bab i tonsilitis

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dari penyakit pada tonsil dan adenoid termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasiumum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesardari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak- anak. Keluhan-keluhan infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit-penyakit telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil dan adenoid. Cincin Waldeyer yang tersusun dari jaringan limfoid berperan sebagai daya pertahanan lokal dan surveilen imun. Seperti halnya jaringan limfoid lain, jaringan limfoid pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi pada masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan menjadi lebih terbuka kesempatan untuk mendapat infeksi dari anakyang lain. Lokasi tonsil pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia tidak jarang terkena infeksi/menjadi sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga membesar dan mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling 1

Upload: rizkiemil

Post on 15-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jghs

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Tonsilitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan dari penyakit pada tonsil dan adenoid termasuk

penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasiumum. Keluhan seperti

nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai

dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesardari pasien yang datang

berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak. Keluhan-keluhan

infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit-penyakit

telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil dan adenoid.

Cincin Waldeyer yang tersusun dari jaringan limfoid berperan sebagai

daya pertahanan lokal dan surveilen imun. Seperti halnya jaringan

limfoid lain, jaringan limfoid pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi

pada masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan menjadi

lebih terbuka kesempatan untuk mendapat infeksi dari anakyang lain. Lokasi

tonsil pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia tidak

jarang terkena infeksi/menjadi sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga

membesar dan mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis

kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering dari

semua penyakit tenggorokan yang berulang. Radang kronis yang terjadi

pada tonsil ini dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik komplikasi

ke daerah sekitar atau pun komplikasi jauh. Pengobatan pasti untuk tonsilitis

kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagiamana anatomi fisiologi tonsil?

2. Apa pengertian tonsilitis?

3. Apa saja macam-macam tonsilitis?

4. Apa saja etiologi tonsilitis?

5. Bagaimana patofisiologi tonsilitis?

6. Bagaiamana WOC tonsilitis?

7. Bagaimana manifestasi klinis tonsilitis?

8. Apa saja komplikasi tonsilitis?

1

Page 2: Bab i Tonsilitis

9. Bagaimana penatalaksanaan tonsilitis?

10. Bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi tonsil

2. Untuk mengetahui pengertian tonsilitis

3. Untuk mengetahui macam-macam tonsilitis

4. Untuk mengetahui etiologi tonsilitis

5. Untuk mengetahui patofisiologi tonsilitis

6. Untuk mengetahui WOC tonsilitis

7. Untuk mengetahui manifestasi klinis tonsilitis

8. Untuk mengetahui komplikasi tonsilitis

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan tonsilitis

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis

2

Page 3: Bab i Tonsilitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Tonsil

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil

terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut.

Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer (cincin waldeyer).

Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung

langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam

cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.

Anatomi Tonsil

Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di

belakang koana.

2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

3

Page 4: Bab i Tonsilitis

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh

dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan

kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan

salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang

dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan

tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan

berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan

tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang

banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat

melebihi ukuran yang normal.

2.2 Pengertian Tonsilitis

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).Tonsilitis adalah peradangan tonsil

palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer

terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu

tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual

( tosilpangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding

faring/Gerlach’s tonsil ) ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007 ).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus

pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer,2000).

Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas,tonsilitis

merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkankarena bakteri atau

virus,prosesnya bisa akut atau kronis.

Tonsil ektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau

mengangkat tonsil untuk mencegah infeksi selanjutnya( Shelov, 2004 ).

4

Page 5: Bab i Tonsilitis

2.3 Macam-Macam Tonsilitis

Macam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,2007 )

yaitu :

1. Tonsilitis Akut

a. Tonsilis viral

Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang

disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus

Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut

supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan

rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang

sangat nyeri dirasakan pasien.

b. Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup AStreptokokus, β

hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat,pneumokokus,

Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes.Infiltrasi bakteri pada

lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa

keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.

Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk

alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri

Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne

bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak

berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.

b. Tonsilitis septik

Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikusyang

terdapat dalam susu sapi.

c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atautriponema

yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulutyang kurang dan

defisiensi vitamin C.

5

Page 6: Bab i Tonsilitis

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi

mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran

semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa

mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun darirokok,

beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akutyang tidak adekuat.

2.4 Etiologi Tonsilitis

Penyebab tonsillitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut

dibawah ini yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

2. Streptokokus Viridans

3. Streptokokus Piogenes

4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari secret hidung dan ludah( droplet

infections ). Faktor predisposisi adalah sebagai berikut.

1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)

2. Higiene mulut yang buruk

3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)

4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)

5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)

6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

2.5 Patofisiologi Tonsilitis

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel

atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya

tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap

infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan

menahan infeksi atau virus.

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan

limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang

6

Page 7: Bab i Tonsilitis

dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak

pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus

merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu

tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak

detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis

dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien

hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.

Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan

kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada

sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya

sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar

menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak

menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses

radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga

pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan

ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang

akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan

akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada

anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

7

Page 8: Bab i Tonsilitis

2.6 WOC Tonsilitis

Kelainan organ tubuh

Perubahan status kes

Kurangnya informasi

tentang penyakit perawatan

dan pengobatan

8

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut

Edema tonsil

Nyeri tekan

Sulit makan & minum

Resiko perubahan status

nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Tonsil & adenoid membesar

Obstruksi pada tuba eustakii

Kurangnya pendengaran

Infeksi sekunder

Otitis media

Gangguan persepsi sensori : pendengaran

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Kecemasan

Page 9: Bab i Tonsilitis

2.7 Manifestasi Klinis Tonsilitis

Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan

pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit

waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang

mungkin tampak:

1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke

jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat

yang purulen atau seperti keju.

2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang

seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,

kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan

mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak

permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat

dibagi menjadi:

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

9

Page 10: Bab i Tonsilitis

2.8 Komplikasi Tonsilitis

1. Komplikasi sekitar tonsil

a. Peritonsilitis

Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya

trismus dan abses.

b. Abses Peritonsilar (Quinsy)

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber

infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi,

menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.

c. Abses Parafaringeal

Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah

bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring,

sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os

petrosus.

d. Abses retrofaring

Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya

terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang

retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

e. Krista Tonsil

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh

jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil

berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.

f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)

Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam

jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.

2. Komplikasi ke organ jauh

a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik

b. Glomerulonefritis

c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

e. Artritis dan fibrositis

10

Page 11: Bab i Tonsilitis

2.9 Penatalaksanaan Tonsilitis

Penanganan pada klien dengan tonsilitis adalah

1. Penatalaksanaan Medis

a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,

amoksisilin, eritromisin dll

b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

c. Analgesik

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Kompres dengan air hangat

b. Istirahat yang cukup

c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat

d. Kumur dengan air hangat

e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

11

Page 12: Bab i Tonsilitis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS

Contoh kasus

An. R berusia 12 tahun masuk RSU Banjar tanggal 26 September 2012

pukul 07.00 WIB. Pasien masuk RS karena menjalani operasi pengangkatan

tonsil. Saat pengkajian pada tanggal 27 September  2012 pukul 08.00 WIB

pasien tampak lemas dan meringis kesakitan. Terlihat adanya luka insisi pada

tonsil pasien akibat operasi dan dari hasil pemeriksaan fisik pada saat

pengkajian diperoleh TD : 100/80 mmHg, N : 80 x / menit, RR : 20 x / menit,

suhu : 36,4 oC, skala nyeri 3. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan nyeri

bertambah hebat jika pasien makan atau minum, tenggorokan pasien terasa

nyeri. Pasien juga mengatakan kurang bisa tidur. Ibu klien mengatakan bahwa

klien  mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum pernah

melakukan tindakan operasi sebelumnya. Pasien juga tidak mempunyai riwayat

alergi makanan maupun obat-obatan. Dari keterangan, ibu pasien mengatakan

di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

ataupun penyakit lainya.

3.1 Pengkajian

Tgl. Pengkajian : 27 September  2012

Jam pengkajian : 08.00 WIB

Ruang/Kelas : Raflesia/ II

No. Register : 205694

Tgl. MRS : 26 September 2012

I. Identitas

1. Identitas Klien

Nama : An. R

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 2

Pendidikan : SD

Suku/bangsa : Sunda/Indonesia

12

Page 13: Bab i Tonsilitis

Alamat : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.

Pangandaran-Ciamis

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. D

Umur  : 46 tahun

Pendididkan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Alamat : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.

Pangandaran-Ciamis

II. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri saat menelan. Nyeri yang di rasakan klien

hanya di daerah tenggorokan.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 menjalani

operasi pengangkatan tonsil dan di rawat di ruang raflesia kamar II.

Pada saat di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri saat

menelan. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau minum,

tenggorokan klien terasa nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu pasien mengatakan bahwa klien  mengalami penyakit ini sejak

1 tahun yang lalu, dan belum pernah melakukan tindakan operasi

sebelumnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit yang sama dengan pasien.

5. Riwayat Alergi

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-

obatan.

13

Page 14: Bab i Tonsilitis

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a. Penampilan      : Klien tampak lemah

b. Kesadaran        : Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6

2. Tanda-tanda Vital, TB dan BB

Suhu : 36,4°C

Berat Badan : 35 kg

Tinggi Badan : 135 cm

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

3. Pemeriksaan Per Sistem

a. Sistem Pernapasan

Hidung

Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir kering, tonsil klien terlihat membesar

Sinus paranasalis

Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Leher

Inspeksi : tidak terpasang trakheostomi, simetris kanan kiri

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe

Faring

Inspeksi : tidak ada odem

Area dada

Inspeksi : pola nafas normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : vesikuler

14

Page 15: Bab i Tonsilitis

b. Sistem Kardiovaskuler

Wajah

Inspeksi : pucat, konjungtiva pucat, sklera putih

Leher

Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Dada

Inspeksi : dada terlihat simetris

Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis

midklavikula

sinistra)

Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.

Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal)

c. Sistem Persyarafan

Pemeriksaan nervus

Nervus I olfaktorius (pembau)

Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu

putih.

Nervus II opticus (penglihatan)

Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.

Nervus III oculomotorius

Tidak oedem pada kelopak mata

Nervus IV toklearis

Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil

Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)

Nervus VI abdusen

Bola mata simetris

Nervus VII facialis

Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk

wajah simetris

Nervus VIII auditorius/akustikus

Fungsi pendengaran baik  

15

Page 16: Bab i Tonsilitis

Nervus IX glosoparingeal

Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit

Nervus X vagus

Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut

Nervus XI aksesorius

Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan

melawan tahanan

Nervus XII hypoglosal/hipoglosum

Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan

menggerakkannya ke segala arah

d. Perkemihan dan eliminasi uri

Perempuan

Genetalia eksterna

Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi

maupun varises

Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan

Kandung kemih

Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ginjal :

Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

e. Sistem pencernaan – eliminasi alvi

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih, tidak

ada stomatitis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut

Lidah

Inspeksi : bentuk simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.

16

Page 17: Bab i Tonsilitis

Abdomen

Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas

operasi.

Perkusi : tidak ada acietes

f. Sistem muskuloskeletel dan integumen

Kulit : bersih, lembap, tidak mengelupas dan bersisik

5 5

Kekuatan otot

5 5

Ekstremitas Atas

Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger

Palpasi : suhu akral dingin

Auskultasi : tidak ada krepitasi

Ekstremitas Bawah

Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidaka da clubbing

finger

Palpasi : suhu akral dingin

Auskultasi : tidak ada krepitasi

g. Sistem endokrin

Kepala

Inspeksi : rambut bersih, tidak alophesia (botak)

Palpasi : tidak ada benjolan

Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid

Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada

nyeri tekan.

17

Page 18: Bab i Tonsilitis

h. Sistem reproduksi

Perempuan

Genetalia

Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak

ada tanda - tanda infeksi

Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan

i. Persepsi sensori

Mata

Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa

normal jernih, sklera putih

Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak

mata

Penciuman-(hidung)

Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium     

Pemeriksaan Hasil Normal

Hb

Leukosit

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

LED

Eosinofil

Basofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit

PT

12,9

7400

39

4,47

351000

21

3

0

0

62

31

4

12,5

13-16 g/dl

5000-10.000/ul

P40-48,w37-43%

P4,5-5,5,w4-5 jt/ul

150.000-400.000/ul

P0-10, W 0-15 mm/j

0-1%

1-4%

2-5%

40-70%

19-48%

3-9%

9,8-13 detik

18

Page 19: Bab i Tonsilitis

APTT

Gol darah

38,0

B

76-36 detik

V. Tindakan dan terapi

a. Infus RL                   15 gtt/menit

b. Cefotaxime               2x500 mg      IV

c. Plasminex                 2x250 mg      IV

d. Tradosik                    1 amp     drip    

3.2 Analisa Data

NS.

DIAGNOSIS :

(NANDA-I)

Nyeri Akut

DEFINITION:

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan

yang akttual atau potensial atau digambarkan dalam hal

kerusakan sedemikian rupa (international Association for

study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di

antisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

DEFINING

CHARACTER

ISTICS

Perubahan selera makan

Perubahan tekanan darah

Laporan isyarat

Masker wajah (mis., kurang bercahayah, tampak

kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu

fokus, meringis)

Indikasi nyeri yang dapat diamati

Melaporkan nyeri secara verbal

Gangguan tidur

RELATED

FACTORS:

Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik,

psikologis)

19

Page 20: Bab i Tonsilitis

AS

SE

SS

ME

NT

Subjective data entry

- Klien mengeluh nyeri saat menelan

- Klien mengeluh nyeri hanya pada

tenggorokannya.

Objective data entry

- S : 36,4 0C

- N : 80 x/

menit

- TD :

100/80 mmHg

- RR : 20 x / menit

- TB :

135 cm

- BB : 35

kg

- Skala nyeri : 3

- Terlihat adanya luka

insisi pada tonsil

klien.

DIA

GN

OS

IS

Client

Diagnostic

Statement:

Ns. Diagnosis (Specify):

Nyeri Akut

Related to:

Agens cedera fisik (berhubungan dengan trauma

insisi pasca operasi.)

3.3 Intervensi

Nama : An. R

Umur : 12 tahun

Dx Keperawatan : Nyeri Akut

20

Page 21: Bab i Tonsilitis

NOC NIC

OUTCOME INDIKATOR INTERVENSI AKTIVITAS

Level Nyeri

Def :

Kekuatan dari

nyeri yang

diamati atau

dilaporkan.

Laporan nyeri : 5

Lamanya nyeri: 5

Kurang Istirahat : 5

Mengekspresikan

wajah dari nyeri :

5

Manajemen

Nyeri

Def :

Mengurangi

nyeri atau

menurunkan

nyeri ke level

kenyamanan

yang diterima

oleh pasien.

Lakukan

pengkajian

nyeri secara

komprehensif

termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas,

kekuatan nyeri

dan faktor

presipitasi.

Observasi

reaksi non

verbal dari

ketidaknyaman

an, terutama

dalam

ketidakmampua

n komunikasi

secara efektif.

Gunakan teknik

komunikasi

terapeutik

untuk

mengetahui

pengalaman

nyeri pasien

dan

21

Page 22: Bab i Tonsilitis

menyampaikan

penerimaan

dari respon

pasien terhadap

nyeri.

Kontrol

lingkungan

yang dapat

mempengaruhi

Nyeri seperti

( suhu ruangan,

pencahayaan

dan

kebisingan).

Kurangi faktor

presipitasi atau

peningkatan

pengalaman

nyeri seperti

( ketakutan,

kelelahan, sifat

membosankan,

dan ketiadaan

pengetahuan ).

Pilih dan

lakukan

penanganan

nyeri

(farmakologi,

non

farmakologi

dan

22

Page 23: Bab i Tonsilitis

interpersonal)

untuk

memudahkan

menghilangkan

nyeri seperti

kesesuaian.

Kaji tipe dan

sumber nyeri

untuk

menentukan

intervensi

Ajarkan

tentang teknik

non

farmakologi

kepada

orangtua

Berikan

analgetik

untuk

mengurangi

nyeri

Tingkatkan

istirahat

3.4 Implementasi

No. Diagnosa/

Masalah

kolaboratif

Tgl/jam Tindakan Paraf

1. Nyeri Akut

b.d trauma

27 September

2012 / 08.30

1. Melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif

23

Page 24: Bab i Tonsilitis

insisi pasca

operasi

WIB termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

kekuatan nyeri dan faktor

presipitasi.

2. Mengobservasi reaksi non

verbal dari

ketidaknyamanan,

terutama dalam

ketidakmampuan

komunikasi secara efektif.

3. Menggunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

dan menyampaikan

penerimaan dari respon

pasien terhadap nyeri.

4. Mengkontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi Nyeri

seperti ( suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan).

5. Mengurangi faktor

presipitasi atau

peningkatan pengalaman

nyeri seperti ( ketakutan,

kelelahan, sifat

membosankan, dan

ketiadaan pengetahuan ).

6. Memilih dan melakukan

24

Page 25: Bab i Tonsilitis

penanganan nyeri

(farmakologi, non

farmakologi dan

interpersonal) untuk

memudahkan

menghilangkan nyeri

seperti kesesuaian.

7. Mengkaji tipe dan

sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

8. Mengajarkan tentang

teknik non farmakologi

9. Memberikan analgetik

untuk mengurangi nyeri

10. Meningkatkan

istirahat

3.5 Evaluasi

No. Diagnosa/

Masalah

kolaboratif

Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf

1. Nyeri Akut

b.d trauma

27 September

2012 / 09.30

S : Pasien masih mengeluh

nyeri saat menelan.

25

Page 26: Bab i Tonsilitis

insisi pasca

operasi

WIB O : Tanda- tanda Vital

S : 37 0C

N : 100 x/menit

TD : 110/90 mmHg

Skala nyeri : 3

A : Nyeri akut belum

teratasi

P : Rencana tindakan

keperawatan 1,2,3

sampai 11

dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Sedangkan

tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

26

Page 27: Bab i Tonsilitis

amandel. Macam macam tonsillitis dibagi menjadi dua yaitu tonsilitis akut

dan tonsilitis membranosa. Penyebab tonsilitis bermacam – macam dapat

disebabkan karena Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus Viridans,

Streptokokus Piogenes, dan juga Virus Influenza. Penanganan pada klien

dengan tonsilitis yakni denagn cara mengmpres dengan air hangat, istirahat

yang cukup, pemberian cairan adekuat, memperbanyak minum hangat, kumur

dengan air hangat, serta memberikann diit cair atau lunak sesuai kondisi

pasien.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui penyebab serta mengenali

tanda dan gejala tonsilitis secara spesifik agar kita bisa menentukan diagnosa

keperawatan dan memutuskana tindakan yang sesuai.

27