bab ii dina perubahan imunisasi.doc

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.(Notoatmodjo, 2003; h. 121) Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya b. Memahami (comprehension) 8

Upload: yuzzthekid

Post on 23-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

penciuman, rasa, dan raba.(Notoatmodjo, 2003; h. 121)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

8

Page 2: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

9

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintetis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih

dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia itu berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

Page 3: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

10

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003). Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan, makin tinggi pula

tingkat kepuasan yang diperoleh

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

(Wawan dan Dewi, 2010; h. 16-18)

2. Sumber Pengetahuan

a. Media massa adalah sarana penyebaran berita seperti surat kabar dan

majalah

b. Media cetak merupakan alat untuk mendapatkan informasi kesehatan

yang berfariasi, antara lain :

1) Booklet ialah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam

bentuk buku baik berupa tulisan atau gambaran.

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang

dilipat.

Page 4: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

11

3) Flyer (selebaran) bentuknya seperti leaflet tapi tidak dilipat

4) Flif Charf (lembar balik) media penyampaian informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk

buku di mana tiap lembar berisi gambar dan lembar baliknya berisi

informasi.

5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas masalah kesehatan.

6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, tempat

umum atau kendaraan umum.

c. Media elektronik

Sebagai sarana untuk menyampaikan informasi kesehatan yang

berbeda jenis, antara lain :

1) melalui audio visual yang dapat berbentuk tanya jawab via telphon,

ceramah, film atau sandiwara yang mengupas masalah kesehatan

dan lain-lain.

2) Video merupakan media penyampai informasi kesehatan dalam

bentuk audio visual yang dapat diputar secara berulang-ulang,

sehingga audien akan mendapatkan informasi yang jelas

3) Slide, media informasi yang dioperasionalkan melalui komputer bias

dalam bentuk tulisan ataupun gambar-gambar.

d. Media papan reklame / billboard

Yaitu papan seng yang dipasang di tempat-tempat umum dengan

berbagai pesan kesehatan, bisa juga dipasang pada kendaraan umum

( bus dan taxi ). (Notoatmodjo.2003;h.70-72 )

Page 5: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

12

Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat diperoleh dengan

cara:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan (Otoritas)

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Page 6: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

13

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian (Wawan dan Dewi, 2010; h. 14-15).

Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : hasil prosentase 76%-100%

b. Cukup : hasil prosentase 56%-75%

c. Kurang : hasil prosentase < 56%

(Wawan dan Dewi, 2010; h. 18)

3. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.

( Matondang. S.2005;h.7)

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, Aziz,2008;h. 54)

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman yang sudah

dimatikan atau dilemahkan. ( Marimbi,Hanum,2010;h.108)

Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit

penyakit, yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi

antibody tetapi tidak menimbulkan penyakit, bahkan anak menjadi kebal.

( Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003)

Page 7: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

14

vaksin adalah suatu produk biologik yang terdiri dari kuman, atau

racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk

merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.

a. Jenis imunisasi

pada hakekatnya imunisasi tubuh dapat diperoleh dengan dua cara

yaitu :

1) Kekebalan aktif

Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dilakukan dengan

cara menyuntikkan antigen kedalam tubuh sehingga tubuh anak

sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan

bertahun-tahun lamanya. Salah satu cara untuk mendapatkan

kekebalan aktif adalah bila seseorang menderita salah satu

penyakit, secara umum dapat dikatakan setelah seseorang

sembuh dari suatu penyakit mereka menjadi kebal terhadap

penyakit tersebut sampai seumur hidup. ( Riyadi,Sujono,2009;h.48)

Kekebalan aktif dibagi menjadi dua bagian :

a) Kekebalan aktif secara alami

Imunitas alami merupakan imunitas yang terkuat, tetapi perlu

diperhitungkan berapa anak yang oleh infeksi alami itu

meningggal atau sembuh dengan cacat seumur hidup. Oleh

karena itu imunisasi secara sengaja perlu dilaksanakan

sebanyak-banyaknya, mencakup semua anak.contoh difteria

dan poliomyelitis.

b) Kekebalan aktif sengaja di buat

Cara pemberian imunitas terdiri dari tiga macam antigen yaitu

Page 8: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

15

(1) Live altenuated bacteria or virus

Yang dipakai adalah kuman yang masih hidup namun telah

dijinakkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit

melainkan masih dapat menyebabkan imunitas misalnya

smallpox, BCG, polio sabin dan campak.

(2) Killed bacteria or virus

Misalnya kolera, tifus abdominalis, paratipus, pertusis,

polio.

(3) Toksoid

Yang dipakai ialah toksin yang sedemikian rupa, misalnya

dengan formol dan kemudian diabsorbsi dengan aluminium

sehingga biasanya dinamakan formol toxiod alum

precipitated. (Husein dan Hassan,2007;h.8-9)

2) Kekebalan pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh

dan tidak menyangkut sama sekali sistem imun tubuh itu sendiri,

tubuh hanya pasif menerima antibody yang masuk kedalam tubuh.

Kekebalan ini tidak berlangsung lama. Kekebaan pasif dibagi

menjasi dua bagian :

a) Kekebalan pasif alami

Terdapat pada bayi baru lahir sampai bayi berumur lima bulan.

Neonates mendapatnya dari ibu sewaktu di dalam kandungan

yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan darah menembus

plasenta. Zat anti itu dapat berupa globulin gama yang

mengandung imunitas seperti yang juga dimiliki ibu, contohnya

difteria, campak, tetanus, dan pertusis.

Page 9: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

16

b) Kekebalan pasif buatan

Zat anti didapatkan oleh anak dari luar dan hanya

berlangsung pendek yaitu 2-3 minggu karena zat seperti ini akan

dikeluarkan lagi dari tubuh anak. Bahan zat anti demikan dapat

berupa globulin gama murni yang didapat dari darah orang yang

pernah mendapat penyakit. Contohnya campak, tetanus, rabies

dan gigitan ular berbisa. (Husein dan Hassan,2007;h.2-5)

b. Klasifikasi vaksin

Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Vaksin hidup

Vaksin hidup dibuat dilaboratorium dari organisme hidup penyebab

vaksin. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki

kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak dan menimbulkan

kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit.

2) Vaksin mati

Vaksin mati atau tidak aktif mengandung semua atau sebagian dari

organisme penyakit yang telah dibuat tidak aktif. Vaksin yang tidak

aktif digunakan untuk penyakit : Polio, Hepatitis A, Kolera, Pertusis,

dan lain-lain. ( Suyitno,2005;h.19 )

c. Tujuan Imunisasi

1) Tujuan umum

Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I )

2) Tujuan khusus

Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal ( insiden

dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun ).

Page 10: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

17

( Depkes, 2005 )

d. Sasaran Imunisasi

Sasaran program imunisasi di indonesia meliputi :

1) Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi

Imunisasi rutin

Imunisasi yang diberikan secara rutin dan terus menerus harus

dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. Imunisasi

rutin dibagi menjadi :

(1) Bayi usia 0 – 11 bulan

(2) Wanita usia subur ialah wanita berusia 15 -35 tahun, termasuk

ibu hamil dan calon pengantin.

(3) Anak usia skolah tingkat dasar

2) Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan

a) Imunisasi wajib ( BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis )

b) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada :

(1) Anak usia sekolah tingkat dasar

(2) Wanita usia subur.

e. Jenis-jenis vaksin dalam program imunisasi dasar

Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di

indonesia adalah :

1) Vaksin BCG

a) Indikasi

Page 11: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

18

Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit

Tuberculosis atau lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC.

Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan

Mycobacterium Tuberculosis dan mycobacterium bovis.

Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi dapat

juga mengenai organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang

kelenjar superfisialis, dan lain-lain. Infeksi mycobacterium

tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberkulosis aktif.

Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi dengan

mycobacterium tuberculosis terjadi respon imunitas selular

yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberculin. (Rahajoe,

2005;h.88).

Penularan penyakit TBC dapat terjadi melalui percikan udara

atau percikan air ludah penderita. Mungkin juga bayi sudah

terjangkit penyakit TBC sewaktu lahir. Ia terinfeksi kuman TBC

sewaktu masih dalam kandungan, bila ibu mengidap penyakit

TBC. Pada anak yang terinfeksi, kuman TBC dapat menyerang

berbagai alat tubuh . yang diserangnya ialah paru-paru,

kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput

otak. (Rahajoe, 2005 : 89-90)

b) Cara pemberian dan dosis

Sebelum disuntikkan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan alat mengunakan alat suntik steril (5ml).

c) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali

Page 12: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

19

Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus) dengan membentuk sudut 15-

20 º. ( Purnamaningrum, 2009;h.1-11)

d) Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi

biasanya diberikan pada bayi usia 2 bulan. Dapat diberikan

pada anak berusia lebih dari 2 bulan jika sudah melalui uji

tuberkulin dengan hasil negatif. (Dedeh,Sri rahayu,209;h.42)

e) Efek samping

Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak

seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak

menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,

akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang

berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka

tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh

dengan sendirinya secara spontan.

f) Kontra indikasi

(1) Sedang menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi

infeksi HIV, penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe. Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV

positif, lakukan konselling pada keluarga, rawat bayi seperti

bayi yang lain, dan perhatikan khusus pada pencegahan

infeksi. Bayi tetap diberi imunisasi rutin seperti layaknya

bayi sehat lain (Indarso dan Hendrarto,2005;h.57).

2) Anak menderita gizi buruk

3) Sedang menderita demam tinggi

4) Kehamilan

Page 13: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

20

5) Pernah sakit tuberculosis

g) Ibu menderita tuberculosis dan mendapatkan pengobatan

kurang 2 bulan sebelum melahirkan, atau di diagnosa TB stelah

melahirkan.

(1) Jangan diberi BCG pada saat setelah lahir

(2) Beri pencegahan dengan isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali

sehari oral.

(3) Pada umur 8 minggu evaluasi bayi kembali, berat badan,

lakukan pemeriksaan uji tuberculin dan foto dada.

(a) Apabila ditemukan kemungkinan atau TB aktif mulai

diberi pengobatan anti TB sesuaikan program

pengobatan TB pada bayi

(b) Apabila kondisi bayi baik dan hasil uji tuberculin

negative, lanjutkan pencegahan dengan isoniazid

dalam waktu 6 bulan.

(c) Tunda pemberian BCG sampai 2 minggu setelah

pengobatan selesai. Bila BCG sudah terlanjur

diberikan, ulang 2 minggu setelah pengobatan INH

selesai.

(d) Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan dan

cacat berat badan bayi tiap 2 minggu.

(Indarso dan Hendrarto,2005;h.56)

2) Vaksin DPT

a) Indikasi

Untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis,

tetanus yaitu :

Page 14: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

21

(1) Difteria

Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-

mediated diseases dan disebababkan oleh kuman

Corynebacterium Diphteriae. Ganas, Mudah menular dan

menyerang saluran nafas bagian atas dengan gejala :

adanya demam yang tinggi, pada tonsil atau tenggorok

terlihat selpaut putih kotor, lesu, pucat, nyeri kepala,

anoreksia (gejala tidak mau makan), dan lemah

(Hadinegoro, 2005 : 98-108).

(2) Pertusis

Pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

kuman Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin

yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi

rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan

terjadi batuk yang hebat dan lama. Batuk lebih sering pada

malam hari, batuk terjadi beruntun, biasanya disertai

muntah. Batuk bisa menjadi 1-3 bulan. Pada bayi sering

disertai penghentian nafas sehingga bayi menjadi biru.

Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan selaput

lendir mata ( conjungtiva) atau pembengkakan disekitar

mata. Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi berusia

12 bulan kebawah dan sering kali rawat inap dirumah sakit.

Pencegahan paling efektif dengan imunisasi bersama

dengan tetanus dan difteri sebanyak 3 kali sejak bayi

berumur 2 bulan.

(3) Tetanus

Page 15: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

22

Tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular

dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya

adalah bakteri Clostridium Tetani. Pada bayi penularan

disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang

steril. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi

karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora

kuman tetanus. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang

berada di tanah, dan kotoran hewan.

b) Cara pemberian dan dosis

Cara pemberian vaksin DPT adalah melalui injeksi

intramuskular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau

subkutan dalam. Dosis 0,5 ml dilakukan tiga kali.

c) Efek samping

Pemberian imunisasi DPT /memberikan efek samping ringan

dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri

pada tempat penyuntikan dan demam, sedang efek berat bayi

menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4 jam,

keasadaran menurun, terjadi kejang, dan shock.

(Proverawati, 2010; h.42-49)

d) Kontra indikasi

(1) Riwayat anafilaksis

(2) Anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat

kejang dalam 3 hari sesudahnya.

(Hadinegoro,2005;h.105)

3) Vaksin polio

a) Indikasi

Page 16: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

23

Vaksin polio adalah Untuk mencegah penyakit poliomielitis,

suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomielitis.

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu

polio type1, 2, atau 3. Penyakit ini ditularkan orang ke orang

melaui fekal-oral-route. Poliomielitis tidak menunjukkan gejala

apapun. Kurang dari 1 % virus masuk pada sistem saraf pusat,

akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem

saraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan

kelumpuhan. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri

otot dari kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.

b) Cara pemberian dan dosis

Vaksin polio diberikan 4 kali. Imunisasi polio ulang diberikan 1

tahun setelah imunisasi IV.vaksin diberikan sebanyak 2 tetes

langsung ke mulut anak. Dosis 0,1 ml.

c) Efek samping

Efek samping berupa paralisis yamhg disebabkan oleh vaksin

sangat jarang terjadi. (Satyanegara,Surya,2004;h.638)

d) Kontra indikasi

(1) Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang

yang menderita defisiensi imunitas.

(2) Pada anak dengan diare berat atau muntah, vaksin harus

ditunda.

(3) Sedang sakit parah atau demam (suhu > 38,5 ºC),

vaksinasi harus ditunda.

( Proverawati, 2009;h.54-58)

Page 17: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

24

Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu :

a. Inactivated polio vaccine (IPV) mengandung virus polio yang telah

dimatikan dan pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan suntikkan

subkutan atau intramuscularm (di paha tengah bagian luar) dalam

tiga kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing

dosis akan memberikan imunitas jangka panjang terhadap tiga

macam tipe virus polio. (Purnamaningrum,2009;h.41-50)

b. Oral poli vaccine (OPV) mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Diberikan

sebanyak 2 tetes langsung ke mulut anak, tiap dosis 2 tetes 0,1

ml. Vaksin akan menghambat virus polio liar yang serentak, maka

sangat berbahaya untuk mengendalikan epidemik. Jenis vaksin

virus polio ini dapat bertahan ditinja sampai 6 minggu setelah

pemberian OPV (Suyitno,Haryono,2005;h.114-115)

4) Vaksin hepatitis B

a) Indikasi

Vaksin hepatitis B untuk memberi kekebalan terhadap

penyakit hepatitis B, dalam sehari-hari lebih dikenal sebagai

liver. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang

dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi

tidak menimbulkan penyakit. Penyakit hepatitis B adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Cara

penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan

jarum suntik yang tercemar. Pada bayi penularannya dari ibu

melalui plasenta semasa dalam kandungan atau pada saat

kelahiran. Gejalanya adalah hilangnya nafsu makan, mual,

Page 18: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

25

muntah, rasa lelah, mata kuning, dan muntah serta demam,

urin menjadi kuning, sakit perut.

b) Cara pemberian dan dosis

Vaksin ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui ijeksi

intramuscular dengan dosis 0,5 ml.

c) Efek samping

Rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat

penyuntikan. Dan biasanya hilang setelah 2 hari.

d) Kontra indikasi

Vaksin tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit

berat. Hipersensitif terghadap komponen vaksin. Dan tidak

boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai

kejang. ( Proverawati,2009;h. 59-62)

e) Ibu yang menderita hepatitis B atau uji serologis HBsAg positif,

dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :

(1) Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 ml segera setelah

lahir seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir, diikuti dosis

kedua dan ketiga sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.

(2) Apbila tersedia, pada saat yang sama beri immunoglobulin

hepatitis B 200 IU i.m (0.5 ml) disuntikkan pada paha yang

lainnya, dalam waktu 48 jam sesudah lahir (sebaiknya 24

jam sesudah lahir).

(3) Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila

vaksin diatas sudah diberikan.

(Indarso dan Hendrarto,2005;h.56).

5) Vaksin campak

Page 19: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

26

a) Indikasi

Vaksin campak Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Campak, measles atau rubella adalah peyakit

virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Virus campak

ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara, menempel dan

berkembang. Gejalanya adalah panas meningkat dan

mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar

membaik dengan cepat pada saat panas menurun,

conjunctivitis ditandai dengan mata merah, munculnya bercak

koplik umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam

hahri ke 3-4 dan cepat menghilang setelah beberapa jam.

b) Cara pemberian dan dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat

dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 ml. Sebelum

disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dillarutkan dengan

pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Disuntikkan pada lengan kiri atas secara subkutan.

c) Efek samping

Mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang

dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

d) Kontra indikasi

Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang

mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga

menderita gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.

( Proverawati, 2009;h.49-53)

Page 20: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

27

f. Jenis-jenis imunisasi yang dianjurkan

Vaksin-vaksin yang dianjurkan untuk anak-anak adalah:

1) HIB

2) Pneumokokus ( PCV)

3) Vaksin influenza

4) MMR

5) Imunisasi Varisella

6) Tifoid

7) Hepatitis A (Marimbi,Hanum,2010;h.138-142).

g. Jadwal imunisasi

Tabel 2.1 Imunisasi dasar lengkap

JenisVaksin

BulanLhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9

BCG 1Hepatitis B 1 2 3Polio 0 1 2 3DPT 1 2 3Campak 1Sumber : Cahyono, 2010; h.164

Jadwal Imunisasi

Tabel 2.2 imunisasi dasar lengkap

Umur Vaksin KeteranganSaat lahir

Hepatitis B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HbsAg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada

Page 21: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

28

bayi lain)1 bulan Hepatitis

B-2Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan DPT-2 DTP-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)

HiB-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atu dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-26 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau

dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3

pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3Hepatitis B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak 1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD krlas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

Sumber : Marimbi,Hanum,2010;h. 116-117

h. Penyimpangan dari jadwal imunisasi

Dalam kenyataannya tidak semua anak mendapat imunisasi secara

lengkap dan sempurna menurut jadwal imunisasi yang telah

ditetapkan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

misalnya keadaan sakit parah, masalah sekolah, masalah keluarga,

perpindahan tempat tinggal dan sebagainya. Dengan kejadian ini

Page 22: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

29

beberapa anak akan mengalami keterlambatan atau penyimpangan

dari jadwal imunisasi yang ditentukan. Berkonsultasilah dengan dokter.

Keterlambatan pemberian imunisasi berikutnya, tidaklah selalu berarti

vaksinasi sebelumnya gagal. Bagaimanapun tubuh anak dapat

mengenal dan mengingat kembali pemberian vaksin yang diperoleh

sebelumnya. Dokter akan dapat mempertimbangkan waktu dan dosis

vaksin yang akan diberikan berikutnya. (Melany Sofyan, 2010)

i. Manfaat Imunisasi

1) Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

2) Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3) Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan perkembangan negara.

( Proverawati, 2009;h.5)

j. Faktor yang meepengaruhi imunisasi

1) Status imun penjamu :

a) Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi

misalnya :

(1) Campak bayi

(2) Kolostrum ASI

Page 23: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

30

b) maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar

komponen, aktifasi optonin

c) pembentuk Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi

ditunda sampai umur 2 bulan

d) cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal

secara simultan, bayi diimuinisasi

e) frekuensi penyakit, dampaknya pada neonatus berat imunisasi

dapat diberikan pada neonatus

f) status imunologik respon terhadap vaksin kurang.

2) Genetik

Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik,

cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100%

a) Kualitas vaksin

b) Cara pemberian :Misal polio oral

c) Dosis vaksin

(1) Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping

(2) Rendah tidak merangsang sel imunokompeten.

d) Frekuensi pemberian

Respon imun sekunder sel efektor aktif lebih cepat, lebih

tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian

mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila vaksin

berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi

Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel

imunokompeten.

e) Ajuvan

Page 24: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

31

(1) Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag

(2) Mempertahankan Ag tidak cepat hilang

(3) Mengaktifkan sel imunokompeten

(4) Jenis vaksin

(5) Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik

f) Kandungan vaksin

(1) Antigen virus

(2) Bakteri

(3) Vaksin yang dilemahkan : polio, campak, BCG

(4) Vaksin mati : pertusis

(5) Eksotoksin : toksoid, dipteri, tetanus

(6) Ajuvan : persenyawaan aluminium

(7) Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur

jaringan, telur.

( Marimbi,Hanum,2010;h.112-114)

Page 25: BAB II dina perubahan imunisasi.doc

32

B. Kerangka Teori

Gambar .2.1.Kerangka teori.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

Lengkap Dengan Status Imunisasi Pada Bayi Umur 12 Bulan.

Modifikasi Sumber :

- Metodologi Penelitian Kesehatan, Notoatmodjo, 2005

- Pedoman Imunisasi Indonesia, I.G.N.Ranuh.dkk, 2005

- Imunisasi dan vaksinasi, Proverawati, 2009

Dipengaruhi oleh : - Faktor

internal- Faktor

eksternal

Tingkat pengertahuan :1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisi5. Sintesis6. evaluasi

Pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar lengkap

Status imunisasi bayi usia 12 bulan

- BCG- Hepatitis B- DPT- Polio- Campak