bab i1 pembahasan ti

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara,pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, maka dunia pendidikan pun tidak lepas dari pengaruh perkembangan tersebut. Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan dirasakan dengan adanya kecenderungan : 1. Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada siswa/mahasiswa/peserta didik. 2. Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh. 3. Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia. 4. Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global. 1

Upload: alan171086

Post on 24-Jun-2015

176 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I1 Pembahasan TI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan suatu negara,pendidikan memegang peranan yang amat

penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi,

maka dunia pendidikan pun tidak lepas dari pengaruh perkembangan tersebut.

Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan dirasakan dengan adanya

kecenderungan :

1. Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada

guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada

siswa/mahasiswa/peserta didik.

2. Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.

3. Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.

4. Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global.

5. Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning).

Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan

terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang

menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai

sumber belajar dan layanan belajar elektronik.

1

Page 2: BAB I1 Pembahasan TI

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam tulisan ini penulis akan mengajukan

beberapa rumusan masalah berkaitan dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi

dalam dunia pendidikan yang mengglobal. Rumusan masalah ini dimaksudkan sebagai acuan

dalam langkah pembahasan agar tidak terjadi pembiasan yang berlebihan Sebagai rumusan

masalahnya adalah:

1. Bagaimana Perkembangan Teknologi Informasi Dalam Dunia Pendidikan

2. Bagaimana Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan

3. Bagaimana Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis TI

4. Bagaimana Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis TI

5. Bagaimana Masalah Akibat Penggunaan TI

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dengan mengedepankan permasalahan mengenai peranan teknologi informasi dan

komunikasi dalam dunia pendidikan, penulis mengaharapkan dapat mencapai tujuan,

sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Perkembangan Teknologi

Informasi Dalam Dunia Pendidikan

2. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Peran Teknologi Informasi

Dalam Modernisasi Pendidikan

3. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor Pendukung

Pendidikan Berbasis TI

4. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah akibat Penggunaan TI

2

Page 3: BAB I1 Pembahasan TI

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Perkembangan Teknologi Informasi Dalam Dunia Pendidikan

Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan

dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih

terbuka. pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat

terbuka dan dua arah, beragam, multi disipliner, serta terkait pada produktivitas kerja.

Mencermati difinisi di atas, tantangan dalam implementasi TI dalam dunia

pendidikan memang terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara

proses belajar-mengajar guru dan siswa, investasi yang besar dalam menyediakan

insfrastruktur Teknologi Informasi yang memadai agar proses pembelajaran dapat

berlangsung, juga menjadi masalah tersendiri.

Pendidikan berbasis TI kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih

sederhana untuk mengurangi beratnya implementasi secara murni, seperti

menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang

merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM.

Proses pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama

dengan proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam satu

ruangan atau dalam satu gedung atau dalam area yang lebih luas. Pada sistem

berbasis CD-ROM, materi pembelajaran dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM,

kemudian dipelajari pada komputer masing-masing.

Satu hal yang harus diingat, bentuk apapun yang diambil dari pendidikan

berbasis TI, harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara

signifikan kualitas belajar dan mengajar di kelas dan juga meningkatkan literasi

teknologi informasi. Sekolah berbasis TI memiliki cakupan yang lebih luas dari

pendidikan berbasis TI. Kalau pada pendidikan berbasis TI yang disasar hanya proses

belajar mengajar, maka pada sekolah berbasis TI selain proses belajar mengajar, ada

hal-hal lain yang juga disentuh dengan TI (lihat gambar berikut).

3

Page 4: BAB I1 Pembahasan TI

Gambar. 1 Sistem Informasi Pendidikan

Sistem informasi pendidikan adalah sistem untuk mengelola data-data

pendidikan, sistem informasi administrasi mengelola data administrasi dan keuangan

sekolah, sistem informasi perpustakaan mengelola data-data buku dan literatur di

perpustakaan, dan sistem monitoring berbasis SMS adalah sistem untuk memantau

jam masuk dan pulang sekolah murid dengan memadukan teknologi SMS dan sidik

jari. Sistem monitoring sangat berguna bagi orang tua (keluarga) murid. Semua

sistem tersebut berguna untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan sekolah dan

sistem pendidikan berbasis TI.

Contoh beberapa Perkembangan teknologi inormasi dalam dunia pendidikan

1. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif

4

Page 5: BAB I1 Pembahasan TI

2. Penggunaan perangkat teknologi informasi untuk melakukan

pembelajaran jarak jauh (distance learning)

B. Peran Teknologi Informasi (TI) Dalam Modernisasi Pendidikan

Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang

terkait dengan modernisasi pendidikan:

1. Bagaimana kita belajar (how people learn);

2. Apa yang kita pelajari (what people learn);

3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).

Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang

bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam

moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan. Hubungan antara TI dan

reformasi pendidikan secara grafis diilustrasikan pada Gambar 2.

Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau

model pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan

model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi

perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan

peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100%

bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat

kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak

lagi dijadikan satu satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator

atau konsultan (Resnick, 2002)

5

Page 6: BAB I1 Pembahasan TI

Gambar 2. Intervensi TI dalam reformasi pendidikan

Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas.

Hadirnyaelear ning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan

ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang

disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet,

satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002).

Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran

dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam

pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan

pendidikan nasional seperti termasuk dalam Pasal 4 Undang- Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa

“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa”.

Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu komplementer dan substitusi. Yang pertama

mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih

berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua

sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang

dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai

substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan

pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.

6

Page 7: BAB I1 Pembahasan TI

Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang kita pelajari. Pertanyaan- pertanyaan

seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan apakah kurikulum

telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja pada masa yang

akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan TI yang sangat pesat harus

dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan ini. Menurut Resnick

(2002), selain TI akan sangat mewarnai masa depan, TI juga mengubah tidak hanya

terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat

dipelajari. Sangat mungkin banyak hal yang seharusnya atau dapat dipelajari siswa

tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas atau

kompleksitas yang tinggi dalam mengajarkannya. Terkait dengan ini, paradigma

pembelajaran yang sebelumnya mengandaikan bahwa sumberdaya pembelajaran

hanya terbatas pada materi di kelas dan buku harus diubah. Hadirnya TI, terutama

Internet, telah menyediakan sumberdaya pembelajaran yang tidak terbatas.

Pertanyaan sederhana yang muncul adalah bagaimana mereka belajar? Jawabannya

sangat lugas: akses terhadap komputer dan Internet telah memungkinkan hal itu

terjadi. Contoh lain, yang tertarik dengan teknologi informasi tetapi tidak mempunyai

kesempatan untuk duduk di bangku sekolah/kuliah bisa mengunjungi

www.ilmukomputer.com yang menyediakan sumber daya pembelajaran gratis.

Diskusi seperti ini dapat diperpanjang untuk tidak membatasi pembelajaran

hanya pada institusi formal. Sudah saatnya learning society dikampanyekan sebagai

salah satu manifestasi kesadaran semangat pembelajaran sepanjang hayat (long-life

learning). Bukankah kita tidak jarang merasa tidak tahu apa yang harus dipelajari

karena tidak tersedia sarana/informasi tentang itu? Karenanya, gerakan untuk

membuka akses informasi dan pengetahuan seluas- seluasnya kepada masyarakat

menjadi sebuah keharusan. Teknologi informasi, terutama Internet, dalam hal ini

memberikan peluang untuk itu.

Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan ketiga yang perlu

dipikirkan kembali jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu

tertentu atau tidak terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap-muka yang

banyak membatasi waktu dan tempat belajar. Sebagai komplemen (substitusi),

teknologi e-learning hadir untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam

memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004).

7

Page 8: BAB I1 Pembahasan TI

Interaksi yang difasilitasi oleh TI ini ada 2 model sistem pembelajaran yaitu

pembelajaran yang tidak sinkron (Asynchronous learning) dan pembelajaran yang

sinkron (Synchronous learning).

1. Pembelajaran Tidak Sinkron

Pada model tidak sinkron, proses belajar mengajar antara pengajar dan

peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta dapat

mengambil materi pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar yang

memberikan materi pembelajaran.

Untuk saat ini, pembelajaran tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena:

pertama, peserta tidak harus terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi

pembelajaran kapan dan dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana

dalam implementasi, dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur

internet relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua

arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak dapat

diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model

pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga

interaktifitas antara peserta dan pengajar, atau antara peserta dengan peserta lainnya,

dalam mendiskusi berbagai topik materi pembelajaran.

2. Pembelajaran Sinkron

Pada model sinkron, proses belajar mengajar dilakukan secara bersamaan,

terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip

dengan proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model

pembelajaran sinkron sering disebut virtual classroom.Interaksi dua arah yang

bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan dengan

menggunakan teknologi teleconference dan chatting.

Sesungguhnya model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk

paling ideal dari pendidikan berbasis TI, karena dengan model ini seorang pengajar

bisa menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta yang tersebar di seluruh dunia.

Akan tetapi model ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama

penyediaan infrastruktur internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi.

8

Page 9: BAB I1 Pembahasan TI

Meskipun sulit diterapkan pada internet karena keterbatasan sumber daya,

pembelajaran sinkron dapat dilaksanakan pada satu kelas, sekolah, atau gedung

dengan memanfaatkan jaringan lokal intranet. Saat ini, jaringan intranet dapat dipilih

sebagai solusi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran sinkron di sekolah, karena

hampir semua karakteristik pembelajaran sinkron pada internet dapat dilaksanakan

pada jaringan intranet, hanya saja dalam area yang lebih sempit.

E-Learning dalam dunia pendidikan adalah pendidikan tatap muka yang

konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. (Mukhopadhyay M., 1995).

Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “ Flexible Learning ”. Hal ini

mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa

sekolah ( Deschooling Socieiy )” yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.

Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan

bersifat luwes ( flexible ), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang

memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan

sebelumnya.

Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih

ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi,

bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di

kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat

meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan

dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.

Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan

pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga ( Just on Time )”. Teknik pengajaran

baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Romiszowski & Mason

(1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication

(CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron.

Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan

bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan

lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada

produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.

9

Page 10: BAB I1 Pembahasan TI

Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:

1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (

Distance Learning ).

2. Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak

jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.

3. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam

sebuah jaringan

4. Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium)

berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.

5. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM

Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan

Video.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan,

maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan

menggunakan media internet untuk menghubungkan antara peserta

didik/siswa/mahasiswa dengan pengajar/guru/dosennya, melihat nilai secara online,

mengecek keuangan, mengirimkan berkas tugas yang diberikan guru dan sebagainya,

semuanya itu sudah dapat dilakukan.

Gambar 3 : Collaboration

Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah

adalah tidak adanya interaksi antara guru/dosen dan murid/siswa/mahasiswanya.

Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan

10

Page 11: BAB I1 Pembahasan TI

interaksi antara guru dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak.

Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom,

interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak

real time bisa dilakukan dengan mailing list , discussion group , newsgroup , dan

buletin board . Dengan cara di atas interaksi guru/dosen dan siswa/mahasiswa di kelas

mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis

dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti

materi guru/dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh

siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru/dosen dapat pula

dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan

langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode

pembayaran online.

Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas

pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan

tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh

dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa

keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi

pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.

Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari

pendidikan jarak jauh.

Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan

kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah

yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. Pada sistem

pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak harus berada dalam

lingkungan geografi yang sama.

Tujuan dari pembangunan sistem ini antara lain menerapkan aplikasi-aplikasi

pendidikan jarak jauh berbasis web pada situs-situs pendidikan jarak jauh yang

dikembangkan di lingkungan di Indonesia yakni bekerja dengan sama mitra-mitra

lainnya. Secara sederhana dipahami sistem ini terdiri dari kumpulan aplikasi-aplikasi

yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pendidikan jarak jauh hingga

penyampaian materi pendidikan jarak jauh tersebut dapat dilakukan dengan baik.

11

Page 12: BAB I1 Pembahasan TI

Sarana penunjang dari pendidikan jarak jauh ini adalah teknologi informasi.

Kemunculan teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini

sangat membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan munculnya berbagai pendidikan

secara online, baik pendidikan formal atau non-formal, dengan menggunakan fasilitas

Internet.

Pendekatan sistem pengajaran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

pengajaran secara langsung (real time) ataupun dengan cara menggunakan sistem

sebagai tempat pemusatan pengetahuan (knowledge).

Hal ini memungkinkan terbentuknya kesempatan bagi siapa saja untuk

mengikuti berbagai jenjang pendidikan. Seorang lulusan sarjana dapat melanjutkan ke

pendidikan magister secara online ke salah satu Perguruan tinggi yang diminatinya.

Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur

sebagai berikut:

1. Pusat kegiatan siswa;

sebagai suatu community web based distance learning harus mampu

menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat

menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.

2. Interaksi dalam grup

Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan

materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk

memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.

3. Sistem administrasi mahasiswa

Dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa,

prestasi mahasiswa dan sebagainya.

4. Pendalaman materi dan ujian

Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan

untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa

belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning

12

Page 13: BAB I1 Pembahasan TI

5. Perpustakaan digital

Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada

buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian

ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.

6. Materi online diluar materi kuliah

Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web

lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk

memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui

web. Sistem distance learning berbasis web ini dapat dilakukan dengan synchronous

(real time) maupun secara asynchronous (non-real time).

Synchronous System, aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana

seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting ,

Video Conference , dsb.

Asynchronous System, aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh

pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka

disesuaikan dengan waktunya masing-masing, contohnya: BBS , e-mail , dsb

13

Page 14: BAB I1 Pembahasan TI

Gambar 4 : Jaringan Komputer dalam Pembelajaran Interaktif

Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah

suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama

mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau

lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para

engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan

sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung

misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang

selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah

bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan

khususnya pada non text based material. Di luar negeri, khususnya di negara maju,

pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari.

Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu

rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan).

Karenanya, dalam bahasan yang lain, Soekartawi (2003) mengidentifikasi

bahwa keberhasilan implementasi e-learning sangat tergantung kepada penilaian

apakah:

1. E-learning itu sudah menjadikan suatu kebutuhan;

2. Tersedianya infrastruktur pendukung seperti telepon dan listrik

14

Page 15: BAB I1 Pembahasan TI

3. Tersedianya fasilitas jaringan internet dan koneksi Internet;

4. Software pembelajaran (learning management system);

5. Kemampuan dan ketrampilan orang yang mengoperasikannya;

6. Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning.

Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu

dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di

dunia pendidikan Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan

pemanfaatan TI, yaitu :

1. Memperbaiki competitive positioning;

2. Meningkatkan brand image;

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;

4. Meningkatkan kepuasan siswa;

5. Meningkatkan pendapatan;

6. Memperluas basis siswa;

7. Meningkatkan kualitas pelayanan;

8. Mengurangi biaya operasi;

9. Mengembangkan produk dan layanan baru.

Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak perguruan tinggi di

Indonesia yang berlomba-lomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan

persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang

bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu

yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.

C. Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis TI

Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan

maka perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and

threat). Adapun tahap analisis SWOT menurut Rangkuti (1977) adalah :

1. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal

2. Memberi nilai perubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5.

Bobot dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk

faktor-faktor tersebut. Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut

15

Page 16: BAB I1 Pembahasan TI

ini akan dijelaskan posisi institusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi

internal dan eksternal untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi.

Gambar 5. Diagram Analisis SWOT

Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan

menghadapi beberapa lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong dalam

pemanfaatan peluang yang ada.

Sel dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal

menghadapi suatu lingkungan yang tidak menguntungkan.

Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang sangat

menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang.

Sel empat adalah situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan.

Institusi pendidikan menghadapi ancaman lingkungan yang utama dari suatu posisi

yang relative lemah.

Berikut untuk memperjelas posisi institusi pendidikan serta peran dan fungsi

teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi pendidikan berupa matrik

SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk menangkap

peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan

kekuatan untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan

menghindarkan ancaman :

16

Page 17: BAB I1 Pembahasan TI

Eksternal factor

Opportunities (O)

Identifikasi Peluang

Threats (T)

Identifikasi Ancaman

1. Tersedia alat-alat teknologi

informasi (sarana dan prasarana)

2. Lingkungan pendidikan yang

terjangkau networking

3. Tersedia lembaga - lembaga

pendukung pendidikan

4. Sumber Daya alam yang

mendukung.

1. Tidak tersedia alat-alat teknologi

informasi (sarana dan prasarana)

2. Lingkungan pendidikan yang tidak

terjangkau networking

3. Tidak tersedia lembaga – lembaga

pendukung pendidikan

4. Sumber Daya alam yang tidak

mendukung.

Internal Faktor

Strengths (S)

Identifikasi PendidikanStrategi SO Strategi ST

Sumber Daya Manusia

yang akrab dengan

teknologi informasi

Tersedianya dana

Persetujuan seluruh

anggota yang terlibat.

SDM yang uggul, dana

yang tersedia dan

persetujuan seluruh

anggota merupakan

kekuatan yang dapat

menangkap peluang untuk

menyediakan sarana dan

prasarana,

menyediakannetworking

serta mendapat dukungan

dari lembaga pendidikan

dan dapat memanfaatkan

SDA yang ada. Keadaan

ini institusi pendidikan

disarankan

SDM yang uggul, dana yang

tersedia dan persetujuan seluruh

anggota merupakan kekuatan tetapi

mendapat ancaman dari lingkungan

berupa sarana dan prasarana yang

tidak tersedia, networking tidak

terjangkau, lembaga terkait tidak

mendukung, SDA yang tidak

memadai. Keadaan institusi

pendidikan disarankan

menggunakan kekuatan yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang. dimiliki

untuk menghindarkan ancaman.

Weaknesses (W) Strategi WO Strategi WT

17

Page 18: BAB I1 Pembahasan TI

Identifikasi Kelemahan

1. Sumber Daya

Manusia yang asing

dengan

teknologiinformasi

2. Kurang tersedianya

dana

3. Tidak ada Persetujuan

seluruh anggota yang

terlibat.

SDM yang jelek, dana

yang tidak tersedia dan

tidak ada persetujuan dari

anggota merupakan

kelemahan yang berakibat

tidak dapat menangkap

peluang berupa sarana dan

prasarana, lingkungan yang

tersedia networking,

lembaga

pendidikan yang

mendukung serta sumber

daya alam yang

memadai. Keadaan

institusi pendidikan

disarankan untuk

memanfaatkan peluang ada

dengan meminimalkan

kelemahan yang ada.

SDM yang jelek, dana yang

tidak tersedia dan tidak ada

persetujuan dari anggota

merupakan kelemahan yang

diperparah oleh ancaman

dari lingkungan berupa sarana dan

prasarana yang tidak tersedia,

tidak terjangkaunya networking,

tidak mendapat dukungan dari

lingkungan terkait, SDA yang tidak

tersedia. Keadaan institusi

pendidikan disarankan bersifat

defensive dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang

ada serta menghindari ancaman.

Tabel 1. Matriks SWOT

Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan

berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan

yaitu dengan cara:

1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan

teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri

(radio, televisi, computer )

2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan

teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )

18

Page 19: BAB I1 Pembahasan TI

3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis

teknologi informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi

melalui alat-alat teknologi informasi.

D. Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis TI

Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI) memiliki peran menggeser

lima cara dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Dari pelatihan ke penampilan.

2. Dari ruang kelas di mana dan kapan saja.

3. Dari kertas ke “online” atau saluran.

4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.

5. Dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).

Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri

berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan

terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang

mempengaruhi teknologi informasi yaitu:

1. Infrastruktur

2. Sumber Daya Manusia

3. Kebijakan

4. Finansial

5. Konten dan Aplikasi.

Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang

dengan pesat yaitu :

1. Dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di

manapun dengan kecepatan yang mencukupi.

2. Faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai

teknologi tinggi.

3. Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro

yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang.

4. Faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan

lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.

19

Page 20: BAB I1 Pembahasan TI

5. Faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampaikan

pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi

untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.

Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI) yang merupakan salah satu

produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya

pendidikan yang bermutu, adapun faktor - faktor tersebut ;

1. harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem

pembiayaan dan arah pengembangan.

2. pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis

teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang

dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan

komputer.

3. persiapan tenaga mengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat

kerasnya.

E. Masalah Akibat Penggunaan TI

Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir

dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat

membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin

terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan

merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang

terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan

informasi yang tidak berguna.

Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata.

Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara

siswa, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam

masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.

BAB III

20

Page 21: BAB I1 Pembahasan TI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pendidikan di Indonesia bagaikan “bangunan antik”, dimana yang

terjadi adalah pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang kita lihat

sekarang, siswa menjadi kaset yang menghafal materi yang diberikan guru dan

menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah direkamnya sebelumnya.

Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis dikubur oleh pendidikan

konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!” ketika dunia menuju kemajuan -

yang terjadi dengan sang pendidikan Indonesia malah mundur alias berinvolusi. Quo

vadis pendidikan Indonesia? Mengenalkan IT kepada dunia pendidikan kita dapat

menjadi stimulan untuk memutar balik proses pemunduran yang terjadi. Seiring

dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin “berlimpah

ruah” dan urgensi untuk mendapatkannya juga semakin meningkat. Namun kekayaan

informasi yang segudang ini apabila tidak disertai dengan kunci gudangnya maka

percuma saja. Maka diperlukan kunci untuk membuka gudang informasi ini, yakni

IT.

Namun untuk mencegah “kebanjiran” informasi, diperlukan tenaga edukatif

sebagai pengontrol langsung dilingkungan akademik dan orang tua dilingkungan

rumah untuk bersama-sama memberikan penjelasan secara gamblang / tidak ditutup-

tutupi kepada peserta didik. Sehingga dengan demikian mereka mendapatkan

informasi yang tepat dan berguna. Lalu kemanakah perginya sang guru / dosen ?

Mereka ditempatkan pada posisi yang pernah disiapkan oleh Sokrates, yakni menjadi

moderator yang akan membimbing murid-muridnya untuk mencari pengetahuannya

sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya; Atau seperti sistem

pendidikan Post Problem Learning, yang langsung memperhadapkan siswa dengan

masalah yang hendak diselesaikan.

Dalam konteks jaman sekarang proses pendidikan filosofis seperti yang telah

disiratkan sebelumnya, akan dipermudah dengan adanya IT sebagai akses menuju

21

Page 22: BAB I1 Pembahasan TI

informasi yang membangun pengetahuan. Namun yang menjadi pertanyaan dilematis

adalah, “Siapkah kita untuk mengimplementasikan IT tersebut?”. Energi dari

pemerintahan kita tampak sudah habis untuk mengurusi yang lainnya, sehingga

kendala-kendala pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama pendidikan kita.

Diperlukan pembiayaan yang lebih, yang mungkin bisa didapatkan melalui

jalan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pajak barang-barang mewah, dan regulasi-regulasi lainnya

terhadap kalangan ekonomi atas, sehingga APBN meningkat, lalu

dialokasikan ke bidang Pendidikan.

2. Menjalin kerjasama dengan Luar negeri dalam bidang Pendidikan & Budaya.

Seperti yang dilakukan oleh FISIP UI dengan Amerika Serikat,

3. Solusi terakhir - adalah dengan swastanisasi pendidikan (disebut juga Badan

Hukum Pendidikan - BHP) sehingga dapat meningkatkan mutu, namun tetap

dikontrol oleh pemerintah agar dapat dinikmati oleh seluruh strata sosial.

B. Saran

Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan

pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

karena sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: BAB I1 Pembahasan TI

Alessi and Trollip, (1995), Computer Based Instruction: Method ant Development,

Englewood Cliffs, NJ: Prentice, Hall.

Criswell L. E. (1989). The Design of Computer Based Instruction, New York: Mac

Milan Company.

Cohen, V. B. (1985). A Reexamination of Feedback In Computer Based Instruction:

Implication for instructional Design. Educational Technology Journal, New

Jersey.

Ellis, Alan, Wagner and Longmire, (1999), Managing Web-Based Training,

USA: ASTD.

Kadir, A., dan Triwahyuni, T.Ch. (2003), Teknologi Informasi, Yogyakarta: Kanisius

Kanpp, R. L & Alien, D. G., (1996). Restructuring Schools with Technology,

Unityed States: Allyn & Bacon

Kar Tin, L. (2001), Information Technology in Teacher Education, Published in

the Asia Fasific.

Micklethwait, J., dan Wooldridge, A., (2000). Future Perfect: The Challenge and

Hidden Promise of Globalization. New York: Crown Publishers.

Perkins, Anthony B. dan Perkins, Michael C. (1999), The Internet Bubble: Inside the

overvalued world of high-tech stocks - and what you need to know to avoid

the coming shakeout , Harper Business.

Rogers, Everett M., (1989). Communication Technology. New York: Prentice Hall

Company.

Straubaar, L.R. (2000), Media Now: Communications Media in the Information Age,

USA: Wadsworth/Thonson Leearning.

Teal, T. (1995). Communicating Design in Visual Communication. London: Basfort

Ltd.

23