bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · indonesia...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah gangguan metabolik kronis di mana prevalensi telah meningkat secara terus-menerus di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan karena peningkatan kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Ini juga disebut hiperglikemia. Diabetes tipe 2 adalah bentuk diabetes yang paling umum. Jika seseorang terdiagnosa diabetes tipe 2, maka tubuhnya tidak menggunakan insulin dengan benar. Hal ini disebut resistensi insulin. Pada awalnya, pankreas membuat insulin ekstra untuk menggantikannya. Namun, pankreas tidak mampu menjaga dan tidak dapat membuat insulin yang cukup untuk menjaga glukosa darah pada tingkat normal (Olokoba, Obateru, & Olokoba, 2012). Sedangkan hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Silviana & Pramestutie, 2016). Menurut WHO hipertensi merupakan suatu kondisi di mana pembuluh darah terus meningkatkan tekanannya. Darah dibawa dari jantung ke seluruh tubuh di dalam pembuluh. Setiap kali jantung berdetak, ia memompa darah ke dalam pembuluh. Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung memompa. Menurut WHO Prevalensi penyakit hipertensi di dunia sekitar 972 juta jiwa atau 26,4%. Pengidap hipertensi di dunia paling banyak berada di negara berkembang yaitu sebanyak 639 juta jiwa. Sedangkan di negara maju

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes adalah gangguan metabolik kronis di mana prevalensi telah

meningkat secara terus-menerus di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan

karena peningkatan kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari biasanya.

Ini juga disebut hiperglikemia. Diabetes tipe 2 adalah bentuk diabetes yang

paling umum. Jika seseorang terdiagnosa diabetes tipe 2, maka tubuhnya tidak

menggunakan insulin dengan benar. Hal ini disebut resistensi insulin. Pada

awalnya, pankreas membuat insulin ekstra untuk menggantikannya. Namun,

pankreas tidak mampu menjaga dan tidak dapat membuat insulin yang cukup

untuk menjaga glukosa darah pada tingkat normal (Olokoba, Obateru, &

Olokoba, 2012). Sedangkan hipertensi merupakan tekanan darah persisten

dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Silviana &

Pramestutie, 2016). Menurut WHO hipertensi merupakan suatu kondisi di

mana pembuluh darah terus meningkatkan tekanannya. Darah dibawa dari

jantung ke seluruh tubuh di dalam pembuluh. Setiap kali jantung berdetak, ia

memompa darah ke dalam pembuluh. Tekanan darah diciptakan oleh

kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa

oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung memompa.

Menurut WHO Prevalensi penyakit hipertensi di dunia sekitar 972

juta jiwa atau 26,4%. Pengidap hipertensi di dunia paling banyak berada di

negara berkembang yaitu sebanyak 639 juta jiwa. Sedangkan di negara maju

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

2

sebanyak 333 juta jiwa. Jumlah orang dengan diabetes terus meningkat dari

108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014.Prevalensi

diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7%

pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Pada 2015 sekitar 1,6 juta

kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 22 juta kematian lainnya

disebabkan oleh glukosa darah yang tinggi. Hampir setengah dari semua

kematian disebabkan glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.

WHO memproyeksikan bahwa diabetes akan menjadi penyebab kematian

ketujuh di tahun 2030.

Di Indonesia untuk umur lebih dari 18 tahun sebesar 25,8%, akan

tetapi yang terdiagnosis oleh petugas kesehatan ataupun rutin minum obat

hanya sebesar 9,5%. Proporsi penderita diabetes melitus meningkat seiring

meningkatnya usia. Pada penyakit DM untuk umur lebih dari 15 tahun

didapatkan bahwa sebanyak 26,3% yang telah terdiagnosis dan 73,7% tidak

terdiagnosis (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit diabetes melitus dan

hipertensi di Indonesia diduduki oleh provinsi Jawa Timur dengan jumlah

penderita 330. 512 jiwa. Sedangkan jumlah penderita hipertensi sebanyak

935.736 jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016). Jumlah penderita

hipertensi di puskesmas Polowijen Kota Malang sebanyak 458 orang

sedangkan penderita DM tipe 2 sebanyak 129 orang.

Hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 termasuk dalam golongan

penyakit kronis dimana penyakit ini merupakan penyakit yang mempunyai

durasi waktu yang lama. Hipertensi, diabetes melitus, stroke, kanker, dan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

3

penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Di

Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan

penyakit kronis dapat dilakukan namun membutuhkan pembiayaan cukup

besar. Maka dari itu dalam penanganan penyakit kronis dibutuhkan program

yang besifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif secara terus-

menerus (Assupina, Misnaniarti, & Rahmiwati, 2013). Berdasarkan peraturan

bersama sekretaris jenderal kementerian kesehatan RI dan direktur utama

BPJS kesehatan nomor HK.01.08/III/980/2017 nomor 2 tahun 2017

tentang petunjuk teknis pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis

pemenuhan komitmen pelayanan pada fasilitas tingkat pertama pemerintah

mengeluarkan suatu program yang dinamakan Prolanis (Program Pengelolaan

Penyakit Kronis).

Prolanis merupakan sistem pelayanan kesehatan di bawah

pengawasan secara langsung oleh pihak BPJS dan dilakukan di faskes tingkat

I yang dikhususkan kepada pasien hipertensi dan diabetes melitus tipe 2

dengan tujuan agar penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan

mendapatkan hasil yang optimal dengan pembiayaan yang efisien sehingga

dapat mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Prolanis tertuju

kepada penderita DM tipe 2 dan HT dikarenakan kedua penyakit tersebut

dapat ditanggulangi terlebih dahulu di faskes tingkat I. Pasien- pasien yang

telah terdiagnosis HT dan DM tipe 2 dianjurkan untuk rutin berkunjung dan

ikut serta dalam kegiatan Prolanis dengan harapan kesehatan para penderita

khususnya lansia dapat terpantau secara maksimal. (Panduan Praktis Prolanis,

BPJS). Prolanis merupakan program yang baru dirilis oleh pemerintah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

4

sehingga dibutuhkan sosialisasi ekstra kepada masyarakat guna pengenalan

Prolanis. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memunculkan minat untuk

berkunjung dan ikut serta dalam kegiatan yaitu melakukan kunjungan ketika

ada kegiatan masyarakat guna memperkenal serta mensosialisasikan program

baru yaitu Prolanis agar mereka tertarik untuk ikut serta pada kegiatan

Prolanis (Warsiman, 2016). Terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi minat untuk berkunjung yaitu dukungan keluarga, fasilitas

kesehatan yang didalamnya termasuk jarak rumah dengan fasilitas kesehatan,

sikap dan perilaku serta tingkat pengetahuan (Ningsih, Arneliwati, & Lestari,

2014)

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki

oleh manusia semasa hidupnya. Pengetahuan terjadi setelah melakukan

pengindraan terhadap suatu objek. Dalam hal ini pengetahuan yang baik dan

benar memegang peran penting untuk mengubah perilaku seseorang ke arah

yang lebih baik (Kustantya & Anwar, 2013). Pengetahuan yang harus dimiliki

oleh seorang penderita hipertensi maupun DM tipe 2 yaitu mengenai arti dari

hipertensi dan DM tipe 2, tanda gejala, tatalaksana penyakit dalam jangka

panjang, komplikasi, dan pencegahan (Silviana & Pramestutie, 2016).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 28 Oktober 2018 jumlah

penderita hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Polowijen

sebanyak 587 jiwa. Penyakit tidak menular masih menjadi problematika

hingga saat ini. Petugas puskesmas mengatakan bahwa mayoritas penderita

HT dan DM tipe 2 berusia 40-60 tahun ke atas. Berdasarkan data dari

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

5

puskesmas Polowijen yang menjadi anggota Prolanis serta rutin berkunjung

sebanyak 19 orang. Hal ini disebabkan karena tidak mudah untuk

mensosialisasikan program ini kepada masyarakat. Petugas puskesmas

mengatakan bahwa kurangnya kesadaran diri dan kurangnya pengetahuan

mengenai pentingnya program ini merupakan hambatan yang utama.

Kegiatan Prolanis ini diadakan 1 bulan sekali. Terdapat beberapa kegiatan di

Prolanis yaitu pengecekan tekanan darah dan gula darah, IMT, pendidikan

kesehatan, pemberian obat secara rutin dan senam Prolanis. Petugas

puskesmas mengatakan untuk semua penderita hipertensi dan DM disarankan

untuk mengikuti kegiatan Prolanis dengan tujuan agar kesehatan terkontrol

dengan maksimal.

Hasil studi pendahuluan mengenai Prolanis dan minat kunjungan

Prolanis ke puskesmas kepada 20 responden didapatkan hasil 11 orang tidak

mengetahui mengenai Prolanis, tidak mengikuti kegiatan dan tidak

mengetahui manfaat yang didapat setelah mengikuti program tersebut.

Sedangkan 9 orang mengetahui tentang Prolanis, mengikuti secara rutin

seluruh kegiatannya, dan mengetahui manfaat dari mengikuti program

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis) Dengan Minat Kunjungan ke Prolanis di wilayah

Puskesmas Polowijen, Malang”.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut: “Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan minat kunjungan ke

Prolanis di wilayah Puskesmas Polowijen, Malang”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Program Pengelolaan

Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah

Puskesmas Polowijen, Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM tipe 2 dan HT

tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

2. Untuk mengetahui minat kunjungan ke Prolanis.

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan

ke Prolanis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

pengetahuan masyarakat mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

7

(Prolanis) serta meningkatkan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah

Puskesmas Polowijen, Malang.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk melakukan

sosialisasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan dalam pelayanan

Prolanis di puskesmas.

b. Bagi Prolanis dan petugas Prolanis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dampak

positif untuk lebih meningkatkan pelayanan bagi petugas Prolanis dan

sebagai informasi bagi pemerintah agar lebih memperhatikan kesehatan

masyarakat serta sistem dari Prolanis.

c. Bagi penderita DM tipe 2 dan HT

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong penderita agar lebih aktif

untuk mengikuti berbagai kegiatan Prolanis yang diadakan di puskesmas.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk peneliti lain yang

meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan ke

Prolanis.

1.5 Keaslian penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, Elly L, Abdul R, K dengan judul

“Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Jumlah Kunjungan Peserta

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

8

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Minasa

Upa Kota Makassar”. Subjek penelitian sebanyak 51 orang. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Hasil dari penelitian ini adalah peserta prolanis yang tidak rutin

melakukan kunjungan dan kegiatan prolanis memicu timbulnya

komplikasi bagi penderita DM dan hipertensi sehingga tidak dapat

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang lebik baik.

Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada

penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini

tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan

kuesioner kepada masnyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.

Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,

Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Deiby, Herlina I.S.W dan Hedison P

dengan judul “Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penyandang

Hipertensi” menggunakan jenis penelitian eksperimental pre-post group

design. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling pada lansia

dengan diagnosis hipertensi di Klinik Husada Sario Manado. Sampel yang

digunakan sebanyak 25 lansia. Sebelum dilakukan senam prolanis

diadakan pengukuran tekanan darah kepada responden. Pada penelitian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

9

ini responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok senam prolanis

yang melakukan senam sebanyak 2x/seminggu dan kelompok senam

prolanis yang melakukan senam sebanyak 3x/seminggu. Setelah dilakukan

pelatihan selama 1 bulan, diukur tekanan darahnya kembali. Hasil dari

penelitian ini adalah adanya penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik pada kedua kelompok senam prolanis setelah dilakukan senam

prolanis selama 1 bulan.

Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada

penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini

tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan

kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.

Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,

Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Primahuda dan Untung Sujianto

meneliti mengenai “Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS dengan Stabilitas Gula

Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Babat Kabupaten

Lamongan”. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi analitik

dengan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif non-eksperimental.

Sampel yang bepartisipan sebanyak 82 responden. Pengambilan data

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

10

menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat kepatuhan maka semakin baik stabilitas gula darah

pasien.

Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada

penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini

tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan

kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.

Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,

Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

4. Penelitian yang dilakukan okeh Mahmud Killic, Tugba Uzuncakma, dan

Huseyin Ede melakukan penelitian mengenai “The Effect of Knowledge about

Hypertension on The Control High Blood Pressure”. Metode pada penelitian ini

adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 485 responden

dan dibagikan kuesioner serta suervei informasi pribadi yang sudah

disiapkan sesuai literatur. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar

subjek memiiki pengetahuan yang rendah atau tidak memadai mengenai

hipertensi, dua petiga dari subjek tidak menyiratkan modifikasi pola hidup

yang signifikan untuk hipertensi.

Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada

penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

11

pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini

tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan

kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.

Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,

Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Yee Cheng Kueh, Tony Morris, Erika, B,

et al. melakukan penelitian dengan judul “Modelling of Diabetes Knowledge,

Attitudes, Self- Management, and Quality of Life: a Cross Sectional Study with an

Australian Sample. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.

Sebanyak 291 peserta yang terdiri dari 192 laki- laki dan 99 perempuan

menjadi responden pada penelitian ini. Para responden mengisi kuesioner

mengenai pengetahuan DM, sikap, manajemen diri, dan QoL (Quality of

Life Scale). Hasil dari penelitian ini adalah Pengetahuan diabetes, sikap,

dan manajemen diri merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup di antara orang-orang dengan diabetes tipe 2.

Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada

penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini

tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan

kuesioner kepada masnyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45723/2/bab 1.pdf · 2019-04-04 · Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan penyakit kronis dapat

12

Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,

Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.