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam dan teknologi, guru

harus dapat menentukan model dan media atau alat perga yang tepat dan dapat

menarik perhatian siswa sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami

materi yang disampaikan. Penentuan model, media dan alat peraga yang tepat

37

dalam proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya

penyampaian materi kepada siswa. Untuk itu guru hendaknya tidak berprinsip

sebagi satu – satunya sumber ilmu tetapi lebih bersifat sebagai fasilitator.

Model pembelajaran group investigation dengan video pembelajaran

adalah model dan salah satu media yang tepat digunakan dalam pokok bahasan

sumber daya alam dan teknologi. Sehingga diharapkan video pembelajaran ini

akan menarik dan memudahkan siswa dalam membantu memahami konsep

tentang sumber daya alam dan teknologi. Perlu disadari bahwa hasil belajar yang

rendah bukan sepenuhnya karena faktor guru sebagai pendidik, tapi bisa juga

karena siswa itu sendiri.

2.1.11 Hipotesis

Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri

Gedong 01, Kecamatan banyubiru, Kabupaten Semarang.

Kondisi

Awal

Pembelajaran

berpusat pada

guru

Hasil Belajar

IPA siswa

rendah dari

KKM Tindakan

Pembelajaran

menggunakan

model GI dengan

video pembelajaran

dalam

pembelajaran IPA

Hasil belajar IPA

siswa tinggi di

atas KKM

Guru ceramah

dan siswa

mendengarkan

Pemberian

tugas

Pemberian soal

evalusi