komunikasi pada pasien penyakit kronis

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan 1

Upload: vicky-ilda-viantini

Post on 14-Apr-2016

442 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara

sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi

terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.Suatu bentuk

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang

didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan

pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit

yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang

diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan

fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan

atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara

mandiri. Maka kebutuhan pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya

pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan

terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan

pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau

palliative care.

1

Page 2: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?

2. Apa penyebab dari penyakit kronis?

3. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?

4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis

2. Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis

3. Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk

terhadap pasien kronis.

4. Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis

dengan benar.

2

Page 3: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit

berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan

sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009)

Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu

bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan

dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatAn

yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa

penyakit kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang

lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan

contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan

yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord

pulmonal deases, penyakit arthritis.

1. Sifat penyakit kronik

Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik

mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :

a. Progresif

Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh

penyakit jantung.

b. Menetap

3

Page 4: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan

menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c. Kambuh

Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu  dengan

kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

2. Dampak penyakit kronis terhadap klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien

diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :

a. Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1. Klien menjadi pasif

2. Tergantung

3. Kekanak-kanakan

4. Merasa tidak nyaman

5. Bingung

6. Merasa menderita

b. Dampak somatic

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena

keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan

penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P

4

Page 5: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

3. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan

organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi

seksual).

4. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan

social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik

1. Persepsi klien terhadap situasi

2. Beratnya penyakit

3. Tersedianya support social

4. Temperamen dan kepribadian

5. Sikap dan tindakan lingkungan

6. Tersedianya fasilitas kesehatan

7. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon

Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

(Purwaningsih dan kartina, 2009).

a. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi

Tiap fase yang di alami oleh pasien kritis mempunyai

karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon

yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus

5

Page 6: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah

bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami

pasien.

b. Fase Denial ( pengikraran )

Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah

syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu

terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu

terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis,

akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang

terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare,

gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak

tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam

waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. Teknik komunikasi

yang di gunakan :

Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang

kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian

Selalu berada di dekat klien

Pertahankan kontak mata

c. Fase anger ( marah )

Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang

terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang

meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di

sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya

6

Page 7: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar,

menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak

becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka

merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan

kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..

hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek

d. Fase bargening ( tawar menawar )

Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya

secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan

memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata

kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu

berdoa “. apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka

pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan

anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi

kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada

pasien apa yang di ingnkan

e. Fase depression

Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik

diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang

sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan

keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di

perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo

7

Page 8: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

menurun. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba

menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan

kesedihannya.

f. Fase acceptance ( penerimaan )

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa

yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu

dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau

penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan

mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu

tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase

penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada

fase penerimaan. Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah

meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk

mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.

g. Menyampaikan berita buruk

langkah – langkahnya adalah :

1. Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan

berbagai macam informasi. Yang paling baik dalam

menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung

dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas

dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah

8

Page 9: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada

anda “ Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat

menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter dan orang yang

akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda

memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa.

Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak

semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.

Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi

anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda

terlihat normal, tidak erogi atau bergetar

2. Membuat hubungan

Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang

yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan

anda sampaikan. Beberapa tugas penting di awal ;

a. Percakapan awal

Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda,

jika di sana terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat

maka cari tahu siapa dia. Kaji status resipien ( orang yang anda

tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk) Tanyakan kabar atau

kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang

pemahaman resipien terhadap situasi.Hal ini akan membantu

perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar

buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi

9

Page 10: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan

pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?”

b. Berbagi cerita

Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang

radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya.

Bicara pelan

Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai

kabar yang kurang baik untuk anda....

Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek

saja.

Akibat dari berita

Tunggu reaksi dan tenang

Misal : menangis, pingsan dll

Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati

Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit

bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?

c. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya

Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol

dengan menanyakan “ apakah anda membutuhkan informasi

baru atau kita bisa bicara di kemudian? “Berikan perhatian dan

hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat.Sering kali

perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika

menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman

10

Page 11: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan

bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.

C. Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-

Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien

merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan

melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

3. Kehilangan situasi

Klien merasa kehilangan  situasi yang dinikmati sehari-hari bersama

keluarga kelompoknya

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh

seperti panas, nyeri, dll

5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal

ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

11

Page 12: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti

klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan

berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk

dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image)

peran serta identitasnya. Hal ini dapat  akan mempengaruhi idealism diri

dan harga diri rendah

8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

12

Page 13: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar

bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat

memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik

komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal.

Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa

dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi

model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan

perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk

klien.Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi

perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat

dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan

saat ini (here and now).Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan

pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan

hukuman.

B. Saran

Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang

sebenarnya secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu

menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat

13

Page 14: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf

atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak

menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan

masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal

hubungan dengan klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri

sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia

berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan

informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat

diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi

dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat

dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi

efek terapeutik kepada klien.

14

Page 15: Komunikasi Pada Pasien Penyakit Kronis

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kep.

Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC

http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html

15