bab i & iv
DESCRIPTION
BAB I & IVTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari
penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di
negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990)
menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia
Pasifik dimana penduduknya merupakan p60% dari penduduk dunia,
seperlilmanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat
Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari
50,9% remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.
Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya
potensi biologik seorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan biofisikopsikososial. Tumbuh kembang remaja adalah suatu
proses yang berbeda dengan masa anak, pada masa ini terjadi perubahan
psokobiologikal yang begitu pesat.
Pada masa remaja ini banyak permasalahan yang timbul terkait dengan
tumbuh kembang biologis dan sering menjadi beban bagi remaja, seperti pubertas,
obesitas, perawakan pendek/tinggi. Sedangkan masalah perilaku yang sering
muncul di masyarakat adalah merokok, perilaku seksual yang menyimpang,
infeksi menular seksual, penyalahgunaan obat (NAPZA), depresi, bunuh diri dan
sebagainya juga sering terjadi pada remaja.
Kualita generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaay yanng
dilakukan agar masa remaja yang penuh gejolak ini dapat dilewati dengan baik.
Banyak remaja yang gagal menjadi dewasa yang sukses, yang disebabkan oleh
masalah sosial, ekonomi, gangguan tumbuh kembang psikobiologikal, juga
tersangkut masalah-masalah kenakalan yang menjurus ke kriminalitas seperti
mencuri, merampok, membunuh, memperkosa, pengguna dan pengedar obat
terlarang dan sebagainya.
Profesi keperawatan telah memasuki dunia baru dan dituntut untuk
mempertahankan prinsip dan prosedur yang ada serta mengembangkan hubungan
baru lainnya. Terkait dengan remaja, profesi keperawatan juga berhak untuk
mengenali karakteristik masalah yang mungkin dihadapi remaja, dan membantu
menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pengetahuan yang dimulikinya.
Oleh karena itu, remaja-remaja perlu mendapatkan perhatian khusus dari
semua ahli yang terkait, termasuk ahli-ahli Keperawatan yang berkompeten dalam
menangani kasus-kasus yang sering terjadi pada remaja dan memiliki pengetahuan
yang memadai dalam menanggulangi masalah yang sering terjadi pada remaja.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Siapakah Remaja itu?
2. Masalah apa sajakah yang mungkin dihadapi oleh remaja?
3. Apakah Peran Askep keperawatan komunitas dalam masa remaja?
4. Sebutkan tujuan diberikannya askep pada kelompok remaja di
masyarakat?
5. Bagaimanakah proses keperawatan pada kelompok remaja di
masayarakat?
6. Bagaimana kerangka pengembangan askep pada kelompok remaja
di masa yang akan datang?
C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Menjelaskan siapa itu remaja dan tumbuh kembangnya
2. Menjelaskan masalah apa saja yang mungkin terjadi pada masa
remaja
3. Menjelaskan hubungan dan peran perawat dalam proses tumbuh
kembang remaja
4. Menjelaskan peran askep dalam menghadapi masalah remaja
5. Menjelaskan Proses keperawatan dalam menghasapi kasus/masalah
pada remaja
6. Menjelaskan harapan pengembangan askep tersebut di masa yang
akan datang
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya
masyarakat yang sering menjumpai kasus remaja yang tidak baik.
2. Bagi penulis, dapat menambah wawasan, pengetahuan serta
pemahaman tentang bagaimana cara membuat asuhan keperawatan
dalam kelompok khusus remaja di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Masa Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat atau pacu tumbuh
(growth spurt). Timbul ciri-ciri seksual sekunder mulai dari fertilitas dan
terjadi perubahan psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).
Data demografi menunjukkan remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima
penduduk dunia adalah remaja berumur 10 – 19 tahun. Di Indonesia
menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999 kelompok umur 10 – 19 tahun
adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 %
remaja perempuan (Nancy, 2002).
Pertumbuhan somatik pada masa remaja mempunyai ciri-ciri
tersendiri, yaitu perubahan adalah ciri utama dari proses biologis
pubertas, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan
berakhirnya, kecepatan dan sifatnya tergantung pada masing-masing
individu. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya
perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti
siklus yang sama dalam pertumbuhan somatiknya. Timbulnya ciri-ciri
seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktivitas gonad.
Terdapat kecenderungan sekular yang disebabkan oleh adanya perbaikan
gizi dan lingkungan (Soetjiningsih, 2004).
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tiga
tahapan yaitu masa remaja awal (early adolescence), yaitu umur 11 - 13
tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence), yaitu umur 14 - 16
tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence), yaitu umur 17 - 20
tahun (Soetjiningsih, 2004).
2. Perubahan pada Masa Remaja
2. 1. Perubahan Fisik Remaja
• Karakteristik Perubahan Fisik Remaja
Wanita Laki-laki
•Pertumbuhan payudara
•Pertumbuhan rambut kemaluan
•Pertumbuhan badan/tubuh
Menarche
•Bulu ketiak
•Pubic hair (rambut kemaluan)
•Pertumbuhan testis
•Pubic hair
• Pertumbuhan badan/tubuh
•Pertumbuhan penis, kelenjar
prostat
•Ejakulasi pertama dengan
mengeluarkan semen
•Tumbuh rambut wajah dan
ketiak
•Tumbuhnya bulu ketiak
2. 2. Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide, pemikiran atau
konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan
masalah Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar
b. Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang
lain maupun masalah sosial kemasyarakatan yang ditemui
dalam hidupnya.
c. Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan. membuat suatu
perencanaan untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian
mereka menguji cara pemcahan secara runtut, teratur dan
sistematis (Soetjiningsih,2004).
2.3. Perkembangan Psikososial Remaja
Tugas Perkembangan (menurut Havighurst)
a. menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan
psikologis
b. belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun
wanita
c. memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan
orang dewasa lain
d. remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang
bertanggung jawab
e. memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
(Soetjiningsih,2004).
2.4. Kehidupan Seksual Remaja
Seksualitas berkaitan dengan anatomi seksual (organ-organ tubuh),
fungsi hormon seksual, dan perilaku seksual dalam kehidupan sosial. Resiko
perilaku seksual pada remaja terjadi pada remaja yang tidak mampu
mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas
(di luar aturan norma sosial) (Soetjiningsih,2004).
Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain
pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Remaja laki-laki sekitar 93% dan
89% remaja perempuan melakukan fantasi pada saat masturbasi. Fantasi ini
tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering dialami
sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan kebebasan yang lebih
banyak dan kadang-kadang ingin lebih leluasa melakuakn aktifitas seksual,
walaupun tidak jarang menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian
merasa berdosa dan cemas (Soetjiningsih,2004).
Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor
anatara lain perkembangan psikis,fisik, proses belajar dan sosiokultural. Oleh
karena itu pemahaman yang benar tentang perilaku seksual bagi remaja
sangat diperlukan demi perilaku seksualnya di masa dewasa sampai mereka
menikah dan memiliki anak (Soetjiningsih,2004).
2. Tugas Perkembangan Remaja
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan
kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk
mengatasinya. Pada masa remaja, mereka dihadapkan kepada dua tugas
utama, yaitu :
1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remjaa sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik
antara rmaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional
menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan
emosional dari orang tuanya, misalnya dalam hal memilih teman
ataupun melakukan aktivitas. Kadang-kadang remaja menemui
pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik,
namun orang tua dalam melakukan proses tersebut berusaha
meminimalkan konflik dan membantu anak remaja untuk
mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk
mnegatur dirinya sendiri
2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan
kematangan pribadi.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang
dan kompleks, yang membutuhkam kontinuitas dari masa lalu,
sekarang dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini
akan membentuk kerangka berpikir untuk mengorganisasikan dan
mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan.
Dengan demikian individu dapat menerima dan menyatukan
kecenderungan pribadi, bakat dan peran-peran yang diberikan baik
oleh orang tua, teman sebaya maupun masyarakat dan pada
akhirnya dapat meberikan arah tujuan dan arti dalam kehidupan
mendatang.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari
lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin
mencari identitas diri. Perubahan yang diakibatkan oleh terjadinya
kematangan seksual dan tuntutan psikososial menempatkan remaja
pada suatu keadaan yang oleh Erikson disebut sebagai krisis
identitas, yaitu suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap
permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyyan tentang
identitas dirinya, misalnya “siapakah aku”
(Soetjiningsih,2004).
Tugas Perkembangan Masa remaja yang lain, antara lain:
a. memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara
lebih dewasa
b. memperoleh peranan sosial
c. menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
d. memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
e. mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri
sendiri
f. memiliki dan mempersiapkan diri unutk suatu pekerjaan
g. mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
h. mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral
(Anonim,2010).
C.Masalah yang terjadi pada Remaja
Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu:
a. Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja
awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai
masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan
fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang
diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang
lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan
mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-
70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari
bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha.
Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone,
1998).
Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres
emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga
diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003;
Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini
dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia
atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami
sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan
makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan,
bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka
yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini
sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah
digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak
berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza
yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang
terjadi pada orang dewasa.
Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja
mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk
kompensasi.
a. Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari
orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang
tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
b. Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan
obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional,
berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental,
agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri,
kemampuan koping yang buruk, dll.
d. Cinta dan Hubungan Heteroseksual
e. Permasalahan Seksual
f. Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
g. Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang
dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas,
penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan
yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan,
pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua
hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah,
cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang
menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan
terlarang maupun kenakalan remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan
cara-cara (Pola Asuh) orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau
sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan
remaja.
D.Pengertian Keperawatan komunitas
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan
yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
E. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas Keperawatan
komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan
sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap
individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian
langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan
masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu,
keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar
dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah,
di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan
sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.
F. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-
upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
G. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu
hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan
sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan
pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian
dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya
tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
G. Peran keperawatan komunitas pada Remaja
Peran Perawat Komunitas, khususnya pada komunitas remaja, antara lain:
1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan remaja membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar remaja.
2. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada remaja yang tidak dapat bicara
untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup remaja.
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan
yang optimal.
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi
setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan
peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan
rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama
dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses, merupakn upaya
untuk dapat mengenal masyarakat. Pengkajian merupakan tahap awal dari
proses keperawatan yang mencakup pengumpulan, penyusunan, validasi dan
pencatatan data (Sumijatun.2006).
Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan. Pengkajian komunitas tidak hanya dilakukan
kepada komunitas secara umum, tetapi bisa juga dilakukan di suatu agregat;
yaitu kelompok tertentu dalam masyarakat (misalnya remaja, perempuan
lemah, lanjut usia, atau anak balita) dalam konteks kelompok tersebut berada.
Proses pengkajian selalu sama di mana pun penerapannya (Anderson,2007).
Dalam melaksanakan pengkajian, perawat harus dapat membina
hubungan profesional dengan klien, keluarga, kelompok maupun masyarakat
yang terkait. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan komunikasi yang
memadai agar dapat diterima. Perawat juga harus dapat menjelaskan dengan
baik, peran dan fungsinya dlaam melaksanakan asuhan keperawatan
komunitas sehingga klien dapat diajak kerjasama secara optimal. Selain itu,
perawat juga harus terampil dalam bernegosiasi, mengelola waktu secara
tepat, efektif dan efisien serta pandai menempatkan diri (Sumijatun,2006).
A.1. Pengkajian Pada Remaja
Pengkajian pada remaja merupakan pengkajian pada suatu agregat;
yaitu kelompok terntentu dalam masyarakat. Proses pengkajian pada remaja
sama dengan proses pengkajian komunitas pada umumnya, di mana pun
penerapannya. Pengkajian pada remaja ini termasuk ke dalam pengkajian
komunitas yang lebih spesifik, karena proses mengkaji bagian dari komunitas,
dalam konteks ini, adalah kelompok remaja.
Pengkajian spesifik ini lebih berfokus pada suatu sistem dan
karakteristik dari kelompok tersebut. Karakteristik spesifik yang harus dikaji
pada agregat remaja ini, antara lain:
a. Sosio-demografi, yang meliputi umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, latar belakang pendidikan, pekerjaan, apa yang dilakukan
ketika ada waktu luang, dan penghasilan.
b. Status Kesehatan, kategori penyakit, pelayanan kesehatan yang serig
digunakan, situasi yang sering meresahkan banyaknya remaja yang
menjadi pengangguran, perokok, dan pengguna obat-obatan terlarang
dan alkohol (NAPZA)
c. suprasistem yang ada, seperti pelayanan kesehatan yang diberikan
serta dampaknya baik positif maupun negatif, sistem sosial yang ada
dan mengidentifikasi metode pengumpulan data yang digunakan
(Sumijatun,2006).
Keberhasilan semua tahap proses keperawtan sangat tergantung
pada kelengkapan dan keakuratan datanya. Oleh karena itu, seluruh perawat
harus dapat bekerja sama untuk saling melengkapi sehingga data yang
dikumpulkan akkurat dan berkesinambungan (Sumijatun,2006).
Pada model kesehatan, perawat mengidentifikasi risiko yang
mungkin terjadi, mengetahui kebiasaan, gaya hidup dan perilaku sehat,
keyakinan, nilai-nilai serta sikap-sikap yang mempengaruhi tingkat
kesehatan. Pengkajian tersebut meliputi:
a. Riwayat kesehatan
b. Evaluasi terhadap kebugaran fisik
c. Pengkajian Nutrisi
d. Analisis stress dalam kehidupan
e. Kayakinan dalam kesehatan
f. Kesehatan spiritual
g. Penilaian risiko kesehatan
(Sumijatun,2006).
Pengkajian yang berhubungan dengan anak remaja
Pengakajian yang harus dilakukan pada anak remaja antara lain:
a. Status kesehatan sekarang dan masa lalu
Kaji Apakah ada riwayat penyakit pada masa lalu, misalnya
kelainan genetik, cacat bawaan yang bisa mempengaruhi masa
remaja dari anak terebut.
b. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Kaji Bagaimana persepsi remaja mengenai cara untuk memelihara
kesehatan dirinya
c. Pola aktivitas dan latihan
Kaji Apa saja kegiatannya sehari-hari dan apa yang dilakukan
remaja ketika ada waktu luang.
d. Pola nutrisi
Kaji Bagaimana pola makannya, ada alergi makanan atau tidak,
makanan kesukaanya apa, apakah sering menjaga diet
berhubungan dengan berat badannya, khususnya pada remaja
wanita.
e. Pola eliminasi
Kaji bagiamana pola eliminasinya, teratur atau tidak. Apakah
merasa nyeri atau tidak
f. Pola istirahat
Kaji jam berapa remaja tersebut tidur dan bangun tidur jam
berapa, sering tidur siang atau tidak.
g. Pola kognitif persepsual
Kaji bagaimana persepsi remaja tersebut, apakah masuk ke dalam
kognitif yang abstrak/idealistik/logika.
h. Pola toleransi stress/koping
Kaji bagaimana cara remaja menghadapi masalah yang sering
terjadi pada dirinya.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah sudah menstruasi atau belum, menstruasinya teratur
atau tidak (jika wanita), sering mimpi basah atau tidak (jika laki-
laki).
j. Pola peran dan hubungan
Kaji apakah remaja memiliki peran di sekolah, bagaimana cara
remaja tersebut membina hubungan dengan oramg lain.
k. Pola nilai dan kenyakinan
Kaji apakah remaja tersebut sering mengikuti kegiatan
keagamaan
l. Penampilan umum
Kaji kondisi fisik,
m. Perilaku selama wawancara
Selama wawancara apakah remaja tersebut kooperatif atau tidak
n. Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
Kaji bagaimana remaja tersebut berkomunikasi dengan orang lain
dan orang tuanya. Apakah remaja tersebut sering menentang
orangtuanya
o. Kemampuan interaksi
Kaji kemampuan interaksi remaja dengan orang lain, baik itu
teman ataupun orang yang baru dikenalnya.
Pengkajian pada kelompok khusus remaja:
1. Core (Data inti)
Yang perlu dikaji adalah usia, jenis kelamin, penyakit yang pernah
diderita. Dan demografi, meliputi; vital stastistik (angka kematian
remaja, presentase masalah remaja yang sering terjadi di masyarakat.
2. Lingkungan Fisik
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kualitas udara, air yang digunakan
oleh remaja, kebisingan, apakah jarak dari rumah mereka dekat dengan
kebisingan atau industri, jarak dengan jalan raya, kepadatan dari jalan
raya.
3. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir apa, usia masuk sekolah,
bersekolah di sekolah swasta atau negeri, ikut kursus atau tidak.
4. Keamanan dan Transportasi
Apakah dilingkungan mereka tinggal terdapat petugas keamanan
seperti polisi, security,dan lain-lain.
5. Politik dan Pemerintahan
Kaji pendapat mereka mengenai politik dan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah tentang remaja.
6. Pelayanan Umum dan Kesehatan
Kaji apa saja pelayanan umum dan kesehatan yang ada di sekitar
tempat itnggal remaja (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan),
apakah mereka sering memanfaatkan adanya pelayanan umum dan
kesehatan tersebut, pada kondisi/situasi apa mereka menggunakan
pelayanan umum dan kesehatan tersebut.
7. Ekonomi
Kaji apakah mereka sudah bekerja atau belum. Jika sudah, tanyakan
bagaimana penghasilannya dan jika belum tanyakan sumber
penghasilan mereka dari mana.
8. Rekreasi
Kaji sarana rekreasi yang sering dikunjungi, jadwal rekreasi, dampak
rekreasi bagi remaja.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada kelompok khusus remaja memberikan arah
terhadap tujuan dan intervensi keperawatan.
Dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada Agregat Remaja
adalah :
a. Koping Remaja tidak efektif
b. Perilaku destruktif
c. Depresi
d. Nutrisi kurang/lebih
e. Resiko terjadi cedera
f. Resiko terjadi penyimpangan
g. Seksual
h. Kurang perawatan diri
i. Distress spiritual
j. Resiko penyalahgunaan obat
k. Potensial peningkayan kebugaran fisik
l. Potensial peningkatan aktualisasi diri
m. Gangguan citra tubuh
C. Intervensi keperawatan
Intervensi pada keperawatan komunitas berupa tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menekankan pada tindakan
preventif dan promotif. Tingkatan tindakan preventif meliputi prevensi
primer, prevensi sekunder dan prevensi tersier.
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam menciptakan
perilaku adaptif meliputi kemitraan (partnership), pemberdayaan
(empowerment), pendidikan kesehatan, dan proses kelompok.
1. Proses Kelompok
Kelompok merupakan suatu komunitas yang mempuyai komposisi dan
tujuan bersama serta memiliki milai-nilai yang disepakati bersama. Proses
kelompok addalah suatu bentuk intervensi keperawtan komunitas yang
dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau
sosial group berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Perawat
komunitas dapat membentuk kelompok baru atau bekerja sama dengan
kelompok yang telah ada.
Intervensi yang sering dilakukan pada kelompok Remaja, misalnya pada
diagnosa Koping Remaja tidak efektif berhubungan dengan sumber untuk
pemecahan masalah tidak adekuat yang ditandai dengan banyaknya remaja
yang pengangguran di RW 05 desa Y. Intervensinya adalah;
a. Membentuk peer atau sosial group
b. Penyuluhan terhadap perorangan tantang bagaimana cara koping
yang efektif.
c. kunjungan ke rumah dengan peer group
d. mengadakan waktu konsultasi
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya
promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan
meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang ditujukan agar perilaku masyarakat yang berisiko meupun
yang telah mengalami penyakit mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Secara umum pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi
kesehatan dari individu, keluarga, komunitas dan masyarakat Perawat
dapat mengembangkan berbagai aktivitas yang memberikan klien
informasi baru dan kesempatan untuk mempraktekan keterampilan baru
(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999; Nies&McEwen, 2007).
Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat bantu yang digunakan
oleh tenaga kesehatan dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran, yang lebih sering berupa kata-kata, tulisan, rekaman video,
film, rekreasi, televisi, demonstrasi, drama, benda tiruan dan benda asli.
Beberapa metode pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan
adalah workshops, lecture, dan supportgroups. Begitu pula halnya dengan
remaja, dalam menghadapi masalah pada remaja perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah yang dialami
oleh remaja tersebut. Misalnya pada kecemasan remaja terhadap angka
kejadian HIV dan AIDS yang tinggi pada remaja; maka perawat dapat
memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan membentuk
support group Anti HIV/AIDS. Melalui kelompok ini, perawat akan
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit HIV/AIDS dan,
support group inilah nantinya yang akan menyebarkan informasi (dalam
bentuk leaflet) yang sudah didapat dari perawat tentang penyakit
HIV/AIDS.
3. Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan untuk
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran
masing-masing (Depkes, 2003).
Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara
perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program.
Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing dilakukan
untuk saling menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock,
Schuber & Thomas, 1999).
Dalam mengatasi masalah di masyarakat diperlukan kerjasama dan
partisipasi dari komunitas meliputi kerjasama atau kemitraan dengan lintas
program (puskesmas, Pokjakes, Dinas Kesehatan) dan lintas sektor (Dinas
Pertanian, dll) dalam menata kebijakan yang berhubungan dengan
penanggulangan suatu masalah
Beberapa komponen penting untuk partisipasi komunitas adalah
kerangka kerja untuk mendefinisikan masalah komunitas, anggota
komunitas sama-sama menyadari masalah kesehatan di wilayah mereka,
dan diperlukan mekanisme untuk menggerakkan komunitas agar mereka
mengenali kebutuhannya dan menjalin kerjasama dengan perawat
komunitas untuk menciptakan suatu budaya partisipasi (Meleis, 1992
dalam anderson&McFarlane, 2000).
Misalnya dalam menangani masalah pada remaja yang dirasakan
komunitas, perawat perlu membina hubungan kemitraan dengan
puskesmas dalam memberikan penyuluhan dan pemeriksaan fisik terhadap
remaja tersebut.
4. Pemberdayaan
Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan
komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk
menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek
dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock,
chuber & Thomas, 1999).
Pemberdayaan adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan kontrol
dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas
dan masyarakat (Nies & McEwen, 2001).
Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu
masyarakat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,
menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi
untuk meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2001).
Lima area pemberdayaanmeliputi interpersonal (personal
empowerment), intragroup (smallgroupdevelopment), intergroup
(komunitas), interorganizational (coalition building), dan politicalaction.
Dalam menghadapi masalah yang sering muncul pada remaja, strategi
pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan dan
mengikutsertakan keluarga dari remaja tersebut untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan proses dari pembuatan asuhan
keperawatan. Langkah ini dilakukan setelah dibuatnya intervensi atau rencana
keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan yang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: penyuluhan gizi, simulasi
dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang remaja, memotivasi keluarga untuk
melakukan penieriksaan kesehatan seperti tanda-tanda pubertas pada
remaja, dll
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak usia remaja dengan
resiko harga diri rendah untuk selalu memotivasi anak tersebut.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan. Evaluasi dapat disampaikan secara
tertulis maupun lisan. Oleh karena itu perawat harus dapat menganalisis setiap
data yang masuk sehingga tahapan selanjutnya dapat tepat dan sesuai dengan
kebutuhan. Melalui evaluasi, perawat menerima tanggungjawab untuk tindakan
mereka, menunjukkan minat terhadap hasil tindakan keperawatan serta
memperlihatkan keinginan untuk tidak mempertahankan yang tidak efektif.
Evaluasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen-komponen
penting sebagai berikut;
1. mengidentifikasi hasil yang diharapkan yang akan digunakan perawat
untuk mengukur pencapaian tujuan (dilakukan pada tingkat
perencanaan)
2. mengumpulkan dan membandingkan data yang berhubungan dengan
hasil yang diharapkan
3. mempertimbangkan apakah tujuan telah tercapai
4. menghubungkan tindakan keperawatan dengan hasail
5. membuat kesimpulan tentang status masalah
6. melakukan tinjauan dan modifikasi rencana asuhan keperawatan
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam melaksanakan suatu tindakan
keperawatan harus berhati-hati dalam mengevaluasi setiap tahapan proses serta
mempersiapkan untuk mengakhiri kerja sama dengan baik pada klien/kelompok
yan sedang ditanganinya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisis Swot
Strength
Weakness
Opporunity
Threat
: Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa dan memiliki masalah yang kompleks. Masa
remaja merupakan masa dimana remaja memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Masa remaja ingin mencari jati diri.
: Masa remaja merupakan masa dimana memiliki ego yang
tinggi, sehingga susah diberikan nasihat. Remaja juga suka
mencoba-coba hal yang baru, tanpa memikirkan dampaknya.
Remaja susah untuk terbuka, khususnya dalam hal komunikasi
ke orang tua.
: Masa remaja merupakan masa yang produktif, sehingga banyak
tempat kerja yang lebih mengutamakan untuk memperkerjakan
remaja dibanding ornag yang sudah tua
: Remaja sering terjerumus ke hal-hal yang negatif, kareana rasa
ingin tahunya yang tinggi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat atau pacu tumbuh
(growth spurt). Timbul ciri-ciri seksual sekunder mulai dari fertilitas dan
terjadi perubahan psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson &Mc, Farland, 2000. Community as patner: theory and practice in
nursing. Third ed. Philadelphia: Lippincott
Carpenito, Lynda. 2002. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC : Jakarta
Ferry efendi-makhfudli. Keperawatan Kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Salemba medika. Jakarta. 2009.
Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian 4 pendidikan lintas bidang. Imperal bakti
utama.2007. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Bandung
McMurray. 2003. Community health and wellness: a sociological approach.
Second ed. Philadelphia: Mosby company
Naidoo & Wills. 2000. Health promotion: foundations for practice. Second ed.
Philadelphia: St. Louis
Nursalam, konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi 2.
Salemba medika. Jakarta. 2008
Prasetyo, Yoyok. 2009. Promosi Kesehatan Bekerjasama dengan sekolah.
www.fik.ui.ac.id/index.php?m=page&s=detail&id_page=11