bab i pendahuluan i.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah ini diarahkan
menjadi andalan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi, sekaligus dapat berperan
dalam menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja. Pembangunan
kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan pembangunan daerah Kabupaten
Biak Numfor. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di
bidang tersebut. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan akan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan memperbaiki kesejahteraan hidup
masyarakat. Berbagai program partisipasi dan bantuan pembangunan kepariwisataan
telah dikembangkan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya Biak Timur dan
Kepulauan Padaido oleh lembanga internasional, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, lembaga ilmiah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan perseorangan guna
menunjang pengembangan sektor kepariwisataan di daerah ini.
Program pembangunan wisata bahari di kabupaten Biak Numfor diharapkan dapat
menunjang kehidupan ekonomi masyarakat luas, khususnya masyarakat asli
(indigenous people) setempat yang berada di sekitar dan atau dalam lokasi wisata
bahari. Wisata bahari berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam bahari yang
berada di daerah ini untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata bahari. Wisata
bahari merupakan kegiatan yang dikaitkan dengan olahraga air, memancing,
berjemur, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar,
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
2
balapan mendayung, dan berkeliling taman laut. Kegiatan wisata bahari merupakan
aktifitas yang memerlukan tempat dan peralatan yang memadai serta pengetahuan
yang cukup tentang suatu kawasan bahari. Masyarakat dipandang dapat terlibat dan
atau menunjang dalam kegiatan wisata bahari oleh wisatawan mancanegara dan
domestik dalam penyediaan makanan dan minuman, tempat tinggal (homestay,
cottage), pemandu (guide), pijat tradisional, sarana dan prasarana transportasi,
penyediaan peralatan wisata bahari, hiburan berupa tarian, dan kegiatan – kegiatan
lainnya. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari
diharapkan akan mampu memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara
memadai, disamping pendapatan dari sektor pembangunan lainnya.
Pengembangan program pembangunan wisata bahari idealnya akan
mengembangkan pula berbagai jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
(insitu) maupun masyarakat diluar wilayah (objek) wisata bahari. Kegiatan wisata
bahari idealnya pula akan meningkatkan pelibatan, partisipasi dan peran serta
masyarakat setempat secara aktif didalamnya, sebab masyarakat asli itu bermukim di
sekitar dan atau di dalam objek wisata bahari dilakukan, memiliki lokasi wisata
tersebut sesuai hak adatnya (hak ulayat), kehidupannya masih tergantung dari potensi
sumber daya alam yang ada di wilayahnya (natural endowment), serta kehidupan
sosial ekonominya masih sederhana sehingga perlu ditingkatkan. Kegiatan wisata
bahari diharapkan akan berdampak positif terhadap kesejahteraan (pendapatan)
masyarakat. Finsterbusch (1983 ) mengemukakan studi dampak ekonomi merupakan
studi tentang konsekwensi ekonomi dari suatu rencana kegiatan program
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
3
pembangunan. Memfokuskan tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari
penerapan kebijakan, program dan proyek pembangunan ( wisata bahari ).
Dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat perlu diketahui, dipahami dan
didalami secara baik setelah program pembangunan pariwisata bahari dicanangkan di
daerah ini. Faktor ini merupakan indikator penting tentang sejauhmana program
pembangunan kepariwisataan menguntungkan masyarakat sesuai dengan tujuannya
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Kecamatan Biak Timur dan
Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah menjadi kawasan wisata bahari. Kondisi pesisir pantai,
terumbu karang (coral reef) dan lautan dinilai memiliki potensi alam yang sangat
potensial dan menarik untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Daya tarik
pesisir, terumbu karang, dan kelautan inilah yang membuat pemerintah
menjadikannya sebagai kawasan wisata bahari melalui SK Menteri Kehutanan
No.91/Kpts-97/VI/ 97. Sehubungan dengan kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari maka perlu diketahui
bagaimana dampak program pembangunan wisata bahari terhadap kondisi sosial
ekonomi, khususnya pendapatan masyarakat setempat di kawasan terumbu karang di
Biak Timur Daratan dan kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dikemukakan beberapa
permasalahan dan atau pertanyaan penelitian sebagai berikut; (1) bagaimanakah
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kepariwisataan bahari selama ini di
Biak Timur dan Kepulauan Padaido; (2) bagaimanakah kondisi umum pariwisata
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
4
bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido; (3) sejauhmana kesiapan dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari didaerahnya; (4) bagaimana
bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di
desanya; (5) seberapa banyak pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan
wisata bahari di kampungnya (desanya); (6) faktor – faktor apa saja yang
menghambat pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari; dan (7) upaya – upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor wisata
bahari.
1.2 Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana dampak
kebijakan pembangunan kepariwisataan bahari di Kabupaten Biak Numfor terhadap
perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di
kawasan pesisir dan terumbu karang (coral reef) di Biak Timur Daratan dan
Kepulauan Padaido, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
(1) Mengetahui kebijakan, program dan kegiatan pembangunan wisata bahari di
Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak Timur Daratan dan Kepulauan
Padaido.
(2) Mengetahui kondisi umum pariwisata bahari di Biak Timur Daratan dan
Kepulauan Padaido
(3) Mengetahui kesiapan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya.
(4) Mengetahui bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
wisata bahari dikampungnya.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
5
(5) Mengetahui faktor – faktor yang menghambat masyarakat terlibat dalam sektor
wisata bahari didaerahnya.
(6) Mengetahui pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan wisata bahari di
kampungnya.
(7) Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat dari sektor wisata bahari.
1.3 Sasaran
Penelitian ini dilakukan untuk ikut menunjang meningkatkan pendapatan dan
memberdayakan masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan
Biak Timur Daratan Kabupaten Biak Numfor Propinsi Papua.
1.4 Kerangka Konseptual
Istilah pariwisata secara populer telah digunakan masyarakat secara luas, baik
dikalangan instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat, sungguhpun demikian
istilah pariwisata perlu diberi arti sesungguhnya. J. Cristopher Holloway dalam
Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kepergian orang – orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat – tempat tujuan di luar tempat
tinggal dan bekerja sehari – harinya serta kegiatan – kegiatan mereka selama berada
di tempat – tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud,
termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi. Bergeraknya orang –
orang ini dapat dilukiskan sebagai berikut; banyak orang meninggalkan tempat
kediaman atau rumah mereka untuk pergi buat sementara waktu ke tempat lain
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
6
(orang – orang yang berbuat ini kebanyakan berasal dari luar negeri) dengan tujuan
benar – benar sebagai konsumen biasa dan sama sekali tanpa tujuan mencari nafkah
atau pekerjaan di tempat yang dikunjungi sementara itu. Orang – orang ini sebagai
orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi mengeluarkan uang mereka untuk
kebutuhan selama kunjungan mereka. Adanya orang – orang luar tersebut dalam
kenyataannya menambah hasil pendapatan masyarakat setempat dan perpajakan
bagi tempat yang mereka kunjungi.
Robert Mc Intosh dalam Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis,
pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan
melayani wisatawan – wisatawan ini serta para pengunjung lainnya. Didalam
Undang – Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan dikemukakan
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang
tersebut. Sesuai PATA (Pasific Asia Travel Association) dalam Twelft Annual
Conference Working Paper, Jakarta 1963 dikemukakan bahwa istilah wisatawan
pada prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang – orang yang sedang mengadakan
perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 ( tiga ) bulan di
dalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana biasanya ia tinggal.
Mereka ini meliputi :
1. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang – senang,
untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya.
2. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri
pertemuan, konferensi, musyawarah, atau didalam hubungan sebagai utusan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
7
berbagai badan atau organisasi ( ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik,
olahraga, keagamaan, dan sebagainya ).
3. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.
4. Pejabat pemerintah dan orang – orang militer beserta keluarganya yang
diposkan disuatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam kategori ini;
tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka hal ini dapat
digolongkan sebagai wisatawan ( PATA, 1963)
Wahab (1989) mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat dibagi sebagai
berikut;
(1) menurut jumlah orang yang bepergian, dibedakan menjadi :
(a) Pariwisata individu
(b) Pariwisata rombongan
(2) menurut maksud bepergian, dibedakan menjadi ;
(a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai
(b) Pariwisata budaya
(c) Pariwisata pulih sehat
(d) Pariwisata sport
(e) Pariwisata temu wicara
(3) menurut alat transportasi, dibedakan menjadi ;
(a) Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api)
(b) Pariwisata tirta ( laut, danau,sungai )
(c) Pariwisata dirgantara
(4) menurut letak geografis
(a) Pariwisata domestik nasional
(b) Pariwisata regional
(c) Pariwisata internasional
(5) menurut umur ( umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan )
(a) Pariwisata remaja
(b) Pariwisata dewasa
(6) menurut jenis kelamin
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
8
(a) Pariwisata pria
(b) Pariwisata wanita
(7) menurut tingkat harga dan tingkat sosial
(a) Pariwisata taraf lux
(b) Pariwisata taraf menengah
(c) Pariwisata taraf jelata ( Wahab, 1989 ).
Dari kerangka konseptual tentang kepariwisataan diatas menunjukkan bahwa
kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan bahari akan berdampak terhadap
berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
Kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan akan berdampak terhadap
perkembangan dan atau perubahan kondisi ekonomi setempat dan berbagai pihak
lainnya. Para wisatawan sebagai orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi
mengeluarkan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan selama kunjungan mereka
disuatu tempat wisata yang dalam hal ini adalah Biak Timur daratan dan Kepulauan
Padaido dipastikan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Adanya orang – orang luar tersebut (wisatawan) dapat
menambah hasil pendapatan masyarakat setempat melalui berbagai keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan dan usaha jasa yang dilakukan oleh masyarakat.
Pariwisata adalah gabungan gejala yang timbul dari interaksi wisatawan, swasta,
pemerintah, dan masyarakat. Analisa dampak pembangunan wisata bahari terhadap
pendapatan masyarakat terumbu karang, dapat diklasifikasikan dalam studi dampak
sosial ekonomi. Menurut Carley dan Bustello (1984:5) ruang lingkup dampak sosial
meliputi aspek demografi, sosial ekonomi, institusi dan psikologis dan sosial
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
9
budaya. Dampak ekonomi meliputi angkatan kerja, kesempatan kerja, perubahan
pendapatan, kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja.
Canadian Environmental Assessment Review Council ( CEARC ) yang dikutip
oleh D’Amore (1986:2) merumuskan ruang lingkup studi dampak sebagai berikut:
1. Perubahan yang berhubungan dengan kependudukan
2. Perubahan yang berhubungan dengan aspek ekonomi
3. Perubahan yang berhubungan dengan aspek budaya
4. Perubahan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dimana penduduk
sangat tergantung (mis. Terumbu karang, pesisir pantai, kelautan, dan lainnya)
5. Perubahan yang berkaitan dengan fasilitas publik (mis. pembangunan sarana
dan prasarana wisata bahari, pengembangan jasa wisata bahari, dan lainnya).
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14/ 1994 menyebutkan bahwa rona
lingkungan ekonomi dalam analisa dampak meliputi:
1. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha (mis. guide, souvenir, makanan dan
minuman).
2. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam (penyewaan lokasi wisata
bahari untuk lembaga adat atau pemilik hak ulayat)
3. Tingkat pendapatan penduduk (masyarakat Biak timur daratan dan Kepulauan
Padaido)
4. Sarana dan prasarana perekonomian (mis. penyediaan sarana dan prasarana
wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido)
5. Pola pemanfaatan sumber daya alam (pola pemanfaatan objek wisata bahari di
Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido)
Lang dan Armour (1981:89) mengemukakan bahwa perkiraan dampak adalah suatu
proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui
proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung. Secara ringkas
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
10
peneliti harus menyajikan; (1) siapa yang terkena dampak (who are going to be
affected). Siapa menujukkan pada berapa orang yang terkena, ciri – ciri mereka
bagaimana (umur, pekerjaan ; sebagai nelayan, petani, pedagang, pemerintahan, dll,
pendidikan ; SD, SMP, SMA, Akademi/ Universitas, suku bangsa ; Biak dan non
Biak, kelompok masyarakat; tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa
juga bisa menunjukkan satuan analisa; individu (kepala keluarga), keluarga (istri,
anak, menantu,dll) atau masyarakat; (2) dalam bentuk apa ( in what way ) mereka
terkena dampak, misalnya penduduk yang berada di sekitar atau dalam kawasan
wisata bahari berdampak dalam bentuk pekerjaan sebagai pemandu, penyedia
transportasi, pengelola cottage/ homestay, penyedia makanan dan minuman,
penyedia honai/ pondokan, dll; dan (3) berapa lama dampak itu berlangsung.Dalam
penelitian diambil rentang waktu 5 tahun kebelakang. Dampak kegiatan pariwisata
dari segi ekonomi sangat penting diketahui, karena hampir semua negara (suatu
masyarakat) mengukur posisi dan manfaat pariwisata dalam suatu kaitannya dengan
penerimaan ekonominya. Dampak ekonomi wisata antara lain:
(1) Akibat terhadap neraca pembayaran (2) Akibat untuk kesempatan kerja (3) Akibat dalam mendistribusikan pendapatan (4) Hasil ganda (multiplier effect) (5) Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu (6) Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak) (7) Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat (8) Keperluan lainnya (wahab, 1989 )
Dalam pemahaman konseptual seperti ini maka penelitian ini berupaya untuk
mengetahui secara mendalam tentang sejauhmana kebijakan, program dan kegiatan
wisata bahari di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido berdampak terhadap
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
11
kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan keluarga. Indikator
dampak sosial ekonomi menggunakan analisis dalam kerangka konseptual analisis
dampak sosial ekonomi.
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak timur
Daratan dan Kepulauan Padaido. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh beberapa
pertimbangan; (1) ditetapkan sebagai daerah wisata bahari secara nasional dan
daerah; (2) terdapat kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari di daerah ini; (3)
terdapat masyarakat asli yang berada disekitar dan dalam kawasan wisata bahari;
(4) perlu diketahui sejauhmana dampak program pembangunan wisata bahari
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di
kawasan terumbu karang. (lihat Bagan Alir Penelitian)
Tabel 1 Jumlah Responden pada lokasi penelitian di Biak Timur dan Padaido
NO BIAK TIMUR Jumlah NO PADAIDO Jumlah
Responden Responden
1 Desa Saba 8 1 Desa Wundi 4
2 Desa Wadibu 7 2 Desa Pasi 4
3 Desa Anggopi 6 3 Desa Samber Pasi 3
4 Desa Anggaduber 10 4 Desa Mbromsi 6
5 Desa Animi 4 5 Desa Nyansoren 16
6 Desa Tanjung Barari 5 6 Desa Meosmangguandi 2
7 Desa Padaidori 5
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
12
Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan menggunakan metode observasi, wawancara
menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi.
Metode wawancara menggunakan kuesioner dilakukan terhadap sejumlah anggota
masyarakat di kedua wilayah wisata bahari yang diketahui pernah terlibat kegiatan
wisata bahari di daerahnya. Metode depth interview menggunakan pedoman
wawancara dilakukan terhadap stakeholder tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, swasta, pemerintah dan pihak Coral Reef Management Program
(COREMAP) yang merupakan pihak – pihak yang dipandang lebih mengetahui
baik perkembangan dan persoalan pembangunan wisata bahari di daerah Biak timur
daratan, kepulauan Padaido dan Kabupaten Biak Numfor umumnya. Kesulitan yang
dihadapi dalam penghitungan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari
antara lain: (1) periode waktu penerimaan pendapatan dari sektor wisata
diperhitungkan 5 (lima ) tahun terakhir sehingga cukup sulit bagi masyarakat untuk
memastikan jumlah penerimaan pendapatan yang diterima secara pasti, tepat dan
rinci serta bentuk – bentuk pengeluaran pendapatan, (2) sumber pendapatan dari
sektor wisata bahari tidak secara terus menerus sepanjang tahun sehingga cukup
sulit untuk menentukan secara pasti rata-rata pendapatan selama 5 (lima) tahun
terakhir,(3) penerimaan pendapatan dari sektor wisata bahari terkadang bukan
dalam bentuk uang tunai (cash), (4) tidak semua kegiatan wisata bahari di
kampungnya, (5) kemampuan masyarakat untuk mengingat yang relatif masih
lemah (terbatas), (6) kadang masyarakat tidak menyadari bahwa kegiatan dan
pendapatan yang dikerjakan dan diperoleh merupakan hasil dari sektor wisata
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
13
bahari. Hambatan teknis lainnya adalah keadaan musim angin dan gelombang yang
terjadi dimana dalam sebulan cuaca bisa berubah dalam hitungan minggu.Bila
minggu pertama teduh dan tenang maka minggu berikutnya angin dan
bergelombang.
Tabel 2
Stakeholder Biak Timur Dan Padaido
Jabatan Stakeholder Keterangan Stakeholder KeteranganBiak Timur Padaido
TOMAS 2 orang 5 orang Ka. AdatLSM 1 orang Runsram 1 orang Runsram, Pengelola cottagePemerintahan 3 orang Kades, Sekdes 2 orang Camat, kades
Jabatan Jumlah Keterangan
Stakeholder DIPARDA 1 Ka. Diparda BAPPEDA 1 Ka. Bappeda COREMAP 2 Koord. MCS AKADEMI 3 LIPI, Uncen HOTEL 1 Manager Hotel Arumbai TRAVEL 1 Manager Biak Paradise DIVING CENTRE 1 Pemandu selam pada Biak Diving
STAKEHOLDER KOTA BIAK
Tabel 3
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
14
Pengumpulan data – data sekunder juga dilakukan di berbagai institusi yaitu;
Diparda, Coremap, Biak Diving untuk mendapatkan gambaran (kejelasan) yang
lebih baik tentang semua aspek yang berhubungan dengan pembangunan wisata
bahari dan aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan wisata bahari di
kawasan Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido.
Data primer yang diperoleh dari kuesioner diproses menggunakan SPSSpc untuk
mendapatkan berbagai hasil analisis antara lain; jenis , intensitas , ciri, determinan
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari, perubahan pendapatan
responden, jenis imbalan jasa, bentuk pelayanan dan biayanya, serta jenis pekerjaan
dan jumlah pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari yang dibutuhkan untuk
menjelaskan dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap sosial ekonomi
masyarakat. Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis memanfaatkan
data-data hasil pengolahan SPSSpc, wawancara mendalam dan data sekunder.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
15
Bagan Alir Penelitian
Observasi Awal
Penentuan Teknik Pendekatan Penelitian
Analisis Permasalahan
• Laporan • Peta Selam dan
gambar Wisata Bahari
Kondisi Sosek Masyarakat
Output Penelitian
Analisis dan Interpretasi
Pengolahan Data
Studi Literatur Hipotesis
Pengumpulan Data Primer
Dampak Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di
Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
16
BAB II
KONDISI LOKASI PENELITIAN
2.1 Kondisi Geografis dan Kegiatan Wisata Bahari Biak Numfor
Secara geografis Kabupaten Biak Numfor terletak pada Bujur Timur 134° 47′ –
136°, dan Lintang Selatan pada 0° 55′ - 30°2′. Luas wilayah sekitar 3.130 km2.
Terdapat sekitar 66 pulau terdiri dari 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Biak, Pulau
Supiori dan pulau Numfor, serta terdapat 62 pulau – pulau kecil yang berada di
sekitarnya, yang merupakan pulau – pulau terumbu, seperti Kepulauan Padaido atas,
Padaido bawah dan Supiori. Secara administrasi, sebelah Utara berbatasan dengan
samudera Pasifik, sebelah Timur berbatasan dengan samudera Pasifik, sebelah Barat
berbatasan dengan selat Woniai, dan sebelah selatan berbatasan dengan selat Yapen.
Topografi wilayah mempunyai kemiringan yang bervariasi. Daerah dataran terdiri
dari dataran rendah, landai, berbukit-bukit, dan berbentuk jajaran perbukitan dengan
ketinggian maksimum 150-200 meter diatas permukaan laut. Terdapat daerah dengan
ketinggian 10-40% dengan tebing-tebing curam mencapai ketinggian 25-50 meter,
serta lereng-lereng curam yang mencapai ketinggian 25-50 meter, serta lereng-lereng
karang dalam komposisi berteras dengan kemiringan lebih dari 20%. Gunung
tertinggi terdapat di Kepulauan Supiori (100-300 meter). Di sebelah Barat dan Utara
pulau Biak terdapat daerah yang bergelombang dengan ketinggian antara 100-200
meter di atas permukaan laut, kemudian membentuk gugusan perbukitan yang
membentang dari arah Barat ke Timur. Semakin ke sebelah Timur daerah ini
membentuk pesisir, kadang terdapat daerah datar berkarang bergelombang menyebar
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
17
di sepanjang garis pantai, diselingi dengan pantai berpasir yang panjangnya berkisar
100-200 meter.
Pulau-pulau kecil terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Supiori, meliputi gugusan
pulau-pulau Padaido Atas, Padaido Bawah, Pulau Numfor, Pulau Rani,
Meosmangguandi, Meospuri, Meospandi, dan Meoswundi. Topografi pulau-pulau
tersebut bervariasi, seperti; daerah dataran, berbukit-bukit kapur di bagian tengahnya
atau di sekeliling pesisir pulau. Terdapat pulau-pulau yang datar dengan ketinggian
antara 0-5 meter dari permukaan laut, dikelilingi pantai pasir putih yang indah
(yenandir bepyun) sebagai objek wisata pantai. Pulau-pulau kecil ini dikelilingi coral
reef (rose) yang luas, seperti yang terdapat di Kepulauan Padaido dan Biak timur
daratan. Kondisi pasir putih dan dan terumbu karang (coral reef) ini kini telah
menjadi potensi wisata bahari yang dikembangkan oleh pemerintah daerah Biak
Numfor, lembaga swadaya masyarakat (Runsram), swasta dan masyarakat asli di
wilayah tersebut.
Iklim di daerah Biak Numfor, khususnya Biak Timur daratan dan Kepulauan
Padaido dipengaruhi oleh perubahan cuaca setiap tahun oleh karena bertiup angin
secara bergantian dari arah Timur ke Barat disebut wamuren (dalam bahasa daerah
setempat), dan dari arah Barat ke Timur disebut wambaren (dalam bahasa daerah
setempat). Kondisi angin setiap tahun sangat mempengaruhi pula perilaku atau
kegiatan masyarakat setempat didaerah perairan. Pada musim angin menciptakan dan
atau menyebabkan gelombang (ombak) besar yang sangat membatasi pergerakan atau
aktivitas masyarakat setempat dan wisatawan yang ingin berwisata ke Kepulauan
Padaido. Pada bulan-bulan musim gelombang praktis kegiatan wisata bahari di
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
18
Kepulauan Padaido tidak bisa berlangsung secara baik dan atau sangat terbatas. Pada
musim gelombang sekitar bulan September sampai dengan Januari setiap tahun
umumnya kegiatan masyarakat nelayan di lautan praktis berhenti pula, seperti
pelayaran, penangkaran ikan, mobilitas dari kepulauan Padaido ke kota Biak dan
sebaliknya serta penyeberangan antar pulau lainnya. Kondisi arus dipengaruhi pula
oleh kondisi musim atau angin juga sehingga mempengaruhi kegiatan dan atau
aktifitas masyarakat nelayan dan wisatawan manca negara maupun domestik. Kondisi
arus yang cukup bergerak kuat kurang menguntungkan atau memberi keamanan
secara tehnis bagi kegiatan penyelaman wisatawan di perairan kepulauan Padaido,
sebagimana diungkapkan seorang anggota LSM yang biasa mengelola wisata bahari
terhadap wisatawan manca negara atau turis internasional.
“…..objek wisata bahari di Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan menghadapi kendala periode musim gelombang yang berlangsung selama kurang lebih 6 (enam) bulan di daerah ini. Praktis semua kegiatan wisata bahari terhenti pada periode musim gelombang. Para wisatawan asing (manca negara) maupun domestik serta masyarakat setempat sudah memahami kondisi alam ini. Kondisi geografis (alam) ini pula yang cukup berpengaruh terhadap pengembangan wisata bahari di wilayah ini, selain faktor-faktor lainnya….”
Dalam kondisi geografis demikian maka kegiatan wisata bahari praktis hanya bisa
berlangsung sekitar 6 (enam) bulan dalan satu tahun. Kondisi seperti ini memang
berbeda dengan objek wisata bahari lainnya di Indondesia seperti Bali dan Menado
(bunaken) dimana kegiatan wisatanya bisa berlangsung setiap tahun. Pengaruh musim
ini berakibat pula terhadap semakin kecilnya dampak pembangunan pariwisata bahari
terhadap ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang. Posisi geografis kabupaten
Biak Numfor memang sangat memungkinkan untuk pengembangan pembangunan
pariwisata, khususnya wisata bahari oleh karena secara internal memiliki potensi alam
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
19
bahari yang sangat menarik untuk pengembangan wisata bahari. Kawasan terumbu
karang (coral reef), pesisir, dan biota laut yang ada di daerah ini merupakan salah
satu yang terbaik di dunia sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi apabila
dikelola secara profesional dan melibatkan masyarakat secara proporsional. Secara
eksternal posisi geografis daerah ini juga tidak terlepas dari tata kawasan tersebut
terhadap jaringan transportasi nasional dan internasional (apabila penerbangan
internasional di buka kembali) yang akan memperlancar pergerakan wisatawan
internasional dan mancanegara. Pada saat ini wisatawan internasional ke wilayah ini
menggunakan penerbangan rute nasional, tetapi apabila penerbangan internasional
dibuka kembali maka akan sangat mendukung mobilitas turis manca negara ke objek-
objek wisata bahari di wilayah ini.
2.2 Transportasi dan Wisata Bahari di Biak
Kabupaten Biak Numfor pada beberapa saat lalu masih memiliki kemungkinan
sebagai bagian dari kecenderungan umum jaringan transportasi (wisatawan)
internasional yang melintas dan atau singgah memanfaatkan sarana dan prasarana
wisata bahari di Biak Numfor, khususnya wisata bahari di Biak Timur daratan dan
kepulauan Padaido, sebelum wisatawan mancanegara itu melanjutkan ke tujuan
utama. Keadaan ini bisa dipertahankan dan dikembangkan apabila tersedia sarana dan
prasarana wisata bahari yang mampu menarik wisatawan mancanegara. Pembukaan
penerbangan internasional akan sangat mendukung pengembangan wisatawan bahari
ke daerah ini. Hingga kini (Oktober 2002) penerbangan internasional melalui bandara
internasional Frans Kaisepo belum dibuka sejak ditutup beberapa tahun lalu.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
20
Pengembangan penerbangan kota besar di Asia Tenggara dan Pasifik atau Australia
Utara, sebagai asal generasi wisatawan akan bisa diharapkan untuk menunjang
pengembangan wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido. Potensi
wisata di daerah ini bisa menjadi “pintu gerbang” yang berfungsi “mendistribusikan”
dan “menahan” wisatawan mancanegara dan atau domestik apabila materi wisata
bahari dapat semakin berkualitas atau berkembang di Biak Timur Daratan dan
Kepulauan Padaido akan menjadi daya tarik utama wisatawan bahari.
Pengembangan pariwisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido
serta tempat wisata bahari lainnya, sangat erat kaitannya dengan pengembangan
sektor transportasi atau perhubungan, khususnya wisatawan mancanegara atau
wisatawan internasional, sebab wisatawan domestik belum bisa diharapkan untuk
dapat memanfaatkan, menggunakan dan menikmati secara maksimal objek wisata
bahari. Wisatawan domestik secara ekonomi belum terlalu mampu untuk memberikan
kontribusi ekonomi atau pendapatan terhadap masyarakat setempat. Kemampuan
wisatawan domestik untuk memanfaatkan atau menggunakan sarana dan prasarana
penunjang wisata bahari umumnya lebih terbatas di bandingkan wisatawan manca
negara. Pengeluaran dana wisatawan mancanegara untuk berbagai kebutuhannya
dalam wisata bahari biasanya lebih banyak sehingga akan lebih bisa mendukung
secara baik pengembangan wisata bahari di daerah ini.
Secara internal kondisi transportasi dari kota Biak ke lokasi wisata bahari di Biak
Timur Daratan sudah cukup bagus, karena merupakan jalan raya yang sudah beraspal.
Jalan menuju kampung (desa) Saba, Wadibu, Anggopi, Anggaduber, Animi, Tanjung
Barari dapat ditempuh melalui rute jalan raya dari Kota Biak. Waktu yang dibutuhkan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
21
setiap wisatawan dari kota Biak ke tempat-tempat wisata (kampung-kampung) itu
sekitar 45-65 menit sehingga tidak terlalu lama. Sarana transportasi yang dapat
dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua. Sarana dan prasarana
trasportasi yang dapat dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua.
Sarana dan prasarana transportasi yang baik sangat menunjang pengembangan
kegiatan wisata bahari di Biak Timur Daratan, walaupun memang dipahami kondisi
transportasi yang baik itu hanya merupakan salah satu faktor penunjang
pengembangan wisata bahari di daerah ini, masih ada determinan lainnya yang
mempengaruhi perkembangan wisata bahari di daerah ini. Biasanya para wisatawan
mancanegara dan domestik yang ke Biak Timur daratan menggunakan mobil sewaan,
sedangkan masyarakat kota lainnya biasanya menggunakan kendaraan umum
(angkot), kendaraan pribadi dan roda dua.
Sarana transportasi ke Kepulauan Padaido dari kota Biak selama ini menggunakan
perahu tempel (motor Jonson) yang jadwal keberangkatannya tidak tetap. Biasanya
jadwal keberangkatan masyarakat pulang pergi dari kota Biak ke Kepulauan Padaido
ini disesuaikan dengan kepentingan pemilik perahu, kecuali apabila ada seseorang
dan atau suatu kelompok orang mampu menyewa perahu motor maka ia dapat saja
langsung menyewa untuk berbagai kepentingannya, termasuk kepentingan melakukan
kegiatan wisata bahari. Terdapat kebiasaan masyarakat apabila “hari pasar” maka
masyarakat secara bersama-sama menyewa perahu untuk membawa hasil produksi
rumah tangga untuk dipasarkan didaerah perkotaan Biak. Wisatawan sebagian besar
menggunakan perahu sewaan (carteran) menuju objek-objek wisata bahari, namun
ada pula wisatawan yang ikut bersama-sama rute perjalanan masyarakat menuju
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
22
ketempat wisata bahari yang ingin mereka tuju. Biaya sewa (charter) perahu motor
untuk perjalanan dari Biak Kota ke Kepulauan Padaido Atas sekitar Rp.500.000-Rp.
600.000, dan apabila hari pasar maka biaya per orang biasanya sekitar Rp. 30.000
dengan waktu tempuh yang dibutuhkans sekitar 3-3,5 jam lamanya, sedangkan biaya
ke Padaido Bawah dari kota Biak kota apabila menyewa satu perahu biasanya sekitar
Rp. 300.000-Rp. 400.000 sedangkan untuk sewa per orang hanya sekitar Rp. 30.000.
Tabel 4
Waktu dan Cara Pencapaian Lokasi Wisata
Di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido
No
Objek Wisata Bahari
Jarak (Km)
Waktu Tempuh
(menit)
Cara Pencapaian
1
2
3
4
5
6
7
8
Tanjung Barari
Pantai Mnurwar
Pantai Animi
Pantai Anggaduber
Pantai Wadibu
Pantai Bosnik
Padaido Atas
Padaido Bawah
44
39
38
32
27
11
90
85
80
65
50
30
75-100
180-200
Transport darat
Transport darat
Transport darat
Transport darat
Transport darat
Transport darat
Transport laut
Transport laut
Sumber:DLLAJ, Biak Numfor, 2002 Catatan : Jarak dan waktu tempuh ke Kepulauan Padaido Bawah dan Padaido Atas tergantung dari
desa dan atau pulau mana yang akan dituju.
2.3 Kondisi Geografis Biak Timur Daratan Wisata Bahari
Kondisi morfologi pantai daerah ini sebagai kawasan wisata bahari di Biak
Numfor menunjukkan beberapa keunikan. Kawasan pantai di daerah ini umumnya
sangat curam. Pada lokasi yang landai terutama di kampung Bosnik sebagai salah satu
objek wisata bahari paling terkenal di Biak Numfor hingga kini masih banyak
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
23
dijumpai bekas-bekas kapal perang yang kandas, rusak dan menjadi besi tua. LIPI
(1996) menemukan Porites yang berbentuk boulder banyak dijumpai dan tumbuh
rapat di atas bekas kapal-kapal tersebut. Di sekitar Hotel Marauw yang pernah
menjadi hotel bertaraf internasional di Biak Numfor bahkan di Provinsi Papua, yang
diharapkan sebagai faktor pendukung utama pengembangan wisata bahari berskala
internasional di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido, tetapi sayangnya
sekarang disebut masyarakat Biak sebagai rumah atau hotel “hantu” karena tidak
digunakan atau berfungsi lagi karena bangkrut. Pada kawasan pantai di depan bekas
hotel bertaraf internasional ini yang pernah direncanakan menjadi tempat kasino
internasional tetapi ditolak masyarakat ini, pada kedalaman 1 (satu) meter tutupan
karangnya sangat padat (hampir 100%) dan berkurang pada kedalaman 3 (tiga) meter.
Pada kedalaman itu jenis karang yang mendominasinya adalah Montipora dan
Acropora.
Daerah pantai lainnya di Biak Timur daratan berbentuk pantai curam dimana pada
tebingnya didominasi oleh Dendrophylla nigrescens. Kecerahan pada daerah ini
mencapai 26 meter sehingga sangat cocok untuk olahraga selam sebagai salah satu
objek wisata bahari di kawasan ini. Jenis karang (coral reef) yang dijumpai di daerah
ini adalah 42 jenis, semua jenis ini menjadi objek-objek penyelaman yang menarik
untuk para wisatawan yang tertarik dengan kegiatan menyelam sambil menikmati
keindahan alam bawah laut. Sedangkan jenis ikan yang dijumpai sebanyak 155 jenis.
Ikan Napoleon (Cheillinus undulatus) dan beberapa ikan hias (Chromis sp, Caesiosp)
masih banyak di jumpai di kawasan laut di daerah ini. Potensi dan keanekaragaman
ikan laut ini menjadi salah satu potensi wisata bahari di kawasan ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
24
Secara umum kondisi terumbu karang di kawasan ini masih cukup baik dengan
terlihatnya pertumbuhan karang dibeberapa lintasan. Kondisi ini ditunjang dengan
semakin kuatnya sistem pengawasan terhadap perilaku atau tindakan untuk
pengrusakan terumbu karang. Kelompok masyarakat, lembaga adat, lembaga
agama,lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan pihak keamanan secara
bersama-sama kini melakukan pengawasan yang semakin meningkat terhadap
pengrusakan terumbu karang dan ekosistemnya.wilayah ini memang memiliki pula
potensi bahan dasar pembuatan bom (bom bekas Perang Dunia II) dan beredarnya
bahan beracun (mis. potas)yang digunakan masyarakat Biak untuk menangkap ikan.
Pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat yang semakin baik tentang
pentingnya pelestarian terumbu karang dan ekosistemnya akan menunjang
pengembangan wisata bahari di wilayah ini.
Kondisi terumbu karang yang beranekaragam disertai kehidupan biota lainnya
serta pesisir pantai pasir putih yang indah memang dimanfaatkan untuk kegiatan
wisata bahari, seperti olah raga selam, snorkeling, dan rekreasi pantai. Tetapi selama
ini, pantai disini lebih banyak atau sering digunakan oleh wisatawan domestik
dibanding wisatawan mancanegara, bahkan dapat dikatakan wisatawan asing yang
memanfaatkan kawasan ini untuk wisata bahari relatif masih terbatas. Pengembangan
wisata bahari dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan wisatawan
domestik pun perlu diperhatikan. Kondisi sosial,politik dan keamanan yang kurang
kondusif pada beberapa tahun terakhir ini memang menjadi salah satu hambatan
utama berkembangnya wisata bahari di kawasan ini. Perumahan masyarakat setempat
yang terus berkembang, semakin padat dan meluas serta semakin dekat dengan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
25
wilayah pantai wisata juga telah dan atau akan mengurangi rasa nyaman, kebebasan
dan kenikmatan para wisatawan. Masih adanya oknum-oknum yang dipandang
kurang bersahabat karena berlaku mabuk, kurang bersahabat atau faktor lainnya
terhadap wisatawan turut mempengaruhi kemajuan wisatawan bahari di daerah ini.
Kebiasaan masyarakat setempat suka “menonton” wisatawan yang berpakaian bikini
di pantai juga turut mengurangi kenyamanan wisatawan. Tidak adanya batas-batas
wilayah yang tegas kawasan wisata bahari turut pula mempengaruhi kegiatan wisata
bahari di kampung-kampung ini. Berbagai pihak memang perlu melakukan upaya-
upaya integrated dan komprehensif untuk meningkatkan pembangunan wisata bahari
di daerah ini.
“….kitorang (kita semua) harus tau (memahami) bahwa mengelola atau mengembangkan pariwisata bahari itu tidak mudah, sebab banyak aspek yang perlu diperhatikan agar wisatawan bisa datang dan menikmati objek-objek wisata di daerah ini. Jadi, bukan soal potensi alamnya (pantai,pasir, terumbu karang) saja yang indah dan bagus. Hal-hal seperti ini yang perlu dipahami oleh semua pihak disini. Pembangunan pariwisata adalah termasuk upaya mengurangi dan atau meminimalisasi berbagai aspek yang kurang menunjang pengembangan wisata itu sendiri. Dalam pemahaman seperti ini maka kalau sekarang wisata bahari kurang berkembang jangan yang disalahkan hanya pemerintah daerah saja…”(aparat pemerintah,2002)
2.4 Kondisi Geografis Kepulauan Padaido dan Wisata Bahari
Suharsono dan Leatemia (1995) mengemukakan bahwa pulau-pulau di Kepulauan
Padaido dan kawasan yang terletak di bagian kawasan Biak Timur daratan ini
memiliki berbagai karakteristik yang sesuai dengan jenis kegiatan wisata. Hasil
pengamatan juga menemukan pesisir pantai putih, terumbu karang, dan
keanekaragaman hayati yang ada yang dipandang masih baik, bahkan mungkin
semakin baik bersamaan dengan semakin baiknya pula pengetahuan, pemahaman dan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
26
kesadaran serta perilaku masyarakat terhadap potensi bahari di wilayahnya.
Pengawasan yang semakin meningkat terhadap penggunaan bom dan bahan beracun
secara signifikan telah meningkatkan perbaikan potensi bahari di wilayah ini. Dalam
berbagai penelitian di wilayah ini memang menemukan ratusan bekas bom yang
dilakukan masyarakat untuk menangkap dan memperoleh ikan dalam jumlah yang
banyak.
Kondisi dan jenis terumbu karang, pantai pasir putih dan keanekaragaman hayati
di kawasan ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pantai di Biak Timur daratan.
Luas terumbu karang datarnya sekitar 9.252 Ha dan terumbu karang yang dibawah
permukaan laut > 5 meter dengan luas sekitar 328,2 Ha. Terdapat 3 (tiga) lagoon
yang terletak disebelah pulau-pulau pada puncak terumbu karang pada kedalaman air
laut sekitar 15-25 meter dengan luas sekitar 3.595 Ha. Roman utama dari terumbu
karang di Kepulauan Padaido adalah kehadiran tutupan lamun (rumput laut) pada
puncak terumbu karang seluas 529 Ha dan jenis yang paling banyak adalah Enhalus
acoroides dan Thalassia hempchii, dimana sekitar 90%-100% permukaan lamun
ditumbuhi kedua jenis ini. Wilayah-wilayah terumbu karang ini hampir sebagian
besar dapat dijadikan lokasi wisata bahari.
Potensi pariwisata bahari di Kepulauan Padaido secara alamiah sebenarnya sangat
menjanjikan. Jumlah jenis terumbu karang di berbagai pulau di Kepulauan Padaido
mencapai puluhan sampai ratusan jenisnya, seperti di Pulau Pakreki sekitar 55 jenis
dengan ikan karang mencapai 194 jenis, di Pulau Wundi jenis terumbu karang 49
jenis dan jenis ikan sebanyak 50 jenis, Pulau Auki jenis terumbu karang sebanyak 14
jenis dan jenis ikan sekitar 104 jenis, sedangkan kawasan pantai Biak Timur
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
27
ditemukan 42 jenis terumbu karang dan jenis ikan sebanyak 155 jenis. Rata-rata nilai
kecerahan air di Kepulauan ini memenuhi syarat untuk dijadikan wisata bahari. Hal
ini lebih banyak disebabkan tidak adanya pengaruh sedimentasi dari daratan serta
tidak banyak aktivitas lainnya. Morfologi pantai di hampir seluruh pulau-pulau besar
dapat dikembangkan sebagai kegiatan wisata bahari. Berbagai kegiatan wisata bahari
yang dapat dikembangkan seperti selam,snorkeling, selancar angin, memancing ikan,
rekreasi pantai, berlayar dan kegiatan lainnya.
Keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan dan membangun wisata bahari
akan sangat membantu dalam memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan.
Apabila masyarakat setempat dapat merasakan manfaat dari lingkungan bahari yang
mereka pelihara, maka sebenarnya kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada
pengrusakan lingkungan seperti kegiatan pemboman atau penangkapan ikan dengan
racun dapat diminimalkan. Tetapi dengan belum terlalu majunya kegiatan wisata
bahari di kawasan ini oleh karena berbagai hambatan dan keterbatasan maka bisa
dikatakan masyarakat secara umum masih belum terlalu menjaga kelestarian atau
potensi alam bahari di wilayahnya secara baik. Kondisi ini bisa diperhatikan dari
masih adanya beberapa kegiatan penduduk yang dipandang berpotensi merusak
potensi wisata bahari di wilayahnya seperti penggunaan bom ikan, penggunaan potas
dan melakukan cungkilisasi terumbu karang.
Potensi wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido telah
dikembangkan menjadi berbagai jenis objek wisata bahari seperti wisata bahari alam
bawah laut dan tempat rekreasi pantai. Kondisi alami dan keindahan terumbu karang
di daerah ini termasuk menduduki peringkat 35 terbaik didunia. Biak Diving sebagai
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
28
sebuah biro pelayanan jasa penyelaman dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(Runsram) yang berada di kota Biak telah memetakan, menetapkan dan
mengembangkan beberapa daerah-daerah penyelaman dan rekreasi pantai bagi
wisatawan mancanegara dan domestik. Beberapa instruktur selam berasal dari eks
pemandu selam hotel Marauw yang kini telah tutup. Keterlibatan langsung Lembaga
Swadaya Masyarakat dalam memberikan jasa pelayanan kegiatan wisata bahari di
Kepulauan Padaido sangat menonjol, sebagaimana diungkapkan Kepala DIPARDA
Kabupaten Biak Numfor (2002).
“…. Swasta belum berperan secara baik dalam pengembangan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Pemerintah daerah hingga kini masih dalam taraf pemberian penyuluhan sadar wisata dan pembangunan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari, sedangkan swasta yang berperan adalah yayasan Runsram dalam melakukan pelatihan dan penyuluhan pada masyarakat dan menjadi salah satu pihak penyedia jasa pelayanan wisata bahari di dua daerah dimaksud, lebih khusus di Kepulauan Padaido…”. “…. LSM memang sebaiknya ikut serta dalam pembinaan masyarakat sebab mungkin pola yang digunakan LSM lebih tepat daripada pemerintah. LSM yang sering turun adalah yayasan Runsram yang juga bekerjasama dengan COREMAP dan Yayasan Kehati (pimpinan Prof. Dr. Emil Salim) dalam pemberdayaan masyarakat. Walaupun di masyarakat sendiri ada yang menerima dan tidak menerima. Didalam masyarakat Biak sendiri kadang yang menjadi “provokator” adalah oknum cendekiawan dan orang-orang pejabat dan biasanya keluarganya sendiri. Khusus untuk wisata bahari di Kepulauan Padaido memang menghadapi kendala geografis seperti periode musim gelombang ….” (Kepala DIPARDA Biak Numfor, 2002). “….. masyarakat belum mendapat hasil dari kegiatan wisata bahari.Apabila SDM dan kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah seperti sekarang maka sulit bagi masyarakat untuk memperbaiki sosial ekonominya melalui pembangunan wisata bahari di daerahnya. Potensi wisata bahari memang masih belum dikembangkan secara baik. Kalau Hotel Marauw dapat difungsikan maka akan berdampak besar terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang ….” (Bappeda Biak Numfor 2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
29
Pernyataan pejabat pemerintah daerah ini mengindikasikan bahwa wisata bahari
belum berdampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan
objek wisata bahari walaupun sudah berkembang dan ditunjang berbagai pihak tetapi
dalam proses perkembangannya masih menghadapi berbagai hambatan atau tantangan
secara internal dan eksternal serta fisik dan non fisik. Kedua kawasan wisata bahari
ini memang telah menjadi objek wisata yang berkembang dengan dinamika
perkembangan dan persoalannya tersendiri, serta diharapkan akan bisa menunjang
kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Dampak positif pengembangan wisata
bahari terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat memang
sangat diperlukan.
2.5 Objek Wisata Bahari
DIPARDA Biak Numfor (2002), Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta (Biak
Diving) dan masyarakat telah menetapkan dan mengetahui tempat dan jenis wisata
bahari di Biak Timur dan Kepulauan Padaido sesuai potensi kawasan itu masing-
masing. Kawasan wisata bahari di Biak Timur daratan adalah di Kampung
Saba,Marauw, Wadibu dan Tanjung Barari dengan jenis objek wisata adalah wisata
bahari dan alam dengan daya tarik utama adalah alam bawah laut dan rekreasi pantai.
Sedangkan Desa Anggaduber jenis objeknya selain wisata bahari dan alam termasuk
pula budaya (kesenian). Kawasan wisata bahari di Kepulauan Padaido seperti di
Kampung Wundi, Pasi, Mbromsi, Pulau Dawi, Meosmangguandi, Yeri, dan Pakreki
dengan objek wisata adalah wisata bahari dan rekreasi pantai, khususnya di Kampung
Wundi selain wisata alam dan rekreasi juga ada wisata dengan objek wisata sejarah.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
30
LOKASI FASILITAS PENGELOLAKampung Saba Homestay 2 bh, penyewaan alat snorkling,
penyewaan perahu dan pemandumasyarakat, Runsram - BPE
Kampung Wadibu Penyewaan alat snorkling, penyewaan perahu, penyewaan honai, pemandu,sanggar seni ukir MCK
masyarakat, Runsram - BPE
Kampung Animi Sanggar seni ukir masyarakatKampung Anggaduber Penyewaan honai 18 bh, penyewaan perahu,
pemandu, sanggar seni tarian, MCK, SSBmasyarakat
Kampung Tanjung Barari
Cottage 1 bh, penyewaan perahu, MCK Diparda, masyarakat
Kampung marauw belum memadai -Kampung Animi belum memadai -
FASILITAS PENUNJANG WISATA BAHARI & PENGELOLADI BIAK TIMUR
Tabel 5
Sumber : Data survei 2002
LOKASI FASILITAS PENGELOLA
Kampung Wundi Cottage 1 bh, penyewaan perahu, pemandu, pos polisi, MCK, radio panggil (SSB)
Kades, masyarakat
Kampung Pasi penyewaan perahu, MCK masyarakatKampung Mbromsi homestay 12 bh, penyewaan perahu, pemndu,
MCK, radio panggil (SSB)masyarakat
Pulau Dawi (Kampung Nyansoren)
Cottge 2 bh, penyewaan perahu dan pemandu, sanggar seni tarian, MCK
masyarakat, Runsram
Kampung Samber Pasi Belum memadai -
Kampung Meosmangguandi
Belum memadai -
Kampung Padaidori Belum memadai -
Tabel 6FASILITAS PENUNJANG WISATA BAHARI & PENGELOLA
DI PADAIDO
Sumber : Data survei 2002
Data-data dimaksud menunjukkan bahwa wisata bahari di kedua kawasan tersebut
mencakup wisata alam bawah laut, tempat rekreasi pantai, sanggar seni, sejarah,
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
31
atraksi tarian yospan, atraksi kus-kus, dan atraksi burung, sehingga beberapa
diantaranya adalah objek wisata penunjang atau pelengkap wisata bahari, yang
berdasarkan penduduk setempat di daerah ini belum berfungsi pula secara baik dalam
menunjang wisata bahari. Desa-desa yang dipandang sudah berkembang fasilitas
penunjangnya adalah wisata bahari di Kampung Wundi yang banyak ditunjang oleh
pemerintah daerah Biak Numfor, Pulau Dawi yang hampir seluruhnya dikembangkan
oleh Runsram (LSM), dan Kampung Mbromsi, sedangkan di Biak Timur daratan
yang sudah lebih maju adalah di Tanjung Barari (dikembangkan pemerintah daerah),
Kampung Saba,Wadibu, dan Anggaduber (DIPARDA Biak Numfor, 2002 dan data
hasil survei, 2002).
Berbagai fasilitas penunjang wisata bahari yang tersedia lebih banyak
dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat, lembaga swadaya masyarakat
(Runsram) yang juga dibantu pendanaannya dari organisasi NGO internasional dan
nasional, serta dunia swasta. Kondisi ini menunjukkan masyarakat kawasan terumbu
karang belum banyak dan atau mampu terlibat dalam mengembangkan fasilitas
penunjang wisata bahari didaerahnya. Dalam posisi masyarakat seperti ini sudah
dapat diperkirakan kuat dampak positif dari perkembangan wisata bahari akan paling
banyak dinikmati oleh orang atau kelompok non masyarakat setempat (insitu) seperti
pihak LSM Runsram, Biak Diving, hotel, travel dan pemerintah melalui restribusi atas
objek wisata. Dalam proses perkembangannya ditemukan fenomena terjadinya peta
“kekuasaan” kawasan wisata bahari di Kepulauan Padaido, khususnya Pulau Dawi
banyak dikembangkan oleh LSM Runsram, sedangkan untuk kawasan Biak Timur
lebih banyak dikembangkan oleh pihak Biak Diving. Kondisi ini pada taraf tertentu
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
32
turut mempengaruhi kemajuan perkembangan wisata bahari di daerah ini. Idealnya
pihak manapun dapat melakukan aktifitas atau pengembangan wisata daerah di setiap
daerah, sehingga pembangunan wisata bahari ditunjang oleh berbagai penggerak
pembangunan wisata bahari.
Idealnya pula semua pihak yang sekarang melakukan berbagai program dan
kegiatan wisata bahari di daerah ini perlu secara bersama memikirkan dan
mengembangkan pola atau model pengembangan wisata bahari yang lebih banyak
melibatkan masyarakat insitu. Kegiatan-kegiatn wisata bahari yang tidak terlalu
melibatkan masyarakat insitu akan mengakibatkan munculnya persepsi dan
pandangan masyarakat bahwa kawasan bahari mereka hanya digunakan dan atau
dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat luar. Dalam posisi pandang masyarakat ini
maka kemungkinan masyarakat tidak akan berusaha secara baik untuk terlibat,
menganggap wisata bahari bukan bagian dari kehidupan mereka, merasa wisata
bahari hanya untuk orang kota saja, dan pada tahap tertentu dukungan masyarakat
terhadap pengembangan wisata bahari akan menurun, dan apabila ini yang terjadi
maka masyarakat bisa saja kemudian menutup, membatasi, dan atau mengurangi
akses orang luar terhadap pemanfaatan atau pengembangan kawasan wisata alam
yang ada di daerahnya. Kondisi seperti ini pada taraf tertentu sudah mulai nampak.
“…. Selama ini masyarakat kita tidak terlalu memperoleh hasil dari kegiatan wisata bahari yang ada di desa kami. Hampir semua kegiatan wisata disini hanya dilakukan oleh beberapa orang tertentu atau kelompok tertentu saja dari kota sana, sehingga yang untung orang luar itu bukan kitorang (kami orang kampung) …” (masyarakat,2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
33
Cara pandang masyarakat setempat (insitu) terhadap program dan kegiatan wisata
bahari didesanya merupakan salah satu determinan yang menentukan perkembangan
wisata bahari di daerah ini.
2.6 Kunjungan Wisatawan
Menghitung jumlah kunjungan wisatawan wisata bahari di kabupaten Biak
Numfor memang menghadapi beberapa persoalan yang berhubungan dengan
ketepatan penghitungan dan konsep tentang kunjungan wisatawan, khususnya
wisatawan mancanegara yang dilakukan dinas terkait selama ini. Semakin tinggi
kunjungan wisatawan ke daerah ini maka diharapkan akan semakin tinggi pula
dampaknya terhadap pendapatan masyarakat setempat. Komisi statistik Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan IUOTO mempertimbangkan batasan istilah pengunjung
(visitors) sebagai berikut.
“…untuk tujuan statistik, istilah pengunjung dikatakan setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya….”.
Batasan tersebut diatas mencakup wisatawan (tourist) yaitu (1) pengunjung
sementara waktu yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang
dikunjungi dan yang tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi
sebagai berikut (a) waktu senggang (leisure) seperti rekreasi, liburan, kesehatan,
studi, agama dan olah raga; dan (b) dunia usaha, keluarga, misi dan pertemuan; dan
(2) pelancong (excursionist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal
kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal
pesiar).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
34
Pada umumnya seorang yang melakukan perjalanan wisata itu dapat dikatakan
sebagai “wisatawan” internasional (international tourist) bilamana dalam
perjalanannya tersebut melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
(a) Mereka meninggalkan tempat dimana ia biasanya tinggal dan melewati perbatasan wilayah negaranya sendiri.
(b) Dalam melakukan pembayaran untuk keperluan perjalanan wisata itu, orang tersebut menukarkan mata uangnya sendiri dengan mata uang negara yang dikunjunginya.
(c) Ia menggunakan waktunya di negara yang dikunjunginya lebih dari 24 jam dan mendapat pelayanan dari negara yang dikunjunginya.
(d) Dalam melakukan perjalanan wisata yang ia lakukan, ia semata-mata sebagai konsumen dari hasil aktivitas perekonomian negara yang dikunjunginya tanpa mencari nafkah ditempat tersebut (Yoeti, 1987 & Wahab, 1988)
Kunjungan wisatawan internasional di Kabupaten Biak Numfor setiap tahun
dicatat oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor dari beberapa sumber data
seperti hotel,travel,lembaga swadaya masyarakat, dan lainnya. Belum diketahui pasti
memang berapa persentase dari wisatawan itu yang memilih kunjungannya
melakukan kegiatan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido.
Semakin tinggi jumlah kunjungan wisatawan maka semakin tinggi pula dampaknya
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Semakin tinggi jumlah kunjungan
wisatawan bahari (mancanegara dan nusantara) maka diharapkan akan semakin tinggi
pula dampak positifnya terhadap kehidupan masyarakat, khususnya pendapatan
masyarakat setempat di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Tetapi harus
diakui bahwa masyarakat belum terlalu siap untuk terlibat dan menunjang oleh karena
berbagai kelemahan atau rendahnya sumber daya manusia.
Masyarakat asli setempat memang belum terlalu siap atau mampu untuk
menyediakan kebutuhan atau keinginan para wisatawan mancanegara secara baik
seperti menyangkut penginapan, transportasi, makan dan minum serta sarana dan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
35
prasarana penunjang wisata bahari lainnya. Padahal aspek-aspek ini sangat
dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan wisata bahari didaerahnya dan
memberikan kontribusi pendapatan terhadap masyarakat, walaupun pemerintah
mengharapkan masyarakat dapat lebih berperan dan terlibat dalam wisata bahari
didaerahnya. Walaupun sektor pariwisata merupakan sektor unggulan pembangunan
daerah ini akan tetapi pihak pemerintah daerah kelihatannya belum mendukungnya
pula secara baik. Kondisi ini bisa diperhatikan dari program dan kegiatan serta dana
penunjang yang relatif masih terbatas dilakukan pemerintah daerah. Disisi lain
investasi swasta dalam pembangunan wisata bahari hingga kini walaupun sudah ada
tetapi belum banyak memberikan dampak positif terhadap masyarakat, padahal
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah ini cukup tinggi.
“…. Memang sudah ada swasta yang mengembangkan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari akan tetapi belum ada pengaruhnya langsung pada masyarakat setempat. Hotel hanya menangani travel saja dan hanya pulang pergi. Ada pengusaha dari Timika yang telah membangun usaha diving center (Biak diving) namun masyarakat belum merasakan dampaknya secara ekonomi. Keterlibatan masyarakat setempat sangat minim. Kendala lainnya adalah belum ada sarana akomodasi yang memadai. Sudah ada rapat koordinasi dengan departemen lain namun hanya sebatas wacana saja….”(Kepala DIPARDA Biak Numfor, 2002).
Keberadaan potensi dan objek wisata, khususnya wisata bahari memang telah
menarik para wisatawan untuk datang di wilayah ini. Data wisatawan mancanegara
dan wisatawan nusantara tercatat di DIPARDA Biak Numfor sebagai berikut.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
36
Tabel 7 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Biak Numfor
Tahun 1992 – 2001
TAHUN WISMAN WISNUS
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
5.317
7.817
4.783
3.820
3.560
5.114
4.271
1.478
2.094
2.379
4.585
29.826
32.663
28.647
28.385
36.122
27.552
25.539
31.485
24.836
Keterangan : Wisatawan mancanegara ( Wisman ), Wisatawan Nusantara ( Wisnus )
Sumber : DIPARDA Biak Numfor
Data diatas adalah data wisatawan yang berkunjung ke berbagai jenis objek wisata di
Kabupaten Biak Numfor,sehingga termasuk didalamnya jumlah wisatawan
mancanegara dan nusantara (domestik) yang datang ke objek-objek wisata bahari di
Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Belum diketahui pasti dari jumlah
wisatawan tersebut berapa persen yang melakukan kegiatan wisata bahari di Biak
Timur daratan dan Kepulauan Padaido, tetapi berbagai sumber mengatakan tidak
terlalu banyak wisatawan yang menuju ke Biak Timur Daratan, terutama sejak daerah
ini dilanda gelombang tsunami yang merusak permukiman masyarakat dan fasilitas
sosial umum lainnya. Perasaan takut,was-was, dan tidak nyaman para wisatawan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
37
akibat bencana alam tersebut turut mempengaruhi volume kedatangan wisatawan ke
Kepulauan Padaido. Daerah Kepulauan ini juga biasa terjadi kecelakaan laut seperti
akibat gelombang besar dan arus laut yang deras mengakibatkan perahu masyarakat
tenggelam dan hilang bersama sejumlah masyarakat yang berada didalam perahu,
sebagaimana yang terjadi pada sekitar 3 (tiga) tahun yang lalu.
Wisatawan nusantara (domestik) memang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding
wisatawan mancanegara. Walaupun demikian wisatawan mancanegara secara
ekonomi umumnya lebih banyak memberikan dampak ekonomi dibanding wisatawan
nusantara. Pelibatan multi pihak yang terkait dalam wisata bahari hotel,travel biro,
pemandu (guide), lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat (insitu)
lebih banyak dilakukan wisatawan mancanegara dibanding wisatawan domestik.
Daerah asal negara wisatawan mancanegara juga menunjukkan tingkat variasi yang
cukup tinggi, seperti data tabel 8 berikut ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
38
NO ASAL NEGARA 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 20011 AMERIKA 980 1,362 1,073 290 142 851 1,117 256 286 1092 AUSTRALIA 139 256 184 155 95 155 268 51 76 393 AUSTRIA - - - - - 71 41 17 61 164 BANGLADES - - - - - - - 2 20 25 BELANDA 876 1,349 1,307 1,476 692 883 776 190 334 2386 BELGIA 38 75 58 96 30 198 92 16 11 257 BRASILIA - - - - - - 7 1 16 -8 DENMARK - - - - - 11 12 8 23 49 FINLANDIA - - - - - 3 - - - -
10 HONGKONG - - - - - - - - - -11 INGGRIS 65 170 190 139 41 248 168 52 6 2112 ITALIA - - - - - 56 182 56 23 3413 JEPANG 278 356 254 417 351 419 215 180 239 4114 JERMAN 87 135 258 270 367 353 476 203 118 6715 KANADA 69 142 176 61 45 299 86 36 107 1016 KOREA 20 31 79 144 157 301 137 68 130 7417 MALAYSIA 33 75 73 50 29 26 73 42 77 8118 NEW COLEDONIA - - - - - - - - 4 3419 NEW ZEALAND 43 55 32 41 6 92 52 1 8 620 NIGERIA - - - - - 1 - - 1 -21 NORWEGIA - - - - - 9 6 - 5 -22 PERANCIS 78 127 144 155 99 156 70 85 55 1423 PORTUGAL - - - - - - - - 10 -24 R R C - - - - - 7 1 14 26 225 SINGAPURA 19 35 61 12 27 72 5 14 14 1326 SWEDIA 13 35 29 40 16 37 36 19 44 827 SWISS 44 73 40 53 13 18 80 29 13 1128 TAIWAN - 3 10 17 14 28 6 6 9 729 THAILAND - - - - - 15 25 31 5 630 POLANDIA - - - - - - 34 39 3 -31 PAPUA NEW GUINEA - - - - - 80 1 4 6 -32 YUGOSLAVIA - - - - - - 14 - 1 -33 ARGENTINA - - - - - - 10 - 3 -34 MEXICO - - - - - - - - - -35 LAIN - LAIN NEGARA 2,535 3,538 815 404 1,436 725 281 77 61 8
KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BIAK NUMFOR
TAHUN 1992 - 2001
Sumber : DIPARDA Kabupaten Biak Numfor
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
39
Penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Biak Numfor mulai
terjadi pada sekitar tahun 1998 akhir, dimana bertepatan dengan ditutupnya
penerbangan internasional di daerah ini yang melayani penerbangan Hawai (AS)
langsung ke Biak Numfor (bandara internasional Frans Kaisepo). Penutupan jalur
penerbangan internasional ini juga kemudian disusul ditutupnya pula Hotel Marauw
yaitu sebuah hotel bertaraf internasional di Biak Numfor yang memang semula salah
satunya didesain khusus untuk menunjang pariwisata bahari di Biak Numfor.
Perkembangan (kemunduran) pembangunan penunjang bidang pariwisata bahari itu
terlihat sangat berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini, selain
aspek lainnya seperti misalnya gejolak sosial politik (pergerakan kemerdekaan) yang
menyebabkan menurunnya kunjungan wisatawan ke objek-objek wisata. Determinan
pengembangan wisata bahari di wilayah ini memang sangat kompleks, beragam dan
dimensional yang membutuhkan perhatian dari semua pihak terkait apabila
menginginkan kemajuan pengelolaan wisata bahari di pulau karang ini.
Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik di setiap kampung di
Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido memang tidak sama. Terdapat kampung-
kampung yang tingkat kunjungannya tinggi tetapi ada pula yang sangat jarang terjadi.
Pada kampung-kampung yang sering dikunjungi wisatawan maka tingkat pendapatan
masyarakatpun akan lebih tinggi dibanding desa lainnya. Walaupun demikian tidak
semua masyarakat dimana desanya banyak dikunjungi wisatawan juga mendapatkan
pendapatan tambahan dari kunjungan wisatawan, karena ternyata pula hanya
masyarakat tertentu pula dari desa itu yang bisa mendapatkan tambahan pendapatan
karena keterlibatannya dalam kegiatan wisatawan.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
40
“….kunjungan wisatawan asing kampung ini sangat jarang sehingga masyarakat kampung lebih banyak yang terlibat dalam melayani wisatawan domestik (lokal). Masyarakat dapat pula memperoleh tambahan pendapatan dari tarif masuk desa yang sudah diberlakukan seperti kendaraan roda dua sebesar Rp. 1000,-, taxi (angkot) Rp.2000,- dan tarif bus sebesar Rp. 5000,-. Disamping itu penduduk dapat pula memperoleh tambahan pendapatan dari hasil penjualan makanan, minuman, dan penyewaan perahu….”(AR, Desa Wadibu,2002) “….wisatawan asing biasa datang ke kampung kami untuk melakukan kegiatan wisata bahari seperti menyelam, snorkeling dan memotret terumbu karang. Masyarakat selalu siap melayani wisatawan seperti menyiapkan makanan (keladi barapen dan kelapa muda). Masyarakat dapat memperoleh sedikit tambahan pendapatan melalui jasa mereka sebagai pemandu dan menjual makanan dan minuman…” (MM, Desa Saba,2002). “….kunjungan wisatawan sudah ada di kampung ini tetapi lebih banyak wisatawan domestik dibanding wisatawan asing. Keterlibatan masyarakat sebatas menjaga keamanan dari wisatawan dan menjual makanan dan minuman. Masyarakat memperoleh pendapatan dari kegiatan wisata bahari tetapi hanya sedikit saja khususnya beberapa orang yang terlibat serta belum dapat memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat kampung….” (NI,Kepala Desa Anggaduber,2002).
2.7 Wisata Bahari dan Cenderamata (Souvenir)
Belum terlalu baiknya kondisi sarana dan prasarana serta pengelolaan wisata
bahari juga menyebabkan belum berkembangnya pula secara baik wisata bahari di
daerah ini. Biasanya bersamaan dengan perkembangan pariwisata bahari selalu diikuti
dengan peningkatan kebutuhan cenderamata yang bercirikan papua, khususnya Biak
Numfor yang mudah diperoleh dan dibawa oleh wisatawan. Pada saat ini di kota Biak
jumlah art shop yang bercirikan daerah Biak belum terlalu menonjol dan berkembang
secara baik. Art shop yang berkembang di kota Biak bisa dikatakan masih bercirikan
art shop Papua umumnya yang banyak diwarnai dengan patung seperti patung asmat
yang memang sudah terkenal secara nasional dan internasional, ukiran, panahan, dan
anyaman dari wilayah lain Papua.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
41
NO NAMA Jenis dan asal barang Alamat Pengelola Keterangan1 Iriani art shop Kapak batu, gelang, alas
piring,koteka,patung (wamena), tifa,noken,patung,perahu, gntungan kunci (biak),kain batik, t'shrit (jayapura), panah,noken (nabire)
Jl. Imam Bonjol, Biak
Bapak Herman 25% yang laku terjual
2 Mutiara sari art shop
Bingkai mutiara, kerang (maluku), rumah adat (toraja), kapak batu, alas piring, gelang (wamena), keranjang, piring dari kulit kayu, sisir bambu, kalung dari kerang laut, gantungan kunci, patung (biak), gordyn dari manik-manik (sorong)
Jl. Selat Makassar, Biak
Bapak Pattahalang
25% yang laku terjual
3 Pusaka art hop Patung (wamena), tifa, gambar diatas kulit kayu (biak), gantungan kunci (biak timur)
Jl. Selat Makassar, Biak
Bapak Abu Karim
25% yang laku terjual
4 Antika art shop Piring antik (cina), piring (biak), alas piring dari rotn (wamena)
Jl. Erlangga, Biak
Bapak Hj. Basri 25% yang laku terjual
5 Bandara Frans Kaisiepo art shop
Patung (wamena), tifa, gambar diatas kulit kayu, gantungan kunci (biak)
Jl. Moh. Yamin, Biak
25% yang laku terjual
6 Sederhana art shop Patung,gelang (wamena),tifa, gantungan kunci(biak)
Pasar Inpres, Biak
25% yang laku terjual
7 Pengrajin Wainjil Perahu adat, tifa + cenderawasih, patung duduk, patung tempel
Anggopi, Biak Timur
Sergius Rumbewas
Penjualan berdasarkan pesanan
Tabel 9
Art Shop di Kota Biak dan Biak Timur
Sumber : Data survei 2002
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
42
Keberadaan art shop ini menunjukkan bahwa pemilik art shop ini semuanyya
bukan berasal masyarakat asli setempat, sebagian besar pemiliknya adalah
masyarakat asal Sulawesi Selatan yang memang menonjol dalam sektor perdagangan,
barang-barang yang dijual sebagian besar bukan produk dari daerah Biak Numfor
melainkan berasal dari daerah-daerah lain yang memang sudah terkenal produk
souvenir-nya, barang dagangan ini kini jarang dibeli orang dan wisatawan
mancanegara serta wisatawan domestik, barang kerajinan dari masyarakat Biak Timur
Daratan ada yang dijual dan atau dititipkan yaitu ukiran anak kunci, sedangkan ukiran
atau kerajinan tangan dari masyarakat kepulauan Padaido tidak ada. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pengembangan wisata bahari di Biak Numfor, khususnya di
Biak Timur daratan dan kepulauan Padaido kurang dapat mengembangkan motivasi,
kemampuan, kreasi dan inisiatif masyarakat untuk bisa menciptakan berbagai
produksi rumah tangga dan kelompok untuk dipasarkan pada wisatawan mancanegara
dan domestik guna meningkatkan pendapatan keluarga atau masyarakat,sehingga bisa
menunjukkan dampak program ekonomi pembangunan wisata bahari terhadap
masyarakat melalui art shop dan atau produksi kerajinan masyarakat kurang
berkembang dan berperan dalam memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat ini.
Pendapatan masyarakat setempat yang berasal dari sektor wisata bahari di
daerahnya memang akan dipengaruhi oleh sejauhmana masyarakat mampu untuk
mengembangkan dan atau menciptakan cenderamata. Jenis cenderamata yang berasal
dari Biak Numfor memang telah dibuat oleh pengrajin lokal, sehingga sudah terdapat
berbagai kemajuan yang cukup berarti, walaupun demikian masih sangat terbatas dari
segi kualitas, kuantitas, artistik dan daya tariknya. Seorang aktivis LSM asal Biak
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
43
yang banyak terlibat dalam pengelolaan wisata bahari di Kepulauan Padaido
mengemukakan pandangannya tentang kemampuan masyarakat dalam penjualan
cenderamata.
“…..cenderamata khas Biak Numfor kurang terlalu diminati oleh masyarakat luas disini. Para wisatawan mancanegara jarang sekali yang membeli cenderamata buatan masyarakat. Banyak cenderamata yang dititipkan tidak laku, bahkan cenderung rusak karena sudah terlalu lama disimpan, terutama yang bahan bakunya dari kayu dan dicat dengan cat yang kurang berkualitas sehingga makin lama makin mengabur warnanya…”
Seorang tokoh masyarakat di Biak Kota mengemukakan pendapatnya tentang
persoalan cenderamata (souvenir) bisa menjadi salah satu pendapatan masyarakat.
“…..kualitas, estetika dan kekhususan dari cenderamata disini belum terlalu baik sebagaimana di daerah wisata lainnya seperti Bunaken dan Bali sehingga wajar saja kurang terlalu diminati oleh wisatawan. Ini tantangan bagi masyarakat dan pemerintah disini bila menginginkan agar cenderamata dapat menjadi bagian dari pengelolaan wisata bahari di daerah ini. Kondisi ini pula yang kemudian menyebabkan masyarakat kurang terlalu berminat untuk terus mengembangkan kualitas untuk membuat cenderamata yang lebih menarik bagi masyarakat lainnya, khususnya para wisatawan.Cenderamata belum berpengaruh baik terhadap penambahan pendapatan masyarakat…”.
Dengan adanya bakat alam (alamiah), pelatihan dan pendampingan yang dikelola oleh
Kantor Perindustrian, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan organisasi masyarakat
lainnya maka beberapa anggota masyarakat memang telah mampu membuat batik
(beberapa orang saja), ukiran kayu dan anyaman namun masih terbatas
kemampuannya untuk membuat desain baru, artistik, dan kualitas yang lebih baik.
Peralatan ukir yang masyarakat gunakan masih didatangkan dari Jawa.
Dalam kenyataannya memang ditemukan beberapa anggota masyarakat di Biak
Timur Daratan dan Kepulauan Padaido yang memiliki keahlian dalam membuat
kerajinan tangan dari bahan-bahan alam seperti ukiran, pahatan, dan anyaman.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
44
Umumnya keahlian ini diperoleh dari generasi sebelumnya. Produksi cenderamata
diantaranya juga karena adanya pemberian ketrampilan dan pengetahuan terhadap
sejumlah anggota masyarakat. Dalam beberapa wawancara dengan stakeholder
diketahui bahwa persoalan pemasaran menjadi hambatan utama pengembangan
pembuatan cenderamata. Kurangnya demand terhadap barang-barang produksi
masyarakat ini menyebabkan banyak pula masyarakat yang menghentikan usahanya
karena mengalami kerugian. Banyak barang-barang di art shop menjadi rusak karena
lama tersimpan dan tidak dibeli wisatawan atau masyarakat lainnya.
Produksi barang-barang souvenir masyarakat kini bahkan biasanya menanti
adanya pesanan dari pemerintah daerah, sebagaimana yang terjadi di Kampung
Anggopi Biak Timur, dalam hal ini Dinas Perindustrian untuk kepentingan pameran
pada tingkat daerah dan nasional yang biasanya pula dilakukan setahun sekali.
Rendahnya permintaan terhadap barang-barang souvenir buatan masyarakat setempat
ini menyebabkan pula para pengrajin mengalihkan pekerjaan pada pembuatan barang-
barang kebutuhan rumah tangga seperti tempat tidur, lemari, meja,kursi,bufet dan
lainnya. Beberapa jenis kerajinan (souvenir) masyarakat asli setempat di Desa
Anggopi antara lain jenis perahu adat (Rp. 25.000 per buah), Tifa dan burung
cenderawasih (Rp. 50.000,- per buah), patung duduk (Rp. 25.000,- per buah), dan
patung tempel (Rp. 50.000,-per buah).
Di kampung Anggaduber sebagian besar pekerjaan kerajinan dikerjakan oleh para
ibu rumah tangga seperti pembuatan tikar dari pohon sagu dengan harga yang
bervariasi mulai dari Rp. 70.000,-(tikar kecil) sampai dengan Rp. 100.000,- ukuran
besar. Penjualan biasa di pasar-pasar umum kota Biak. Kualitas dan nilai artistiknya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
45
memang tikar buatan masyarakat ini masih dianggap kalah baik dengan jenis
kerajinan yang sama buatan masyarakat dari Kalimantan yang banyak pula di jual di
pasar Biak sehingga masih diperlukan ketrampilan dan pengetahuan tambahan dalam
memproduksi tikar yang lebih baik kualitasnya. Tikar ini memang tidak diproduksi
masyarakat setempat untuk kebutuhan para wisatawan tetapi lebih untuk kepentingan
masyarakat umum. Di Kepulauan Padaido juga berlangsung proses yang sama,
dimana produksi kerajinan tangan masyarakat untuk kepentingan souvenir juga
umumnya tidak laku terjual, seperti jenis kalung, tas anyaman, tifa, panah, perahu
kecil (mini), hiasan rambut dari kerang, dan lainnya. Kendala utama yang dihadapi
adalah masalah pemasarannya. Sejumlah masyarakat padaido membawa hasil
kerajinannya ketika waktu pasar di kota Biak sehingga diperuntukkan lebih kepada
masyarakat umum dan bukan wisatawan.
Souvenir yang di tempat wisata bahari maju di daerah lainnya sudah menjadi
penunjang kehidupan ekonomi keluarga, ternyata di Biak Timur dan Kepulauan
Padaido belum berlangsung sebagaimana diharapkan. Banyak penyebabnya,
diantaranya pengembangan wisata memang terkait erat pula dengan kualitas tenaga
kerja masyarakat terampil yang memproduksi souvenir berkualitas, artistik dan
spesifikasi dari Biak tersendiri. Secara umum memang kualitas tenaga kerja yang
menunjang pariwisata bahari di Biak Numfor, khususnya di Biak Timur daratan dan
Kepulauan Padaido masih cukup lemah sehingga perlu mendapat perhatian dari
semua pihak terkait. Pengembangan wisata bahari tidak akan baik apabila
sumberdaya manusia yang menunjang wisata bahari masih seperti sekarang. Kondisi
ini bisa menyebabkan dampak program pembangunan wisata bahari terhadap sosial
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
46
ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang, khususnya pendapatan keluarga
masyarakat akan rendah pula.
2.8 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan
Kebijakan pembangunan kepariwisataan di Biak Numfor didasarkan pada SK
Menteri Kehutanan No.91/Kpts-97/VI/97 dan UU No. 9 tahun 1990 tentang
penyelenggaraan pariwisata dan Keputusan Menteri Budaya dan Pariwisata No:Kep-
012/MKP/ IV/ 2001 tentang pedoman perijinan usaha pariwisata, merupakan
serangkaian acuan bagi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk melakukan dan atau
mengembangkan program pembangunan wisata bahari. Kebijakan pembangunan ini
didukung dengan kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya (kini Papua)
dalam Pola Dasar Pembangunan (Poldas) 1989-1994 dinyatakan bahwa sektor
pariwisata merupakan alternatif utama dalam peningkatan pendapatan daerah.
Sesuai rencana pemerintah daerah Propinsi Papua, maka Biak Numfor akan
dijadikan koridor (gerbang masuk) untuk pengembangan daerah tujuan wisata di Irian
Jaya dengan beberapa pertimbangan seperti Biak memiliki rute penerbangan
internasional. (Biak-Hawai-Los Angelas) yang potensial dan strategis untuk
dikembangkan. Di Biak terdapat 4 (empat) landasan penerbangan yaitu 2 (dua) di
kota Biak yaitu Frans Kaisepo dan Manuhua, satu di Pulau Owi dan satu di pulau
Numfor yang digunakan perintis. Dalam kerangka pengembangan pariwisata maka
Pemerintah Biak Numfor bekerjasama dengan PT. Biak Tourism Development
Coorporation telah meminta jasa konsultan ECFA (Enginering Consulting Firm
Association) dari Jepang tahun 1990 untuk membuat rencana pengembangan awal
(preliminary development plan). Tahun 1991 PT. Biak Irian Tourism Development
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
47
bekerjasama dengan Pusat Studi lingkungan (PSL) UNCEN melakukan studi analisis
dampak lingkungan pengembangan daerah wisata Marauw-Biak Timur. Studi ini juga
dilakukan oleh PT. Gubah Laras bersama Direktorat Jenderal Pariwisata yang lebih
memfokuskan perhatian pada peluang pasar, potensi alam dan budaya yang akan
menjadi objek wisata serta strategi pengembangannya. Namun sangat disayangkan
Hotel Marauw yang sudah membeli lahan seluas sekitar 325 Ha itu dan yang
dipercaya dapat menunjang pembangunan pariwisata berskala internasional di daerah
ini, kini sudah tidak berfungsi lagi alias bangkrut dan kini telah menjadi “rumah
hantu” yang ditakuti masyarakat.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dan dikembangkan multi pihak itu
menunjukkan adanya suatu strategi pembangunan pariwisata daerah yang dirancang
terencana dan profesional. Tetapi kegagalan berbagai kebijakan daerah, nasional dan
internasional dalam pengembangan pariwisata Biak Numfor seperti pembangunan
hotel Marauw berskala internasional dan tutupnya penerbangan internasional Biak-
Hawai-Los Angelas sangat memukul program pengembangan pariwisata, khususnya
wisata bahari diderah ini. Padahal selama ini dibukanya penerbangan internasional
dan berfungsinya hotel Marauw, tercatat wisatawan internasional yang berkunjung ke
Biak Numfor mencapai ribuan orang. Tercatat sampai pada akhir tahun 1998
wisatawan internasional mencapai 4.271 orang dan pada tahun 2002 turun menjadi
hanya 2.379 orang wisatawan. (DIPARDA Biak Numfor, 2002). Berbagai usaha
untuk membuka kembali penerbangan internasional terus dilakukan tetapi hingga kini
belum berhasil. Diperkirakan apabila penerbangan internasional dibuka kembali maka
akan terjadi peningkatan kembali jumlah wisatawan yang datang ke kota karang (atol)
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
48
ini. Selain hotel Marauw sebenarnya sudah tersedia pula sejumlah hotel, travel biro
dan jasa lainnya yang hingga kini siap untuk melayani wisatawan mancanegara dan
nusantara di kota Biak.
2.9 Keterlibatan Multi Pihak (Pemerintah,LSM,Swasta dan lainnya)
1. Pemerintah daerah
Pemerintah daerah Kabupaten Biak Numfor sudah melakukan berbagai upaya
pengembangan program sesuai kebijakan pembangunan kepariwisataan pada tingkat
daerah, propinsi, nasional dan internasional. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor
sejak lama telah melakukan berbagai kebijakan, program dan kegiatan, seperti; (1)
mengembangkan kebijakan pembangunan kepariwisataan daerah, (2)
mengembangkan sosialisasi, komunikasi dan edukasi pembangunan wisata bahari
pada tingkat desa (kampung), kecamatan (distrik), kabupaten (Biak Numfor),
propinsi, nasional dan internasional, (3) mengupayakan program peningkatan
partisipasi atau keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan wisata bahari, (4)
pemberian ijin pengembangan wisata bahari kepada semua pihak, (5) melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan wisata bahari, (6)
pembangunan sarana dan prasarana wisata bahari di beberapa desa di Biak Timur dan
Kepulauan Padaido,(7) membuat peraturan daerah mendukung pengembangan wisata
bahari,(8) melakukan upaya membuka kembali penerbangan internasional yang
pernah ada sebelumnya,(9) mendukung pengembangan sarana dan prasarana
pendukung wisata bahari, dan (10) melakukan kerjasama pengkajian pengembangan
pariwisata dengan pihak lembaga ilmiah, konsultan dan pihak lainnya.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
49
Berbagai kebijakan pembangunan kepariwisataan ini salah satunya ditujukan
untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat setempat kawasan
terumbu karang dalam kegiatan wisata bahari, serta meningkatnya kesejahteraan
hidup masyarakat setempat, khususnya peningkatan pendapatan masyarakat kawasan
terumbu karang. Pada taraf tertentu memang telah terjadi proses perbaikan
pandangan, wawasan, pengetahuan, kesadaran, dan perilaku masyarakat terhadap
program pembangunan wisata bahari. Tetapi proses perbaikan itu belum disertai
dengan perbaikan ekonomi masyarakat yang lebih bermakna sebagai dampak dari
program pembangunan wisata bahari didaerahnya. Berbagai kendala masih cukup
banyak dihadapi masyarakat setempat pada tingkat internal masyarakat sendiri dan
aspek eksternal yang juga turut mempengaruhi pengembangan wisata bahari di daerah
ini.
“…..masalah kepariwisataan, khususnya wisata bahari di daerah ini sangat kompleks dan tidak mudah menyelesaikannya, karena menyangkut aspek penguasaan wilayah adat, sumberdaya manusia masyarakat setempat yang masih rendah, sarana dan prasarana penunjang yang belum mampu disiapkan masyarakat, kondisi sosial, budaya, politik dan keamanan yang terkadang kurang menunjang, aspek persaingan, iri hati, kemalasan dan lainnya…” (Kepala DIPARDA,Kab. Biak Numfor,2002). “….tidak bisa hanya sosialisasi mengenai jangan merusak terumbu karang saja. Masyarakat belum mampu menyediakan atau memiliki homestay yang baik,rumah makan yang bersih serta toilet yang bersih yang dibutuhkan wisatawan untuk kepentingan wisata bahari, sedangkan yang sudah tersedia dan dapat dinikmati hanya ikan saja…” (Pimpinan Hotel Arumbai, Biak, 2002).
“….. pemerintah harus memberikan kemudahan, penyediaan sarana dan prasarana serta dana karena masyarakat secara finansial juga tidak sanggup. Selain mempersiapkan sumberdaya manusia (pelatihan-pelatihan), dan juga sangat dibutuhkan baik dari pihak pemerintah maupun swasta….” (Pimpinan Hotel Arumbai, Biak,2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
50
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor masih perlu melakukan berbagai program yang
komprehensif dan integrated untuk terus berusaha meningkatkan partisipasi,
keterlibatan dan penguatan masyarakat dalam upaya semakin meningkatkan peran
dan fungsi masyarakat dalam program wisata bahari di kampungnya masing-masing.
Dalam upaya meningkatkan partisipasi atau pelibatan masyarakat dalam kegiatan
wisata bahari dengan tujuan peningkatan sosial ekonomi masyarakat melalui
pengelolaan wisata bahari, maka pemerintah daerah Papua mengembangkan program
kegiatan berupa pengembangan desa wisata di Kampung Anggaduber tahun 1992
dengan memberikan bantuan dana serta barang kepada masyarakat. Kegiatan lainnya
adalah pelatihan diving kepada sejumlah anggota masyarakat bulan Juli 2002.
Kebijakan pemerintah Kabupaten Biak Numfor yang menetapkan kawasan Biak
Timur sebagai pengembangan wisata bahari melalui kegiatan sosialisasi sadar wisata
bagi masyarakat sebanyak dua kali. Pembangunan cottage di pulau Wundi dan
Mnurwar. Serta pelatihan diving dilakukan COREMAP pada bulan Februari 2002
yang melibatkan sejumlah anggota masyarakat dari kawasan ini. Program
pengembangan wisata bahari dilakukan kini melalui pembuatan film dokumenter
tentang keindahan alam bawah laut seperti aneka terumbu karang, aneka jenis ikan,
kerang, dan tanaman laut seperti rumpu laut,akar bahar, dan lainnya. Rencananya film
ini akan ditayangkan pada route penerbangan garuda yang melewati 46 negara di
dunia dengan dana bantuan pemerintah kabupaten Biak Numfor sendiri.
Peran pemerintah Kabupaten Biak Numfor melalui DIPARDA juga membangun
cottage di Pulau Wundi dan dikelola oleh Kepala Kampung setempat. Tetapi kembali
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
51
pada kunjungan wisatawan di kawasan wisata bahari sebagaimana diungkapkan
kepala Distrik (camat) Kepulauan Padaido (AM).
“….di Pulau Dawi sudah ada homestay yang dibuat berdasarkan kerjasama antara yayasan Runsram dan keluarga Bapak Zefnat Rumbiak, sedangkan yang di Desa Wundi dibuat oleh DIPARDA dan dikelola oleh Kepala Kampung. Kunjungan wisatawan asing dan domestik di Pulau Dawi memang cukup tinggi tetapi di Desa Wundi jarang ada kunjungan wisatawan. Sambutan masyarakat bagus dengan keramahtamahan yang ditunjukkan dan diikuti dengan penjualan beberapa kerajinan masyarakat, makanan dan minuman, namun kerajinan ini belum ditekuni sebagai sesuatu mata pencaharian pokok masyarakat. Ada pendapatan tambahan dari kegiatan wisata bahari walaupun memang tidak banyak. Kelompok masyarakat yang lebih diuntungkan dalam kegiatan wisata bahari adalah pemilik transportasi, biro perjalanan, hotel, dan penyedia pelayanan jasa wisata lainnya”.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor memang masih perlu terus mengembangkan
berbagai strategi untuk semakin meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan wisata bahari, disamping berupaya meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara dan domestik ke kawasan wisata bahari ini.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat (Runsram)
Lembaga Swadaya Masyarakat (Runsram) di daerah ini cukup banyak melakukan
berbagai upaya pengembangan wisata bahari di Kabupaten Biak Numfor. Runsram
sejak lama melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam berbagai hal, seperti
(1) upaya meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya terumbu karang (coral reef) untuk pengembangan wisata
bahari,(2) meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya terumbu karang
dan wisata bahari dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,(3) meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap masyarakat tentang jenis-jenis keterlibatan
masyarakat dalam wisata bahari,(4) melakukan pemetaan pemanfaatan wilayah
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
52
terumbu karang,(5) upaya pengembangan ekonomi masyarakat melalui pembuatan
rumpon,(6) mengembangkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan berbagai fasilitas pelayanan wisatawan bahari didaerahnya,(7)
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penelitian
dan pengkajian wisata bahari, dan (8) program dan kegiatan penunjang wisata bahari
lainnya.
Lembaga swadaya masyarakat ini perlu pula membentuk Badan Pengelola
Ekowisata (BPE) dimana tujuannya adalah memelihara potensi wisata perairan
termasuk bawah laut bagi kepentingan pariwisata. Pembentukan BPE ini dilakukan
disetiap kampung pada Biak Timur dan kawasan Kepulauan Padaido tetapi belum
berjalan maksimal. Pembentukan ini dilakukan dengan kegiatan sosialisasi pada
masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam bagi kegiatan pariwisata.
Bersama-sama masyarakat juga telah dilakukan pemetaan daerah perairan yaitu
daerah untuk mencari ikan,daerah bebas,daerah konservasi,daerah pelarangan dan
daerah untuk selam bagi wisatawan. Idealnya memang semua kegiatan-kegiatan
dihubungkan dengan issu tentang pariwisata bahari.
Lembaga swadaya masyarakat ini juga berperan dalam menyebarkan informasi
tentang potensi terumbu karang dalam usaha pengembangan pariwisata bahari di
Kabupaten Biak Numfor. Melakukan berbagai kerjasama dengan lembaga
internasional,nasional dan daerah dalam upaya-upaya pengembangan wisata bahari
berbasis potensi sumberdaya alam bahari. Kelompok ini berperan pula menyediakan
fasilitas penunjang wisata bahari, seperti; transportasi, guide,homestay dan penunjang
lainnya di Kepulauan Padaido.Pembangunan homestay dengan sarana dan prasarana
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
53
penunjang di pulau Dawi dan beberapa tempat lainnya dilakukan dan atau digerakkan
oleh lembaga ini dengan bantuan penyandang dana. Dalam posisi demikian lembaga
ini selain berperan dalam pemberdayaan masyarakat juga melakukan usaha-usaha
profit oriented yang pada satu sisi dapat menjadi contoh bagi masyarakat, tetapi disisi
lain bisa membatasi masyarakat setempat dalam terlibat dalam kegiatan wisata bahari
di daerahnya. Jaringan kerjasama dengan berbagai pihak cukup banyak sehingga
menjadi LSM yang menonjol dalam sektor pengembangan pariwisata bahari,
khususnya di Kepulauan Padaido yang beberapa pengurusnya berasal dari Kepulauan
Padaido. Tingginya aktivitas LSM ini di Kepulauan Padaido pada taraf tertentu pula
menimbulkan anggapan dalam masyarakat tentang pembagian wilayah operasi
pengembangan wisata bahari dengan kelompok penggerak dan pengusaha wisata
bahari lainnya di daerah ini.
Menyangkut dampak pengembangan wisata bahari terhadap pendapatan
masyarakat di wilayah ini, maka lembaga ini pada taraf tertentu telah melakukan
berbagai upaya berarti. Tetapi upaya itu masih perlu terus dilakukan dari sisi lainnya,
seperti bagaimana agar masyarakat tidak hanya menjadi penyedia kelapa muda dan
ikan bagi kepentingan wisatawan, bagaimana pula membuat sosialisasi agar
penduduk tidak melakukan kegiatan yang kurang menunjang pengembangan wisata
bahari seperti wisatawan (mancanegara dan nusantara) tidak dijadikan tontonan bagi
masyarakat yang membuat rasa tidak atau kurang aman,nyaman, senang dan bebas
menikmati aktivitas wisata baharinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang aspek ini
perlu diberitahukan pada masyarakat sehingga tercipta suatu nilai dan sistem sosial
yang lebih mampu mendukung pengembangan wisata bahari di kawasannya.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
54
Bagaimana pula agar tidak semua kebutuhan turis dipenuhi oleh turis itu sendiri.
Upaya-upaya ini akan membuat dampak wisata bahari terhadap perbaikan sosial
ekonomi masyarakat semakin membaik.
3. Biak Diving
Kegiatan wisata penyelaman saat ini banyak dilakukan wisatawan bersama Biak
Diving sebagai pemandu. Menurut pihak Biak diving mereka selama ini selalu
membawa wisatawan ke desa terdekat lokasi penyelaman untuk istirahat dan makan
minum, dan biasanya makanan yang diingini wisatawan adalah ikan dan makanan
laut lainnya serta kelapa muda, dan biasanya mengharapkan masyarakat setempat
yang menyediakannya. Untuk akomodasi biasanya wisatawan menyewa penginapan
di Pulau Wundi dan Dawi serta tergantung dari waktu yang dimiliki wisatawan. Jika
wisatawan hanya punya waktu satu hari untuk menyelam maka setelah aktivitas
mereka langsung pulang ke penginapannya di kota. Sesuai dengan keterangan pihak
biak diving selaku pemandu selam, untuk menyelesaikan penyelaman berdasarkan
peta-peta selam (terlampir) yang telah ada akan membutuhkan waktu sekitar 7-14
hari, sehingga akomodasi dekat lokasi penyelaman sangat dibutuhkan dan diharapkan
akan disediakan oleh masyarakat setempat sehingga dari sisi ini masyarakat setempat
bisa mendapatkan pendapatan tambahan.
Para instruktur penyelam di Biak diving adalah eks penyelam yang dipersiapkan
oleh hotel Marauw internasional. Beberapa diantara penyelam telah mengikuti
pendidikan atau pelatihan selam di Menado. Menurut keterangan kegiatan wisata
bahari saat hotel Marauw beroperasi sudah ramai peminatnya, bahkan telah membuka
web site untuk menjaring tamu datang berwisata bahari di Biak Numfor, namun
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
55
setelah hotel ini ditutup wisatawan menjadi menurun. Padahal melalui telepon dan
internet sudah banyak calon wisatawan yang menanyakan dan ingin datang untuk
menikmati wisata bahari di kawasan Biak Timur dan Kepulauan Padaido.Keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan wisatawan bahari di hotel ini, ketika itu, cukup banyak
yang bisa menambah pendapatan penduduk setempat. Tetapi masalah yang kadang-
kadang dihadapi pula adalah adanya anggota masyarakat dari kampung-kampung
sekitar tempat penyelaman yang melarang areal kawasan terumbu karang di kunjungi
wisatawan atau digunakan Biak diving untuk menjalankan pengelolaan usaha
baharinya, sehingga ada indikasi didalam masyarakat sendiri terdapat perbedaan dan
atau pertentangan tentang kegiatan dan program pengembangan wisata
bahari.Penyelesaian persoalan ditingkat masyarakat memang perlu dilakukan agar
tidak terjadi persoalan pula antara pihak penyelenggara wisata bahari (Biak diving)
dan masyarakat. Permasalahan ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan
wisata bahari yang pada akhirnya pula akan mempengaruhi tingkat dampak positif
kegiatan wisata bahari bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Model penyelenggaraan wisata bahari yang dilakukan pihak Biak diving memang
menunjukkan hampir seluruh kegiatan penyelaman didominasi oleh mereka sebagai
penyelenggara. Pendapatan yang diterima pihak pengusaha ini jauh lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat setempat dimana arealnya digunakan untuk
kepentingan penyelaman. Kondisi ini sepertinya sudah mulai dipahami masyarakat
setempat yang kemudian disikapi dengan “melarang”, “menghalangi”, atau
“membatasi” pihak swasta ini melakukan atau mengembangkan kegiatan usahanya di
kawasan terumbu karang “milik” masyarakat itu. Beberapa kebijakan sesungguhnya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
56
dapat ditempuh oleh pihak Biak diving untuk supaya masyarakat dapat lebih
kooperatif terhadap penyelenggaraan penyelaman dikawasan terumbu karang itu.
Apabila masyarakat merasa mendapatkan aspek positif dari kegiatan wisata bahari di
daerahnya maka sangat mungkin sekali untuk menunjang setiap kegiatan wisata
bahari didaerahnya. Biasanya semakin tinggi partisipasi suatu masyarakat maka
semakin tinggi pula dampak positif wisata bahari terhadap masyarakat tersebut.
Prospek wisata bahari memang sangat menjanjikan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
“….prospek pariwisata bahari bagus sekali di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido, apalagi saat Marauw masih buka, sebab saat itu ketika mengantar wisatawan mancanegara dari beberapa negara mereka memberikan komentar positif, sehingga jika didukung dengan sarana dan prasarana maka dapat menunjang kegiatan wisata bahari. Potensi wisata bahari ada namun sarana dan prasarananya kurang. Sumberdaya manusianya perlu pula disiapkan dan sebaiknya buat program dan dijelaskan pada masyarakat tentang fungsi dari taman laut dan keuntungannya jika wisatawan datang. Perlu juga untuk memberdayakan masyarakat dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat seperti group atau sanggar tari,sanggar nyanyi, pemandu, diver, dan ketrampilan pembuatan cenderamata….”(Biak Diving Centre,EF,2002). “…..Mnurwar (tanjung barari), Wadibu dan Opiaref (semuanya di Biak Timur daratan) adalah tempat yang bagus untuk menyelam, sehingga masyarakat perlu diajak untuk menata pantainya, membuat kegiatan rekreasi pantai, sanggar seni dan membuat ukiran. Tetapi yang biasa berlangsung adalah kami hanya membeli ikan segar dan kelapa muda. Masyarakat disini hanya bisa berpartisipasi pada taraf seperti itu saja kini….”(Biak Diving Centre,EF,2002)
Pernyataan pihak Biak diving ini menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa terlibat
secara lebih bermakna dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Apabila
masyarakat hanya bisa berpartisipasi melalui penyediaan ikan segar dan air kelapa
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
57
muda maka merupakan indikator bahwa dampak pembangunan pariwisata bahari
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat belum banyak terjadi.
Biak diving memiliki alat-alat terdiri dari 10 (sepuluh) set scuba diving, tabung
sebanyak 20 buah dan satu buah kompresor. Menurut keterangan hingga kini sudah
sekitar 50 (lima puluh) kali disewakan oleh wisatawan asing untuk melakukan
penyelaman di berbagai tempat, diantaranya di Kepulauan Padaido dan Biak Timur
daratan. Pendapatan atau pemasukan sebulan sekitar Rp. 650.000,- x 2 (orang) = Rp.
13.000.000,- (3 sampai dengan 6 bulan). Penyewaan alat-alat diving juga tidak
berlangsung setiap hari tetapi tergantung dari tingkat kunjungan dan minat dari
wisatawan. Kadangkala 3 (tiga) bulan tidak ada tamu atau terkadang hanya ada satu.
Paket Biak diving dan tarif sebagai berikut.
(1) Island scuba dive tour (minimum two person)
(a) rate Rp. 650.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks), weigh,dive guide,lunch box,boat
(2) Beach dive tour
(a) rate Rp. 500.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks),weigh,dive guide,lunch box,transfer VV
(3) Beach night dive tour
(a) rate Rp. 650.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks),weigh,dive guide,lunch box,transfer VV
(4) Additional 1 dive
(a) day dive Rp. 150.000,-/person
(b) night dive Rp. 200.000/person
(5) Sightseeing tour package (snorkeling)
Island sightseeing tour (minimum 2 person)
(a) rate Rp. 500.000,-/person/day
(b) include mask,snorkel,fins,dive guide,lunch box,boat
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
58
(6) Equipment rental
(a) fins,mask,snorkel Rp. 60.000,-/day
(b) BCD Rp. 80.000,-/day
(c) Regulator Rp. 80.000,-/day
(d) Wetsuit Rp. 65.000,-/day.
Paket-paket wisata bahari ini menunjukkan Biak diving sudah mengelola kegiatan
wisata bahari secara baik dan profesional, hanya hingga kini tingkat kunjungan
wisatawan belum sesuai dengan harapan pihak pengusaha, khususnya yang
memanfaatkan pelayanan jasa yang sudah disiapkan. Dalam paket-paket ini memang
terlihat hampir semua kebutuhan wisatawan telah dipenuhi atau disediakan dari pihak
pengusaha, sedangkan keterlibatan masyarakat sifatnya hanya pelengkap saja,
sebagaimana dikemukakan sejumlah stakeholder yaitu hanya dilibatkan untuk
mencari ikan segar dan air kelapa muda pada saat wisatawan menikmati kebutuhan
makan dan minum.
4. Usaha Perjalanan Wisata /Travel
Pihak travel (Biak Paradise) juga mengemukakan hal yang kurang lebih sama
dengan Biak diving bahwa selama ini memang yang lebih diuntungkan dalam wisata
bahari adalah pihak swasta yang mampu menyediakan sarana dan prasarana wisata
bahari yang dibutuhkan wisatawan mancanegara dan domestik. Agar pembangunan
pariwisata bahari dapat memberikan dampak positif yang lebih banyak kepada
masyarakat maka perlu terus meningkatkan berbagai kemampuan pada masyarakat.
“….perlu memberdayakan masyarakat dengan pemberian ketrampilan dan pekerjaan kepada masyarakat, seperti penyediaan tempat (kawasan) penyelaman, penyediaan tempat santai, penyediaan perahu, penyewaan homestay, dan penyediaan makan dan minum. Objek wisata juga perlu ditata masyarakat lebih baik dari bahan alami dan bersih. Perlu dibuat kelompok
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
59
atau group wisata yang akan mendukung setiap kegiatan wisata di daerahnya…..”(Travel Biak Paradise (B),2002).
“….yang paling diuntungkan kini dalam pembangunan wisata bahari adalah kelompok masyarakat yang memiliki fasilitas (dunia usaha) memadai seperti diving centre, pemilik akomodasi (hotel), travel, dan restoran walaupun memang ada biaya usaha seperti pembangunan fisik, fax, dan telekomunikasi…..”(Travel Biak Paradise (B),2002). “…..kurangnya pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan ketidakmampuan masyarakat menyediakan sarana dan prasarana penunjang yang memadai merupakan salah satu sebab utama rendahnya partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari. Pemberdayaan masyarakat masih perlu terus dilakukan oleh berbagai pihak, karena keterlibatan masyarakat dalam wisata bahari memang masih rendah……”(LIPI,Biak Numfor,(LT),2002). “…..pemerintah yang harus menggerakkan sektor wisata bahari. Walaupun homestay dan sarana lainnya ada disiapkan masyarakat tetapi kalau kunjungan wisatawan tidak ada bagaimana ?.Masyarakat juga masih melakukan berbagai pengrusakan terhadap terumbu karang walaupun sudah ditingkatkan pengawasannya. Pariwisata dan perikanan dikatakan sebagai sektor andalan tetapi sesungguhnya dana untuk pembangunan wisata dan perikanan paling kecil pada kedua sektor tersebut…..”(COREMAP,Biak Numfor,(MM),2002).
Hampir semua stakeholder yang berhasil diwawancarai mengungkapkan bahwa
tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata bahari di
Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido masih sangat rendah, walaupun sudah
ada peningkatan atau perbaikan. Penyebab rendahnya keterlibatan masyarakat
disebabkan oleh faktor yang beragam, kompleks dan dimensional. Dalam pemahaman
seperti ini maka dampak pembangunan wisata bahari terhadap perbaikan kondisi
sosial ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat kawasan terumbu
karang masih sangat rendah. Kondisi ini perlu diperhatikan dan dicermati semua
pihak terkait dalam kerangka membangun strategi dan kebijakan pembangunan wisata
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
60
bahari yang lebih mampu memberikan kontribusi ekonomi lebih baik terhadap
masyarakat setempat.
Apabila masyarakat terus tidak dan atau kurang diuntungkan dalam program
pengembangan dan pengelolaan wisata bahari, maka bisa saja akan terjadi dimana
masyarakat sebagai “pemilik” atau “penguasa” adat kawasan wisata bahari
melakukan upaya-upaya sistimatis dan terencana untuk membatasi program
pengembangan wisata bahari di daerahnya masing-masing. Masyarakat memang tidak
harus menjadi kelompok yang terus dikorbankan, kurang diperhatikan dan kurang
diuntungkan dalam kebijakan pembangunan wisata bahari. Pendekatan baru yang
lebih bisa memberikan peluang atau kesempatan kepada masyarakat untuk
mengembangkan dirinya perlu dikembangkan. Kurangnya pelibatan masyarakat
dalam proses pembangunan akan semakin menimbulkan gap yang semakin besar
antara “pemilik” sumberdaya alam dengan para pengusaha wisata bahari di wilayah
itu. Pengembangan kebijakan dan tindakan yang lebih berpihak pada masyarakat asli
memang perlu terus dikembangkan untuk semakin memberdayakan dan menguatkan
masyarakat dan kelembagaannya dalam proses menunjang pembangunan wisata
bahari didaerahnya.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
61
BAB III
KARAKTERISTIK MASYARAKAT YANG TERLIBAT DALAM WISATA BAHARI
DI BIAK TIMUR DARATAN DAN KEPULAUAN PADAIDO
3.1 Karakteristik Masyarakat
Pembangunan pariwisata bahari di Biak Numfor, khususnya di Biak Timur daratan
dan Kepulauan Padaido dipandang oleh hampir semua stakeholder yang
diwawancarai masih sedikit atau rendah sekali keterlibatan masyarakat dalam
program dan kegiatan wisata bahari. Tetapi pada taraf tertentu masyarakat masih ada
yang turut berpartisipasi dan atau terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya.
Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat setempat kawasan terumbu karang
merupakan suatu cara untuk mengetahui dan memahami pula sejauhmana dampak
positif pembangunan wisata bahari terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat di
kawasan terumbu karang. Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat dapat melalui
anggota-anggota masyarakat setempat (responden) yang pernah terlibat dan
mendapatkan imbalan jasa bernilai ekonomi seperti uang, barang dan lainnya atas
keterlibatannya dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya, disamping pandangan dan
tanggapan masyarakat desa kawasan terumbu karang terhadap kegiatan wisata bahari
selama ini.
Karakteristik anggota masyarakat (responden) di Biak Timur dan Kepulauan
Padaido yang pernah terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan wisata bahari dapat
menunjukkan secara lebih rinci bagaimana karakteristik anggota masyarakat setempat
terhadap kegiatan wisata bahari di desanya masing-masing seperti jenis
kelamin,umur,pendidikan,ketrampilan,pekerjaan,status keluarga, suku bangsa (ethnic
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
62
group), kedaerahan, dan karakteristik penduduk lainnya. Aspek ini merupakan salah
satu cara untuk melihat bagaimana dampak pembangunan wisata bahari terhadap
masyarakat kawasan terumbu karang di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido.
3.1.1 Status dalam Keluarga
Keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya
dilihat dari sisi status mereka dalam keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 10
Status Keluarga dalam masyarakat di Biak Timur dan Padaido No Status Keluarga Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
Kepala Keluarga
Ibu Rumah Tangga
Anak
61
11
6
78,2
14,1
7,7
Jumlah 78 100
Sumber : Data Survei 2002 Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab jelas
Data ini menunjukkan para kepala keluarga yang paling banyak terlibat dalam
kegiatan wisata bahari dan disusul kaum ibu rumah tangga. Apabila dikaitkan dengan
jenis keterlibatan anggota masyarakat sebagaimana yang dikemukakan para
stakeholder di daerah perkotaan Biak bahwa masyarakat hanya bisa terlibat dalam
mencari ikan segar dan buah kelapa muda maka memang aktivitas ini paling banyak
dilakukan oleh kaum laki-laki dan kemudian ditunjang oleh kaum perempuan.
Mencari atau mengail ikan di laut lepas sesuai adat kebiasaan memang hanya bisa
atau pantas dilakukan oleh kaum laki-laki oleh karena dari sisi sosial budaya atau adat
istiadat dipandang merupakan pekerjaan laki-laki dan tidak pantas atau layak
dilakukan oleh kaum perempuan, sedangkan untuk memasaknya dan menyajikannya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
63
pada para wisatawan dilakukan oleh kaum perempuan dan bukan oleh kaum laki-laki.
Kaum perempuan sesuai “kodratnya” yang ditentukan oleh adat istiadatnya maka
diwajibkan untuk memasak dan menyediakannya pada keluarga dan atau para turis
yang ingin mengkonsumsi ikan masak atau ikan bakar segar. Dalam masyarakat Biak
memang ada nilai sosial budaya yang masih bertahan dan ditaati oleh masyarakat
tentang pembagian kerja sesuai gender tentang jenis pekerjaan yang “layak” atau
“pantas” dilakukan oleh kaum laki-laki dan tidak “layak” atau “pantas” dilakukan
oleh kaum perempuan. Perempuan juga dipandang kurang pantas secara sendirian
untuk mendekati atau bersama-sama dengan orang lain (wisatawan} secara sendirian
tanpa didampingi oleh kaum laki-laki (suaminya atau saudara laki-lakinya).
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari sesuai jenis kelamin maka
paling banyak kaum laki-laki (84,1%) dan perempuan lebih sedikit (15,9%).
Pengaruh budaya dalam kehidupan masyarakat setempat memang masih kuat
berlangsung.Sistem dan nilai adat istiadat tradisional masyarakat pedesaan
dikampung-kampung Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido masih berpengaruh
kuat terhadap perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan masyarakatnya . Pengaruh
nilai dan sistem adat istiadat masyarakat memang kemudian menyebabkan kaum
perempuan akan sulit terlibat banyak dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya di
bidang kaum laki – lakinya. Cara –cara pergaulan antara kaum perempuan dan laki –
laki dengan orang di luar masyarakat adatnya atau dengan orang asing (wisatawan )
sudah diatur dan mengatur secara cukup ketat setiap perilaku kebiasan masyarakat
adat disini walaupun demikian , oleh karena kaum laki – laki yang terlibat paling
banyak adalah kepala keluarga maka hasil pendapatan yang diperolehnya kemudian
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
64
merupakan pendapatan keluarga yang nantinya akan dikonsumsi atau dimanfatkan
secara bersama dalam keluarga.
3.1.2 Status Dalam Masyarakat
Apabila anggota masyarakat yang terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan
wisata bahari di daerahnya dikelompokkan berdasarkan statusnya dalam masyarakat
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11
Status masyarakat Biak timur dan Padaido No Status Masyarakat Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Masyarakat Biasa
Tokoh Pemerintah
Tokoh Agama
Tokoh Adat
Tokoh Pemuda
Tokoh Wanita
42
12
9
8
3
3
54,5
15,6
11,7
10,4
3,9
3,9
Jumlah 77 100
Sumber : Data survei 2002 Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab jelas
Dalam berbagai wawancara dengan masyarakat di kampung-kampung ini, bisa
diketahui bahwa anggota masyarakat biasa yang paling banyak terlibat dalam
kegiatan wisata bahari di desanya itu umumnya mereka adalah anggota dan atau
partisipan dalam lembaga swadaya masyarakat yang biasa membantu wisatawan
melakukan kegiatan wisata bahari di kedua daerah wisata tersebut. Anggota
masyarakat biasa ini pula yang umumnya sudah mendapatkan berbagai bimbingan,
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
65
penyuluhan dan pelatihan dari berbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat dan Instansi Lainnya.
Data ini menunjukkan pula bahwa proses pemberdayaan dan penguatan masyarakat
dalam upaya meningkatkan pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
wisata bahari dikampungnya, sangat penting dan strategis sehingga perlu terus
diperhatikan dan ditingkatkan. Tinggi rendahnya proses pemberdayaan masyarakat
akan berpengaruh pula terhadap tinggi rendahnya keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan wisata bahari. Bagi masyarakat yang sudah mendapat pengetahuan dan
pelatihan tentang wisata bahari, akan memahami bagaimana cara atau strategi untuk
bisa terlibat dalam kegiatan wisatawan yang datang ke daerahnya.
“… wisatawan ada yang datang kesini tetapi biasanya pemandu (guide) yang datang membawa (mengantar) wisatawan ke tempat tujuan wisata, langsung pulang dan tidak singgah di kampung. Kami didesa selalu terlambat informasi (peluang untuk terlibat), karena pemandu tinggal di kota sana (kota Biak) sehingga mereka tahu informasi lebih cepat dan dapat dihubungi segera oleh travel, yayasan dan hotel … “ (anggota masyarakat (SR), Desa Mbromsi, 2002).
Biasanya pula setiap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sudah memiliki para
pemandu dan orang-orang khusus yang akan segera dihubungi untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kedatangan wisatawan mancanegara atau
nusantara. Dalam kondisi demikian, memang para anggota masyarakat lainnya tidak
memiliki jaringan atau hubungan dengan sesuatu instansi, maka mereka sangat sulit
terlibat dalam suatu kegiatan wisata bahari. Dalam posisi seperti ini, anggota
masyarakat biasa yang akan banyak memperoleh pendapatan dari kegiatan wisata
bahari adalah mereka yang mampu membangun hubungan dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan kegiatan wisata bahari di daerah perkotaan.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
66
3.1.3 Pendidikan Masyarakat
Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini berdasarkan
pendidikannya terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 12
Pendidikan Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari
Di Biak Timur dan Padaido No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
SD
SLTP
SLTA
Diploma/ Akademi
21
31
24
3
26,6
39,2
30,4
3,8
Jumlah 79 100
Sumber : Data Survei 2002 Catatan : 3 (tiga) responden tidak menjawab dengan jelas
Temuan ini bisa memberikan pemahaman lebih spesifik, seperti anggota masyarakat
dengan pendidikan rendah pun (SD) dapat terlibat dalam kegiatan wisata bahari di
daerahnya, karena memang keterlibatannya tidak membutuhkan pendidikan atau
pengetahuan, tetapi cukup hanya mampu untuk mencari ikan yang banyak atau bisa
memanjat pohon kelapa untuk memetik buahnya. Dalam proses keterlibatan ini maka
pendidikan, pengetahun, ketrampilan dan kemampuan spesifik masyarakat kurang
dibutuhkan. Tetapi pada sisi lain, apabila memperhatikan pendidikan anggota
masyarakat yang terlibat maka sesungguhnya pendidikan berpengaruh cukup kuat
dalam keterlibatan masyarakat
Bisa dipastikan bahwa seseorang warga kampung dengan pendidikan yang baik
akan lebih mampu untuk melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari yang
berlangsung di kampungnya. Aspek ini ditunjukkan dengan sebagian besar anggota
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
67
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari memiliki pendidikan SLTP ke
atas. Pelibatan diri dalam kegiatan wisata bahari memang membutuhkan beberapa
kemampuan seperti tidak ada hambatan psikologis untuk berhubungan dengan orang
lain (wisatawan), kemampuan berkomunikasi bahasa Indonesia dan asing (Inggris)
dengan baik, memiliki keahlian khusus dalam aspek kepariwisataan bahari (guide),
mempunyai hubungan atau jaringan (networking) dengan orang atau pihak yang
berkaitan dengan pengelolaan wisata bahari di perkotaan Biak, mempunyai kekuasaan
tertentu (adat) atas kawasan wisata, masuk dalam sebuah institusi atau lembaga yang
mengelola kegiatan wisata bahari dan mampu menyediakan sarana dan prasarana
wisata bahari.
3.1.4 Pekerjaan dan Suku Bangsa
Warga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya ternyata
cukup bervariasi seperti data pada tabel berikut ini.
Tabel 13
Pekerjaan Pokok Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari
Di Biak Timur dan Padaido No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nelayan
Petani
Buruh
Pegawai Negeri
Pengrajin
Lainnya
35
32
1
5
1
3
45,5
41,6
1,3
6,5
1,3
3,9
Jumlah 77 100
Sumber : Data survei 2002 Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab jelas
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
68
Hal yang cukup menggembirakan, ternyata anggota masyarakat yang memiliki
pekerjaan pokok sebagai nelayan dan petani adalah yang paling banyak terlibat dalam
kegiatan wisata bahari di daerahnya. Kondisi ini bisa merupakan indikator, bahwa
kegiatan wisata bahari berdampak pada penambahan pekerjaan dan atau menambah
pendapatan masyarakat yang selama ini menggantungkan kehidupan keluarganya
sebagai nelayan dan petani tradisional masyarakat asli setempat, karena hampir
seluruh (94,2%) anggota masyarakat terlibat adalah suku bangsa Biak dan hanya
sedikit (5,8%) suku bangsa non Biak. Temuan ini menunjukkan bahwa program
pembangunan wisata di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido berdampak
terhadap pertambahan pekerjaan untuk masyarakat asli kawasan terumbu karang.
Tingginya keterlibatan masyarakat asli Biak dalam kegiatan wisata bahari di daerah
ini, bisa terjadi karena hampir seluruh masyarakat yang tinggal di kedua kawasan
terumbu karang ini adalah masyarakat asli suku Biak, kawasan laut terumbu karang
memang dikuasai secara adat masyarakat asli, sehingga hanya mereka pulalah yang
pertama dan memiliki keleluasaan untuk terlibat, dan masyarakat non Biak yang
tinggal di wilayah ini sangat kurang, khususnya di Kepulauan Padaido. Walaupun
tingkat keterlibatan masyarakat tinggi dalam kegiatan wisata bahari ini, akan tetapi
secara ekonomi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah dibanding pendapatan
yang diperoleh dari pengelolaan wisata bahari itu sendiri seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Biak Diving, travel dan hotel, yang juga hampir seluruh
pemiliknya atau pengelolanya masyarakat non Biak, kecuali Lembaga Swadaya
Rumsram yang hampir semua pengurusnya pemuda asli Biak dan memiliki akses
sesuai kedaerahan dan adat di wilayah wisata.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
69
Lembaga adat dan masyarakat adat memang memiliki kekuasaan yang besar
terhadap penguasaan kawasan terumbu karang di wilayah ini.Semua kegiatan wisata
bahari yang akan dikembangkan di daerah ini, perlu mendapat persetujuan dari
lembaga atau masyarakat adat. Pengaruh lembaga adat dalam kegiatan wisata bahari
bisa diperhatikan dari pemberian ijin oleh lembaga adat untuk melakukan semua
kegiatan usaha wisata bahari, model kerjasama dengan lembaga adat, dan pemberian
imbalan kepada masyarakat adat atas kegiatan wisata bahari yang dilakukan oleh
pihak manapun. Warga non Biak yang akan terlibat dalam kegiatan wisata bahari
biasanya perlu mendapat ijin dari pihak adat. Masyarakat migran inipun sudah sangat
memahami kekhususan ini, sehingga tidak akan melakukan kegiatan apapun tanpa
persetujuan pihak adat. Pihak pemerintah pun apabila akan mengembangkan suatu
program pembangunan wisata bahari, perlu bekerjasama dengan pihak adat setempat.
Dalam posisi budaya seperti ini, maka masyarakat adat memiliki peluang dan
kesempatan yang lebih besar dalam melibatkan diri ke dalam kegiatan wisata bahari
di kampungnya dibanding masyarakat pendatang atau migran yang berasal dari
kabupaten lain di Propinsi Papua maupun luar propinsi Papua. Wewenang, kekuasaan
dan peluang ini memang belum termanfaatkan secara baik karena berbagai kendala
seperti rendahnya pendidikan, pengetahuan, wawasan, pandangan, ketrampilan,
lembaga sosial, sistem sosial dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Lembaga
adat dan masyarakat adat ideal nya memang harus mampu menyediakan atau
mengembangkan prasarana dan sarana pariwisata. Masyarakat asli perlu memahami
bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke
tempat atau daerah yang sama sekali masih asing baginya. Karena jauh dari tempat
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
70
tinggalnya maka ia memerlukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, yaitu semenjak berada di daerah asalnya sampai kembali ketempat
tujuan, hingga ia kembali ke rumahnya. Oleh karena itu sebelum seseorang wisatawan
melakukan perjalanan wisata, terlebih dahulu ia ingin mengetahui tentang:
(a). fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata
yang akan dikunjunginya (Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido).
(b).fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau
daerah tujuan yang akan dikunjunginya.
(c). fasilitas catering services, yang dapat memberi pelayanan mengenai makanan dan
minuman sesuai dengan selera masing-masing.
(d). objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjunginya.
(e). aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjungi tersebut.
(f). fasilitas perbelanjaan, dimana ia dapat membeli barang pada umumnya dan
souvenirs pada khususnya.
(g).tempat atau toko, dimana ia dapat membeli atau reparasi kamera dan mencuci
serta mencetak film hasil pemotretan ( Yoeti, l987 ).
Kebutuhan yang diperlukan wisatawan wisata bahari memang sangat beragam dan
perlu disediakan oleh semua pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat) yang terlibat
dalam usaha jasa wisata bahari. Masyarakat setempat yang memiliki atau mempunyai
otoritas atas sebuah kawasan wisata bahari memang belum cukup untuk dapat terlibat
secara maksimal dalam pengelolaan wisata bahari di daerahnya. Mayasrakat asli
setempat memang belum terlalu mampu menyediakan prasarana dan sarana wisata
sebagaimana dimaksud di atas. Masyarakat masih membutuhkan waktu lama untuk
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
71
mengembangkan diri dan kemampuan, agar dapat menyediakan prasarana dan sarana
wisata bahari di daerahnya masing-masing agar dapat lebih mampu mendapatkan
dampak positif dari wisata bahari.Dalam kenyataannya, hampir semua prasarana dan
sarana penunjang pariwisata ini hanya mampu dikembangkan secara maksimal oleh
kelompok pengusaha dan lembaga swadaya masyarakat. Walaupun demikian,
berbagai prasarana dan sarana wisata bahari sudah mulai sanggup disiapkan oleh
masyarakat setempat dengan bantuan pemerintah, swasta, lembaga swadaya
masyarakat dan institusi terkait lainnya.
Kelompok masyarakat di perkotaan Biak yang mampu menyediakan fasilitas
penunjang pariwisata, khususnya wisata bahari memang hampir seluruhnya
kelompok masyarakat pendatang yang sudah lama puluhan tahun berada dan tinggal
di pulau karang ini. Pemilik hotel, biro perjalanan, agen wisata, catering, penyediaan
sarana dan prasarana selam termaju, semuanya dimiliki masyarakat pendatang,
kecuali sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) banyak dikembangkan oleh
penduduk asli setempat. Kelompok masyarakat di perkotaan ini memang selalu
melibatkan beberapa masyarakat kampung untuk bekerjasama, berkoordinasi,
partisipasi dan terlibat dalam kegiatan wisata bahari yang diselenggarakan disetiap
kampung. Tetapi dari sisi jenis keterlibatan maka pendapatan yang akan diperoleh
masyarakat kampung tidak akan banyak. Pendapatan yang diperolehpun biasanya
bukan dari wisatawan, tetapi dari pihak penyelenggara wisata itu.
“… selama ini memang yang diuntungkan dari pihak hotel atau swasta, karena wisatawan menginap di hotel dan melakukan kegiatan wisata setelah itu kembali lagi ke hotel. Pemerintah harus memberikan kemudahan, penyediaan sarana dan prasarana serta dana karena masyarakat secara finansial juga tidak sanggup.Selain mempersiapkan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
72
sumber daya manusia (pelatihan-pelatihan), dana juga dibutuhkan baik dari pihak pemerintah maupun swasta … “(Hotel Arumbai (JR), 2002).
3.2. Bentuk Keterlibatan Masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari merupakan bagian yang
sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan di daerah ini. Tinggi rendahnya
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari, akan menentukan tinggi
rendahnya pula keberhasilan pembangunan kepariwisataan bahari yang perlu
dikembangkan melalui penetapan strategi, kebijakan, program dan kegiatan wisata
bahari oleh pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, lembaga agama
dan pihak lainnya. Indikator pembangunan kepariwisataan dapat diperhatikan dari
sejauhmana keterlibatan pemerintah (state), swasta (private sector) dan masyarakat
seperti penduduk asli setempat, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga adat (civil
society) dalam bidang pembangunan ini. Apabila keterlibatan masyarakat kampung
dalam pembangunan wisata bahari rendah, maka bisa dipastikan perkembangan
bidang wisata bahari tidak akan berdampak baik sebagaimana diharapkan bersama.
Umumnya kelompok masyarakat (civil society) yang selalu tertinggal dalam
melibatkan diri dalam berbagai kegiatan bidang pembangunan, tidak terkecuali di
daerah ini sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait.
Bentuk dan keterlibatan masyarakat dapat menjadi indikator adanya dampak
pembangunan pariwisata bahari terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Walaupun sejumlah stakeholder insitu dan sites mengungkapkan keterlibatan
masyarakat setempat kawasan terumbu karang masih rendah dalam kegiatan wisata
bahari di kampungnya masing-masing, tetapi pada taraf tertentu sudah ada partisipasi
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
73
dan keterlibatan masyarakat. Umumnya semakin tinggi dampak pembangunan
pariwisata, khususnya wisata bahari terhadap masyarakat, maka biasanya semakin
tinggi pula tingkat keterlibatan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pemerintah
daerah Kabupaten Biak Numfor memang mengharapkan agar pembangunan wisata
bahari di daerah ini dapat memberikan kontribusi ekonomi yang lebih luas dan berarti
pada masyarakat dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat
sesuai potensi sumber daya alam bahari yang dimilikinya.
Keterlibatan masyarakat memang dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks,
beragam dan dimensional. Keterlibatan masyarakat sangat ditentukan oleh
sejauhmana masyarakat kampung mampu berpartisipasi dan berperan serta dalam
setiap kegiatan wisata bahari di kampungnya masing-masing. Kendala pendidikan,
ketrampilan, pandangan, wawasan, kemampuan berbahasa asing, keberanian dalam
berkomunikasi dan interaksi sosial dengan wisatawan, kemampuan membangun
jaringan atau hubungan kerja dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program wisata
bahari, dan ketepatan strategi, kebijakan dan program pembangunan wisata bahari
yang dikembangkan pemerintah daerah dan swasta akan sangat menentukan tinggi
dan rendahnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini.
Keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan wisata bahari ditentukan oleh
tingkat kunjungan wisatawan, daerah tujuan wisata yang dipilih wisatawan, kegiatan
wisata bahari yang ditentukan penyelenggara, tersedianya akomodasi dan restoran,
kelengkapan sarana yang disiapkan masyarakat dan kondisi iklim. Sebagaimana
dipahami bahwa perubahan musim gelombang dan tidak musim gelombang yang
umumnya berganti dua kali dalam setahun, sangat menentukan berlangsungnya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
74
kegiatan wisata bahari di daerah tujuan wisata bahari ini. Kegiatan wisata bahari
praktis terhenti pada saat musim gelombang yang berlangsung hampir 6(enam) bulan
dalam setahun.
. Berbagai kendala dan atau masalah memang dihadapi masyarakat dalam
meningkatkan keterlibatannya mengelola kegiatan wisata bahari di daerahnya dapat
dipahami melalui berbagai berbagai pernyataan dari berbagai kalangan masyarakat di
dua daerah wisata bahari ini.
“… masyarakat kurang sekali terlibat karena kurang mempersiapkan diri untuk melayani wisatawan mancanegara dan domestik. Disini baru dilakukan pelatihan pramuwisata yang diadakan satu kali. Kesulitan juga pada segi bahasa (Inggris) dan sarana prasarana wisata bahari yang masih kurang lengkap …” (ZM, Kampung Wundi, 2002 ). “… sudah ada Badan Pengelola Ekowisata (BPE) namun belum jalan. Pengurus sudah dibentuk dan program sudah dibuat tetapi belum jalan. Pengetahuan untuk melayani wisatawan yang masih kurang. Fasilitas yang tidak menunjang, dan kurang pengetahuan akan bahasa asing (Inggris) … “ (W, Kampung Pasi, 2002 ). “ … kesulitan masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan asing adalah, masalah bahasa asing serta cara pelayanan (penyediaan) makanan dan minuman. Walaupun demikian pemahaman masyarakat terhadap pembangunan wisata bahari semakin baik dibanding sebelumnya … “ (ZR, P.Dawi, Kampung Nyansoren, 2002). “ … kegiatan wisata bahari sudah cukup baik disini sehingga objek-objek wisata bahari perlu dijaga masyarakat jangan sampai rusak. Sarana dan prasarana penunjang wisata bahari sudah ada dari pihak COREMAP 4 (empat) buah speed boat, 8 (delapan) motor tempel dan satu buah kapal. Tetapi kunjungan wisatawan kurang sekali. Pada tahun 1995 rata-rata setiap bulan ada satu kali wisatawan yang berkunjung, tetapi setelah ditutupnya penerbangan langsung Biak-Honolulu, maka jarang sekali wisatawan yang berkunjung.Apabila ada wisatawan yang berkunjung, maka biasanya masyarakat melayaninya dengan menjual kelapa muda, ikan, lobster, kepiting segar … “ (F, KampungWundi, 2002).
” … wisatawan lokal (domestik) yang kadang-kadang datang, sedangkan wisatawan asing tidak pernah datang, hanya ke Pulau Dawi. Hanya memang masyarakat yang bantu memasak dan terlibat sebagai porter (pemikul
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
75
barang wisatawan). Masyarakat sebenarnya kurang sekali terlibat, karena kegiatan wisata baharinya dilakukan ditempat lain (Pulai Dawi). Masyarakat tidak memperoleh pendapatan karena wisatawan tidak singgah di sini (Pulau Pasi), sehingga kurang dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat desa ini … “ (Kepala Kampung Pasi (TK), 2002). “ … apabila ada kunjungan wisatawan domestik atau asing, maka masyarakat menjual makanan tradisional seperti keladi, papeda, petatas, ikan asar, ikan bakar, dan kelapa muda. Memang tidak semua masyarakat memperoleh pendapatan, hanya yang mempunyai sarana dan prasarana wisata. Kegiatan wisata bahari tidak dapat memeperbaiki kondisi ekonomi masyarakat kampung karena jarang wisatawan yang berkunjung ini sehingga pendapatan juga sedikit dibanding dengan usaha lainnya. Masyarakat yang paling diuntungkan adalah masyarakat kota yang mempunyai sarana transportasi dan pemandu, karena biasanya dari kota langsung diantar ke lokasi objek wisata kemudian diantar kembali ke kota … “ (SR,Kampung Mbromsi, 2002).
Berbagai ungkapan memperlihatkan betapa sulitnya masyarakat setempat hingga
kini mendapatkan pendapatan dari program pembangunan wisata bahari.
Mengharapkan program pembangunan wisata bahari dapat memberikan dampak
positif lebih banyak memang membutuhkan waktu lama. Berbagai upaya yang
komprehensif dan integrated, masih perlu dilakukan secara baik dan
berkesinambungan. Walaupun dampak ekonominya masih rendah tetapi tetap
dampaknya sudah ada dalam kehidupan masyarakat secara psikologis, sosial, budaya,
dan ekonomi. Berbagai bentuk pengadaan pelayanan terhadap wisatawan terus
dipersiapkan dan dikembangkan masyarakat guna melayani wisatawan yang datang
ke daerahnya secara pribadi ataupun bekerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat, swasta dan pemerintah daerah setempat.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
76
3.2.1 Model Keterlibatan Masyarakat
Keterlibatan dan atau partisipasi masyarakat desa, kawasan terumbu karang di
Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido tentunya melalui berbagai cara, sehingga
pemahaman terhadap aspek ini akan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang bagaimana masyarakat dapat terlibat dan menunjang kegiatan wisata bahari di
kampungnya (desanya). Pemahaman ini pula berguna dalam upaya meningkatkan
peran atau fungsi masyarakat dalam menunjang program wisata bahari di daerah ini.
Tabel 14 Model Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
No. Cara Terlibat Masyarakat Frekuensi Prosentase
1. 2. 3. 4. 5.
Berusaha sendiri untuk terlibat Dilibatkan oleh penyelenggara wisata Ditentukan aparat desa setempat Di tentukan lembaga adat setempat Lainnya
31 29 12 5 2
39,2 36,7 15,2 6,3 2,6
J u m l a h 79 100
Sumber : Data survei, 2002. Catatan : 3 (tiga) responden tidak menjawab jelas Data menunjukkan umumnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari
ini dilakukan atau terjadi atas usaha sendiri masyarakat secara mandiri. Hal ini bisa
berarti anggota-anggota masyarakat tersebut secara mandiri berusaha ikut terlibat
dalam kegiatan wisata bahari. Kelompok masyarakat itu sadar apabila tidak berusaha
sendiri, maka tidak akan dapat terlibat serta memahami dan menyadari bahwa
keterlibatan dalam kegiatan wisata bahari akan mendatangkan pendapatan tambahan
pada keluarga. Termasuk dalam kategori kelompok masyarakat ini, adalah
masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan, pandangan dan wawasan yang baik
terhadap kegiatan wisata bahari di kampungnya. Kelompok masyarakat ini biasanya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
77
memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan relasi sosial dengan
kelompok masyarakat lainnya (wisatawan mancanegara dan domestik), mempunyai
pengalaman cukup memadai dalam membangun hubungan komunikasi dengan orang
lain, bukan merupakan kelompok masyarakat yang tertutup, biasanya memiliki
pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang lebih baik dibandingkan
anggota masyarakat lainnya, serta memiliki pengetahuan atau pengalaman yang lebih
baik tentang kepariwisataan. Diperkirakan kelompok masyarakat yang masuk
kategori ini adalah, kelompok masyarakat yang memiliki akses dan litigimasi
terhadap wilayah kegiatan wisata bahari serta secara ekonomi mampu menyediakan
sejumlah sarana dan prasarana penunjang wisata bahari seperti transportasi, makanan
dan minuman, dan akomodasi di kampungnya.
Kelompok masyarakat berikutnya yaitu anggota-anggota masyarakat yang terlibat
karena memiliki hubungan sosial dan atau relasi kerja dengan para penyelenggara
atau agen wisata bahari di Kabupaten Biak Numfor. Para penyelenggara wisata bahari
memang dalam program penyelenggaraan kegiatan wisatanya mempunyai jaringan
kerja dengan pihak-pihak atau orang-orang yang dipandang dapat menunjang
program kerjanya secara baik, tidak terkecuali anggota masyarakat di kampung-
kampung tempat wisata bahari dilakukan. Pihak-pihak itu, diantaranya adalah
anggota-anggota masyarakat kampung (desa) yang berada di lokasi kegiatan wisata
baharinya. Kelompok masyarakat ini yang mempunyai akses atau kekuasaan terhadap
wilayah wisata bahari yang sering digunakan oleh wisatawan, seperti anggota
masyarakat pemilik hak ulayat yang berkuasa atas wilayah laut tempat kegiatan
wisata bahari dilakukan, anggota pemuda kampung yang berpengaruh, pengurus
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
78
organisasi di kampung dan anggota masyarakat yang memang secara sengaja dididik
penyelenggara wisata bahari untuk terlibat dan menunjang kegiatan wisata bahari di
daerahnya. Kelompok anggota masyarakat ini biasanya sudah dihubungi oleh pihak
penyelenggara wisata bahari apabila para wisatawan akan berkunjung di
kampungnya.Tugas dan fungsinya pun sudah ditetapkan, sehingga mereka sudah
mengetahui apa yang harus dilakukan apabila para wisatawan datang ke daerahnya.
Kelompok masyarakat yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan wisata bahari
adalah anggota masyarakat yang ditunjuk oleh pihak aparat kampung (kepala
kampung) untuk turut terlibat dalam suatu kegiatan wisata bahari di kampungnya.
Kelompok masyarakat ini umumnya telah mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan tentang wisata bahari yang dilakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten
Biak Numfor atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Dalam kondisi seperti ini maka
sesungguhnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan di setiap kampung tidak dapat
dilakukan sesuka hati masyarakat, tetapi ada ketentuan-ketentuan yang harus ditaati
oleh semua orang. Seseorang tidak bisa dengan leluasa terlibat dalam suatu kegiatan
wisata bahari apabila tidak memiliki wewenang khusus. Pembatasan keterlibatan ini
menyebabkan tidak semua masyarakat dapat terlibat sehingga dampak pembangunan
wisata bahari juga tidak dialami oleh semua masyarakat. Keterlibatan anggota
masyarakat juga dipengaruhi oleh ijin yang diberikan lembaga masyarakat adat
setempat terhadap seseorang anggota masyarakat, walaupun untuk kasus ini tergolong
rendah jumlahnya.
Temuan ini menunjukkan pula tidak semua anggota masyarakat dapat terlibat dalam
kegiatan wisata bahari yang ada di daerahnya. Kelompok masyarakat ini jelas
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
79
merupakan masyarakat kebanyakan di kampung-kampung, walaupun mungkin
sesungguhnya mereka ingin sekali terlibat dalam kegiatan wisata bahari didaerahnya.
Persoalan yang sering dihadapi masyarakat kebanyakan adalah jumlah wisatawan
yang tidak terlalu banyak, sehingga memang tidak banyak membutuhkan keterlibatan,
partisipasi atau peran masyarakat dalam sebuah kegiatan wisata bahari. Jumlah
wisatawan yang sedikit dan tidak terlalu sering datang berpengaruh pula terhadap
jumlah pelayanan yang diperlukan, jumlah kebutuhan makanan dan minuman yang
dibutuhkan, jumlah guide yang terbatas, dan kebutuhan sarana dan prasarana
penunjang yang juga tidak terlalu banyak. Kondisi ini memang yang lebih banyak
terjadi dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Dalam kondisi ini pula wajar saja
apabila anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di suatu
kampung hanya terbatas dan kemungkinan hanya anggota-anggota masyarakat yang
itu-itu juga. Dalam pemahaman seperti itu pulalah maka dapat dipahami apabila
kebanyakan masyarakat beranggapan pembangunan wisata bahari di daerahnya
kurang memberikan kontribusi ekonomi yang berarti kepada masyarakat.
3.2.2 Jenis Keterlibatan Masyarakat
Jenis keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya dapat
digunakan untuk menganalisis sejauh mana dan semampu apa anggota masyarakat
kampung dapat terlibat dalam kegiatan wisata bahari dan memperoleh pendapatan
tambahan individu atau keperluan keluarganya. Jenis keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan wisata bahari turut mempengaruhi pula tinggi rendahnya pendapatan yang
diperoleh dari keterlibatannya dalam suatu kegiatan wisata bahari. Data ini juga
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
80
penting untuk memahami sejauhmana masyarakat mampu mengembangkan
keterlibatannya pada sisi-sisi pembangunan wisata bahari dari tahun ke tahun,
misalnya apakah keterlibatan masyarakat hanya pada bentuk menyumbang tenaga
secara fisik, sehingga bisa dipastikan lemahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kepariwisataan di daerah ini. Kondisi ini pula dapat digunakan untuk
memahami dampak pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari di
kampung-kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Tinggi rendahnya
pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari sangat tergantung pula pada jenis-
jenis keterlibatan masyarakat pada sektor pembangunan ini. Tinggi rendahnya
pendapatan masyarakat dari sektor ini memang tergantung dari beberapa aspek, selain
jenis kegiatan atau keterlibatan, yaitu intensitas keterlibatan masyarakat, volume
keterlibatan dalam kegiatan wisata, kemampuan memberikan pelayanan terbaik
terhadap wisatawan, tingkat kepuasan para wisatawan, dan lama tinggal wisatawan di
suatu kampung tempat wisata bahari.
Tabel 15 Jenis Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan
Wisata Bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
No Jenis Keterlibatan Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Guide (pemandu) wisata bahari Porter (buruh) Homestay (pondokan) Rumah makan Jasa Transportasi Penyewaan peralatan wisata bahari Pemandu dan Homestay Pemandu dan penyewaan jasa transportasi Homestay dan jasa transportasi Rumah makan dan jasa transportasi Lainnya
16 4
11 3
15 4 1 4 6 1
12
20,8 5,2
14,3 3,9
19,5 5,2 1,3 5,2 7,8 1,3
15,6
T o t a l 77 100 Sumber : Data survei, 2002 Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
81
Data tabel menunjukkan jenis keterlibatan masyarakat asli setempat kawasan
terumbu karang (coral reef) cukup bervariasi sehingga bisa menggambarkan
kemampuan masyarakat setempat untuk mengisi sejumlah pekerjaan yang diperlukan
dalam menunjang kegiatan wisata bahari dikampungnya. Dipahami pula bahwa
jumlah frekuensi yang tinggi tidak bisa sekaligus menggambarkan pula jumlah
tertinggi pendapatan yang diperoleh dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
wisata bahari di kampungnya, seperti sebagai penyedia tenaga untuk porter akan
lebih sedikit pendapatan yang diperoleh dibandingkan misalnya dengan jasa
transportasi antar kota Kabupaten Biak Numfor dengan tempat-tempat wisata bahari
di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido walaupun jumlah keterlibatannya
hanya satu kali saja.
Jenis pekerjaan dan atau keterlibatan masyarakat kampung kawasan terumbu karang
yang paling banyak (20,8%) adalah sebagai tenaga guide sehingga menarik untuk
dianalisis, karena jenis pekerjaan ini membutuhkan keahlian tertentu seperti bisa
menguasai sedikit bahasa asing (Inggris) apabila itu dilakukan untuk wisatawan
mancanegara (asing). Hal ini dimungkinkan apabila anggota masyarakat yang terlibat
itu sudah pernah mengikuti kursus atau pelatihan bahasa asing yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat maupun pihak lainnya.
Pelatihan dan penyuluhan tentang pengembangan wisata bahari terhadap masyarakat
kampung dipandang cukup berhasil dengan munculnya tenaga-tenaga kerja yang
memiliki keahlian mengembangkan pekerjaan sebagai guide. Seorang pemandu juga
setidaknya mengetahui tentang semua kegiatan wisata bahari misalnya tentang
tempat-tempat aman, tepat dan paling indah untuk melakukan kegiatan penyelaman.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
82
Penyediaan jasa transportasi juga menunjukkan angka terbanyak kedua (19,5%)
jenis keterlibatan masyarakat kampung. Jenis kegiatan ini bisa berarti penyediaan jasa
transportasi untuk kegiatan lokal atau sekitar kegiatan wisata bahari di kampung
seperti penggunaan dan atau penyewaan perahu-perahu kecil tradisional penduduk
setempat untuk mendukung kegiatan wisata bahari di sekitar kampung seperti
penyelaman dan pengangkutan barang-barang wisatawan dalam melakukan
mobilitasnya di kampung wilayah wisata. Penyediaan transportasi juga bisa berarti
wisatawan memanfaatkan perahu-perahu bermotor (motor jonson) untuk melakukan
mobilitas di derah perairan wisata bahari dalam jarak yang jauh dan membutuhkan
pengangkutan barang atau orang dalam jumlah yang lebih banyak. Jenis pekerjaan ini
dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan pada masyarakat
klasifikasi tinggi. Apabila jumlah barang dan orang banyak serta jarak mobilitas jauh
dan tinggi maka bisa dipastikan penyedia jasa ini akan memperoleh pendapatan jutaan
dari para wisatawan sekali terlibat. Para wisatawan atau penyelenggara wisata
biasanya sudah mengetahui orang-orang tertentu yang dipandang memiliki keahlian
dan pengalaman dalam bekerjasama dengan penyelenggara wisata. Belum diketahui
pasti memang berapa proporsi anggota masyarakat yang hanya menyediakan perahu
tradisional dan perahu motor.
Jenis kegiatan atau pekerjaan yang juga cukup banyak atau menonjol (14,3%)
dalam melibatkan masyarakat kampung sekitar kawasan terumbu karang, penyediaan
rumah pondokan (homestay) untuk para wisatawan di kampungnya. Menarik untuk
dicermati aspek ini karena sebelum pembangunan pariwisata bahari dicanangkan di
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
83
daerah ini, maka hampir bisa dipastikan masyarakat tidak mengenal sektor
penyediaan jasa wisata bahari ini.
“… semula kitorang (kami) di kampung ini merasa heran mengapa orang-orang bule itu mau tinggal di rumah-rumah sederhana yang dibangun masyuarakat. Kitorang (kami) pikir para bule itu tidak mau tinggal di rumah-rumah sederhana yang dibangun masyarakat kampung, tetapi ternyata mereka itu mau dan senang sekali. Orang bilang dorang itu (wisatawan mancanegara) malah sudah bosan tinggal di hotel-hotel mewah di kota sana. Kitorang baru sadar bahwa yang dorang cari di kampung itu adalah pondokan seperti itu … “ (anggota masyarakat kampung, 2002). “ … pelatihan, penyuluhan dan bimbingan yang selama ini diberikan oleh pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat serta pihak swasta kemudian telah membuka pengetahuan, wawasan, pandangan dan kreativitas masyarakat kampung untuk mengembangkan wisata bahari di kampungnya masing-masing. Memang dampaknya belum terlalu banyak diperoleh oleh masyarakat, tetapi perkembangan yang ada sekarang bisa dikatakan merupakan sesuatu yang membanggakan. Kondisi ini tentunya perlu ditunjang terus oleh semua pihak, sehingga semua masyarakat kampung dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui potensi alam bahari yang ada di wilayahnya masing-masing … “ (tokoh masyarakat, 2002).
Kondisi yang menarik pula adalah adanya anggota masyarakat yang dapat
mengembangkan diri untuk terlibat dalam beberapa jenis pekerjaan yang berkaitan
dengan kegiatan wisata bahari di kampungnya, seperti sebagai pemandu wisatawan
dan penyedia jasa transportasi, pemandu wisatawan sekaligus sebagai penyewaan
sarana dan prasarana transportasi untuk wisatawan, menyediakan homestay dan jasa
transportasi serta menyediakan rumah makan sekaligus jasa transportasi. Keadaan
ini menunjukkan bahwa ada beberapa orang kampung di Biak Timur daratan dan
Kepulauan Padaido yang semakin mampu berkembang dan mengembangkan diri
sebagai penunjang utama pengembangan wisata bahari di kampungnya. Kelompok
masyarakat ini bisa dikategorikan sebagai kelompok inti masyarakat (core societies}
yang paling berhasil dan paling banyak memperoleh pendapatan dari pengembangan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
84
kegiatan wisata bahari di kampungnya atau di distriknya. Kelompok masyarakat ini
memang biasanya tidak banyak, sebagaimana pula pada sektor-sektor pembangunan
lainnya.
Jenis pekerjaan lainnya yang cukup banyak (15,6%) ditemukan, adalah jenis
pekerjaan lainnya. Seteleh ditelusuri ternyata kelompok masyarakat ini tidak
memahami secara baik dimana jenis keterlibatannya disebut sebagai suatu jenis
pekerjaan dalam kgiatan wisata bahari. Kelompok ini ternyata tidak menganggap
pekerjaannya sebagai pekerjaan yang dipandang memberikan kontribusi pendapatan
yang berarti bagi dirinya dan atau keluarganya. Termasuk dalam kategori ini adalah
anggota masyarakat yang hanya ikut-ikut saja secara sukarela dalam suatu kegiatan
wisata bahari di daerahnya. Kelompok ini beranggapan bahwa mengikuti atau terlibat
dalam suatu kegiatan wisata bahari hanya sebagai suatu hobby, kesenangan dan main-
main saja, sehingga walau tidak diberi uangpun oleh wisatawan dipandang tidak apa-
apa.
“ … kalau saya itu hanya senang-senang saja ikut bule-bule para wisatawan itu, saya sudah senang dan bangga apabila bisa pergi-pergi bersama dengan wisatawan asing, yang penting saya bisa makan dan minum. Kita kan bangga juga bisa bersama-sama dengan wisatawan di daerah ini. Jadi, uang itu bukan tujuan, dikasih atau tidak dikasih bagi saya sama saja. Hitung-hitung bisa meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan pengalaman bergaul dengan wisatawan asing, yang pada akhirnya menguntungkan juga buat kita nanti … “ (pemuda, 2002). “ … banyak hal yang bisa kita peroleh dengan melibatkan diri dalam kegiatan wisatawan mancanegara itu, sehingga tidak perlu harus selalu mengejar uang, malah terkadang dapat menurunkan tingkat kepercayaan wisatawan terhadap kitorang … “ (pemuda kampung, 2002).
Tergolong kelompok masyarakat ini yang paling banyak ditemukan, adalah kaum
muda kampung dan kota yang mempunyai pendidikan relatif cukup baik. Tetapi
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
85
sebenarnya kelompok ini kurang menyadari bahwa sesungguhnya apabila kehadiran
mereka dapat memberikan keceriaan, semangat, keamanan dan kelancaran kegiatan
wisata bahari pariwisata itu maka adalah layak saja apabila para wisatawan itu
memberikan imbalan atas jasanya. Perspektif berpikir begini mungkin belum terlalu
dipahami secara baik oleh kelompok masyarakat ini, padahal jumlah anggota
masyarakat yang terlibat dengan posisi pekerjaan seperti ini cukup banyak. Pada sisi
lain, sebenarnya pandangan hidup seperti ini malah bisa sebaliknya dapat
dimanfaatkan oleh para wisatawan yang biasa agak sulit dalam memberikan imbalan
jasa yang memadai atau wajar kepada pihak-pihak yang membantunya, sebab tidak
bisa disangkal pula ada banyak juga wisatawan yang pandai memanfaatkan jasa
masyarakat kampung guna menekan pengeluaran biaya atas kegiatan wisata yang
dilakukan dan dinikmatinya .
Jenis pekerjaan penyediaan rumah makan yang dikembangkan oleh masyarakat
kampung terhadap para wisatawan umumnya dalam bentuk yang masih sederhana,
tidak sebagaimana rumah makan yang sudah maju di daerah-daerah perkotaan.
Kemampuan masyarakat kampung menyediakan makanan dan minuman bagi
wisatawan umumnya masih dalam penyediaan makanan “rakyat” dan atau “makanan
alamiah” seperti papeda, keladi,ubi jalar, singkong (bakar dan rebus), ikan, udang,
cumi-cumi dan kepiting segar yang langsung ditangkap oleh masyarakat setempat dan
disediakan khusus untuk wisatawan. Selain itu untuk minuman umumnya masyarakat
hanya menyediakan air kelapa muda yang memang disenangi oleh umumnya
wisatawan mancanegara maupun domestik. Pemenuhan konsumsi wisatawan melalui
penyediaan makanan dan minuman seperti menjadi salah satu ciri khas dan daya tarik
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
86
tersendiri dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Secara alamiah memang sumber
daya alam laut di wilayah ini menyediakan berbagai makanan dan minuman yang
memadai untuk kebutuhan wisatawan. Tetapi dalam kaitannya dengan penerimaan
pendapatan melalui jenis pekerjaan ini tergolong tidak terlalu besar, karena cukup
banyak juga kebutuhan wisatawan dibawa dari daerah perkotaan, terutama jenis
makanan kalengan, sehingga tidak semua kebutuhan dipenuhi di daerah wisata.
Perkembangan rumah makan di kampung-kampung memang masih sangat minim
karena konsumennya tidak banyak. Mengharapkan sesama orang kampung sebagai
konsumennya juga kurang tepat, sedangkan wisatawan yang datangpun mungkin
setahun hanya satu sampai dua kali saja.
3.2.3 Intensitas Keterlibatan Masyarakat
Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan wisata bahari
di kampungnya dapat dijadikan indikator untuk memahami sejauhmana masyarakat
kampung dapat meningkatkan pendapatannya dari sektor wisata bahari di daerahnya.
Rendahnya intensitas keterlibatan masyarakat kampung atas semua kegiatan wisata
bahari di kampungnya merupakan petunjuk kurang berperannya sektor ini dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat asli yang bermukim di wilayah kawasan
terumbu karang Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
87
Tabel 16 Intensitas Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido Tahun 2002
No Intensitas Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase
1. 2. 3. 4.
Selalu terlibat Kadang-kadang saja terlibat Jarang terlibat Jarang sekali terlibat
26 37 16 1
32,5 46,3 20 1,3
J u m l a h 80 100 Sumber: Data survei, 2002 Catatan : 2 (dua) responden tidak menjawab
Temuan ini menunjukkan tidak semua kegiatan wisata bahari di satu kampung itu
dapat melibatkan anggota-anggota masyarakat secara terus menerus sepanjang ada
kedatangan wisatawan mancanegara dan domestik. Beberapa kemungkinan sebab-
sebab tidak semua anggota masyarakat selalu terlibat adalah (1) penyelenggara wisata
bahari berbeda-beda sehingga mengakibatkan para anggota masyarakat memiliki
jaringan kerja berbeda akan tidak dapat terlibat,(2) terdapat sejumlah anggota
masyarakat yang memiliki keahlian yang sama sehingga apabila salah satunya
terlibat, maka lainnya tidak dapat lagi terlibat, (3) kemungkinan para wisatawan
telah membawa beberapa orang dari kota yang bisa menggantikan tenaga kerja di
kampung tempat wisata, (4) para penyelenggara wisata bahari telah menyiapkan
semua kebutuhan para wisatawan dari perkotaan, (5) sesuai pengalaman sebelumnya
masyarakat tidak dapat memberikan pelayanan standard atau sesuai yang diinginkan
para wisatawan, dan (6) keberadaan anggota masyarakat di kampung yang tidak
berada di tempat ketika wisatawan datang.
Walaupun demikian, cukup banyak anggota masyarakat yang selalu terlibat dalam
setiap kegiatan wisata bahari di kampungnya. Kelompok masyarakat ini kemung
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
88
kinan memang sudah disiapkan oleh pemerintah kabupaten, distrik (kecamatan) dan
kampung (desa), lembaga swadaya masyarakat dan swasta (agen penyelenggara
wisata). Anggota masyarakat ini kemungkinan pula merupakan individu-individu
yang memiliki jaringan tetap dengan para penyelenggara wisata bahari di Kabupaten
Biak Numfor. Mereka telah dididik secara khusus oleh berbagai instansi untuk
menunjang kegiatan wisata bahari, memiliki kemampuan dan pengalaman lebih
banyak dengan kegiatan wisatawan mancanegara dan domestik, dan menganggap
sektor pariwisata sebagai lapangan pekerjaan yang penting dalam menunjang
pendapatan keluarga.
“ … beberapa orang yang terlibat secara intensif dalam kegiatan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido, memang merupakan orang-orang yang semula pernah bekerja di Hotel Marauw yang bekerja sebagai pemandu wisata dan para penyelam, sehingga mereka telah memiliki pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sangat baik dalam kegiatan wisata bahari … “ (agen wisata bahari, 2002). “ … dalam sepengetahuan saya, memang para guide dan penyelam di beberapa agen wisata di daerah ini adalah bekas karyawan Hotel Marauw yang memang sudah berpengalaman di bidangnya … “ (tokoh pemerintah kampung, 2002). “ … ada pula anggota masyarakat di kampung ini yang menjadi anggota tetap suatu lembaga swadaya masyarakat, seperti Rumsram, mereka tinggal di kampung atau di pulau Dawi dan apabila ada kelompok wisatawan yang dikelola oleh lembaganya, maka otomatis mereka terlibat dalam sepanjang kegiatan wisata bahari di kampungnya … “ (anggota masyarakat kampung, 2002).
Terdapat pula sejumlah anggota kelompok masyarakat (responden) kampung-
kampung kawasan terumbu karang yang pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari,
akan tetapi keterlibatannya jarang sekali. Kelompok ini bisa dikatakan hanya secara
kebetulan saja terlibat dalam kegiatan wisata bahari, mereka tidak berhubungan
secara resmi dengan agen penyelenggara wisata bahari di perkotaan. Bisa dipastikan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
89
karena keterlibatannya jarang sekali, maka pendapatan yang dihasilkan tidak akan
banyak. Keterlibatannya juga diperkirakan kuat hanya pada sektor jasa yang tidak
banyak menghasilkan uang. Jenis anggota masyarakat, kelompok ini cukup banyak
prosentasenya dalam populasi keseluruhan responden.
3.2.4 Ciri Keterlibatan Masyarakat
Ciri keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di kampung-kampung
kawasan terumbu karang di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido merupakan
bagian dari upaya untuk memahami bagaimana sesungguhnya ciri keterlibatan
masyarakat secara lebih mendalam. Pemahaman ini akan memberikan masukan
kepada semua pihak terkait tentang dinamika perkembangan wisata bahari di daerah
ini. Dalam sisi sosial budaya masyarakat kampung misalnya maka dapat dipastikan
bahwa kaum laki-laki akan lebih banyak terlibat dibanding kaum perempuan dalam
kegiatan wisata bahari di kampung. Hal ini disebabkan sesuai sistem dan nilai adat
istiadat setempat tidak terlalu memberikan kebebasan terhadap kaum perempuan
untuk berhubungan dengan kelompok masyarakat dari luar lingkungan kampungnya.
Dalam pemahaman seperti ini pula, maka bisa dipastikan bahwa kepala keluarga
(laki-laki) akan lebih banyak terlibat dibanding para ibu rumah tangga. Budaya
patriarchi menyebabkan kaum perempuan selalu dibatasi keterlibatannya dalam
dalam sektor publik. Sistem pembagian kerja sesuai gender dalam kehidupan
masyarakat kampung telah menempatkan kaum perempuan di kampung lebih banyak
bekerja di ranah domestik dibanding ranah publik. Dalam masyarakat kampung
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
90
memang kehidupan masyarakat masih terikat kuat dengan sistem dan nilai sosial
budaya tradisional.
Tabel 17
Ciri Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido Tahun 2002
No Ciri Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kepala Keluarga Ibu Rumaha Tangga Anak-anak Famili/ Sepupu Kepala Keluarga & Ibu Rumah Tangga Kepala Keluarga & Anak-anak Kepala Keluarga & Famili/ Sepupu Ibu Rumah Tangga & Anak-anak Ibu Rumah Tangga & Famili/ Sepupu
33 6 7 11 8 6 6 2 1
40,2 7,5 8,8 13,8 10,0 7,5 7,5 2,5 1,3
J u m l a h 80 100
Sumber : Data Survei, 2002 Catatan : 2 (dua) responden tidak menjawab
“…..kitorang (kami) punya adat istiadat disini memang menyebabkan kaum perempuan tidak akan secara leluasa terlibat dengan orang-orang (wisatawan) yang dianggap bukan orangnya sendiri (orang sesama kampung). Hal ini berakibat sekali dalam keterlibatan perempuan apabila ada kunjungan wisatawan …” (anggota masyarakat kampung, 2002) “…..menghadapi para wisatawan ini “lebih cocok”,”lebih pantas” dan “lebih layak” dilakukan laki-laki dibanding perempuan. Kalau perempuan terlalu aktif dengan para wisatawan itu “tidak layak” dan “ tidak wajar”. Makanya di kampung ini para laki-laki yang lebih banyak berperan atau terlibat. Kalaupun ada perempuan biasanya selalu ada suaminya atau saudaranya laki-laki…” (tokoh masyarakat kampung, 2002).
Data tabel dan ungkapan diatas memang menunjukkan keterlibatan kaum laki-laki
lebih banyak atau dominan dibandingkan kaum perempuan. Pengertian Kepala
Keluarga bisa diasosiasikan dengan kaum laki-laki, demikian pula pemahaman
tentang anak-anak lebih dipahami sebagai anak laki-laki dibanding anak perempuan,
walaupun memang ada kegiatan wisata bahari yang melibatkan kaum perempuan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
91
seperti memasak dan menyediakan makanan dan minuman untuk wisatawan.
Keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari juga ditemukan
melibatkan beberapa anggota keluarga terdekat lainnya, dan atau masih ada
hubungan-hubungan keluarga, sebagaimana pula pada data diatas yang menunjukkan
keterlibatan bersama-sama antara Kepala Keluarga bersama ibu Rumah Tangga,
Kepala Keluarga (bapak) dengan anak-anaknya, Kepala Keluarga dengan familinya
atau sepupu, ibu Rumah Tangga dengan anak-anaknya serta ibu Rumah Tangga
dengan familinya atau sepupunya. Kondisi ini pula pada satu sisi bisa menunjukkan
bahwa ikatan sistem kekeluargaan di kampung digunakan untuk menunjang atau
mengembangkan keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di
kampungnya.
3.2.5 Determinan Keterlibatan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata bahari di kampungnya
tentunya ditentukan oleh aspek yang beragam dan kompleks pula. Dalam konteks ini
maka perlu dipahami bagaimana persepsi, pandangan, dan pemikiran masyarakat
kampung tentang determinan (faktor-faktor yang mempengaruhi) keterlibatan
seseorang atau sekelompok orang dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya.
Analisis ini bisa berguna untuk lebih memahami kendala pengembangan
pembangunan bidang kepariwisataan didaerah ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
92
Tabel 18 Determinan Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido (dalam perspektif masyarakat kampung)
No Determinan Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12
Penguasaan bahasa asing Memiliki sarana/ prasarana Memiliki hubungan kerja dengan pengelola wisata Pemilik wilayah adat Sebagi aparat pemerintah kampung Bahasa asing & memiliki sarana Bahasa asing & menguasai adat (hak ulayat) Bahasa asing & sebagai aparat kampung Pemilik sarana & hubungan kerja dengan agen Pemilik sarana & menguasai adat Pemilik sarana & aparat kampung Hubungan kerja & sebagai aparat kampung
2
14 10 14 5
16 2 1 6 6 1 1
2,5 17,5 12,5 17,5 6,3 20 2,5 1,3 7,5 7,5 1,3 1,3
Jumlah 80 100 Sumber : Data Survei, 2002 Catatan : 2(dua) responden tidak menjawab Berdasarkan data tabel diatas dipahami bahwa sebagian masyarakat terlibat dalam
kegiatan wisata bahari di kampungnya oleh karena memiliki sesuatu keahlian atau
kemampuan dalam bahasa Inggris untuk melakukan komunikasi dengan para
wisatawan mancanegara, maupun membangun sarana dan prasarana penunjang wisata
bahari di kampungnya, memiliki atau mempunyai hubungan kerja dan atau jaringan
kerja dengan para pengelola program atau kegiatan wisata bahari di perkotaan Biak
Numfor, anggota masyarakat yang mempunyai hak ulayat atas kawasan wisata bahari
yang dijadikan kegiatan wisata bahari, dan anggota masyarakat kampung yang
menjadi aparat pemerintahan desa sehingga mempunyai wewenang atas semua
kegiatan pembangunan yang ada di kampung.
Secara spesifik dapat dikatakan bahwa anggota masyarakat yang paling intensif
dalam melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari, khususnya wisatawan asing yang
paling banyak memberikan kontribusi pendapatan terhadap masyarakat adalah (1)
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
93
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan bahasa asing (Inggris), (2) memiliki
sarana dan prasarana penunjang wisata bahari, (3) anggota masyarakat sebagai
pemilik wilayah adat di kawasan wisata bahari, dan (4) anggota masyarakat yang
memiliki hubungan kerja atau bekerja dalam suatu institusi atau agen pengelola
wisata bahari di daerah ini. Sedangkan latar belakang lainnya walaupun berpengaruh
tetapi tidak terlalu kuat mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang memasuki
kegiatan wisata bahari di daerahnya masing-masing. Determinan ini kemudian telah
membatasi anggota masyarakat kampung lainnya untuk terlibat dalam kegiatan wisata
bahari. Apabila masyarakat lainnya tidak berusaha untuk mendapatkan kemampuan-
kemampuan diatas maka bisa dipastikan akan terus tidak dapat terlibat dalam kegiatan
wisata bahari di daerahnya.
“…..terus terang saja kitorang (kami) begini susah untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari yang ada di kampung ini karena banyak hal, seperti kitorang tidak tahu bahasa Inggris sedikitpun, sehingga bagaimana mungkin kitorang mau terlibat, dorang (wisatawan) mau tanya barang sederhana saja kitorang sutara tahu apa-apa. Jadi memang harus bisa sedikit-sedikitlah, sebab pada umumnya mereka itu tidak tahu bahasa Indonesia….”(anggota masyarakat,2002) “….dorang (anggota masyarakat yang terlibat) bisa terlibat dengan baik karena sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan sehingga mudah saja. Kitorang jangan paksa-paksa mau terlibat nanti kitorang malu sendiri….”(anggota masyarakat, 2002).
Pemberdayaan, penguatan, pendampingan dan penyuluhan terhadap masyarakat asli
setempat kawasan terumbu karang dalam kerangka peningkatan sumberdaya manusia
melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan masalah kepariwisataan, khususnya
wisata bahari menjadi aspek penting yang perlu terus dikembangkan oleh semua
pihak seperti masyarakat sendiri, pemerintah, swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, agar masyarakat secara keseluruhan dan lebih maksimal dapat terlibat
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
94
dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya sehingga kemudian akan dapat
memperbaiki kehidupan sosial, budaya dan ekonominya melalui pengembangan
wisata bahari di daerah ini. Tanpa keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam
sektor pembangunan unggulan ini maka pembangunan kepariwisataan di Kabupaten
Biak Numfor diperkirakan hanya akan diperuntukkan dan atau menguntungkan
sekelompok kecil masyarakat perkotaan saja yang secara sosial ekonomi
sesungguhnya kehidupannya sudah mapan.
Masih relatif kurangnya keterlibatan masyarakat dalam sektor wisata bahari di
kampung-kampung ini memang disebabkan oleh aspek yang sangat kompleks,
beragam dan dimensional serta tidak mudah untuk dipecahkan. Penanganan
keterlibatan masyarakat perlu dilakukan secara integrated, multi disiplin dan holistik,
tidak bisa hanya pada satu atau dua sisi saja pendekatan. Persoalan psikologis, sosial,
budaya, ekonomi, politik, kebijakan, ideologi, keamanan, dan kenyamanan wisatawan
turut berpengaruh dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam sektor
pembangunan unggulan di Kabupaten Biak Numfor ini. Persoalan di tingkat
masyarakat saja tidak mudah untuk dipecahkan sehingga dalam pemahaman demikian
maka perlu adanya kesepahaman bersama, keinginan bersama, kehendak bersama,
dan kemauan bersama semua pihak ( multi pihak) terkait untuk berjuang bersama-
sama membangun sektor pembangunan unggulan di pulau karang tercinta ini.
Persoalan pada tingkat institusi pemerintah hingga kini juga tidak mudah untuk
dipecahkan seperti walaupun Kabupaten Biak Numfor telah mencanangkan sektor
pembangunan pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan daerah ini tetapi
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
95
realisasi konsep kebijakan ini hingga kini dipandang belum terlalu baik oleh kalangan
internal pemerintah daerah sendiri.
“…..kita juga bingung dengan strategi, kebijakan dan program pembangunan di daerah ini, sebab walaupun telah dicanangkan sektor kepariwisataan sebagai sektor unggulan pembangunan daerah ini tetapi dana pembangunan untuk sektor ini sangat minim, sehingga bagaimana mungkin kita dapat mengembangkan sektor wisata bahari, sesuatu yang tidak mungkin….” (aparat pemerintah, 2002). “….. perlu ada kerjasama yang lebih baik antara semua pihak yang bergerak di sektor kepariwisataan di daerah ini. Pemerintah daerah propinsi Papua, Kabupaten Biak Numfor serta swasta nasional dan daerah misalnya harus lebih diberi peran yang lebih aktif dan leluasa dalam mengembangkan sektor kepariwisataan. Kasus Hotel Marauw yang ditutup menjadi salah satu contoh dimana salah satu penunjang utama sektor pariwisata di daerah ini menjadi terbengkalai, padahal investasi yang ditanamkan dalam hotel bertaraf internsional itu menjadi sia-sia, bahkan kini dijuluki masyarakat sebagai “rumah hantu”…..” (tokoh masyarakat,2002). “…..daerah kabupaten ini disebut-sebut orang sebagai kota wisata, tetapi aneh juga, oleh karena kita sangat jarang melihat orang-orang bule di daerah ini. Perlu pemikiran kembali tentang strategi, kebijakan dan program pembangunan kepariwisataan di daerah ini….”(Tokoh masyarakat Propinsi Papua,2002).
Upaya meningkatkan keterlibatan, partisipasi, peran dan fungsi masyarakat asli
setempat di kawasan terumbu karang hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari
keseluruhan upaya dan persoalan pembangunan kepariwisataan di daerah ini sehingga
perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait seperti masyarakat sendiri (civil
society), swasta (private sector) dan pemerintah (state). Memperhatikan berbagai
permasalahan yang dikemukakan maka dapat diperkirakan bahwa upaya
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kerangka upaya memperbaiki
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor wisata bahari di daerah ini
perlu proses dan waktu yang panjang.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
96
BAB IV
DAMPAK WISATA BAHARI
4.1 Perkembangan Wawasan dan Perilaku Ekonomi Masyarakat
Bagaimanapun juga bisa dikatakan pembangunan kepariwisataan selama ini telah
memberikan kontribusi yang berarti terhadap pembangunan secara keseluruhan di
daerah ini. Proses pengembangan pembangunan di segala bidang pada taraf tertentu
telah ditunjang oleh pembangunan bidang kepariwisataan. Perkembangan sektor
swasta melalui penyediaan, pengembangan dan pembangunan hotel-hotel di daerah
ini merupakan indikator penting pembangunan kepariwisataan walaupun mengalami
berbagai persoalan tetapi tetap bertahan dan terus bergerak maju ke depan. Jumlah
hotel yang terus bertambah hingga kini merupakan hasil kalkulasi ekonomi akan terus
berkembangnya sektor kepariwisataan di Kabupaten ini. Kini (di tahun 2002) telah
selesai dibangun pula sebuah hotel berbintang dan berdasarkan diskusi dengan
pengurus hotel terungkap bahwa pembangunan hotel baru merupakan implikasi dari
suatu studi kelayakan atau kalkulasi ekonomi yang menunjukkan pengembangan
kepariwisataan ke depan akan lebih baik, apalagi apabila terjadi perubahan strategi
pembangunan, seperti pembukaan kembali rute penerbangan internasional antara Biak
Numfor (Frans Kaisepo) langsung dengan Hawai (Honolulu) atau Amerika Serikat.
“…..ketika masih ada route penerbangan internasional maka tingkat kunjungan atau kedatangan wisatawan mancanegara ke daerah ini sangat tinggi dibanding ketika rute penerbangan internasional ditutup.Rencana pembukaan kembali rute penerbangan internasional ini diprediksikan kuat akan meningkatkan kembali jumlah kunjungan atau kedatangan wisatawan intenasional ke daerah ini, baik sebagai daerah tujuan wisata utama maupun daerah sasaran wisata antara….”(swasta,2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
97
Keberadaan dan masih beroperasinya terus agen-agen wisata bahari di daerah
perkotaan dan kampung-kampung juga merupakan indikator masih berjalan dan
berlangsungnya sektor wisata bahari walaupun belum berkembang secara maksimal.
Keberadaan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari yang dikembangkan pihak
pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan anggota
masyarakat umum lainnya menunjukkan kalkulasi atau perhitungan ekonomi terhadap
pengembangan sektor kepariwisataan kini dan masa depan dipandang sebagai sektor
usaha yang masih menjanjikan secara ekonomi dalam pembangunan daerah ini.
Masih bertahannya toko-toko souvenir diperkotaan pada saat proses perkembangan
pembangunan kepariwisataan belum berlangsung dengan biak bisa merupakan
indikator lain bahwa sektor ini masih terus berjalan, walaupun pada taraf yang masih
belum terlalu baik. Penjualan beberapa barang souvenir, walaupun tidak banyak tetapi
masih terus berlangsung sehingga menunjukkan masih bergeraknya sektor
pembangunan kepariwisataan.
Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor menunjukkan wisatawan
mancanegara dan domestik masih terus berkunjung atau berdatangan, walaupun tidak
sebanyak ketika masih ada penerbangan internasional. Tingkat hunian di hotel-hotel
walaupun masih rendah akan tetapi tetap menunjukkan keberlangsungan, sehingga
menunjukkan daerah ini masih menjadi daerah tujuan utama atau sasaran antara
wisatawan mancanegara dan domestik. Publikasi tentang potensi atau keindahan
terumbu karang dan potensi laut lainnya sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru
dunia sebagai bagian dan akibat dari program-program pemasaran paket wisata bahari
yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah daerah, swasta dan lembaga swadaya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
98
masyarakat (LSM). Sejumlah wisatawan yang datang ke wilayah ini juga
mengemukakan kedatangan mereka karena mendapat informasi dari sejumlah
wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke daerah ini.
Pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari di Biak Timur daratan
dan Kepulauan Padaido belum dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat
kampung di daerah ini. Sebagian masyarakat asli di kawasan terumbu karang di Biak
Timur daratan dan Kepulauan Padaido belum bisa memperoleh pendapatan tambahan
dari bidang pembangunan ini, karena berbagai kendala yang dihadapi.Penduduk
kampung yang sudah mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatan wisata bahari di
kampungnya, sudah akan dapat merasakan dampak positif ekonomi dari
pembangunan wisata bahari selama ini. Kelompok masyarakat yang sudah mampu
terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya memperoleh pendapatan
ekonomi dengan beberapa klasifikasi seperti klasifikasi rendah, sedang dan tinggi.
Jenis keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari disini, dipisahkan dengan
kelompok masyarakat di perkotaan yang juga memperoleh pendapatan dari sektor
pembangunan ini. Kelompok terakhir ini memperoleh pendapatan jauh lebih banyak
dari pendapatan masyarakat kampung.
Kelompok masyarakat yang selama ini sudah mampu melibatkan diri dan
keluarganya dalam berbagai kegiatan wisata bahari di kampungnya masing-masing
memberikan penjelasan tentang peranan atau kontribusi pembangunan sektor wisata
bahari di daerahnya terhadap pendapatan keluarga, sebagai berikut.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
99
Tabel 19 Kontribusi Sektor Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat (Responden) di Biak
Timur daratan dan Kepulauan Padaido.
No. Kontribusi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat
Frekuensi Prosentase
1. 2. 3.
Dapat menambah pendapatan keluarga Sedikit berpengaruh terhadap pendapatan keluarga Tidak berpengaruh terhadap pendapatan keluarga
64 12 10
82,1 15,4 12,5
J u m l a h 78 100
Sumber : Data survei, 2002 Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab Temuan ini menunjukkan adanya dampak positif pembangunan kepariwisataan
terhadap kehidupan ekonomi masyarakat kampung, walaupun taraf pengaruhnya
belum terlalu mampu untuk meningkatakan secara cepat kehidupan ekonomi
masyarakat. Kontribusi sektor wisata bahari memang masih dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat kampung di dua kawasan tersebut, tetapi sebagian besar (82,1%)
masyarakat kampung yang sudah terlibat itu berpendapat dan atau beranggapan
bahwa sektor pembangunan ini sangat membantu penambahan pendapatan keluarga
di kampung-kampung. Kelompok masyarakat ini memang tergolong dalam kelompok
masyarakat yang sudah berhasil (beruntung) memanfaatkan pembangunan sektor
kepariwisataan di wilayah dengan berbagai strategi secara individu maupun
kelompok. Pembangunan wisata bahari memang telah memberikan dampak positif
terhadap penduduk kampung yang bermukim di kawasan terumbu karang, walaupun
memang belum maksimal dibanding masyarakat kota yang secara ekonomi sudah
mampu menyediakan program-program wisata dengan lebih baik.
“ … para pemilik hotel dan punya fasilitas kegiatan wisata bahari yang hingga kini lebih diuntungkan. Koordinasi dan kerjasama antara pemilik modal dan masyarakat , memang belum berkembang dengan baik.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
100
Pemerintah daerah perlu lebih menciptakan peluang kepada masyarakat kampung, agar dapat lebih banyak memperoleh keuntungan ekonomi ...“ (Yayasan Rumsram, 2002)
“ … perlu memang menciptakan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat kampung. Jika pariwisata berjalan, maka masyarakat perlu disiapkan supaya dapat ikut serta di dalamnya seperti melalui group tari, nyanyian, pemandu (guide), diver dan cenderamata … “ (Biak Diving Center, (EF),2002).
Keterbatasan masyarakat kampung untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari,
memang dipandang banyak pihak karena masalah sumber daya manusia, kerjasama
dan lemahnya sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain, walaupun memberikan dampak
positif bagi sekelompok masyarakat kawasan ini, tetapi karena kontribusinya masih
relatif kecil diantara anggota masyarakat sendiri ada yang masih melihat sektor
pembangunan sebagai sesuatu yang belum bisa digunakan sebagai pekerjaan utama
atau pekerjaan pokok keluarga, sehingga wajar apabila ada masyarakat yang
walaupun sudah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya, tetapi masih
belum percaya benar dengan keunggulan sektor ini dibanding sektor usaha yang
selama ini dilakukan masyarakat kampung seperti menjadi nelayan dan petani
tradisional.
Dalam pemahaman masyarakat seperti itulah, maka ditemui adanya perbedaan
pandangan dalam masyarakat tentang “ditutupnya” beberapa kawasan pantai karena
dipetakan menjadi kawasan wisata bahari. Ditemukan ada anggota masyarakat yang
menyetujui dan kurang menyetujui penutupan atau peruntukkan beberapa kawasan
pantai kepentingan pengembangan wisata bahari, karena dipandang merugikan atau
membatasi perilaku dan kebiasaan masyarakat kampung. Perlu dipahami bahwa salah
satu strategi pengembangan wisata bahari di daerah ini, adalah dibatasinya beberapa
kawasan perairan pantai dari berbagai kegiatan masyarakat seperti memancing,
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
101
menjaring, cungkilisasi, balobe, penggunaan potas, akar tuba dan bom untuk
menangkap ikan oleh karena sudah ditetapkan, diperuntukkan digunakan sebagai
kawasan wisata bahari.
Tabel 20 Pandangan Masyarakat Tentang Penggunaan Kawasan Terumbu Karang Dalam
Pembangunan Wisata Bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
No Pemanfaatan Kawasan Terumbu karang Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. 4. 5.
Lebih menguntungkan secara ekonomi Mengurangi sumber pendapatan masyarakat Wisata bahari kurang menguntungkan masyarakat Lebih menyusahkan masyarakat kampung Ditutup dan tidak sama saja bagi ekonomi masyarakat
41 14 3
15 5
52,6 17,9 3,8
19,2 6,4
Jumlah 78 100 Sumber : Data Survai, 2002 Catatan : 4 (responden) tidak menjawab
Mencermati pandangan masyarakat kampung ini maka sebagian besar masyarakat
(52,6%) beranggapan prospek pengembangan wisata bahari di kampungnya dalam
kerangka memperbaiki kehidupan sosial ekonomi keluarga sudah cukup baik.
Termasuk dalam kelompok masyarakat ini adalah mereka yang memiliki intensitas
keterlibatan kegiatan wisata bahari lebih baik dibanding anggota masyarakat
lainnya, atau memiliki kegiatan wisata bahari yang lebih tinggi dibanding anggota
masyarakat lainnya. Walaupun demikian masih cukup banyak anggota masyarakat
yang walaupun pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampung, tetapi
mungkin karena memperoleh pendapatan tidak banyak atau tidak memuaskan, maka
masih beranggapan penutupan atau pemetaan beberapa kawasan perairan untuk
kepentingan pengembangan wisata bahari dipandang mengurangi pendapatan
keluarga, karena tidak lagi dapat memancing atau mencari ikan secara bebas. Bisa
saja daerah yang diperuntukkan sebagai tempat wisata justru memiliki potensi laut
yang lebih baik dibanding kawasan perairan lainnya.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
102
Belum baiknya pengembangan wisata bahari menimbulkan pemahaman sebagian
masyarakat lain bahwa program pengembangan pembangunan wisata bahari malah
menyebabkan masyarakat tidak secara leluasa untuk mencari ikan, udang, cumi-
cumi atau kepiting di wilayah perairan adatnya. Bagi masyarakat yang kurang
mendapatkan keuntungan dari kegiatan wisata bahari di kampungnya malah bisa
beranggapan program pengembangan kepariwisataan di kampungnya malah dapat
lebih menyusahkan ekonomi keluarga. Dalam kondisi ini maka apabila program
wisata bahari tidak membaik, maka bisa saja jumlah orang yang beranggapan
program wisata bahari tidak menguntungkan masyarakat malah akan semakin
bertambah jumlahnya, sehingga akan menjadi persoalan baru dan serius bagi
program pembangunan wisata bahari, meningkatnya jumlah masyarakat yang
menolak pengembangan wisata bahari di kampung-kampung. Tidak membaiknya
pembangunan wisata bahari akan dapat melemahkan keinginan masyarakat untuk
ikut terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya, tidak diperkenankannya
kegiatan wisata bahari oleh masyarakat adat, dan melemahnya keinginan
masyarakat untuk membangun sarana dan prasarana penunjang wisata bahari di
kampungnya, sebagaimana ungkapan-ungkapan berikut ini.
“….masyarakat belum siap mentalnya. Kadang bule yang datang tidak dapat menikmati wisatanya karena dijadikan tontonan oleh masyarakat. Masyarakat masih memerlukan waktu cukup lama untuk meningkatkan wawasan, pandangan dan persepsi terhadap pembangunan wisata….”(Diparda Biak Numfor (JT), 2002). “…masyarakat belum menikmati hasil pembangunan wisata bahari dengan baik, kalaupun ada hanya sedikit. Yang menikmati sebenarnya adalah orang-orang yang memiliki fasilitas….” (Bappeda Kabupaten Biak Numfor (MI), 2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
103
“…..masyarakat belum menikmati hasil pembangunan wisata bahari dengan baik. perlu memberdayakan masyarakat, memberikan pekerjaan kepada masyarakat seperti penyediaan tempat, penyediaan perahu, penyewaan homestay, penyediaan makanan dan minuman, objek perlu diperbaiki dan ditata dari bahan yang alami saja. Buat kelompok atau pribadi untuk menata objek wisata dan daya tarik wisata….”. (Travel Biak Paradise (B),2002)
Pandangan – pandangan ini menunjukkan masyarakat yang terlibat dan
memperoleh pendapatan dari wisata bahari masih rendah dan meyebabkan masih
banyaknya masyarakat berpandangan pembangun wisata bahari tidak memberikan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Biasanya memang pandangan masyarakat
akan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapinya. Apabila semakin banyak
masyarakat memperoleh dampak positif dari program pembangunan wisata bahari
di kampungnya , maka semakin banyak pula pandangan positif masyarakat terhadap
sektor pembangunan ini, demikian sebaliknya. Memperhatikan proporsi pandangan
masyarakat dapat diperkirakan masih banyak masyarakat belum menikmati
keuntungan ekonomi dari pembangunan wisata bahari di kampungnya.
Temuan ini bisa menjadi masukan penting bagi semua pihak bahwa apabila proses
perkembangan wisata bahari masih seperti sekarang ini, maka bisa saja terjadi
sekelompok masyarakat yang selama ini mendukung sektor pembangunan ini
kemudian mengurangi dukungannya, dan apabila ini terjadi maka bisa merupakan
suatu pukulan, tantangan atau hambatan bagi upaya-upaya yang selama ini
dilakukan dengan susah payah dan tidak sedikit. Disinilah kontuinitas program
pembangunan wisata bahari dalam kehidupan masyarakat perlu terus dilakukan
secara terencana, terkoordinasi dan terintegrasi.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
104
“…..ada memang bule (wisatawan mancanegara) yang datang ke kampung ini tetapi terbatas. Ada yang mendapatkan pendapatan dari kegiatan ini tetapi sedikit saja dan itu pun jarang. Apalagi sekarang wisatawan sudah jarang sekali datang….”(pengelola homestay Desa Nyansoren (ZR), 2002). “…..pendapatan dari wisata bahari ada tetapi sedikit saja, apalagi kegiatan wisata sudah tidak seperti dahulu lagi.Masyarakat biasanya sebatas menjual cenderamata. Biasanya orang-orang tertentu saja yang terlibat dengan orang-orang kota sebagai penyelenggara wisata….”(anggota masyarakat Desa pasi (W),2002). “…..masyarakat memperoleh sedikit pendapatan, tetapi tidak semua, karena tergantung dari siapa yang mampu melayani kebutuhan wisatawan. Masyarakat kurang terlibat karena kurang mempersiapkan diri untuk melayani wisatawan. Belum dapat memperbaiki ekonomi masyarakat karena pendapatan yang diperoleh tidak besar dan tidak semua masyarakat desa menikmatinya….”(anggota masyarakat Desa Wundi (ZM), 2002).
Kesediaan masyarakat mengembangkan beberapa kawasan terumbu karang di
kampung menjadi wilayah wisata merupakan suatu strategi pengembangan ekonomi
rakyat sekaligus dukungan dari masyarakat terhadap program ini. Motivasinya
adalah mengharapkan agar wilayah-wilayah yang diperuntukkan guna kegiatan
wisata itu dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih baik dari
sebelumnya, walaupun untuk itu mereka harus berkorban untuk melakukan aktivitas
laut pada tempat-tempat di luar zonasi kawasan wisata. Pengembangan sektor
pariwisata telah mengubah perilaku ekonomi masyarakat kampung. Perilaku
ekonomi masyarakat kini semakin beragam dengan berkembangnya sektor
pembangunan wisata bahari, yang semula hampir seluruhnya bekerja sebagai
nelayan tradisional, petani tradisional, perkebunan (dusun) kelapa, tukang besi,
perdagangan (kios), jasa transportasi antar pulau, pegawai negeri, pegawai swasta,
kerajinan rumah tangga, peternakan dan merambah hasil hutan.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
105
4.2 Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat
Dampak pembangunan kepariwisataan terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat kampung dipahami melalui pendapat masyarakat terhadap perubahan
dan atau perkembangan perilaku ekonomi masyarakat kampung. Pandangan umum
masyarakat kampung dapat dijadikan sebagai indikator adanya perkembangan
perilaku ekonomi masyarakat kampung sebagai dampak pembangunan wisata
bahari terhadap kehidupan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
wisata bahari memang belum menjamin seseorang kemudian memiliki pandangan
positif terhadap sektor ini, karena apabila keterlibatannya tidak menghasilkan
keuntungan ekonomi yang diharapkan, maka pandangannya tidak akan terlalu baik
terhadap sektor ini, bahkan mungkin sebaliknya. Perkembangan dan atau perubahan
ekonomi masyarakat kampung dipahami sebagai terjadinya perubahan perilaku
ekonomi masyarakat sebagai akibat dikembangkannya kegiatan wisata bahari.
Apabila perilaku ekonomi masyarakat menjadi bertambah banyak dan sumber
pendapatan masyarakat bertambah sebagai akibat pembangunan wisata bahari di
daerahnya maka bisa dikatakan telah terjadi perkembangan perilaku ekonomi
masyarakat kampung. Sebaliknya, apabila perilaku ekonomi dan sumber
pendapatan masyarakat malah berkurang, maka pembangunan wisata bahari
terhadap masyarakat di kampung-kampung berdampak negatif terhadap kondisi
ekonomi masyarakat.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
106
Tabel 21 Perubahan/ Perkembangan Pendapatan Responden
Dari Sektor Wisata Bahari Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
No Perkembangan Ekonomi Masyarakat Frekuensi Prosentase 1. 2. 3.
Menambah pendapatan keluarga Sedikit saja berpengaruh terhadap pendapatan Tidak berpengaruh sama sekali
64 12 2
82,1 15,4 2,6
Jumlah 78 100 Sumber : Data Survai, 2002 Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab Data menunjukkan sebagian besar masyarakat (responden) berpandangan sektor
wisata bahari yang dikembangkan di kampungnya telah memberikan keuntungan
ekonomi bagi dirinya, keluarga dan masyarakatnya. Dalam kehidupan masyarakat
kampung yang serba terbatas kondisi sosial ekonominya maka sekecil apapun atau
berapapun saja pendapatan tambahan dari sektor ekonomi baru dalam lingkungan
kehidupannya, maka masyarakat akan beranggapan atau berpendapat telah terjadi
perubahan atau perkembangan dalam ekonomi keluarga atau masyarakatnya.
Pendapatan masyarakat kampung yang selama ini memang masih rendah, karena
pendapatan masyarakat hanya diperoleh dari jenis pekerjaan yang secara ekonomi
memiliki tingkat dan nilai ekonomi rendah. Masih rendahnya sumberdaya manusia
dan terbatasnya lapangan pekerjaan produktif menyebabkan masyarakat hidup
dalam kondisi yang serba terbatas taraf ekonominya sepanjang hidup. Kondisi ini
memang paling banyak terjadi pada masyarakat kampung di Kabupaten Biak
Numfor dan Provinsi Papua pada umumnya. Masyarakat masih banyak yang hidup
pada garis kemiskinan atau pra sejahtera.
“…..masyarakat disini banyak yang tidak mampu. Apabila turis (wisatawan mancanegara) datang kesini paling masyarakat disini hanya mampu menyediakan kelapa muda dan ikan saja….”(anggota masyarakat Desa Wundi (F),2002).
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
107
“….program pembangunan ini tidak dapat memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat desa oleh karena hanya berguna bagi masyarakat yang mengantar turis atau orang yang terlibat dalam kegiatan itu. Masyarakat kurang terlibat karena turis jarang sekali datang dan kalaupun terlibat hanya sebagai penyewa perahu jonson dan pemandu…..”(kepala Desa Pasi(TK),2002).
Bagi masyarakat kota yang umumnya kehidupan sosial ekonominya lebih baik
dibanding dengan masyarakat kampung, maka akan sulit untuk berpandangan
pendapatan yang sedikit dan jarang diterima dari salah satu sektor usaha merupakan
suatu kejadian ekonomi yang memberikan nilai ekonomi dan perkembangan berarti
dalam kehidupan ekonomi keluarga. Tetapi, bagi masyarakat kampung yang
memiliki kondisi sosial ekonomi rendah atau sangat sederhana, maka mendapatkan
uang dalam jumlah sedikit pun akan sangat berharga atau berarti sekali dalam
kehidupannya. Dalam pemahaman seperti ini, maka berapa pun jumlah uang dan
seberapapun jarangnya pendapatan yang diperoleh dari sektor wisata bahari, maka
akan sangat dihargai keberadaannya. Disinilah kebanyakan posisi hidup masyarakat
kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Pemasukan pendapatan dari
sektor pariwisata walaupun masih sederhana tetap dipandang sebagai sumber
pendapatan yang memberi keuntungan ekonomi.
Terjadinya perubahan perilaku ekonomi masyarakat perlu dipahami dalam
konteks yang sederhana pula. Terjadinya perkembangan pengetahuan, wawasan dan
pandangan masyarakat tentang kawasan perairannya yang dapat dijadikan sebagai
kegiatan wisata bahari sudah merupakan suatu perubahan kondisi ekonomi
masyarakat. Pada tahap yang lebih maju adalah masyarakat kampung mendukung
atau menyediakan kawasan kampungnya dijadikan kegiatan wisata bahari, maka
sudah merupakan proses perkembangan atau kemajuan perilaku ekonomi yang
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
108
sangat penting, dan apabila kemudian ditindaklanjuti dengan menyiapkan
kemampuan diri untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari yang merupakan suatu
nilai, sistem dan perilaku ekonomi baru dalam kehidupannya, maka dipandang
sebagai adanya perubahan yang cukup bermakna dalam sistem kehidupan ekonomi
masyarakat. Perubahan atau perkembangan perilaku ekonomi masyarakat kampung
kearah yang lebih tinggi membutuhkan proses waktu yang tidak singkat dan
kendala yang beragam, kompleks dan dimensional. Perkembangan perilaku
ekonomi masyarakat juga berarti mampu mengubah pola kehidupan ekonomi yang
sudah mapan dalam kehidupan dari generasi ke generasi. Berarti pula berubahnya
sistem dan nilai sosial budaya (adat istiadat) masyarakat yang selama ini menjadi
pegangan hidup sebagian besar masyarakat kampung, sehingga lambannya
kemajuan perilaku ekonomi masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu
kegagalan pembangunan sektor wisata.
Pada pemahaman seperti ini maka bisa dikatakan pembangunan sektor wisata
bahari di daerah ini telah berdampak cukup besar terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, suatu perubahan yang terkadang tidak bisa dipahami baik oleh sebagian
masyarakat pula. Masyarakat kampung disini memang tidak dapat diharapkan untuk
mampu secara cepat menyediakan semua fasilitas termaju penunjang wisata bahari
di kampungnya. Kemampuan itu hanya dimiliki oleh kelompok pemodal besar yang
tinggal di perkotaan dan bukan di kampung. Masyarakat karena kondisinya yang
sederhana, hanya mampu untuk terlibat dan berpartisipasi sesuai dengan
kemampuan sederhana yang ada pada mereka. Segmen usaha masyarakat kampung
memang berbeda dengan masyarakat kota, sehingga wajar adanya masyarakat
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
109
kampung tidak akan mendapatkan pendapatan yang besar dari sektor pembangunan
ini.
“….masyarakat di kampung memang hanya akan mampu memenuhi segmen usaha tersendiri dalam kegiatan wisata bahari, demikian pula para pemilik modal. Secara keseluruhan memang akan terjadi proses yang saling melengkapi atau membutuhkan diantara mereka, sehingga yang penting adalah bagaimana strategi, kebijakan dan kegiatan wisata bahari dapat lebih memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat kampung yang perlu lebih mendapat perhatian. Mekanisme ekonomi pasar memang akan menciptakan perilaku ekonomi dimana para pemilik modal (pemilik hotel, biro perjalanan, agen wisata, toko souvenir, penyedia sarana dan prasarana penunjang wisata bahari terlengkap, termaju dan bermutu) yang akan mendapatkan keuntungan banyak dari suatu usaha…”(akademisi,2002).
“… Usaha wisata bahari bermutu membutuhkan penamanan modal yang tidak sedikit.Sektor ini membutuhkan kemampuan ilmu pengetahuan , teknologi, manajemen khusus, ketrampilan spesifik dan modal yang cukup sehingga tidaklah mungkin bisa dilakukan oleh masyarakat kampung.Upaya yang perlu dilakukan untuk menguatkan atau memberdayakan masyarakat kampung adalah memberikan kemampuan (pendidikan, ketrampilan, wawasan, pandangan, kesadaran, motivasi, insiatif dan modal) kepada masyarakat untuk semakin mampu mengisi sektor-sektor usaha wisata bahari yang dapat dilakukan masyarakat kampung, tetapi ini semua butuh proses waktu panjang dan tidak bisa dalam waktu singkat….”(akademisi,2002).
“…..masyarakat di kampung masih memerlukan proses waktu lama untuk dapat terlibat secara lebih bermakna dalam sektor wisata bahari, bahkan perlu memperhatikan aspek-aspek yang tidak terkait langsung dengan kegiatan wisata bahari, seperti pola pikir, kebiasaan, perilaku, pandangan, motivasi, inisiatif, etos kerja, etika berusaha, komunikasi, pergaulan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Hal-hal seperti ini yang malah biasanya kurang diperhatikan masyarakat kita…..”(akademisi,2002).
Beragam persiapan memang harus dilakukan dan disiapkan masyarakat kampung
kawasan terumbu karang. Masyarakat perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan
wisatawan. Para costumer atau pengguna jasa wisata bahari adalah kelompok
masyarakat yang memiliki kondisi sosial, budaya, dan ekonomi lebih maju, sehingga
dalam menikmati pelayanan jasa dituntut sejumlah standar kehidupan yang biasa
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
110
dalam kehidupannya. Dalam posisi ini maka dampak pembangunan pariwisata bahari
akan memberikan peluang ekonomi pada masyarakat kampung apabila dibangun
suatu strategi, kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari yang lebih berpihak
pada masyarakat kampung (pro local policy).
4.3 Jenis Imbalan Jasa Wisatawan
Kontribusi pembangunan sektor wisata bahari melalui keterlibatan masyarakat
kampung dalam kegiatan wisata bahari berbeda-beda seperti jenis, bentuk dan jumlah
imbalan yang diberikan wisatawan terhadap masyarakat. Aspek ini perlu dipahami
untuk mengetahui karakteristik kepariwisataan di daerah ini. Wisatawan ada yang
bisa memberikan imbalan jasa dalam jumlah yang besar, ada juga yang memberikan
dalam jumlah terbatas atau minim, ada pula yang memberikan bukan dalam bentuk
uang cash. Biasanya masyarakat menerima saja sejumlah uang atau sesuatu barang
yang diberikan para wisatawan dan tidak memberikan patokan tertentu, kecuali pada
layanan jasa yang sudah ditetapkan tarifnya oleh penyedia jasa wisata bahari.
Tabel 22 Jenis Imbalan Jasa Wisatawan Terhadap Masyarakat Di Kampung
Di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido
No Jenis Imbalan Jasa Wisatawan Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. 4. 5.
Uang Barang berharga/perhiasan Bentuk Souvenir Makan dan Minum saja Tidak diberikan
73 2 1 2 1
92,4 2,5 1,3 2,5 1,3
Jumlah 79 100 Sumber : Data Survai,2002 Catatan : 3(tiga) responden tidak menjawab Hampir semua bentuk imbalan jasa atas keterlibatan masyarakat kampung dalam
kegiatan wisata bahari diberikan para wisatawan dalam bentuk uang cash sedangkan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
111
dalam bentuk lainnya seperti barang-barang berharga, bentuk souvenir, dan dalam
bentuk makanan dan minuman saja ternyata hanya sedikit sekali. Kondisi ini kurang
lebih sama dengan tempat-tempat wisata lainnya di Indonesia. Dari sisi masyarakat
juga umumnya lebih senang apabila imbalan jasa yang diberikan dalam bentuk uang
sedangkan bentuk lainnya kurang disenangi.
“…..hampir semua pelayanan jasa disini memang ditetapkan dibayar dengan uang cash, seperti membayar transportasi,penginapan homestay,makanan dan minuman, pemikulan barang (porter), guide dan penyewaan barang selalu dalam bentuk uang. Kalaupun ada yang memberikan barang-barang lain biasanya dianggap sebagai pembayaran tambahan atas kepuasan atau kesenangan yang diperoleh wisatawan….”(pengelola homestay,2002).
Pada satu sisi pemberian imbalan jasa dalam bentuk uang ini sekaligus memberikan
penguatan atas asumsi bahwa pada taraf tertentu telah terjadi dampak ekonomi
terhadap kehidupan masyarakat di kampung-kampung dimana terdapat kegiatan
wisata bahari. Pembangunan wisata bahari telah memberikan tambahan pendapatan
bagi masyarakat di kampung yang terlibat dalam kegiatan wisata, walaupun memang
harus diakui proporsi jumlah anggota masyarakat yang hingga kini pernah terlibat dan
mendapatkan pendapatan tertentu dari sektor wisata bahari masih relatif sedikit. Hal
ini berbeda dengan para pengelola wisata bahari yang lebih banyak mendapatkan
pendapatan (income) atas kegiatan wisata selama ini di Kabupaten Biak Numfor.
Belum ada memang analisis atau perhitungan berapa sesungguhnya pendapatan real
masyarakat yang diperoleh dari sektor pembangunan ini, demikian pula para
pengelola wisata di daerah perkotaan.
Mengenai pandangan atau anggapan masyarakat kampung terhadap pendapatan
yang diperoleh dari sektor wisata bahari selama ini, maka kurang dari setengah
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
112
(39,2%) mengatakan sudah cukup puas dengan pendapatan yang diterima dari sektor
wisata bahari di kampungnya, walaupun tidak berlangsung secara terus menerus,
tetapi lebih banyak (43%) masyarakat yang mengatakan pendapatan dari sektor ini
dipandang biasa-biasa saja, karena tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan
keluarga, bahkan terdapat sejumlah masyarakat (17,7%) yang pernah terlibat dalam
kegiatan wisata bahari tetapi beranggapan pendapatan yang diperoleh kurang
memadai. Lebih banyaknya masyarakat yang beranggapan sektor pembangunan ini
tidak terlalu memberikan sumbangan pendapatan yang memadai disebabkan oleh
sejumlah faktor seperti jarangnya para turis yang datang ke kampungnya, merasa
jarang terlibat dalam keseluruhan kegiatan wisata bahari yang ada di kampungnya,
imbalan jasa yang diberikan jumlahnya sedikit, dan mengetahui lebih banyak jumlah
pendapatan yang diberikan pada orang lain (yang juga terlibat) dibanding imbalan
pada diri sendirinya sendiri.
Peruntukkan atau pengeluaran pendapatan dari sektor wisata bahari ternyata
sebagian besar (63,3%) digunakan untuk keperluan memenuhi kebutuhan primer
(pokok) masyarakat seperti makan dan minum keluarga. Masyarakat yang kondisi
sosial ekonomi rendah maka hampir seluruh pengeluaran atas pendapatan yang
diperoleh hampir seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum
keluarga, sehingga sulit untuk mengharapkan masyarakat untuk menabung, sebab
umumnya pula pendapatan yang diperoleh tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan
dasar dan dalam jumlah terbatas pula. Hal ini terjadi pada hampir semua penduduk
miskin atau kurang mampu secara ekonomi, sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
113
sekunder dan tersier jarang dilakukan oleh karena pendapatan dari sektor ini memang
tidak cukup dibelanjakan untuk kebutuhan yang lebih mahal harganya.
Menariknya pengeluaran terbanyak kedua (25,3%) masyarakat digunakan untuk
membiayai pendidikan anak-anak untuk sekolah, sehingga pada taraf tertentu
pembangunan sektor wisata di daerah ini telah memberikan peran cukup baik bagi
perbaikan atau peningkatan pendidikan anak-anak yang merupakan sektor paling
penting dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia, sedangkan pengeluaran
lainnya dalam prosentase yang lebih kecil diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan
pakaian keluarga, memperbaiki rumah, membeli perhiasan dan bersenang-senang
seperti membeli minuman coca cola, pepsi, fanta, lemon, dan beer, makanan ringan
seperti biscuit, gula-gula, bakso, mie pangsit, membeli rokok serta menikmati fasilitas
sosial umum di kota Biak Numfor.
4.4 Penggunaan Pendapatan
Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari di kampungnya ternyata juga
dimanfaatkan untuk pengembangan sektor usaha lainnya yang selama ini menjadi
pekerjaan pokok masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan
pesisir pantai Biak Timur daratan. Pendapatan sektor ini walaupun sebagian besar
mengatakan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga atau rumah tangga, tetapi
pendapatan yang “sedikit” tersebut juga digunakan untuk membeli peralatan nelayan
masyarakat (60,4%). Pengeluaran untuk pembelian peralatan nelayan ini dapat
dipahami oleh karena memang sistem mata pencaharian pokok keseharian penduduk
di kampung-kampung ini adalah sebagai nelayan tradisional menggunakan perahu
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
114
tradisional dan nelayan yang lebih maju perlengkapannya menggunakan motor tempel
atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai motor jonson. Pekerjaan sebagai nelayan
tradisional selain sebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan pokok
masyarakat sehari-hari juga untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga sehari-hari.
Pengeluaran pendapatan untuk keperluan pembelian atau pengadaan peralatan
nelayan bisa dilakukan karena harga sejumlah peralatan nelayan memang murah
seperti mata kail dan tali nelon. Perilaku ekonomi masyarakat ini berkembang karena
adanya pemahaman atau pemikiran sesuai pengalaman bahwa sektor pariwisata di
kampungnya memang belum dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian pokok
keluarga sehari-hari.
Pengeluaran lain dari pendapatan sektor wisata ini digunakan masyarakat untuk
membeli peralatan pertanian seperti pisau, parang, linggis, dan pacul. Peralatan ini
juga tidak terlalu memiliki nilai ekonomis yang tinggi (mahal) sehingga dapat dibeli
dengan biaya yang relatif rendah. Fungsi peralatan ini juga hampir sama dengan
peralatan nelayan oleh karena selain sebagai nelayan tradisional maka masyarakat di
daerah ini juga umumnya memiliki kebun atau ladang dalam skala yang tidak terlalu
luas, yang ditanami berbagai tanaman seperti ketela pohon (kasbi), keladi, petatas,
pepaya, dan sejumlah jenis tanaman sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang,
buncis, kangkung, tomat, lengkuas dan kunyit. Umumnya produksi pertanian
masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, dan kalau
ada sisa produksi pertanian itu akan dijual ke pasar pada hari-hari pasar di kota Biak
Numfor.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
115
Pengeluaran lain yang disebut masyarakat untuk keperluan keluarga yang
diistilahkan masyarakat disini sebagai keperluan yang “kecil-kecil” yaitu seperti
membeli garam, gula, kopi, susu (sekali-kali), vetsin (mis.ajinomoto, sasa), bumbu,
dan rokok, tetapi walaupun demikian tidak semua kebutuhan “kecil-kecil” ini
dipenuhi seluruhnya dari pendapatan sektor wisata, sehingga bisa disimpulkan
pembelian barang-barang kebutuhan keluarga ini lebih banyak berasal dari sektor
pendapatan lainnya.
“……ah pemasukan dari sektor wisata bahari di daerah ini tidak terus-terus, bahkan bisa dikatakan jarang terjadi. Biasanya sudah lama lagi baru kita dapat pemasukan pendapatan dari kunjungan wisatawan ke kampung ini, itupun apabila kita terlibat atau dilibatkan oleh agen pengadaan wisata bahari….”(anggota masyarakat desa,2002)
Ungkapan anggota masyarakat ini bisa menggambarkan walaupun mereka sudah
mendapatkan pendapatan dari keterlibatannya dalam kegiatan wisata bahari, tetapi
masih dianggap sebagai pendapatan yang belum terlalu berarti dalam menunjang
kebutuhan keluarga sehari-hari. Pendapatan masyarakat di kampung-kampung ini
memang masih terbanyak dari sektor nelayan dan pertanian. Pada “hari-hari pasar”
memang terlihat kegiatan mobilitas penduduk dari kampung-kampung Kepulauan
Padaido dan Biak Timur daratan menuju ke pasar-pasar di kota untuk memasarkan
berbagai produksi keluarga. Kegiatan perdagangan lebih banyak dilakukan oleh kaum
perempuan dibandingkan kaum laki-laki. Perilaku perdagangan masyarakat di daerah
ini masih dipengaruhi oleh sistem pembagian kerja sesuai gender, sistem dan nilai
sosial budaya (adat istiadat) masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat memang
masih ditemukan adanya pandangan tentang jenis pekerjaan yang “layak”,”pantas”
dan “cocok” dilakukan atau dikerjakan oleh laki-laki, dan pekerjaan yang dipandang
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
116
“tidak layak”,”kurang pantas” dan “kurang tepat” dilakukan oleh kaum perempuan.
Sistem pembagian kerja sesuai gender ini masih sangat mempengaruhi sistem dan
pekerjaan kaum laki-laki dan perempuan di daerah ini. Pekerjaan sebagai pedagang
atau memasarkan hasil produksi rumah tangga di pasar dalam pandangan masyarakat
disini merupakan “pekerjaan perempuan” sehingga “tidak layak” dilakukan oleh
kaum laki-laki. Indikator masih kuatnya pembagian kerja ini adalah dominannya
kaum perempuan yang berdagang (berjualan) dibandingkan kaum laki-laki. Dalam
pemahaman masyarakat kampung seperti ini maka kaum laki-laki akan merasa malu
atau rendah diri apabila berjualan di pasar.
4.5 Penyewaan Akomodasi
Dampak pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari terhadap masyarakat
asli kawasan terumbu karang dapat diperhatikan dari sejauhmana dan atau semampu
apa kalangan masyarakat dapat menyediakan akomodasi yang diperlukan dan atau
dibutuhkan wisatawan di kampungnya. Dampak program pembangunan wisata bahari
terhadap kondisi ekonomi masyarakat asli setempat dapat diperhatikan dari
sejauhmana masyarakat mampu menyediakan sarana dan prasarana akomodasi dalam
kegiatan wisata bahari. Keberadaan dan perkembangan sarana dan prasarana
akomodasi merupakan indikator kemajuan kemampuan keterlibatan, partisipasi dan
peran masyarakat. Pengadaan dan penyewaan akomodasi untuk para wisatawan
merupakan sektor lapangan kerja yang membutuhkan pengetahuan, teknologi,
ketrampilan, wawasan, pandangan dan motivasi spesifik yang lebih maju.
Kemampuan masyarakat menyediakan akomodasi bisa dipandang sebagai suatu
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
117
langkah maju yang patut dihargai, sebab merupakan suatu adopsi inovasi baru yang
dikembangkan masyarakat, walaupun kuantitas dan kualitas keberhasilan adopsi
inovasi ini memang masih belum terlalu baik, tetapi sudah merupakan langkah maju
penting perkembangan budaya-ekonomi masyarakat kampung sebagai dampak
pembangunan kepariwisataan.
Di Kepulauan Padaido atas terdapat dua cottage di Pulau Dawi yang dikelola oleh
Bapak Zefnat Rumbiak, yang juga adalah pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Runsram. Jumlah kunjungan ke tempat wisata ini dari tahun 1998 berdasarkan
buku tamu yang ada berjumlah 68 kali dan hampir seluruhnya wisatawan
mancanegara dengan lama tinggal sekitar dua hari sampai dengan seminggu, namun
ada pula wisatawan yang pernah tinggal sampai dua minggu, bahkan pernah ada satu
keluarga wisatawan asing yang tinggal sampai satu bulan. Faktor keindahan alami
bawah laut dan pulau-pulau,ketenangan dan kenyamanan tempat,serta kualitas dan
bentuk pelayanan jasa yang diberikan merupakan alasan wisatawan tinggal lebih lama
dari jadwal yang sebelumnya sudah direncanakan. Biasanya para wisatawan yang
datang hanya merencanakan untuk tinggal selama satu sampai dua hari, namun
setelah melihat alam serta aktivitas yang dapat dilakukan, maka lama tinggalnya
kemudian diperpanjang. Tarif yang diberlakukan masyarakat sebagai pengelola
cottage dan pelayanan jasa wisata lainnya di Pulau Dawi Kepulauan Padaido terhadap
wisatawan yang datang ke lokasi wisata bahari ini sebagai berikut.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
118
Tabel 23 Bentuk Pelayanan dan Biayanya di Dawi Island Cottage
Di Kepulauan Padaido Atas No Item Price
A. 1. 2. B. C. D.
Transportation Boat Rental; Dawi-Biak (pp) Boat rental; (1-5) person include gas 1. Samakur Island (2 hours) 2. Snorkling (2 hours) Boat rental, Padling (1-2 person) 1. Around Dawi Island (4 hours) 2. To Runi Island (4 hours) Accomodation 1. Room 2. Cooking fee 3. Water for bath Food 1. Pelagis fish 2. Demersal fish 3. Lobster 4. Crabs 5. Coconut
Shows 1. Kus-kus 2. Yospan dance
Rp. 1.200.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 75.000 Rp. 50.000 per person per night Rp. 30.000 per day Rp. 5.000 per person per day Rp. 7.500 per kilo Rp. 10.000 per kilo Rp. 60.000 per kilo Rp. 25.000 per kilo Rp. 1.000 once Rp. 25.000 Rp. 250.000
Sumber : Data primer,2002.
Pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terlihat sudah mampu
menyediakan suatu kelengkapan pelayanan wisata bahari secara profesional,
sebagaimana berlangsung pula pada kawasan wisata bahari termaju lainnya di
Indonesia. Belum diketahui secara pasti dari mana modal pembangunan homestay dan
semua fasilitas penunjangnya, sebab ada donor agency yang biasa memberikan dana
bantuan kepada sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kerangka
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat kampung (community development
programe). Di wilayah kawasan wisata bahari di pulau Wundi (Wundi Island
Cottage) juga kurang lebih sama pelayanan jasa wisata baharinya yang menyangkut
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
119
accommodation yaitu room cottage seharga Rp. 25.000 per day dan cooking fee Rp.
20.000 per day.
“…..penyelenggaraan wisata bahari belum berjalan dengan baik dan baru ada dua homestay di Pulau Dawi yang dibangun atas kerjasama yayasan Runsram dan Bapak Zefnat Rumbiak, sedangkan cottage di pulau Wundi dibangun oleh DIPARDA dan dikelola oleh Kades. Sambutan masyarakat terhadap pembangunan wisata bahari baik. masyarakat kampung menjual beberapa kerajinan rakyat dan menyediakan makanan dan minuman sederhana. Di pulau Dawi dan Wundi masyarakat sudah mendapatkan sedikit kesejahteraan dari pembangunan pariwisata…”(Camat Kepulauan Padaido,(AM),2002). “…..masyarakat menyediakan perahu dayung, bantal renang (pelampung), kelapa muda, mengawasi wisatawan yang berenang, membuat bangku-bangku untuk tempat duduk wisatawan, dan membersihkan pantai. Masyarakat juga bisa memperoleh tambahan melalui tariff masuk desa yang sudah ditetapkan, misalnya kendaraan roda dua seharga seribu rupiah, taxi (angkot) dua ribu rupiah, bus (bis) lima ribu rupiah, penjualan makan dan penyewaan perahu dayung. Tetapi semua belum bisa memperbaiki ekonomi masyarakat kampung ini….”(anggota masyarakat Biak Timur,(AR),2002). “…..kaum laki-laki biasanya menimba air untuk keperluan mandi wisatawan dan kaum perempuan membantu menyediakan makanan dan minuman yang terkadang juga disiapkan dari kota….”(anggota masyarakat Desa Wundi,2002). “….masyarakat mendapatkan sedikit pemasukan (pendapatan) dari pembersihan pantai,pemandu,kegiatan menyelam, dan menjual kelapa muda. Tetapi semuanya itu belum dapat memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat,karena tidak semua masyarakat kampung terlibat dalam kegiatan itu …..”(anggota masyarakat Desa Saba(MM),2002) “….keterlibatan masyarakat masih sebatas menjaga keamanan dan menjual makanan dan minuman (kelapa muda). Masyarakat biasanya hanya membersihkan pantai dan menyewakan perahu, sehingga masyarakat hanya memperoleh sedikit saja pemasukan (pendapatan) itupun bagi yang terlibat saja ….”(anggota masyarakat Desa Anggaduber (NI),2002)
Mengenai penyediaan layanan makanan dan minuman dari masyarakat di kampung-
kampung ini, maka aspek yang perlu diperhatikan adalah (1) menyangkut adanya
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
120
makanan spesifik yang merupakan ciri khas makanan di suatu wilayah wisata bahari
sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, (2) ketersediaan artinya
apabila para wisatawan membutuhkannya maka sudah siap disajikan, (3) menyangkut
penyajian yang memberikan rasa senang, unik dan keindahan,(4) menyangkut
kebersihan yaitu makanan dan minuman harus dipandang sebagai makanan dan
minuman yang bersih dan tidak menimbulkan perasaan kurang bersih dan tidak
menimbulkan perasaan kurang bersih bagi wisatawan (misalnya banyak lalat
disekeliling, serta piring dan gelasnya dipandang kurang bersih), (5) harga makanan
dan minuman yang tidak terlalu mahal menurut kemampuan para wisatawan, (6)
makanan dan minuman tersebut masih dalam kondisi segar, dan (7) tempat pelayanan
makanan dan minuman perlu pada tempat-tempat yang dipandang wajar dan
menyenangkan bagi wisatawan.
Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan perhatian masyarakat kampung terhadap
aspek-aspek pokok makanan dan minuman ini bisa menyebabkan para wisatawan
akan membawa semua atau sebagian besar kebutuhan makan dan minumnya dari
daerah perkotaan, yang berarti pula akan menutup satu sisi usaha kegiatan ekonomi
masyarakat yang bisa mendatangkan pendapatan cukup baik dalam kegiatan wisata
bahari. Kondisi ini cukup terlihat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini, sehingga
mendorong para pengusaha dibidang ini untuk mengembangkan paket-paket makanan
dan minuman yang biasanya disediakan oleh pihak penyelenggara wisata bahari.
Kompetisi untuk menyajikan makanan dan minuman yang berkualitas dan spesifik
memang terpaksa terjadi karena ia merupakan salah satu kompetisi ekonomi yang
umum berlangsung dalam dunia bisnis.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
121
4.6 Penyediaan Makanan dan Minuman
Dampak dari pengembangan wisata bahari di daerah ini terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat kampung kawasan terumbu karang salah satunya adalah
berkembangnya pelayanan jasa penyediaan makanan dan minuman dalam sistem
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Bentuk pelayanan makanan dan minuman
yang disediakan kepada wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara
(domestik) di Biak Timur daratan dan kepulauan Padaido umumnya dalam bentuk
makanan tradisional khas lokal seperti keladi, petatas, papeda, ubi kayu, ikan, udang
besar (lobster), cumi-cumi dan kepiting serta minuman air kelapa muda, sebagai suatu
bentuk pelayanan jasa akomodasi yang mampu dilakukan masyarakat asli setempat
terhadap wisatawan bahari. Saat ini proses penjualan atau pemasaran kelapa muda
oleh masyarakat asli setempat yang memiliki dusun (kebun) kelapa paling banyak
berlangsung di Biak Timur daratan daripada di Kepulauan Padaido, terutama pada
saat liburan atau minggu. Wisata bahari yang umum berlangsung hampir setiap
musim liburan adalah jenis wisatawan domestik rekreasi pantai dari masyarakat kota
Biak. Para wisatawan domestik umumnya memang hanya melakukan kegiatan
rekreasi pantai, sedangkan bentuk wisata bahari lainnya seperti menyelam jarang
dilakukan. Jenis wisata bahari penyelaman hampir seluruhnya dilakukan wisatawan
mancanegara. Tingkat kunjungan wisatawan domestik ke Kepulauan Padaido rendah
dibanding ke Biak Timur daratan, karena menyangkut biaya,jarak,transportasi dan
keamanan dalam perjalanan ke Kepulauan Padaido.
Masyarakat setempat biasanya memasarkan kelapa muda di berbagai tempat liburan
keluarga seperti di pinggiran pantai tempat wisata umum seperti di Bosnik, Biak
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
122
Timur daratan. Kelapa muda per buah Rp. 1.500,- per buah di Biak Timur sedangkan
di Kepulauan Padaido seharga Rp.1.000,- per buah. Penyediaan kelapa muda oleh
masyarakat setempat memang sangat populer di kalangan wisatawan domestik,
sebagaimana pula yang banyak terjadi di lokasi wisata bahari di kabupaten lainnya.
Para wisatawan domestik yang ke Kepulauan Padaido lebih banyak yang
menginginkan ikan segar dibanding kelapa muda. Harga ikan segar di Padaido atas
seharga Rp. 7.500,- per kilogram sehingga lebih murah dibanding di Padaido Bawah
yaitu sebesar Rp. 10.000,- per kilogram. Di Pulau Dawi sebagai kawasan wisata
paling populer di Kepulauan Padaido Atas untuk mencari ikan, udang (lobster) dan
kepiting masih cukup mudah didapat sehingga menjadi salah satu daya tarik utama
wisatawan datang ke tempat wisata ini. Dalam posisi harga seperti itu maka dapat
diperkirakan berapa pendapatan yang bisa diperoleh masyarakat melalui penyediaan
makanan dan minuman bagi wisatawan yang kini kedatangannya (kunjungannya)
jarang terjadi. Apalagi kedatangan wisatawan ke tempat-tempat wisata cenderung
terbatas dan keterlibatan masyarakat kampung pada setiap kegiatan wisata bahari di
daerahnya juga terbatas, atau bahkan banyak yang langsung ditangani para penyedia
jasa yang lebih banyak berasal dari masyarakat perkotaan Biak. Masyarakat setempat
memang belum terlalu mampu menyediakan makanan dan minuman sebagaimana
yang mampu disediakan oleh para penyedia jasa wisata swasta lainnya.
4.7 Pendapatan Masyarakat dari Sektor Wisata Bahari
Perhitungan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari memang cukup sulit
untuk dipastikan karena beberapa hal, seperti periode waktu penerimaan pendapatan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
123
dari sektor wisata diperhitungkan 5 (lima) tahun terakhir sehingga cukup sulit bagi
masyarakat untuk memastikan jumlah penerimaan, periode yang lama itu membuat
sulit bagi anggota masyarakat yang pernah terlibat untuk mengingat secara pasti, tepat
dan rinci jumlah pendapatan dan bentuk-bentuk pengeluaran pendapatan, sumber
pendapatan dari sektor wisata bahari tidak secara terus menerus sepanjang tahun
sehingga cukup sulit untuk menentukan secara pasti rata-rata pendapatan selama 5
(lima) tahun terakhir, penerimaan pendapatan dari sektor wisata terkadang biasanya
bukan dalam bentuk uang tunai (cash), tidak semua kegiatan wisata bahari di
kampungnya, dan kemampuan mengingat penduduk di kampung yang masih relatif
lemah (terbatas) sehingga cukup menyulitkan peneliti memastikan secara tepat
pendapatan masyarakat sebenarnya. Kondisi ini menyebabkan data dan analisis dalam
penelitian tentang penerimaan pendapatan masyarakat setempat di kawasan terumbu
karang dari sektor pariwisata bahari bukanlah merupakan angka yang terlalu pasti
tetapi diperkirakan kurang lebih demikianlah keadaannya.
Pemahaman tentang pendapatan masyarakat dari hasil keterlibatannya dalam
kegiatan wisata bahari dalam periode waktu lima tahun terakhir ini merupakan salah
satu cara untuk memahami sejauhmana dampak pembangunan wisata bahari terhadap
kehidupan masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat kampung di daerah ini.
Model analisis dampak ini memang hanya merupakan salah satu cara memahami
sejauhmana dampak pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari, bagi
penduduk kampung kawasan terumbu karang. Analisis ini memang perlu didalami
lagi menggunakan model analisis lainnya sehingga bisa ditemukan jawaban yang
sesuai dengan realitas sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
124
Tabel 23 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan masyarakat dari Sektor Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor
No Jenis Pekerjaan < 100.000 Pendapatan (Rp) 100.000 – 250.000
> 250.000
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Biak Timur Daratan Guide/ pemandu Porter/ buruh Homestay/ pondokan Rumah makan Jasa Transportasi Penyewaan peralatan Pemandu & penyewaan Homestay & jasa transport Lainnya Jumlah Kepulauan Padaido Guide/ pemandu Porter/ buruh Homestay/pondokan Jasa transportasi Pemandu & Homestay Pemandu & Transportasi Homestay & Jasa Transportasi Lainnya Jumlah
9 (22,5) 1 (2,5) 4 (10) 2 (5)
5 (12,5) 4 (10)
- 1 (2,5) 3 (7,5)
29 (72,5)
4 (11,4) 3 (8,6) 1 (2,9) 6 (17,1) 1 (2,9) 3 (8,6) 2 (5,7) 7 (17,1)
27 (77,1)
2 (5)
- 3 (7,5) 1 (2,5) 1 (2,5)
- - - -
7 (17,5) - -
2 (5,7) - - - -
1 (2,9) 3 (8,6)
1 (2,5)
- - -
1 (2,5) -
1 (2,5) -
1 (2,5) 4 (10)
- -
1 (2,9) 1 (2,9)
- -
3 (8,6) -
5 (14,3)
Sumber : Data survai,2002
Data menunjukkan telah ada dampak positif pembangunan pariwisata bahari
terhadap pendapatan masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan
Biak Timur daratan. Walaupun pendapatan terbanyak masyarakat kurang dari seratus
ribu rupiah, yang bisa berarti pula pendapatan masyarakat dari sektor pembangunan
ini masih tergolong relatif kecil. Dengan tanpa memungkiri kemungkinan adanya data
dari masyarakat (responden) yang kurang terlalu tepat tentang pendapatannya dari
sektor wisata bahari, tetapi dengan diperkuat pengamatan dan wawancara mendalam
terhadap anggota masyarakat dan tokoh masyarakat (stakeholder), maka dapat
dikemukakan bahwa jenis pekerjaan dan atau keterlibatan masyarakat dalam
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
125
pembangunan sektor pariwisata bahari ditemukan cukup beragam yang bisa
mengindikasikan masyarakat telah mampu mengembangkan berbagai jenis lapangan
pekerjaan dalam upaya menunjang pembangunan sektor wisata bahari di
kampungnya, kemampuan dan atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata
bahari dikampungnya telah mempengaruhi pendapatan yang diperoleh masyarakat
kampung yang bermukim di kawasan terumbu karang, walaupun pendapatan yang
diperoleh dari keterlibatan dan atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata
bahari di kampungnya tergolong relatif masih rendah.
Walaupun pendapatan masyarakat dari sektor bahari masih rendah tetapi sektor ini
sudah memberikan kontribusi yang cukup berarti pada sejumlah anggota masyarakat
kampung dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat di kampung.
Sebagian besar masyarakat yang pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di
kampungnya memperoleh pendapatan rata-rata kurang dari Rp. 100.000,- pada setiap
kali keterlibatannya. Dalam kategori ini ditemukan indikasi hampir sebagian dari
mereka diperkirakan memperoleh pendapatan setengah dari pendapatan tersebut.
Pendapatan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari sebanyak antara
Rp. 100.000 – Rp. 250.000 walaupun relatif kecil jumlahnya akan tetapi merupakan
pendapatan terbanyak kedua. Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari sekitar
di atas Rp. 250.000,- jumlahnya paling sedikit. Kondisi ini tentunya berbeda dengan
masyarakat kota yang terlibat dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung
penyelenggaraan kegiatan wisata bahari seperti hotel, biro perjalanan, dan agen
penyelenggara kegiatan wisata bahari. Keterlibatan masyarakat kampung hampir
seluruhnya memang sifatnya hanya sebagai pelengkap dari kegiatan wisata bahari
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
126
yang dikembangkan masyarakat kota yang secara ekonomi memang jauh lebih
mampu mengembangkan program wisata bahari di daerah ini.
Penyediaan homestay dan jasa transportasi laut merupakan jenis pekerjaan yang
mampu dikembangkan masyarakat dimana dipandang dapat memberikan masukan
pendapatan yang lebih besar dibanding jenis pekerjaan lainnya dalam kegiatan wisata
bahari. Ditemukan pula sejumlah masyarakat yang menerima pendapatan dari sektor
wisata bahari atas keterlibatannya dalam dua jenis pekerjaan sekaligus, sehingga
menunjukkan sudah adanya kemampuan sejumlah anggota masyarakat yang dapat
mengembangkan jenis kegiatan (pekerjaan) penunjang wisata bahari di daerahnya
lebih dari satu jenis pekerjaan. Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari di
Kepulauan Padaido relatif lebih rendah dibanding masyarakat kampung di Biak
Timur daratan. Walaupun rata-rata pendapatan masyarakat dari keterlibatannya dalam
kegiatan wisata bahari selama ini serendah apapun akan tetapi telah menunjukkan
adanya dampak positif pembangunan kepariwisataan terhadap pendapatan masyarakat
di kawasan terumbu karang Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan.
Pengukuran pendapatan masyarakat kampung dari sektor wisata bahari memang
masih perlu dianalisis lebih lanjut dan mendalam dengan menggunakan berbagai
metode yang lebih bisa menjelaskan kondisi sebenarnya, akan tetapi temuan ini sudah
dapat menemukan sekaligus menunjukkan bahwa sektor pembangunan pariwisata
telah memberikan kontribusi cukup positif terhadap sejumlah anggota masyarakat di
kampung-kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Kondisi ini sudah
dapat menggambarkan bagaimana dampak pembangunan wisata bahari terhadap
penghidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang hingga kini sudah berhasil
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
127
terlibat atau melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya. Diantara
masyarakat kampung tersebut ditemukan ada yang memperoleh pendapatan tinggi,
pendapatan sedang dan ada pula anggota masyarakat yang hanya menerima imbalan
uang dalam jumlah sedikit, bahkan ada yang hanya menerima dalam bentuk barang.
Pembangunan wisata bahari di daerah ini telah mampu mengembangkan berbagai
jenis kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat kampung. Sebelum
pembangunan wisata bahari dikembangkan, maka sistem mata pencaharian penduduk
kampung sifatnya homogen yaitu umumnya sebagai nelayan tradisional dan petani
tradisional, sedangkan jenis pekerjaan lainnya walaupun ada tetapi tergolong masih
sedikit. Setelah masuknya program pembangunan wisata bahari telah berkembang
berbagai jenis pekerjaan penduduk seperti guide (pemandu), porter (buruh), homestay
(pondokan), penyediaan makanan dan minuman, jasa transportasi, penyewaan
peralatan wisata bahari, dan industri rumah tangga seperti pembuatan souvenir. Jenis-
jenis pekerjaan ini sebelumnya belum dikenal dalam sistem kehidupan masyarakat
kampung. Walaupun memang harus diakui bahwa masih sedikit masyarakat yang
mampu mengembangkan jenis pekerjaan pendukung kegiatan wisata bahari.
Relatif masih belum banyaknya kedatangan wisatawan mancanegara ke tempat-
tempat wisata bahari di kampung-kampung ini oleh karena berbagai permasalahan
pula telah berpengaruh langsung pada tingkat pendapatan penduduk dari sektor ini.
Jaringan kerja kegiatan wisata bahari antara kelompok masyarakat kota dengan
sejumlah anggota masyarakat di setiap kampung juga cukup banyak mempengaruhi
distribusi pendapatan masyarakat dari sektor ini. Aspek pendidikan, ketrampilan,
pengetahuan, pandangan, wawasan dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
128
wisata bahari juga merupakan aspek lainnya yang turut menentukan tingkat
keterlibatan, partisipasi, peran serta dan tingkat pendapatan masyarakat kampung dari
sektor unggulan pembangunan ini. Pembangunan wisata bahari juga turut dipengaruhi
oleh rasa aman, rasa nyaman, rasa tentram dan kepuasan wisatawan domestik dan
mancanegara dalam melakukan kegiatan wisata baharinya, selain itu hal seperti sikap,
perilaku, kebiasaan dan relasi (hubungan) sosial masyarakat kampung terhadap para
wisatawan juga turut mempengaruhi perkembangan wisata bahari di daerah ini.
Persoalan yang beragam, kompleks dan dimensional memang ditemukan dalam
pembangunan bidang kepariwisataan di daerah ini, yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dari sektor
wisata bahari. Permasalahan dimaksud ditemukan dalam institusi pemerintah, swasta,
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dalam masyarakat sendiri, berbagai
hambatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi
perkembangan bidang pariwisata, keterlibatan masyarakat dan sekaligus menentukan
pendapatan masyarakat melalui sektor pembangunan ini. Strategi, kebijakan, program
dan kegiatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pembangunan
ini juga berarti upaya untuk mengurangi dan atau menekan semaksimal mungkin
beragam persoalan yang ditemui dalam bidang pembangunan ini. Semua orang
memang mengharapkan agar sektor unggulan pembangunan daerah Kabupaten Biak
Numfor ini bisa memberikan semakin banyak dampak positifnya terhadap perbaikan
kehidupan masyarakat kawasan terumbu karang.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
129
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
1. Strategi, kebijakan, program, kegiatan dan pendanaan pembangunan
kepariwisataan, khususnya wisata bahari masih memerlukan perbaikan, dalam
kerangka meningkatkan peran dan fungsi sektor pembangunan unggulan ini
dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya peningkatan
pendapatan masyarakat kampung.
2. Program pembangunan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan
Padaido sudah dikembangkan berbagai aktor pembangunan seperti state
(pemerintah), private sector (Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga
ilmiah, lembaga masyarakat adat, lembaga agama dan masyarakat kampung)
dengan peran, fungsi, keterlibatan dan taraf kemampuan yang berbeda.
3. Pembangunan wisata bahari telah mengembangkan berbagai jenis pekerjaan
penduduk kampung yang sebelumnya tidak dikenal secara baik. masyarakat
kampung kini sudah semakin memahami potensi kawasan baharinya untuk
dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang bisa mendatangkan
pendapatan bagi keluarga dan masyarakat kampung umumnya.
4. Masyarakat kampung kawasan terumbu karang dengan keterbatasan sumberdaya
manusianya sudah mampu mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi seperti
penyediaan makanan dan minuman (mis. ikan, udang, kepiting, keladi, petatas,
papeda, air kelapa muda), pondokan (homestay), souvenir, jasa transportasi
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
130
(perahu motor dan perahu tradisional), pemandu (guide), perlengkapan wisata
bahari akan tetapi masih sederhana atau terbatas.
5. Keterbatasan sumberdaya manusia dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat
kampung dalam mengembangkan dan menyediakan fasilitas penunjang pariwisata
bahari di kampungnya berimplikasi terhadap relatif rendahnya pendapatan
masyarakat dari sektor wisata bahari.
6. Relatif masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan
domestik yang berkunjung ke tempat-tempat wisata bahari di Biak Timur daratan
dan Kepulauan Padaido turut mempengaruhi rendahnya pula pendapatan
masyarakat kampung kawasan terumbu karang ini.
7. Ditutupnya penerbangan internasional Hawai-Biak dan penutupan hotel Marauw
(hotel berbintang lima) sangat mempengaruhi turunnya pula jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara sehingga turut pula mempengaruhi turunnya atau
rendahnya pendapatan masyarakat dari kegiatan wisata bahari.
8. Keterlibatan anggota-anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari berkisar
pada anggota-anggota masyarakat yang memiliki fasilitas penunjang wisata bahari
dan mempunyai jaringan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, pemandu wisata, hotel, travel biro, dan pihak diving center.
9. Lembaga masayarakat adat, lembaga pemerintah dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) turut berperan dalam melibatkan seseorang atau sekelompok
orang kedalam kegiatan-kegiatan wisata bahari di kampung, sehingga biasanya
dimanfaatkan pula oleh pihak-pihak penyelenggara wisata bahari di kedua
wilayah ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
131
10. Sarana dan prasarana wisata bahari yang disediakan dan dikembangkan
masyarakat kampung kawasan terumbu karang masih terbatas dan belum cukup
mampu menyediakan seluruh kebutuhan wisatawan, sehingga cukup banyak
kebutuhan wisatawan disediakan dari daerah perkotaan.
11. Masyarakat kota hingga saat ini masih merupakan pengelola dominan (utama)
program penyelenggara wisata bahari seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), hotel, travel agent dan biro perjalanan wisata bahari daerah ini sehingga
merupakan kelompok masyarakat yang lebih banyak memperoleh keuntungan
ekonomi dari kegiatan wisata bahari.
12. Keterlibatan masyarakat kampung dalam kegiatan wisata bahari dipengaruhi oleh
aspek yang beragam seperti aspek pendidikan, pengetahuan, ketrampilan,
teknologi, wawasan, pandangan, persepsi, kebiasaan, perilaku, sikap, motivasi,
dan etos kerja sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait.
5.2 Saran dan Rekomendasi
1. Pemerintah daerah (state), swasta (private sector), dan civil society (Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga ilmiah, lembaga adat, lembaga adat,
lembaga agama dan masyarakat) perlu mengembangkan strategi, kebijakan dan
program promosi potensi wisata bahari melalui media elektronik (radio, televisi,
internet), media cetak (majalah, bulletin, brosur, leaflet), dan spanduk/ papan
reklame pada tingkat daerah, nasional dan internasional.
2. Pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya perlu menyediakan dana
pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari, yang lebih memadai
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
132
dalam kerangka mengembangkan berbagai program strategis penunjang
pengembangan wisata bahari di daerah ini.
3. Membuka kembali jalur penerbangan internasional Biak-Honolulu-Los Angelas
(AS) dan jalur penerbangan internasional lainnya dalam kerangka membuka
saluran atau jalur utama perjalanan wisatawan mancanegara yang pernah ada dan
berkembang di daerah ini.
4. Melakukan berbagai upaya membuka kembali dan atau memanfaatkan hotel
Marauw yang kini hampir menjadi “barang rongsokan” dan “rumah hantu”,
disertai dengan berbagai pengembangan sarana dan prasarana wisata bahari di
kawasan Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Seperti perbaikan kolam
renang dan restoran yang dapat dibuka untuk masyarakat yang ingin datang
berkunjung. Dengan demikian sarana dan prasarana yang ada di hotel tersebut
dapat difungsikan kembali walaupun tidak secara menyeluruh.
5. Perlu upaya sistematis, terencana dan berkelanjutan guna pengembangan
sumberdaya manusia masyarakat kampung melalui pendidikan, pelatihan,
pendampingan, penyuluhan, pemberdayaan dan penguatan dalam kerangka
meningkatkan peran, fungsi dan keterlibatan masyarakat kampung dalam
kegiatan wisata bahari.
6. Pemerintah daerah perlu menjalin kerjasama yang lebih baik dan berkelanjutan
dengan pihak-pihak yang kompeten dan berpengalaman dibidang pariwisata
seperti diving center, travel, hotel, dan akademisi dalam pengembangan
sosialisasi, komunikasi dan edukasi pembangunan pariwisata bahari.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
133
7. Pembuatan usaha jasa pariwisata yaitu travel agent lokal didaerah Biak Timur
daratan dan Padaido mengingat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Usaha ini dilakukan dengan turut melibatkan agent wisata dari kota yang telah
berpengalaman dan akademisi yang dapat memberikan saran secara keilmuan
yang dibutuhkan masyarakat untuk dapat dilaksanakan pada saatnya.
Pendanaannya dapat diperoleh dari pemerintah, LSM, dan swasta.
8. Pengelolaan usaha objek dan daya tarik wisata bahari yang berbasis masyarakat
dikampung masing-masing dan penyediaan sarana wisata seperti homestay,
cottage, restoran yang dapat menunjang kegiatan wisata bahari. Sistem
pendanaan, pengalaman dan ilmu pengetahuan dapat berasal dari lembaga
pemerintah, LSM, swasta, dan akademisi.
9. Perlu dilakukan forum komunikasi melalui seminar dan diskusi mengenai
pariwisata bahari yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga ilmiah, lembaga masyarakat adat, lembaga agama dimana
hasilnya dapat berupa kebijakan dan peraturan yang kemudian ditetapkan oleh
pemerintah daerah dengan tujuan untuk menunjang dan mengembangkan wisata
bahari di Biak Timur dan Padaido.
10. Perlunya pendidikan, pelatihan dan penyuluhan terhadap masyarakat kota yang
mampu secara ekonomi dan tertarik dalam kegiatan wisata bahari dimana pada
akhirnya akan menjadi calon wisatawan bahari domestik potensial yang akan
memanfaatkan sarana dan prasarana wisata bahari di daerah ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
134
11. Perlunya penyiapan sarana dan prasarana untuk mendukung mengembangkan
wisata bahari, misalnya penyediaan peralatan snorkeling dan alat selam dengan
pelayanan kualitas yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata.
12. Perlu disediakan transportasi laut yang memadai yang menghubungkan jalur Biak
kota-Padaido atas dan Biak kota-Padaido bawah (pp) untuk memudahkan
wisatawan atau pengunjung yang ingin berwisata ke Kepulauan Padaido
13. Semua pihak perlu membangun atau menciptakan rasa aman, nyaman dan
tentram para wisatawan domestik dan mancanegara dalam kerangka
meningkatkan kedatangan wisatawan ke daerah wisata bahari ini.
14. Perlu suatu kebijakan pembangunan daerah dan atau peraturan daerah tentang
pembangunan wisata bahari yang lebih mampu memberikan peran dan fungsi
lebih baik atau proporsional bagi penguatan dan pemberdayaan masyarakat
kampung untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya.
15. Menekan serendah mungkin atau meniadakan sama sekali perilaku atau kebiasaan
masyarakat menggunakan bahan beracun, bom, cungkilisasi dan perilaku mencari
ikan lainnya yang merusak terumbu karang (coral reef) sebagai objek penting
wisata bahari di kawasan ini.
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan Padaido dan Biak Timur Daratan
135