skripsi - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi pramutyas... ·...

125
PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN POLRI DI SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO (Kajian Terhadap Penerapan PP Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia) Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman SKRIPSI Oleh : PRAMUTYAS VARENTINA E1A010095 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2015

Upload: duongtram

Post on 29-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

i

PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN POLRI

DI SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO

(Kajian Terhadap Penerapan PP Nomor 2 Tahun 2003

Tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia)

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

SKRIPSI

Oleh :

PRAMUTYAS VARENTINA E1A010095

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 2: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

ii

Page 3: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya, yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : PramutyasVarentina

NIM : E1A010095

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

”PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN POLRI DI SEKOLAH POLISI

NEGARA PERWOKERTO (KAJIAN TERHADAP PENERAPAN PP NO 2

TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA)“

Yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri, tidak menjiplak hasil

karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain dan semua sumber data maupun

informasi telah dinyatakan secara jelas serta dapat diperiksa kebenarannya.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari

Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH.) yang telah saya

peroleh.

Purwokerto, 21 Februari 2015

Pramutyas Varentina

E1A010095

Page 4: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

iv

ABSTRAK

PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN POLRI

DI SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO

(Kajian Terhadap Penerapan PP Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia)

Oleh :

Pramutyas Varentina

E1A010095

Polri merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara yang bertujuan

untuk mewujudkan keamanan dalam negeri. Peranan Polri yang berhubungan

langsung dengan masyarakat menyebabkan adanya suatu penyimpangan

penyalahgunaan wewenang dalam penerimaan calon anggota Kepolisian Republik

Indonesia dan juga merupakan kasus tindak pidana penggelapan yang terjadi di

SPN Purwokerto.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi

penelitian preskriptif, serta dengan menggunakan metode pendekatan yuridis-

normatif. Kesimpulan dari penelitian adalah penegakan hukum dan disiplin

terhadap anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

Sanksi disiplin bagi anggota Polri yang melakukan penggelapan adalah

diberhentikan secara tidak hormat, sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Pemerintah

Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri. Upaya yang harus

dilakukan oleh SPN Purwokerto dalam menciptakan disiplin anggota Polri yaitu

dapat berupa upaya preventif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya

pelanggaran disiplin dan juga upaya represif yang dilakukan sesuai prosedur

penyelesaian pelanggaran disiplin yang telah dilakukan oleh anggota Kepolisian

Republik Indonesia.

Kata kunci : Polri, Penegakan hukuman disiplin, Penggelapan.

Page 5: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

v

ABSTRACT

Police is one of the functions of state administration. Role of the Police

who deal directly with the public led the case of abuse of authority in receipt of

prospective members of the Indonesian National Police, and is also a criminal

offense embezzlement cases that occurred in the State Police School Navan.

The method used in this study using prescriptive research specifications,

as well as by using a normative juridical approach. The conclusion of the study is

the rule of law and discipline of the members of the police who commit

disciplinary offenses stipulated in Government Regulation No. 2 of 2003 on Police

Discipline Regulations. Disciplinary sanctions for police officers who commit

fraud was dishonorably discharged, in accordance with Article 11 of Government

Regulation No. 1 of 2003 on Termination Police. Efforts must be made by SPN

Purwokerto in creating a disciplined member of the Police which can be a

preventive effort that works to prevent violations of discipline and repressive

efforts undertaken in accordance settlement procedure disciplinary offense which

has been committed by members of the Indonesian National Police.

Keywords: Police, Enforcement disciplinary punishment, Embezzlement

Page 6: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

vi

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat, karunia serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul :"PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN POLRI DI SEKOLAH

POLISI NEGARA PERWOKERTO (KAJIAN TERHADAP PENERAPAN

PP NO 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA)”dengan melalui proses

yang panjang, serta suka dan duka telah penulis lewati.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materiil, dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Angkasa,S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman;

2. Ibu Sri Hartini, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I, yang telah

sudi meluangkan waktu untuk konsultasi dan berdiskusi dengan penulis,

sehingga penulis selalu terpacu untuk bangkit dan berfikir lebih baik;

3. Bapak Weda Kupita, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, atas

segala wawasan, saran, nasihat, dan perhatian yang telah diberikan kepada

penulis selama ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Bapak H. Kadar Pamuji, S.H.,M.H. selaku Dosen Penguji atas segala masukan

yang diberikan kepada penulis;

5. Ibu Setiajeng Kadarsih, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan arahan selama menempuh pendidikan di Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

6. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Fakultas Hukum Unsoed yang telah

mendidik dan membantu selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.

7. Kedua orang tua, Bapak M. Amir Djoko Pranowo dan Ibu Titi Susanti, terima

kasih atas doa, cinta dan kasih sayangnya, semoga aku bisa membalas segala

Page 7: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

vii

jerih payah Bapak dan Ibu dengan membanggakan Bapak dan Ibu. Aku

teramat sangat mencintai kalian.

8. Ibu Setya Lindu Jayati, S.H. yang telah membiayai kuliahku dan

menyemangatiku untuk masuk Fakultas Hukum, terimakasih atas dukungan

dan doanya selama ini. Terima kasih banyak Bu.

9. Adikku, Astrella Putri Prasasti. Terimakasih atas doa dan dukungan serta

semangatnya selama ini, semoga aku bisa menjadi Kakak yang baik bagimu.

10. Keluarga tercinta, Pakti dan Bu Nuk yang telah memberikan dukungan moril

dan materil padaku sehingga aku bisa sampai di tahap ini, terimakasih sudah

seperti orangtua bagiku yang sudah membantuku dan membimbingku, serta

keluarga yang lain yang selalu memberi motivasi dan membantu lancarnya

skripsi ini.

11. Kesayanganku, Eko Prasetiyo. Terimakasih atas semangatnya, bantuannya,

dukungannya dan kasih sayangnya. Terima kasih karena sudah selalu ada

untukku. Aku sangat menyayangimu.

12. Sahabatku Nuuru, Arrin terimakasih sudah menjadi teman dalam suka dan

duka selama ini.

13. Teman dan sahabatku Bella, Hanura, Nana, Ria, Nuna dan teman teman

angkatan 2010 yang tak bisa aku sebutkan satu persatu.

14. Teman-teman Mayangsari Accesoris Girls Shop yang menjadi teman kerja

part time selama ini, terimakasih atas motivasinya untukku.

15. Teman-teman seperjuangan skripsi. Terimakasih.

16. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, skripsi ini hanyalah hasil karya manusia yang memiliki banyak

kekurangan, Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak

lain yang membutuhkan.

Purwokerto, 21 Februari 2015

Penulis

Pramutyas Varentina

E1A010095

Page 8: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

PRAKATA ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara (HAN) .......................................... 8

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara ............................. 8

2. Asas-asas Hukum Administrasi Negara ................................. 13

3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara ....................... 17

4. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik………………... 19

5. Hukum Kepegawaian………………………………………. 27

B. Kepolisian Negara Republik Indonesia ...................................... 32

1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia................ 32

2. Fungsi dan Peranan POLRI ……………………………….. 34

C. Penyelesaian Pelanggaran Anggota POLRI ……………...…… 35

1. Kode Etik Anggota POLRI ………………………………. 35

2. Peraturan Disiplin POLRI………..…………………………. 38

3. Prosedur Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota POLRI... 41

Page 9: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

ix

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan .................................................................... 45

B. Spesifikasi Penelitian ................................................................. 47

C. Sumber Bahan Hukum ................................................................ 48

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum ......................................... 50

E. Metode Pengolahan Bahan Hukum ............................................ 51

F. Metode Penyajian Bahan Hukum ……………………………… 51

G. Metode Analisis Bahan Hukum .................................................. 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 54

1. Bahan Hukum Primer ............................................................ 54

2. Bahan Hukum Sekunder ........................................................ 64

a. Kasus Posisi Pelanggaran Disiplin Tahun 2006…………... 64

b. Kasus Posisi Pelanggaran Disiplin Tahun 2007…………... 68

c. Pengertian Kode Etik ……………………………………... 72

d. Kode Etik Polri ………………………………………........ 76

B. Pembahasan ................................................................................ 79

1. Penerapan Hukuman Disiplin terhadap Anggota Polri

yang melakukan Tindak Pidana di SPN Purwokerto.................. 79

2. Upaya Polri dalam menciptakan disiplin anggota

di Sekolah Polisi Negara( SPN) Purwokerto………………… 102

BABV. PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 112

B. Saran .......................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.Indonesia merupakan negara hukum modern, dimana negara Indonesia

ikut berperan serta dalam setiap kehidupan masyarakat.Tujuan dari negara

Indonesia tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, yaitu bahwa negara

Indonesia merupakan negara hukum yang bertujuan mewujudkan

kesejahteraan umum dan tata kehidupan bangsa, negara serta masyarakat

yang tertib, bersih, makmur dan berkeadilan.

Hukum di dalam negara hukum ditempatkan sebagai aturan main

dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan,

sementara tujuan hukum itu sendiri antara lain “…opgelegd om de

samenleving vreedzam, rechtvaardig, en doelmatig te ordenen” (diletakkan

untuk menata masyarakat yang damai, adil, dan bermakna). Artinya sasaran

dari Negara Hukum adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan,

dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan

kemanfaatan atau kebermaknaan.1

1Ridwan HR. 2011, Hukum Administrasi Negara,Jakarta: Rajawali Pers, hlm.22.

Page 11: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

2

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan kenegaraan dalam

suatu negara hukum diatur dalam ketentuan hukum yang tertulis dalam

konstitusi atau peraturan-peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata

Negara. Meskipun demikian, untuk menyelenggarakan persoalan-persoalan

yang bersifat teknis, Hukum Tata Negara itu tidak sepenuhnya dapat

dilaksanakan dengan efektif. Hukum Tata Negara membutuhkan hukum lain

yang lebih bersifat teknis, hukum tersebut adalah Hukum Administrasi

Negara.2

E. Utrecht memberikan definisi tentang administrasi negara sebagai

complex ambten/aPeraturan Pemerintaharaat atau gabungan jabatan-jabatan

administrasi yang berada di bawah pimpinan Pemerintah melaksanakan tugas

yang tidak ditugaskan kepada badan-badan Pengadilan dan Legislatif.3

Sedangkan yang dimaksud dengan Hukum Administrasi Negara adalah

hukum untuk (voor) mengatur pemerintahan atau penyelenggaraan

pemerintahan, sebagian dibuat atau berasal dari (van) pemerintah, dan hukum

itu digunakan dalam mengatur hubungan dengan pemerintah atau untuk

mempengaruhi terhadap (tegen) tindakan pemerintah; “ Recht voor, van, en

tegen het overheidsbestuur”. Sejalan dengan pemberian wewenang kepada

pemerintah untuk menata, mengatur, dan memberikan pelayanan kehidupan

warga negara, pembentukan peraturan–peraturan oleh administrasi negara

atau pemerintah merupakan suatu yang tidak dapat dihindari dalam

2ibid., hlm.23.

3ST. Marbun, Moh.Mahfud MD, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, 2000,

Yogyakarta : Liberty, hlm.7.

Page 12: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

3

penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam suatu negara hukum yang

modern, dengan alasan-alasan teoritik dan praktik.4

Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia tidak lepas dari ciri negara

hukum yang bercirikan adanya pembatasan kekuasaan dalam

penyelenggaraan kekuasaan negara dengan membagi kekuasaan negara dalam

tiga cabang, yaitu; (i) kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-undang;

(ii) kekuasaan eksekutif yang melaksanakan; dan (iii) kekuasaan yang

menghakimi atau yudikatif. Menurut Montesquieu klasifikasi tersebut dikenal

dengan pembagian kekuasaan negara modern dalam 3 fungsi, yaitu legislative

(the legislative function), eksekutif (the executive or administrative function),

dan yudisial ( the judicial function).5

Bagian dari kekuasaan eksekutif yang bertugas untuk

menyelenggarakan pemerintahan salah satunya adalah Pegawai Negeri,

dimana Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan,

dan pembangunan.

Peraturan perundang-undangan yang berisi ketentuan mengenai

Pegawai Negeri antara lain terdapat dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Mengenai jenis pegawai negeri

diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang menyebutkan bahwa Pegawai

4Ridwan HR, op.cit., hlm. 38.

5Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, 2014, Jakarta: Rajawali

Pers, hlm. 283.

Page 13: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

4

Negeri dibagi menjadi 3 jenis yaitu : Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara

Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Salah satu jenis Pegawai Negeri yaitu Anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia (selanjutnya disebut POLRI). Ketentuan mengenai

POLRI diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 menentukan bahwa anggota POLRI adalah pegawai

negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Fungsi POLRI ditentukan dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002

yang menyebutkan bahwa Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Tugas POLRI yang berhubungan langsung dengan masyarakat dapat

menyebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan adanya pelanggaran

khususnya peanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota POLRI. Untuk

menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan penyalahgunaan

wewenang dan pelenggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota POLRI,

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Peraturan Disiplin Anggota POLRI.

Page 14: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

5

Contoh penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran disiplin yang

dilakukan oleh anggota POLRI pernah terjadi di lingkungan Sekolah Polisi

Negara (SPN) Purwokerto. Terdapat 2 kasus yang serupa yaitu mengenai

pelanggaran hukuman disiplin yang diatur dalam Pasal 5 huruf a dan/atau

Pasal 6 huruf m Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin POLRI yaitu mengenai adanya penyalahgunaan pangkat dan

jabatannya dalam penerima calon anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan juga perbuatan tindak pidana penipuan atau penggelapan

sebagaimana diatur dalam Pasal 372 dan/atau Pasal 378 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dilakukan oleh oknum SPN

Purwokerto. Kedua oknum POLRI tersebut adalah AKP. Budi Utami dan

Brigadir TS.

Proses penyelesaian hukum atas pelanggaran disiplin tersebut terhadap

kedua oknum tersebut berbeda. AKP BU dihukum kurungan (penjara) selama

4 bulan atas putusan dalam Peradilan Umum dan juga dijatuhi hukuman

disiplin, sedangkan pada Brigadir TS hanya dijatuhi hukuman disiplin saja

tanpa dihukum dalam Peradilan Umum. Perbedaan penerapan hukuman

tersebut menimbulkan suatu persoalan hukum yang perlu dianalisis lebih

lanjut mengenai logika yuridis dari perbedaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis

tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul ” PENJATUHAN

HUKUMAN DISIPLIN POLRI DI SEKOLAH POLISI NEGARA

PURWOKERTO (Kajian Terhadap Penerapan PERATURAN

Page 15: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

6

PEMERINTAH Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat rumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan hukuman disiplin terhadap anggota POLRI yang

melakukan tindak Pidana di Sekolah Polisi Negara (SPN) Purwokerto?

2. Bagaimanakah upaya POLRI dalam menciptakan disiplin anggota melalui

penjatuhan sanksi terhadap pelaku pelanggaran disiplin di Sekolah Polisi

Negara Purwokerto ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan

penelitiannya yaitu :

1. Ingin mengetahui dan menganalisis penerapan hukuman disiplin terhadap

anggota POLRI yang melakukan tindak Pidana di Sekolah Polisi Negara

(SPN) Purwokerto.

2. Ingin mengetahui dan menganalisis upaya POLRI dalam menciptakan

disiplin anggota melalui penjatuhan sanksi terhadap pelaku pelanggaran

disiplin di Sekolah Polisi Negara Purwokerto.

Page 16: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

7

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan agar hasil penelitian nantinya dapat memberikan

sumbangan pengetahuan di dalam penegakan hukum, terutama dalam

Hukum Administrasi Negara di Indonesia yang berkaitan dengan penerapan

hukuman disiplin POLRI.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi

pembaca atuapun instansi yang terkait dalam hubungannya dengan

penerapan hukuman disiplin bagi anggota POLRI yang melakukan

pelanggaran.

Page 17: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara (HAN)

Hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum

publik, yakni hukum yang mengatur tentang tindakan pemerintah dan

mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau

hubungan antar-organ pemerintahan. Hukum administrasi negara

memuat keseluruhan peraturan yang berkenaan dengan cara bagaimana

organ pemerintahan melaksanakan tugasnya. Dengan demikian hukum

administrasi negara berisi aturan main yang berkenaan dengan fungsi

organ-organ pemerintahan. Sjachran Basah, dalam hal ini berpendapat

bahwa Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang

memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang

sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi

negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri.6

Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-

rangkaian aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat–alat

perlengkapan Negara menjalankan tugasnya.7Alat-alat administrasi

Negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan sendirinya menimbulkan

6 Sjachran Basah. 1992.Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Administrasi Negara.

Bandung: Alumni. Hal. 4. 7 Hartono Hadisoeprapto. 1993. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta:Liberty.

Hal.61.

Page 18: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

9

hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum. Hubungan-

hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis.8Hubungan-hubungan

tersebut antara lain :

a. Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan

alat administrasi negara yang lain;

b. Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan

perseorangan (individual), yakni para warga negara, atau dengan

badan-badan hukum swasta.

Dalam suatu negara hukum, hubungan–hubungan hukum

tersebut disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah

hukum inilah yang merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara.9

Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari :

a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-

alat administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.

b. Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat

administrasi negara (pemerintah) dengan para warga negaranya.

Dalam ilmu Hukum Administrasi Negara yang penting adalah

perbuatan hukum alat administrasi negara dalam hubungannya dengan

warga negara, dimana hubungan ini akan menimbulkan hak dan

kewajiban bagi negara.10

Hukum administrasi negara merupakan instrumen yuridis yang

digunakan oleh pemerintah yang secara aktif terlibat dalam kehidupan

8Ibid. Hal. 62.

9Loc. cit.

10Loc. cit.

Page 19: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

10

kemasyarakatan, dan di sisi lain Hukum administrasi negara merupakan

hukum yang dapat digunakan oleh anggota masyarakat untuk

memperoleh perlindungan dari pemerintah. Diana Halim Koentjoro,

memberikan pendapatnya mengenai pengertian Hukum Administrasi

Negara sebagai berikut:

Hukum administrasi negara adalah sekumpulan peraturan yang

mengatur hubungan antara administrasi negara dengan warga

masyarakat, di mana administrasi negara diberi wewenang untuk

melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu

pemerintahan.11

Philipus M. Hadjon, mengutip pendapat Belifante, memberikan

batasan pengertian mengenai hukum administrasi negara sebagai

berikut:

Istilah hukum administrasi negara dalam bukunya Pengantar Hukum

Administratif Negara, Administratief Recht berisi peraturan yang

berhubungan dengan administrasi. Administrasi dapat dipersamakan

artinya dengan “Bestuur”, dengan demikian “Administratief Recht”

disebut juga “Bestuur Recht”. Dalam fungsi penyelenggaraan

pemerintahan, Besturen mengandung pengertian fungsional dan

institusional/struktural. Fungsional “Bestuur” berarti fungsi

pemerintahan, sedangkan institusional/struktural “Bestuur” berarti

keseluruhan organ pemerintah. Bestuur dapat diartikan sebagai fungsi

pemerintahan, yaitu fungsi penguasa di luar lingkungan “regelgeving”

(pembentukan peraturan) dan “rechtspraak” (peradilan)12

Dalam suatu Negara hukum diperlukan asas perlindungan,

artinya dalam UUD ada ketentuan yang menjamin hak-hak asasi

11

Diana Halim Koentjoro. 2004. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia

Indonesia. Hal.4. 12

Philipus M. Hadjon, dkk. 1994. Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 3.

Page 20: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

11

manusia.13

Menurut Van Apeldorn, Hukum Administrasi Negara pada

pokoknya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

1. Hukum Administrasi Formal (Formele Administratiefrecht atau

Formele Bestuurrecht), yaitu serangkaian atau sekumpulan

peraturan hukum yang mengatur perihal tata cara pelaksanaan atau

penerapan Hukum Administrasi Materiil.

2. Hukum Administrasi Materiil (Materiele Administratiefrecht atau

Matiriele Bestuurrecht) yaitu sekumpulan peraturan hukum yang

harus diindahkan oleh para pejabat/petugas negara bila mereka

melaksanakan tugas kenegaraan atau tugas pemerintahan atau tugas

mereka dalam menjalankan pemerintahan.14

Pengertian hukum administrasi negara yang luas, terdiri atas tiga

unsur yaitu:

a. Hukum Tata Pemerintahan, yaitu hukum eksekutif atau Hukum

Tata Pelaksanaan Undang-Undang; dengan perkataan lain hukum

mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan eksekutif (kekuasaan

untuk melaksanakan Undang-undang);

b. Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit, yaitu hukum tata

pengurusan rumah tangga negara (segala tugas-tugas yang

ditetapkan undang-undang sebagai urusan negara);

13

Diana Halim Koentjoro. Op, Cit.Hal. 35-36. 14

Halim A.Ridwan. 1988. Hukum Administrasi Negara Dalam Tanya Jawab. Jakarta:

Ghalia. Hal.13-14. dikutip dari Tedi Sudrajat. 2005. Relevansi dan Efektivitas Sumpah/Janji

Pengangkatan Terhadap Pegawai Negeri Sipil di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Banyumas. Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.Hal.30.

Page 21: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

12

c. Hukum Tata Usaha Negara, yaitu hukum mengenai surat-

menyurat, rahasia dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi,

pelaporan dan dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara,

pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi,

penerbitan-penerbitan negara.15

Hukum administrasi negara mengandung dua aspek, yaitu aturan

hukum yang mengatur alat perlengkapan negara menjalankan fungsinya

dan aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat perlengkapan

pemerintah dengan warga negara, hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh Soehino sebagai berikut:

Dalam hukum administrasi negara terkandung dua aspek, yaitu

pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana

alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya; kedua, aturan-

aturan hukum yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking)

antara alat perlengkapan negara atau pemerintah dengan para warga

negaranya.16

Seiring dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan yang

memberikan kewenangan yang luas kepada administrasi negara,

termasuk kewenangan dalam bidang legislasi, maka peraturan-peraturan

hukum dalam hukum administrasi negara, di samping dibuat oleh

lembaga legislatif, juga ada peraturan-peraturan yang dibuat secara

mandiri oleh administrasi negara. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

Ridwan H.R. sebagai berikut:

Hukum administrasi negara adalah hukum dan peraturan-peraturan

yang berkenaan dengan pemerintah dalam arti sempit atau

15

SF Marbun dan Moh. Mahfud MD. 1987. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara.

Yogyakarta: Liberty. Hal.11. 16

Soehino 1984. Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan. Yogyakarta: Liberty. Hal.2.

Page 22: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

13

administrasi negara, peraturan-peraturan tersebut dibentuk oleh

lembaga legislatif untuk mengatur tindakan pemerintahan dalam

hubungannya dengan warga negara, dan sebagian peraturan-peraturan

itu dibentuk pula oleh administrasi negara. Pembentukan peraturan-

peraturan oleh administrasi negara atau pemerintah merupakan sesuatu

yang tak dapat dihindari dalam penyelenggaraan negara dan

pemerintahan dalam suatu negara hukum yang modern.17

Dapat disimpulkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah

Hukum mengenai pemerintah/Eksekutif didalam kedudukannya, tugas-

tugasnya, fungsi dan wewenangnya sebagai Administrator Negara.

Hukum Administrasi Negara (HAN) mengatur tentang

penegakan hukum. Penegakan hukum hakikatnya adalah mewujudkan

nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran.

Penegakan hukum dalam HAN terdiri dari pengawasan dan penerapan

sanksi. Menurut Soerjono Soekanto, ada 5 faktor yang memengaruhi

penegakan hukum, yaitu :18

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

yang menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

2. Asas-Asas Hukum Administrasi Negara (HAN)

Asas dalam istilah asingnya adalah beginsel, asal kata dari begin,

artinya permulaan atau awal. Asas adalah sesuatu yang mengawali atau

yang menjadi permulaan ”sesuatu” dan yang dimaksud dengan sesuatu

disini adalah “kaidah”, sedangkan kaidah/Norma adalah ketentuan-

17

Ridwan HR. 2007. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hal.35-36. 18

Ibid., hlm. 293.

Page 23: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

14

ketentuan tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dalam

pergaulan hidupnya dengan manusia lainnya. Jadi asas itu sendiri adalah

dasar dari suatu kaidah19

.

Norma menurut Hans Kelsen diartikan sebagai imperatief

voorsscrift, yaitu peraturan hukum yang harus diturut dan yang

dilindungi oleh sanksi,E.Utrecht menyebut Norma itu sebagai kaidah,

petunjuk hidup yang harus ditaati oleh anggota-anggota masyarakat

yang diberi sanksi atas pelanggarannya. Adapun sanksi artinya ancaman

hukuman atau hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang atau

lebih yang telah melakukan pelanggaran atas suatu Norma. Jadi asas itu

menjadi dasar dari Norma, dansanksi berfungsi melindungi Norma,

karena memberikan ancaman hukuman terhadap si pelanggar Norma.20

Demikian banyak kaidah-kaidah hukum, baik hukum perdata,

hukum pidana, hukum tata negara maupun hukum administrasi negara.

Pembentukannya didasarkan kepada suatu asas dan asas yang menjadi

dasar suatu kaidah disebut “asas hukum”, maka dalam lapangan hukum

administrasi negara dikenal juga asas-asas hukum administrasi yaitu,

sebagai berikut

a). Asas Legalitas (Legaliteitsbeginsel)

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang

dijadikan dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan

kenegaraan di setiap Negara hukum terutama bagi Negara-negara

19

Soehino. Op, Cit.Hal.9. 20

Bachsan Mustafa. 1985. Sistem Hukum Indonesia. Bandung: Remadja Karya. Hal.97–

98.

Page 24: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

15

hukum dalam sistem continental. Asas legalitas memiliki makna, “Dat

het bestuur aan de wet is onderworpen21

(bahwa pemerintah tunduk

kepada undang-undang) atau “Het legeliteitsbeginsel houdt in dat alle

(algemene) de burgers bindende bepalingen op de wet moeten

berusten”22

(asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang

mengikat warga Negara harus didasarkan pada undang-undang).

Dengan kata lain, pemerintah dalam menjalankan tugasnya harus

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b). Asas Detournement de Pouvoir

Menurut Ridwan HR, Wewenang merupakan pengertian yang

berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan

sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan

dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di

dalam hubungan hukum publik. berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa

wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan,

artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan

perundang-undangan.

c). Asas Exes De Pouvoir

Asas ini berarti bahwa apabila sudah diadakan pembagian

tugas diantara para pejabat administrasi negara, hendaknya para

pejabat melakukan tugas-tugasnya dalam batas-batas tugas yang telah

21

Ridwan HR. Op, Cit. Hal.65. 22

S.F. Marbun dan Moh. Mahfud Md. Op, Cit. Hal.9.

Page 25: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

16

diberikan oleh Undang-Undang agar tidak terjadi kesimpangsiuran

dalam melaksanakan tugasnya.

d). Asas Persamaan Hak

Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan

kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Artinya, pemerintah tidak diperkenankan membedakan warga negara

yang satu dengan warga negara lainnya dalam memberikan pelayanan

atau melaksanakan tugas pemerintahan.

e). Asas Upaya Pemaksa

Asas upaya pemaksa atau disebut juga asas bersanksi

dimaksudkan untuk memberikan jaminan penaatan hukum

administrasi negara, sanksi administrasi, baik yang tercantum dalam

peraturan hukum administrasi maupun yang ada di luar peraturan

hukum administrasi, misalnya dalam KUHP.

f). Asas Freies Ermessen

Amrah Muslimin mengartikan freies Emerssen sebagai

”lapangan bergerak selaku kebijaksanaannya” atau ”kebebasan

kebijaksanaan”.23

Menurut Sjachran Basah freies ermessen adalah

kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri menyelesaikan

persoalan-persoalan penting dan mendesak yang muncul secara tiba-

23

Amrah Muslimin. 1985. Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi

dan Hukum Administrasi. Bandung : Alumni. Hal.73.

Page 26: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

17

tiba dimana hukum (peraturan perundang-undangan) tidak

mengaturnya, serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan

moral.24

3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Kekuasaan pemerintahan yang menjadi objek kajian Hukum

Administrasi Negara sangat luas, oleh karena itu tidak mudah

menentukan ruang lingkup hukum administrasi negara. Kesukaran

menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Pertama, hukum administrasi negara berkaitan dengan tindakan

pemerintahan yang tidak semuanya dapat ditentukan secara

tertulis dalam peraturan perundang-undangan, seiring dengan

perkembangan kemasyarakatan yang memerlukan pelayanan

pemerintah dan masing-masing masyarakat di suatu daerah atau

negara berbeda tuntutan dan kebutuhan. Kedua, pembuatan

peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan instrumen yuridis

bidang administrasi negara lainnya tidak hanya terletak pada satu

tangan atau lembaga. Ketiga, hukum administrasi negara

berkembang sejalan dengan perkembangan tugas-tugas

pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan

pertumbuhan bidang hukum administrasi negara tertentu berjalan

secara sektoral.25

Secara garis besar Hukum Administrasi Negara meliputi

bidang pengaturan sebagai berikut:

a. peraturan mengenai penegakan ketertiban dan keamanan,

kesehatan, dan kesopanan, dengan menggunakan aturan tingkah

laku bagi warga negara yang ditegakkan dan ditentukan lebih lanjut

oleh pemerintah;

b. peraturan yang ditujukan untuk memberikan jaminan sosial bagi

rakyat;

c. peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan pemerintah;

24

Sjachran Basah. Op, Cit. Hal.151. 25

Ibid.Hal.38.

Page 27: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

18

d. peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas pemeliharaan dari

pemerintah termasuk bantuan terhadap aktivitas swasta dalam

rangka pelayanan umum;

e. peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak

f. peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan warga

negara terhadap pemerintah;

g. peraturan yang berkenaan dengan penegakan hukum administrasi;

h. peraturan mengenai pengawasan organ pemerintahan yang lebih

tinggi terhadap organ yang lebih rendah;

i. peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai pemerintahan.26

Berdasarkan bidang pengaturan tersebut di atas, tampak bahwa

hukum administrasi negara itu sangat luas sehingga tidak dapat

ditentukan secara tegas ruang lingkupnya. Di samping itu, khusus bagi

negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat pula hukum

administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang berkenaan dengan

administrasi daerah atau pemerintahan daerah. Namun demikian,

sekadar untuk memberikan gambaran, dapat disebutkan bahwa hukum

administrasi negara mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. sarana-sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur,

menyeimbangkan, dan mengendalikan berbagai kepentingan

masyarakat;

b. mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses

penyusunan dan pengendalian tersebut, termasuk proses

penentuankebijaksanaan;

c. perlindungan hukum bagi warga masyarakat;

d. menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang baik.27

Berdasarkan uraian di atas, dapat disebutkan bahwa hukum

administrasi negara adalah hukum yang berkenaan dengan

pemerintahan dalam arti sempit, yaitu hukum yang cakupannya secara

garis besar mengatur hal-hal sebagai berikut:

26

Ibid. Hal.43. 27

Ibid. Hal.43-44.

Page 28: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

19

a. perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik;

b. kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang

publik tersebut); di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan

cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan

kewenangannya; penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam

bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan

dan penggunaan instrumen hukum;

c. akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan

kewenangan pemerintahan itu;

d. penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidangn

pemerintahan.28

4. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik di Indonesia

AAUPB di Indonesia berbeda dengan negeri Belanda, dalam

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme (KKN) disebutkan asas umum penyelenggara negara,

yaitu Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan Negara,

Asas Kepentingan Umum, Asas Keterbukaan, Asas Proporsionalitas,

Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas. Pada awalnya asas-asas

ini ditujukan untuk para penyelenggara secara keseluruhan, namun

seiring berjalannya waktu asas-asas ini diakui dan diterapkan dalam

penyelenggaraan pemerintah dan dalam proses peradilan peradilan di

PTUN, yakni setelah adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004

28

Ibid. Hal. 44.

Page 29: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

20

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

PTUN.29

Berkenaan dengan keputusan (beschikking), AAUPB terbagi

dalam dua bagian yaitu asas yang bersifat formal atau prosedural dan

yang bersifat material atau substansial. Asas yang bersifat formal

berkenaan dengan prosedur yang harus dipenuhi dalam setiap

pembuatan keputusan seperti asas kecermatan yang menuntut

pemerintah untuk mengambil keputusan dengan persiapan yang

cermat dan asas permainan yang layak. Sehingga dirumuskan macam-

macam AAUPB sebagai berikut:

a). Asas kepastian hukum (principle of legal security);

Asas kepastian hukum memiliki dua aspek, yang satu lebih

bersifat hukum material, yang lain bersifat formal. Aspek hukum

material terkait erat dengan asas kepercayaan. Sedangkan aspek yang

bersifat formal terkait pada keputusan-keputusan yang

menguntungkan, dan harus disusun dengan kata-kata yang jelas.30

Asas ini berkaitan dengan prinsip dalam Hukum Administrasi Negara,

yaitu asas het vermoeden van rechtmstigheid atau presumtio justea

causa, yang berarti setiap keputusan badan atau pejabat tata usaha

negara yang dikeluarkan dianggap benar menurut hukum, selama

29

Loc. Cit. 30

Ridwan H.R., Op. Cit., Hlm. 245.

Page 30: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

21

belum dibuktikan sebaliknya atau dinyatakan sebagai keputusan yang

bertentangan dengan hukum oleh hakim administrasi.31

b). Asas keseimbangan (principle of proportionality);

Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman

jabatan dan kelalaian atau kealpaan seorang pegawai juga persamaan

perlakuan sejalan dengan kepastian hukum. Sehingga terhadap

pelanggaran atau kealpaan serupa yang dilakukan orang yang berbeda

dikenakan sanksi yang sama, sesuai dengan kriteria yang ada dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku.32

c).Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of

equality);

Asas ini menghendaki agar badan pemerintah mengambil

tindakan yang sama (dalam arti tidak bertentangan) atas kasus-kasus

yang faktanya sama.33

Meskipun tidak ada kasus yang mutlak sama

dengan kasus lain kendatipun tampak serupa, maka ketika pemerintah

menghadapi berbagai kasus yang tampaknya sama itu, ia harus

bertindak cermat untuk mempertimbangkan titik-titik persamaan.34

Asas ini memperoleh landasan yuridis yang kuat dalam Pasal 27 UUD

1945, jo Tap. MPR Nomor II/MPR/1978 pada lampiran “Naskah

31

Ibid., Hlm. 246. 32

Loc. Cit. 33

Ibid., Hlm. 247. 34

Ibid., Hlm. 248.

Page 31: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

22

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila”, khususnya dalam

“Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila Kerakyatan yang

Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.35

d). Asas bertindak cermat (principle of carefulness);

Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan. Asas ini

menghendaki pemerintah bertindak cermat dalam melakukan berbagai

aktivitas penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, sehingga tidak

menimbulkan kerugian bagi warga negara.36

Timbulnya kerugian

dapat terjadi sebagai akibat perbuatan yang dilakukan oleh pemerintah

atau dapat juga timbul karena akibat tidak melakukan suatu perbuatan

yang seharusnya dilaksanakannya.37

Sebelum mengambil keputusan, asas kecermatan mensyaratkan

kepada badan pemerintahan agar meneliti semua fakta yang relevan

dan semua kepentingan yang relevan dalam perimbangan.bila fakta-

fakta penting tidak diteliti, itu berarti tidak cermat. Selain itu tidak

boleh dengan mudah menyimpangi nasihat yang diberikan apalagi

panitia penasihat itu duduk ahli-ahli bidang tertentu. Penyimpangan

dapat dilakukan dengan memberi alasan dan kecermatan yang tinggi.38

35

S.F. Marbun, dkk.,Op. Cit., hlm. 217. 36

Ridwan H.R., Op. Cit., Hlm. 248. 37

S.F. Marbun, Op. Cit.,, Hlm. 214. 38

Ridwan H.R., Op. Cit., Hlm. 249.

Page 32: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

23

e). Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);

Asas ini menghendaki agar setiap keputusan badan-badan

pemerintahan harus mempunyai motivasi atau alasan yang cukup

sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan dan sedapat mungkin

alasan atau motivasi itu tercantum dalam keputusan,39

terutama bagi

mereka yang terkena dan tidak puas terhadap keputusan itu, dapat

mempergunakannya sebagai pangkal pembahasan dalam mengajukan

banding terhadap keputusan tersebut.40

f). Asas tidak mencampuradukan kewenangan (principle of

Nomorn misuse of competence);

Asas tidak mempercampuradukkan ini menghendaki agar

pejabat tata usaha negara tidak menggunakan wewenangnya untuk

tujuan lain selain yang telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku

atau menggunakan wewenang yang melampaui batas. Dimana terdapat

dua jenis penyimpangan penggunaan wewenang dalam Pasal 53 ayat

(2) huruf b dan c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yaitu

penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) dan sewenang-

wenang (willekeur).41

Asas ini juga dapat dipergunakansebagai alasan

untuk mengajukan banding terhadap putusan PTUN.42

39

Ibid., Hlm. 250. 40

S.F. Marbun, Op. Cit., hlm. 217. 41

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 252. 42

S.F. Marbun, Op. Cit., hlm. 218.

Page 33: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

24

g). Asas permainan yang layak (principle of fair play);

Asas ini menghendaki agar warga negara diberi kesempatan

yang seluas-luasnya untuk mencari kebenaran dan keadilan serta diberi

kesempatan untuk membela diri dengan memberikan argumentasi-

argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan administrasi. Asas ini

juga menekankan pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam proses

penyelesaian sengketa tata usaha negara.43

Asas ini dimaksudkan

sekaligus untuk memberikan respons atas perlakuan dan penjelasan

yang tidak menyenangkan yang diberikan oleh Badan Tata Usaha

Negara. Kerena itu, adanya suatu instansi banding merupakan syarat

mutlak bagi terealisirnya asas ini.44

h). Asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or

prohibition of arbitrariness);

Asas ini menghendaki agar setiap badan atau pejabat

administrasi negara selalu memperhatikan aspek keadilan dan

kewajaran. Asas keadilan menuntut tindakan secara proposional,

sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak setiap orang. Sedangkan asas

kewajaran menekankan agar setiap aktivitas pemerintah atau

administrasi negara memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di tengah

43

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 255. 44

S.F. Marbun, Op. Cit., hlm. 222.

Page 34: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

25

masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat,

maupun nilai-nilai lainnya.45

i). Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar

(principle of meeting raised expectation);

Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah harus menimbulkan harapan-harapan bagi warga

negara. Oleh karena itu, aparat pemerintahan harus memperhatikan

asas ini sehingga jika suatu harapan sudah terlanjur diberikan kepada

warga negara tidak boleh ditarik kembali meskipun menguntungkan

bagi pemerintah.46

j). Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle

of undoing the concequences of annulled decision);

Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat dari

pekerjaannya dengan suatu surat keputusan (beschikking). Seorang

pegawai yang dipecat karena diduga melakukan kejahatan, tetapi

setelah dilakukan proses pemeriksaan di pengadilan ternyata tidak

bersalah. Hal ini berarti surat pemberhentian yang ditunjukan kepada

pegawai yang bersangkutan itu harus dianggap batal. Sehingga

pegawai yang tidak bersalah itu harus ditempatkan kembali pada

tempat pekerjaan semula dan harus diberi ganti rugi dan/atau

45

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 258. 46

Ibid.,hlm. 259.

Page 35: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

26

kompensasi serta direhabilitasikan nama baiknya untuk meniadakan

akibat keputusan yang batal atau tidak sah. Ketentuan asas ini terdapat

dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman.47

k). Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi

(principle of protecting the personal may of life);

Asas ini menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas

perlindungan pribadi setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak

kehidupan pribadi setiap warga negara, sebagai konsekuensi negara

hukum demokratis yang menjujung tinggi dalam melindungi hak asasi

setiap warga negara. Dengan kata lain, asas ini merupakan

pengembangan dari salah satu prinsip negara hukum, yaitu

perlindungan hak asasi. Bagi Indonesia penerapan asas ini harus pula

dikaitkan dengan sistem keyakinan, kesusilaan, dan Norma-Norma

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, atau sebagaimana disebutkan

Kuntjoro PurbopraNomorto, asas tersebut harus disesuaikan dengan

pokok-pokok Pancasila dan UUD 1945.48

l). Asas kebijaksanaan (sapientia);

Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaannya diberi kebebasan dan keleluasaan untuk

47

Ibid.,hlm. 260. 48

Ibid.,hlm. 261.

Page 36: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

27

menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada peraturan

perundang-undangan formal. Karena peraturan perundang-undangan

dengan formal atau hukum tertulis itu selalu membawa cacat bawaan

yang berupa tidak fleksibel dan tidak dapat menampung semua

persoalaan serta cepat ketinggalan zaman, sementara perkembangan

masyarakat itu bergerak dengan cepat dan dinamis.49

m). Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public

service)

Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan

tugasnya selalu mengutamakan kepentingan umum yakni kepentingan

yang mencangkup semua aspek kehidupan orang banyak. Asas ini

merupakan konsekuensi dianutnya konsepsi negara negara hukum

modern (welfare state), yang menempatkan pemerintah selaku pihak

yang bertanggung jawab untuk mewujudkan bestuurszorg

(kesejahteraan umum) warga negaranya.50

Ketentuan mengenai hal ini

dapat ditemukan secara yuridis pada alinea keempat Pembukaan UUD

1945 dan Pasal 33, 34 Batang Tubuh UUD 1945.51

5. Hukum Kepegawaian

Hukum kepegawaian merupakan hukum tertulis yang

memberikan pembatasan dan penjabaran mengenai aktivitas

kepegawaian. Objek hukum kepegawaian adalah hukum kepegawaian

49

Ibid.,hlm. 262. 50

Ibid.,hlm. 263. 51

S.F. Marbun, Op. Cit., hlm. 221.

Page 37: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

28

yang dipelajari dalam Hukum Administrasi Negara, yaitu hukum yang

berlaku bagi pegawai negeri yang bekerja pada administrasi negara

dan berkedudukan sebagai pegawai negeri. Dengan demikian,

kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan, kewajiban,

hak dan pembinaan Pegawai Negeri. Materi Hukum kepegawaian

yang dikenal dalam studi HAN adalah mengenai subjek hukum yang

mempunyai hubungan dinas publik, sedangkan pegawai-pegawai pada

perusahaan swasta yang tidak mempunyai hubungan dinas publik

menjadi lapangan studi sendiri, seperti Hukum Perburuhan atau

Hukum Perjanjian Kerja seperti yang diatur di dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata.52

Menurut Logemann, hubungan dinas publik

bilamana seseorang tunduk pada perintah dari pemerintah untuk

melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan yang dalam

melakukan suatu atau beberapa macam jabatan itu dihargai dengan

pemberian gaji dan beberapa keuntungan lain. Jadi inti dari hubungan

dinas publik itu adalah adanya kewajiban bagi pegawai yang

bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat)

pengangkatannya dalam satu jabatan yang telah ditentukan oleh

pemerintah.

Ciri khas yang melekat pada lembaga pegawai negeri adalah

hubungan dinas publik, S.F. Marbun dan Moh. Mahfud M.D dalam hal

ini menjelaskan sebagai berikut:

52

Moh.Mahfud M.D. 1988. Hukum Kepegawaian Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Hal.1.

Page 38: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

29

Yang dimaksud hubungan dinas publik menurut Logemann adalah

bilamana seorang pegawai negeri telah mengikatkan dirinya untuk

tunduk pada perintah dari pemerintah untuk melakukan sesuatu atau

beberapa macam jabatan yang dalam melakukan suatu jabatan atau

beberapa macam jabatan itu dihargai dengan pemberian gaji dan

beberapa keuntungan lain. Berarti inti dari hubungan dinas publik

adalah kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk pada

pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu yang berakibat

bahwa pegawai yang besangkutan tidak meNomorlak (menerima

tanpa syarat) pengangkatannya dalam satu jabatan yang telah

ditentukan oleh pemerintah, sebaliknya pemerintah tidak berhak

mengangkat seseorang pegawai dalam jabatan tertentu tanpa harus

adanya penyesuaian kehendak dari yang bersangkutan.53

Dilihat dari hubungan antara tata hukum administrasi dan

hukum kepegawaian di atas dapat dilihat betapa pentingnya

kedudukan pegawai negeri yang sangat menentukan lancar tidaknya

suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah

dalam menjalankan tugasnya diatur oleh suatu Norma hukum yaitu

hukum adminstrasi negara. Hukum adminsitrasi negara mengatur

aparaturnya, termasuk di dalamnya adalah pegawai-pegawainya.

Pengaturan ini bermaksud agar dalam menjalankan tugas dan

fungsinya sesuai dengan dengan hak, kewajiban dan wewenangnya

masing-masing.

Hukum Administrasi Negara merupakan hukum publik, yang

mempelajari fungsi pemerintahan. Fungsi pemerintahan dirumuskan

segala macam kegiatan penguasa yang tidak termasuk kegiatan

perundang-undangan atau peradilan. Kegiatan penguasa merupakan

kegiatan pemerintahan, dimana kegiatan ini sebagian besar

53

S.F. Marbun dan Moh. Mahfud M.D. Op, Cit. Hal. 98-99.

Page 39: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

30

dilaksanakan oleh eksekutif. Obyek hukum administrasi negara adalah

kekuasaan pemerintah, jadi dalam hal ini yang dipelajari adalah

pemerintah. Penyelenggaraan pemerintah sebagian besar

dilaksanankan oleh pegawai negeri. Sedangkan obyek hukum

kepegawaian yang dipelajari adalah yang dipelajari dalam hukum

administrasi negara, yaitu hukum yang berlaku bagi pegawai negeri

yang bekerja pada administrasi negara sebagai pegawai negeri.

Pada Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Kepegawaian ditegaskan bahwa:

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Pengertian ini berkaitan dengan masalah hubungan pegawai

negeri dengan pemerintah atau mengenai kedudukan pegawai negeri.

Pengertian pegawai negeri yang terdapat dalam Pasal 1 huruf a UU

Nomor 8 Tahun 1974 serta Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 ayat (1) UU

Nomor 43 Tahun 1999 inilah yang disebut dengan pengertian yang

bersifat stipulatif. Muchsan, dengan mengutip pendapat Kranenburg

Vegting dan Logemann, menyatakan sebagai berikut:

Untuk membedakan pegawai negeri dan pegawai lainnya dilihat

dari sistem pengangkatannya untuk menjabat dalam suatu dinas

publik. Pegawai negeri adalah pejabat yang ditunjuk, jadi tidak

termasuk mereka yang memangku suatu jabatan mewakili seperti

seorang anggota parlemen, seorang menteri, seorang presiden dan

sebagainya. Sedangkan Logemann menggunakan kriteria yang

bersifat materiil yakni hubungan antara negara dengan pegawai

negeri tersebut. Dikatakan selanjutnya bahwa pegawai negeri

Page 40: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

31

adalah tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan

negara.54

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Aparatur Sipil Negara,yang merupakan perubahan atas UU Nomor 43

Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pada Pasal 6

membagi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS);

b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah

warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian

untuk menduduki jabatan pemerintahan. Sedangkan yang dimaksud

dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya

disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka

waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

Dalam Pasal 20 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 2004,

menyebutkan tentang jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dapat

diisi dari:

a. prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan

b. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

54

Muchsan. 1982. Hukum Kepegawaian. Jakarta: Bina Aksara. Hal.13.

Page 41: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

32

B. KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002, yang dimaksud dengan Kepolisian adalah segala hal ihwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam Pasal 1 angkah 1 tersebut

diatas mengandung dua pengertian, yaitu fungsi polisi dan lembaga

polisi.

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai

negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Polisi adalah aparat

penegak hukum dan penjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban

masyarakat) yang setiap saat harus berhubungan dengan masyarakat

luas.55

Pengertian kepolisian sebagai lembaga adalah organ pemerintah

yang ditetapkan sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan

menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Jadi,apabila kita membicarakan persoalan kepolisian berarti berbicara

tentang fungsi dan lembaga kepolisian.

Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik

Indonesia. Pasal 4 KUHAP ini secara umum telah menentukan, bahwa

setiap pejabat negara Republik Indonesia itu adalah penyelidik. Berarti

semua pegawai kepolisian negara tanpa kecuali telah dilibatkan di dalam

55

Anton Tabah, Polisi Budaya dan Politik, Klaten: CV Sahabat, 1996, hlm.2.

Page 42: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

33

tugas-tugas penyelidikan, yang pada hakekatnya merupakan salah

bidang tugas dari sekian banyak tugas-tugas yang ditentukan di dalam

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,

yang ada hubungannya yang erat dengan tugas-tugas yang lain, yakni

sebagai satu keseluruhan upaya para penegak hukum untuk membuat

sesorang pelaku dari suatu tindak pidana itu harus

mempertanggungjawabkan perilakunya menurut hukum pidana di depan

hakim. Semua hal ini mempunyai hubungan yang erat dengan putusan

kehendak dari pembentuk undang-undang untuk memberikan

pengayoman terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia dan

untuk adanya ketertiban dan kepastian hukum demi tegaknya Republik

Indonesia sebagai negara hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.56

Polisi sebagai aparat Pemerintah, maka organisasinya berada

dalam lingkup pemerintahan. Organisasi Polisi adalah bagian dari

organisasi Pemerintahan. Maka keberadaannya, tumbuh dan

berkembangnya, bentuk dan strukturnya ditentukan oleh visi pemerintah

yang bersangkutan terhadap pelaksanaan tugas Polisinya.57

56

Drs. P. A. F. Lamintang, S.H. Theo Lamintang, S.H. PEMBAHASAN KUHAP

Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana & Yurisprudensi. SINAR GRAFIKA Jakarta

2010.Hal 48. 57

Kunarto, Perilaku Organisasi POLRI, Jakarta: PT CIPTA MANUNGGAL, 1997, hlm.

99.

Page 43: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

34

2. Fungsi dan Peranan POLRI

Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana

diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 yang

berbunyi : “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan

Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.”

Rumusan tersebut disetujui oleh Pansus pada tanggal 10

September 2001 dengan pembahasan lebih lanjut diserahkan kepada

panitia kerja, dengan catatan diberi penjelasan Pasal bahwa “Fungsi

Kepolisian” harus memperhatikan semangat penegakan hak asasi

manusia, hukum dan keadilan. Rumusan fungsi kepolisian dalam pasal 2

tersebut merupakan aktualisasi dari UUD 1945 Pasal 30 ayat (4) dan

Pasal 6 (1) TAP MPR Nomor VII/MPR/2000, yang mengatur tentangan

Kpolisian Negara Republik Indonesia yang di dalamnya memuat

substansi pemeliharaan keamanandan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

58Sedangkan peranan Kepolisian Republik Indonesia diatur didalam

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, yaitu merupakan alat

Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,

58

H.Pudi Rahardi M.H. Hukum Kepolisian.Profesionalisme dan Reformasi Polri,

Laksbang Mediatama, Surabaya.2007, hal. 55

Page 44: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

35

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Sebagai bagian integral dari fungsi pemerintahan negara, fungsi

Kepolisian secara universal mencakup fungsi perlindungan, fungsi

pelayanan, dan penegakan hukum yaitu menjamin hidup dan milik.

Secara universal tataran fungsi Kepolisian mencakup tataran preventif

dan tataran represif. Tataran preventif menampakan diri dalam bentuk

tugas memelihara tertib dan ketertiban serta mencegah terjadinya

pelanggaran hukum, sedangkan tataran represif berupa penindakan

Kepolisian dan penegakan hukum (penyidikan tindak pidana sesuai

Hukum Acara Pidana).59

C. PENYELESAIAN PELANGGARAN ANGGOTA POLRI

1. Kode Etik Anggota POLRI

Etika merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan hidup manusia. Kemajuan peradaban dan budaya

manusia tidak terlepas dari yang namanya etika karena, tanpa etika

kehidupan tidak akan berjalan dengan teratur.Menurut H. Burhanudin

Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan

Norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam

hidupnya.60

Nilai-nilai atau Norma-Norma itu terkandung didalam suatu

sistem yang dijadikan pedoman untuk bertingkah laku maupun dalam

59

Anton Tabah, Reformasi Kepolisian, Klaten: CV Sahabat, 1998, hlm.35. 60

.http://id.shvoong.com/social-sciences/2159592-pengertian-dan-

definisi-etika-menurut/#ixzz1t7BCc8fs.

Page 45: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

36

menjalankan tugas yang berlaku bagi sekelompok orang yang terlibat

dalam kelompok profesi.Hakikatnya kode etik memuat aturan-aturan

atau Norma-Norma yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas

dan fungsi semua orang yang terlibat dalam suatu organisasi.61

Secara etimologis istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno

ethos yang artinya kebiasaan atau watak. Jadi, dalam hal ini Etika

merupakan salah satu cabang filsafat yang dibatasi dengan dasar nilai

moral menyangkut pola perilaku atau kebiasaan yang diperbolehkan

atau tidak, yang pantas atau tidak pantas pada perilaku manusia yang

dapat diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang atau suatu

organisasi tertentu.62

Dalam hal ini, etika berkaitan dengan adat istiadat

atau kebiasaan hidup seseorang ataupun masyarakat. Kebiasaan hidup

yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi.

Dalam kenyataan kehidupan sosial semua masyarakat mempunyai

aturan moral yang membolehkan atau melarang perbuatan tertentu. Tata

kelakuan itu harus diikuti oleh anggota masyarakat dan akan

menimbulkan hukuman bagi pelanggarnya. Dengan demikian maka

fungsi etika adalah untuk membina kehidupan yang baik berdasarkan

nilai-nilai moral tertentu.Secara teori menurut K. Bertens, pengertian

etika meliputi pengertian etika sebagai sistem nilai dan pengertian etika

sebagai filsafat moral.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, etika

diartikan sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan sebagai kode etik.

61

Ibid. 62

Desi Fernanda. Op, Cit. Hal. 2.

Page 46: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

37

Pada hakekatnya kode etik diartikan sebagai nilai-nilai/Norma-

Norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Menurut Dr. A. Sonny

Keraf, kode etik adalah seperangkat aturan moral dalam sebuah

organisasi mengenai bagaimana semua anggota organisasi harus

bersikap dan berperilaku. Kode etik diartikan sebagai nilai-nilai, Norma-

Norma, atau kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku moral dari suatu

profesi melalui ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip dasar tertulis

yang harus ditaati oleh setiap anggota organisasi.

Maksud dan tujuan kode etik adalah untuk mengatur dan

member kualitas kepada pelaksanaan profesi serta untuk menjaga

kehormatan dan nama baik organisasi profesi serta untuk melindungi

public yang memerlukan jasa-jasa baik professional. Kode etik jadinya

merupakan mekanisme pendisiplinan, pembinaan, dan pengontrolan etos

kerja anggota-anggota organisasi profesi.

Profesi adalah pekerjaan tetap sebagai pelaksanaan fungsi

kemasyarakatan berupa karya pelayanan yang pelaksanaannya

dijalankan secara mandiri dengan komitmen dan keahlian berkeilmuan

dalam bidang tertentu yang pengembangannya dihayati sebagai

panggilan hidup dan terikat pada etika umum dan etika khusus (etika

profesi) yang bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesame

demi kepentingan umum, serta berakar dalam penghormatan terhadap

martabat manusia ( respect for human dignity). Jadi, profesi itu

Page 47: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

38

berintikan praktis ilmu secara bertanggung jawab untuk menyelesaikan

masalah konkret yang dihadapi seorang warga masyarakat. Pengemban

profesi mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan salah satu nilai-

nilai kemanusiaan yang fundamental, seperti keilahian (imam), keadilan

(hukum), kesehatan (dokter), sosialisasi/pendidikan (guru), informasi

(jurnalis).

Menurut Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, Kode Etik

Profesi Polri adalah Norma-Norma atau aturan-aturan yang merupakan

kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun

ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut

dilakukan oleh anggota Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang,

dan tanggung jawab jabatan.

2. Peraturan Disiplin POLRI

Disiplin adalah kehormatan, kehormatan sangat erat kaitannya

dengan kredibilitas dan komitmen. Disiplin anggota POLRI adalah

kehormatan yang menunjukan kredibilitas dan komitmen sebagai

anggota POLRI. Pembuatan peraturan disiplin bagi anggota POLRI

bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kredibilitas dan

komitmen yang teguh. Kredibilitas dan komitmen anggota POLRI

adalah sebagai pejabat negara yang diberi tugas dan kewenangan selaku

pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, serta sebagai penegak

hukum dan pemelihara keamanan. Komitmen berbeda dengan loyalitas,

karena loyalitas cenderung mengaruh pada sifat mutlak dan berujung

Page 48: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

39

pada kecenderungan pemimpin untuk menyalahgunakan loyalitas

tersebut (abuse of power). Pelaksanaan disiplin bagi anggota POLRI

berbeda dengan loyalitas, karena pelaksanaan peraturan didiplin

didasarkan pada kesadaran dari pada rasa takut, dan didasarkan pada

komitmen dari pada loyalitas.63

Peraturan disiplin bagi anggota POLRI di samping mengatur tata

kehidupan dalam pelaksanaan tugas juga mengatur tata kehidupan

anggota POLRI selaku pribadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Peraturan disiplin POLRI memuat pokok-pokok kewajiban, larangan,

dan sanksi apabila kewajiban seorang anggota polisi tidak laksanakan,

atau terjadi pelanggaran atas larangan.64

Untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan

semangat kerja dan moril diadakan Peraturan Disiplin bagi anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin anggota yang di

dalamnya mengatur tentang kewajiban, larangan dan sanksi.

Sesuai pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin POLRI menyebutkan bahwa Kewajiban

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka kehidupan

bernegara dan bermasyarakat adalah :

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan UUD 1945,

Negara dan Pemerintah

63

Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi POLRI), Surabaya:

Laksbang Mediatama, 2007, hlm.124. 64

Ibid, hlm.125.

Page 49: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

40

b. Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi

atau golongan serta menghindari segala sesuatu yang dapat

merugikan negara

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

d. Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan

sebaik baiknya

e. Hormat menghormati antar pemeluk agama

f. Menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia

g. Mentaati peraturan perundang undangan yang berlakun baik

berhubungan dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara

umum

h. Melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang

dapat membahayakan dan atau merugikan Negara / pemerintah

i. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat

j. Berpakaian rapi dan pantas

Sesuai pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin POLRI menyebutkan bahwa Dalam

pelaksanaan tugas, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib

untuk :

a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan dengan

sebaik baiknya kepada masyarakat

b. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik baiknya

laporan atau pengaduan dari masyarakat

c. Mentaati sumpah atau janji anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia serta sumpah atau janji jabatan berdasarkan peraturan

perundang undangan yang berlaku.

d. Melaksanakan tugas sebaik baiknya dengan penuh kesadaran dan

rasa tanggung jawab.

e. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan

dan kesatuan Kepolisian Negara Republik Indonesia

f. Mentaati segala peraturan perundang undangan dan peraturan

kedinasan yang berlaku.

g. Bertindak dan bersikap tegas serta berlaku adil dan bijaksana

terhadap bawahannya

h. Membimbing bawahannya dalam pelaksanaan tugas

i. Memberikan contoh dan teladan yang baik terhadap bawahannya

j. Mendorong semangat bawahannya untuk meningkatkan prestasi

kerja

k. Memberikan kesempatan kepada bewahannya untuk

mengembangkan karier

Page 50: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

41

l. Mentaati perintah kedinasan yang syah dari atasan yang

berwenang

m. Mentaati jam kerja

n. Menggunakan dan memelihara barang milik dinas dengan sebaik

baiknya.

Sesuai pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin POLRI menyebutkan bahwa dalam rangka

memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia dilarang :

a. Melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia

b. Melakukan kegiatan Politik praktis

c. Mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

d. Bekerjasama dengan orang lain didalam atau diluar lingkungan

kerja dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi,

golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan kepentingan negara

e. Bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk

mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi

Kepolisian Negara Republik Indonesia demi kepentingan pribadi

f. Memiliki saham / modal dalam perusahaan yang kegiatan

usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya.

g. Bertindak sebagai pelindung ditempat perjudian, prostitusi, dan

tempat hiburan

h. Menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung orang yang

punya utang

i. Menjadi perantara / makelar perkara

j. Menelantarkan keluarga

3. Prosedur Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota POLRI

Suatu organisasi selalu mempunyai aturan intern dalam rangka

meningkatkan kinerja, profesionalisme, budaya organisasi maupun

kebersamaan, kehormatan dan kredibilitas organisasi, serta untuk

Page 51: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

42

menjamin terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan tugas sesuai tujuan,

peranan, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab institusi tersebut.

Organisasi yang baik dan kuat adalah organisasi yang

mempunyai aturan tata tertib intern yang baik dan kuat pula. Aturan

tersebut dapat berbentuk peraturan disiplin, kode etik maupun kode

jabatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 telah diatur

tentang penyelesaian pelanggaran disiplin. Dalam Peraturan Pemerintah

ini diatur tentang tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan hukuman

disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin tersebut

merasa keberatan atas penjatuhan hukuman disiplin yang dijatuhkan

kepadanya.

Sesuai pasal 17 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2003 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan

pelanggaran disiplin akan dilakukan pemeriksaan oleh :

a. Atasan yang berhak menghukum ( Ankum )

b. Atasan langsung

c. Atasan tidak langsung

d. Unit Provoos POLRI atau

e. Oleh pejabat lainnya yang ditunjuk oleh Ankum,

Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan

mendidik anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

melakukan pelanggaran disiplin agar berubaha menjadi baik. Oleh sebab

itu setiap atasan yang berhak menghukum (Ankum) wajib memeriksa

Page 52: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

43

lebih dahulu dengan seksama anggota POLRI yang melakukan

pelanggaran disiplin sebelum dijatuhkan hukuman. Hukuman didiplin

yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan pelanggaran disiplin yang

dilakukan sehingga dapat diterima rasa keadilan.65

Yang dimaksud dengan pelanggaran Disiplin adalah ucapan,

tulisan atau perbuatan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang melanggar peraturan disiplin, sesuai dengan Bab I Ketentuan

Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang

Peraturan Disiplin POLRI.

Apabila pelaku pelanggaran dijatuhi tindakan disiplin, maka

penjatuhan tindakan disiplin tersebut dilaksanakan seketika dan

langsung pada saat diketahuinya pelanggaran, namun apabila pelaku

pelanggaran dijatuhi hukum disiplin maka penjatuhan hukuman disiplin

diputuskan dalam sidang disiplin dengan terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan terhadap pelaku pelanggaran disiplin. Hal tersebut diatur

dalam ketentuan pasal 17 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

Sesuai Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

Penyelesaian perkara pelanggaran disiplin dilaksanakan melalui tahapan

sebagai berikut :

a. Laporan / pengaduan

b. Pemeriksaan pendahuluan

c. Pemeriksaan didepan sidang disiplin

d. Penjatuhan Hukuman disiplin

65

Loc.cit.

Page 53: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

44

e. Pelaksanaan hukuman

f. Pencatatan dalam data personel perorangan.

Apabila ternyata pelanggaran disiplin tersebut juga merupakan

tindak pidana maka penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan

tuntutan terhadap tindak pidana yang dilakukan. Sebagaimana ketentuan

dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Peraturan Disiplin Polri.

Page 54: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode merupakan cara kerja yang bersistem yang dimaksudkan

untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang telah ditentukan.66

Metode pendekatan yang dipakai

dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif atau legal aPeraturan

Pemerintahroach, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji

penerapan kaidah-kaidah atau Norma-Norma dalam hukum positif.67

Konsep

ini memandang hukum identik dengan Norma-Norma tertulis yang dibuat dan

diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.Konsepsi ini

memandang hukum sebagai suatu sistem Normatif yang bersifat mandiri,

tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata.68

Objek yang ada

kemudian diteliti dengan pendekatan yang terdiri dari :

1. Pendekatan Undang-Undang (Statute APeraturan Pemerintahroach).

Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan

dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut-

paut dengan permasalahan yang diteliti.69

Pendekatan Perundang-

66

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus BesarBahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai

Pustaka. Hal.652. 67

Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Banyumedia. Hal. 295. 68

Ronny Hanitijo Soemitro.1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta:

Ghalia Indonesia. Hal. 13-14. 69

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Kencana. Hal.

70.

Page 55: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

46

undangan digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur

mengenai Disiplin Polri dan Kode Etik Polri sebagaimana telah ditetapkan

dalam undang-undang. Dalam penelitian ini, peneliti menelaah peraturan

yang berkaitan dengan konsep pengaturan mengenai kualifikasi dan

mekanisme penjatuhan hukuman terhadap pelanggaran Disiplin yang

dilakukan oleh Polri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri, dimana aturan yang

diteliti merupakan sistem yang tertutup, artinya terpisah dari aspek-aspek

yang lain, seperti sosial, budaya dan sebagainya.Tentunya peneliti juga

tidak meninggalkan sifat dari pendekatan Undang-undang ini yaitu :

a. Comprehensive artinya Norma-Norma hukum yang ada di dalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

b. All-inclusivebahwa kumpulan Norma hukum tersebut cukup mampu

menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak akan ada

kekurangan hukum.

c. Systematicbahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain,

Norma-Norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.70

2. PendekatanAnalisis (analytical aPeraturan Pemerintahroach)

Pendekatan analisis adalah pendekatan dengan menganalisa bahan

hukum untuk mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang

digunakan dalam peraturan perundang-undangan.71

Pendekatan Analisis

(Analytical APeraturan Pemerintahroach) dimaksudkan untuk mengetahui

makna yang dikandung oleh istilah-istilah hukum yang berkaitan dengan

kualifikasi dan mekanisme penjatuhan hukuman terhadap pelanggaran

kode etik/disiplin yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan

70

Johny Ibrahim.Op.cit. Hal.302-303. 71

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. 2007. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Hal.54.

Page 56: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

47

secara konsepsional dan penerapannya dalam praktik serta putusan-

putusan hukum.Tujuan dari penggunaan pendekatan perundang-undangan

ini agar penelitian ini menghasilkan simpulan mengenai kualifikasi dan

mekanisme penjatuhan hukuman terhadap pelanggaran Kode Etik yang

dilakukan Polri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Polri.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan

spesifikasi penelitian preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan

standar, prosedur, ketentuan-ketentuan dan rambu-rambu dalam

melaksanakan aturan hukum, sehingga apa yang senyatanya ada berhadapan

dengan apa yang seharusnya dan diakhiri dengan memberikan rumusan-

rumusan tertentu.72

Dalam spesifikasi penelitian preskriptif ada dua macam

spesifikasi penelitian yaitu inventarisasi peraturan perundang-undangan dan

sinkronisasi penelitian untuk menemukan hukum in concreto. Penelitian ini

akan menginventarisir peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai kualifikasi pelanggaran disiplin POLRI dan juga untuk menemukan

apakah hukuman yang sesuai untuk diterapkan in concreto guna

menyelesaikan suatu perkara tertentu, yang dalam hal ini adalah mekanisme

penjatuhan hukuman kepada POLRI yang melanggar disiplin POLRI dan

dimanakah bunyi peraturan hukum itu dapat diketemukan termasuk kedalam

penelitian hukum (legal research).

72

Ibid., hlm.22-23.

Page 57: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

48

C. Sumber Bahan Hukum

Pada penelitian Normatif Data sekunder merupakan data pokok atau

utama yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku

literature maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan objek

penelitian. Menurut Soerjono dan Sri Mamudji, data sekunder (bahan-bahan

pustaka) terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier.73

Dalam hal ini data sekunder dibagi menjadi tiga bagian, yakni

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri

dariperaturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) atau Peraturan

Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan

Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda).74

Adapun bahan hukum

yang dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

b. Undang-UndangNomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

c. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

d. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pokok – Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890).

73

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Op.cit.Hal.14. 74

Soerdjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Hal.296.

Page 58: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

49

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (ASN).

f. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian

Anggota Kepolisian Republik Indonesia.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin Kepolisian Republik Indonesia.

h. Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

Kepolisian Republik Indonesia.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-

buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de

herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus

hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan

dengan topik penelitian.75

Dengan demikian bahan hukum sekunder yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal hukum, serta

artikel-artikel hukum yang berasal dari situs-situs internet yang berkaitan

dengan kualifikasi dan mekanisme penjatuhan hukuman terhadap

pelanggaran kode etik.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

75

Johnny Ibrahim. Op. Cit. Hal.296.

Page 59: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

50

sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.76

Dengan

demikian, bahan hukum tersier yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah kamus hukum, kamus Nomorn hukum, eksiklopedi, serta jenis lain

yang mendukung penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara melakukan inventarisasi

terhadap buku literatur, dokumen dan artikel sebagai bahan yang telah

diperoleh, dicatat kemudian dipelajari berdasarkan relevansi-relevansinya

dengan pokok permasalahan yang diteliti yang selanjutnya dilakukan

pengkajian sebagai satu kesatuan yang utuh. Sehingga dalam penelitian ini

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang akan digunakan,

kemudian dikumpulkan dengan menggunakan metode kepustakaan dan

dokumenter.

1. Metode Kepustakaan adalah suatu cara pengumpulan data dengan

melakukan penelusuran terhadap bahan pustaka (literatur, perundang-

undangan, hasil penelitian, majalah ilmiah, buletin ilmiah, jurnal ilmiah,

dsb.)

2. Metode Dokumenter adalah suatu cara pengumpulan bahan dengan

menelaah terhadap dokumen-dokumen pemerintah maupun Nomorn-

pemerintah (putusan pengadilan, perjanjian, surat keputusan, memo,

konsep pidato, buku harian, foto, risalah rapat, laporan-laporan, mass

76

Ibid.Hal. 296.

Page 60: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

51

media, internet, pengumuman, intruksi, aturan suatu instansi, publikasi,

arsip-arsip ilmiah, dsb).77

E. Metode Pengolahan Bahan Hukum

Bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang telah diperoleh

kemudian diklasifikasikan dan diinventarisir berdasarkan relevansi terhadap

objek penelitian ini. Bahan hukum yang berkaitan dengan pokok

permasalahan kemudian dibahas dan dipaparkan, disusun secara sistematis,

dan logis, dimana antara bahan hukum yang satu dengan yang lainnya

memiliki hubungan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

dalam penelitian ini.

F. Metode Penyajian Bahan Hukum

Metode penyajian bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode display, suatu kegiatan memilah-milah bahan hukum ke dalam

bagian-bagian tertentu yang mendeskripsikan seluruh bahan hukum yang

dikumpulkan. Selanjutnya, bahan hukum disajikan dalam bentuk Teks

Naratif, yaitu suatu penyajian dalam bentuk uraian yang mendasarkan pada

teori yang disusun secara logis dan sistematis. Setelah bahan hukum primer,

sekunder dan tersier dikumpulkan, akan dilakukan klasifikasi dan

inventarisasi. Dari hasil klasifikasi dan inventarisasi tersebut, hasil yang

diperoleh akan disusun secara sistematis dan logis untuk menyelesaikan

masalah yang diteliti.

77

Tedi Sudrajat. 2010. Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum

(MPPH). Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman. Hal.12.

Page 61: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

52

G. Metode Analisis Bahan Hukum

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui makna yang dikandung dari

istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan secara

konsep dan tekhnis penerapannya. Analisis bahan hukum bertujuan untuk

menjelaskan suatu permasalahan dengan memberikan arti atau makna

terhadap bahan hukum yang telah diolah sebelumnya. Penelitian ini

menggunakan logika deduktif melalui metode analisis Normatif kualitatif.

Metode analisis Normatif kualitatif merupakan cara menginterpretasikan

berdasarkan pengertian hukum, Norma hukum, teori-teori hukum,

sertadoktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Norma hukum

diperlukan sebagai premis mayor, kemudian dikorelasikan dengan fakta-fakta

yang relevan (legal facts) yang dipakai sebagai premis miNomorr dan melalui

proses silogisme akan diperoleh kesimpulan (conclution). Analisis bahan

hukum tersebut dilakukan dengan menggunakan model interpretasi sebagai

berikut :

1. Interpretasi sistematis

Menurut P.W.C. Akkerman, interpretasi sistematis adalah

interpretasi dengan melihat kepada hubungan dimana aturan dalam suatu

undang-undang yang saling bergantung. Disamping itu juga harus dilihat

bahwa hubungan itu tidak bersifat teknis, melainkan juga harus dilihat

asas yang melandasinya. Landasan pemikiran interpretasi sistematis

Page 62: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

53

adalah undang-undang merupakan suatu kesatuan dan tidak satu pun

ketentuan dalam undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri.78

2. Interpretasi gramatikal

Merumuskan suatu aturan perundang-undangan atau suatu

perjanjian seharusnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

masyarakat yang menjadi tujuan pengaturan hukum tersebut, atau para

pihak yang terkait dengan pembuatan suatu teks perjanjian.79

Peneliti menggunakan kedua model interpretasi tersebut untuk

mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan cara menguraikannya

menurut bahasa, susunan kata atau bunyinya tentang Objek yang diteliti.

78

Peter Mahmud Marzuki. 2007 (cet.ke-7).Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Hal.112. 79

Johny Ibrahim.Op.cit. Hal.220.

Page 63: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAN

A. Hasil Penelitian

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

berupa peraturan perundang-undangan, yang akan disajikan secara

sitematis sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1) Pasal 1 ayat(3) : “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

2) Pasal 30 ayat (2) : Usaha pertahanan dan keamanan negara

dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat

semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan

rakyat, sebagai kekuatan pendukung

3) Pasal 30 ayat (4) : Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai

alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat

bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta

menegakkan hukum.

4) Pasal 30 ayat (5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional

Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia , hubungan

kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat

Page 64: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

55

keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan

keamanan diatur dengan undang-undang.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

1) Pasal 372 : Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum

memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah

kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan

karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah.

2) Pasal 378 : Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan

diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan

memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk

menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi

hutang rnaupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara ( Pengganti Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)

1) Pasal 1 angka (1) :Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya

disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil

danpegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yangbekerja

pada instansi pemerintah.

Page 65: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

56

2) Pasal 6 : Pegawai ASN terdiri atas:

a. PNS; dan

b. PPPK.

3) Pasal 7

(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a

merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai

tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki

nomor induk pegawai secara nasional.

(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b

merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai

dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan

Undang-Undang ini.

4) Pasal 20

(1) Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.

(2) Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari:

a. prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan

b. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(3) Pengisian Jabatan ASN tertentu yang berasal dariprajurit

Tentara Nasional Indonesia dan anggotaKepolisian Negara

Republik Indonesia sebagaimanadimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan pada InstansiPusat sebagaimana diatur dalam

Undang-Undangtentang Tentara Nasional Indonesia dan

Undang-Undang tentang Kepolisian Negara

RepublikIndonesia.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Jabatan ASNtertentu yang

berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota

Kepolisian Negara RepublikIndonesia dan tata cara

pengisian jabatan ASNsebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur denganPeraturan Pemerintah.

5) Pasal 136 : “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun

1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik

lndonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun

Page 66: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

57

1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik

lndonesia Nomor 3890), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”

6) Pasal 139 : Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua

peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan

pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 3890) dinyatakan masih tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan

Undang Undang ini.”

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia

1) Pasal 1

(1) Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan

fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah

pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

2) Pasal 2

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara

di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

3) Pasal 5 ayat(1) : Kepolisian Negara Republik Indonesia

merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

sertamemberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

Page 67: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

58

kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan

dalam negeri.

4) Pasal 13 ayat (1) : Tugas pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah:

4.1 memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

4.2 menegakkan hukum; dan

4.3 memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

5) Pasal 14 ayat (1) : Dalam melaksanakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan

patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin

keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan

warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-

undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,

dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua

tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan

peraturan perundang-undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran

kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian

untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat,

dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau

bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara

sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang

berwenang;

Page 68: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

59

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

6) Pasal 15 ayat (1) :Dalam rangka menyelenggarakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian

Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat

yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit

masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup

kewenangan administrative kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang;

i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta

kegiatan masyarakat;

7) Pasal 18 :

Ayat (1) : Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya

sendiri.

Ayat (2): Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang

sangat perlu dengan memperhatikan peraturan

perundangundangan, serta Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 69: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

60

8) Pasal 19

Ayat (1): Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa

bertindak berdasarkan Norma hukum dan

mengindahkan Norma agama, kesopanan, kesusilaan,

serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Ayat (2):Dalam melaksanakan tugas dan wewenang

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepolisian

Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan

pencegahan.

9) Pasal 34

(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia terikat pada Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

dapat menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian

lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.

10) Pasal 35

(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia oleh pejabat Kepolisian Negara

Republik Indonesia diselesaikan oleh Komisi Kode Etik

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(2) Ketentuan mengenai susunan organisasi dan tata kerja

Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia

diatur dengan Keputusan Kapolri.

5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003

Tentang Pemberhentian Anggota Polri

5.1.1 Pasal 11

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

diberhentikan tidak dengan hormat apabila:

a. melakukan tindak pidana;

b. melakukan pelanggaran;

c. meninggalkan tugas atau hal lain.

5.1.2 Pasal 12

Page 70: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

61

(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi

diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian

Negara Republik Indonesia apabila:

a. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menurut

pertimbangan pejabat yang berwenang tidak dapat

dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. diketahui kemudian memberikan keterangan palsu

dan/atau tidak benar pada saat mendaftarkan diri

sebagai calon anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

c. melakukan usaha atau kegiatan yang nyata-nyata

bertujuan mengubah Pancasila, terlibat dalam gerakan,

atau melakukan kegiatan yang menentang negara

dan/atau Pemerintah Republik Indonesia secara tidak

sah.

(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5.1.3 Pasal 13

(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat

diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian

Negara Republik Indonesia karena melanggar sumpah/janji

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,

sumpah/janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003

Tentang Peraturan disiplin Anggota Polri

1) Pasal 1

(4) Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau

perbuatan anggota Negara Republik Indonesia yang

melanggar peraturan disiplin.

(5) Tindakan disiplin adalah serangkaian teguran lisan dan/atau

tindakan fisik yang bersifat membina, yang dijatuhkan

Page 71: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

62

secara langsung kepada anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

(6) Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh

atasan yang berhak menghukum kepada anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia melalui Sidang Disiplin.

2) Pasal 5 huruf a

Bahwa dalam rangka memelihara kehidupan bernegara dan

bermasyarakat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

dilarang Melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan

dan martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia

3) Pasal 6 huruf m

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilarang

mengurusi, mensponsori dan atau mempengaruhi petugas

dengan pangkat dan jabatannya dalam penerimaan calon

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

4) Pasal 7

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ternyata

melakukan pelanggaran Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia dijatuhi sanksi berupa tindakan

disiplin dan/atau hukuman disiplin.

5) Pasal 8

(1) Tindakan disiplin berupa teguran lisan dan/atau tindakan

fisik.

(2) Tindakan disiplin dalam ayat (1) tidak menghapus

kewenangan Ankum untuk menjatuhkan Hukuman Disiplin

6) Pasal 9

Hukuman disiplin berupa:

a. teguran tertulis;

b. penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;

c. penundaan kenaikan gaji berkala;

d. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu)tahun;

e. mutasi yang bersifat demosi;

f. pembebasan dari jabatan;

g.penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh

satu) hari.

Page 72: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

63

7) Pasal 12

(1) Penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan tuntutan

pidana.

(2) Penjatuhan hukuman disiplin gugur karena pelanggar

disiplin:

a. meninggal dunia,

b. sakit jiwa yang dinyatakan oleh dokter dan/atau badan

penguji kesehatan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

8) Pasal 15

Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan disiplin adalah:

a. atasan langsung;

b. atasan tidak langsung; dan

c. anggota Provos Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai

dengan lingkup tugas dan kewenangannya.

9) Pasal 16

(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin

adalah:

a. Ankum, dan/atau

b. Atasan Ankum.

(2) Atasan Ankum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

b, berwenang memeriksa dan memutus atas keberatan yang

diajukan oleh terhukum.

(3) Ankum di lingkungan Kepolisian Negara Republik

Indonesia secara berjenjang adalah sebagai berikut:

a. Ankum berwenang penuh,

b. Ankum berwenang terbatas, dan

c. Ankum berwenang sangat terbatas.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur

lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

10) Pasal 17

(1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, Ankum wajib

memeriksa lebih dahulu anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang disangka melakukan pelanggaran

disiplin itu.

(2) Pejabat yang berwenang memeriksa pelanggaran disiplin

adalah:

a. Ankum,

b. Atasan langsung,

c. Atasan tidak langsung,

Page 73: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

64

d. Provos Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau

e. Pejabat lain yang ditunjuk oleh Ankum.

7 Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Organisasi

Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri

1) Pasal 15

Anggota Polri yang diputus pidana dengan hukuman pidana

penjara minimum 3 (tiga) bulan yang telah berkekuatan hukum

tetap, dapat direkomendasikan oleh anggota siding Komisi Kode

Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan sebagai anggota

Polri.

2. Bahan Hukum Sekunder

2.1. Kasus Posisi Pelanggaran Disiplin Tahun 2006 (Kasus

Pertama)

Dari penelitian didapatkan data bahwa pada tahun 2006 telah

terjadi pelanggaran Disiplin yang dilakukan oleh Oknum Polri SPN

Purwokerto dan dari perkara tersebut didapatkan fakta fakta sebagai

berikut :

a. Terperiksa

Nama : BUDI UTAMI,Tempat tanggal lahir Purbalingga tanggal

6 Oktober 1965,Jenis kelamin Perempuan, Kebangsaan jawa –

Indonesia, Alamat Jl. Ketuhu Wirasana – Purbalingga, Agama

Islam, Pekerjaan POLRI Kesatuan SPN Purwokerto.

Page 74: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

65

b. Permasalahan

Telah terjadi perkara Pelanggaran Disiplin sebagaimana

diatur dalam Peraturan PemerintahNomor 2 tahun 2003 tanggal 1

Januari 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri pasal 5 huruf a yaitu

Melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan atau pasal 6 huruf a dan m yaitu Anggota Polri

dilarang mengurusi, mensponsori dan atau mempengaruhi petugas

dengan pangkat dan jabatannya dalam penerimaan calon anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

Terperiksa AKP BU yaitu pada saat pelaksanaan seleksi

penerimaan anggota Polri tahun penerimaan 2005 telah menerima

sejumlah uang dari Sdr. ISMU ARI CAHYADI ( Korban ) uang

sejumlah Rp. 55.000.000,- (LIMA PULUH LIMA JUTA

RUPIAH ) dan ternyata uang tersebut telah digunakan untuk

kepentingan pribadi AKP BU.

Atas perkara yang dilaporkan, Unit Provos SPN Purwokerto

kemudian melakukan penyelidikan dan penyidikan perkara

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh terperiksa dengan

melakukan pemanggilan dan pemeriksaan kepada saksi saksi

maupun menjadi terperiksa. Dan selanjutnya berdasarkan perintah

Atasan yang berhak menghukum ( ANKUM ), melaksanakan

prosedur penjatuhan hukuman disiplin kepada terperiksa atas

Page 75: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

66

perbuatan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh terperiksa

yaitu pelanggaran disiplin sesuai pasal 6 huruf m Peraturan

PemerintahNomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

c. Putusan Ankum pada saat sidang Hakim Disiplin

Dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin Nomor Pol. :

SKHD/02/X/2006 tanggal 28 Juni 2006, Kepala Sekolah Polisi

Negara Purwokerto selaku Atasan yang Berhak Menghukum

(ANKUM) dengan memperhatikan hasil pemeriksaan Saksi, Alat

Bukti dan Terperiksa pada sidang disiplin, menyatakan bahwa

Terperiksa cukup bukti melakukan pelanggaran disiplin. Sehingga

ANKUM memutuskan bahwa :

Menyatakan AKP BU terbukti bersalah secara syah dan

meyakinkan melakukan pelanggaran Disiplin berupa

Mengurusi, mensponsori dan atau mempengaruhi petugas

dengan pangkat dan jabatannya dalam penerimaan calon

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia” sebagaimana

diatur dalam Pasal 6 huruf m Peraturan PemerintahNomor 2

Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

Menjatuhkan hukuman disiplin kepada AKP BU berupa

teguran tertulis dan mutasi yang bersifat demosi.

Page 76: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

67

d. Pertimbangan Ankum

Dalam menjatuhkan hukuman disiplin kepada AKP BU

selaku Terperiksa, KA Sekolah Polisi Negara (SPN Purwokerto)

memiliki pertimbangan-pertimbangan selaku ANKUM, yaitu :

1) Adanya kesesuaian keterangan antara saksi saksi dan

terperiksa sehingga dapat mengungkap fakta fakta yang

membuktikan benar telah terjadi pelanggaran disiplin

melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan atau mengurusi, mensponsori dan atau

mempengaruhi petugas dengan pangkat dan jabatannya dalam

penerimaan calon anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia” sebagaimana diatur dalam pasal 5 huruf a dan atau

pasal 6 huruf m Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Polri.

2) Sebelum sidang Hakim Disiplin menjatuhkan hukuman

disiplin kepada terperiksa terlebih dahulu mempertimbangkan

hal hal yang meringankan dan memberatkan sebagai berikut :

Hal yang meringankan :Terperiksa belum pernah melakukan

pelanggaran disiplin sebelumnya.

Hal hal yang memberatkan:

Page 77: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

68

1. Perbuatan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh terperiksa

juga merupakan perbuatan pidana yang diatur dalam pasal 372

KUHP yaitu pidana Penggelapan.

2. Terperiksa hanya dapat mengembalikan sebagian uang yang

diterima dan digunakan untuk kepentingan pribadi terperiksa.

e. Putusan Pidana dalam Peradilan Umum

Perbuatan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh

terperiksa juga merupakan perbuatan pidana yang diatur dalam

pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu pidana

Penggelapan. AKP BU juga dijatuhi hukuman pidana dalam

Peradilan Umum. AKP BU dijatuhi hukuman penjara selama 4

(empat) bulan dan membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,-

karena terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana penggelapan sebagaimana tertuang dalam Putusan

Nomor : 11/Pid B/2007/PN. Pwt pada hari Kamis, 15 Maret 2007.

2.2. Kasus Posisi Pelanggaran Disiplin Tahun 2007 (Kasus Kedua)

a. Terperiksa

Nama :TASLIM, Tempat tanggal lahir Purbalingga tanggal 6

Nomorvember 1961, Jenis kelamin Laki laki, Kebangsaan jawa –

Indonesia, Alamat Asrama Ksatrian SPN Purwokerto Blok B 20 –

Purwokerto, Agama Islam, Pekerjaan POLRI Kesatuan SPN

Purwokerto.

Page 78: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

69

b. Permasalahan

Telah terjadi perkara Pelanggaran Disiplin sebagaimana

diatur dalam Peraturan PemerintahNomor 2 tahun 2003 tanggal 1

Januari 2002 tentang Peraturan Disiplin Polri pasal 5 huruf a yaitu

Melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan atau pasal 6 huruf a dan m yaitu Anggota Polri

dilarang mengurusi, mensponsori dan atau mempengaruhi petugas

dengan pangkat dan jabatannya dalam penerimaan calon anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

Terperiksa BRIGADIR TS yaitu pada saat pelaksanaan seleksi

penerimaan anggota Polri tahun penerimaan 2004 telah menerima

sejumlah uang dari Sdr. MAHRADJI ( Korban ) uang sejumlah Rp.

36.000.000,- (TIGA PULUH ENAM JUTA RUPIAH ) dan uang

tersebut dan ternyata uang tersebut telah digunakan untuk

kepentingan pribadi BRIGADIR TS.

c. Putusan Ankum pada saat sidang Hakim Disiplin

Dalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin Nomor Pol. :

SKHD/01/VII/2007 tanggal 15 Juli 2007, Kepala Sekolah Polisi

Negara Purwokerto selaku Atasan yang Berhak Menghukum

(ANKUM) dengan memperhatikan hasil pemeriksaan Saksi, Alat

Bukti dan Terperiksa pada sidang disiplin, menyatakan bahwa

Page 79: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

70

Terperiksa cukup bukti melakukan pelanggaran disiplin. Sehingga

ANKUM memutuskan bahwa :

1) Menyatakan Brigadir TS terbukti bersalah secara syah dan

meyakinkan melakukan pelanggaran Disiplin berupa

Melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan atau mengurusi, mensponsori dan atau

mempengaruhi petugas dengan pangkat dan jabatannya dalam

penerimaan calon anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia” sebagaimana diatur dalam pasal 5 huruf a dan atau

pasal 6 huruf m Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Polri.

2) Menjatuhkan hukuman disiplin kepada Brigadir TS berupa

penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu ) tahun

dan penempatan diruang khusus selama 15 hari dan hukuman

disiplin tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Hukuman

Disiplin Nomor Pol. : SKHD/01/VII/2007 tanggal 15 Juli

2007.

d. Pertimbangan Ankum

Dalam menjatuhkan hukuman disiplin kepada Brigadir TS

selaku Terperiksa, KA Sekolah Polisi Negara (SPN Purwokerto)

memiliki pertimbangan-pertimbangan selaku ANKUM, yaitu :

Page 80: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

71

3) Adanya kesesuaian keterangan antara saksi saksi dan

terperiksa sehingga dapat mengungkap fakta fakta yang

membuktikan benar telah terjadi pelanggaran disiplin

melakukan hal hal yang dapat menurunkan kehormatan dan

martabat negara, pemerintah dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan atau mengurusi, mensponsori dan atau

mempengaruhi petugas dengan pangkat dan jabatannya dalam

penerimaan calon anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia” sebagaimana diatur dalam pasal 5 huruf a dan atau

pasal 6 huruf m Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Polri.

4) Sebelum sidang Hakim Disiplin menjatuhkan hukuman

disiplin kepada terperiksa terlebih dahulu mempertimbangkan

hal hal yang meringankan dan memberatkan sebagai berikut :

Hal yang meringankan :

a. Terperiksa belum pernah melakukan pelanggaran disiplin

sebelumnya.

b. Kesanggupan terperiksa untuk mengembalikan uang yang

diterima dan digunakan untuk kepentingan pribadi

terperiksa

Hal hal yang memberatkan: Perbuatan pelanggaran disiplin

yang dilakukan oleh terperiksa juga merupakan perbuatan pidana

yang diatur dalam pasal 372 KUHP yaitu pidana Penggelapan.

Page 81: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

72

2.3. Pengertian Kode Etik

Dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini, setiap

individu anggota masyarakat dalam interaksi pergaulannya dengan

anggota masyarakat lainnya atau dengan lingkungannya, tampaknya

cenderung semakin bebas, leluasa, dan terbuka. Akan tetapi tidak

berarti tidak ada batasan sama sekali, karena sekali saja seseorang

melakukan kesalahan dengan menyinggung atau melanggar batasan

hak-hak asasi seorang lainnya, maka seseorang tersebut akan

berhadapan dengan sanksi hukum berdasarkan tuntutan dari orang

yang merasa dirugikan hak asasinya. Hal ini tentu saja berbeda dengan

kondisi masyarakat di masa lalu, yang cenderung bersifat kaku dan

tertutup karena kehidupan sehari-harinya sangat dibatasi oleh berbagai

nilai Normatif serta berbagai larangan yang secara adat wajib

dipatuhinya.80

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam kehidupan

sehari-hari setiap anggota masyarakat akan berhadapan dengan

batasan-batasan nilai Normatif, yang berlaku pada setiap situasi

tertentu yang cenderung berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan

perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat itu sendiri. Batasan-

batasan nilai Normatif dalam interaksi dengan masyarakat dan

lingkungannya itulah yang kemudian dapat kita katakan sebagai nilai-

nilai etika. Sedangkan nilai-nilai dalam diri seseorang yang akan

80

Adam Indrawijaya. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung: Penerbit Sinar Baru. Hal

37.

Page 82: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

73

mengendalikan, dimunculkan atau tidaknya kepatuhan terhadap nilai-

nilai etika dapat kita sebut dengan moral atau moralitas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan asas atau nilai

yang berkenaan dengan akhlak; (2) nilai mengenai benar dan salah

yang dianut suatu golongan atau masyarakat sedangkan etika adalah

ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak). Jadi kode etik pada prinsipnya merupakan

sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam suatu

kelompok sosial yang ditetapkan secara bersama-sama. Etika

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan hidup manusia. Kemajuan peradaban dan budaya

manusia tidak terlepas dari yang namanya etika karena, tanpa etika

kehidupan tidak akan berjalan dengan teratur.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang artinya

cara berpikir, kebiasaan, adat, perasaan, sikap, karakter, dan watak.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai

untuk kata Etika, antara lain Etika sebagai sistem nilai atau sebagai

nilai-nilai atau Norma-Norma moral yang menjadi pedoman bagi

seseorang atau kelompok untuk bersikap dan bertindak. Beberapa ahli

Page 83: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

74

telah merumuskan pengertian kata etika atau lazim juga disebut etik,

yang berasal dari kata Yunani ETHOS tersebut sebagai berikut ini81

:

O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan

manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori

tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan

buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang

berbicara mengenai nilai dan Norma moral yang menentukan perilaku

manusia dalam hidupnya.

Etika merupakan refleksi dari apa yang disebut dengan “self

control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan

untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh

kepercayaan dari masyarakat apabila dalam diri para elit professional

tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada

saat hendak memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat

yang memerlukannya.

Menurut Undang-undang tentang pokok pokok kepegawaian,

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan

dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Salah

satu contoh tertua adalah Sumpah Hipokrates, yang dipandang sebagai

81

Binziad Kadafi. et. Al. 2001 Advokat Indonesia Mencari Legitimas; Studi Tentang

Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia.Jakarta: Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia

(PSHK). Hal. 253.

Page 84: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

75

kode etik pertama untuk profesi dokter. Hipokrates adalah dokter

Yunani kuno yang digelari : Bapak Ilmu Kedokteran. Beliau hidup

dalam abad ke- 5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah

ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal

dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional

yang diwariskan oleh dokter Yunani ini. Dengan demikian, etika

adalah Norma-Norma sosial yang mengatur perilaku manusia secara

Normatif tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus

dilakukan, merupakan pedoman bagi manusia untuk berperilaku

dalam masyarakat. Norma-Norma sosial tersebut dapat

dikelompokkan dalam hal yaitu Norma kesopanan atau etiket, Norma

hukum dan Norma moral atau etika. Etiket hanya berlaku pada

pergaulan antar sesama, sedang etika berlaku kapan saja, dimana saja,

baik terhadap orang lain maupun diri sendiri.

Etika dalam sebuah profesi disusun dalam sebuah Kode Etik.

Dengan demikian Kode Etik dalam sebuah profesi berhubungan erat

dengan nilai sosial manusia yang dibatasi oleh Norma-Norma yang

mengatur sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri agar terjadi

keseimbangan kepentingan masing-masing di dalam masyarakat. Jadi

Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk menilai sesuatu.

Ada tiga macam norma sosial yang menjadi pedoman bagi manusia

untuk berperilaku dalam masyarakat, yaitu norrma kesopanan atau

etiket, norma hukum dan norma moral atau etika. Etika atau sopan

Page 85: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

76

santun, mengandung norma yang harus kita lakukan. Rumusan

konkret dari sistem etika bagi profesional dirumuskan dalam suatu

kode etik profesi yang secara harfiah berarti etika yang dikodifikasi

atau dituliskan. Bertens, menyatakan bahwa kode etik ibarat kompas

yang memberikan atau menunjukkan arah bagi suatu profesi dan

sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di dalam anggotanya

dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materiil para

anggotanya. Senada dengan Bertens, Sidharta berpendapat bahwa

kode etik profesi adalah seperangkat kaedah perilaku sebagai

pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban suatu profesi.82

Maksud dan tujuan kode etik ialah untuk mengatur dan

memberi kualitas kepada pelaksanaan profesi serta untuk menjaga

kehormatan dan nama baik organisasi profesi serta untuk melindungi

publik yang memerlukan jasa-jasa baik profesional. Kode etik pada

dasarnya merupakan mekanisme pendisiplinan, pembinaan, dan

pengontrolan etos kerja anggota-anggota organisasi profesi.

2.4. Kode Etik Polri

Kode etik adalah sistem Norma, nilai dan aturan profesional

tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan

apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik

82

Biniziad Kadafi. et al.. Op. Cit. hal.252-253. mengutip K. Bertens.Etika.cet. V. 2000.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Hal.280-281.

Page 86: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

77

menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang

harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Kode etik bertujuan untuk memberikan jasa sebaik-baiknya

kepada pemakai atau nasabahnya secara profesional. Adanya kode etik

akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga

profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah

bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi

ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena

paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia

melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang

rugi adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku

akibat perkembangan zaman, tetapi kode etik mungkin menjadi usang

atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya kode etik

tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), kode etik disusun

oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode

etik tersendiri.

Etika profesi Kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai

Tribrata yang dilandasi dan dijiwai oleh pancasila serta mencerminkan

jati diri setiap anggota kepolisian meliputi etika pengabdian,

kelembagaan, dan keneagaraan, selanjutnya disusun ke dalam Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pencurahan

perhatian yang sangat serius dilakukan dalam menyusun etika

Kepolisian adalah saat pencarian identitas polisi sebagai landasan

Page 87: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

78

etika Kepolisian. Sebelum dinyatakan sebagai Kode Etik, Tribrata

memberikan identitas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia,

dalam rangka penyusunan undang-undang tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia (1952).83

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia untuk pertama kali

ditetapkan oleh Kapolri dengan Surat Keputusan Kapolri Nomor

Pol : Skep/213/VII/1985 tanggal 1 Juli 1985 yang selanjutnya

naskah dimaksud terkenal dengan Naskah Ikrar Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Indonesia beserta pedoman pengamalannya.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 1997

dimana pada pasal 23 mempersyaratkan adanya Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Indonesia, maka pada tanggal 7 Maret 2001

diterbitkan buku Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia

dengan Keputusan Kapolri Nomor Pol. : Kep/05/III/2001 serta

buku Petunjuk Administrasi Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Indonesia dengan Keputusan Kapolri Nomor Pol. :

Kep/04/III/2001.

Perkembangan selanjutnya dengan Ketetapan MPR-RI

Nomor. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Ketetapan MPR-RI

Nomor. VII/MPR/2000 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan

Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan amanar Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagaimana tersebut dalam pasal 31 sampai dengan pasal

35, maka diperlukan perumusan kembali Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Indonesia yang lebih konkrit agar pelaksanaan tugas

kepolisian lebih terarah dan sesuai dengan harapan masyarakat yang

83

Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, (Kanisius,

Yogyakarta : 1975). Hal. 17.

Page 88: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

79

mendambakan terciptanya supremasi hukum dan terwujudnya rasa

keadilan.84

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

memuat 3 (tiga) substansi etika yaitu etika pengabdian, kelembagaan,

dan kenegaraan yang dirumuskan dan disepakati oleh seluruh anggota

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga menjadi

kesepakatan bersama sebagai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang memuat komitmen moral setiap anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai

dasar yang terkandung dalam Tribrata dan dilandasi oleh nilai-nilai

luhur Pancasila.85

B. Pembahasan

1. Penerapan Hukuman Disiplin terhadap Anggota Polri yang

melakukan Tindak Pidana di Sekolah Polisi Negara Purwokerto

(SPN Purwokerto)

Indonesia sebagai negara hukum disebutkan di dalam Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang

berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum.” Konsep negara

hukum adalah merupakan hasil dari suatu perkembangan sejarah

pemerintahan dan hukum, sekitar abad ke III sebelum masehi,

Aristoteles mengemukakan ide negara hukum yang dikaitkannya

dengan arti negara yang dalam perumusannya masih terkait pada

84

Ibid. 85

Ibid.

Page 89: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

80

„polis‟. Menurut Aristoteles, yang memerintah dalam negara bukanlah

manusia, melainkan pikiran yang adil dan kesusilaan yang menentukan

baik-buruknya suatu hukum. Manusia perlu dididik menjadi warga yang

baik yang bersusila yang pada akhirnya akan menjadikan manusia yang

bersikap adil. Apabila keadaan ini telah terwujud, maka terciptalah

“negara hukum‟, karena tujuan negara adalah kesempurnaan warganya

yang berdasarkan atas keadilan.86

Konsekuensi dianutnya negara hukum di Indonesia, maka segala

hal yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian

tujuan nasional dilandaskan pada hukum. Undang-Undang Dasar 1945

merupakan konstitusi yang sangat berbeda dengan negara lain,

perbedaan tersebut dapat dilihat dari pembukaan undang-undang dasar

yang memuat hal-hal yang mendasar diantaranya adalah pernyataan

kemerdekaan, tujuan dan dasar negara. Dari pembukaan tersebut dapat

diketahui arah dan tujuan yang akan dicapai oleh negara. Tujuan

tersebut telah dirumuskan dan dicantumkan dalam alenia IV, yaitu

sebagai berikut:

1. Membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia;

2. Memajukan kesejahteraan umum;

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

86SF Marbun dkk. 2002. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara.

Yogyakarta : UII Pers. Hal. 1.

Page 90: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

81

Penegasan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari

upaya untuk mencapai tujuan nasional, karenanya negara memerlukan

sarana dan prasarana yang mendukung, baik berupa sumber daya

manusia maupun sarana yang berbentuk benda, karena negara tidak

dapat melakukannya sendiri.87

Upaya yang harus dilakukan negara

dalam mencapai tujuan nasional yaitu dengan peningkatan kualitas

manusia secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional

dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memperhatikan perkembangan sosial.

Pengertian negara hukum yaitu Suatu negara dimana sikap

pemerintah dan warga negara berdasarkan hukum dan harus

dipertanggungjawabkan berdasarkan hukum, hukum dijadikan panglima

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan pemerintahan,

kemasyarakatan, maupun pembangunan. Berdasarkan konsep negara

hukum, tindakan pemerintah dalam melakukan tindakan hukum harus

berdasarkan hukum, hukum yang dimaksud adalah Hukum

Administrasi Negara (HAN).

Pengertian Hukum Administrasi Negara dapat dilihat dari dua

aspek yaitu:pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara

bagaiman alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya; kedua,

aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan hukum

87

Muchsan. 1982. Hukum Kepegawaian. Jakarta : Bina Aksara. Hal. 12.

Page 91: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

82

(rechtsbetrekking) antara alat perlengkapan administrasi negara atau

pemerintah dengan para warga negaranya.88

Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai

Pemerintah beserta aparaturnya yang terpenting, yakni administrasi

negara.89

Tujuan hukum administrasi negara diarahkan pada

perlindungan hukum bagi rakyat dalam bentuk pembinaan,

pengayoman, dan partisipasi. Hubungannya dengan sumber daya

manusia, sistem administrasi negara terbagi menjadi dua, yaitu pegawai

negeri dan masyarakat yang merupakan dua organisasi aktivitas yang

mempunyai tujuan yang sama, namun di dalamnya terdapat perbedaan

wewenang dan pemerintahan. Pegawai Negeri mempunyai otoritas dan

wewenang secara hukum, sedangkan masyarakat tidak mempunyai

wewenang, sehingga hanya mengandalkan kerelaan berpartisipasi

dalam lingkungan publik agar tujuan kemasyarakatan dapat terwujud.

Pihak pemerintah mempunyai tugas-tugas terhadap masyarakat dengan

melaksanakan suatu kebijakan lingkungan dalam bentuk wewenang,

yaitu kekuasaan yuridis akan orang-orang pribadi, badan-badan hukum

dan memberikannya kepada Pegawai Negeri bawahan hak dan

kewajiban yang dapat mereka pegang menurut hukum.90

Menurut Utrecht, negara merupakan badan hukum yang terdiri

dari persekutuan orang (Gemeenschaap Van Merten) yang ada karena

perkembangan faktor-faktor sosial dan politik dalam sejarah. Pengertian

88

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan hlm.2

89

SF. Marbun dkk.Op. cit. Hal. 22.

90

Philippus M. Hadjon, dkk. Op.Cit.Hal. 39.

Page 92: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

83

badan hukum disini adalah sebagai pendukung hak dan kewajiban

(subyek hukum). Negara akan mencapai tujuan dengan menggunakan

statusnya sebagai badan hukum tersebut. Hak dan kewajiban

dilaksanakan oleh aparatur negara yang melaksanakan hak dan

kewajiban negara yang disebut dengan subyek hukum yaitu Pegawai

Negeri91

yang sekarang disebut sebagai istilah Aparatur Sipil Negara

(ASN).

Undang-Undang yang berisi ketetuan mengenai kepegawaian

pada mulanya adalah Undang-Undang Nomor Tahun 1874 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian , yang telah diubah menjad Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UndangUndang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-

ndang ini dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan

problematika kepegawaian. Oleh karena itu,Undang-Undang tersebut

diganti menjadi Undang-Udang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (ASN).

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), maka Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 sebagaimana telah diubah menjadiUndang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan sudah

tidak berlaku. Hal ini sebagamana telah ditentukan dalam Pasal 136

91Muchsan. Loc. Cit. Hal.12.

Page 93: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

84

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

menentukan bahwa:

“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1974 Nomor 55,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3041)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

8Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3890), dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.”

Berkaitan dengan Peraturan Perundang-Undangan sebagai

pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana

telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian, Pasal 139 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menentukan bahwa :

“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan

perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik

lndonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999

Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia

Nomor 3890) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang Undang

ini.”

Berkaitan dengan fungsi pemerintahan dalam suatu negara,

berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menentukan bahwa fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang

Page 94: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

85

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam

konteks trias politika, fungsi kepolisian adalah merupakan bagian dari

eksekutif (aparatur pemerintah).

Dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri

pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan utuk

mewujudkan keamanan dalan negeri yang meliputi terpeliharanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

terselengaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, serta terbinanya

ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Sedangkan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa

tugas pokok Polri adalah :

i. Memelihara keamanan dan ketetiban masyarakat;

ii. Menegakkan hukum;dan

iii. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini, setiap individu

anggota masyarakat dalam interaksi pergaulannya dengan anggota

masyarakat lainnya atau dengan lingkungannya, tampaknya cenderung

semakin bebas, leluasa, dan terbuka, akan tetapi tidak berarti tidak ada

Page 95: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

86

batasan sama sekali, karena sekali saja seseorang melakukan kesalahan

dengan menyinggung atau melanggar batasan hak-hak asasi seorang

lainnya, maka seseorang tersebut akan berhadapan dengan sanksi

hukum berdasarkan tuntutan dari orang yang merasa dirugikan hak

asasinya. Hal ini tentu saja berbeda dengan kondisi masyarakat di masa

lalu, yang cenderung bersifat kaku dan tertutup karena kehidupan

sehari-harinya sangat dibatasi oleh berbagai nilai normatif serta

berbagai larangan yang secara adat wajib dipatuhinya.92

Nilai-nilai atau norma-norma itu terkandung didalam suatu

sistem yang dijadikan pedoman untuk bertingkah laku maupun dalam

menjalankan tugas yang berlaku bagi sekelompok orang yang terlibat

dalam kelompok profesi. Hakikatnya kode etik memuat aturan-aturan

atau norma-norma yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas

dan fungsi semua orang yang terlibat dalam suatu organisasi.93

Suatu organisasi selalu mempunyai aturan intern dalam rangka

meningkatkan kinerja, profesionalisme, budaya organisasi maupun

kebersamaan, kehormatan dan kredibilitas organisasi tersebut serta

untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan tugas sesuai

tujuan, peranan, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab institusi

tersebut.

Organisasi yang baik dan kuat adalah organisasi yang

mempunyai aturan tata tertib intern yang baik dan kuat pula. Aturan

92

Adam Indrawijaya. Op. Cit. Hal 37. 93

Ibid.

Page 96: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

87

tersebut dapat berbentuk peraturan disiplin, kode etik maupun kode

jabatan.

Dalam perkembangan pemerintahan modern, pengertian konsep

negara hukum mengalami perluasan dan pengembangan. Dewasa ini

dikenal adanya konsep negara kesejahteraan (welfare state), yakni suatu

negara yang pemerintahnya mencampuri urusan masyarakat secara

intens, dengan maksud agar aparatur pemerintah secara aktif ikut

mengupayakan tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat.

Konsekuensi logis welfare state, hampir semua urusan individu menjadi

“urusan pemerintahan”, sehingga ruang lingkup urusan pemerintahan

menjadi sangat luas. Dalam kaitannya dengan ruang lingkup Hukum

Administrasi Negara (HAN), maka materi muatan HAN menjadi

semakin luas dan tidak dapat dibatasi. Salah satu ruang lingkup Hukum

Administrasi Negara yaitu terdapat materi muatan mengenai penegakan

hukum.

Penerapan hukuman disiplin merupakan suatu penegakan

hukum. Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum

positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati.94

Menurut

Soerjono Soekanto, ada 5 faktor yang memengaruhi penegakan hukum,

yaitu :95

6. Faktor hukumnya sendiri;

7. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

yang menerapkan hukum;

94

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 292. 95

Ibid., hlm. 293.

Page 97: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

88

8. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

9. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan;

10. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Diantara kelima faktor yang memengaruhi penegakan hukum

tersebut di atas, faktor yang relevan untuk dibahas dalam tulisan ini

yaitu dilihat dari faktor hukumnya sendiri dan faktor penegak

hukumnya. Hukum yang berkaitan dengan hukum yang dimaksud dalam

tulisan ini yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan PemerintahNomor 1

Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan Peraturan

PemerintahNomor2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

Sedangkan mengenai faktor penegak hukumnya yaitu dilihat dari Kepala

SPN Purwokerto yang bertindak sebagai atasan yang berhak

menghukum (Ankum).

Berdasarkan ajaran penegakan hukum dalam Hukum

Administrasi Negara (HAN), penegakan hukum terdiri dari pengawasan

dan penerapan sanksi. Secara teoritis penerapan sanksi dapat

diberlakukan secara kumulatif, yaitu kumulatif internal dan kumulatif

eksternal. Kumulatif internal yaitu penerapan beberapa sanksi yang

bersifat sanksi administratif saja. Sedangkan kumulatif eksternal yaitu

penerapan beberapa sanksi yang bersifat sanksi administrative dan saksi

yang berupa pidana maupun perdata.

Page 98: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

89

Anggota polri merupakan bagian dari jenis Pegawai Negeri yang

berfungsi menjalankan pemerintahan. Polri bertanggung jawab dalam

menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, Polri memiliki Kode Etik Profesi

yang berfungsi sebagai pembimbing perilaku anggota Polri dalam

menjalankan pengabdian profesinya dan sebagai pengawas hati nurani

agar anggota Polri tidak melakukan perbuatan tercela yang bertentangan

dengan nilai-nilai etis dan tidak melakukan penyalahgunaan wewenang

atas profesi Kepolisian yang dijalankannya. Kode etik profesi kepolisian

merupakan kristalisasi dari nilai-nilai Tribrata yang dilandasi dan dijiwai

oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Polri dalam

wujud komitmen moral yang meliputi etika kepribadian, etika

kenegaraan, etika kelembagaan, dan etika dalam hubungan dengan

masyarakat.96

Selain memiliki kode etik profesi, dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia telah

diatur mengenai hak dan kewajiban POLRI dan dalam Peraturan

PemerintahNomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri juga

telah diatur tentang penyelesaian pelanggaran disiplin yang dilakukan

oleh Polri. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang tata cara

pemeriksaan, tata cara penjatuhan hukuman disiplin serta tata cara

pengajuan keberatan apabila anggota Kepolisian Negara Republik

96

H. Pudi Rahardi, M.H,.Op.Cit.Hal.149

Page 99: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

90

Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin tersebut merasa keberatan atas

penjatuhan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya.

Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan

mendidik anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

melakukan pelanggaran disiplin agar berubaha menjadi baik. Oleh sebab

itu setiap ANKUM (atasan yang berhak menghukum) wajib memeriksa

lebih dahulu dengan seksama anggota POLRI yang melakukan

pelanggaran disiplin sebelum dijatuhkan hukuman. Hukuman didiplin

yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan pelanggaran disiplin yang

dilakukan sehingga dapat diterima rasa keadilan.97

Pelanggaran Disiplin adalah ucapan, tulisan atau perbuatan

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar

peraturan disiplin, sesuai dengan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

POLRI.

Apabila pelaku pelanggaran dijatuhi tindakan disiplin, maka

penjatuhan tindakan disiplin tersebut dilaksanakan seketika dan

langsung pada saat diketahuinya pelanggaran, namun apabila pelaku

pelanggaran dijatuhi hukum disiplin maka penjatuhan hukuman disiplin

diputuskan dalam sidang disiplin dengan terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan terhadap pelaku pelanggaran disiplin. Hal tersebut diatur

97

Loc.cit.

Page 100: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

91

dalam ketentuan pasal 17 ayat 1 Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun

2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

Pelanggaran disiplin terbagi menjadi 2 kategori yaitu

pelanggaran disiplin murni dan pelangaran disiplin tindak murni.

Pelanggaran disiplin murni adalah perbuatan yang dilakukan oleh

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar

peraturan peraturan kedinasan. Pelanggaran disiplin tidak murni adalah

suatu perbuatan yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang melanggar ketentuan ketentuan dalam Hukum

Pidana.

Menurut Pasal 16 Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, apabila

terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dan

pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Sidang Disiplin atau Sidang Komisi Kode Etik Polri

berdasarkan pertimbangan atasan Ankum dari terperiksa dan pendapat

serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum.

Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan jika ada

laporan atau pengaduan yang diajukan oleh masyarakat, anggota Polri

atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengajuan laporan

atau pengaduan disampaikan kepada pengemban fungsi Propam di

setiap jenjang organisasi Polri. Berdasarkan laporan atau pengaduan

tersebut Propam kemudian melakukan pemeriksaan pendahuluan.

Page 101: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

92

Apabila dari hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat telah

terjadi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka Propam mengirimkan

berkas perkara kepada Pejabat yang berwenang dan mengusulkan untuk

dibentuk Komisi Kode Etik Polri untuk selanjutnya dilakukan sidang

guna memeriksa Anggota Polri yang diduga melanggar Kode Etik

Profesi Profesi Polri untuk dijatuhkan putusan yang bersifat final. 98

Peraturan disiplin Polri diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri. Ruang lingkup

berlakunya peraturan disiplin anggota polri ini tidak terbatas pada

anggota polri saja, namun demikian diperluas meliputi mereka yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan tunduk yang berlaku bagi

anggota polri, bahkan dikecualikan tidak berlaku bagi anggota polri

yang sedang menjalani pidana penjara. Perlu dipahami, bahwa didalam

organisasi kepolisian terdiri dari personil anggota polri dan pegawai

negeri sipil yang bertugas di lingkuran organisasi polri. Perluasan

lingkungan berlakunya bagianggota PNS yang bekerja di lingkungan

Polri, karna eksistensinya dapat mempengaruhi kinerja Organisasi

polri.99

Pandangan / sorotan negatif kepada Polri tidak lepas dari ulah,

sikap dan perilaku dari petugas Polisi dalam pelaksanakan tugas. Tidak

jarang masih ada oknum oknum Polisi yang kadang berbuat tercela dan

98

PudiRahardi, Op.Cit.Hal 172 99

Sadjijon.Memahami Hukum Kepolisian, LAKSBANG Presindo Yokyakarta. 2010.

Hal. 202.

Page 102: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

93

nakal sehingga menodai citranya sebagai pelindung dan pengayom

masyarakat.

Masyarakat berpendapat proses seleksi masuk menjadi anggota

Polri pun harus menggunakan uang, dan hal inilah yang dimanfaatkan

oleh Brigadir TS dan AKP BU untuk mendapatkan keuntungan secara

finansial sehingga perbuatan keduanya telah terbukti benar melakukan

perbuatan pelanggaran disiplin dan merusak citra serta kehormatan

Polri.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penanganan kasus yang ada

dalam hasil penelitian menyebutkan bahwa kedua oknum Polri yang

melakukan pelanggaran disiplin tersebut telah diperiksa dan dijatuhi

hukuman disiplin oleh KA SPN Purwokerto yang dalam hal ini

bertindak sebagai ANKUM (Atasan yang berhak menghukum).

Mekanisme tentang bagaimana cara penjatuhan hukuman

disiplin terhadap anggota polri yang melakukan pelanggaran disiplin dan

atau juga merupakan tindak pidana dapat dilihat dari bagan dibawah ini.

Anggota Polri Ankum/Provos Bidbinkum Kapolda/Pimpinan Eksternal/Peradilan

Minta saran

Disiplin

PU

BAP Kasus

BAP LAP

Saran Sidang Penjatuhan

Hukuman

PU

Page 103: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

94

Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa proses penanganan

kasus penggelapan yang dilakukan oleh AKP BU dan Brigadir TS, baik

pelanggaran dan tindak pidana yang dilaporkan, ditemukan, dan

tertangkap tangan akan diperiksa oleh Provos untuk dibuatkan

pemberkasan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan dan diserahkan

kepada ANKUM. Provos melakukan hal tersebut atas perintah Ankum

sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003.

Provos dalam penerapan pasal terhadap kasus penggelapan dikenakan

pasal 5 huruf a dan atau Pasal 6 huruf m Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2003 yaitu mengenai pelanggaran disiplin Polri.

Berdasarkan Pasal 21 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisan Negara Republik Indonesia dan Pasal 28 Kep.Kapolri Nomor

Pol: Kep/43/X/2004 Ankum diharuskan untuk meminta saran dan

pendapat hukum kepada fungsi Pembina Hukum dalam hal ini Bidang

Pembinaan Hukum. Bidang Pembinaan Hukum dalam penerapan Pasal

terhadap penggelapan dikenakan Pasal 5 huruf a dan atau Pasal 6 huruf

m Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin Polri. Penggelapan juga merupakan tindak pidana yang diatur

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal tersebut

haruslah jelas karena berdasarkan pada Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

bahwa anggota Polri tunduk pada Peradilan Umum, sehingga dapan

Page 104: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

95

dilakukan sidang disiplin dan atau dilanjutkan untuk diproses secara

pidana.

Pemberian saran pendapat hukum yang sudah selesai, berkas

perkara dikembalikan kepada Ankum/ Provos, yang selanjutnya

kewenangan untuk dilaksanakan atau tidaknya sidang disiplin dan untuk

dilanjutkan ke Peradilan Umum adalah keputusan dari Ankum. Apabila

Ankum menghendaki untuk dilaksanakan siding disiplin, maka Provos

yang bertugas untuk melaksanakan sidang disiplin atas perintah Ankum.

Namun bila akan diajukan ke Peradilan Umum, maka Provos membuat

surat pengantar untuk diserahkan ke Reskrim guna dilakukan

penyelidikan dan diproses secara pidana.

Sidang disiplin yang dilaksanakan akan menentukan hukuman

disiplin bagi si pelaku. Hukuman disiplin tersebut sesuai dengan Pasal 9

Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

Polri dan Pasal 11 Kep/42/XI/2004. Penjatuhan hukuman disiplin

tersebut diatas terdiri dari 7 (tujuh) jenis hukuman disiplin yang bisa

dijatuhkan secara alternative atau kumulatif. Penjatuhan secara

alternative adalah Penjatuhan hukuman disiplin hanya dikenakan satu

jenis hukuman saja, sedangkan penjatuhan hukuman secara kumulatif

adalah penjatuhan hukuman bisa lebih dari satu jenis hukuman disiplin.

Pelaku yang telah menjalani hukuman disiplin tersebut, setelah

selesai harus meminta rehabilitasi kepada Bidpropam dalam hal ini Kasi

Rehab yang akan membantu dalam pemulihan nama baik dan

Page 105: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

96

memberikan keputusan pengakhiran hukuman yang nantinya dapat

digunakan antara lain untuk mengikuti kenaikan pangkat, mengikuti

pendidikan, untuk memperoleh jabatan kembali. Bagi anggota yang

diproses pidana, maka disang disiplin tetap dilaksanakan dan proses

pidana tetap dilanjutkan.

Pelanggaran disiplin terbagi menjadi 2 kategori yaitu

pelanggaran disiplin murni dan pelangaran disiplin tindak murni.

Pelanggaran disiplin murni adalah perbuatan yang dilakukan oleh

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar

peraturan peraturan kedinasan. Pelanggaran disiplin tidak murni adalah

suatu perbuatan yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang melanggar ketentuan ketentuan dalam Hukum

Pidana. Dan perbuatan yang dilakukan oleh Brigadir TS adalah

termasuk suatu jenis pelanggaran disiplin tidak murni karena didalam

perbuatan pelanggaran disiplin telah terjadi perbuatan pidana yaitu

penggelapan sebagaimana diatur dalam pasal 372 KUHP.

ANKUM berdasarkan pada Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor

2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri dalam sidang disiplin

memutuskan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada Brigadir TS

yang tertuang didalam Surat Keputusan Hukuman Disiplin Nomor Pol. :

SKHD/01/VII/2007 tanggal 15 Juli 2007 berupa penundaan pangkat

untuk paling lama 1 (satu ) tahun dan penempatan diruang khusus

selama 15 (lima belas) hari. AKP BU juga dinyatakan terbukti bersalah

Page 106: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

97

secara syah dan meyakinkan melakukan pelanggaran disiplin berupa

Mengurusi, mensponsori dan atau mempengaruhi petugas dengan

pangkat dan jabatannya dalam penerimaan calon anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia” sebagaimana diatur dalam Pasal 6 huruf m

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

Polri. Atas dasar hal tersebut, ANKUM menjatuhkan hukuman disiplin

kepada AKP BU berupa teguran tertulis dan mutasi yang bersifat

demosi.

Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2003 tentang Peraturan Disiplin Polri, menyatakan bahwa apabila

ternyata pelanggaran disiplin tersebut juga merupakan tindak pidana

maka penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan tuntutan

terhadap tindak pidana yang dilakukan. Mengacu pada ketentuan Pasal

12 ini, seharusnya Brigadir TS yang terbukti melakukan pelanggaran

disiplin dan juga penggelapan dituntut secara pidana dalam Peradilan

Umum seperti yang terjadi pada AKP BU. AKP BU selain mendapatkan

hukuman disiplin dalam sidang disiplin juga mendapatkan sanksi pidana

berupa pidana penjara selama 4 bulan dan membayar biaya perkara

sebesar Rp 2.500,- ( dua ribu lima ratus rupiah). AKP BU yang dijatuhi

hukuman pidana 4 bulan penjara berdasarkan suatu keputusan yang sah

dan berkekuatan hukum tetap dapat diberhentikan dengan tidak hormat

berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 dan

juga perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur Pasal 15 PERKAP

Page 107: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

98

Nomor 7 Tahun 2006 tentang Organisasi Tata Kerja Komisi Kode Etik

Polri, yaitu ”Anggota Polri yang diputus pidana dengan hukuman

penjara minimum 3 (tiga) bulan yang telah berkekuatan hukum tetap,

dapat direkomendasikan oleh anggota sidang komisi kode etik Polri

tidak layak untuk tetap dipertahankan sebagai anggota Polri.”

Untuk pelanggaran yang sama antara Brigadir TS dan AKP BU,

AKP BU dihukum sanksi pidana dan juga hukuman disiplin sedangkan

yang satunya lagi yaitu Brigadir TS tidak diterapkan sanksi pidana dan

hanya dijatuhi hukuman disiplin saja, dengan pertimbangan karena AKP

BU tidak dapat mengembalikan uang yang telah digelapkan kepada

korban. Dalam perspektif peradilan pidana, pengembalian uang

penggelapan tidak menghapus penjatuhan hukuman pidana,

pengembalian uang tersebut hanya dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan hakim sebagai unsur yang dapat meringankan hukuman

yang nantinya akan dijatuhkan kepada terdakwa. Disamping itu,

terjadinya perbedaan sanksi juga memperlihatkan terjadinya suatu

ketidakadilan dalam suatu penerapan hukuman / penerapan sanksi.

Penjatuhan hukuman/penerapan sanksi terhadap anggota Polri,

sesuai dengan konsep Hukum Adminstrasi Negara, seharusnya

penerapan sanksi tesebut harus memperhatikan Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Baik (AAUPB), sebagaimana diatur dalam Pasal 3

UUNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang mengatur

Page 108: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

99

ketentuan mengenai adanya asas-asas umum penyelenggaraan negara

yang meliputi :

a. Asas kepastian hukum (principle of legal security);

b. Asas keseimbangan (principle of proportionality);

c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of

equality);

d. Asas bertindak cermat (principle of carefulness);

e. Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);

f. Asas tidak mencampuradukan kewenangan (principle of Nomorn

misuse of competence);

g. Asas permainan yang layak (principle of fair play);

h. Asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or

prohibition of arbitrariness);

i. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar

(principle of

j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of

undoing the concequences of annulled decision);

k. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi

(principle of protecting the personal may of life);

l. Asas kebijaksanaan (sapientia);

m. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public

service)

Salah satu asas-asas umum penyelenggaraan negara yaitu asas

kepastian hukum yang artinya asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan

keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara. Sehingga setiap

tindakan pemerintah harus sesuai dan berdasarkan atas Perundang-

undangan yang berlaku.

Berdasarkan asas kepastian hukum dalam Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Baik, penjatuhan hukuman terhadap kedua oknum

POLRI di SPN Purwokerto tersebut harus berdasarkan pada Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku, dalam hal ini adalah berdasarkan

Undang-UndangNomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Page 109: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

100

Republik Indonesia dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2003 tentang Penjatuhan Disiplin Polri.

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, prosedur penyelesaian

pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh kedua oknum tersebut

harus diterapkan ketentuan yang sama, karena jenis dan tingkatan

pelanggarannya juga sama, sehingga apabila tidak ditaatinya asas

kepastian hukum, maka akan menimbulkan suatu ketidak adilan hukum.

Menurut Ridwan HR, asas keadilan dan kewajaran menghendaki

agar setiap tindakan badan atau pejabat administrasi negara selalu

memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran. Asas keadilan menuntut

tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak

setiap orang. Karena itu setiap pejabat pemerintah dalam melakukan

tindakannya harus selalu memerhatikan aspek keadilan ini. Sedangkan

asas kewajaran menekankan agar setiap aktivitas pemerintah atau

administrasi negara memerhatikan nilai-nilai yang berlaku di tengah

masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat,

maupun nilai-nilai lainnya.100

Perbedaan hukuman yang diterapkan terhadap Brigadir TS dan

AKP BU disamping tidak sesuai dengan asas keadilan, juga tidak sesuai

dengan asas keseimbangan. Asas keseimbangan menghendaki Asas ini

menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan

kelalaian atau kealpaan seorang pegawai juga persamaan perlakuan

100

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 258.

Page 110: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

101

sejalan dengan kepastian hukum. Sehingga terhadap pelanggaran atau

kealpaan serupa yang dilakukan orang yang berbeda dikenakan sanksi

yang sama, sesuai dengan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku.101

Perbedaan penjatuhan sanksi tersebut juga telah bertentangan

dengan asas kesamaan dalam mengambil keputusan. Asas ini

menghendaki agar badan pemerintah mengambil tindakan yang sama

(dalam arti tidak bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama.102

Meskipun tidak ada kasus yang mutlak sama dengan kasus lain

kendatipun tampak serupa, maka ketika pemerintah menghadapi

berbagai kasus yang tampaknya sama itu, ia harus bertindak cermat

untuk mempertimbangkan titik-titik persamaan.103

Seharusnya KA SPN Purwokerto yang berlaku sebagai Ankum

mengambil tindakan yang sama dalam pengambilan tindakan penjatuhan

sanksi dalam kasus yang sama, karena pelanggaran yang dilakukan oleh

Brigadir TS dan AKP BU merupakan kasus yang sama, sehingga dalam

penjatuhan hukumannya pun harus berdasarkan asas kesamaan dalam

mengambil keputusan. Dengan demikian, sudah seharusnya bahwa

sanksi yang diterapkan kepada Brigadir TS dan AKP BU adalah berupa

hukuman / sanksi yang sama yaitu hukuman disiplin dan juga sanksi

pidana berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

101

Ibid.,hlm246-247. 102

Ibid., Hlm. 247. 103

Ibid., Hlm. 248.

Page 111: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

102

B. Upaya Polri dalam menciptakan disiplin anggota di Sekolah Polisi

Negara ( SPN) Purwokerto

Polri sebagai bagian dari penegak hukum di Indonesia,

mempunyai tugas sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, yaitu bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan

untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan

tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Tujuan tersebut di atas tentunya tidak akan terwujud apabila

tidak dilakukan dengan dedikasi tinggi, disiplin serta profesionalisme

dari para anggota Polri itu sendiri untuk berusaha melakukan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya dengan baik dan bertanggung jawab.

Bertolak dari arti pentingnya kedisiplinan bagi anggota Polri sebagai

penegak hukum, pemerintah telah menerbitkan peraturan perundang-

undangan yang khusus mengatur tentang kedisiplinan anggota Polri,

yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia bahwa Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya harus memiliki kemampuan profesi. Dalam Kamus Besar

Page 112: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

103

Bahasa Indonesia dijelaskan pengertian profesi adalah bidang pekerjaan

yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan

sebagainya) tertentu.

Menurut Liliana Tedjosaputro, agar suatu lapangan kerja dapat

dikategorikan sebagai profesi diperlukan:

1. Pengetahuan;

2. Penerapan keadilan (competence of aPeraturan

Pemerintahlication);

3. Tanggung jawab sosial (sosial responsibility);

4. Self control;

5. Pengakuan oleh masyarakat (social sanction).

Mendasarkan pada syarat profesi tersebut di atas, terlihat bahwa

Kepolisian Negara Republik Indonesia telah memenuhinya sehingga

dapat dikatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan

profesi. Selanjutnya, guna menjamin kemampuan profesi kepolisian

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, disebutkan dalam Pasal 32

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, bahwa pembinaan kemampuan profesi pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia diselenggarakan melalui

pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta

pengalamannya di bidang teknis kepolisian melalui pendidikan,

pelatihan, dan penugasan secara berjenjang dan berlanjut.

Lebih lanjut disebutkan dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu

bahwa:

Page 113: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

104

(1) Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia terikat pada Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

(2) Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

dapat menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian

lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia diatur dengan Keputusan Kapolri.

Sebagai tindak lanjut atas ketentuan Pasal 34 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tersebut di atas, telah diterbitkan Peraturan

Kapolri Nomor Pol. 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang isinya memberikan pedoman bagi

anggota Polri dalam bertindak dan menjalankan tugasnya. Namun

demikian, segala pengaturan tentang kedisiplinan dan etika tersebut di

atas tentunya tidak akan dapat berjalan dengan efektif tanpa adanya

upaya penegakannya.

Upaya penegakan disiplin dan Kode Etik Kepolisian sangat

dibutuhkan guna terwujudnya pelaksanaan tugas yang dibebankan dan

tercapainya profesionalisme Polri. Sangat tidak mungkin penegakan

hukum dapat berjalan dengan baik, apabila penegak hukumnya sendiri

(Polri) tidak disiplin dan tidak profesional. Ketidakdisiplinan dan

Page 114: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

105

ketidakprofesionalan Polri akan sangat berdampak dalam hal penegakan

hukum atau pengungkapan kejahatan yang terjadi di masyarakat.

Kondisi melemahnya disiplin dan profesionalisme anggota Polri

yang terjadi pada saat ini mulai sering menjadi pembicaraan masyarakat

luas. Dengan sering diberitakannya di berbagai media massa mengenai

tindakan indisipliner yang dilakukan oleh anggota Polri, misalnya

adanya anggota Polri yang terlibat dalam tindak pidana seperti dibahas

dalam tulisan ini, tindakan sewenang-wenang anggota Polri, dan masih

banyak kasus lain yang menggambarkan kurang disiplinnya anggota

Polri, menjadikan keprihatinan sendiri bagi masyarakat terkait dalam

pelaksanaan tugas pokok Polri yaitu menjaga keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Dari pengamatan sementara terhadap penegakan disipilin, kode

etik dan penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan

tindak pidana yang terjadi selama ini terdapat kerancuan atau

ketumpangtindihan penggunaan dasar hukumnya, yakni antara

penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan

Peraturan Kapolri Nomor Pol. 7 Tahun 2006 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Misalnya saja terdapat salah seorang anggota Polri yang melakukan

Page 115: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

106

tindak pidana penggelapan seperti yang dilakukan oleh oknum Polri

Brigadir TS dan AKP BU, dalam hal ini jelas anggota Polri tersebut

melakukan perbuatan tindak pidana, namun dalam praktiknya terhadap

anggota Polri tersebut hanya dikenai tindakan disiplin, dan masih

banyak lagi contoh lain.

Sekolah Polisi Negara Purwokerto disingkat SPN Purwokerto

adalah unsur pelaksana Pendidikan pada Polda Jawa Tengah yang

berada dibawah Kapolda Jawa Tengah. Sekolah Polisi Negara

Purwokerto bertugas menyelenggarakan Pendidikan Pembentukan

Bintara Polri, Pelatihan Bintara Opsnal Polri serta Pendidikan dan

Pelatihan lain sesuai dengan Program / bijak Pimpinan Polda Jawa

Tengah.Dalam melaksanakan tugasnya SPN Purwokerto

menyelenggarakan Fungsi 104

:

a. Penyelenggaraan Pendidikan Pembentukan Bintara Polri, Pendidikan

Kejuruan dan Pelatihan Bintara Opsnal Polri serta Pendidikan dan

Latihan lain yang dibebankan berdasarkan Program Pendidikan dan

Pelatihan.

b. Pembinaan Kepribadian termasuk kepemimpinan, disiplin dan tata

tertib serta nilai-nilai moral dan etika profesi peserta didik / pelatihan.

c. Menyelenggarakan kerjasama bidang pendidikan dan pelatihan dengan

lembaga fungsi Kepolisian lainnya, dalam rangka pengembangan dan

peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan Pelatihan.

d. Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan / pelatihan terhadap

pengemban fungsi Kepolisian lainnya sesuai program kerjasama

dengan pihak lain.

e. Pembinaan dan penyelenggaraan peningkatan kemampuan tenaga

pendidik / instruktur.

104

www.jateng.polri.go.id/home.php?menu=94

Page 116: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

107

Sekolah Polisi Negara Purwokerto disingkat SPN Purwokerto

adalah unsur pelaksana pendidikan Polda Jawa Tengah yang terdiri

dari:

a. Unsur Pimpinan.

Kepala Sekolah Polisi Negara Purwokerto disingkat Ka SPN

Purwokerto.

b. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf

Sekretariat Lembaga disingkat Setlem, yang pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh :

- Urusan Perencanaan, disingkat Urren.

- Urusan Administrasi, disingkat Urmin

- Urusan Tata Usaha, disingkat Urtu.

- Urusan Dalam, disingkat Urdal.

- Unit Provoost, disingkat Unit Prov.

c. Unsur Pelaksana Staf Khusus dan Pelayanan, terdiri dari :

- Poliklinik

- Bendahara Satuan, disingkat Bensat

d. Unsur Pelaksana

- Bagian Pengajaran dan Pelatihan disingkat Bagjarlat

- Korps Siswa, disingkat Korsis terdiri dari :Tenaga Pendidik /

Instruktur, disingkat Gadik / Instruktur.

Sekolah Polisi Negara Purwokerto dipimpin oleh Kepala Sekolah

Polisi Negara Purwokerto disingkat Ka SPN Purwokerto, yang

bertanggung jawab kepada Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakil Kepala

Kepolisian Daerah Jawa tengah.

Page 117: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

108

Dalam hal berhalangan melaksanakan tugasnya Ka SPN

Purwokerto diwakili oleh Sekretaris Lembaga ( Seslem ) atau pejabat

lain yang ditunjuk oleh Ka SPN Purwokerto. Ka SPN Purwokerto

bertugas menyelenggarakan pendidikan pembentukan Bintara, Pelatihan

Bintara Opsnal Polri serta pendidikan dan Pelatihan lain sesuai dengan

Program dan bijak Pimpinan Polda Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan

tugasnya Ka SPN Purwokerto berkewajiban :

1) Mengajukan saran dan Pertimbangan kepada Kepala Kepolisian

Daerah Jawa Tengah Cq. Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa

Tengah tentang penyelenggaraan pendidikan dan Latihan.

2) Berdasarkan Rencana Kerja Polda Jawa Tengah menetapkan

Rencana Kerja SPN Purwokerto.

3) Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan dan pengambilan

Keputusan dalam rangka memimpin SPN Purwokerto guna

terselenggarannya fungsi SPN.

4) Membina disiplin, tata–tertib dan kesadaran hukum dilingkungan

SPN Purwokerto.

5) Melaksanakan tugas lain yang berhgubungan dengan tugas Ka

SPN

Dalam rangka menegakan disiplin anggota, KA SPN Purwokerto

sesuai fungsinya bertugas untuk melakukan Pembinaan Kepribadian

termasuk kepemimpinan, disiplin dan tata tertib serta nilai-nilai moral

dan etika profesi baik bagi personil SPN Purwokerto maupun peserta

didik / pelatihan. Yang dalam pelaksanaan hariannya dilaksanakan oleh

Unit Provos SPN Purwokerto. Upaya upaya tersebut dilakukan dengan

upaya Preventif maupun represif.

Contoh upaya preventif yang dilakukan oleh Unit Provost SPN

Purwokerto dilakukan dengan cara-cara antara lain :

a. Membuat rencana Kegiatan Penegakkan, ketertiban dan

kedisiplinan personel SPN Purwokerto,

Page 118: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

109

b. Melaksanakan pemeliharaan ketertiban dan menegakkan Urusan

dalam dilingkungan SPN Purwokerto,

c. Melaksanakan Pemeriksaan Surat nyata diri, gampol, sikap

tampang, kendaraan dinas dan kendaraan Personel baik Polri

maupun PNS secara berkala,

d. Melaksanakan Pengamanan markas, kesatuan, asrama

dilingkungan SPN Purwokerto, baik Pengamanan VIP, proyek

Vital, gudang Senpi, dokumen dinas dan barang – barang

Inventaris Kantor termasuk pengamanan terhadap kegiatan-

kegiatan yang bersifat protokoler,

e. Melaksanakan upaya binluh hukum dan kedisiplinan secara berkala

dan terprogram.

Sedangkan upaya penegakan disiplin secara represif, dilakukan

sesuai prosedur penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana diatur dalam

Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

Polri, apabila benar telah terjadi perkara pelanggaran disiplin.

Dalam mewujudkan Polri yang disiplin dalam melaksanakan

tugasnya dalam mengatur ketertiban masyarakat, perlu adanya strategi

dalam mewujudkan citra Polisi yang baik dalam pemerintahan. Hal itu

dapat dilakukan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.105

a. Program Jangka Pendek ( 1 Tahun )

1. Peningkatan kualitas Penyidik Provos Polda,

2. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan anggota Polri terhadap

disiplin.

3. Pengadaan dan pengelolaan sarana pendukung tugas penegakan

Hukum Disiplin.

4. Membangun pemahaman masyarakat tentang pelaksanaan

penegakkan hukum disiplin anggota Polri sebagai bentuk

transparansi dan akuntabilitas kinerja Polri kepada masyarakat.

105

Agus Wijayanto, 2010. Tesis :Strategi Penegakan Hukum Disiplin Anggota

Polri guna mewujudkan Good governance dan Clean government Di internal polri

Dalam rangka memantapkan citra Polri. Semarang

Page 119: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

110

b. Program Jangka Sedang ( 3 Tahun )

Dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan kegiatan

pada program Jangka Pendek, dengan melaksanakan kegiatan

sebagai berikut:

1. Membangun dan memelihara komitmen Pimpinan Polri untuk

tegaknya disiplin, anggota Poiri.

2. Melakukan kerja sama dengan Lembaga Kompolnas dalam

rangka mempersiapkan dan mendukung peran Kompolnas tidak

hanya sebatas pemberi saran kepada Presiden tentang kinerja

Polri, akan tetapi juga sebagai kontrol sekaligus mitra bagi

Polri dengan saling tukar informasi.

3. Memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama dengan

media sehingga dapat berperan sebagai kontrol bagi anggota

Polri, untuk tetap berpartisipasi aktif secara proporsional

dengan penyebaran informasi yang tidak tendensius bahkan

mengarah kepada fitnah dalarn penegakkan hukum disiplin

anggota Polri.

4. Memelihara dan meningkatkan motivasi/dedikasi penegak

hukum disiplin Polri.

c. Program Jangka Panjang ( 5 Tahun )

Dilaksanakan secara Paralel bersamaan dengan Pelaksanaan

kegiatan pada program Jangka Pendek dan Jangka Sedang, dengan

melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

1. Perbaikan atau merevisi aturan hukum disiplin.

2. Mengimplementasikan nilai-nilai paradigma baru Polri sebagai

polisi yang berwatak sipil dan nilai-nilai reformasi Polridalam

proses penegakkan hukum disiplin anggota Polri

3. Membangun dan memelihara hubungan kerja sama dengan

pihak kontrol eksternal lainnya seperti DPR, Komnasham

maupun BPK dengan maksud saling bertukar informasi secara

proporsional dalam kaitan peningkatan penegakan hukum

disiplin anggota Polri.

Page 120: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

111

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan hukuman disiplin terhadap anggota Polri yang melakukan

tindak pidana di Sekolah Polisi Negara (SPN) Purwokerto :

Penegakan hukum disiplin Polri terhadap anggota Polri yang

melakukan tindak Pidana di SPN Purwokerto, khususnya dalam kasus

tindak pidana penggelapan yang dilakukan oleh Brigadir TS dan AKP

BU menunjukkan adanya inkonsistensi penerapan hukum.

Berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, AKP BU dapat

diberhentikan Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Negara

Republik Indonesia, karena telah terbukti secara sah dan meyakinkan

telah melakukan tindak pidana, dan telah memperoleh putusan

pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan

penerapan sanksi terhadap Brigadir TS, hanya berupa hukuman

disiplin saja tanpa mendapat sanksi pidana pada Peradilan Umum, hal

tersebut bertentangan dengan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pemberian hukuman disiplin

Page 121: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

112

tidak menghapuskan tuntutan terhadap tindak pidana. Penjatuhan

hukuman yang berbeda terhadap kedua oknum tersebut telah

memperlihatkan bahwa tidak terselenggaranya asas kepastian hukum,

asas keseimbangan, asas keadilan dan kewajaran dan asas kesamaan

dalam mengambil keputusan yang merupakan Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Baik yang seharusnya menjadi pedoman

pemerintah dalam menjalankan pemerintahan.

2. Upaya Polri dalam menciptakan disiplin anggota di Sekolah Polisi

Negara (SPN) Purwokerto :

Upaya yang dilakukan oleh Polri dalam hal ini SPN

Purwokerto adalah dengan upaya penegakan disiplin secara preventif

yang bertujuan untuk mencegah adanya pelanggaran disiplin anggota

Polri dan juga upaya penegakan disiplin secara represif yang

dilakukan sesuai prosedur penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Peraturan Disiplin Polri, apabila benar telah terjadi perkara

pelanggaran disiplin.

Page 122: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

113

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis memberikan saran

yaitu :

1) Dalam penjatuhan sanksi terhadap anggota Kepolisian Republik

Indonesia, hendaknya disamping memperhatikan Peraturan

Perundang-Undangan yang tertulis, seharusnya juga memperhatikan

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

2) Salah satu konsekuensi yuridis berlakunya Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah anggota

Polri tidak menjadi bagian dari Aparatur Sipil Negara sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN.

Berdasarkan hal tersebut, Penulis merekomendasikan agar diadakan

perubahan/pembaharuan mengenai ketentuan yang berkaitan dengan

status anggota Polri sebagai pegawai negeri dalamUndang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 123: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Asshiddiqie, Jimly. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia

Pasca Reformasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Basah, Sjachran. 1992. Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak

Administrasi Negara. Bandung : Alumni.

Fernanda, Desi. 2003. Etika Organisasi Pemerintah. Jakarta :Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia.

Hadisoeprapto, Hartono. 1993. Pengantar Tata Hukum Indonesia.

Yogyakarta: Liberty.

Hadjon, Philipus M, dkk. 1999. Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia.Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.

Ibrahim, Johny. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Banyumedia.

Indrawijaya, Adam. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung: Penerbit Sinar

Baru.

Kadafi, Binziad. 2001. Advokat Indonesia Mencari Legitimas; Studi

Tentang Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:

Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK).

K. Bertens. 1994. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Koentjoro, Diana Halim. 2004. Hukum Administrasi Negara. Jakarta

:Ghalia Indonesia.

Kunarto. 1997. Perilaku Organisasi POLRI. Jakarta: PT CIPTA

MANUNGGAL.

Lubis, Suhrawardi K..Etika Profesi Hukum. Sinar Grafika, Jakarta 2006

Marbun, SF dkk. 2002. Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

Negara. Yogyakarta : UII Pers

Marbun, S.F. dan Moh. Mahfud Md. 1997. Pokok-Pokok Hukum

Administrasi. Yogyakarta : Liberty.

Page 124: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

Marzuki, Peter Mahmud. 2007.Penelitian Hukum Normatif (cet.ke-7).

Jakarta: Kencana.

Muchsan. 1982. Hukum Kepegawaian. Jakarta :Bina Aksara

Muslimin, Amrah. 1985. Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang

Administrasi dan Hukum Administrasi. Bandung : Alumni.

Mustafa, Bachsan. 1985. Sistem Hukum Indonesia. Bandung: Remadja

Karya

P. A. F. Lamintang,Theo Lamintang. 2010. PEMBAHASAN KUHAP

Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana & Yurisprudensi.

Bandung : SINAR GRAFIKA.

Rahardi, Pudi. 2007. Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi

POLRI), Surabaya: Laksbang Mediatama.

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadjijono. 2010. Memahami Hukum Kepolisian, LAKSBANG Presindo

Yokyakarta.

Soehino. 1984. Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan. Yogyakarta:

Liberty.

Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI

Press.

________________ dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta : PT Raja grafindo Persada.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan

Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma Bagi Penegak Hukum,

(Kanisius, Yogyakarta : 1975).

Tabah, Anton. 1996. Polisi Budaya dan Politik. Klaten: CV Sahabat.

_______1998.Reformasi Kepolisian, Klaten: CV Sahabat.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar

Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 125: SKRIPSI - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRAMUTYAS... · Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian preskriptif,

B. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

TAP MPR Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran

Tentara Nasional Indonesia Dan Peran Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok – Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(ASN)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian

Anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

Polri.

Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Organisasi Tata Kerja

Komisi Kode Etik Polri

C. Sumber Lain

www.jateng.polri.go.id/home.php?menu=94. Diakses pada tanggal 12

November 2014.

http://id.shvoong.com/social-sciences/2159592-pengertian-dan-definisi-

etika-menurut/#ixzz1t7BCc8fs.Diakses pada tanggal 15 November

2014.