bab-i1

10
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari suatu penyakit tidak menular. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya kita menjadi perokok atau bukan (Bustan, 2000). Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok misalnya: aktivitas otak dan sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian menurun, perasaan euforia ringan, merasa relaks, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, menurunnya aliran darah ke anggota badan seperti jari-jari tangan dan 1

Upload: sadam-hassan-ari

Post on 02-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab-i1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu

masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari suatu

penyakit tidak menular. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah

memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada

perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah,

masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah

nantinya kita menjadi perokok atau bukan (Bustan, 2000).

Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok misalnya:

aktivitas otak dan sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian

menurun, perasaan euforia ringan, merasa relaks, meningkatnya tekanan

darah dan denyut jantung, menurunnya aliran darah ke anggota badan seperti

jari-jari tangan dan kaki, pusing, mual, mata berair, asam lambung

meningkat, menurunnya nafsu makan, dan berkurangnya indera pengecap dan

pembau.

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health

Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa

disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta

orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10

juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,

dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada

1

Page 2: bab-i1

2

tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu

kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah

kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat

berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut

Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi

hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan

juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (Rasti, 2008).

Universitas Texas Amerika Serikat telah melaporkan, bahwa telah

ditemukan hubungan langsung antara merokok dengan kanker paru.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa benzo(a)pyrene dalam rokok

antara 20-40 nanogram persatu batang rokok. Benzo(a)pyrene menyebabkan

gen P53 (tumor suppressor genez) bermutasi, yang semula berfungsi

melindungi sel dari kanker menjadi gen penyebab kanker. Kanker paru di

Amerika Serikat pada sekitar tahun 1996 menjadi penyebab utama kematian

penyakit kanker dan termasuk jenis tumor yang umum ditemukan di seluruh

dunia. Menurut data American Cancer Society, lebih dari 419.000 orang mati

akibat kanker paru, dan 85%-90% berhubungan dengan merokok (Kelana,

2008).

Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk

perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, atau sudah menikah dan

mempunyai tempat untuk tinggal. Angka kejadian merokok pada remaja-

remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka

kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan

Page 3: bab-i1

3

sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18

tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.

Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan daripada di

perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan

interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya, stres,

keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di

Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis, kecuali orang

Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi

daripada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja wanita

perokok jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-laki perokok kecuali pada

etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007).

Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan

tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami

peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33

milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.

Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%. Faktor-

faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi

produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan

lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi

krisis ekonomi.

Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap

tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga

mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya

Page 4: bab-i1

4

(91,8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta

anak tinggal bersama dengan perokok dan sebagian besar (68,8%) perokok

mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja.

Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995

menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat

cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria

meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14

tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja

pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih

tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes , 2003).

Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan

remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam

Komalasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang

dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang

mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa

badai dan topan karena ketidak sesuaian antara perkembangan psikis dan

sosial. Upaya-upaya untuk menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat

berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan

perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja

merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan,

kepemimpinan, dan daya tarik kepada lawan jenis .

Remaja sebagai salah satu komponen generasi muda akan mempunyai

peran yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Sebanyak 29%

Page 5: bab-i1

5

penduduk dunia terdiri dari remaja, 80% di antaranya tinggal di negara yang

sedang berkembang. Berdasarkan data Badan Data Pusat Statistik 1996,

sebanyak 22,6% penduduk Indonesia terdiri atas remaja (Narendra, 2002).

Usia remaja merupakan usia peralihan seseorang untuk menjadi

dewasa dan menemukan jati dirinya. Berdasarkan uraian diatas, pada usia

remaja banyak juga terdapat perokok aktif. Sehingga peneliti ingin melihat

fenomena merokok yang terjadi pada usia remaja. Mengingat banyak

penyakit tidak menular salah satu faktor resikonya disebabkan oleh rokok.

Kemudian, data mengenai masalah merokok pada usia remaja di Sulawesi

Tenggara khususnya di Kota Kendari saat ini belum ada yang melakukan

penelitian. Untuk itu peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai

kebiasaan merokok pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota

Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana karakteristik kebiasaan merokok pada siswa

SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

kebiasaan merokok pada siswa SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.

Page 6: bab-i1

6

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui berapa jumlah siswa yang memiliki kebiasaan

merokok pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.

b. Untuk mengetahui kapan mulai merokok pada siswa SMA di Kota

Kendari tahun 2009.

c. Untuk mengetahui alasan merokok pada siswa SMA di Kota Kendari

tahun 2009.

d. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap kebiasaan

merokok pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.

e. Untuk mengetahui jumlah rokok yang dihisap setiap hari pada siswa

SMA di Kota Kendari tahun 2009.

f. Untuk mengetahui pengaruh psikologi terhadap kebiasaan merokok

pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

dunia kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan

khususnya dalam upaya pencegahan dan penenggulangan perilaku

merokok pada siswa SMA di Kota Kendari.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Dinas Kesehatan Kota kendari hasil penelitian ini dapat dijadikan

sarana untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan masalah

merokok di Kota Kendari.

Page 7: bab-i1

7

b. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang dampak dari

kebiasaan merokok.

c. Bagi peneliti merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam

memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang

dampak dari kebiasaan merokok dan sebagai bahan informasi bagi

peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.