bab i jadi

14
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Anatomi Fisiologi Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis: a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru. b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada. Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika pembentukan cairan oleh pleura parietalis melampaui batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis. Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil didalam cairan pleura. Selain itu, rongga pleura (ruang intrapleural) SISTEM RESPIRASI| 1

Upload: dezuka-sary

Post on 20-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I jadi

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi Fisiologi

Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan.

Membran ini menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis:

a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan

paru.

b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding

dada. Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang

memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen,

pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel.

Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah

yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura

viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika

pembentukan cairan oleh pleura parietalis melampaui batas pengambilan

yang dilakukan pleura viseralis. Rongga pleura adalah rongga potensial,

mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang

tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel

cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil didalam cairan

pleura. Selain itu, rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial

antara pleura parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan

pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat

mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan dalam rongga pleura lebih

rendah dari tekanan atmosfir sehingga mencegah terjadinya kolaps paru.

Jika pleura bermasalah seperti mengalami peradangan, maka udara atau

cairan dapat masuk kedalam rongga pleura. Hal tersebut dapat menyebab

kan peru-paru tertekan dan kolaps. Volume cairan pleura selalu konstan,

dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik sebesar 9 mmHg , diproduksi oleh

pleura parietalis, serta tekanan koloid osmotik sebesar 10 mmHg yang

selanjutnya akan diabsorbsi oleh pleura viseralis.

| 1

Page 2: BAB I jadi

Penyebab akumulasi cairan pleura adalah sebagai berikut :

1) Menurunnya tekanan koloid osmotik (hipolbuminemia)

2) Meningkatnya permeabilitas kapiler (radang, neoplasma)

3) Meningkatnya tekanan hidrostatik (gagal jantung)

4) Meningkatnya tekanan negatif intrapleura (atelektasis) limfosit,

makrofag dan sel mesotel.

Sel polimorphonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah

yang sangat kecil didalam cairan pleura.

2. Definisi

3. Etiologi

4. Manifestasi Klinis

5. Pathofisiologi dan Pathway

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. EKG: Menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti; penurunan

atau datarnya gelombang T, menunjukkan cedera; dan adanya gelombang Q,

necrosis berarti.

b. Enzim jantung dan iso enzim: CPK-MB (isoenzim yang ditemukan pada otot

jantung) meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali

normal dalam 36-48 jam. LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam

24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST(aspartat

amonitransferase) meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,

memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.

c. Elektrolit: Ketidakseimbangan dapat memepengaruhi konduksi dan dapat

mempengaruhi kontraktilitas, conth hipokalemia/hiperkalemia.

d. Sel darah putih: Leukosit (10.000-20.000)biasanya tampak pada hari kedua

setelah IM sehubungan dengan proses infalamasi.

| 2

Page 3: BAB I jadi

e. Kecepatan sedimentasi: meningkat pada hari ke 2-3 setelah MI,

menunjukkan inflamasi.

f. Kimia: Mungkin normal tergantung abnormal fungsi/perfusi organ aku/kronis.

g. GDA/Oksimetri nadi: Dapat menunjukkan ipoksia atau proses penyakit paru

akut/kronis.

h. Kolesterol/Trigeliserida serum: Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis

sebagai penyebab IM.

i. Foto dada: Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga

GJK atau aneurisma ventricular.

j. Ekokardiogram: Mungkin dilakukan untuk menentukan dimensi serambi,

gerakan katup/dinding ventikular, dan konfigurasi/fungsi katup.

k. Pemeriksaan pencitraan nuklir

1) Thalium: mengevaluasi aliran darah miokardia dan status sel miokardia,

contoh lokasi/luasnya IM akut/sebelumnya.

2) Technetium: terkumpul dalam sel iskemi disekitar area nekrotik.

l. Pencitraan darah jantung/MUGA: Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus

dan umum, gerakkan dinding regional, dan fraksi ejeksi (aliran darah).

m. Angiografi koroner: Menggambarkan penyempitan/sumbatan arteri koroner

dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi

dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu

dilakukan pada fase akut IM kecuali mendekati bedah jantung

angioplastic/emergensi.

n. Digital subtraction angiography (DSA): teknik yang digunakan untuk

menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit

arteri perifer.

o. Nuclear magnetic resonance (NMR): Memungkinkan visualisasi aliran darah,

serambi jantung/katup ventrikel, katup, lesi vaskuler, pembentukan plak, area

necrosis/infark, dan bekuan darah.

p. Tes stres olahraga: Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

(sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase

penyembuhan).

| 3

Page 4: BAB I jadi

7. PENATALAKSANAAN

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEERAWATAN

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan, tebal

sekresi kental.

Tujuan:

a. Ventelasi/oksigen adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

b. Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.

c. Bebas infeksi

d. Proses penyakit/prognosis dan program terapri dipahami.

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih dan jelas.

b. Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya batuk

efektif.

Intervensi Rasional

a. Observasi karakteristik batuk

b. Kaji/pantau frekuensi

pernafasan. Catat rasio

inspiratif/ekspiratif

a. Bantu tindakan untuk memperbaiki

keefektifan upaya batuk. Batuk

dapat menetap tapi tidak

efektif.batuk paling efektif pada

posisi duduk tinggi atau kepala

dibawah setelah perkusi dada

b. Takipnea biasanya ada pada

beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerima atau sela

| 4

Page 5: BAB I jadi

c. Tingkatkan masukan cairan

sampai 3000 ml/hari sesuai

toleransi jantung.berikan air

hangat. Anjurkan masukan

cairan anatar, sebagai pengganti

makanan.

d. Kolaborasi berikanobat sesuai

indikasi seperti kromolin(intal,

flunisolidin ( aerobid)

stress/adanya proses infeksi akut.

c. Hidrasi membantu menurunkan

kekentalan sekret, mempermudah

pen geluaran. Cairan selama makan

dapat meningkatan distensi gaster

dan tekanan pada diafragma.

d. Menurunkan inflamasi jalan nafas

lokal dan edema dengan

menghambat efek histamin dan

mediator lain.

Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh

berhuungn dengan kondisi yang mempengaruhi masukan nutrisi atau

peninkatan kebutuhan nutrien/kebutuhan metabolik.

Tujuan:

a. Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu

b. Komplikasi tercegah/diminimalkan.

c. Kelelahan yang dihilangkan

Kriteria Hasil:

a. Berat badan stabil

b. Penambahan berat badan secara progresif

c. Tidak ada tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

a. Kaji status nutrisi secara

kintinu,selama perawatan setiap

hari.

b. Ciptakan lingkungan optimal.

c. Berikan makan sedikit tapi

sering.

a. Memberi kesempatan untuk

mengobservai penyimpangan dari

normal atau dasar pasien dan

mempengaruhi pilihan intervensi.

b. Mendorong upaya pasien untuk

makan ,menurunkan anoreksia dan

memperkenalkan kesenangan sosial

| 5

Page 6: BAB I jadi

d. Kolaborasi dengan tim nutrisi biasanya berkenaan dengan waktu

makan.

c. Meningkatkan hasrat pada makanan

dan jumlah masukan.

d. Membantu dalam identifikasi defisit

nutrien dan kebutuhan terhadap

intervensi nutrisi parenteral/enteral

Diagnosa Keperawatan: Trauma/penghentian nafas, resiko tinggi

berhubungan dengan penyakit saat ini, proses cedera.

Tujuan:

a. Ventilasi/oksigenasi adekuat dipertahankankan

b. Komplikasi dicegah/diatasi

Kriteria hasil:

a. Mengenal kebutuhan atau mencari bantuan untuk mencegah komplikasi.

b. Pemberi perawatan akan : memperbaiki/ menghindari dari lingkungan dan

bahaya fisik.

Intervensi Rasional

a. Observasi tanda distres

pernafasan bila kateter torak

dilepas atau dicabut.

b. Pasangkan kateter torak

kedinding dada berikan panjang

selang ekstra sebelum

memindahkan atau mengubah

posisi pasien.

c. Anjurkan pasien untuk

menghindari berbaring atau

menarik selang.

d. Kaji dengan pasien

tujuan/fungsi unit drainase

a. Pneumothorak dapat terulang karena

mempengaruhi fungsi pernafasan

dan memerlukan intervensi darurat.

b. Mencegah terlepasnya kateter dada

atau slang yang terlipat dan menurun.

c. Menurunkan resiko obstruksi

drainase atau terlepasnya selang.

d. Informasi tentang bagaimana sistem

bekerja memberikan kenyamanan

| 6

Page 7: BAB I jadi

dada, catat gambaran

keamanan.

e. Kolaborasi untuk pemberian

analgetik.

dan menurunkan ansietas pasien.

e. Mengontrol nyeri dan memblok jalan

rangsang nyeri.

Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

informasitentang penyakitnya.

Tujuan:

Proses penyakit/prognosis dan kebutuhan terapi dipahami.

Kriteria hasil:

a. Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses preoperasi dan

harapan pascaoperasi .

b. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan .

c. Memulai perubahan gaya hidup yang diperluakan.

Intervensi Rasional

a. Kaji tingkat pemahaman pasien.

Beri fasilitas perencanaan

program pengajaran

pascaoprasi.

b. Jelaskan proses penyakit

individu.

a. Diskusi pentingnya mengikuti

perawatan medik (Foto Thoraks dan

kultur sputum). Pengawasan proses

penyakit untuk membuata program

therapy

b. Menurunkan ansietas dan dapat

menimbulkan perbaikan Gunakan

sumber-sumber bahan pengajaran,

auiovisual sesuai keadaan. Bahan

yang dibuat secara khusus akan

dapat memenuhi dapat memenuhi

kebutuhan pasien untuk belajar.

4. Implementasi

| 7

Page 8: BAB I jadi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat.

5. Evaluasi

a. Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan, tebal sekresi kental.

1) Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih dan

jelas.

2) Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya

batuk efektif

b. Diagnosa 2: Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh berhuungn

dengan kondisi yang mempengaruhi masukan nutrisi atau peninkatan

kebutuhan nutrien/kebutuhan metabolik

1) Berat badan stabil.

2) Penambahan berat badan secara progresif.

3) Tidak ada tanda malnutrisi.

c. Diagnosa 3 Trauma/ penghentian nafas , resiko tinggi berhubungan dengan

penyakit saat ini, proses cedera.

1) Tidak terjadinya komplikasi.

2) Pasien dapat memperbaiki/ menghindari dari lingkungan dan bahaya

fisik

d. Diagnosa 4 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

tentang penyakitnya

1) Dapat Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses preoperasi

dan harapan pascaoperasi .

2) Dapat Melakukan prosedur yang diperlukan

3) Dapat menjelaskan alasan dari suatu tindakan .

4) Pasien dapat memulai perubahan gaya hidup yang diperluakan.

| 8

Page 9: BAB I jadi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Empyema adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan

terinfeksi atau pus pada kavitas pleural, di mana adanya proses sufuratif pada

rongga pleura.cairan pleura adalah encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi

sering kali menjadi stadium fibropuluren dan akhirnya sampai pada keadaan di

mana paru-paru tertutup oleh membrane esudat yang kental. Hal ini dapat terjadi

jika abses paru meluas samapi rongga pleura.

B. SARAN

Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan

guna memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.

| 9

Page 10: BAB I jadi

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C.2007. Buku Ajar Kedokteran. Edisi 11, Jakarta:EGC.

Price, Sylvia. A. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, SuzanneC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah B runner

& Suddarth Edisi 8. Jakarta:EGC.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

| 10