bab i & iv

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan p60% dari penduduk dunia, seperlilmanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Tumbuh kembang remaja adalah suatu proses yang berbeda dengan masa anak, pada masa

Upload: naomifetty

Post on 30-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB I & IV

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I & IV

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang

besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari

penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di

negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990)

menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia

Pasifik dimana penduduknya merupakan p60% dari penduduk dunia,

seperlilmanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat

Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari

50,9% remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.

Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,

dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh

kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya

potensi biologik seorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik

dan lingkungan biofisikopsikososial. Tumbuh kembang remaja adalah suatu

proses yang berbeda dengan masa anak, pada masa ini terjadi perubahan

psokobiologikal yang begitu pesat.

Pada masa remaja ini banyak permasalahan yang timbul terkait dengan

tumbuh kembang biologis dan sering menjadi beban bagi remaja, seperti pubertas,

obesitas, perawakan pendek/tinggi. Sedangkan masalah perilaku yang sering

muncul di masyarakat adalah merokok, perilaku seksual yang menyimpang,

infeksi menular seksual, penyalahgunaan obat (NAPZA), depresi, bunuh diri dan

sebagainya juga sering terjadi pada remaja.

Kualita generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaay yanng

dilakukan agar masa remaja yang penuh gejolak ini dapat dilewati dengan baik.

Banyak remaja yang gagal menjadi dewasa yang sukses, yang disebabkan oleh

masalah sosial, ekonomi, gangguan tumbuh kembang psikobiologikal, juga

Page 2: BAB I & IV

tersangkut masalah-masalah kenakalan yang menjurus ke kriminalitas seperti

mencuri, merampok, membunuh, memperkosa, pengguna dan pengedar obat

terlarang dan sebagainya.

Profesi keperawatan telah memasuki dunia baru dan dituntut untuk

mempertahankan prinsip dan prosedur yang ada serta mengembangkan hubungan

baru lainnya. Terkait dengan remaja, profesi keperawatan juga berhak untuk

mengenali karakteristik masalah yang mungkin dihadapi remaja, dan membantu

menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pengetahuan yang dimulikinya.

Oleh karena itu, remaja-remaja perlu mendapatkan perhatian khusus dari

semua ahli yang terkait, termasuk ahli-ahli Keperawatan yang berkompeten dalam

menangani kasus-kasus yang sering terjadi pada remaja dan memiliki pengetahuan

yang memadai dalam menanggulangi masalah yang sering terjadi pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Siapakah Remaja itu?

2. Masalah apa sajakah yang mungkin dihadapi oleh remaja?

3. Apakah Peran Askep keperawatan komunitas dalam masa remaja?

4. Sebutkan tujuan diberikannya askep pada kelompok remaja di

masyarakat?

5. Bagaimanakah proses keperawatan pada kelompok remaja di

masayarakat?

6. Bagaimana kerangka pengembangan askep pada kelompok remaja

di masa yang akan datang?

C. Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :

1. Menjelaskan siapa itu remaja dan tumbuh kembangnya

2. Menjelaskan masalah apa saja yang mungkin terjadi pada masa

remaja

3. Menjelaskan hubungan dan peran perawat dalam proses tumbuh

kembang remaja

Page 3: BAB I & IV

4. Menjelaskan peran askep dalam menghadapi masalah remaja

5. Menjelaskan Proses keperawatan dalam menghasapi kasus/masalah

pada remaja

6. Menjelaskan harapan pengembangan askep tersebut di masa yang

akan datang

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya

masyarakat yang sering menjumpai kasus remaja yang tidak baik.

2. Bagi penulis, dapat menambah wawasan, pengetahuan serta

pemahaman tentang bagaimana cara membuat asuhan keperawatan

dalam kelompok khusus remaja di masyarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORI

Page 4: BAB I & IV

1. Masa Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

dewasa, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat atau pacu tumbuh

(growth spurt). Timbul ciri-ciri seksual sekunder mulai dari fertilitas dan

terjadi perubahan psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

Data demografi menunjukkan remaja merupakan populasi yang

besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima

penduduk dunia adalah remaja berumur 10 – 19 tahun. Di Indonesia

menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999 kelompok umur 10 – 19 tahun

adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 %

remaja perempuan (Nancy, 2002).

Pertumbuhan somatik pada masa remaja mempunyai ciri-ciri

tersendiri, yaitu perubahan adalah ciri utama dari proses biologis

pubertas, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan

berakhirnya, kecepatan dan sifatnya tergantung pada masing-masing

individu. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya

perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti

siklus yang sama dalam pertumbuhan somatiknya. Timbulnya ciri-ciri

seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktivitas gonad.

Terdapat kecenderungan sekular yang disebabkan oleh adanya perbaikan

gizi dan lingkungan (Soetjiningsih, 2004).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan

kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tiga

tahapan yaitu masa remaja awal (early adolescence), yaitu umur 11 - 13

tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence), yaitu umur 14 - 16

tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence), yaitu umur 17 - 20

tahun (Soetjiningsih, 2004).

2. Perubahan pada Masa Remaja

2. 1. Perubahan Fisik Remaja

Page 5: BAB I & IV

• Karakteristik Perubahan Fisik Remaja

Wanita Laki-laki

•Pertumbuhan payudara

•Pertumbuhan rambut kemaluan

•Pertumbuhan badan/tubuh

Menarche

•Bulu ketiak

•Pubic hair (rambut kemaluan)

•Pertumbuhan testis

•Pubic hair

• Pertumbuhan badan/tubuh

•Pertumbuhan penis, kelenjar

prostat

•Ejakulasi pertama dengan

mengeluarkan semen

•Tumbuh rambut wajah dan

ketiak

•Tumbuhnya bulu ketiak

2. 2. Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif remaja dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide, pemikiran atau

konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan

masalah Contoh pemecahan masalah abstrak ; aljabar

b. Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang

lain maupun masalah sosial kemasyarakatan yang ditemui

dalam hidupnya.

c. Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan. membuat suatu

perencanaan untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian

mereka menguji cara pemcahan secara runtut, teratur dan

sistematis (Soetjiningsih,2004).

2.3. Perkembangan Psikososial Remaja

Tugas Perkembangan (menurut Havighurst)

a. menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan

psikologis

Page 6: BAB I & IV

b. belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun

wanita

c. memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan

orang dewasa lain

d. remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang

bertanggung jawab

e. memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

(Soetjiningsih,2004).

2.4. Kehidupan Seksual Remaja

Seksualitas berkaitan dengan anatomi seksual (organ-organ tubuh),

fungsi hormon seksual, dan perilaku seksual dalam kehidupan sosial. Resiko

perilaku seksual pada remaja terjadi pada remaja yang tidak mampu

mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas

(di luar aturan norma sosial) (Soetjiningsih,2004).

Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain

pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Remaja laki-laki sekitar 93% dan

89% remaja perempuan melakukan fantasi pada saat masturbasi. Fantasi ini

tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering dialami

sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan kebebasan yang lebih

banyak dan kadang-kadang ingin lebih leluasa melakuakn aktifitas seksual,

walaupun tidak jarang menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga sebagian

merasa berdosa dan cemas (Soetjiningsih,2004).

Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor

anatara lain perkembangan psikis,fisik, proses belajar dan sosiokultural. Oleh

karena itu pemahaman yang benar tentang perilaku seksual bagi remaja

sangat diperlukan demi perilaku seksualnya di masa dewasa sampai mereka

menikah dan memiliki anak (Soetjiningsih,2004).

2. Tugas Perkembangan Remaja

Page 7: BAB I & IV

Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan

kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk

mengatasinya. Pada masa remaja, mereka dihadapkan kepada dua tugas

utama, yaitu :

1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.

Pada masa remjaa sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik

antara rmaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional

menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan

emosional dari orang tuanya, misalnya dalam hal memilih teman

ataupun melakukan aktivitas. Kadang-kadang remaja menemui

pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik,

namun orang tua dalam melakukan proses tersebut berusaha

meminimalkan konflik dan membantu anak remaja untuk

mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk

mnegatur dirinya sendiri

2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan

kematangan pribadi.

Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang

dan kompleks, yang membutuhkam kontinuitas dari masa lalu,

sekarang dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini

akan membentuk kerangka berpikir untuk mengorganisasikan dan

mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan.

Dengan demikian individu dapat menerima dan menyatukan

kecenderungan pribadi, bakat dan peran-peran yang diberikan baik

oleh orang tua, teman sebaya maupun masyarakat dan pada

akhirnya dapat meberikan arah tujuan dan arti dalam kehidupan

mendatang.

Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari

lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin

mencari identitas diri. Perubahan yang diakibatkan oleh terjadinya

kematangan seksual dan tuntutan psikososial menempatkan remaja

pada suatu keadaan yang oleh Erikson disebut sebagai krisis

Page 8: BAB I & IV

identitas, yaitu suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap

permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyyan tentang

identitas dirinya, misalnya “siapakah aku”

(Soetjiningsih,2004).

Tugas Perkembangan Masa remaja yang lain, antara lain:

a. memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa

b. memperoleh peranan sosial

c. menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif

d. memperoleh kebebasan emosional dari orang tua

e. mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri

f. memiliki dan mempersiapkan diri unutk suatu pekerjaan

g. mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga

h. mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral

(Anonim,2010).

C.Masalah yang terjadi pada Remaja

Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu:

a. Permasalahan Fisik dan Kesehatan

Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja

awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai

masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi

berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan

fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang

diinginkan.

Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang

lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan

mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-

70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari

Page 9: BAB I & IV

bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha.

Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini

mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone,

1998).

Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres

emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga

diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003;

Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini

dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia

atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).

Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami

sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan

makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan,

bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka

yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini

sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah

digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak

berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza

yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang

terjadi pada orang dewasa.

Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja

mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa

percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk

kompensasi.

a. Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari

orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang

tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.

Page 10: BAB I & IV

b. Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan

obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional,

berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.

c. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental,

agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri,

kemampuan koping yang buruk, dll.

d. Cinta dan Hubungan Heteroseksual

e. Permasalahan Seksual

f. Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua

g. Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama

Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang

dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas,

penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan

yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan,

pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.

Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua

hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah,

cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang

menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan

terlarang maupun kenakalan remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan

cara-cara (Pola Asuh) orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau

sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan

remaja.

D.Pengertian Keperawatan komunitas

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang

perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,

ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program

kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,

penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,

pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada

Page 11: BAB I & IV

individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi

masyarakat secara keseluruhan.

Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads

kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan

menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan

yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan

pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan

kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan

fungsi kehidupan manusia secara optimal.

E. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas Keperawatan

komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan

sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan

masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap

individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian

langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan

masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu,

keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat

secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri.

Page 12: BAB I & IV

2. Tujuan khusus

a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar

dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.

c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan.

d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang

memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah,

di panti dan di masyarakat.

e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan

tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.

f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok

resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan

keperawatan di rumah dan di Puskesmas.

g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan

sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.

F. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-

upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya

(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang

ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan

upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

G. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti

keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak

Page 13: BAB I & IV

terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.

Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga

tingkat yaitu :

1. Tingkat Individu.

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang

mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu

hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan

sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan

pemecahan masalah kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga.

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian

dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya

tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,

memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan

lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam

masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

3. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.

a. Pembinaan kelompok khusus

b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

G. Peran keperawatan komunitas pada Remaja

Peran Perawat Komunitas, khususnya pada komunitas remaja, antara lain:

1. Pendidik (Educator)

Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang

memungkinkan remaja membuat pilihan dan mempertahankan

autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar remaja.

2. Advokat

Perawat memberi pembelaan kepada remaja yang tidak dapat bicara

untuk dirinya.

Page 14: BAB I & IV

3. Manajemen Kasus

Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan

menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi

fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup remaja.

4. Kolaborator

Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan

yang optimal.

5. Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi

setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan

peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan

rohani dalam kehidupan sehari-hari.

6. Peneliti

Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu

mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang

merupakan dasar dari praktik keperawatan.

7. Pembaharu (Change Agent)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu

terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama

dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

Page 15: BAB I & IV

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian komunitas merupakan suatu proses, merupakn upaya

untuk dapat mengenal masyarakat. Pengkajian merupakan tahap awal dari

proses keperawatan yang mencakup pengumpulan, penyusunan, validasi dan

pencatatan data (Sumijatun.2006).

Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah

mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang

mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan

strategi promosi kesehatan. Pengkajian komunitas tidak hanya dilakukan

kepada komunitas secara umum, tetapi bisa juga dilakukan di suatu agregat;

yaitu kelompok tertentu dalam masyarakat (misalnya remaja, perempuan

lemah, lanjut usia, atau anak balita) dalam konteks kelompok tersebut berada.

Proses pengkajian selalu sama di mana pun penerapannya (Anderson,2007).

Dalam melaksanakan pengkajian, perawat harus dapat membina

hubungan profesional dengan klien, keluarga, kelompok maupun masyarakat

yang terkait. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan komunikasi yang

memadai agar dapat diterima. Perawat juga harus dapat menjelaskan dengan

baik, peran dan fungsinya dlaam melaksanakan asuhan keperawatan

komunitas sehingga klien dapat diajak kerjasama secara optimal. Selain itu,

perawat juga harus terampil dalam bernegosiasi, mengelola waktu secara

tepat, efektif dan efisien serta pandai menempatkan diri (Sumijatun,2006).

A.1. Pengkajian Pada Remaja

Pengkajian pada remaja merupakan pengkajian pada suatu agregat;

yaitu kelompok terntentu dalam masyarakat. Proses pengkajian pada remaja

sama dengan proses pengkajian komunitas pada umumnya, di mana pun

penerapannya. Pengkajian pada remaja ini termasuk ke dalam pengkajian

komunitas yang lebih spesifik, karena proses mengkaji bagian dari komunitas,

dalam konteks ini, adalah kelompok remaja.

Page 16: BAB I & IV

Pengkajian spesifik ini lebih berfokus pada suatu sistem dan

karakteristik dari kelompok tersebut. Karakteristik spesifik yang harus dikaji

pada agregat remaja ini, antara lain:

a. Sosio-demografi, yang meliputi umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, latar belakang pendidikan, pekerjaan, apa yang dilakukan

ketika ada waktu luang, dan penghasilan.

b. Status Kesehatan, kategori penyakit, pelayanan kesehatan yang serig

digunakan, situasi yang sering meresahkan banyaknya remaja yang

menjadi pengangguran, perokok, dan pengguna obat-obatan terlarang

dan alkohol (NAPZA)

c. suprasistem yang ada, seperti pelayanan kesehatan yang diberikan

serta dampaknya baik positif maupun negatif, sistem sosial yang ada

dan mengidentifikasi metode pengumpulan data yang digunakan

(Sumijatun,2006).

Keberhasilan semua tahap proses keperawtan sangat tergantung

pada kelengkapan dan keakuratan datanya. Oleh karena itu, seluruh perawat

harus dapat bekerja sama untuk saling melengkapi sehingga data yang

dikumpulkan akkurat dan berkesinambungan (Sumijatun,2006).

Pada model kesehatan, perawat mengidentifikasi risiko yang

mungkin terjadi, mengetahui kebiasaan, gaya hidup dan perilaku sehat,

keyakinan, nilai-nilai serta sikap-sikap yang mempengaruhi tingkat

kesehatan. Pengkajian tersebut meliputi:

a. Riwayat kesehatan

b. Evaluasi terhadap kebugaran fisik

c. Pengkajian Nutrisi

d. Analisis stress dalam kehidupan

e. Kayakinan dalam kesehatan

f. Kesehatan spiritual

g. Penilaian risiko kesehatan

(Sumijatun,2006).

Pengkajian yang berhubungan dengan anak remaja

Pengakajian yang harus dilakukan pada anak remaja antara lain:

Page 17: BAB I & IV

a. Status kesehatan sekarang dan masa lalu

Kaji Apakah ada riwayat penyakit pada masa lalu, misalnya

kelainan genetik, cacat bawaan yang bisa mempengaruhi masa

remaja dari anak terebut.

b. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan

Kaji Bagaimana persepsi remaja mengenai cara untuk memelihara

kesehatan dirinya

c. Pola aktivitas dan latihan

Kaji Apa saja kegiatannya sehari-hari dan apa yang dilakukan

remaja ketika ada waktu luang.

d. Pola nutrisi

Kaji Bagaimana pola makannya, ada alergi makanan atau tidak,

makanan kesukaanya apa, apakah sering menjaga diet

berhubungan dengan berat badannya, khususnya pada remaja

wanita.

e. Pola eliminasi

Kaji bagiamana pola eliminasinya, teratur atau tidak. Apakah

merasa nyeri atau tidak

f. Pola istirahat

Kaji jam berapa remaja tersebut tidur dan bangun tidur jam

berapa, sering tidur siang atau tidak.

g. Pola kognitif persepsual

Kaji bagaimana persepsi remaja tersebut, apakah masuk ke dalam

kognitif yang abstrak/idealistik/logika.

h. Pola toleransi stress/koping

Kaji bagaimana cara remaja menghadapi masalah yang sering

terjadi pada dirinya.

i. Pola seksualitas dan reproduksi

Kaji apakah sudah menstruasi atau belum, menstruasinya teratur

atau tidak (jika wanita), sering mimpi basah atau tidak (jika laki-

laki).

j. Pola peran dan hubungan

Page 18: BAB I & IV

Kaji apakah remaja memiliki peran di sekolah, bagaimana cara

remaja tersebut membina hubungan dengan oramg lain.

k. Pola nilai dan kenyakinan

Kaji apakah remaja tersebut sering mengikuti kegiatan

keagamaan

l. Penampilan umum

Kaji kondisi fisik,

m. Perilaku selama wawancara

Selama wawancara apakah remaja tersebut kooperatif atau tidak

n. Pola komunikasi & Pola asuh orang tua

Kaji bagaimana remaja tersebut berkomunikasi dengan orang lain

dan orang tuanya. Apakah remaja tersebut sering menentang

orangtuanya

o. Kemampuan interaksi

Kaji kemampuan interaksi remaja dengan orang lain, baik itu

teman ataupun orang yang baru dikenalnya.

Pengkajian pada kelompok khusus remaja:

1. Core (Data inti)

Yang perlu dikaji adalah usia, jenis kelamin, penyakit yang pernah

diderita. Dan demografi, meliputi; vital stastistik (angka kematian

remaja, presentase masalah remaja yang sering terjadi di masyarakat.

2. Lingkungan Fisik

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kualitas udara, air yang digunakan

oleh remaja, kebisingan, apakah jarak dari rumah mereka dekat dengan

kebisingan atau industri, jarak dengan jalan raya, kepadatan dari jalan

raya.

3. Pendidikan

Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir apa, usia masuk sekolah,

bersekolah di sekolah swasta atau negeri, ikut kursus atau tidak.

Page 19: BAB I & IV

4. Keamanan dan Transportasi

Apakah dilingkungan mereka tinggal terdapat petugas keamanan

seperti polisi, security,dan lain-lain.

5. Politik dan Pemerintahan

Kaji pendapat mereka mengenai politik dan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah tentang remaja.

6. Pelayanan Umum dan Kesehatan

Kaji apa saja pelayanan umum dan kesehatan yang ada di sekitar

tempat itnggal remaja (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan),

apakah mereka sering memanfaatkan adanya pelayanan umum dan

kesehatan tersebut, pada kondisi/situasi apa mereka menggunakan

pelayanan umum dan kesehatan tersebut.

7. Ekonomi

Kaji apakah mereka sudah bekerja atau belum. Jika sudah, tanyakan

bagaimana penghasilannya dan jika belum tanyakan sumber

penghasilan mereka dari mana.

8. Rekreasi

Kaji sarana rekreasi yang sering dikunjungi, jadwal rekreasi, dampak

rekreasi bagi remaja.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada kelompok khusus remaja memberikan arah

terhadap tujuan dan intervensi keperawatan.

Dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada Agregat Remaja

adalah :

a. Koping Remaja tidak efektif

b. Perilaku destruktif

c. Depresi

d. Nutrisi kurang/lebih

e. Resiko terjadi cedera

f. Resiko terjadi penyimpangan

g. Seksual

Page 20: BAB I & IV

h. Kurang perawatan diri

i. Distress spiritual

j. Resiko penyalahgunaan obat

k. Potensial peningkayan kebugaran fisik

l. Potensial peningkatan aktualisasi diri

m. Gangguan citra tubuh

C. Intervensi keperawatan

Intervensi pada keperawatan komunitas berupa tindakan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menekankan pada tindakan

preventif dan promotif. Tingkatan tindakan preventif meliputi prevensi

primer, prevensi sekunder dan prevensi tersier.

Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam menciptakan

perilaku adaptif meliputi kemitraan (partnership), pemberdayaan

(empowerment), pendidikan kesehatan, dan proses kelompok.

1. Proses Kelompok

Kelompok merupakan suatu komunitas yang mempuyai komposisi dan

tujuan bersama serta memiliki milai-nilai yang disepakati bersama. Proses

kelompok addalah suatu bentuk intervensi keperawtan komunitas yang

dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau

sosial group berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Perawat

komunitas dapat membentuk kelompok baru atau bekerja sama dengan

kelompok yang telah ada.

Intervensi yang sering dilakukan pada kelompok Remaja, misalnya pada

diagnosa Koping Remaja tidak efektif berhubungan dengan sumber untuk

pemecahan masalah tidak adekuat yang ditandai dengan banyaknya remaja

yang pengangguran di RW 05 desa Y. Intervensinya adalah;

a. Membentuk peer atau sosial group

b. Penyuluhan terhadap perorangan tantang bagaimana cara koping

yang efektif.

c. kunjungan ke rumah dengan peer group

d. mengadakan waktu konsultasi

Page 21: BAB I & IV

2. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya

promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan

meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat.

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi keperawatan

komunitas yang ditujukan agar perilaku masyarakat yang berisiko meupun

yang telah mengalami penyakit mempunyai pengaruh positif terhadap

pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.

Secara umum pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi

kesehatan dari individu, keluarga, komunitas dan masyarakat Perawat

dapat mengembangkan berbagai aktivitas yang memberikan klien

informasi baru dan kesempatan untuk mempraktekan keterampilan baru

(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999; Nies&McEwen, 2007).

Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat bantu yang digunakan

oleh tenaga kesehatan dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

pengajaran, yang lebih sering berupa kata-kata, tulisan, rekaman video,

film, rekreasi, televisi, demonstrasi, drama, benda tiruan dan benda asli.

Beberapa metode pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan

adalah workshops, lecture, dan supportgroups. Begitu pula halnya dengan

remaja, dalam menghadapi masalah pada remaja perawat dapat

memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah yang dialami

oleh remaja tersebut. Misalnya pada kecemasan remaja terhadap angka

kejadian HIV dan AIDS yang tinggi pada remaja; maka perawat dapat

memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan membentuk

support group Anti HIV/AIDS. Melalui kelompok ini, perawat akan

memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit HIV/AIDS dan,

support group inilah nantinya yang akan menyebarkan informasi (dalam

bentuk leaflet) yang sudah didapat dari perawat tentang penyakit

HIV/AIDS.

Page 22: BAB I & IV

3. Kemitraan

Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan untuk

mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran

masing-masing (Depkes, 2003).

Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara

perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program.

Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing dilakukan

untuk saling menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock,

Schuber & Thomas, 1999).

Dalam mengatasi masalah di masyarakat diperlukan kerjasama dan

partisipasi dari komunitas meliputi kerjasama atau kemitraan dengan lintas

program (puskesmas, Pokjakes, Dinas Kesehatan) dan lintas sektor (Dinas

Pertanian, dll) dalam menata kebijakan yang berhubungan dengan

penanggulangan suatu masalah

Beberapa komponen penting untuk partisipasi komunitas adalah

kerangka kerja untuk mendefinisikan masalah komunitas, anggota

komunitas sama-sama menyadari masalah kesehatan di wilayah mereka,

dan diperlukan mekanisme untuk menggerakkan komunitas agar mereka

mengenali kebutuhannya dan menjalin kerjasama dengan perawat

komunitas untuk menciptakan suatu budaya partisipasi (Meleis, 1992

dalam anderson&McFarlane, 2000).

Misalnya dalam menangani masalah pada remaja yang dirasakan

komunitas, perawat perlu membina hubungan kemitraan dengan

puskesmas dalam memberikan penyuluhan dan pemeriksaan fisik terhadap

remaja tersebut.

4. Pemberdayaan

Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan

komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk

menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek

Page 23: BAB I & IV

dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock,

chuber & Thomas, 1999).

Pemberdayaan adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan kontrol

dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga, komunitas

dan masyarakat (Nies & McEwen, 2001).

Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu

masyarakat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,

menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi

untuk meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2001).

Lima area pemberdayaanmeliputi interpersonal (personal

empowerment), intragroup (smallgroupdevelopment), intergroup

(komunitas), interorganizational (coalition building), dan politicalaction.

Dalam menghadapi masalah yang sering muncul pada remaja, strategi

pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan dan

mengikutsertakan keluarga dari remaja tersebut untuk menyelesaikan

masalah yang terjadi.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan proses dari pembuatan asuhan

keperawatan. Langkah ini dilakukan setelah dibuatnya intervensi atau rencana

keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang

telah direncanakan yang sifatnya:

a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,

mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan

kesehatan.

b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat

pencegahan, yaitu :

Page 24: BAB I & IV

a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada

populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta

perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: penyuluhan gizi, simulasi

dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.

b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah

kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan

tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji

keterbelakangan tumbuh kembang remaja, memotivasi keluarga untuk

melakukan penieriksaan kesehatan seperti tanda-tanda pubertas pada

remaja, dll

c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu

pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,

Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak usia remaja dengan

resiko harga diri rendah untuk selalu memotivasi anak tersebut.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting untuk mengetahui

keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan. Evaluasi dapat disampaikan secara

tertulis maupun lisan. Oleh karena itu perawat harus dapat menganalisis setiap

data yang masuk sehingga tahapan selanjutnya dapat tepat dan sesuai dengan

kebutuhan. Melalui evaluasi, perawat menerima tanggungjawab untuk tindakan

mereka, menunjukkan minat terhadap hasil tindakan keperawatan serta

memperlihatkan keinginan untuk tidak mempertahankan yang tidak efektif.

Evaluasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen-komponen

penting sebagai berikut;

1. mengidentifikasi hasil yang diharapkan yang akan digunakan perawat

untuk mengukur pencapaian tujuan (dilakukan pada tingkat

perencanaan)

2. mengumpulkan dan membandingkan data yang berhubungan dengan

hasil yang diharapkan

3. mempertimbangkan apakah tujuan telah tercapai

Page 25: BAB I & IV

4. menghubungkan tindakan keperawatan dengan hasail

5. membuat kesimpulan tentang status masalah

6. melakukan tinjauan dan modifikasi rencana asuhan keperawatan

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam melaksanakan suatu tindakan

keperawatan harus berhati-hati dalam mengevaluasi setiap tahapan proses serta

mempersiapkan untuk mengakhiri kerja sama dengan baik pada klien/kelompok

yan sedang ditanganinya.

Page 26: BAB I & IV

BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis Swot

Strength

Weakness

Opporunity

Threat

: Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan

masa dewasa dan memiliki masalah yang kompleks. Masa

remaja merupakan masa dimana remaja memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi. Masa remaja ingin mencari jati diri.

: Masa remaja merupakan masa dimana memiliki ego yang

tinggi, sehingga susah diberikan nasihat. Remaja juga suka

mencoba-coba hal yang baru, tanpa memikirkan dampaknya.

Remaja susah untuk terbuka, khususnya dalam hal komunikasi

ke orang tua.

: Masa remaja merupakan masa yang produktif, sehingga banyak

tempat kerja yang lebih mengutamakan untuk memperkerjakan

remaja dibanding ornag yang sudah tua

: Remaja sering terjerumus ke hal-hal yang negatif, kareana rasa

ingin tahunya yang tinggi

Page 27: BAB I & IV

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

dewasa, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat atau pacu tumbuh

(growth spurt). Timbul ciri-ciri seksual sekunder mulai dari fertilitas dan

terjadi perubahan psikologis serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson &Mc, Farland, 2000. Community as patner: theory and practice in

nursing. Third ed. Philadelphia: Lippincott

Carpenito, Lynda. 2002. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis.

EGC : Jakarta

Ferry efendi-makhfudli. Keperawatan Kesehatan komunitas teori dan praktik

dalam keperawatan. Salemba medika. Jakarta. 2009.

Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian 4 pendidikan lintas bidang. Imperal bakti

utama.2007. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Bandung

McMurray. 2003. Community health and wellness: a sociological approach.

Second ed. Philadelphia: Mosby company

Naidoo & Wills. 2000. Health promotion: foundations for practice. Second ed.

Philadelphia: St. Louis

Nursalam, konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi 2.

Salemba medika. Jakarta. 2008

Page 28: BAB I & IV

Prasetyo, Yoyok. 2009. Promosi Kesehatan Bekerjasama dengan sekolah.

www.fik.ui.ac.id/index.php?m=page&s=detail&id_page=11