bab i1 pembahasan ti
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu negara,pendidikan memegang peranan yang amat
penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi,
maka dunia pendidikan pun tidak lepas dari pengaruh perkembangan tersebut.
Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan dirasakan dengan adanya
kecenderungan :
1. Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada
guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada
siswa/mahasiswa/peserta didik.
2. Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
3. Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
4. Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global.
5. Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning).
Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan
terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang
menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai
sumber belajar dan layanan belajar elektronik.
1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam tulisan ini penulis akan mengajukan
beberapa rumusan masalah berkaitan dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
dalam dunia pendidikan yang mengglobal. Rumusan masalah ini dimaksudkan sebagai acuan
dalam langkah pembahasan agar tidak terjadi pembiasan yang berlebihan Sebagai rumusan
masalahnya adalah:
1. Bagaimana Perkembangan Teknologi Informasi Dalam Dunia Pendidikan
2. Bagaimana Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
3. Bagaimana Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis TI
4. Bagaimana Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis TI
5. Bagaimana Masalah Akibat Penggunaan TI
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dengan mengedepankan permasalahan mengenai peranan teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan, penulis mengaharapkan dapat mencapai tujuan,
sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Perkembangan Teknologi
Informasi Dalam Dunia Pendidikan
2. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Peran Teknologi Informasi
Dalam Modernisasi Pendidikan
3. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor Pendukung
Pendidikan Berbasis TI
4. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah akibat Penggunaan TI
2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Perkembangan Teknologi Informasi Dalam Dunia Pendidikan
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan
dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih
terbuka. pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat
terbuka dan dua arah, beragam, multi disipliner, serta terkait pada produktivitas kerja.
Mencermati difinisi di atas, tantangan dalam implementasi TI dalam dunia
pendidikan memang terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara
proses belajar-mengajar guru dan siswa, investasi yang besar dalam menyediakan
insfrastruktur Teknologi Informasi yang memadai agar proses pembelajaran dapat
berlangsung, juga menjadi masalah tersendiri.
Pendidikan berbasis TI kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih
sederhana untuk mengurangi beratnya implementasi secara murni, seperti
menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang
merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM.
Proses pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama
dengan proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam satu
ruangan atau dalam satu gedung atau dalam area yang lebih luas. Pada sistem
berbasis CD-ROM, materi pembelajaran dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM,
kemudian dipelajari pada komputer masing-masing.
Satu hal yang harus diingat, bentuk apapun yang diambil dari pendidikan
berbasis TI, harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara
signifikan kualitas belajar dan mengajar di kelas dan juga meningkatkan literasi
teknologi informasi. Sekolah berbasis TI memiliki cakupan yang lebih luas dari
pendidikan berbasis TI. Kalau pada pendidikan berbasis TI yang disasar hanya proses
belajar mengajar, maka pada sekolah berbasis TI selain proses belajar mengajar, ada
hal-hal lain yang juga disentuh dengan TI (lihat gambar berikut).
3
Gambar. 1 Sistem Informasi Pendidikan
Sistem informasi pendidikan adalah sistem untuk mengelola data-data
pendidikan, sistem informasi administrasi mengelola data administrasi dan keuangan
sekolah, sistem informasi perpustakaan mengelola data-data buku dan literatur di
perpustakaan, dan sistem monitoring berbasis SMS adalah sistem untuk memantau
jam masuk dan pulang sekolah murid dengan memadukan teknologi SMS dan sidik
jari. Sistem monitoring sangat berguna bagi orang tua (keluarga) murid. Semua
sistem tersebut berguna untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan sekolah dan
sistem pendidikan berbasis TI.
Contoh beberapa Perkembangan teknologi inormasi dalam dunia pendidikan
1. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif
4
2. Penggunaan perangkat teknologi informasi untuk melakukan
pembelajaran jarak jauh (distance learning)
B. Peran Teknologi Informasi (TI) Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang
terkait dengan modernisasi pendidikan:
1. Bagaimana kita belajar (how people learn);
2. Apa yang kita pelajari (what people learn);
3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).
Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang
bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam
moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan. Hubungan antara TI dan
reformasi pendidikan secara grafis diilustrasikan pada Gambar 2.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau
model pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan
model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi
perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan
peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100%
bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat
kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak
lagi dijadikan satu satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator
atau konsultan (Resnick, 2002)
5
Gambar 2. Intervensi TI dalam reformasi pendidikan
Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas.
Hadirnyaelear ning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan
ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang
disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet,
satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002).
Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran
dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam
pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan
pendidikan nasional seperti termasuk dalam Pasal 4 Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu komplementer dan substitusi. Yang pertama
mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih
berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua
sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai
substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan
pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
6
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang kita pelajari. Pertanyaan- pertanyaan
seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan apakah kurikulum
telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja pada masa yang
akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan TI yang sangat pesat harus
dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan ini. Menurut Resnick
(2002), selain TI akan sangat mewarnai masa depan, TI juga mengubah tidak hanya
terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat
dipelajari. Sangat mungkin banyak hal yang seharusnya atau dapat dipelajari siswa
tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas atau
kompleksitas yang tinggi dalam mengajarkannya. Terkait dengan ini, paradigma
pembelajaran yang sebelumnya mengandaikan bahwa sumberdaya pembelajaran
hanya terbatas pada materi di kelas dan buku harus diubah. Hadirnya TI, terutama
Internet, telah menyediakan sumberdaya pembelajaran yang tidak terbatas.
Pertanyaan sederhana yang muncul adalah bagaimana mereka belajar? Jawabannya
sangat lugas: akses terhadap komputer dan Internet telah memungkinkan hal itu
terjadi. Contoh lain, yang tertarik dengan teknologi informasi tetapi tidak mempunyai
kesempatan untuk duduk di bangku sekolah/kuliah bisa mengunjungi
www.ilmukomputer.com yang menyediakan sumber daya pembelajaran gratis.
Diskusi seperti ini dapat diperpanjang untuk tidak membatasi pembelajaran
hanya pada institusi formal. Sudah saatnya learning society dikampanyekan sebagai
salah satu manifestasi kesadaran semangat pembelajaran sepanjang hayat (long-life
learning). Bukankah kita tidak jarang merasa tidak tahu apa yang harus dipelajari
karena tidak tersedia sarana/informasi tentang itu? Karenanya, gerakan untuk
membuka akses informasi dan pengetahuan seluas- seluasnya kepada masyarakat
menjadi sebuah keharusan. Teknologi informasi, terutama Internet, dalam hal ini
memberikan peluang untuk itu.
Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan ketiga yang perlu
dipikirkan kembali jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu
tertentu atau tidak terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap-muka yang
banyak membatasi waktu dan tempat belajar. Sebagai komplemen (substitusi),
teknologi e-learning hadir untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam
memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004).
7
Interaksi yang difasilitasi oleh TI ini ada 2 model sistem pembelajaran yaitu
pembelajaran yang tidak sinkron (Asynchronous learning) dan pembelajaran yang
sinkron (Synchronous learning).
1. Pembelajaran Tidak Sinkron
Pada model tidak sinkron, proses belajar mengajar antara pengajar dan
peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta dapat
mengambil materi pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar yang
memberikan materi pembelajaran.
Untuk saat ini, pembelajaran tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena:
pertama, peserta tidak harus terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi
pembelajaran kapan dan dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana
dalam implementasi, dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur
internet relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua
arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak dapat
diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model
pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga
interaktifitas antara peserta dan pengajar, atau antara peserta dengan peserta lainnya,
dalam mendiskusi berbagai topik materi pembelajaran.
2. Pembelajaran Sinkron
Pada model sinkron, proses belajar mengajar dilakukan secara bersamaan,
terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip
dengan proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model
pembelajaran sinkron sering disebut virtual classroom.Interaksi dua arah yang
bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi teleconference dan chatting.
Sesungguhnya model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk
paling ideal dari pendidikan berbasis TI, karena dengan model ini seorang pengajar
bisa menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta yang tersebar di seluruh dunia.
Akan tetapi model ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama
penyediaan infrastruktur internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi.
8
Meskipun sulit diterapkan pada internet karena keterbatasan sumber daya,
pembelajaran sinkron dapat dilaksanakan pada satu kelas, sekolah, atau gedung
dengan memanfaatkan jaringan lokal intranet. Saat ini, jaringan intranet dapat dipilih
sebagai solusi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran sinkron di sekolah, karena
hampir semua karakteristik pembelajaran sinkron pada internet dapat dilaksanakan
pada jaringan intranet, hanya saja dalam area yang lebih sempit.
E-Learning dalam dunia pendidikan adalah pendidikan tatap muka yang
konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. (Mukhopadhyay M., 1995).
Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “ Flexible Learning ”. Hal ini
mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa
sekolah ( Deschooling Socieiy )” yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan
bersifat luwes ( flexible ), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang
memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan
sebelumnya.
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih
ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi,
bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di
kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan
dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga ( Just on Time )”. Teknik pengajaran
baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Romiszowski & Mason
(1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication
(CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron.
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan
lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada
produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.
9
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (
Distance Learning ).
2. Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak
jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
3. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam
sebuah jaringan
4. Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium)
berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
5. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM
Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan
Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan,
maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan
menggunakan media internet untuk menghubungkan antara peserta
didik/siswa/mahasiswa dengan pengajar/guru/dosennya, melihat nilai secara online,
mengecek keuangan, mengirimkan berkas tugas yang diberikan guru dan sebagainya,
semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Gambar 3 : Collaboration
Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah
adalah tidak adanya interaksi antara guru/dosen dan murid/siswa/mahasiswanya.
Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan
10
interaksi antara guru dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak.
Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom,
interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak
real time bisa dilakukan dengan mailing list , discussion group , newsgroup , dan
buletin board . Dengan cara di atas interaksi guru/dosen dan siswa/mahasiswa di kelas
mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis
dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti
materi guru/dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh
siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru/dosen dapat pula
dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan
langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode
pembayaran online.
Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas
pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan
tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh
dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa
keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi
pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.
Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari
pendidikan jarak jauh.
Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan
kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah
yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. Pada sistem
pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak harus berada dalam
lingkungan geografi yang sama.
Tujuan dari pembangunan sistem ini antara lain menerapkan aplikasi-aplikasi
pendidikan jarak jauh berbasis web pada situs-situs pendidikan jarak jauh yang
dikembangkan di lingkungan di Indonesia yakni bekerja dengan sama mitra-mitra
lainnya. Secara sederhana dipahami sistem ini terdiri dari kumpulan aplikasi-aplikasi
yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pendidikan jarak jauh hingga
penyampaian materi pendidikan jarak jauh tersebut dapat dilakukan dengan baik.
11
Sarana penunjang dari pendidikan jarak jauh ini adalah teknologi informasi.
Kemunculan teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini
sangat membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan munculnya berbagai pendidikan
secara online, baik pendidikan formal atau non-formal, dengan menggunakan fasilitas
Internet.
Pendekatan sistem pengajaran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pengajaran secara langsung (real time) ataupun dengan cara menggunakan sistem
sebagai tempat pemusatan pengetahuan (knowledge).
Hal ini memungkinkan terbentuknya kesempatan bagi siapa saja untuk
mengikuti berbagai jenjang pendidikan. Seorang lulusan sarjana dapat melanjutkan ke
pendidikan magister secara online ke salah satu Perguruan tinggi yang diminatinya.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur
sebagai berikut:
1. Pusat kegiatan siswa;
sebagai suatu community web based distance learning harus mampu
menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat
menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
2. Interaksi dalam grup
Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan
materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk
memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
3. Sistem administrasi mahasiswa
Dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa,
prestasi mahasiswa dan sebagainya.
4. Pendalaman materi dan ujian
Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan
untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa
belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning
12
5. Perpustakaan digital
Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada
buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian
ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.
6. Materi online diluar materi kuliah
Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web
lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk
memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui
web. Sistem distance learning berbasis web ini dapat dilakukan dengan synchronous
(real time) maupun secara asynchronous (non-real time).
Synchronous System, aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana
seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting ,
Video Conference , dsb.
Asynchronous System, aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh
pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka
disesuaikan dengan waktunya masing-masing, contohnya: BBS , e-mail , dsb
13
Gambar 4 : Jaringan Komputer dalam Pembelajaran Interaktif
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama
mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau
lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para
engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan
sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung
misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang
selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah
bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan
khususnya pada non text based material. Di luar negeri, khususnya di negara maju,
pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari.
Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu
rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan).
Karenanya, dalam bahasan yang lain, Soekartawi (2003) mengidentifikasi
bahwa keberhasilan implementasi e-learning sangat tergantung kepada penilaian
apakah:
1. E-learning itu sudah menjadikan suatu kebutuhan;
2. Tersedianya infrastruktur pendukung seperti telepon dan listrik
14
3. Tersedianya fasilitas jaringan internet dan koneksi Internet;
4. Software pembelajaran (learning management system);
5. Kemampuan dan ketrampilan orang yang mengoperasikannya;
6. Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu
dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di
dunia pendidikan Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan
pemanfaatan TI, yaitu :
1. Memperbaiki competitive positioning;
2. Meningkatkan brand image;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. Meningkatkan kepuasan siswa;
5. Meningkatkan pendapatan;
6. Memperluas basis siswa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan;
8. Mengurangi biaya operasi;
9. Mengembangkan produk dan layanan baru.
Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak perguruan tinggi di
Indonesia yang berlomba-lomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan
persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang
bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu
yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
C. Analisis SWOT Terhadap Pendidikan Berbasis TI
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan
maka perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and
threat). Adapun tahap analisis SWOT menurut Rangkuti (1977) adalah :
1. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
2. Memberi nilai perubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5.
Bobot dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk
faktor-faktor tersebut. Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut
15
ini akan dijelaskan posisi institusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi
internal dan eksternal untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi.
Gambar 5. Diagram Analisis SWOT
Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan
menghadapi beberapa lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong dalam
pemanfaatan peluang yang ada.
Sel dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal
menghadapi suatu lingkungan yang tidak menguntungkan.
Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang sangat
menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang.
Sel empat adalah situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan.
Institusi pendidikan menghadapi ancaman lingkungan yang utama dari suatu posisi
yang relative lemah.
Berikut untuk memperjelas posisi institusi pendidikan serta peran dan fungsi
teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi pendidikan berupa matrik
SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk menangkap
peluang, mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempaatan, menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman, meminimalkan kelemahan dan
menghindarkan ancaman :
16
Eksternal factor
Opportunities (O)
Identifikasi Peluang
Threats (T)
Identifikasi Ancaman
1. Tersedia alat-alat teknologi
informasi (sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang
terjangkau networking
3. Tersedia lembaga - lembaga
pendukung pendidikan
4. Sumber Daya alam yang
mendukung.
1. Tidak tersedia alat-alat teknologi
informasi (sarana dan prasarana)
2. Lingkungan pendidikan yang tidak
terjangkau networking
3. Tidak tersedia lembaga – lembaga
pendukung pendidikan
4. Sumber Daya alam yang tidak
mendukung.
Internal Faktor
Strengths (S)
Identifikasi PendidikanStrategi SO Strategi ST
Sumber Daya Manusia
yang akrab dengan
teknologi informasi
Tersedianya dana
Persetujuan seluruh
anggota yang terlibat.
SDM yang uggul, dana
yang tersedia dan
persetujuan seluruh
anggota merupakan
kekuatan yang dapat
menangkap peluang untuk
menyediakan sarana dan
prasarana,
menyediakannetworking
serta mendapat dukungan
dari lembaga pendidikan
dan dapat memanfaatkan
SDA yang ada. Keadaan
ini institusi pendidikan
disarankan
SDM yang uggul, dana yang
tersedia dan persetujuan seluruh
anggota merupakan kekuatan tetapi
mendapat ancaman dari lingkungan
berupa sarana dan prasarana yang
tidak tersedia, networking tidak
terjangkau, lembaga terkait tidak
mendukung, SDA yang tidak
memadai. Keadaan institusi
pendidikan disarankan
menggunakan kekuatan yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. dimiliki
untuk menghindarkan ancaman.
Weaknesses (W) Strategi WO Strategi WT
17
Identifikasi Kelemahan
1. Sumber Daya
Manusia yang asing
dengan
teknologiinformasi
2. Kurang tersedianya
dana
3. Tidak ada Persetujuan
seluruh anggota yang
terlibat.
SDM yang jelek, dana
yang tidak tersedia dan
tidak ada persetujuan dari
anggota merupakan
kelemahan yang berakibat
tidak dapat menangkap
peluang berupa sarana dan
prasarana, lingkungan yang
tersedia networking,
lembaga
pendidikan yang
mendukung serta sumber
daya alam yang
memadai. Keadaan
institusi pendidikan
disarankan untuk
memanfaatkan peluang ada
dengan meminimalkan
kelemahan yang ada.
SDM yang jelek, dana yang
tidak tersedia dan tidak ada
persetujuan dari anggota
merupakan kelemahan yang
diperparah oleh ancaman
dari lingkungan berupa sarana dan
prasarana yang tidak tersedia,
tidak terjangkaunya networking,
tidak mendapat dukungan dari
lingkungan terkait, SDA yang tidak
tersedia. Keadaan institusi
pendidikan disarankan bersifat
defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
Tabel 1. Matriks SWOT
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan
yaitu dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan
teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri
(radio, televisi, computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan
teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN )
18
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis
teknologi informasi agar dapat berdampingan dengan teknologi informasi
melalui alat-alat teknologi informasi.
D. Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Berbasis TI
Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI) memiliki peran menggeser
lima cara dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Dari pelatihan ke penampilan.
2. Dari ruang kelas di mana dan kapan saja.
3. Dari kertas ke “online” atau saluran.
4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri
berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan
terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang
dengan pesat yaitu :
1. Dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di
manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
2. Faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai
teknologi tinggi.
3. Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro
yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang.
4. Faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan
lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.
19
5. Faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampaikan
pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi
untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi (TI) yang merupakan salah satu
produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya
pendidikan yang bermutu, adapun faktor - faktor tersebut ;
1. harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem
pembiayaan dan arah pengembangan.
2. pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang
dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan
komputer.
3. persiapan tenaga mengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat
kerasnya.
E. Masalah Akibat Penggunaan TI
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir
dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat
membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin
terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan
merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang
terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan
informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata.
Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara
siswa, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam
masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
BAB III
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan di Indonesia bagaikan “bangunan antik”, dimana yang
terjadi adalah pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang kita lihat
sekarang, siswa menjadi kaset yang menghafal materi yang diberikan guru dan
menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah direkamnya sebelumnya.
Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis dikubur oleh pendidikan
konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!” ketika dunia menuju kemajuan -
yang terjadi dengan sang pendidikan Indonesia malah mundur alias berinvolusi. Quo
vadis pendidikan Indonesia? Mengenalkan IT kepada dunia pendidikan kita dapat
menjadi stimulan untuk memutar balik proses pemunduran yang terjadi. Seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin “berlimpah
ruah” dan urgensi untuk mendapatkannya juga semakin meningkat. Namun kekayaan
informasi yang segudang ini apabila tidak disertai dengan kunci gudangnya maka
percuma saja. Maka diperlukan kunci untuk membuka gudang informasi ini, yakni
IT.
Namun untuk mencegah “kebanjiran” informasi, diperlukan tenaga edukatif
sebagai pengontrol langsung dilingkungan akademik dan orang tua dilingkungan
rumah untuk bersama-sama memberikan penjelasan secara gamblang / tidak ditutup-
tutupi kepada peserta didik. Sehingga dengan demikian mereka mendapatkan
informasi yang tepat dan berguna. Lalu kemanakah perginya sang guru / dosen ?
Mereka ditempatkan pada posisi yang pernah disiapkan oleh Sokrates, yakni menjadi
moderator yang akan membimbing murid-muridnya untuk mencari pengetahuannya
sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya; Atau seperti sistem
pendidikan Post Problem Learning, yang langsung memperhadapkan siswa dengan
masalah yang hendak diselesaikan.
Dalam konteks jaman sekarang proses pendidikan filosofis seperti yang telah
disiratkan sebelumnya, akan dipermudah dengan adanya IT sebagai akses menuju
21
informasi yang membangun pengetahuan. Namun yang menjadi pertanyaan dilematis
adalah, “Siapkah kita untuk mengimplementasikan IT tersebut?”. Energi dari
pemerintahan kita tampak sudah habis untuk mengurusi yang lainnya, sehingga
kendala-kendala pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama pendidikan kita.
Diperlukan pembiayaan yang lebih, yang mungkin bisa didapatkan melalui
jalan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pajak barang-barang mewah, dan regulasi-regulasi lainnya
terhadap kalangan ekonomi atas, sehingga APBN meningkat, lalu
dialokasikan ke bidang Pendidikan.
2. Menjalin kerjasama dengan Luar negeri dalam bidang Pendidikan & Budaya.
Seperti yang dilakukan oleh FISIP UI dengan Amerika Serikat,
3. Solusi terakhir - adalah dengan swastanisasi pendidikan (disebut juga Badan
Hukum Pendidikan - BHP) sehingga dapat meningkatkan mutu, namun tetap
dikontrol oleh pemerintah agar dapat dinikmati oleh seluruh strata sosial.
B. Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan
pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
karena sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
22
Alessi and Trollip, (1995), Computer Based Instruction: Method ant Development,
Englewood Cliffs, NJ: Prentice, Hall.
Criswell L. E. (1989). The Design of Computer Based Instruction, New York: Mac
Milan Company.
Cohen, V. B. (1985). A Reexamination of Feedback In Computer Based Instruction:
Implication for instructional Design. Educational Technology Journal, New
Jersey.
Ellis, Alan, Wagner and Longmire, (1999), Managing Web-Based Training,
USA: ASTD.
Kadir, A., dan Triwahyuni, T.Ch. (2003), Teknologi Informasi, Yogyakarta: Kanisius
Kanpp, R. L & Alien, D. G., (1996). Restructuring Schools with Technology,
Unityed States: Allyn & Bacon
Kar Tin, L. (2001), Information Technology in Teacher Education, Published in
the Asia Fasific.
Micklethwait, J., dan Wooldridge, A., (2000). Future Perfect: The Challenge and
Hidden Promise of Globalization. New York: Crown Publishers.
Perkins, Anthony B. dan Perkins, Michael C. (1999), The Internet Bubble: Inside the
overvalued world of high-tech stocks - and what you need to know to avoid
the coming shakeout , Harper Business.
Rogers, Everett M., (1989). Communication Technology. New York: Prentice Hall
Company.
Straubaar, L.R. (2000), Media Now: Communications Media in the Information Age,
USA: Wadsworth/Thonson Leearning.
Teal, T. (1995). Communicating Design in Visual Communication. London: Basfort
Ltd.
23