bab i tonsilitis
DESCRIPTION
jghsTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan dari penyakit pada tonsil dan adenoid termasuk
penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasiumum. Keluhan seperti
nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai
dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesardari pasien yang datang
berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak. Keluhan-keluhan
infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit-penyakit
telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil dan adenoid.
Cincin Waldeyer yang tersusun dari jaringan limfoid berperan sebagai
daya pertahanan lokal dan surveilen imun. Seperti halnya jaringan
limfoid lain, jaringan limfoid pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi
pada masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan menjadi
lebih terbuka kesempatan untuk mendapat infeksi dari anakyang lain. Lokasi
tonsil pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia tidak
jarang terkena infeksi/menjadi sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga
membesar dan mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis
kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering dari
semua penyakit tenggorokan yang berulang. Radang kronis yang terjadi
pada tonsil ini dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik komplikasi
ke daerah sekitar atau pun komplikasi jauh. Pengobatan pasti untuk tonsilitis
kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagiamana anatomi fisiologi tonsil?
2. Apa pengertian tonsilitis?
3. Apa saja macam-macam tonsilitis?
4. Apa saja etiologi tonsilitis?
5. Bagaimana patofisiologi tonsilitis?
6. Bagaiamana WOC tonsilitis?
7. Bagaimana manifestasi klinis tonsilitis?
8. Apa saja komplikasi tonsilitis?
1
9. Bagaimana penatalaksanaan tonsilitis?
10. Bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi tonsil
2. Untuk mengetahui pengertian tonsilitis
3. Untuk mengetahui macam-macam tonsilitis
4. Untuk mengetahui etiologi tonsilitis
5. Untuk mengetahui patofisiologi tonsilitis
6. Untuk mengetahui WOC tonsilitis
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis tonsilitis
8. Untuk mengetahui komplikasi tonsilitis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan tonsilitis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Tonsil
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil
terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut.
Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer (cincin waldeyer).
Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung
langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam
cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.
Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri atas:
1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di
belakang koana.
2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
3
Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh
dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan
kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan
salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang
dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan
tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan
berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan
tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang
banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat
melebihi ukuran yang normal.
2.2 Pengertian Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).Tonsilitis adalah peradangan tonsil
palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer
terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu
tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual
( tosilpangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding
faring/Gerlach’s tonsil ) ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007 ).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus
pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer,2000).
Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas,tonsilitis
merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkankarena bakteri atau
virus,prosesnya bisa akut atau kronis.
Tonsil ektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau
mengangkat tonsil untuk mencegah infeksi selanjutnya( Shelov, 2004 ).
4
2.3 Macam-Macam Tonsilitis
Macam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,2007 )
yaitu :
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang
disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus
Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut
supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan
rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang
sangat nyeri dirasakan pasien.
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup AStreptokokus, β
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat,pneumokokus,
Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes.Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak
berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikusyang
terdapat dalam susu sapi.
c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atautriponema
yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulutyang kurang dan
defisiensi vitamin C.
5
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran
semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa
mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
3. Tonsilis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun darirokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akutyang tidak adekuat.
2.4 Etiologi Tonsilitis
Penyebab tonsillitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari secret hidung dan ludah( droplet
infections ). Faktor predisposisi adalah sebagai berikut.
1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.5 Patofisiologi Tonsilitis
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel
atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap
infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan
menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang
6
dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak
pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak
detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis
dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada
sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya
sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga
pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan
ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang
akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada
anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
7
2.6 WOC Tonsilitis
Kelainan organ tubuh
Perubahan status kes
Kurangnya informasi
tentang penyakit perawatan
dan pengobatan
8
Invasi kuman patogen (bakteri / virus)
Penyebaran limfogen
Faring & tonsil
Proses inflamasi
Tonsilitis akut
Edema tonsil
Nyeri tekan
Sulit makan & minum
Resiko perubahan status
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Tonsil & adenoid membesar
Obstruksi pada tuba eustakii
Kurangnya pendengaran
Infeksi sekunder
Otitis media
Gangguan persepsi sensori : pendengaran
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
Kecemasan
2.7 Manifestasi Klinis Tonsilitis
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit
waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang
mungkin tampak:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,
kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
9
2.8 Komplikasi Tonsilitis
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya
trismus dan abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber
infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi,
menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring,
sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os
petrosus.
d. Abses retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang
retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh
jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil
berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam
jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi ke organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
10
2.9 Penatalaksanaan Tonsilitis
Penanganan pada klien dengan tonsilitis adalah
1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Analgesik
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS
Contoh kasus
An. R berusia 12 tahun masuk RSU Banjar tanggal 26 September 2012
pukul 07.00 WIB. Pasien masuk RS karena menjalani operasi pengangkatan
tonsil. Saat pengkajian pada tanggal 27 September 2012 pukul 08.00 WIB
pasien tampak lemas dan meringis kesakitan. Terlihat adanya luka insisi pada
tonsil pasien akibat operasi dan dari hasil pemeriksaan fisik pada saat
pengkajian diperoleh TD : 100/80 mmHg, N : 80 x / menit, RR : 20 x / menit,
suhu : 36,4 oC, skala nyeri 3. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan nyeri
bertambah hebat jika pasien makan atau minum, tenggorokan pasien terasa
nyeri. Pasien juga mengatakan kurang bisa tidur. Ibu klien mengatakan bahwa
klien mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum pernah
melakukan tindakan operasi sebelumnya. Pasien juga tidak mempunyai riwayat
alergi makanan maupun obat-obatan. Dari keterangan, ibu pasien mengatakan
di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
ataupun penyakit lainya.
3.1 Pengkajian
Tgl. Pengkajian : 27 September 2012
Jam pengkajian : 08.00 WIB
Ruang/Kelas : Raflesia/ II
No. Register : 205694
Tgl. MRS : 26 September 2012
I. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 2
Pendidikan : SD
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
12
Alamat : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.
Pangandaran-Ciamis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 46 tahun
Pendididkan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.
Pangandaran-Ciamis
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri saat menelan. Nyeri yang di rasakan klien
hanya di daerah tenggorokan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 menjalani
operasi pengangkatan tonsil dan di rawat di ruang raflesia kamar II.
Pada saat di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri saat
menelan. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau minum,
tenggorokan klien terasa nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan bahwa klien mengalami penyakit ini sejak
1 tahun yang lalu, dan belum pernah melakukan tindakan operasi
sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan.
13
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Penampilan : Klien tampak lemah
b. Kesadaran : Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6
2. Tanda-tanda Vital, TB dan BB
Suhu : 36,4°C
Berat Badan : 35 kg
Tinggi Badan : 135 cm
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
3. Pemeriksaan Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, tonsil klien terlihat membesar
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : tidak terpasang trakheostomi, simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
14
b. Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi : pucat, konjungtiva pucat, sklera putih
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula
sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
c. Sistem Persyarafan
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu
putih.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk
wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
15
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan
melawan tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah
d. Perkemihan dan eliminasi uri
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi
maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
e. Sistem pencernaan – eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih, tidak
ada stomatitis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.
16
Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas
operasi.
Perkusi : tidak ada acietes
f. Sistem muskuloskeletel dan integumen
Kulit : bersih, lembap, tidak mengelupas dan bersisik
5 5
Kekuatan otot
5 5
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidaka da clubbing
finger
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
g. Sistem endokrin
Kepala
Inspeksi : rambut bersih, tidak alophesia (botak)
Palpasi : tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada
nyeri tekan.
17
h. Sistem reproduksi
Perempuan
Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak
ada tanda - tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa
normal jernih, sklera putih
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak
mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Hb
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
LED
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
PT
12,9
7400
39
4,47
351000
21
3
0
0
62
31
4
12,5
13-16 g/dl
5000-10.000/ul
P40-48,w37-43%
P4,5-5,5,w4-5 jt/ul
150.000-400.000/ul
P0-10, W 0-15 mm/j
0-1%
1-4%
2-5%
40-70%
19-48%
3-9%
9,8-13 detik
18
APTT
Gol darah
38,0
B
76-36 detik
V. Tindakan dan terapi
a. Infus RL 15 gtt/menit
b. Cefotaxime 2x500 mg IV
c. Plasminex 2x250 mg IV
d. Tradosik 1 amp drip
3.2 Analisa Data
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Nyeri Akut
DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang akttual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (international Association for
study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Laporan isyarat
Masker wajah (mis., kurang bercahayah, tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu
fokus, meringis)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
RELATED
FACTORS:
Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
19
AS
SE
SS
ME
NT
Subjective data entry
- Klien mengeluh nyeri saat menelan
- Klien mengeluh nyeri hanya pada
tenggorokannya.
Objective data entry
- S : 36,4 0C
- N : 80 x/
menit
- TD :
100/80 mmHg
- RR : 20 x / menit
- TB :
135 cm
- BB : 35
kg
- Skala nyeri : 3
- Terlihat adanya luka
insisi pada tonsil
klien.
DIA
GN
OS
IS
Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
Nyeri Akut
Related to:
Agens cedera fisik (berhubungan dengan trauma
insisi pasca operasi.)
3.3 Intervensi
Nama : An. R
Umur : 12 tahun
Dx Keperawatan : Nyeri Akut
20
NOC NIC
OUTCOME INDIKATOR INTERVENSI AKTIVITAS
Level Nyeri
Def :
Kekuatan dari
nyeri yang
diamati atau
dilaporkan.
Laporan nyeri : 5
Lamanya nyeri: 5
Kurang Istirahat : 5
Mengekspresikan
wajah dari nyeri :
5
Manajemen
Nyeri
Def :
Mengurangi
nyeri atau
menurunkan
nyeri ke level
kenyamanan
yang diterima
oleh pasien.
Lakukan
pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
kekuatan nyeri
dan faktor
presipitasi.
Observasi
reaksi non
verbal dari
ketidaknyaman
an, terutama
dalam
ketidakmampua
n komunikasi
secara efektif.
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
dan
21
menyampaikan
penerimaan
dari respon
pasien terhadap
nyeri.
Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
Nyeri seperti
( suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan).
Kurangi faktor
presipitasi atau
peningkatan
pengalaman
nyeri seperti
( ketakutan,
kelelahan, sifat
membosankan,
dan ketiadaan
pengetahuan ).
Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
22
interpersonal)
untuk
memudahkan
menghilangkan
nyeri seperti
kesesuaian.
Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
kepada
orangtua
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
Tingkatkan
istirahat
3.4 Implementasi
No. Diagnosa/
Masalah
kolaboratif
Tgl/jam Tindakan Paraf
1. Nyeri Akut
b.d trauma
27 September
2012 / 08.30
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
23
insisi pasca
operasi
WIB termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
kekuatan nyeri dan faktor
presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama dalam
ketidakmampuan
komunikasi secara efektif.
3. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
dan menyampaikan
penerimaan dari respon
pasien terhadap nyeri.
4. Mengkontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi Nyeri
seperti ( suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan).
5. Mengurangi faktor
presipitasi atau
peningkatan pengalaman
nyeri seperti ( ketakutan,
kelelahan, sifat
membosankan, dan
ketiadaan pengetahuan ).
6. Memilih dan melakukan
24
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal) untuk
memudahkan
menghilangkan nyeri
seperti kesesuaian.
7. Mengkaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
8. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
9. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
10. Meningkatkan
istirahat
3.5 Evaluasi
No. Diagnosa/
Masalah
kolaboratif
Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf
1. Nyeri Akut
b.d trauma
27 September
2012 / 09.30
S : Pasien masih mengeluh
nyeri saat menelan.
25
insisi pasca
operasi
WIB O : Tanda- tanda Vital
S : 37 0C
N : 100 x/menit
TD : 110/90 mmHg
Skala nyeri : 3
A : Nyeri akut belum
teratasi
P : Rencana tindakan
keperawatan 1,2,3
sampai 11
dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Sedangkan
tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
26
amandel. Macam macam tonsillitis dibagi menjadi dua yaitu tonsilitis akut
dan tonsilitis membranosa. Penyebab tonsilitis bermacam – macam dapat
disebabkan karena Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus Viridans,
Streptokokus Piogenes, dan juga Virus Influenza. Penanganan pada klien
dengan tonsilitis yakni denagn cara mengmpres dengan air hangat, istirahat
yang cukup, pemberian cairan adekuat, memperbanyak minum hangat, kumur
dengan air hangat, serta memberikann diit cair atau lunak sesuai kondisi
pasien.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui penyebab serta mengenali
tanda dan gejala tonsilitis secara spesifik agar kita bisa menentukan diagnosa
keperawatan dan memutuskana tindakan yang sesuai.
27