bab i pendahuluan a. latar belakang masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/bab...

91
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uang merupakan suatu benda yang wujudnya sedemikian rupa yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku pada saat peredarannya. Sah dalam arti yang menurut peraturan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Lembaga yang berwenang ini adalah negara atau badan yang ditunjuk oleh negara seperti bank. 1 Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, bahkan dapat dikatakan seseorang tidak akan dapat bertahan hidup jika tidak memiliki uang. Namun terkadang kebutuhan yang harus dicukupi tidak dapat terpenuhi dengan uang yang dimiliki. Uang diibaratkan sebagai nyawa dalam raga suatu perekonomian dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa uang telah menjadi peranan strategis dalam suatu perekonomian terutama jika dilihat dari fungsi utama uang yaitu sebagai alat pembayaran. Meskipun demikian, kita tidak dapat berpendapat jika tanpa ada uang, kegiatan barter tidak dapat dilakukan dalam kehidupan masyarakat. 1 Adami Chazawi, 2002, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm 26.

Upload: lyque

Post on 25-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Uang merupakan suatu benda yang wujudnya sedemikian rupa yang

digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku pada saat peredarannya.

Sah dalam arti yang menurut peraturan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Lembaga yang berwenang ini adalah negara atau badan yang ditunjuk oleh negara

seperti bank.1

Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau

membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup, bahkan dapat dikatakan seseorang tidak akan dapat

bertahan hidup jika tidak memiliki uang. Namun terkadang kebutuhan yang harus

dicukupi tidak dapat terpenuhi dengan uang yang dimiliki. Uang diibaratkan sebagai

nyawa dalam raga suatu perekonomian dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa

uang telah menjadi peranan strategis dalam suatu perekonomian terutama jika dilihat

dari fungsi utama uang yaitu sebagai alat pembayaran. Meskipun demikian, kita tidak

dapat berpendapat jika tanpa ada uang, kegiatan barter tidak dapat dilakukan dalam

kehidupan masyarakat.

1 Adami Chazawi, 2002, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hlm 26.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

2

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah dari

pada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam

sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang

sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi

yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong

perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan

produktifitas dan kemakmuran.2

Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi telah mendorong munculnya

berbagai upaya yang dengan maksud demi kepentingan sendiri berusaha

memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Motif ekonomi seringkali mendorong

munculnya berbagai tindak pidana yang baru dan inovatif, misalnya munculnya

kejahatan uang palsu. Manusia cenderung mencari celah-celah hukum dengan

kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sepanjang ada niat dari manusia untuk

memperkaya diri sendiri, sepanjang ada sarana/ jalan yang dapat digunakan dan

sepanjang ada tujuan/ sasaran yang potensial untuk dapat dikuasai maka kesempatan

untuk munculnya kajahatan jenis baru akan selalu ada.

Kejahatan uang palsu merupakan salah satu jenis kejahatan yang sangat

merugikan masyarakat sebagai pelaku ekonomi dan konsumen. Bentuk kejahatan ini

memiliki implikasi yang sangat luas baik bagi pelaku ekonomi secara langsung

2 http://kholiscollection.blogspot.com/2011/02/makalah-uang-bank-dan-percetakan-uang.html

diakses tanggal 7 Mei 2013.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

3

maupun sistem perekonomian negara secara nasional. Keberadaan uang palsu

ditengah-tengah masyarakat akan membawa dampak dan pengaruh yang sangat besar.

Masyarakat kita yang mayoritas adalah ekonomi menengah ke bawah akan sangat

terpengaruh dengan keberadaan uang palsu ini.3

Penegakkan hukum di Indonesia sudah lama menjadi persoalan serius bagi

masyarakat di Indonesia. Bagaimana tidak, karena persoalan keadilan telah lama

diabaikan bahkan di fakultas-fakultas hukum hanya diajarkan bagaimana memandang

dan menafsirkan peraturan perundang-undangan. Persoalan keadilan atau yang

menyentuh rasa keadilan masyarakat diabaikan dalam sistem pendidikan hukum di

Indonesia.4

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu

lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara5. Menurut Jimly Ashiddiqie, jika ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan

hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai

upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti

luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap

hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan

3

http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=177&Itemid=177

diakses tanggal 8 Mei 2013.

4 http://anggara.org/ “Carut Marut Dunia Hukum di Indonesia”. Diakses tanggal 8 Mei 2013.

5 http://statushukum.com/penegakan-hukum.html diakses tanggal 7 Mei 2013.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

4

hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam

arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai

upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa

suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya

hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa.6

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,

yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang

luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai

keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai

keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi dalam arti sempit, penegakan hukum

itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu,

penerjemahan perkataan „law enforcement‟ ke dalam bahasa Indonesia dalam

menggunakan perkataan „penegakan hukum‟ dalam arti luas dan dapat pula

digunakan istilah „penegakan peraturan‟ dalam arti sempit. Pembedaan antara

formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang

dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri dengan

dikembangkannya istilah „the rule of law‟ versus „the rule of just law‟ atau dalam

istilah „the rule of law and not of man‟ versus istilah „the rule by law‟ yang berarti

„the rule of man by law‟. Dalam istilah „the rule of law‟ terkandung makna

6 Ibid.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

5

pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan

mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

digunakan istilah „the rule of just law‟. Dalam istilah „the rule of law and not of man‟

dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara

hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah

„the rule by law‟ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang

menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.7

Adanya kejahatan mengenai pemalsuan uang menuntut suatu tindakan nyata

dan tegas sebagai dasar terpenuhinya aspirasi masyarakat, karena secara tidak

langsung adanya pemalsuan uang tersebut akan merusak kondisi perekonomian

Indonesia secara umum. Lebih dari itu adanya pemalsuan ini akan sangat terasa oleh

pribadi-pribadi yang dirugikan secara langsung dengan digunakanya uang palsu

sebagai alat tukar itu. Oleh karena itu penegakan atas adanya pemalsuan uang ini

merupakan suatu urgensi yang harus dilakukan aparatur hukum hingga tuntas dan

terintegrasi dengan baik, agar dapat mengurai akar permasalahan dari timbulnya

kegiatan pemalsuan ini di tengah-tengah masyarakat.

Kejahatan mengenai pemalsuan uang ini juga salah satu dampak dari

perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang banyak diciptakan

dan digunakan oleh orang pandai, akan tetapi kepandaian tersebut tidak diikuti

7 http://jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf “Penegakan Hukum Di

Indonesia”. Diakses tanggal 8 Mei 2013.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

6

dengan etika dan moral yang baik sehingga banyak orang yang memanfaatkan

kepandaian tersebut untuk berbuat yang melanggar aturan negara.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat diambil suatu perumusan masalah yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana peranan Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi pemalsuan

dan peredaran uang palsu di Kabupaten Banyumas ?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambat dalam pencegahan

dan penanggulangan tindak pidana pemalsuan uang di Kabupaten Banyumas ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi

pemalsuan dan peredaran uang palsu di Kabupaten Banyumas.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam pencegahan

dan penanggulangan tindak pidana pemalsuan uang di Kabupaten Banyumas.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

7

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Memberikan sebuah informasi, menambah wacana berpikir dan kesadaran

bersama dalam berbagai bidang keilmuan, khususnya berkenaan dengan peranan

kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi peredaran dan pembuatan uang palsu

di Kabupaten Banyumas dan juga faktor pendorong dan penghambat dalam

pencegahan dan penanggulangan tindak pidana pemalsuan uang di Kabupaten

Banyumas.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai salah satu acuan kepustakaan Hukum Pidana terutama mengenai peranan

Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi peredaran dan pembuatan uang

palsu di Kabupaten Banyumas dan juga faktor pendorong dan penghambat dalam

pencegahan dan penanggulangan tindak pidana pemalsuan uang di Kabupaten

Banyumas.

b. Secara praktis atau terapan penelitian ini berguna untuk menjadi suatu acuan bagi

penelitian yang serupa.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kepolisian

a. Pengertian dan Kedudukan Kepolisian

Istilah polisi dalam berbagai bahasa asing mengandung arti yang berbeda-

beda karena tiap-tiap negara memberikan istilah dalam bahasanya sendiri. Istilah

polisi berbeda-beda menurut bahasanya seperti Police di Inggris, Polizei di Jerman,

dan Politie di Belanda. Istilah polisi dalam bahasa Indonesia adalah hasil proses

Indonesianisasi dari istilah Belanda Politie. Dalam bahasa Inggris, Charles Reith

mengartikan istilah Police sebagai tiap-tiap usaha untuk memperbaiki atau

menertibkan tata susunan kehidupan masyarakat.8 Sedangkan menurut Mr. J. Kist,

definisi dari istilah polisi adalah bagian dari kekuasaan eksekutif yang bertugas

melindungi negara, alat-alat negara, kelancaran jalannya roda pemerintahan,

rakyatnya, dan hak-hak terhadap penyerangan dan bahwa dengan selalu waspada,

dengan pertolongan dan paksaan.

Pengertian polisi berdasarkan Ensiklopedia dari kata Yunani, yaitu politea,

perkataan ini pada mulanya dipergunakan hanya untuk sekedar menyebut “orang-

orang yang menjadi warga” negara dari kota Athena yang berarti “semua usaha dan

8 Momo Kelana, 1994, Hukum Kepolisian, Jakarta: PT Grafindo, hlm 13.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

9

kegiatan negara termasuk kegiatan agama”, karena perkembangan yang semakin luas

maka urusan dan kegiatan agama semakin banyak dan memerlukan pengamanan

secara khusus, sehingga urusan dan kegiatan keagamaan dikeluarkan dari usaha-

usaha politeia.9

Istilah polisi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti badan

pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (seperti

menangkap orang yang melanggar undang-undang, dan sebagainya), anggota dari

badan pemerintah tersebut diatas (pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan

dan sebagainya).10

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa Kepolisian adalah

segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan

perundang-undangan.

Van Vollenhoven menjelaskan bahwa di dalam pengertian polisi termasuk

organ-organ pemerintahan yang berwenang dan berkewajiban untuk mengusahakan

dengan jalan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan bahwa yang diperintah

berbuat atau tidak berbuat menurut kewajibannya masing-masing terdiri dari:11

1). Melihat cara menolak bahwa yang diperintah itu melaksanakan kewajiban

umumnya.

2). Mencari secara aktif perbuatan-perbuatan yang tidak melaksanakan

kewajiban umum tadi.

9 Ibid. hlm 14.

10

Poerwodarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm

763.

11 Momo Kelana, Op. Cit, hlm 15.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

10

3). Memaksa yang diperintahkan itu untuk melaksanakan kewajiban

umumnya dengan melalui pengadilan.

4). Memaksa yang diperintahkan itu untuk melaksanakan kewajiban umum

itu tanpa perantaraan pengadilan.

5). Memberi pertanggungjawaban dari apa yang tercantum dalam pekerjaan

tersebut.

b. Peranan Kepolisian

Menurut Soerjono Soekanto, peranan (role) merupakan aspek dinamika dari

status/ kedudukan, apabila seseorang atau beberapa orang atau organisasi yang

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia atau mereka

atau organisasi tersebut telah melaksanakan suatu peranan.12

Berdasarkan pengertian

tersebut, peranan mengandung makna sebagai perangkat harapan-harapan yang

dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

Dimana setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola

pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya.

Secara sosiologis, maka setiap penegak hukum mempunyai kedudukan/ status

dan peranan (role). Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam struktur

kemasyarakatan yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja, atau rendah. Kedudukan

12

Soerjono Soekanto, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm

220.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

11

tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya hak-hak dan kewajiban

tertentu. Hak-hak dan kewajiban tadi merupakan peranan atau role. Oleh karena itu,

seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang

peranan (role occupant). Masalah peranan dianggap penting, oleh karena pembahasan

mengenai penegakan hukum sebenarnya lebih banyak tertuju pada diskresi. Maka

diskresi menyangkut pengambilan keputusan yang sangat terkait oleh hukum tetapi

dalam penerapannya, penilaian pribadi juga memegang peranan.13

Diantara pekerjaan-pekerjaan penegakan hukum yang ada, Kepolisian-lah

yang paling menarik karena didalamnya banyak dijumpai keterlibatan manusia

sebagai pengambil keputusan. Polisi pada hakekatnya dapat dilihat sebagai hukum

yang hidup, karena ditangan polisi tersebut hukum mengalami perwujudannya,

setidak-tidaknya di bidang hukum pidana. Apabila hukum bertujuan untuk

menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya dengan melawan kejahatan.

Akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkret apa yang disebut sebagai

penegakan ketertiban. Siapa-siapa yang harus ditundukkan, siapa-siapa yang harus

dilindungi dan seterusnya. Oleh karena itu, polisi banyak berhubungan dengan

masyarakat dan menanggung resiko mendapatkan sorotan yang tajam dari masyarakat

yang dilayaninya.14

13

Ibid. hlm 221.

14 Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis), Yogyakarta:

Genta Publishing, hlm 111.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

12

c. Tugas dan Wewenang Polisi

Kepolisian di Indonesia mempunyai asas yang disebut dengan Tri Brata. Tri

Brata selain merupakan pangkal tolak dan sumber dari mana mengalir kaidah dan

garis hukum juga merupakan pedoman hidup kepolisian dan kode etik profesi

kepolisian, oleh karena asas-asas yang tersimpul di dalamnya mempunyai hubungan

luas dengan kehidupan kepolisian. Asas-asas yang tersimpul dalam Tri Brata

adalah:15

1). Polisi adalah abdi utama dari nusa dan bangsa (Rastra Sewakottama);

2). Polisi adalah warga negara utama (Nagara Yanottama);

3). Polisi adalah wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat (Yana Anusasana

Dharma).

Selain Tri Brata yang merupakan pedoman hidup, Kepolisian Indonesia juga

mempunyai Catur Prasetya yang merupakan pedoman karya kepolisian yang

langsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas polisi sehari-hari. Catur Brata

terdiri dari:16

1). Setia kepada pimpinan negara (Satya Haprabu);

2). Menghancurkan musuh (Hanyaken Musuh);

3). Mengagung-agungkan negara setiap saat (Gineung Pratidina);

4). Tiada terikat oleh hal sesuatu kecuali oleh tugas masing-masing (Tansa

Tresna).

15 Ibid. hlm 96.

16

Ibid. hlm 97.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

13

Terdapat asas-asas pelaksanaan wewenang polisi, yaitu:17

1. Asas legalitas, adalah asas dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan

kepada undang-undang/ peraturan perundang-undangan. Jika tidak

didasarkan kepada undang-undang/ peraturan perundang-undangan, maka

dikatakan bahwa tindakan polisi itu melawan hukum (onrechtmatig).

2. Asas plichmatigheid, adalah asas dimana polisi sudah dianggap sah

berdasarkan/ bersumber kepada kekuasaan atau kewenangan umum. Jadi

kalau polisi diberi kewajiban untuk memelihara ketertiban dan keamanan

umum, maka untuk asas plichmatigheid ini bisa dijadikan dasar melakukan

tindakan-tindakan. Jadi jelasnya polisi bisa bertindak menurut

penilaiannya sendiri, asal untuk memelihara ketertiban dan keamanan

umum. Asas ini biasanya dikaitkan dengan deskresi.

3. Asas subsidiaritas, adalah asas yang mewajibkan pejabat polisi untuk

mengambil tindakan-tindakan yang perlu sebelum pejabat yang berwenang

itu hadir. Asas ini sebenarnya bersumber dari kewajiban umum polisi

untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum.

Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

17 Ibid. hlm 98.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

14

b. Menegakan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, dalam

melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian

Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintahan sesuai kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik PNS, dan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/ atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/ atau pihak yang berwenang;

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

15

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan

dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tugas-tugas diatas menuntut Kepolisian untuk lebih professional dalam

melaksanakan tugasnya, karena menuntut Kepolisian untuk bersifat proaktif agar

dapat mengetahui situasi dan kondisi masyarakat sehingga dapat mengambil langkah-

langkah pencegahan secepatnya dan seperlunya.

2. Tentang Uang

a. Pengertian Uang

Uang adalah benda-benda atau segala sesuatu yang secara umum dapat

diterima masyarakat sebagai alat tukar menukar dan pembayaran utang piutang.

Kasmir memaparkan pengertian uang secara luas yakni uang adalah sesuatu yang

dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu

atau sebagai alat pembayaran hutang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian

barang dan jasa.18

Pengertian uang menurut Adami Chazawi, bahwa uang adalah suatu benda

yang wujudnya sedemikian rupa yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

dan berlaku pada saat peredarannya. Sah dalam arti yang menurut peraturan yang

18 Kasmir, 2005, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

hlm 13.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

16

dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Lembaga yang berwenang ini adalah

negara atau badan yang ditunjuk oleh negara seperti bank.19

b. Jenis-Jenis Uang

Uang yang dijadikan sebagai alat untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-

hari terbagi dalam berbagai jenis. Jenis-jenis uang berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman baik perkembangan nilai intrinsiknya, nominalnya maupun

fungsi uang itu sendiri. Adapun jenis-jenis uang yang dapat dilihat dari berbagai sisi

adalah sebagai berikut :20

a. Berdasarkan Bahan, terdiri dari :

- Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam

(baik aluminium, kupronikel, bronze, emas, perak, perunggu, dan bahan

lainnya)

- Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau

bahan lainnya.

b. Berdasarkan Nilai, terdiri dari :

- Bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai

intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya.

- Tidak bernilai penuh (representatif full bodied money).

c. Berdasarkan Lembaga, terdiri dari :

- Uang kartal, merupakan uang yang dikeluarkan oleh bank sentral baik

uang koin maupun uang kertas.

- Uang giral, merupakan uang yang dikeluarkan oleh bank umum seperti

cek, bilyet giro, traveller cheque, dan credit card.

19 Adami Chazawi, Lock Cit. hlm 26.

20

Kasmir, Op Cit, hlm 20-21.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

17

d. Berdasarkan Kawasan, uang jenis ini dilihat dari daerah atau wilayah

berlakunya suatu uang. Terdiri dari :

- Uang lokal, merupakan uang yang berlaku di suatu negara tertentu seperti

rupiah di Indonesia atau ringgit di Malaysia.

- Uang regional, merupakan uang yang berlaku di kawasan tertentu yang

lebih luas dari uang lokal seperti untuk kawasan benua Eropa berlaku

mata uang tunggal Eropa yaitu EURO.

- Uang internasional, merupakan uang yang berlaku antar negara seperti

US Dollar dan menjadi standar pembayaran Internasional.

c. Fungsi Uang

Menurut Amir Darmawan, fungsi uang dibedakan menjadi :21

1). Fungsi utama (basic function), yaitu fungsi uang itu yang mencakup

sebagai alat perantara dalam penukaran (medium of change) dan fungsi

uang sebagai satuan hitung. Fungsi uang sebagai alat perantara ini adalah

merupakan fungsi yang paling penting karena dapat mempermudah

proses pertukaran barang serta jasa. Sedangkan fungsi uang sebagai

satuan hitung yaitu merupakan fungsi yang dilaksanakan oleh uang jika

semua barang-barang dan jasa-jasa tadi secara umum dinilai dengan

menyatukan perbandingan pertukaran ke dalam suatu kesatuan-kesatuan

tertentu.

2). Fungsi tambahan (derivative function), yaitu fungsi ini akan timbul

karena fungsi-fungsi utama tersebut di atas, fungsi ini mencakup

fungsi uang sebagai alat penyimpan (store of value) dan fungsi uang

21 Amir Darmawan, 1980, Perbankan, Jakarta: Pustaka University, hlm 5-7.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

18

sebagai alat pembayaran yang ditangguhkan (standard of derifed

payment). Fungsi uang sebagai alat penyimpan berarti bila suatu barang

ditukarkan dengan uang, maka uang yang diperoleh tidak perlu

ditukarkan sekaligus dengan barang lain, sebagian atau seluruhnya dapat

disimpan sebagai cadangan. Sedangkan fungsi uang sebagai standard

untuk pembayaran yang akan dilaksanakan mendatang, sehingga

memungkinkan berkembangnya suatu pasar kredit yang tidak terpecah-

pecah.

3. Perbuatan Meniru atau Memalsu, Mengedarkan Uang Palsu, dan Ciri Uang

Kertas Rupiah

a. Perbuatan Meniru

Perbuatan meniru (namaken) adalah membuat sesuatu yang menyerupai atau

seperti yang asli dari sesuatu itu. Dalam kejahatan ini sesuatu yang ditiru itu adalah

mata uang dan uang kertas, maka meniru diartikan sebagai membuat mata uang (uang

logam) atau uang kertas yang menyerupai atau mirip dengan mata uang atau uang

kertas yang asli. Untuk adanya perbuatan ini disyaratkan harus terbukti ada yang asli

atau yang ditiru. Membuat mata uang atau uang kertas yang tidak ada yang asli atau

yang ditiru, tidak termasuk dalam pengertian meniru.22

22 Adami Chazawi, Op Cit. hlm 23.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

19

Dalam perbuatan meniru terkandung pengertian bahwa orang yang meniru

tersebut tidak berhak (melawan hukum) untuk melakukan perbuatan membuat mata

uang atau uang kertas. Oleh sebab itu juga termasuk pengertian meniru dalam hal

seperti:

a) Seorang mencuri peralatan pembuat uang dan bahan-bahan pembuat uang.

Dengan peralatan dan bahan itu ia membuat uang. Karena dibuat dengan

bahan dan dengan peralatan yang sama, maka uang yang dibuatnya ini

adalah sama dan tidak berbeda dengan uang asli. Walaupun demikian uang

yang dibuatnya ini tetap sebagai uang palsu (tidak asli). Membuat uang

dengan cara demikian adalah termasuk perbuatan meniru.

b) Orang/ badan yang menurut peraturan berhak membuat atau mencetak

uang, namun ia membuat uang melebihi dari jumlah yang diperintahkan/

menurut ketentuan. Maka membuat/mencetak uang lebih dari ketentuan

tadi adalah berupa perbuatan meniru. Walaupun uang yang dihasilkannya

secara fisik adalah sama persis seperti uang aslinya, tetap juga termasuk

pengertian uang palsu (tidak asli).

Dipidana atau tidaknya bagi orang ini, bergantung sepenuhnya pada

bagaimana sikap batinnya. Bila dalam dirinya ada kesengajaan untuk membuat uang

melebihi yang ditentukan yang menjadi wewenangnya, dan adanya masksud untuk

mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya, sudah termasuk larangan dalam pasal

ini. Sebaliknya bila ia dalam membuat uang melebihi dari yang ditentukan itu karena

lalai atau lupa belaka, dan tentunya tidak terkandung maksud untuk mengedarkan

atau menyuruh mengedarkannya seolah-olah asli dan tidak dipalsu.

Dalam pengertian perbuatan meniru, tidak mempedulikan tentang nilai bahan

yang digunakan dalam membuat uang itu apakah lebih rendah atau lebih tinggi dari

bahan pada uang yang asli. Dengan kata lain apabila uang hasil dari perbuatan meniru

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

20

nilai bahannya lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai uang kertas yang asli, tetap

saja perbuatan sepeti itu dipidana sebagai perbuatan meniru, jika dalam meniru itu

terkandung maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan seolah-olah

uang kertas asli dan tidak dipalsu.23

b. Perbuatan Memalsu

Berbeda dengan perbuatan meniru yang berupa perbuatan menghasilkan suatu

mata uang atau uang kertas baru (tapi palsu atau tidak asli), yang artinya sebelum

perbuatan dilakukan sama sekali tidak ada uang. Pada perbuatan memalsu

(vervalschen) sebelum perbuatan dilakukan sudah ada uang (asli). Pada uang asli ini

dilakukan perbuatan menembah sesuatu baik tulisan, gambar maupun warna,

menambah atau mengurangi bahan pada mata uang sehingga menjadi lain dengan

yang asli. Tidak menjadi syarat apakah dengan demikian uang kertas atau mata uang

itu nilainya menjadi lebih rendah ataukah menjadi lebih tinggi. Demikian juga tidak

merupakan syarat bagi motif apa ia melakukan perbuatan itu. Apabila terkandung

maksud untuk mengedarkannya atau menyuruh mengedarkannya sebagai uang asli

dan tidak dipalsu, maka perbuatan itu termasuk perbuatan yang dilarang dan

dipidana.

Kejahatan mengenai pemalsuan uang yang terdapat dalam Pasal 26 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dirumuskan secara formil,

maksudnya ialah melarang melakukan perbuatan tertentu, dan tidak secara tegas

23 Ibid. hlm 24.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

21

menimbulkan akibat tertentu. Sebagai tindak pidana formil, terwujudnya atau

selesainya kejahatan ini bergantung pada selesainya perbuatan meniru atau memalsu.

Untuk dapat selesai atau terwujudnya perbuatan meniru atau memalsu diperlukan

suatu syarat yakni hasil atau akibat dari perbuatan. Perbuatan meniru menghasilkan

mata uang atau uang kertas yang palsu atau tidak asli, sedang dari perbuatan memalsu

menghasilkan mata uang atau uang kertas yang dipalsu.24

c. Mengedarkan Uang Palsu

Pasal 36 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Mata Uang merumuskan sebagai berikut:

Pasal 36 ayat (3) : Setiap orang yang mengedarkan dan/ atau membelanjakan

Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 36 ayat (4) : Setiap orang yang membawa atau memasukkan Rupiah Palsu

ke dalam dan/ atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)

tahun.

Dalam rumusan Pasal 36 ayat (3) dan ayat (4) tersebut di atas, ada 4 (empat)

bentuk kejahatan mengedarkan uang palsu, yaitu:

1. Melarang orang yang dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang

kertas negara atau uang kertas bank palsu sebagai mata uang atau uang

24 Ibid. hlm 26.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

22

kertas asli dan tidak dipalsu, uang palsu mana ditiru atau dipalsu olehnya

sendiri.

2. Melarang orang yang waktu menerima mata uang atau uang kertas negara

atau uang kertas bank diketahuinya sebagai palsu, dengan sengaja

mengedarkannya sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu.

3. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke

Indonesia mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank palsu,

yang mana uang palsu itu ditiru atau dipalsu oleh dirinya sendiri dengan

maksud untuk mengedakan atau menyuruh mengedarkan sebagai uang asli

dan tidak dipalsu.

4. Melarang orang yang dengan sengaja menyimpan atau memasukkan ke

Indonesia mata uang atau uang kertas negara atau uang kertas bank yang

pada waktu diterimanya diketahuinya sebagai uang palsu, dengan maksud

untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan seperti uang asli dan

tidak dipalsu.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

23

d. Ciri Uang Kertas Rupiah

Ciri-ciri umum pada uang kertas yang dapat dikenali adalah sebagai berikut:25

1. Bahan uang kertas adalah kertas/ plastik dengan spesifikasi khusus yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2. Tanda Air pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang akan

terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.

3. Benang pengaman ditanam di tengah ketebalan kertas atau terlihat seperti

dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari atas ke bawah,

dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah sinar ultra violet

dengan satu warna atau beberapa warna.

4. Cetak intaglio adalah cetakan timbul yang terasa kasar apabila diraba.

5. Rectoverso adalah pencetakan suatu ragam bentuk yang

menghasilkancetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan

saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.

6. Optical Variable Ink adalah hasil cetak mengkilap (glittering) yang

berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

25 Direktorat Pengedaran Uang Bank Indonesia, 2005, “Kenali Rupiah Anda!” dalam skripsi

Ersa Maduma Aritonang, Universitas Sumatera Utara. hlm 18-19.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

24

7. Tulisan Mikro adalah tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat

dibaca dengan menggunakan kaca pembesar.

8. Invisible Ink adalah hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di

bawah sinar ultraviolet.

9. Multi layer latent image/ metal layer adalah teknik cetak dimana dalam

satu bidang cetakan terlihat lebih dari satu obyek gambar bila dilihat dari

sudut pandang tertentu.

10. Color window/ clear window pada kertas uang terdapat bagian yang

terbuat dari plastik transparan berwarna/ tidak berwarna.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

25

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipergunakan adalah Yuridis sosiologis, yaitu

pendekatan yang menekankan pada pencarian-pencarian. Yuridis itu sendiri adalah

suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum, tetapi di samping itu juga

sosiologis yaitu berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di

masyarakat. Keajegan-keajegan (empirical regularitis) karena mengkonstruksi

hukum sebagai refleksi kehidupan masyarakat itu sendiri di dalam praktek.26

2. Metode Survei

Survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk

mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah

atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh

informasi-informasi yang dibutuhkan. Penelitian survei merupakan kegiatan

penelitian yang memiliki tiga tujuan penting diantaranya:27

1. Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu;

2. Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk

dibandingkan;

26

Ronny Hanitiyo Soemitro, 1986, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press. hlm. 11. 27

Ikhsanudin, 2011, Tentang Penelitian, http://ikhsanudin Blogspot.com.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

26

3. Menentukan hubunngan sesuatu yang hidup di antara kejadian

spesifik.28

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara

dekriptif analasis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan,

dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang

utuh.29

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada lembaga yang terkait, yaitu di Polres

Banyumas, karena merupakan lokasi utama dalam kiat mendapatkan sumber

informasi yang akurat, dan juga di tempat-tempat lain yang berkaitan dengan obyek

penelitian seperti percetakan, fotocopy, dan pasar/ pertokoan.

5. Informan dalam penelitian

Untuk melaksanakan penelitian tersebut, ditentukan Informan Penelitian

sebagai data primer kualitatif. Informan penelitian yang menjadi sumber data adalah:

- Kapolres, Intel, Reserse dan Kriminal (Reskrim) di Polres Banyumas.

- Pedagang pasar/ pertokoan, pengusaha percetakan, pengusaha fotocopy.

6. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Sumber data primer

28

Alim Sumarno, 2012, Penelitian Survei, http://blog.elearning.unesa.ac.id. 29

Ronny Hanitiyo Soemitro, Op. Cit. hlm 250.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

27

Data Primer atau data dasar yang diperoleh langsung dari buku-buku

literatur dan perundang-undangan serta sumber dari masyarakat, dalam hal

ini yang berkaitan dan relevan dengan penelitian.30

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan melalui studi

pustaka, data sekunder mencakup bahan hukum primer (norma, peraturan

dasar, perundang-undangan dan lain-lain), bahan hukum sekunder yaitu

penjelasan bahan hukum primer, bahan hukum tersier yakni bahan hukum

yang memberikan penjelasan maupun petunjuk terhadap bahan hukum

primer maupun bahan hukum sekunder.31

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian yaitu di Polres Banyumas dan di tempat-tempat lain yang

berkaitan dengan obyek penelitian seperti percetakan, fotocopy, dan pasar/

pertokoan, dengan menggunakan metode:

1. Interview (Wawancara) Bebas Terpimpin

Wawancara adalah suatu cara yang dipergunakan untuk tujuan tertentu

guna mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang

30

Soerjono Soekanto, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

hlm 12. 31

Ibid. hlm 12-13.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

28

responden, dengan bercakap-cakap berhadap muka dengan orang

tersebut.32

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara bebas namun

terpimpin dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan

tetapi masih dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan

dengan situasi ketika wawancara.33

2. Observasi (Pengamatan)

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.34

Selain

menggunakan wawancara, pengumpulan data primer juga dapat dilakukan

dengan cara observasi. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan

data dengan mengamati langsung di lapangan. Mengamati bukan hanya

melihat, tetapi juga merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat

kejadian.

b. Data Sekunder, yaitu data yang berisikan informasi tentang bahan primer.35

Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka terhadap

peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan dokumen-

dokumen lainnya yang berkaitan dengan obyek atau materi penelitian.

32

Koentjoroningrat, 1986, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia. hlm

129. 33

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit. hlm 107. 34

Hadari Nawawi, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. hlm 100. 35

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika. hlm

51.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

29

8. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan

sejumlah daftar pertanyaan untuk mendapatkan data dari informan dan alat perekam

suara untuk merekam jawaban-jawaban dari informan dalam penelitian.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisais data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya.36

9. Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data mencakup antara lain kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:37

i. Editing (to edit artinya membetulkan) adalah memeriksa atau

meneliti data yang telah diperoleh untuk menjelaskan apakah sudah

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan.

Di dalam tahap editing yang diperiksa adalah:

- Adanya jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan kelengkapan

jawaban.

- Apakah jawaban itu benar atau salah atau kurang tepat.

- Apakah jawabannya seragam untuk pertanyaan yang sama

konsistensinya.

36

Sugiono, 2010, Memehami Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta. hlm 60. 37

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit. hlm 64-68.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

30

Selanjutnya di dalam editing dilakukan pembetulan data yang keliru,

menambahkan data yang kurang, melengkapi data yang belum

lengkap.

i. Coding yaitu mengkategorisasikan data dengan cara pemberian kode-

kode atau simbol-simbol menurut kriteria yang diperlukan pada

daftar pertanyaan dan pada pertanyaan-pertanyaannya sendiri dengan

maksud untuk dapat ditabulasikan.

ii. Tabulasi yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam

tabel-tabel yang telah dipersiapkan untuk maksud tersebut.

iii. Menganalisis data merupakan kegiatan pengkajian terhadap hasil

pengolahan data, yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan

baik perumusan-perumusan atau kesimpulan-kesimpulan.

10. Metode Pengujian Data

Dalam penelitian ini validitas atau keabsahan data diperiksa dengan metode

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.38

Dalam penelitian ini variasi teknik yang digunakan adalah triangulasi model

sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

38 Lexy J. Maleong, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, hlm. 329.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

31

kualitatif. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini

menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi yang dilakukan terhadap

pencegahan dan penanggulangan pemalsuan dan peredaran uang palsu di Kabupaten

Banyumas.

11. Metode Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian-uraian yang tersusun secara

sistematis, artinya data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lain

disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga secara keseluruhan

merupakan satu kesatuan yang utuh sesuai dengan kebutuhan penelitian.

12. Metode Validitas Data

Dalam penelitian ini, pengujian data/ uji kredibilitas data akan dilakukan

dengan cara triangulasi sumber yang bertujuan untuk menghasilkan kesahihan,

keabsahan atau kebenaran data yang dikumpulkan, ada baiknya kita melihat dahulu

pengertian triangulasi. Menurut Maleong, triangulasi merupakan teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.39

Triangulasi

dilakukan apabila terdapat data yang bertentangan, tidak sejalan atau berbeda

mengenai hal yang sama atau lebih sumber data serta pengecekan terhadap data yang

tidak jelas sehingga dapat diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.

13. Teknik Analisis Data

39 Ibid. hlm 178.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

32

Data yang diperoleh di analisis dengan model analisis kualitatif. Hal ini

dimaksudkan analisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas

dan informasi-informasi yang bersifat ungkapan monografis dari responden.40

40 Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit, hlm 51.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Struktur Organisasi Polres Banyumas

Secara signifikan, peredaran uang palsu di Kabupaten Banyumas sudah

mengalami penurunan pesat dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2012. Hal

tersebut tentu saja menunjukan bahwa kinerja dari Kepolisian semakin membaik dan

semakin mengokohkan Kepolisian dalam mencapai tujuan bersama melindungi

masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh Polres Banyumas dikonkritkan dalam bentuk

tim kerja dalam suatu susunan organisasi sehingga akan memudahkan untuk

merealisasikan tugas-tugas pokok Kepolisian.

Perlu diketahui bahwa Polres Banyumas terdiri dari beberapa jabatan

fungsional yang pembentukannya ditetapkan dengan Keputusan Kapolri. Dari sekian

jabatan fungsional yang ada, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang tindakan/

upaya yang dilakukan oleh Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi

pemalsuan dan peredaran uang palsu sehingga penulis membatasi pada bagian-bagian

yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu pada bagian Sat Reskrim dan Sat

Intelkam. Berikut susunan organisasi yang ada di Polres Banyumas :

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

34

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

35

1.1. Sat Reskrim (Satuan Reserse Kriminal)

Dalam struktur organisasi Polres Banyumas, Sat Reskrim adalah unsur

pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres. Sat Reskrim dipimpin oleh

Kasat Reskrim yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Sat Reskrim bertugas melaksanakan

penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan penyidikan tindak pidana, termasuk

identifikasi dan laboratorium forensik lapangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Sat Reskrim menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan penyidikan serta

identifikasi dan laboratorium forensik lapangan;

b. Pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik

sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan umum;

d. Penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji efektivitas

pelaksanaan tugas Satreskrim;

e. Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh

penyidik pada unit Reskrim Polsek dan Satreskrim Polres;

f. Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan PPNS baik di bidang operasional

maupun administrasi penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

g. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus, antara lain

tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah

Polres.

Kasat Reskrim dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh :

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

36

1. Kepala Urusan Pembinaan Operasional disingkat ( Kaur Binops);

2. Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan disingkat (Kaur Mintu);

3. Kepala Urusan Identifikasi disingkat (Kaur Ident); dan

4. Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak 6 Unit

1.2. Sat Intelkam (Satuan Intelijen Keamanan)

Dalam struktur organisasi Polres Banyumas, Sat Intelkam adalah unsur

pelaksana utama Polres yang berada di bawah Kapolres. Sat Intelkam dipimpin oleh

Kasat Intelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Sat Intelkam bertugas melaksanakan

deteksi dini dan peringatan dini dalam ruang lingkup informasi, menyelenggarakan/

membina fungsi intelijen bidang keamanan kepada warga masyarakat yang

membutuhkan, dan melakukan pengawasan/ pengamanan atas pelaksanaannya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sat Intelkam menyelenggarakan fungsi :

a. Penyelenggaraan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan antara lain

persandian dan produk intelijen di lingkungan polres;

b. Pelaksanaan kegiatan opreasional intelijen keamanan guna

terselenggaranya deteksi dini (Early Detection) dan peringatan dini (Early

Warning) melalui pemberdayaan pengemban fungsi Intelijen;

c. Pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau

informan organisasi sosial masyarakat, politik dan pemerintah;

d. Pengdokumentasian dan penganalisaan terhadap perkembangan lingkungan

strategi serta penyusunan produk intelijen untuk mendukung kegiatan

Polres;

e. Penyusunan prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil analisis

setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan;

f. Pemberian pelayanan dalam bentuk surat ijin atau keterangan yang

menyangkut, orang asing, senjata api dan bahan peledak serta kegiatan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

37

sosial atau politik masyarakat dan SKCK kepada masyarakat yang

membutuhkan serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas

pelaksanaan.

Kasat Intelkam dalam melaksanakan tugas kewajibanya dibantu oleh :

1. Kepala Urusan Pembinaan Operasional disingkat ( Kaur Binops);

2. Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan disingkat (Kaur Mintu); dan

3. Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak 7 Unit.

2. Peranan Kepolisian Dalam Mencegah Peredaran Uang Palsu Di Kabupaten

Banyumas

Berkaitan dengan tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian,

berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diungkapkan dalam matriks

sebagai berikut :

Matriks 1 : Peranan Kepolisian (Sat Reskrim) dalam Mencegah Peredaran

Uang Palsu di Kabupaten Banyumas

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak

Djunaedi selaku

Inspektur

Polisi Satu

KBO Reskrim

“Kami ikut bertugas melakukan

tindakan-tindakan pencegahan

peredaran uang palsu dengan

melakukan pembinaan dan

penyuluhan yang tentunya kita

bekerjasama dengan Sat Binmas

dan Bank Indonesia. Untuk

sasarannya, masyarakat umum

dan petugas-petugas di bidang

keuangan, seperti petugas bank,

bendahara, kasir-kasir, lebih kita

prioritaskan karena mereka lah

yang berperan aktif nantinya

mengenali uang palsu.

Memberikan

pengetahuan

dan

meningkatkan

kewaspadaan

masyarakat

terhadap

kejahatan

pemalsuan

uang dan

peredarannya.

Tindakan

Preventif

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

38

Penyuluhan tersebut tidak hanya

diselenggarakan oleh pihak

Kepolisian saja, namun bisa juga

diadakan oleh Bank Indonesia,

maupun masyarakat umum.

Adapun kerja sama khusus antara

Kepolisian dengan Bank

Indonesia, bahwa jika terdapat

laporan uang palsu yang

ditemukan oleh bank-bank umum,

maka akan dibuatkan suatu berita

acara penyerahan khusus, yang

selanjutnya harus segera kita

laporkan kepada pihak Bank

Indonesia untuk diminta

klarifikasi guna membantu pihak

Kepolisian dalam melakukan

penyelidikan”

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat membuktikan peranannya dalam

mencegah peredaran uang palsu dengan cara memberikan pembinaan dan penyuluhan

terkhusus kepada masyarakat umum dan instansi-instansi yang bergerak di bidang

keuangan yang bekerjasama dengan Bank Indonesia. Untuk permasalahan waktu dan

tempat penyuluhan, itu ditentukan dari hasil evaluasi pada daerah yang banyak

ditemukan peredaran uang palsu.

Dengan adanya penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan oleh Sat Reskrim

dan Sat Binmas, maka diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat agar

selalu waspada dengan uang yang diterimanya dengan mengenali ciri-ciri uang yang

asli dengan yang palsu serta segera melaporkan kepada pihak Kepolisian jika

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

39

masyarakat tidak sengaja mendapatkan uang yang diragukan keasliannya dan

mengetahui sindikat peredaran uang palsu.

Adapun peran dari Sat Intelkam mengenai upaya preventif yang dilakukan,

bahwa secara umum upaya preventif merupakan usaha-usaha yang dilakukan

sebelum terjadinya kejahatan atau dengan kata lain usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,

diungkapkan dalam matriks sebagai berikut :

Matriks 2 : Peranan Kepolisian (Sat Intelkam) dalam Mencegah Peredaran

Uang Palsu di Kabupaten Banyumas

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak Tri

Sudjarwadi selaku Kaur

Binops

(Kepala

Urusan

Pembinaan

Operasional)

Intelkam.

“Upaya pencegahan yang

dilakukan oleh kami yaitu dengan

cara menyerap informasi dari

masyarakat yang kemudian

diserahkan ke pimpinan, bisa ke

Sat Lantas bisa juga ke Sat

Binmas, tapi tetap informasi awal

dari Intelkam. Dulu itu ada istilah

FKK, PH, dan AF dalam upaya

pencegahan. Diawali oleh FKK

(Faktor Korelatif Kriminologi)

yaitu faktor gangguan keamanan

dan ketertiban masyarakat,

sehingga diperlukan adanya PH

(Police Hazard) yaitu

dibutuhkannya kehadiran

Kepolisian untuk mengontrol

situasi, agar tidak terjadinya AF

(Ancaman Faktual) yaitu kejadian

yang sudah terjadi”

Melakukan

deteksi dini

agar tidak

terjadinya

Ancaman

Faktual

(kejadian yang

sudah terjadi)

Tindakan

Preventif

Sumber : Data Primer Diolah

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

40

Lebih lanjut dari keterangan pada matriks di atas, kinerja dari Sat Intelkam

yaitu pertama-tama menyerap info-info yang dihimpun melalui laporan informasi dari

masyarakat, lalu diserahkan ke pimpinan atau sering disebut Users atau pengguna.

Users ini mempunyai kebijaksanaan, yaitu kebijaksanaan untuk ditujukan ke satuan-

satuan yang lain seperti:

a. Sat Intelkam, yaitu untuk penyelidikan lebih lanjut;

b. Sat Reskrim, yaitu untuk penindakan (penangkapan dan penggerebekan);

c. Sat Binmas, yaitu mengadakan sosialisasi/ penyuluhan untuk masyarakat;

d. Sabhara yaitu untuk pengamanan (tergantung kebijakan pimpinan); dan

e. Melakukan Razia (tetapi khusus untuk tindak pidana uang palsu).

3. Peranan Kepolisian dalam Menanggulangi Peredaran Uang Palsu Di

Kabupaten Banyumas

Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Mata Uang merumuskan sebagai berikut :

Pasal 28 ayat (1) : Pemberantasan Rupiah Palsu dilakukan oleh Pemerintah

melalui suatu badan yang mengkoordinasikan pemberantasan

Rupiah Palsu.

Pasal 28 ayat (2) : Badan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

unsur :

a. Badan Intelijen Negara;

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. Kejaksaan Agung;

d. Kementerian Keuangan; dan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

41

e. Bank Indonesia.

Berikut beberapa rangkuman hasil penyidikan kasus peredaran uang palsu

yang diusut oleh Sat Reskrim Polres Banyumas dalam kurun waktu tahun 2011

hingga 2012 :

Matriks 3 : Rangkuman Hasil Penyidikan oleh Sat Reskrim Polres Banyumas

Kurun Waktu Tahun 2011 Hingga Tahun 2012

TAHUN

NAMA

TERSANGKA

TKP BARANG BUKTI

2011 H. Sayidina Samtural Jl. Raya Wangon depan

Warung Bakso depan

SPBU Desa Wangon,

Kec. Wangon, Kab.

Banyumas

- 801 lembar uang

kertas pecahan Rp.

100.000,-

- 187 lembar mata

uang Dollar Amerika

pecahan $100

- 89 lembar pecahan

1000 dan 372 lembar

pecahan 2000 mata

uang Rumania

2011 Zeta Surya Maharsa Halaman Pabuaran

Market turut Kel.

Pabuaran, Kec.

- 200 lembar Rp.

100.000,-

- 10 lembar Rp.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

42

Purwokerto Utara, Kab.

Banyumas

50.000,-

2011 Salbinah Hotel Mukti Jaya kamar

No. 62 Kel.

Karangklesem Kec.

Purwokerto Selatan,

Kab. Banyumas

- 45 lembar uang

kertas Rp. 100.000,-

- 11 lembar Rp.

20.000,-

2012 1. Muhammad Thoyib

Abdul Qodir

2. Sakim

3. Salamun

Desa Kejawar Kec.

Banyumas Kab.

Banyumas

180 lembar uang

kertas Rp. 50.000,-

2012 Ahmad Nazir Hotel Trisna Asih ikut

Kel. Karangklesem

Kec. Purwokerto

Selatan Kab. Banyumas

5 lembar uang kertas

Rp. 100.000,-

2012 1. Margiyo alias Hadi

alias Jefri

2. Abdul Syukur

3. Yono

Depan SD Negeri

Banjarsari Kidul ikut

Desa Banjarsari Kidul

Kec. Sokaraja Kab.

Banyumas

- 3.068 lembar uang

kertas Rp. 100.000,-

- 96 lembar uang

kertas Rp. 50.000,-

Sumber Data : Unit II Sat Reskrim Polres Banyumas

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

43

Berkaitan dengan tindakan penanggulangan yang dilakukan oleh pihak

Kepolisian, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diungkapkan dalam

matriks sebagai berikut :

Matriks 4 : Peranan Kepolisian dalam Menanggulangi Pemalsuan dan

Peredaran Uang Palsu

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak

Djunaedi selaku

Inspektur

Polisi Satu

KBO Reskrim

“Kalau kita bicara tentang

penanggulangan, maka kita

harus berusaha untuk dapat

mengetahui sumbernya. Kalo

sumbernya berhasil dilacak

keberadaannya, maka setidaknya

peredaran dipastikan akan

berkurang dan jika dalam

intensitas tinggi sumbernya terus

diberantas, bersihlah sudah

kabupaten Banyumas dari

peredaran uang palsu. Seperti

yang dirasakan untuk saat ini,

karena intensitas yang tinggi

dalam penangkapannya,

rekapitulasi tindak pidana uang

palsu yang diusut Polres

Banyumas untuk tahun 2011,

2012, hingga tahun 2013 ini

cenderung mengalami

penurunan. Itu sesuai juga

dengan laporan semesteran per

triwulan dari Bank Indonesia

mengenai rekapitulasi tindak

pidana uang palsu yang sudah

mereka usut. Menurun karena

kita aktif”

Melacak

hingga

memberantas

sumber

pengedar dan

pembuat uang

palsu sehingga

Kabupaten

Banyumas

bersih dari

peredaran uang

palsu

Tindakan

Represif

Bapak

Djunaedi selaku

Inspektur

“Tapi tetap saja upaya awal

yang harus kita prioritaskan

yaitu ketika ada laporan dari

masyarakat, kita akan langsung

Mengutamakan

pelayanan

prima kepada

Tindakan

Represif

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

44

Polisi Satu

KBO Reskrim

tanggap dan berusaha untuk

memberikan pelayanan yang

terbaik kepada masyarakat, yaitu

dengan segera melakukan

langkah-langkah sesuai prosedur

Kepolisian yang telah

ditetapakan, mulai dari

pengkajian laporan oleh tim

pengkaji, dibuatkan laporan,

hingga ke penindakan. Itu pun

kerjasama dengan anggota

Kepolisian di seluruh daerah

untuk mencari informasi yang

lebih mendalam mengenai

aktivitas-aktivitas yang

dilakukan oleh pelaku yang

berkaitan dengan peredaran

uang palsu”

masyarakat

dengan

tanggap atas

setiap laporan

yang masuk

Sumber : Data Primer Diolah

Dari keterangan pada matriks di atas, dapat diketahui bahwa dalam

melakukan tugasnya sebagai pelayan masyarakat, Kepolisian harus berusaha untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat bilamana adanya laporan/

informasi yang masuk dari masyarakat, Kepolisian harus segera memberikan

tindakan sesuai prosedur Kepolisian yang ada. Informasi yang didapat oleh

Kepolisian perihal adanya peredaran uang palsu dapat diterima dari masyarakat

maupun Bank Indonesia. Hal ini dilakukan guna kepentingan tindak lanjut

penyelidikan dan penyidikan Kepolisian untuk mengungkap sumber pengedar hingga

ke pembuat uang palsu. Dalam setiap tindakannya, Polres Banyumas dapat

bekerjasama dengan seluruh anggota Polsek, karena Kepolisian merupakan suatu

sistem atau rangkaian komando dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

45

Menyinggung mengenai peredaran uang palsu di Kabupaten Banyumas dalam

kurun waktu tahun 2011 hingga 2012 yang mengalami penurunan, penurunan angka

peredaran uang palsu tersebut tidak terlepas dari meningkatnya pemahaman

masyarakat terhadap uang asli dengan uang palsu. Peran Kepolisian yang sangat aktif

dan terus meningkatkan intensitas penyidikan dan penyelidikan untuk menangkap

pengedar uang palsu pun merupakan nilai plus tersendiri bagi Kepolisian.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang pun

disinyalir menjadi salah satu penyebab turunnya tindak pidana pemalsuan uang

karena sanksinya yang berat. Dinyatakan bahwa pelaku pemalsuan mata uang rupiah

bisa dihukum maksimal 10 tahun penjara dan denda maksimal Rp 10 Miliar.

Uang palsu yang beredar di masyarakat tidak hanya dalam pecahan besar

seperti Rp 100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000 saja, uang dari semua pecahan yang

dikeluarkan Bank Indonesia pun banyak yang dipalsu untuk mengecoh petugas dan

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya temuan uang palsu yang berhasil

disita oleh Polres Banyumas selama kurun waktu tahun 2011 dan 2012.

Rekapitulasinya dapat dilihat pada dua matriks di halaman berikutnya :

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

46

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

47

Mekanisme penanggulangan terhadap peredaran uang palsu yang ditangani

Sat Reskrim Polres Banyumas secara terprosedur adalah sebagai berikut :

1. Penyelidikan

a. Mengumpulkan informasi dengan menerima laporan dari masyarakat.

b. Mengkaji laporan tersebut apakah memenuhi unsur tindak pidana

peredaran uang palsu atau tidak.

c. Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara; dengan mendatangi

tempat kejadian perkara dan mengumpulkan bukti-bukti termasuk

saksi.

2. Penindakan

a. Sat Reskrim bekerjasama dengan seluruh anggota Kepolisian di

seluruh wilayah Banyumas untuk mencari informasi yang lebih

mendalam mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pelaku

yang berkaitan dengan peredaran uang palsu.

b. Setelah mengetahui keberadaan pelaku, selanjutnya dilakukan

tindakan yang dapat memancing pelaku keluar dari tempat

persembunyiannya.

c. Melakukan penangkapan terhadap pelaku dengan menerbitkan Surat

Perintah Penangkapan untuk kepentingan penyelidikan.

3. Penyidikan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

48

a. Melakukan penahanan terhadap tersangka untuk kepentingan

penyidikan.

b. Memeriksa para saksi yang berkaitan dengan tindak pidana peredaran

uang palsu (keterangan yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia

alami sendiri). Untuk tindak pidana peredaran uang palsu, diperlukan

saksi ahli yang didatangkan dari Bank Indonesia untuk memberikan

keterangan mengenai kebenaran ciri-ciri uang palsu yang dibuat

ataupun diedarkan pelaku. Jika diperlukan, saksi ahli Hukum Pidana

pun didatangkan untuk memberikan keterangan.

4. Pemberkasan

Setiap penyelidikan dan penyidikan harus dibuatkan berita acaranya. Dan

Setelah pemberkasan dinyatakan lengkap, kemudian perkara diserahkan

ke Kejaksaan untuk dilakukan penuntutan dan segera digelar persidangan.

4. Tanggapan Masyarakat Terhadap Peredaran Uang Palsu

Berkaitan dengan tindakan pencegahan dan penanggulangan oleh pihak

Kepolisian yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat sebagai pihak yang

menjadi korban dari tindak pidana peredaran uang palsu memiliki peran yang sangat

penting dalam memberikan informasi-informasi peredaran uang palsu yang terjadi

untuk membantu pihak Kepolisian dalam mengungkap jaringan peredaran uang palsu.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

49

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada masyarakat, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Matriks 5 : Tanggapan Masyarakat Terhadap Peredaran Uang Palsu

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Mas Helping F.

Daeli,

Supervisor

Perusahaan

Fotocopy

Digital

“ORTINDO” di

Purwokerto

“Pada dasarnya, semua mesin

fotocopy digital mampu untuk

mencetak uang palsu. Untuk saat

ini sudah diproduksi mesin terbaru

namanya „indigo‟, kecanggihan

mesin ini diperkirakan mampu

untuk mencetak warna-warna

khusus pada uang kertas. Tapi

sekarang di semua mesin fotocopy

digital ditempeli stiker “tidak untuk

mengeprint uang” oleh pemerintah,

jadi kita tidak diperbolehkan untuk

mencetak uang ataupun surat-surat

berharga. Secanggih apapun mesin

yang kita miliki, tetap saja tidak

bisa menyamai mesin yang dimiliki

PERURI. Oleh karena itu

Kepolisian harus memahami mesin

yang dipunyai PERURI karena

dikhawatirkan ada oknum nakal

dari Bank Indonesia yang dapat

membocorkan mengenai rahasia

mesin tersebut”

Kesadaran

terhadap

hukum yang

berlaku dengan

mentaati

peraturan yang

tertera pada

stiker

Memahami

kondisi bangsa

akan maraknya

peredaran uang

palsu sehingga

timbul

kesadaran

hukum

Mas Wawan,

pemilik

Perusahaan

Percetakan

“PRASTIMIAR

SO” di

Purwokerto

“Dari mesin yang kita punya,

sebenarnya kita mampu untuk

mencetak uang palsu tapi kita tidak

bisa melakukannya karena

standarnya untuk percetakan

mengenai desain grafis harus ada

sample/ contohnya dan juga harus

ada izin dari BIN (Badan Intelijen

Negara) atas laporan mengenai

Mendapatkan

pengetahuan

dari sosialisasi

yang dilakukan

Bank

Indonesia

Menjadikan

pengalaman

dalam

menjalankan

usaha

percetakannya

dari orang-

orang yang

meminta

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

50

dokumen-dokumen Negara karena

terdapat fitur pengamannya. Paling

riskan pemalsuan di grafis. Kita

tidak bekerja untuk urusan grafis,

tapi kita hanya produksi. Dulu

sekitar setahun yang lalu pernah

ada permintaan untuk mencetak

uang palsu tapi kita tidak berani

karena dulu sekitar dua tahun yang

lalu kita pernah dapat penyuluhan

dari Bank Indonesia mengenai

peredaran uang palsu”

dibuatkan uang

palsu

Bapak Deddy

Agung

Nugroho,

pimpinan

Supervisor

Kasir Super

Mall “MORO”

di Purwokerto

“Disini kami sering menemukan

adanya uang palsu, hanya saja

periodenya tidak secara continue.

Kadang hilang kadang muncul.

Seringnya pada saat menjelang

lebaran. Paling kami hanya

memberikan teguran secara

langsung pada konsumen yang

kedapatan membayar dengan uang

palsu, karena ketika ditanya, dia

pun tidak tahu mendapatkan uang

itu dari mana. Disini kami hanya

mempunyai alat sinar ultraviolet

untuk cek keaslian uang, tapi lebih

sering dengan cara manual karena

kami sudah paham mengenai 3D”

Memahami

sortasi secara

manual 3D

sehingga dapat

membedakan

uang palsu dan

uang asli yang

tidak sengaja

didapat dari

konsumen

Berusaha

untuk hanya

memberikan

teguran

terhadap

konsumen

yang

kedapatan

memberikan

uang palsu

Ibu Suwarsini,

pedagang

pisang di Pasar

Wage

Purwokerto

“Setiap saya berjualan di pagi hari

saya pernah bahkan sering

menemukan uang palsu

diantaranya pecahan Rp 100.000,

Rp 50.000, dan Rp 20.000. Yang

paling sering itu pecahan Rp

20.000. Tapi dari ketiga pecahan

tersebut, hanya selembar-selembar

saja uang palsu yang didapatkan.

Bisa tahu itu palsu karena setelah

saya terawangkan ke langit, dan

saya raba-raba ternyata itu palsu.

Adanya uang palsu yang beredar

ini jelas sangat merugikan saya.

Diperlukan

pengetahuan

mengenai ciri-

ciri uang yang

asli dan yang

palsu agar

tidak menjadi

korban

peredaran uang

palsu, dari

kejadian

tersebut

menjadikannya

pengalaman

Mendapatkan

pengetahuan

mengenai 3D

sehingga dapat

lebih waspada

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

51

Ruginya mengurangi modal saya.

Dulu pernah ada teman saya

pegawai Bank BNI kasih tahu saya

mengenai 3D dan sekarang saya

sudah paham sehingga dapat

membedakan uang yang asli dan

yang palsu”

agar selalu

waspada

terhadap uang

yang

diterimanya

Sumber : Data Primer Diolah

Dari hasil wawancara pada matriks di atas, dapat diungkapkan bahwa

perusahaan fotocopy digital dan perusahaan percetakan memiliki alat-alat yang dapat

disalahgunakan untuk mencetak dan membuat uang palsu. Oleh karena itu,

penyuluhan-penyuluhan terhadap para pengusaha fotocopy digital dan pengusaha

percetakan juga sangat penting untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan alat-alat

yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa perusahaan fotocopy

digital dan perusahaan percetakan di wilayah Purwokerto, mereka memiliki alat-alat

yang canggih yang jika disalahgunakan alat-alat tersebut bisa digunakan untuk

mencetak dan membuat uang palsu. Tetapi seringkali mereka tidak berani untuk

melakukannya karena mereka sadar akan peraturan hukum yang berlaku. Pada

umumnya, masyarakat takut untuk membuat maupun mengedarkan uang palsu karena

biasanya pembuat uang palsu merupakan orang-orang yang profesional, terlatih, dan

memiliki keahlian khusus yang tergabung dalam jaringan tertutup yang terorganisir.

Biasanya uang palsu kebanyakan diedarkan di pasar-pasar tradisional, dimana

para pedagangnya kebanyakan belum mengetahui ciri-ciri uang palsu, dan kurang

begitu teliti dalam memeriksa uang yang diterimanya. Kurangnya pengetahuan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

52

masyarakat di desa-desa tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah menyebabkan pelaku

pengedar semakin mudah dan semakin leluasa dalam melakukan tindak pidana

peredaran uang palsu. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan suatu penyuluhan

dan pembinaan mengenai uang palsu.

5. Faktor-Faktor yang Mendorong Polres Banyumas Dalam Mencegah dan

Menanggulangi Peredaran Uang Palsu

Dibutuhkan peran serta aktif dan koordinasi antara Perbankan, masyarakat,

dan Bank Indonesia dengan Kepolisian untuk mencegah dan menanggulangi

peredaran uang palsu dengan cara segera melaporkan setiap temuan uang palsu

kepada Kepolisian terdekat atau kepada Bank Indonesia setempat untuk

mengklarifikasi uang yang diragukan keasliannya ataupun uang palsu yang

ditemukan. Hal ini akan sangat membantu pihak Kepolisian dalam upaya

penyelidikan untuk memberantas secara tuntas tindak pidana uang palsu.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan pihak Bank Indonesia,

mengenai faktor yang mendorong Kepolisian mencegah dan menanggulangi

peredaran uang palsu yaitu diungkapkan sebagai berikut :

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

53

Matriks 6 : Faktor-Faktor yang Mendorong Polres Banyumas (Bank Indonesia)

Dalam Mencegah dan Menanggulangi Peredaran Uang Palsu

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak Firdaus,

Ketua Seksi Kas

di “BANK

INDONESIA”

Purwokerto

“Ada koordinasi khusus

antara BI, perbankan, dan

masyarakat dalam

membantu Kepolisian

mencegah dan memberantas

peredaran uang palsu di

Banyumas yaitu dengan

membuat laporan setiap

terkait adanya uang yang

diragukan keasliannya untuk

kami klarifikasi keasliannya

dengan peralatan khusus

yang kami punyai. Mengenai

pelaporan, ada prosedurnya.

Setelah diklarifikasi, kami

akan menginformasikan

apakah uang tersebut asli

atau palsu. Jika asli, kita

kembalikan kepada pelapor

dengan surat khusus dan

jika palsu maka akan kami

serahkan ke Kepolisian

dengan menyertakan Berita

Acara Pemeriksaan”

Bank Indonesia

merupakan

pihak yang

mempunyai

peran paling

penting dalam

menentukan

uang asli atau

palsu sehingga

dapat membantu

Kepolisian

memberantas

peredaran uang

palsu

Faktor

Pendorong

Sumber : Data Primer Diolah

6.1. Laporan Perbankan

Bank sebagai salah satu sentral peredaran uang, memiliki peran yang cukup

besar dalam mencegah peredaran uang palsu. Seringkali biasanya terdapat uang palsu

yang terselip diantara uang asli nasabah bank yang akan disetorkan kepada bank.

Bank harus selalu memeriksa keaslian uang yang diterimanya, sehingga semua bank

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

54

memiliki alat-alat pendeteksi keaslian uang, serta petugas-petugas bank dibekali

kemampuan untuk memeriksa uang yang asli maupun yang diragukan keasliannya

atau disebut juga sortasi secara manual. Kontribusinya dalam mencegah peredaran

uang palsu adalah dengan melaporkan dan membuatkan Berita Acara Penyerahan

setiap temuan uang yang diragukan keasliannya yang didapat dari nasabah kepada

Bank Indonesia untuk permintaan klarifikasi keaslian apakah uang tersebut palsu atau

tidak palsu.

Bank-bank umum, bank swasta maupun bank pemerintah di daerah perkotaan

hingga ke daerah Kecamatan, petugas kasir dari bank-bank tersebut selalu mengecek

satu persatu uang yang diterimanya karena seringkali petugas kasir menemukan

adanya uang yang diragukan keasliannya ataupun uang palsu yang berasal dari

setoran masyarakat/ nasabah sehingga diharuskan melapor untuk permintaan

klarifikasi keaslian kepada Bank Indonesia.

6.2. Laporan Masyarakat

Pada dasarnya, masyarakat yang sudah memahami mengenai 3D (Dilihat,

Diraba, Diterawang) baik melalui sosialisasi yang diselenggarakan oleh pihak

Kepolisian ataupun pihak Bank Indonesia maupun melalui poster-poster, spanduk,

baliho, banner informasi uang palsu yang disebar, seandainya masyarakat

menemukan uang yang diragukan keasliannya dipastikan akan tanggap dan

diharuskan melapor untuk permintaan klarifikasi keaslian kepada Bank Indonesia.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

55

6.3. Informasi Hasil Penelitian Bank Indonesia Atas Uang Yang Diragukan

Keasliannya

Setelah Berita Acara serah terima uang yang diragukan keasliannya

diserahkan kepada Bank Indonesia, maka selanjutnya uang-uang tersebut akan diteliti

keasliannya oleh Bank Indonesia, yaitu dengan cara :

1. Tanpa alat/ 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang);

2. Dengan alat, antara lain :

- Sinar Ultra Violet;

- Loupe (Kaca Pembesar); dan

- Mikroskop Elektron.

Ada beberapa tingkatan Fitur Pengamanan (Security Features) untuk

menentukan keaslian uang yaitu :41

a. Level 1 (overt) : Diperuntukkan bagi orang awam dan dapat diidentifikasi

secara langsung dengan panca indera (indera peraba dan indera

penglihatan)

b. Level 2 (overt dan covert) : Diperuntukkan bagi profesional dan dapat

diidentifikasi secara langsung dengan bantuan peralatan (loupe dan sinar

ultra violet)

41

Bank Indonesia, 2011, Buku Materi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah, Jakarta : Direktorat

Pengedaran Uang, hlm 3.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

56

c. Level 3 (covert) : Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan hanya dapat

diidentifikasi dengan menggunakan peralatan khusus (mikroskop elektron)

Pertama-tama akan diteliti dari level 1 (overt), yaitu diteliti dengan cara 3D

(Dilihat, Diraba, Diterawang) yang penjelasannya sebagai berikut :42

Dilihat

- Warna Uang terlihat terang dan jelas

- Terdapat Benang Pengaman, yang ditanam pada kertas uang dan

tampak sebagai suatu garis melintang atau berbentuk anyaman

yang dapat berubah warna bila dilihat dari sudut pandang berbeda

- Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, dan Rp

10.000 (Desain Lama), di sudut kanan bawah terdapat Optically

Variable Ink (OVI), yaitu berupa logo BI dalam bidang tertentu

yang dicetak dengan tinta khusus yang akan berubah warna apabila

dilihat dari sudut pandang tertentu

- Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, dan Rp

10.000 (Desain Baru) terdapat Cetak Pelangi (Rainbow Printing),

yaitu cetak pelangi dalam bidang tertentu yang akan berubah

warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu

Diraba

42

Ibid. hlm 4-8.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

57

- Cetak Tinta Khusus : Pada angka nominal, huruf terbilang, tulisan

Bank Indonesia, gambar utama, dan Lambang Negara Burung

Garuda pada bagian ini akan terasa kasar bila diraba.

- Kode Tuna Netra : Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan

bagi tuna netra. Pada setiap uang terletak pada bagian muka uang

di atas tulisan Bank Indonesia.

Diterawang

- Pada setiap uang terdapat Tanda Air (Watermark), yaitu suatu

gambar tertentu yang akan terlihat bila diterawangkan ke arah

cahaya, umumnya berupa Gambar Pahlawan.

- Pada setiap uang kertas terdapat Gambar Saling Isi (Rectoverso),

yaitu Logo BI yang akan terlihat secara utuh apabila diterawang ke

arah cahaya.

Setelah proses identifikasi selesai, Bank Indonesia menyampaikan informasi

hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya kepada kantor bank yang

mengajukan klarifikasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya

permintaan klarifikasi secara lengkap dan benar. Bank wajib menginformasikan hasil

penelitian atas uang yang diragukan keasliannya kepada nasabah yang menyerahkan,

menyetoran, atau menukarkan uang yang diragukan keasliannya.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

58

6.4. Tindak Lanjut Terhadap Uang Yang Diragukan Keasliannya

a. Uang dinyatakan asli : Kembali ke Perbankan dan masyarakat dengan surat

yang menyatakan itu asli.

b. Uang dinyatakan palsu : Ditahan/ disita terdahulu dengan menyerahkan Berita

Acara Penyerahan Khusus lalu diserahkan ke Kepolisian untuk dibuatkan

Berita Acara Pemeriksaan bersama barang bukti.

Selanjutnya, berkaitan dengan wawancara yang telah dilakukan dengan pihak

Bank Indonesia, mengenai proses lebih lanjutnya yaitu diungkapkan sebagai berikut :

Matriks 7 : Faktor-Faktor yang Mendorong Polres Banyumas (Sat Reskrim)

Dalam Mencegah dan Menanggulangi Peredaran Uang Palsu

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak Slamet

Husein, selaku

Kanit III Sat

Reskrim Polres

Banyumas

“Setelah kita mendapat BAP

dari BI berupa uang palsu,

kita melakukan penyelidikan

untuk menemukan pelaku.

Jika sudah ditemukan bukti

yang cukup, maka

selanjutnya dilakukan

penyidikan sampai

penyelesaian berkas perkara

lalu diserahkan ke

Kejaksaan. Tetapi jika masih

dalam proses penyelidikan,

BAP itu disimpan di petugas

yang menangani

penyimpanan barang bukti”

Pihak

Kepolisian

mempunyai

kewajiban untuk

melakukan

penyelidikan

dan penyidikan

pelaku dan

barang bukti

Faktor

Pendorong

Sumber : Data Primer Diolah

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

59

Dari keterangan pihak Kepolisian di atas, maka sudah jelas bahwa adanya

koordinasi antara perbankan, masyarakat, Bank Indonesia untuk membantu

Kepolisian mencegah dan menanggulangi pemalsuan dan peredaran uang palsu.

6. Faktor-Faktor yang Menghambat Polres Banyumas Dalam Mencegah dan

Menanggulangi Peredaran Uang Palsu

Sudah menjadi tekad yang kuat dari Polres Banyumas untuk memberantas

tindak pidana peredaran uang palsu hingga ke sumber atau otak dari pembuat dan

pengedar uang palsu tersebut karena peredaran uang palsu sudah sangat meresahkan

masyarakat dan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat dan negara. Telah

dilakukannya upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap semua bentuk

kejahatan pemalsuan uang bahwa dalam melakukan upaya-upaya tersebut, Kepolisian

menemui beberapa kendala yang dapat menghambat kinerja mereka.

Berkaitan dengan hambatan-hambatan yang ditemui Polres Banyumas dalam

mencegah dan menanggulangi peredaran uang palsu, berdasarkan wawancara yang

telah dilakukan yaitu diungkapkan sebagai berikut :

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

60

Matriks 8 : Faktor-Faktor yang Menghambat Polres Banyumas Dalam

Mencegah dan Menanggulangi Peredaran Uang Palsu

INFORMAN HASIL WAWANCARA SUBSTANSI IMPLIKASI

Bapak

Djunaedi selaku

Inspektur

Polisi Satu

KBO Reskrim

“Kalau berbicara masalah

hambatan upaya pencegahan,

kalau dari masalah

eksternalnya ya bisa karena

kurangnya antusias dari

masyarakat dalam menanggapi

penyuluhan uang palsu mungkin

karena mereka lebih antusias

terhadap penyuluhan tentang

narkoba ataupun penyuluhan-

penyuluhan yang lainnya

sedangkan kalau berbicara

masalah internal, bisa karena

kurangnya sarana dan

prasarana dari kami sehingga

dampaknya akan menghambat

dalam proses pelaksanaan.

Lebih lanjut, mengenai

hambatan upaya

pemberantasannya, ya karena

jaringan pengedar yang sangat

tertutup dan sangat rapi

membuat kami kesulitan”

- Masih ada

masyarakat

yang kurang

peduli

terhadap

penyuluhan-

penyuluhan

mengenai

peredaran uang

palsu yang

dilakukan

pihak

Kepolisian dan

Bank

Indonesia

- Masyarakat

yang masih

takut untuk

melapor

perihal temuan

uang palsu

- Hambatan

Preventif

- Hambatan

Represif

Sumber : Data Primer Diolah

Dari keterangan pada matriks di atas dapat diketahui bahwa faktor internal

dan faktor eksternal yang menghambat pihak Kepolisian dalam menjalankan

tugasnya untuk mencegah dan menanggulangi peredaran uang palsu yakni :

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

61

5.1. Hambatan Preventif/ Pencegahan

a. Faktor Internal : Kurangnya sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud disini adalah kurangnya dana

operasional dan kurangnya jumlah personel anggota Kepolisian. Pihak

Kepolisian mengalami kendala dalam persoalan dana dikarenakan dana

yang dianggarkan digunakan untuk membuat spanduk, baliho, maupun

banner dan juga untuk membuat iklan di siaran radio sehingga dana akan

terkuras. Oleh karena dana operasional yang cepat terkuras, maka

dibutuhkannya waktu untuk menstabilkan kembali dana operasional

tersebut sehingga akan menghambat pelaksanaan tugas Kepolisian.

Kurangnya jumlah personel Kepolisian menyebabkan pelaksanaan

tugasnya menjadi tidak maksimal karena jumlah personel Kepolisian yang

tidak seimbang dengan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas

yang semakin berkembang dan semakin bertambah banyak sehingga akan

menghambat pelaksanaan tugas Kepolisian.

b. Faktor Eksternal : Kurangnya antusias dan partisipasi dari masyarakat.

Dalam kegiatan pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan oleh

Kepolisian mengenai uang palsu, masyarakat tidak begitu antusias. Bisa

dikarenakan masyarakat lebih antusias terhadap masalah-masalah

mengenai narkoba dan penghapusan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah

Tangga) dan bisa dikarenakan kesibukan masyarakat dalam mereka

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

62

bekerja sehingga kurangnya pertisipasi dalam kegiatan pembinaan dan

penyuluhan.

5.2. Hambatan Represif/ Penanggulangan

Para pelaku tindak pidana uang palsu yang terkumpul dalam jaringan

sindikat yang terorganisir, bersifat tertutup, dan memiliki mobilitas yang

tinggi yang biasanya pembuatan uang palsu dilakukan di rumah-rumah

kontrakan serta berpindah-pindah tempat untuk menghilangkan jejak

sehingga akan sangat menyulitkan aparat Kepolisian memberantasnya.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

63

B. Pembahasan

1. Peredaran Uang Palsu

Kejahatan mengedarkan uang palsu merupakan kejahatan yang serius, karena

selain bertujuan untuk memperkaya diri sendiri secara melawan hukum, juga

bertujuan untuk menghancurkan perekonomian negara. Hal ini terjadi karena seiring

dengan kemajuan teknologi dan kecanggihan teknologi sehingga timbulnya keinginan

dari masyarakat menyalahgunakan teknologi untuk memperoleh kekayaan dengan

cara cepat.

Terdapat dua motif mengenai pemalsuan uang, yaitu sebagai berikut :43

1. Motif Ekonomi

Motif ini merupakan yang paling umum untuk dijadikan alasan oleh para

pelaku kejahatan peredaran uang palsu, yaitu dengan beralibi bahwa

pelaku melakukan pemalsuan uang rupiah dengan maksud semata-mata

untuk kepentingan pribadinya.

Karakteristik dari motif ini adalah :

a. Berorientasi pada keuntungan materiil untuk memenuhi kebutuhan

hidup

43

Ibid. hlm 2.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

64

Pada umumnya pelaku mengaku melakukan kejahatan ini karena

terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, berobat,

atau hanya untuk bersenang-senang.

b. Kuantitas jumlah uang palsu yang terbatas

Karena peralatan yang dipergunakan juga cukup terbatas dengan

kapasitas produksi yang terbatas, maka jumlah uang palsu yang

dihasilkan umumnya terbatas. Dilakukan oleh orang dengan status

sosial yang cukup mampu dengan motif yang sekedar iseng untuk

mengaplikasikan kemampuan teknologinya.

c. Modus operandi yang sederhana

Umumnya modus operandi yang dilakukan dalam mengedarkan uang

palsu ini adalah sederhana. Misal digunakan untuk berbelanja di

warung kelontongan maupun di supermarket. Sehingga yang menjadi

sasaran pelaku adalah justru langsung pada masyarakat konsumen

yang umumnya minim pengetahuan akan keaslian uang rupiah.

2. Motif Politik

Motif politik ini merupakan motif yang cukup berbahaya terutama bagi

kelangsungan perekonomian negara. Karakteristik dari motif ini adalah :

a. Berorientasi pada kekuasaan

Pada umumnya dilakukan dengan orientasi untuk mendapatkan

kekuasaan maupun jabatan dalam pemerintahan. Contoh yang paling

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

65

sering terjadi adalah meningkatnya jumlah uang palsu pada saat

pemilihan umum. Uang-uang palsu tersebut digunakan sebagai uang

suap baik untuk keuntungan salah satu calon ataupun untuk

menjatuhkan kandidat yang lain. Sehingga pada masa-masa tersebut,

kewaspadaan perlu ditingkatkan.

b. Kuantitas jumlah uang palsu yang dihasilkan cukup besar

Dengan kemampuan keuangan dan finansial yang dimiliki, pelaku

mampu menghasilkan uang palsu yang dibutuhkan sehingga jumlah

uang palsu yang dihasilkan akan sangat besar.

c. Modus operandi yang sangat terorganisir, sistematis, dan bersifat

trans-nasional

Dalam motif ini, pelaku memiliki kemampuan penguasaan teknologi

serta ditunjang dengan status dan kekuasaan yang dimiliki sehingga

dengan mudah mampu menggerakkan jaringan sampai ke tingkat

terendah. Bahkan juga tidak jarang motif politik ini mendasari adanya

kejahatan peredaran uang palsu yang bersifat trans-nasional melintasi

batas negara.

Mayoritas yang terjadi di Kabupaten Banyumas merupakan bermotif

ekonomi. Masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah menjadi sasaran utama

para pengedar dan pembuat uang palsu dimana uang palsu tersebut diedarkan di

pasar-pasar tradisional karena seringkali para pedagang kurang teliti dalam menerima

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

66

uang hasil pembayaran dari pembelinya. Akibatnya bukan hanya menimbulkan

kerugian sebesar jumlah uang palsu tersebut, namun juga dapat mengancam

kelangsungan usahanya. Dalam melakukan kejahatannya, uang yang dipalsu tidak

hanya yang bernominal besar, namun juga yang bernominal kecil. Hal ini bertujuan

untuk mengecoh dan mengelabuhi petugas Kepolisian dan masyarakat dengan

beranggapan yang lebih sering dipalsu adalah pecahan dengan nominal besar seperti

pecahan Rp 100.000,- dan Rp 50.000,-.

Perkembangan IPTEK mengenai kemajuan grafik mesin-mesin digital yang

ada, sangat berpengaruh besar terhadap teknik-teknik pemalsuan uang mulai dari

teknik-teknik pemalsuan yang sederhana hingga yang menggunakan teknologi

canggih, dapat dimanfaatkan dalam upaya-upaya pemalsuan jenis peniruan uang

kertas. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa arti dari pemalsuan uang berbeda tipis

dengan peniruan uang, yang definisinya terdapat pada Pasal 1 angka 8 dan 9 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, yaitu :

Pasal 1 angka 8 : Rupiah Tiruan adalah suatu benda yang bahan, ukuran,

warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang

dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan, tidak

digunakan sebagai alat pembayaran dengan merendahkan

kehormatan Rupiah sebagai simbol negara.

Pasal 1 angka 9 : Rupiah Palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna,

gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang dibuat,

dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan, atau digunakan

sebagai alat pembayaran secara melawan hukum.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

67

Pemalsuan jenis peniruan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai

berikut :44

1. Kurang berbahaya

Yaitu jenis pemalsuan uang dengan kualitas relatif kurang baik,

masyarakat mudah membedakannya dengan yang asli, pembuatannya

dilakukan satu-persatu (kuantitas produksinya rendah).

a. Lukisan tangan

Peniruan dilakukan dengan cara melukis dengan bahan antara lain cat

air, hasil lukisan tampak buruk, tidak sempurna, tidak rapi, dan mudah

dideteksi.

b. Fotocopy hitam putih

Pemalsuan dengan alat fotokopi hitam putih memberikan penampakan

pada hasil cetakan antara lain garis-garis relief dan garis halus hilang

terputus-putus atau tidak jelas. Penyempurnaan warna gambar

dilakukan dengan menggunakan cat air.

c. Cetakan kasa / sablon

Proses ini memerlukan alat fotografi untuk memisahkan warna-warna

yang ada pada gambar aslinya. Sebagai acuan cetak digunakan kasa

(screen) misal nilon, sebanyak jumlah warna yang diperlukan.

2. Berbahaya

44

Eddi Wibowo, 2004, Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta : Yayasan Pembaruan

Administrasi Publik Indonesia (YPAPI). hlm 132-135.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

68

Yaitu jenis pemalsuan dengan kualitas baik, mendekati sempurna, dan

sulit dibedakan dengan yang asli jika dideteksi tanpa menggunakan alat

deteksi serta kuantitas produksinya tinggi.

a. Proses photo mechanic (fotografi)

Reproduksi dengan cara pemisahan setiap komponen warna.

Komponen-komponen warna tersebut kemudian dikombinasikan

sesuai dengan urutan pencetakannya.

b. Proses colour separation

Pemisahan warna dilakukan dengan filter pada kamera bagi masing-

masing warna proses (cyan, magenta, yellow dan black). Penomoran

dilakukan dengan menggunakan teknik cetak offset yang banyak

digunakan percetakan non-sekuritas.

c. Proses multi-colour

Pemisahan warna secara selektif dan pencetakannya sesuai dengan

jumlah warna secara berurutan. Unsur pengaman yang ada pada uang

kertas antara lain warna kertas, tanda air, benang pengaman, dan serat-

serat berwarna dapat juga ditiru dengan proses ini. Reproduksi dengan

proses multi-colour relatif memerlukan keahlian dan ketelitian dengan

waktu persiapan yang lebih lama dibandingkan dengan colour

separation. Uang kertas rupiah palsu hasil reproduksi dengan proses

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

69

multi-colour secara teknis merupakan ancaman potensial menuju

kualitas sangat berbahaya.

d. Fotocopy berwarna

Kemajuan teknologi fotocopy berwarna berkembang pesat. Dewasa ini

mesin fotokopi berwarna mampu mereproduksi semua warna yang

tampak. Yaitu empat warna dasar yang dikenal sebagai warna cyan,

magenta, yellow, dan black. Meskipun teknik ini memberikan hasil

satu-satu, kapasitas rendah dan biaya mahal, namun mesin fotokopi

berwarna mempunyai tingkat berbahaya yang sangat tinggi karena

dapat dioperasikan dengan mudah oleh siapa saja secara diam-diam.

Hal ini dapat dianggap lebih berbahaya dalam pengedarannya karena

dilakukan bukan oleh sindikat yang dianggap lebih mudah dilacak

oleh pihak yang berwajib.

Dengan teknik percetakan yang semakin maju, memudahkan orang untuk

membuat uang palsu. Bank Indonesia selaku bank sentral sebagai pemegang hak

monopoli penerbitan uang kertas secara berkala harus segera memperbarui desain dan

sistem pengaman uang kertasnya, agar para pemalsu uang kertas kesulitan meniru

tren uang kertas terbaru. Hal ini memerlukan biaya yang cukup besar di setiap emisi

penerbitan uang kertas baru sehingga menyebabkan rentannya intervensi kebijakan

bank sentral penerbit uang kertas dan rentannya aksi spekulasi pedagang mata uang

asing (valas), dan mudah terkena dampak inflasi penurunan daya beli uang kertas.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

70

Uang palsu dengan kapasitas yang besar akan dapat mempengaruhi

perekonomian negara karena dapat menimbulkan inflasi. Inflasi adalah kondisi

perekonomian dimana jumlah uang yang beredar terlalu besar sehingga melebihi

kebutuhan dari masyarakat. Akibat utamanya adalah bahwa karena jumlah uang yang

beredar terlalu besar, maka harga-barang-barang akan naik sedangkan daya beli

masyarakat tetap.

Perkembangan teknologi dan globalisasi diduga menjadi faktor pendorong

yang cukup efektif terhadap perkembangan kejahatan ini. Media-media seperti

komputer, printer, scanner maupun offset bukanlah sesuatu yang asing dan baru.

Akibatnya setiap orang dapat menghasilkan uang palsu mulai dari yang paling

sederhana sampai yang paling canggih dengan tingkat kemiripan yang tinggi. Hal ini

membuktikan bahwa kejahatan pemalsuan uang telah menggunakan peralatan yang

cukup canggih sehingga dapat menghasilkan kualitas uang palsu kategori jenis

kurang berbahaya maupun jenis berbahaya.

2. Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan dan

Peredaran Uang Palsu Yang Dilakukan oleh Polres Banyumas

Peredaran uang palsu pada saat ini harus lebih ditanggapi secara serius. Hal

ini mengingat dampak yang ditimbulkan dari adanya peredaran uang palsu sangatlah

besar. Dampak tersebut tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga dapat merusak

tatanan perekonomian bangsa. Di dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

71

2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), mengenai tugas pokok

Kepolisian yaitu :

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Selanjutnya Pasal 14, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya. Mengenai ketentuan-ketentuan penyelidikan dan penyidikan ini,

lebih jelasnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) yang diantaranya menguraikan pengertian penyidikan,

penyelidikan, penyidik dan penyelidik serta tugas dan wewenangnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

72

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam menjalankan tugas sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 13

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang POLRI, maka aparat Kepolisian

memiliki wewenang yang secara umum terdapat dalam Pasal 15, yaitu sebagai

berikut :

a. Menerima laporan dan atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan dan mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan Kepolisian dalam lingkup kewenangan

administrative kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. Mengeluarkan surat izin dan atausurat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Dari penguraian Pasal tersebut, poin (a) secara atributif telah diatur wewenang

Kepolisian untuk menerima laporan ataupun pengaduan mengenai suatu peristiwa

yang patut diduga sebagai tindak pidana.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

73

Dalam menjalankan tugasnya, Kepolisian melaksanakan berbagai tindakan

demi mendukung kelancaran dari tugas tersebut. Secara umum ada dua tindakan yang

dilakukan Kepolisian, yaitu tindakan secara preventif dan secara represif. Tugas di

bidang preventif dilaksanakan dengan konsep dan pola pembinaan dalam wujud

pemberian pengayoman, perlindungan, dan pelayanan kepada masyarakat, agar

masyarakat merasa aman, tertib, dan tentram tidak terganggu segala aktivitasnya.

Tugas di bidang represif adalah mengadakan penyidikan atas kejahatan dan

pelanggaran menurut ketentuan Undang-Undang. Tugas represif ini sebagai tugas

Kepolisian dalam bidang peradilan atau penegakan hukum.45

Menurut R. Soesilo, pada hakekatnya tugas Kepolisian dapat dibedakan

menjadi dua golongan sebagai berikut :46

1. Tugas preventif adalah golongan tugas yang bersifat menjaga jangan

sampai terjadi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum (mencegah

sebelum terjadinya tindak pidana)

2. Tugas represif adalah golongan tugas yang mengusahakan agar supaya

sesudah terjadinya perbuatan yang melanggar hukum akan dapat

diketemukan tindak pidana mana yang telah dilanggar dan siapakah

pembuatnya. Sifat dan maksud tugas ini adalah pada suatu tindak pidana

yang telah terjadi dan diperiksa untuk diserahkan kepada hakim.

45

Sadjijono, 2006, Mengenal Hukum Kepolisian, Jakarta: Laksbang Mediatama, hlm 119. 46

R. Soesilo, 1982, Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana Menurut

KUHAP Bagi Penegak Hukum), Bogor : Politeia. hlm 23.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

74

Sedangkan menurut Soedarto, dalam masalah penegakan hukum dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu :47

1. Tindakan pencegahan

Tindakan pencegahan dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan

terjadinya kejahatan. Dapat pula dikatakan sebagai upaya untuk menjaga

agar orang yang bersangkutan serta masyarakat pada umumnya tidak

melakukan tindak pidana. Kalau prevensi diartikan secara luas maka

banyak badan atau pihak yang terlibat di dalamnya, ialah pembentuk

Undang-Undang, Polisi, Kejaksaan, Pengadilan, Pamong Praja, dan

Aparatur Eksekusi serta orang-orang biasa. Namun badan yang langsung

mempunyai wewenang dan kewajiban dalam pencegahan ini adalah

Kepolisian.

2. Tindakan represif

Yang dimaksud dengan tindakan represif adalah tindakan yang dilakukan

oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau tindak

pidana. Termasuk tindakan represif adalah penyelidikan, penyidikan,

penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakannya

pidana. Ini semua juga merupakan politik kriminil sehingga harus

dipandang sebagai satu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh badan-

badan yang bersangkutan dalam menanggulangi kejahatan.

47

Soedarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Alumni. hlm 113-118.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

75

Dalam pencegahan dan penanggulangan tindak pidana sebagaimana yang

telah diuraikan di atas merupakan tindakan yang secara umum dilakukan oeh

Kepolisian, namun dalam pelaksanaannya tidak semuanya sama. Oleh karena itu,

aparat Kepolisian khususnya Polres Banyumas perlu menerapkan langkah-langkah

konkrit sebagai tindakan pencegahan dan penanggulangan tindak pidana peredaran

uang palsu. Tindakan pencegahan dan penanggulangan oleh Sat Reskrim menerapkan

dua tindakan, yaitu :

1. Tindakan pencegahan dengan sarana non penal (Preventif); dan

2. Tindakan penanggulangan dengan sarana penal (Represif)

2.1. Tindakan pencegahan dengan sarana non penal (Preventif)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis, tindakan preventif

yang dilakukan Kepolisian terutama oleh Sat Reskrim Polres Banyumas yang bekerja

sama dengan Sat Binmas dan Bank Indonesia, yaitu dengan melaksanakan sosialisasi,

pembinaan, dan penyuluhan kepada masyarakat.

Tindakan tersebut dapat berupa menyebarkan informasi melalui pembuatan

poster dan stiker ataupun brosur dan leaflet yang berupa himbauan kepada

masyarakat untuk lebih waspada terhadap peredaran uang palsu dan lebih memahami

ciri-ciri uang asli. Poster dan stiker ini biasanya disebarkan di pusat-pusat aktivitas

masyarakat seperti pasar, SPBU, dan bank-bank umum. Orang-orang yang bekerja di

bidang keuangan seperti kasir dan bendahara serta para pedagang pasar tradisional

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

76

lebih diprioritaskan karena mereka yang lebih intens berhadapan dengan uang palsu.

Penyuluhan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu dari pihak Kepolisian melalui

Sat Binmas dan Sat Reskrim untuk penyuluhan mengenai penanggulangan uang

palsu, dan pihak Bank Indonesia untuk sosialisasi ciri-ciri keaslian uang. Dari kedua

penyuluhan tersebut, selalu ditekankan kepada masyarakat mengenai pendeteksian

awal uang palsu dengan cara 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Dalam satu kota

tertentu, biasanya dilakukan setengah hari dengan diisi dua sesi acara yaitu penjelasan

dan tanya-jawab.

Penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan Sat Binmas dan Sat Reskrim tidak

dijadwalkan secara rutin karena harus menunggu hasil evaluasi dari banyaknya kasus

penemuan uang palsu yang beredar di suatu daerah di wilayah Banyumas dan

pelaksanaannya tidak hanya diselenggarakan atas kerjasama dengan pihak Bank

Indonesia saja tetapi Sat Binmas dan Sat Reskrim juga bisa mengisi acara-acara yang

diadakan oleh masyarakat di wilayah Banyumas.

Masyarakat umumnya mengetahui ciri-ciri uang palsu dari poster-poster yang

ditempel di bank-bank umum dan pasar-pasar. Pusat perbelanjaan pun telah

dilengkapi dengan alat pendeteksi uang asli dan pegawainya sudah dididik mengenai

cara-cara untuk memeriksa keaslian uang, sehingga akan lebih teliti dalam memeriksa

uang yang didapat dari konsumen. Jadi tindakan preventif yang dilakukan Polres

Banyumas perihal penyuluhan-penyuluhan maupun sosialisasi mengenai uang palsu

bisa diterima oleh masyarakat dan hasilnya berjalan cukup efektif.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

77

2.2. Tindakan penanggulangan dengan sarana penal (Represif)

Mengingat pemalsuan uang merupakan tindak pidana yang merugikan

masyarakat dan negara, maka dalam upaya menanggulanginya diperlukan prinsip

dasar sebagai berikut :

1. Menciptakan uang rupiah baik kertas maupun logam dengan kualitas fitur

pengamanan yang sempurna sehingga tidak dapat ditiru;

2. Melakukan upaya pencegahan terhadap beredarnya uang palsu dengan

cara memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai keaslian

uang rupiah melalui sosialisasi/ penyuluhan dan penyebaran brosur serta

leaflet;

3. Seluruh masyarakat harus mengetahui ciri-ciri keaslian uang rupiah;

4. Masyarakat maupun bank-bank umum yang mendapatkan atau

menemukan uang palsu wajib melaporkannya kepada aparat Kepolisian

atau Bank Indonesia dalam upaya untuk menghentikan peredaran uang

palsu tersebut, karena merupakan kewajiban seluruh bangsa Indonesia

untuk mengamankan uang rupiah dari tindak pidana pemalsuan dan

peniruan.

Yang dimaksud dengan tindakan represif adalah setiap tindakan dan pekerjaan

untuk melakukan penanggulangan dan pengungkapan kejahatan oleh penegak hukum,

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

78

seperti yang dilakukan oleh Sat Reskrim Polres Banyumas dalam menanggulangi

peredaran uang palsu, yaitu dengan langkah-langkah :

1. Penyelidikan

Yaitu melakukan penyelidikan sesuai dengan kronologis yang terjadi

dalam kasus peredaran uang palsu yang dilakukan oleh orang ataupun

kelompok dalam masyarakat. Sat Reskrim bekerjasama dengan anggota

Sat Intelkam untuk mengumpulkan informasi-informasi dari masyarakat

mengenai aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh pelaku yang berkaitan

dengan peredaran uang palsu.

2. Penindakan

Setelah didapatkannya bukti-bukti yang cukup, maka selanjutnya

dilakukan penangkapan terhadap pelaku. Pada kenyataannya di lapangan,

untuk prosedur penangkapan pelaku, bisa saja tidak menggunakan Surat

Perintah Penangkapan, bahwa bila pelaku tertangkap tangan dengan

barang buktinya, maka setelah itu pihak Kepolisian harus segera

menyerahkan tertangkap beserta barang buktinya kepada penyidik atau

penyidik pembantu terdekat untuk dibuatkan berita acara. Menurut

Sadjijono, Kepolisian memiliki wewenang diskresi. Artinya suatu

wewenang yang melekat pada Kepolisian untuk bertindak atas dasar

kebijaksanaan dan penilaiannya sendiri dalam menjalankan fungsi

Kepolisian, namun tetap berdasarkan atas pertimbangan hukum dan moral

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

79

serta tujuan diberikannya wewenang bagi setiap anggota Kepolisian

selaku pengambil keputusan untuk bertindak.48

3. Penyidikan

Yaitu melakukan penahanan terhadap tersangka untuk kepentingan

penyidikan dan memeriksa para saksi yang berkaitan dengan tindak

pidana peredaran uang palsu. Diperlukan saksi ahli yang didatangkan dari

Bank Indonesia untuk memberikan keterangan mengenai kebenaran ciri-

ciri uang palsu yang dibuat ataupun diedarkan pelaku.

4. Pemberkasan

Setiap penyelidikan dan penyidikan harus dibuatkan berita acaranya

karena tindakan represif yang dilakukan Kepolisian harus dapat

dipertanggungjawabkan oleh hukum, dan tindakan tersebut dapat

dikatakan berhasil bila sukses menyusun laporan di lapangan.

Mengenai larangan pemalsuan dan peredaran uang palsu, diatur dalam Pasal

26 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang

Mata Uang, yang dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 26 ayat (1) : Setiap orang dilarang memalsu Rupiah.

Pasal 26 ayat (2) : Setiap orang dilarang menyimpan secara fisik dengan cara

apa pun yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu.

Pasal 26 ayat (3) : Setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau membelanjakan

Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu.

48

Sadjijono, Lock. Cit. hlm 154.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

80

Tindak pidana pemalsuan uang merupakan delik formil yaitu delik yang

dianggap telah terlaksana apabila telah dilakukan suatu tindakan yang terlarang.

Dalam delik formil, hubungan kausal mungkin diperlukan pula tetapi berbeda dengan

yang diperlukan dalam delik materiil, dengan demikian dikatakan bahwa delik

materiil tidak dirumuskan secara jelas, lain dengan formil yang dilarang dengan tegas

adalah perbuatannya. Dalam delik formil yaitu apabila perbuatan dan akibatnya

terpisah menurut waktu, jadi timbulnya akibat yang tertentu itu baru kemudian

terjadi.

Bentuk dari kegiatan peredaran uang palsu terbagi menjadi beberapa tahap

yaitu :

1. Perencanaan dan persiapan

Dalam perencanaan dan persiapan, diperlukan penyandang dana dan

penyediaan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat uang palsu.

2. Pembuatan

Untuk membuat uang palsu, paling tidak diperlukannya ahli komputer

dan alat cetak dalam proses pembuatan uang palsu.

3. Penyimpanan dan pengangkutan

Dalam menyimpan dan pengangkutan uang palsu, dibutuhkannya orang-

orang yang dapat dipercaya dan orang-orang itu ditentukan oleh

penyandang dana.

4. Pengedaran

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

81

Kelompok pengedar terpisah dengan kelompok pembuat karena kelompok

pengedar membeli uang palsu dari kelompok pembuat dengan

perbandingan 1 : 3 yaitu satu uang asli ditukar dengan tiga uang palsu

yang nominalnya sama. Dan pengedar uang palsu terdiri dari agen

pengedar dan pembagian biasa.

Mengenai ketentuan pidana pemalsuan dan peredaran uang palsu, secara

spesifik diatur dalam Pasal 36 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor

7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, yang dirumuskan sebagai berikut :

Pasal 36 ayat (1) : Setiap orang yang memalsu Rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Pasal 36 ayat (2) : Setiap orang yang menyimpan secara fisik dengan cara apa

pun yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Pasal 36 ayat (3) : Setiap orang yang mengedarkan dan/ atau membelanjakan

Rupiah yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan

pidana denda paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh

miliarrupiah)

Pengaturan ancaman pidana perlu ditetapkan lebih berat. Oleh karena itu,

dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang,

pengaturan sanksi pidananya lebih sesuai dan lebih wajar (meliputi pidana penjara

dan denda dengan batas minimum dan maksimum) dibandingkan dengan pengaturan

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

82

sanksi pidana sebelumnya dalam KUHP yang ancaman pidananya relatif ringan

(ancaman pidana penjara tanpa batas minimum dan tidak ada ancaman pidana denda).

Dengan demikian, jika ancaman pidana ditetapkan lebih berat, maka akan bersifat

detterent / memberikan efek jera terhadap pelaku sehingga dapat mencegah terjadinya

pemalsuan dan peredaran uang palsu.

3. Faktor Pendorong Polres Banyumas Dalam Mencegah dan Menanggulangi

Peredaran Uang Palsu

Pasal 29 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011

tentang Mata Uang merumuskan sebagai berikut :

Pasal 29 ayat (1) : Kewenangan untuk menentukan keaslian Rupiah berada pada

Bank Indonesia.

Pasal 29 ayat (2) : Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bank Indonesia memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai tanda keaslian Rupiah kepada

masyarakat.

Pasal 29 ayat (3) : Masyarakat dapat meminta klarifikasi dari Bank Indonesia

tentang Rupiah yang diragukan keasliannya.

Peran aktif dari bank-bank umum dan masyarakat untuk segera melaporkan

kepada Kepolisian maupun kepada Bank Indonesia terkait temuan uang yang

diragukan keasliannya merupakan dorongan tersendiri bagi aparat Kepolisian dalam

melakukan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut untuk mencegah dan

menganggulangi peredaran uang palsu di Kabupaten Banyumas. Perlu diketahui

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

83

bahwa uang palsu berkembang dan menyebar melalui kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat. Penyebaran uang palsu umumnya tidak disadari oleh

masyarakat hingga pada akhirnya akan ada pihak-pihak yang menolak untuk

menerima uang tersebut sebagai alat pembayaran yang sah. Dalam periode tersebut,

masyarakat akan merasa sangat dirugikan oleh keberadaan uang palsu tersebut.

Bank umum yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional devisa,

bank swasta nasional nondevisa, bank campuran, dan bank asing ini mempunyai

peran penting dalam koordinasi perihal peredaran uang palsu yang semakin marak

terjadi di dalam lalu lintas pembayaran. Berikut sekilas penjelasan mengenai bank-

bank umum yang ada :

a. Bank Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki

oleh Pemerintah Indonesia. Contohnya :

- Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

- Bank Rakyat Indonesia (BRI)

- Bank Tabungan Negara (BTN)

- Bank Mandiri

b. Bank Swasta

Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh

swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian

keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank swasta dibedakan menjadi 2 yaitu :

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

84

b.1. Bank swasta nasional devisa, Contohnya :

- Bank Bukopin

- Bank Central Asia (BCA)

- Bank CIMB Niaga

- Bank Danamon

b.2. Bank swasta nasional nondevisa, Contohnya :

- Bank Andara

- Bank Dipo Internasional

- Bank Mitraniaga

- Bank Royal Indonesia

c. Bank Campuran

Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau

lebih Bank Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau

badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih

bank yang berkedudukan di luar negeri. Contohnya :

- Bank BNP Paribas Indonesia

- Bank Capital Indonesia

- Bank Chinatrust Indonesia

- Bank DBS Indonesia

d. Bank Asing, Contohnya :

- Bank of America

- Bangkok Bank

- Bank of China

- CityBank

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

85

Bank-bank umum jika menemukan uang yang diragukan keasliannya yang

didapat dari setoran masyarakat/ nasabah, harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

- Menahan uang palsu tersebut dan tidak menggantinya;

- Menghindari perusakan fisik terhadap uang tersebut;

- Mencatat identitas penyetor;

- Melaporkan ke Bank Indonesia untuk meminta klarifikasi.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yaitu dalam Pasal 14

PBI No. 6/14/PBI/2004 yang merumuskan :

“Bank umum wajib menyampaikan laporan mengenai penemuan uang palsu

kepada Bank Indonesia”

Adapun hal-hal yang perlu diketahui oleh masyarakat mengenai temuan uang

yang diragukan keasliannya, yaitu :

1. Dalam setiap transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat, harus

diwaspadai adanya peredaran uang palsu. Masyarakat harus mengenal dan

memahami tentang ciri-ciri keaslian uang yang hanya ada pada uang

rupiah yang asli.

2. Masyarakat harus melaporkan penemuan uang yang diduga palsu tersebut

kepada Bank Indonesia untuk meminta klarifikasi.

Bank Indonesia yang menerima pelaporan temuan uang yang diragukan

keasliannya tersebut dapat melakukan pengidentifikasian dan pemeriksaan mengenai

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

86

ciri-ciri keaslian uang dan melakukan klarifikasi untuk membuktikan apakah uang

yang dilaporkan tersebut memenuhi ciri-ciri keaslian uang rupiah atau tidak. Jawaban

atas permintaan klarifikasi diberikan minimal 1 x 24 jam sejak adanya permintaan

dan paling lambat 14 hari sejak diterimanya permintaan klarifikasi.

Bank Indonesia akan menindaklanjuti hasil identifikasi, untuk memberikan

pernyataan asli atau palsunya uang tersebut kepada pihak Kepolisian guna

kepentingan penyelidikan dan penyidikan untuk mengungkap jaringan pembuat

maupun pengedar uang palsu.

4. Faktor Penghambat Polres Banyumas Dalam Mencegah dan Menanggulangi

Peredaran Uang Palsu

4.1. Hambatan Tindakan Pencegahan (Preventif)

Dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kemampuan

profesionalisme Kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat, Kepolisian selalu menemui beberapa hambatan yang dapat menghalangi

kinerja mereka. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembinaan dan penyuluhan

yang dilakukan Sat Reskrim yang bekerjasama dengan Sat Binmas dan Bank

Indonesia, disulitkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, yang ditunjukan dengan

kurangnya dana operasional dan kurangnya jumlah personel anggota Kepolisian.

Dana terkuras lebih awal dengan membuat spanduk, banner, dan lainnya mengenai

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

87

informasi uang palsu sehingga membutuhkan waktu untuk kembali menstabilkannya.

Jumlah personel Kepolisian pun tidak seimbang dengan jumlah penduduk di wilayah

Kabupaten Banyumas yang semakin berkembang dan semakin bertambah banyak.

Selain itu, kurangnya antusias dan partisipasi dari masyarakat dalam kegiatan

pembinaan dan penyuluhan dapat menghambat pelaksanaan tugas. Hal tersebut

dikarenakan masyarakat lebih peka terhadap penyuluhan-penyuluhan yang lain

seperti penyuluhan mengenai narkoba. Dan juga karena kesibukan masyarakat dalam

mereka bekerja sehingga kurangnya pertisipasi dalam kegiatan pembinaan dan

penyuluhan.

4.2. Hambatan Tindakan Penanggulangan (Represif)

Para pelaku tindak pidana peredaran uang palsu yang terkumpul dalam

jaringan sindikat yang terorganisir, bersifat tertutup, memiliki mobilitas yang tinggi,

dan biasanya pembuatan uang palsu dilakukan di rumah-rumah kontrakan serta

berpindah-pindah tempat untuk menghilangkan jejak sehingga akan sangat

menyulitkan aparat Kepolisian memberantasnya.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

88

BAB V

HASIL ANALISIS

A. Simpulan

1. Peranan Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi pemalsuan dan

peredaran uang palsu, jika tindakan Preventif yaitu dengan cara memberikan

pembinaan dan penyuluhan terkhusus kepada masyarakat umum dan instansi-

instansi yang bergerak di bidang keuangan yang bekerjasama dengan Sat Binmas

dan Bank Indonesia; sedangkan tindakan Represif yaitu segera memberikan

tindakan sesuai prosedur Kepolisian yang ada bilamana adanya laporan/ informasi

yang masuk dari masyarakat maupun Bank Indonesia perihal adanya peredaran

uang palsu guna kepentingan tindak lanjut penyelidikan dan penyidikan

Kepolisian untuk mengungkap sumber pengedar dan pembuat uang palsu.

Prosedur yang dimaksud yaitu dimulai dari tahapan penyelidikan, penindakan,

penyidikan, sampai ke pemberkasan untuk selanjutnya diserahkan kepada penuntut

umum serta menjerat para pelaku tersebut dengan Pasal 26 jo. Pasal 36 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, karena semua pelaku adalah

pembuat dan pengedar uang palsu.

2. Faktor pendorong dan penghambat Polres Banyumas dalam mencegah dan

menanggulangi pemalsuan dan peredaran uang palsu, yang pertama mengenai

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

89

faktor pendorong yaitu peran serta aktif dan koordinasi antara Perbankan dan

masyarakat dengan cara segera melaporkan setiap temuan uang yang diragukan

keasliannya ataupun uang palsu kepada Kepolisian terdekat atau kepada Bank

Indonesia setempat untuk selanjutnya diklarifikasi keasliannya. Sedangkan

hambatannya, hambatan Preventif dari Internal yaitu kurangnya sarana dan

prasarana mengenai biaya operasional dan jumlah personel anggota Kepolisian.

Biaya operasional cepat terkuras karena dipergunakan untuk membuat spanduk,

baliho, dan sebagainya serta jumlah personel Kepolisian yang tidak seimbang

dengan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas menjadi penghambat

pelaksanaan tugas, dan hambatan dari Eksternal yaitu kurangnya antusias dan

partisipasi dari masyarakat mengenai kegiatan pembinaan dan penyuluhan yang

dilakukan oleh Kepolisian mengenai informasi uang palsu. Hambatan Represif-

nya yaitu jaringan sindikat pelaku yang terorganisir, bersifat tertutup, dan

memiliki mobilitas yang tinggi.

B. Saran

Polres Banyumas seharusnya memperkuat kerjasama antar kesatuan

Kepolisian lainnya dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi mengenai

peredaran uang palsu terutama terhadap pemahaman mengenai 3D (Dilihat,

Diraba, Diterawang) sampai ke seluruh wilayah Banyumas sehingga masyarakat

dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran uang palsu dan dapat segera

melaporkan bila menemukan uang palsu.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

90

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Chazawi, Adami. 2002. Kejahatan Mengenai Pemalsuan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Darmawan, Amir. 1980. Perbankan. Jakarta: Pustaka University.

Kasmir. 2005. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Kelana, Momo. 1994. Hukum Kepolisian. Jakarta: PT Grafindo.

Koentjoroningrat. 1986. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Maleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Poerwodarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka.

Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis).

Yogyakarta: Genta Publishing.

Sadjijono. 2006. Mengenal Hukum Kepolisian. Jakarta: Laksbang Mediatama.

Soedarto. 1981. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung : Alumni.

Soekanto, Soerjono. 2007. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Soemitro, Ronny Hanitiyo. 1986. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: UI-

Press.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB I,II,III,IV,V...pdf · penerjemahan perkataan ... segalah hal-ihwal yang berkaitan dengan

91

Soesilo, R. 1982. Hukum Acara Pidana. Bogor : Politeia.

Sugiono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar

Grafika.

Wibowo, Eddi. 2004. Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : YPAPI.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Sumber Lainnya

Alim Sumarno. “Penelitian Survei” http://blog.elearning.unesa.ac.id

Bank Indonesia. 2011. Buku Materi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah. Jakarta :

Direktorat Pengedaran Uang.

Dunia Anggara. “Carut Marut Dunia Hukum di Indonesia" http://anggara.org/

Ikhsanudin. “Tentang Penelitian” http://ikhsanudin/blogspot.com

Jimly Asshiddiqie. “Penegakan Hukum” http://statushukum.com/penegakan-

hukum.html

Kholis‟90. “Makalah Uang Bank dan Percetakan Uang”

http://kholiscollection.blogspot.com/2011/02/makalah-uang-bank-dan-percetakan-

uang.html