bab i-iv

116
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015. Dalam rangka menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia, pada tahun 2000 pemerintah merancang Making Pregnancy Safer (MPS) dimana diharapkan kehamilan dan persalinan di Indonesia dapat berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat salah satunya melalui persalinan operasi sectio caesarea (Depkes, 2009). Menurut World Health Organization (WHO), standar rata-rata sectio caesarea di sebuah negara adalah

Upload: eendrick

Post on 15-Dec-2014

591 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-IV

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs)

yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada

tahun 2015. Dalam rangka menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) di

Indonesia, pada tahun 2000 pemerintah merancang Making Pregnancy

Safer (MPS) dimana diharapkan kehamilan dan persalinan di Indonesia

dapat berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat salah

satunya melalui persalinan operasi sectio caesarea (Depkes, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), standar rata-rata

sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di rumah sakit

pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih

dari 30% (Dewi P, 2007).

Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara berkembang

melonjak pesat. Pada tahun 70-an permintaan sectio caesarea adalah

sebesar 5%, kini lebih dari 50% ibu hamil menginginkan operasi sectio

caesarea (Judhita, 2009).

1

Page 2: BAB I-IV

2

Saat ini persalinan dengan sectio caesarea bukan hal yang baru

lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini

terbukti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesarea di

Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat

dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan

dengan proses sectio caesaria (Kasdu, 2003). Peningkatan persalinan

dengan sectio caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi

dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang

didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya anti biotika.

Menurut survey yang dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A.

Basalamah, pada 64 rumah sakit di Jakarta menunjukkan dari 17.665

kelahiran, sebanyak 35,7 sampai 55,3 % melahirkan dengan operasi

sesar. Data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2000,

menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 per bulan, 30

% diantaranya merupakan persalinan sesar (Kasdu, 2003).

RSUD Kabupaten Bekasi merupakan salah satu rumah sakit

pemerintah yang berkembang di Jalan Teuku Umar, Desa Wanasari,

Cibitung. Angka kejadian operasi sectio caesarea di rumah sakit ini

mencapai 582 (51,6%.) dari 1127 ibu yang menjalani persalinan pada

tahun 2011. Sedangkan jumlah pasien yang melakukan sectio caesarea

pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2012 adalah

sebanyak 89 orang (Profil RSUD Kab. Bekasi, 2012).

Page 3: BAB I-IV

3

Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan harus

dipersiapkan dengan baik. Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan

anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap yang harus

dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan mental dan

fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan

pada pada hari operasi. Tahap penatalaksanaan anestesi yang terdiri dari

premedikasi, masa anestesi dan pemeliharaan. Serta tahap pemulihan

dan perawatan setelah anestesi.

Sectio caesarea merupakan salah satu tindakan operasi mayor

sehingga setiap ibu yang akan menjalani operasi itu pasti merasa cemas

karena akan mengalami pembedahan pada bagian perut dengan irisan

yang lebar dan dalam. Di dalam proses persalinan membutuhkan

tindakan anestesi karena nyeri sangat mungkin terjadi saat persalinan

berlangsung. Nyeri karena persalinan terjadi karena kontraksi uterus,

dilatasi servik, tindakan dalam persalinan seperti ekstraksi cunam,

vakum, versi dalam, versi luar, dan bedah caesar sehingga

membutuhkan anestesi.

Operasi sectio caesarea adalah tindakan medis untuk membantu

menurunkan angka mortalitas. Banyak kasus yang ditemukan yang

menghambat persalinan normal sehingga menjadi indikasi bagi ibu

untuk menjalani operasi sectio caesarea. Dalam menghadapi operasi

ini, faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi lancar atau tidaknya suatu proses persalinan.

Page 4: BAB I-IV

4

Menurut Barbara (1996) tindakan operasi seperti sectio caesarea

merupakan salah satu bentuk intervensi medis terencana yang biasanya

berlangsung lama, dan memerlukan pengendalian pernafasan, sehingga

sangat beresiko terhadap keselamatan jiwa seseorang dan dapat

membuat pasien maupun keluarga cemas.

Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

seseorang mengambil tindakan guna menghadapi ancaman (Ibrahim,

2012). Kecemasan juga dapat diartikan sebagai respons emosional

terhadap penilaian individu yang subjektif sebagaimana keadaannya

dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui penyebabnya.

Selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering

mengalami kecemasan. Namun tingkat kecemasannya berbeda-beda dan

tergantung pada sejauh mana ibu hamil akan mempersepsikan

kehamilannya (Pieter, 2010).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam

menghadapi persalinan antara lain: umur, paritas, pendidikan,

pekerjaan, (Stuart & Sundeen, 2008).

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai manfaat kunjungan Ante

Natal Care (ANC) juga dapat mengakibatkan kecemasan pada saat

proses persalinan normal maupun operasi caeasarea. Dan sudah dapat

dipastikan ibu yang tidak tahu akan proses dalam persalinan akan

mengalami kecemasan lebih tinggi daripada ibu yang tahu tentang

Page 5: BAB I-IV

5

proses persalinan. Ada berbagai alasan ibu hamil tidak melakukan

pemeriksaan kehamilanya antara lain karena sosial ekonomi yang

rendah, pendidikan yang masih rendah, adanya kepercayaan penduduk

yang salah tetapi masih diyakini sebagai suatu kebenaran, jarak yang

jauh antara pemukiman warga dan tempat pelayanan kesehatan.

Dampingan sosial terutama suami yang memberikan dampingan

informasi sangat berpengaruh pada persepsi istri terhadap proses

persalinan khususnya ibu yang akan melahirkan serta dapat

memberikan dorongan fisik dan moral bagi ibu yang melahirkan,

sehingga ibu akan merasa lebih tentram (Helen, 1999).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data persalinan dengan tindakan sectio caesarea di

RSUD Kabupaten Bekasi pada tahun 2011 yang mencapai 51.64%.

serta mengingat sectio caesarea merupakan salah satu tindakan operasi

mayor sehingga setiap ibu yang akan menjalani operasi itu pasti merasa

cemas karena akan mengalami pembedahan pada bagian perut dengan

irisan yang lebar dan dalam sehingga mempengaruhi situasi emosional

pasien maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan

merumuskan permasalahan tentang faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan

tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Bekasi tahun 2012?

Page 6: BAB I-IV

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu sebelum

melahirkan dengan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum

Daerah Bekasi tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara faktor umur dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor paritas dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pendidikan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

Page 7: BAB I-IV

7

f. Untuk mengetahui hubungan antara faktor dukungan keluarga

dengan kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan tambahan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan Selanjutnya dapat

menjadi bahan perbandingan untuk dikaji lebih jauh lagi sebagai

dasar untuk penelitian lebih lanjut bagi institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu Hamil

Sebagai tambahan pengetahuan ibu hamil khususnya pada ibu

yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan.

b. Bagi RSUD Kabupaten Bekasi

Sebagai masukan dan bahan bacaan perpustakaan khususnya

untuk tenaga kesehatan di RSUD Kabupeten Bekasi untuk

menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea, sehingga mampu untuk memberikan intervensi

keperawatan yang tepat untuk menurunkan kecemasan.

Page 8: BAB I-IV

8

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan perpustakaan dan untuk menambah

referensi juga sebagai landasan peneliti lain untuk meneruskan

penelitian.

d. Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi.

Sebagai referensi bacaan untuk dijadikan acuan dalam

penyusunan proposal dan tugas akhir.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi ibu sebelum melahirkan dengan

tindakan sectio caesarea, penelitian ini memakai data primer yang diuji

langsung pada responden melalui kuesioner di RSUD Kabupaten

Bekasi pada tahun 2012.

Dalam penelitian ini membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai

berikut:

1. Sifat penelitian : Analitik Kuantitatif

2. Subjek penelitian : Semua ibu hamil yang akan menjalani operasi

sectio caesarea dan juga yang pernah menjalani operasi sectio

caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun

2012.

Page 9: BAB I-IV

9

3. Objek penelitian : Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio

caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun

2012.

4. Waktu penelitian : dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012

Page 10: BAB I-IV

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam sehingga

memungkinkan seseorang mengambil tindakan guna menghadapi

ancaman (Ibrahim, 2012).

Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu

pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental, kesukaran dan

tekanan yang menyertai suatu konflik atau fenomena yang sangat

tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan

(Stuart & Sundeen, 2008).

Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu

tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat

disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai

mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal

kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan

yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

(Alwisol, 2005).

10

Page 11: BAB I-IV

11

Kecemasan adalah emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan

kehamilan yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin sebagai

emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stressor, yang bisa

menjadi masalah apabila berlebihan. Seseorang akan menderita

gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu

mengatasi tekanan psikososial yang dihadapinya (Hawari, 2006).

Gangguan cemas disebabkan oleh situasi atau objek yang

sebenarnya tidak membahayakan yang mengakibatkan situasi atau

objek tersebut dihindari secara khusus atau dihadapi dengan

perasaan terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun

mengetahui bahwa orang lain menganggap tidak berbahaya atau

mengancam (Ibrahim, 2012).

Kecemasan dapat muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Gangguan Obsesif-Kompulsif

Melakukan pertimbangan, kesan atau rangsangan secara

berulang kali dan dilakukan melalui elaborasi dan sering kali

membahayakan.

b. Gangguan stress pasca-trauma

Gangguan ini terjadi secara berulang, yang disebabkan oleh

kecemasan sebagai akibat peristiwa mengerikan yang pernah

dialaminya.

Page 12: BAB I-IV

12

c. Gangguan panic

Serangan tidak dapat diduga muncul dalam bentuk

kecemasan akut, yang berlangsung dalam waktu 10 menit. panik

terjadi dalam situasi keluarga atau hal lain misalnya keramaian

atau situasi lainnya dalam elevator (tangga berjalan).

Kepanikan merupakan episode kecemasan yang ekstrim

dalam merespon suatu ancaman yang nyata. Kepanikan

memperlihatkan gejala antara lain : keluhan sakit di dada,

keringat, demam, nafas pendek, sakit kepala atau perasaan aneh

dan takut kehilangan pengawasan pada dirinya (Ibrahim, 2012).

2. Teori Kecemasan

(Stauart & sundeen, 1998) menyatakan ada beberapa teori yang

telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan diantaranya :

a. Faktor predisposisi

1) Teori Psioanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive seseorang. Sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau

aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang

Page 13: BAB I-IV

13

bertentangan, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

2) Teori interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada

permintaan dan penolakan interpersonal. Cemas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, misalnya

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kelemahan spesifik. Orang yang dengan harga diri rendah

terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang

berat.

3) Teori perilaku

Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap

ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari dari kepedihan.

Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang

terbiasa dalam kehidupan dalam dirinya diharapkan pada

kekuatan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas

pada kehidupan selanjutnya.

Menurut Green dalam (Notoatmojo, 2007). Perilaku

adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan

tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun

Page 14: BAB I-IV

14

tanpa sadar. Green menempatkan akar perilaku dalam

kelompok faktor, yaitu :

a) Faktor pendorong (predisposing),

Adalah faktor pencetus timbulnya perilaku, pikiran

dan motivasi untuk berperilaku yang meliputi

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan

persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu

untuk berperilaku.

b) Faktor pemungkin (enabling)

Adalah faktor yang memungkinkan timbulnya

perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi

kenyataan. Termasuk di dalamnya adalah lingkungan

fisik dan sumber-sumbernya yang ada di masyarakat.

c) Faktor penguat (reinforcing)

Adalah faktor yang merupakan sumber

pembentukan perilaku yang berasal dari orang lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku, seperti

misalnya keluarga, teman dan guru.

b. Faktor presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan

pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.

Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi

dan hubungan interpersonal.

Page 15: BAB I-IV

15

3. Etiologi Kecemasan

Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan

super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive,

sedangkan super ego menceminkan hati nurani dan dikendalikan

oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan

dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas

adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. (Stuart, 2007).

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau

eksternal dan Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua

jenis yaitu :

a. Ancaman pada integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini,

stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor

yang dapat menyebabkan gangguan fisik. Sedangkan yang

menjadi sumber internalnya adalah kegagalan mekanisme

fisiologi tubuh.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi

seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu

kehilangan orang yang berarti dan ancaman yang berasal dari

Page 16: BAB I-IV

16

sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal

dirumah, tempat kerja, atau menerima peran baru.

4. Macam-macam Kecemasan

Menurut Frued dalam Stuart & Sundeen (1998) ada dua tipe

kecemasan :

a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi lahir akibat

stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian

berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas

akibat kelaparan dan kehausan. Penyebab kecemasan primer

adalah ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor

internal.

Gejala – gejala :

- Perasaan takut

- Mudah berdebar-debar

- perasaan payah (lemah, lesu)

- Tachy cardi

- Hypertensi sifatnya sistolik

- Polyuri (sering kencing)

- Perasaan tersumbat di tenggorokan

b. Kecemasan subsekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, frued melihat ada

jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen

Page 17: BAB I-IV

17

kepribadian yaitu id dan superego berada dalam kondisi bahaya

atau kecemasan timbul untuk sebab yang tidak disadari justru

kecemasan akan bertambah.

Gejala – gejala :

- Sakit kepala

- Keluhan – keluhan gastro interistal

- Kelelahan

- Pada pemeriksaan fisik lengkap tidak ditemukan kelaianan

apapun

5. Tingkat Kecemasan

a. Kecemasan ringan : Berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu

menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.

Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas.

b. Kecemasan sedang : Memungkinkan individu untuk berfokus

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.

Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian, individu mengalami tidak perhatian yang tidak

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat : Sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan

Page 18: BAB I-IV

18

spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk satu masalah.

d. Panik : panik berhubungan dengan ketakutan dan teror, Karena

mengalami kehilangan kendali, orang yang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik

melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpangkan

kehilangan pikiran yang rasional. Tanda dan gejala yang terjadi

pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, hiperaktif, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

Gambar 2.1Rentang Respon Kecemasan

Adaftif Mal adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat panic

Sumber Stuart & Sundeen 1998.

Page 19: BAB I-IV

19

B. Kecemasan Pre-Operasi

1. Definisi

Pre berarti sebelum, dan operasi berarti suatu tindakan

pembedahan. Pre-operasi berarti suatu keadaan sebelum dilakukan

tindakan operasi. Tujuan utama adalah untuk mengadakan penilaian

sebelum pembedahan atau pre-operasi, untuk mengenali masalah

atau persoalan yang menyangkut resiko pembedahan (Schrock,

1995).

Kecemasan pasien menghadapi pre-operasi adalah kecemasan

terhadap masalah menjelang pelaksanaan operasi yang akan

dihadapi pasien dimana merupakan suatu perasaan yang tidak

menyenangkan dan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang

menimbulkan stress dan konflik, bersifat subyektif, dan timbul

karena individu merasa dirinya menghadapi ketegangan. Kecemasan

pasien pre-operasi termasuk state anxiety yaitu gejala kecemasan

yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu. Situasi-

situasi ini akan menyebabkan individu mengalami kecemasan dan

gejalanya akan selalu tetap tampak selama situasi tersebut ada.

Pada kecemasan pre-operasi sering ditandai oleh perasaan

tegang, apprehension, gelisah dan perasaan khawatir, pada anak-

anak juga mengalami ketakutan berpisah dengan orangtua dan

lingkungan rumah, kehilangan kontrol yang sering disebabkan

Page 20: BAB I-IV

20

karena rutinitas rumah sakit yang kurang familier, instrumen

pembedahan dan prosedur rumah sakit.

2. Deskripsi Kecemasan Pasien Pre-Operasi

Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan

kecemasan pada pasien walaupun respon individu terhadap tindakan

tersebut berbeda-beda. Beberapa pasien menyatakan takut dan

menolak dilakukan tindakan pembedahan, tetapi klien mengatakan

tidak tahu yang menjadi penyebabnya, namun ada juga beberapa

pasien yang menyatakan ketakutannya dengan jelas dan spesifik

(Long, 2008).

Menurut Smeltzer & Bare (2002), segala bentuk prosedur

pembedahan selalu dilalui dengan reaksi emosional klien baik

tersembunyi atau jelas, normal dan abnormal. Kecemasan pasien

pre-operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu

pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap

perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupannya.

Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan

operasi, oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan

yang dialami pasien. Kecemasan dan reaksi ini bisa didasarkan pada

banyak faktor yang meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-

perubahan yang diantisipasi baik fisik, finansial, psikologi, spiritual,

sosial dan akhir dari pembedahan tersebut.

Page 21: BAB I-IV

21

3. Manifestasi Kecemasan

Kecemasan mempunyai gejala baik secara fisiologis,

emosional, maupun kognitif. Gejala secara fisiologis meliputi

peningkatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan

frekuensi napas, mata bergetar gemetar, mual, sering kencing, badan

terasa sakit, pusing, panas dingin.

Gejala cemas secara emosional ditandai dengan individu

mengatakan merasa takut, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan

kontrol, tegang, tidak dapat rileks dan antisipasi kemalangan. Selain

itu individu juga memperlihatkan peka rangsang tidak sabar, marah

meledak-ledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain,

reaksi terkejut, mengkritik diri sendiri dan orang lain. Sedangkan

berdasarkan reaksi kognitif kecemasan ditandai dengan tidak

mampu konsentrasi, disorientasi lingkungan, pelupa, termenung,

orientasi masa lalu, dan pada saat ini serta masa yang akan datang.

Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang

pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan

frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah dan

peningkatan suhu tubuh, relaksasi otot polos pada kandung kemih

dan usus, kulit dingin dan lembab, peningkatan respirasi, dilatasi

pupil, dan mulut kering (Smeltzer & Bare, 2002).

Page 22: BAB I-IV

22

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi :

1) Faktor eksternal

a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma

fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

b) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas

diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta

perubahan peran (Stuart & Sundeen, 1998).

2) Faktor ineternal

Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu

dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan

oleh :

a) Potensi Stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan

seseorang sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan

adaptasi.

b) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan keperibadian lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena

individu matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar

terhadap kecemasan.

Page 23: BAB I-IV

23

c) Pendidikan dan status ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah

pada seseorang akan menyebabkn orang tersebut mudah

mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan dapat

berpengaruh terhadap kemampuan berfikir. Semakin tinggi

tingkat pendidikan akan semakin muadah berfikir rasional

dan menangkap informasi baru termasuk dalam

menguraikan masalah yang baru.

d) Keadaan fisik

Seseorang mengalami gangguan fisik seperti cidera akan

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik, di samping

itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami

kecemasan.

e) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang yang

berkepribadian B. Adapun ciri-ciri orang yang

berkepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius,

ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah

gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot

mudah tegang. Sedangkan orang yang berkepribadian B

memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian

Page 24: BAB I-IV

24

A, karena tipe B adalah orang yang penyabar, tenang teliti

dam rutinitas.

f) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata

lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia

berada di lingkungan yang bisa dia tempati.

g) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata

lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan

daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang

berpendapat sebaliknya.

h) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cenmas

yang ditandai kecemasan yang spontan dan episodik.

Gangguan ini lebih sering dialami wanita dibanding dengan

pria.

C. Faktor yang menyebabkan kecemasan sebelum melahirkan

1. Umur

Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam

penyelidikan epidemilogi, yaitu pada angka kesulitan ataupun angka

kematian (Notoatmodjo, 2003).

Page 25: BAB I-IV

25

a. Usia < 19 Tahun

Usia muda dianggap beresiko bagi kehamilan pada ibu

yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum siap

secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umunya remaja belum

siap menjadi ibu. Secara fisik, karena beberapa organ reproduksi

remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk

menanggung beban kehamilanya.

b. Usia 20 – 35 tahun

Umur reproduksi sehat pada seseorang wanita berkisar

antara 20-35 tahun, artinya melahirkan setelah 20 tahun, jarak

persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah

umur 35 tahun. Wanita di usia ini dianggap ideal untuk

menjalani kehamilan dan persalinan karena pada usia ini kondisi

fisik pada wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu

memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk

kehamilan. Secara psikis, kondisi mental ibu telah siap, yang

berdampak pada prilaku merawat dan menjaga kehamilanya

secara hati-hati.

c. Usia ≥ 35 tahun

Usia ≥ 35 tahun maka kehamilanya dianggap rawan karena

fungsi organ reproduksi sudah menurun sehingga

mengakibatkan pendarahan yang menyebabkan tingkat

morbiditas dan mortalitas meningkat.

Page 26: BAB I-IV

26

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak keseluruhan pada ibu baik yang

hidup ataupun yang meninggal. Ibu hamil yang akan melahirkan

anak semakin sering ibu melahirkan semakin banyak, pengalaman

yang diperoleh tentang metode merawat bayi (Hurlock, 1999).

Pembagian paritas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Paritas 1 ( ≥ 3 anak) mempunyai angka kematian maternal

lebih tinggi, karena lebih tinggi paritas lebih tinggi akan

kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani

dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada

paritas tinggi dapat dicegah dengan keluarga berencana.

Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan.

b. Paritas 2-3 (≤ 2 anak) merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal (Prawirohardjo, 2006)

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh

kembang seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan

pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi

kualitas pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Page 27: BAB I-IV

27

untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru (Notoatmodjo,

2003).

Pengetahuan ibu yang pendidikanya tinggi atau ≥ SLTA akan

lebih siap untuk menghadapi persalinan di banding dengan ibu

hamil yang pendidikanya rendah atau ≤ SLTP.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari

dalam kehidupanya. Pengalaman dan pendidikan seseoarang dari

sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang.

Hurlock mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan dalam

diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan. (Hurlock,

1999). Di ketahui ibu yang bekerja lebih aktif di banding dengan ibu

yang tidak bekerja atau ibu yang bekerja lebih stabil di banding ibu

yang tidak bekerja.

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

waktunya penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran, dan indera pengelihatan. Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

Page 28: BAB I-IV

28

berbeda-beda.secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahuinya tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubunggan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu

sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk aedes agepty

Page 29: BAB I-IV

29

dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart)

siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan sesorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau

kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,

dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah

dibaca.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyakarat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,

seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi

keluarga, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010).

Page 30: BAB I-IV

30

6. Dukungan Keluarga

Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi tidak

akan mudah menilai situasi dengan kecemasan, karena wanita hamil

dengan kondisi demikian tahu bahwa akan ada keluarganya yang

membantu. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi

akan mengubah respon terhadap sumber kecemasan dan pergi

kepada keluarganya untuk mencurahkan isi hatinya. Pada penelitian

ini juga didapatkan sumbangan dukungan suami terhadap

kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran. Suami atau orang

terdekat yang memberikan dorongan fisik dan moral bagi ibu yang

melahirkan, sehingga ibu akan merasa lebih tentram (Ferrer Helen,

1999 ).

D. Persalinan

1. Persalinan dan persalinan sectio caesarea

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses

dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42) minggu, lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

Page 31: BAB I-IV

31

18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

(Prawirohardjo, 2006).

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, palsenta, dan

membrane dari dalam perut Rahim melalui jalan lahir (Bobak,

2005). Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang

memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk

dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir atau jalan lain yang

disebabkan dapat memberikan dampak buruk bagi ibu dan janin jika

proses melahirkan melalui jalan lahir. Persalinan sectio caesarea

dapat menjadi tindakan alternatif jika proses persalinan secara

normal memberikan dampak buruk bagi ibu dan janinnya. Sectio

caesarea adalah penanganan yang tepat untuk gangguan janin yang

disebabkan karena kelahiran pervaginam tidak segera terjadi

(Hacker & Moore, 2001).

Menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak

dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus

abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau

lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina

akan mengarah pada komplikasi, kendati cara ini semakin umum

sebagai pengganti kelahiran normal (Dewi Y, 2007).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan

operasi Caesarea (SC) adalah Pembedahan untuk melahirkan janin

dari dalam Rahim dengan membuka dinding perut dan dinding

Page 32: BAB I-IV

32

uterus dengan membuat sayatan melalui dinding depan perut dan

vagina.

2. Jenis insisi

Menurut Liu (2007), jenis insisi pada sectio caesarea ada dua

macam, yaitu:

a. Insisi abdominal

1) Insisi garis tengah

Insisi ini mudah dan cepat dengan perdarahan minimal.

Berguna jika akses ke segmen bawah sulit dilakukan,

contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid segmen

bawah anterior.

2) Insisi transversal

Insisi transversal merupakan insisi pilihan saat ini.

Insisi ini secara kosmetik memuaskan, lebih sedikit

menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit ketidaknyaman,

dan memungkinkan mobilitas pasca operasi yang lebih baik.

b. Insisi uterus

1) Sectio caesarea segmen bawah (profunda) Insisi ini adalah

pendekatan yang lazim digunakan. Insisi transversal

dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.

Page 33: BAB I-IV

33

2) Sectio caesarea klasik (korporal) Insisi ini ditempatkan

secara vertikal di garis tengah uterus kira-kira sepanjang 10

cm.

3) Insisi Kronig Gellhorn Beck Insisi ini adalah insisi garis

tengah pada segmen bawah yang digunakan pada kelahiran

prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk

atau dalam keadaan terdapatnya perluasan ke segmen uterus

bagian atas yang dilakukan untuk memberi lebih banyak

akses.

3. Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio

Caesarea antara lain:

a. Faktor janin

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant

baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir,

umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan dikarenakan

ibu menderita kencing manis. Apabila dibiarkan terlalu lama

di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.

2) Kelainan letak janin

Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak

sungsang dan letak lintang. Letak sungsang yaitu letak

memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin

merupakan kutub bawah. Sedangkan letak lintang terjadi

Page 34: BAB I-IV

34

bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus

dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena seringkali

bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas Panggul), malposisi ini

disebut juga prensentasi bahu.

3) Ancaman gawat janin

Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan

membuat untuk segera dilakukannya operasi. Apabila

ditambah dengan kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

pada saat belum lahir Janin mendapat oksigen (O2) dari

ibunya melalui tali pusat. Apabila terjadi gngguan pada tali

pusat (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi), serta pada

tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi), maka

suplai oksigen (O2) yang disalurkan ke bayi akan berkurang

pula. Akibatnya janin akan tercekik karena kehabisan nafas.

Kondisi ini dapat menyebabkan janin mengalami kerusakan

otak bahkan tidak jarang meninggal dalam Rahim. Apabila

proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah

casarea  merupakan jalan keluar satu-satunya.

4) Janin Abnormal

Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan

hidrosepalus dapat menyababkan pengeluaran bayi

terhambat dan sulit untuk keluar sehingga dokter akan

memutuskan dilakukan tindakan operasi.

Page 35: BAB I-IV

35

5) Faktor Plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat

menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin

sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi

yaitu plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir), solutio

Plasenta (plasenta lepas), plasenta accrete (plasenta

menempel kuat pada dinding uterus), Vasa previa (kelainan

perkembangan plasenta).

6) Kelainan Tali Pusat

Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi

yaitu prolapses tali pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit

tali pusat. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

adalah keadaan penyembuhan sebagian atau seluruh tali

pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin

atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

Dalam hal ini, persalinan harus segera dilakukan sebelum

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi, misalnya

sesak nafas karena kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali

pusat atau terpelintir menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi

ke janin tidak lancar. Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke

jalan lahir, sehingga mengganggu persalinan maka

Page 36: BAB I-IV

36

kemungkinan dokter akan mengambil keputusan untuk

melahirkan bayi melalui tindakan Sectio Caesaerea.

7) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan dengan

tindakan secara sectio Caesarea. Kelahiran kembar memiliki

resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada

kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami

sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan,

janin kembar dan cairan ketuban yang berlebihan membuat

janin mengalami kelainan letak. Oleh karena itu, pada

kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit

karena dapat terjadi kemungkinan sewaktu-waktu dapat

dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun

dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara

alami. Faktor ibu juga menentukan tindakan operasi,

misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi

rahim, pernah mengalami trauma persalinan dan tindakan

sterilisasi. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin

harus dilahirkan dengan operasi.

b. Faktor ibu

1) Usia

Page 37: BAB I-IV

37

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia

sekitar 35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan operasi.

Apalagi perempuan dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia

ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing

manis dan pre eklamsia (kejang). Eklamsia (keracunan

kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga

seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan

dengan operasi caesarea.

2) Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran

lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

kepala janin dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Kondisi tersebut membuat bayi

susah keluar melalui jalan lahir.

3) Faktor hambatan panggul

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya

tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat

pendek dan ibu sulit. bemafas. Keadan ini menyebabkan

persalinan terhambat atau macet yang biasa disebut distosia.

4) Kelainan kontraksi Rahim

Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi atau

tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar

Page 38: BAB I-IV

38

pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak

terdorong atau tidak dapat melewati jalan lahir dengan

lancar. Apabila keadaan tidak memungkinkan, maka dokter

biasanya akan melakukan operasi Caesarea.

5) Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan

membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal

sedikit atau habis.

6) Rasa takut kehilangan

Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara

alami akan mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas

disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang

semakin kuat. Kondisi tersebut sering menyebabkan seorang

perempuan yang akan melahirkan merasa ketakutan,

khawatir, dan cemas menjalaninya. Sehingga untuk

menghilangkan perasaan tersebut seorang perempuan akan

berfikir melahirkan melalui Caesarea.

4. Prosedur Operasi

a. Persiapan operasi

Prosedur persalinan cesar dilakukan oleh tim dokter yang

beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis

anastesi, perawat dan bidan. Dokter akan menjelaskan alasan

Page 39: BAB I-IV

39

perlunya dilakukan operasi cesar ini. Prosedur ini perlu karena

ini merupakan salah satu prosedur baku pelaksanaan operasi.

Bila dokter melakukan tindakan tanpa kesepakatan dengan pihak

pasien atau keluarganaya, maka dia dianggap melanggar kode

etik. Apabila pihak keluarga menyetujui, akan diminta surat

persetujuan secara tertulis. Hal ini penting untuk melindungi

profesi tenaga kedokteran sekaligus menghormati hak-hak

pasien.

Setelah itu ibu diminta puasa sedikitnya 9 jam sebelumnya

serta mengosongkan kandung kemih. Seperti pada saat

persalinan normal, perawat akan mencukur rambut sekitar

bagian perut bawah ibu hamil. Selanjutnya bagian perut yang

akan dibedah disterilkan sehingga diharapakan tidak ada bakteri

yang masuk saat operasi (Indiarti, 2007).

b. Pembiusan atau anastesi

Selanjutnya ibu hamil diberikan obat bius. Ada dua jenis

pembiusan, yaitu melalui rongga tulang belakang dan bius total.

Apabila cesar sudah direncanakan sebelumnya, umumnya ibu

hamil memilih bius epidural atau spinal agar tetap sadar dan

melihat bayinya saat lahir. Tapi jika kondisinya darurat, dokter

anastesi akan menbius total karena lebih aman dalam

menjalankan peroses kelahiran.

Page 40: BAB I-IV

40

c. Pemasangan alat dan pembedahan

Berikutnya alat-alat pendukung seperti infus dan kateter

dipasangkan. Macam alat yang dipasangkan disesuaikan dengan

kondisi ibu.

1) Selang kateter dimasukkan untuk menampung aliran urine.

2) Selang infus dipasang.

3) Diberikan antacid untuk menetralisir asam lambung.

4) Alat monitor jantung dan tekanan darah dipasang.

Dalam keadaan terbius dokter akan melakukan sayatan di

perut bagian bawah, diikuti dengan pemotongan pada Rahim

bagian bawah untuk mengeluarkan bayi. Proses ini hanya

membutuhkan waktu kuarrang dari 3 menit. Bila semua siap

dokter akan melakukan sayatan sampai mencapai Rahim dan

kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan

mengangkat bayi berdasarkan letaknya, apakah yang diambil

kepala atau kakinya. Selama melakukan sayatan dokter harus

memperhitungkan letak plasenta agar tidak terjadi perdarahan.

d. Ketuban dipecahkan dan bayi diangkat

Setelah itu, ketuban dipecahkandan bayi diambil dari

rongga panggul. Beberapa bayi tidak langsung bereaksi saat

dikeluarkan sehingga dokter harus melakukan tindakan

Page 41: BAB I-IV

41

penyedotan lender atauair ketuban melalui mulut dan hidung

agar saluran pernafasan lebih bersih dan bayi dapat menangis.

Cara mengangkat bayi dilakukan dengan perlahan-lahan dan

kemudian diangkat sempurna dan segera dibawa ke meja

resusitasi.

e. Pengambilan plasenta

Setelah bayi dikeluarkan dari Rahim ibu, selanjutnya dokter

akan mengambil plasenta. Pengambilan plasenta dilakukan

secara berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan. Plasenta pada umumnya diserahkan pada ibu hamil

untuk mendapatkan perawatan yang baik. Pada umumnya

plasenta kemudian dicuci oleh sang suami agar bersih dari sisa-

sisa darah dan kemudian ditanam didepan rumah dengan cara

sesuai dengan adat setempat.

f. Penjahitan

Setelah semua proses selesai, langkah terakhir adalah

menjahit sayatan itu selapis demi selapis sehingga tertutup

semua. Tiap lapis disambungkan dengan sangat hati-hati dengan

benang dan alat yang steril. Benang yang digunakan sangat

halus agar dapat disembunyikan si bawah kulit. Luka operasi

akan segera ditutup kembali dengan jahitan pada masing-masing

lapisan dinding perut. Setelah operasi selesai dan sang ibu

dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada umumnya membutuhkan

Page 42: BAB I-IV

42

waktu beberapa puluh menit agar kesadaran sang ibu kembali

normal baru kemudian dibawa keruangan perawatan.

5. Resiko dan keuntungan sectio caesarea

a. Resiko sectio caersarea

1) Terjadinya infeksi

Kesterilan adalah factor utama terjadinya infeksi. Bila

kesterilan tidak terjaga maka akan mengundang bakteri

penyebab infeksi. Apabila infeksi tidak ditangani, besar

kemungkinan akan menyebar ke organ tubuh lain bahkan

organ-organ penting seperti otak, hati dan sebagainya yang

bisa terkena infeksi sehingga dapat berakibat kematian.

Infeksi dapat dihindari dengan selalu memberikan operasi

yang akurat pada dokter sebelum keputusan tindakan Caesar

diambil. Dokter pasti akan memberikan saran terbaik untuuk

anda.

2) Kemungkinan terjadi keloid

Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu

karena pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ

tersebut meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut.

Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap

mengalami luka niscaya akan mengalami keloid pada

sayatan bekas operasinya. Cara mengatasi masalah itu

adalah dengan memberikan segala informasi tentang

Page 43: BAB I-IV

43

penyakitnya sebelum kepastian tindakan caesarea dilakukan.

Jika harus menjalani caesarea sedangkan ibu punya potensi

penyakit demikian, tentu dokter memiliki jalan keluar,

misalnya diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau

langsung diminum sebelum atau sesudah caesarea.

3) Perdarahan Berlebihan

Memang perdarahan tak bisa dihindari dalam proses

persalianan. Misalnya plasenta lengket tak mau lepas. Bukan

tak mungkin setelah lepas akan menyebabkan perdarahan.

b. Keuntungan Caesarea

1) Sebagai Tindakan Penyelamatan

Adakalanya persalinan normal tak berjalan sebagai

mana diharapkan dan harus menggunakan alat bantu. Namun

demikian, tak semua persalinan yang tidak lancar dapat

ditolong oleh alat bantu. Dokter akan mengambil tindakan

tersebut bila syarat-syaratnya sudah terpenuhi, yakni ada di

indikasi, ketuban sudah pecah, pembukaan sudah lengkap,

kepala bayi sudah didasar panggul, janin dalam koondisi

hidup, kepala sudah cukup cakap untuk ditolong alat abntu

tersebut. Namun jika kedua teknik itu gagal, maka operasi

caesarea sebagai satu-satunya solusi terbaik.

2) Ibu tidak merasakan nyeri saat kontraksi

Page 44: BAB I-IV

44

Sang ibu tidak akan merasa cemas oleh rasa nyeri

saatkontraksi sebelumdan selama proses bersalin. Rasa nyeri

akan dirasakan sejak 6 jam pasca Caesar setelah reaksi obat

bius menghilang.

3) Persalinan lebih cepat

Dalam persalinan normal seorang ibu akan merasakan

mulas dan nyeri sekitar 48 jam. Pada persalinan anak kedua

dan selanjutnya bisa lebih singkat, misalnya 7 jam saja.

Berbeda dengan operasi Caesar seorang ibu akan

melahirkan, cukup datang jamm 08.00 malam, kemudian

berpuasa selama semalam sambil istirahat tidur nyenyak dan

paginya mandi yang bersih. Suami dan keluarga pun bisa

cukup santai dan tenang karena dokter akan bekerja secara

maksimal. Adapun pelaksanaan operasi itu kurang lebih 25-

30 menit saja dan tangis pertama bayi sudah terdengar.

Selanjutnya satu jam kemudian ibu akan pulih kesadarannya

dari pengaruh obat bius secara penuh dan sudah kembali ke

ruang istirahat.

4) Persalinan bisa direncanakan

Sang ibu maupun ayah dapat memilih jam atau tanggal

bayi itu akan dilahirkan. Akan tetapi hanya dalam rentang

waktu 1-2 minggu yang dapat dipilih.

5) Kehidupan seksual yang lebih baik

Page 45: BAB I-IV

45

Ketika persalinan alamiah terjadi, maka janin seukuran

2,5-4,5 kg keluar melalui vagina. Akibatnya tentu dapat

diketahui yaitu melonggarnya rongga seksual wanita.

Berbeda denagn Caesar karena vagina tidak bekerja keras

mengeluarkan jabang bayi, maka vitalitasnnya masih terjaga

utuh. Jangan heran jika hubungan suami istri pun justru

tambah mesra nantinya, setelah masa nifas tentunya. Hal ini

merupakan keuntungan Caesar (Indiarti, 2007).

6. Perasaan yang Sering terjadi saat proses persalinan

a. Perasaan Takut Mati

Sekalipun peristiwa kelahiran merupakan fenomenal

fisiologis yang normal, namun kenyataanya, persalinan selalu

membawa resiko kematian. Bahkan proses persalinan normal

sekalipun, senantiasa ditandai adanya perdarahan dan kesakitan

luar biasa. Peristiwa ini menimbulkan ketakutan kematian, baik

dirinya atau bayinya.

Ketakutan kematian sangat mendalam menjelang kelahiran

bayi disebut ketakutan primer. Ketakutan primer menjadi

intensif bila orang tua, suami, dan orang yang bersimpatik

padanya ikut panik atau gelisah pada kondisi dirinya. Oleh

karena itu sikap menghibur dan melindungi dari suami atau

keluarganya sangat diperlukan, karena merupakan dukungan

moril mengatasi konflik batin, kegelisahan ddan ketakutan

Page 46: BAB I-IV

46

lainnya. Selain itu, ketakutan primer biasanya datang bersamaan

dengan ketakutan sekunder, seperti kurangnya dukungan suami

atau kondisi ekonomi sulit. Ketakutan mati biasanya dikurangi

oleh mekanisme pertahanan diri yang kuat, seperti persiapan

mental menghadapi persalinan dan masalah yang serius.

b. Rasa Bersalah

Selain ketakuatan akan kematian, perasaan lain yang juga

turut mempengaruhi persalinan adalah perasaan bersalah atau

perasaan berdosa. Hal ini berkaitan dengan kehidupan emosi dan

cinta kasih yang diterima wanita dari ibunya. Manakala dia

menerima kasih sayang yang baik, maka kemungkinan rasa

bersalah tak begitu besar dibandingkan wanita dengan

kehidupan emosi yang tidak menyenangkan. Terutama bila anak

yang dilahirkan hasil pemerkosaan atau yang tidak

diinginkannya. Biasanya wanita ini cenderung ingin membunuh

bayinya.

Selain itu juga, rasa bersalah berkaitan dengan identifikasi

yang diterima ibu hamil. Jika proses identifikasi menjadi bentuk

yang salah, maka kemungkinan besar mengembangkan

mekanisme rasa bersalah atau berdosa pada ibunya. Keadaan

rasa bersalah atau berdosa membuat ibu akan semakin takut

pada kematian. Salah satu usaha yang dilakukannya ialah

meminta ibunya agar selalu menemaninya, sebelum, selama, dan

Page 47: BAB I-IV

47

pasca kelahiran. Keadaan ibunnya diangggap sebagai obat

pengganti.

c. Rasa Takut Riel

Pada setiap wanita hamil, ketakutan melahirkan diperkuat

dengan rasa takut konkret, seperti ketakutan jikalau anak lahir

cacat atau keadaan patologis, takut bayinya akan bernasib buruk

karena dosa-dosanya dimasa silam. Ketakutan menjadi beban

hidup yang lebih berat, munculnya elemen-elemen takut yang

sangat mendalam dan tidak disadari kalau dipisahkan dengan

bayinya dan perasaan takut kehilangan bayi atau perpanjangan

rasa takut sebelumnya.

d. Trauma Kelahiran

Trauma kelahiran biasanya berhubungan dengan ketakutan

untuk berpisah dengan anak dari rahimnya, sehingga ada rasa

takut dan keengganan yang berlebihan ubtuk melahirkan bayi.

Kekuatan ini muncul karena sikap ibu yang berlebihan

melindungi bayinya, merasa tidak mampu menjaga bayi di luar

Rahim, ketakutan meninggalkan bayi dari sisinya seolah-olah

tidak mampu menjamin keselamatan bayinya. Analogi trauma

genital semacam ini merupakan bentuk gangguan seksual

neurotis.

e. Halusinasi Hipnagogik

Page 48: BAB I-IV

48

Diantara kontraksi-kontraksi yang disertai rasa sakit juga

selalu berlangsung interval istirahat, yaitu waktu selang yang

tidak merasakan sakit. Dengan mendekatkan saat-saat kelahiran

bayi, periode istirahat interval semakin pendek dan saat itu ibu

bisa tidur sebentar (tidur semu). Saat tidur semu inilah ibu

mengalami mimpi dan halusinasi hipnagogik. halusinasi

hipnagogik adalah gambaran-gambaran tanpa disertai perasaan

yang adekuat (cocok) yang berlangsung saat setengah tidur dan

setangah jaga. Selama interval rileks ini akan bermunculan

konflik-konflik batin, tendensi psikis yang tidak terselesaikan,

masih mengganggu, dan ketenangan yang mengganggu

kelahiran. (Pieter & Lubis, 2010).

Page 49: BAB I-IV

49

E. Kerangka Teori

Menurut Green (1988), perilaku adalah suatu tindakan yang

mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan

secara sadar maupun tanpa sadar. Dalam perencanaan perilaku

kesehatan, Green mengembangkan suatu kerangka kerja yang terdiri

dari Predisposing, enabling and reinforcing. Kerangka tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2KERANGKA TEORI (GREEN 1988)

Faktor Predisposisi :

Umur

Paritas

Pengetahuan

Faktor Penguat :

Dukungan Keluarga

Status Ekonomi

Faktor Pendukung :

Pendidikan

Lingkungan

Pekerjaan

Kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan

tindakan Sectio Caesarea

Page 50: BAB I-IV

50

Modifikasi :

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah penjelasan hubungan antara variable

yang satu dengan yang lainnya. Kerangka konsep dalam penelitian ini

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu sebelum

melahirkan dengan tindakan sectio caesarea. Skema proses,

memperlihatkan variable bebas dalam penelitian ini adalah umur,

paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga. Dan

variable terikatnya adalah kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan

tindakan sectio caesarea. Penelitian ini ingin mengetahui Faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi kecemasan ibu sebelum melahirkan

dengan tindakan sectio caesarea

Gambar 3.1Kerangka konsep penelitian

Variable Independent Variabel Dependent

1. Umur

2. Paritas

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Pengetahuan

6. Dukungan Keluarga

Kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio caesarea

Page 51: BAB I-IV

51

Daftar Tabel 3.1

B. Definisi Operasional

NoVariabel

Definisi OperasionalCara

ukurAlat ukur Hasil ukur Skala

1. Kecemasan

ibu sebelum

melahirkan

dengan

tindakan

sectio

casarea

Kecemasan yang

dialami oleh ibu saat

di lakukan penelitian

sebelum melahirkan

dengan tindakan sectio

caesarea

Pengisian

kuesioner

Kuesioner 0 = Cemas Berat,

jika nilai

jawaban

responden

≤ Mean

(mean = 45)

1 = Cemas

Ringan, jika,

nilai jawaban

responden >

Mean (mean

= 45)

Ordinal

2. Umur Kurun waktu hidup

responden dihitug

Pengisian Kuesioner

0 = beresiko, jika

Ordinal

50

Page 52: BAB I-IV

52

sejak lahir sampai

dengan pengisian

kuesioner

kuisioner umur ibu <20,

≥35 tahun

1= tidak beresiko,

jika umur ibu

20-35 tahun

3. Paritas Jumlah anak yang

pernah dilahirkan

responden baik lahir

hidup maupun mati

Pengisian

kuisioner

kuesioner

0 = primigravida

1= multigravida

dan grande

multi

Ordinal

4. Pendidikan Suatu proses

pembelajaran untuk

mengembangkan atau

meningkatkan

kemampuan tertentu

yang dapat diikuti

secara formal oleh

responden yang di

buktikan oleh adanya

ijazah.

Pengisian

kuesioner

Kuesioner

0 = Pendidikan

rendah jika, <

SLTA

1 = Pendidikan

tinggi jika, ≥

SLTA

Ordinal

5. Pekerjaan Suatu kegiatan atau Pengisian Kuesioner Ordinal

Page 53: BAB I-IV

53

aktivitas sehari-hari

yang dapat

menghasilkan uang

kuesioner 0 = tidak

1 = ya

6. Pengetahuan Hasil penginderaan

responden, atau hasil

tahu terhadap tindakan

sectio caesarea

Pengisian

kuisioner

Kuesioner 0 = Rendah, jika

nilai jawaban

responden <

Mean (mean =

75)

1 = Tinggi, jika

nilai jawaban

responden >

Mean (mean =

75)

Ordinal

7. Dukungan

Keluarga

Seseorang yang

memberikan dorongan

fisik dan moral bagi

ibu yang melahirkan,

sehingga ibu akan

merasa lebih tentram

Pengisian

kuisioner

Kuesioner

0 = Tidak, jika

nilai jawaban

responden <

Mean (mean =

88,50)

1 = Ya, jika nilai

jawaban

responden >

Ordinal

Page 54: BAB I-IV

54

Mean (mean =

88,50)

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara Umur dengan kecemasan ibu sebelum

menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

2. Ada hubungan antara Paritas dengan kecemasan ibu sebelum

menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

3. Ada hubungan antara Pendidikan dengan kecemasan ibu sebelum

menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

4. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kecemasan ibu sebelum

menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu sebelum

menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

6. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu

sebelum menghadapi persalinan dengan tindakan sectio caesarea.

Page 55: BAB I-IV

55

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan

pendekatan cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari korelasi

antara paparan dan efek, dengan cara mengamati paparan dan efek pada

saat yang bersamaan ( point time approach ). (Notoatmodjo, 2010).

Selanjutnya data tersebut akan dijadikan dasar untuk

mendeksripsikan karakteristik serta memperkirakan hubungan antara

variabel dalam populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel.

Pemilihan metode disesuaikan dengan teknik pengambilan data dan

skala ukur variabelnya dan pelaksanaan pengamatan variabel bebas dan

variabel terikat diobservasi satu kali secara bersamaan dan dalam waktu

bersamaan juga.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti dalam suatu wilayah penelitian. (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menjalani

55

Page 56: BAB I-IV

56

persalinan dengan tindakan sectio caesarea di RSUD Kabupaten

Bekasi. Adapun jumlah populasi yang ada dari pada bulan Januari-

Maret 2012 adalah 89 ibu yang bersalin dengan tindakan sectio

caesarea di RSUD Kabupaten Bekasi.

2. Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu yang menjalani persalinan dengan tindakan

sectio caesarea pada bulan Juli-Agustus tahun 2012 RSUD

Kabupaten Bekasi.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

accidental sampling sedangkan teknik accidental sampling

adalah pengmbilan sampel berdasarkan kebetulan, peneliti dapat

mengambil sampel siapa saja yang kebetulan bertemu dan yang

penting karakteristiknya cocok dijadikan sebagai sumber data

dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2012 (Hikmat, 2011).

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari

sumber langsung yang dirumuskan melalui kuesioner dan di isi

langsung oleh responden. Data Sekunder adalah data yang diambil

dari hasil mengumpulkan orang lain, Contoh : Data yang dimiliki

Page 57: BAB I-IV

57

perusahaan, Data dari rumah sakit, Data BPS, Browsing di internet

dan sebagainya. Kuesioner merupakan lampiran kertas yang

berisikan butiran-butiran pertanyaan yang mewakili setiap variabel

operasional yang nantinya akan dijawab oleh responden untuk

mendapatkan data primer untuk kepentingan penelitian ini, lembar

kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang langsung di ambil dari

sumbernya. Ada 3 cara pengumpulan data primer :

1) Observasi.

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan pengamatan. Data yang di

hasilkan adalah data yang kualitatif.

2) Wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan,

biasanya dilakukan jika ingin diketahui halhal yang lebih

mendalam dari responden.. Data yang di hasilkan adalah

data yang kualitatif.

3) Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

Page 58: BAB I-IV

58

pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Data

yang di hasilkan bisa data yang kuantitatif atau kualitatif.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diambil dari hasil

mengumpulkan orang lain, Contoh : Data yang dimiliki

perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

3. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument

penelitiannya dengan menggunakan wawancara dan penyebaran

kuesioner.

a. Wawancara adalah proses mendapatkan keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan subjek dengan memakai panduan wawancara.

b. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk di jawab. Data yang di hasilkan

bisa data yang kuantitatif atau kualitatif Kuesioner yang

diberikan berupa kuesioner tertutup yaitu responden diminta

memilih jawaban yang sesuai atau sudah disediakan, bersifat

langsung yaitu responden tersebut yang menjawab angket yang

Page 59: BAB I-IV

59

diberikan bentuknya berupa pilihan ganda untuk memudahkan

dalam pengisian kuesioner.

c. Observasi adalah teknik yang digunakan sebagai pelengkap

untuk mengetahui kondisi dan situasi pada ibu yang akan

melahirkan dengan tindakan sectio caesarea.

4. Uji Validitas dan Reabilitas

Valisditas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur atau derajat ketepatan antara

data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2005). Uji coba dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap

pertanyaan-pertanyaan dan validitas pertanyaan dari kuesioner yang

telah dibuat. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur yang hendak kita ukur, maka perlu diuji

dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)

dengan skor total kuesioner tersebut. Standar yang digunakan untuk

menentukan valid dan tidaknya suatu instrument penelitian

umumnya adalah perbandingan antara nilai r dan hitung dengan r

tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%. Untuk

melihat validitas suatu instrument dapat menggunakan teknik

product moment correlation, dengan rumus (Hastono, 2007) :

N (∑xy)- (∑x. ∑y)

Page 60: BAB I-IV

60

Keterangan :

r : Koefisien validitas item yang dicari

N : Jumlah responden

X : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

Y : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

∑x : Jumlah skor dalam variabel X

∑y : Jumlah skor dalam variabel Y

∑x2 : Jumlah kuadrat masing – masing skor X

∑y2 : Jumlah kuadrat masing – masing skor Y

∑xy : Jumlah perkiraan variabel XY

Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Jika r hasil > r tabel, maka Ha gagal ditolak berarti butir atau

variabel tersebut valid.

2. Jika r hasil < r tabel, maka Ha ditolak berarti butir atau variable

tersebut tidak valid.

r =

√{N. ∑x2 – (∑x) 2} {N. ∑y2 – (∑y) 2}

Page 61: BAB I-IV

61

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Notoatmodjo,

2005). Alat ukur yang digunakan harus akurat dan tidak menyebabkan

kesalahan dalam suatu pengukuran. Dengan demikian yang

menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk keadaan status social

(non fisik) harus mempunyai reabilitas yang tinggi.

Untuk menguji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode

Alpha Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan

reliabilitas dan tidaknya suatu instrument umumnya adalah

perbandingan antara nilai r hutung diwakili dengan nilai alpha dengan r

tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%. Tingkat

reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala

alpha 0 sampai dengan 1.

Setelah semua pertanyaan sudah valid semua, analisis

selanjutnya dengan uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas

caranya adalah membandingkan nilai r hasil dengan nilai konstanta

(0,6) tetapi dapat juga dengan r tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai

r hasil adalah nilai ‘Alpha’ (terletak di awal output). Ketentuannya bila r

Alpha > konstanta (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel (Riyanto,

2010).

Page 62: BAB I-IV

62

Tabel 4.1

Hasil Analisa Validitas Dan Reliabelitas Pada Variabel Dengan

Model Alpha-Crobach

Pertanyaan Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 13.60 26.463 .548 .900

P2 13.55 26.787 .504 .901

P3 13.65 26.345 .555 .899

P4 13.60 26.147 .614 .898

P5 13.55 26.682 .527 .900

P6 13.45 27.103 .512 .900

P7 13.50 26.684 .562 .899

P8 13.55 26.050 .665 .896

P9 13.65 26.555 .512 .901

P10 13.40 27.411 .499 .901

P11 13.55 26.366 .595 .898

P12 13.55 26.787 .504 .901

P13 13.55 26.892 .481 .901

P14 13.60 26.358 .570 .899

Page 63: BAB I-IV

63

P15 13.40 27.200 .556 .900

P16 13.35 27.818 .477 .902

P17 13.50 27.000 .490 .901

P18 13.65 26.239 .576 .899

P19 13.45 26.892 .564 .899

P20 13.65 26.661 .491 .901

df = 20-2 =18 (Signifikan 5% = 0,475) r tabel = 0,475

Tabel 4.2

Reliability Coefficients

N of Cases N of Items Alpha

20 20 .904

Tabel 4.3

Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0.00 s/d 0,20 Kurang Reliabel

>0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel

>0, 40 s/d 0,60 Cukup Reliabel

>0, 60 s/d 0, 80 Reliabel

>0, 80 s/d 1, 00 Sangat Reliabel

Page 64: BAB I-IV

64

Setelah semua pertanyaan sudah valid, anlisis selanjutnya

dengan uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah

dengan membandingkan nilai r hasil dengan nilai konstanta (0,6), tetapi

dapat juga dengan r tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil

adalah nilai “alpha” terletak diawal output. Ketentuannya bila r alpha >

konstanta (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel. (Riyanto, 2010).

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara manual

yaitu editing, coding, entry data dan cleaning.

1. Editing

Yaitu proses melakukan pengecekkan terhadap kelengkapan

jawaban respon dari pertanyaan yang diberikan atau dari sumber

yang diperoleh dari data sekunder dan melakukan revisi bila ada

kekurangan dan kesalahan dalam pengumpulan data.

2. Coding

Page 65: BAB I-IV

65

Yaitu mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah

pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Entry data

Yaitu memproses data agar data yang sudah di entry dapat

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data

dari kuesioner ke paket program computer SPSS (statistic Package

for Social Science).

4. Cleaning

yaitu pembersihan data untuk mengetahui ada tidaknya missing

data, mengetahui konsistensi data dan mengetahui variasi data

dengan melakukan list variabel yang teliti. Pembersihan dara

merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan

terjadi pada saat kita mengentry ke komputer

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menguji kebenaran data-data yang ada

dengan menggunakan SPSS (statistical product and service solution).

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Page 66: BAB I-IV

66

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui proporsi (tabel distribusi)

masing-masing variabel, variabel independen yang diiteliti yaitu

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu sebelum

melahirkan dengan tindakan sectio caesarea yang dikaitkan dengan

umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan

keluarga. Sedangkan variabel dependen adalah kecemasan ibu

dengan tindakan sectio caesarea.

Dengan rumus:

Ket:

P : presentasi

f : frekuensi

n : jumlah sampel

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan variabel

independen dengan variabel dependen, kecemasan ibu sebelum

melahirkan dengan tindakan sectio caesarea yang dikaitkan dengan

umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan

keluarga sebagai upaya untuk mengetahui kecemasan ibu dengan

tindakan sectio caesarea.

Uji yang digunakan yaitu:

a. Chi – Square

Page 67: BAB I-IV

67

Uji chi – square digunakan untuk variabel dependen dan

variabel independen dalam penelitian ini menggunakan batas

kemaknaan sebesar 5 % sehingga jika diperoleh P > alpha

artinya uji statistik tidak bermakna artinya tidak ada hubungan

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen,

sebaliknya jika diperoleh nilai P < alpha maka hasil perhitungan

statistiknya bermakna artinya ada hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen.

Rumus Chi-Square:

Keterangan :

X2 = Chi square (Kai Kuadrat)

O = Observed (Frekuensi yang diamati)

E = Expected (Frekuensi harapan)

Untuk mengetahui nilai P-value tergantung pada besarnya

derajat kebebasan (degree of freedom) yang dinyatakan dalam:

Df = (b-1) (k-1)

Page 68: BAB I-IV

68

Keterangan:

b = Jumlah baris di dalam tubuh tabel silang.

k = Jumlah kolom di dalam tubuh tabel silang.

Df = Derajat Kebebasan.

Confidence Interval (CI) yang digunakan adalah 95 % maka

alpha yang didapatkan 5% (0,05). Ini adalah tingkat kepercayaan

terhadap penelitian di bidang kesehatan khususnya di bidang

keperawatan. Menurut Hastono (2007) menyatakan bahwa untuk

melihat kesimpulan dari nilai P-value dengan nilai tingkat

kepercayaan terhadap penelitian ini adalah :

a. Jika nilai P-value lebih kecil dari α (P ≤ 0,05) maka hipotesis

alternatif gagal ditolak, artinya terdapat hubungan yang bermakna

antara kedua variabel yang diteliti.

Artinya :

1) Jika nilai p ≤ 0,05 ; maka Ha gagal ditolak dan Ho ditolak

berarti :

a) Ada hubungan antara faktor umur dengan kecemasan ibu

sebelum melahirkan dengan tindakan sectio caesarea.

b) Ada hubungan antara faktor paritas dengan kecemasan

ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio caesarea.

Page 69: BAB I-IV

69

c) Ada hubungan antara faktor pendidikan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

d) Ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan kecemasan

ibu sebelum melahirkan dengan tindakan sectio caesarea.

e) Ada hubungan antara faktor pengetahuan kecemasan ibu

sebelum melahirkan dengan tindakan sectio caesarea.

f) Ada hubungan antara faktor dukungan keluarga dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

2) Jika nilai p ≥ 0,05 ; maka, Ha ditolak dan Ho gagal ditolak

berarti tidak ada hubungan antara variable bebas dengan

variable terikat.

a) Tidak ada hubungan antara faktor umur dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

b) Tidak ada hubungan antara faktor paritas dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

c) Tidak ada hubungan antara faktor pendidikan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

Page 70: BAB I-IV

70

d) Tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

e) Tidak ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan

kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan tindakan

sectio caesarea.

f) Tidak ada hubungan antara factor dukungan keluarga

dengan kecemasan ibu sebelum melahirkan dengan

tindakan sectio caesarea.

Hastono (2007) menyatakan, berdasarkan hasil uji Chi

square dapat dilihat pada kotak ”Chi Square Tets” yang

diperoleh dan kemudian data diolah atau dianalisis

menggunakan SPSS dengan ketentuan pembacaan sebagai

berikut :

1) Bila pada 2x2 dijumpai nilai harapan (Have Expected)

kurang dari 5, maka yang digunakan adalah ”Fisher’s

Exact Test”.

2) Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai harapan (Have Not

Expected) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah

”Continuity Correction”.

3) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dsb, maka

digunakan uji ”Pearson Chi Square”.

b. Odd Rasio

Page 71: BAB I-IV

71

Hasil dari uji Chi – square hanya dapat menyimpulkan ada atau

tidaknya perbedaan proporsi antara kelompok mana yang

memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok lain. Dalam penelitian yang menggunakan desain

cross sectional dimana untuk mengetahui derajat hubungan dua

variabel digunakan Odd Rasio (OR). Nilai OR merupakan nilai

estimasi untuk terjadinya outcome sebagai pengaruh dari adanya

variabel independen, perubahan yang terjadi sebagian besar nilai

OR pada variabel independen. Estimasi confidence interval (CI)

OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasi Odd Rasio adalah sebagai berikut:

OR = 1 artinya tidak ada hubungan

OR < 1 artinya ada efek proteksi atau perlindungan

OR > 1 artinya sebagai faktor resiko

F. Etika Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin

penelitian dari Direktur RSUD Kabupaten Bekasi sebagai tempat

pengambilan sampel penelitian. Setelah mendapatkan izin

penelitian, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Persetujuan (Informed Consent)

Page 72: BAB I-IV

72

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan

lembar persetujuan. Informes consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subejek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

hak responden. Beberapa informasi yang harus ada antara lain:

partisipasi responden, tujuan dilakukannya penelitian, jenis

data yang dibutuhkan, komitmen, potensial masalah yang akan

diteliti, manfaat, kerahasiaan, dan lain-lain.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

Page 73: BAB I-IV

73

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.