inti (bab i - bab iv)
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
1/112
BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF)
A. PENGERTIAN
Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan Jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Brunner & Suddarth, 2002).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Sylvia A.Price, 2005).
Gagal jantung Kongestif adalah kondisi patofisiologik yang diakibatkan
gangguan fungsi jantung karena jantung tidak dapat mempertahankan curah yang
cukup untuk kebutuhan metabolik jaringan dan organ tubuh (Robbins, Stanley,
L, 1999).
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Faktor Presipitasi
1
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
2/112
Kelainan otot jantung (Miokardium) yang menyebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi Miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadinya Hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sitemik atau Pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi
secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2. Faktor Predisposisi
Penyakit yang dapat menimbulkan penurunan fungsi ventrikel seperti :
Penyakit Arteri Koroner
Hipertensi
2
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
3/112
Kardiomiopati
Penyakit jantung Kongenital
3. Patofisiologi
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang
dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk
sewaktu diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara
progresif bertambah. Seiring dengan peningkatan progresif volume diastolik
akhir, sel-sel otot vebtrikel mengalami peregangan melebihi panjang
optimumnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel
teregang oleh darah. Semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah
yang dapat dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan serat otot
bertambah. Akibatnya volume sekuncup, curah jantung dan tekan darah turun.
Respon-respon reflek tubuh yang mulai bekerja sebagai jawaban terhadap
penurunan tekanan darah akan secara bermakna memperburuk situasi.
(Elizabeth J Corwin, 2001).
3
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
4/112
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO =
HR x SV , dimana curah jantung (CO : Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi
jantung (HR : Heart Rate) x volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Bila curah
jantung berkurang maka sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini
gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung.
(Suzanne C Smeltzer,2000).
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala gagal jantung secara umum :
Dispnea, atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal jantung
yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja
pernafasan akibat kongesti vaskuler paru yang mengurangi kelenturan
paru.
4
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
5/112
Kelemahan fisik, manifestasi utama dari penurunan curah jantung
adalah kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.
Ortopnea (dispnea saat berbaring).
Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP) atau mendadak terbangun karena
dispnea, dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial.
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama
pada posisi berbaring.
Tanda dan gejala gagal jantung kanan :
Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)
Hepatomegali (pembesaran hati) : nyeri tekan hati dapat terjadi akibat
peregangan kapsula hati.
Gejala saluran cerna, seperti anoreksia, rasa penuh atau mual dapat
disebabkan oleh kongesti hati dan usus.
Edema Perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.
Edema mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung (tunkai
bawah, tumit).
Nokturia (dieresis malam hari) yang mengurangi retensi cairan.
5
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
6/112
Tanda dan gejala gagal jantung kiri :
Sesak nafas (dispnea)
Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP)
Ortopnea
Batuk-batuk
Sianosis
Jantung membesar, tachycardia.
Foto rontgent : Oedema Paru, Cor membesar.
(Sylvia A.Price, 2005).
Klasifikasi
Menurut New York Heart Association (NYHA) gagal jantung dapat
di klasifikasikan menurut derajatnya, yaitu :
Derajat I : Tidak ada gejala (seperti nafas pendek, nyeri dada) bila
melakukan kegiatan fisik biasa.
Derajat II : Timbul gejala (nafas pendek, nyeri dada) yang terjadi pada
kegiatan fisik biasa.
6
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
7/112
Derajat III : Timbul gejala sewaktu melakukan kegiatan fisik ringan.
Derajat IV : kegiatan fisik hamper tidak bisa dilakukan oleh karena
dengan istirahat saja telah timbul gejala (nafas pendek, nyeri dada).
(Long C Barbara ,1996).
5. Pemeriksaan Penunjang
Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis
dan manajemen gagal jantung. Pemeriksaan ekokardiografi dapat
digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
Ultrasonografi Doppler, termasuk aliran warna dapat digunakan untuk
menilai regurgitasi katup dan pirau intrakardiak. Aneurisma ventrikel kiri,
thrombus dalam ventrikel, Efusi Perikardial, dan berbagai bentuk penyakit
jantung korgenital juga dapat dideteksi.
Rontgent Dada
Foto sinar X dada Posterior Anterior dapat menunjukkan adanya
Hipertensi Vena, Edema paru, atau Kardiomegali.
7
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
8/112
Elektrokardiografi (EKG)
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan
kelainan EKG seperti dibawah ini :
1. Left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukkan disfungsi
venrikel kiri kronis.
2. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen
ST, menunjukkan penyakit jantung Iskemik.
3. Hipertrofi Ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan
Stenosisa Aorta dan penyakit hipertensi.
4. Aritmia : Deviasi Aksis ke kanan, Right Bundle Branch block dan
Hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel
kanan.
Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit, BUN, Creatimin, Serum Albumin.
(Muttaqin Arif, 2009).
5. Penatalaksanaan Medis
8
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
9/112
Tujuan Penatalaksanaan menurut Noer H.M Sjaifoellah 1996 adalah :
1. Mengurangi beban kerja
Istirahat jasmani dan Emosional
Berat badan yang berlebihan (obesitas) sebaiknya dikurangi /
diturunkan
Vasodilator
2. Memperbaiki daya pompa jantung
Digitalis, obat-obatan Simptomatik, pacu jantung
3. Pengendalian Retensi garam dan cairan
Diit rendah garam
Diuretic
Pengeluaran cairan secara mekanik (Thoracosentesis, Parasentesis,
Ultrafiltrasi)
Penatalaksanaan menurut Riiantono, Lily ismudiai 1998 adalah :
1. Pembatasan aktivitas kerja berat untuk menurunkan kerja jantung
9
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
10/112
2. Obat-obatan Diuretik untuk memp[erbaiki gejala kongestif seperti
Dispnea
Misal : Diuretik Tiazid, Furosemid dan Asam Etakrinat baik secara
oral maupun intravena
3. Preparat Digitalis untuk meningkatkan Kontraktilitas Miokardium
4. Preparat Nitrat atau Isorbit Dinitrat meningkatkan kapsitas vena
Pulmonalis, menurunkan secara ringan tahanan vaskuler sistemik
5. Hidralazin
Menurunkan tahanan vaskuler sistemik
6. Prosozin
Melebarkan arteri Perifer Vena Pulmonalis
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan pada pasien gagal jantung menurut Marilyn Doengoes
dkk. 2000 adalah :
10
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
11/112
1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi ADH
dan retensi Natrium / air
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen / kebutuhan
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler / alveoli
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan
fungsi jantung / penyakit / gagal
Diagnosa Keperawatan pada gagal jantung menurut Lynda Juall Carpenito edisi
8, 2000 adalah :
1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan gangguan sistem transport
oksigen karena gagal jantung kongestif
11
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
12/112
2. Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas
3. Resiko terhadap kelebihan volume cairan : odema yang berhubungan
dengan penurunan aliran darah ginjal sekunder terhadap gagal jantung
kanan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran pencernaan dan
keletihan
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan dispnea noktural dan
ketidakmampuan melakukan posisi tidur seperti biasanya
Dari kedua Diagnosa Keperawatan diatas dapat disimpulkan bahwa
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung kongestif
adalah :
1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi ADH
dan retensi Natrium / air
12
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
13/112
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen / kebutuhan
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler / alveoli
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi
7. Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran cerna
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea noktural dan
ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya
D. FOKUS INTERVENSI
Menurut Doengoes (2000)
Diagnosa 1 : Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial.
Tujuan : - Peningkatan frekuensi jantung
13
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
14/112
- Curah jantung meningkat
Kriteria hasil : pasien menunjukkan tanda vital dalam batas normal,
disritmia terkontrol, bebas gejala jantung, terjadi penurunan dispnea,
ikut sertakan dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadia pical, kaji frekuensi
irama jantung
2. Catat bunyi jantung
3. Palpasi nadi Perifer
4. Pantau tekanan darah
1. Biasanya terjadi takikardi untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler
2. S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa jantung
3. Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi
4. Pada gagal jantung kongestif dini,
sedang atau kronik, TD dapat
meningkat sehubungan dengan Septum
Ventriculler Right (SVR)
Intervensi Rasional
5. Kaji adanya kulit pucat dan sianosis
6. Pantau keluaran urine, catat penurunan
5. Pucat menunjukkan menurunnya
Perfusi Perifer Sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung dan anemia
Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori
gagal jantung kronik
6. Ginjal berrespon untuk menurunkan
14
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
15/112
dan kepekatan konsentrasi urine
7. Beri posisi nyaman pada tempat tidur
atau kursi
8. Berikan O2tambahan dengan kanul
nasal / masker sesuai indikasi
9. Berikan obat sesuai indikasi
10. Diuretic : Furosemid (Lasix), Asam
Etakrinik (Enderic),Bumetamid (Bumex)
curah jantuingdengan menahan cairan
dan natrium
7. Istirahat fisik dipertahankan untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung
den menurunnya kebutuhan oksigen
8. Meningkatnya persediaan O2 untuk
kebutuhan miokard untuk melawan efek
iskemik
9. Banyaknya obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup
10. Penurunan preload paling banyak
digunakan dalam mengobati pasien
curah jantung
Intervensi Rasional
11. Captopril(Capoten), Usinopril (Prinivil),
Eralapri (Vasotec)
12. Pantau dan ganti elektrolit
11. Untuk mengontrol gagal jantung
dengan menghambat konversi
angiotesin dalam paru dan menurunkan
tekanan darah
12. Dapat mempengaruhi elektrolit (kalium
dan klorida) yang mempengaruhi irama
jantung
15
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
16/112
Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya
produksi ADH dan retensi Natrium / air
Tujuan : Volume cairan pasien berkurang sampai dengan normal
Kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan
dan pengeluaran bunyi nafas bersih, tanda vital dalam batas normal,
berat badan normal dan tidak oedem, menyatakan tentang pembatasan
cairan.
Intervensi Rasional
1. Pantau keluaran urine, catat jumlah dan
warna
1. Keluaran urine mungkin sedikit dan
pekat karena penurunan perfusi jaringan.
Intervensi Rasional
2. Pertahankan duduk / tirah baring dengan
posisi Semi Fowler
3. Timbang berat badan setiap hari
4. Auskuhasi bunyi nafas, catat penurunan
dan atau bunyi tambahan
5. Pantau tekanan darah dan CVP
2. Meningkatkan Filtrasi Ginjal dan
menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan dieresis
3. Catat perubahan ada / hilangnya
oedema sebagai respon terhadap terapi
4. Kelebihan volume cairan sering
menimbulkan kongesti paru
5. Menunjukkan kelebihan volume cairan
16
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
17/112
6. Pemberian obat sesuai indikasi :
Diuretik contoh : Furosemid (Lasix)
7. Mempertahankan cairan / pembatasan
natrium sesuai indikasi
8. Pantau Foto thorax
dan dapat menunjukkan terjadinya
gagal jantung
6. Meningkatkan laju aliran urine dan
dapat menghambat reabsorsi natrium /
klorid pada tubulus ginjal
7. Menurunkan air total tubuh /
reakumulasi cairan
8. Menunjukkan perubahan indikatif
peningkatan / perbaikan kongesti paru
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 / kebutuhan
Tujuan : Pasien mampu melakukan aktivitas fisik
Kriteria hasil : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan
toleransi aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Catat respon Kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat tachicardi disritmia,
dispnea, pucat
1. Penurunan / ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktifitas dapat
menyebabkan peningkatan frekuensi
jantung
17
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
18/112
2. Evaluasi peningkatan intoleransi
aktivitas
3. Kaji penyebab kelemahan, contoh :
pengobatan, nyeri
4. Berikan bantuan dalam aktivitas
perawatan diri sesuai indikasi
5. Implementasikan program rehabilitasi
jantung / aktivitas
2. Dapat menunjukkan peningkatan
Decompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas
3. Kelemahan merupakan efek samping
beberapa obat
4. Memenuhi kebutuhan perawatan diri
tanpa mempengaruhi stress
5. Peningkatan aktivitas secara bertahap
menghindari kerja jantung / konsumsi
oksigen berlebihan
Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran kapiler / alveoli
Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan pertukaran gas
Kriteria hasil : mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat
pada jaringan ditunjukkan oleh GDA / oksiometri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi Rasional
1. Auskuitasi bunyi nafas, catat krekel,
mengi
1. Menyatakan adanya kongesti paru /
pengumpulan secret menunjukkan untuk
intervensi lanjut
18
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
19/112
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas
dalam
3. Anjurkan pasien selalu merubah posisi
4. Pertahankan duduk di kursi, tirah baring
dengan kepala tempat tidur lebih tinggi
(Semi Fowler)
2. Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
3. Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia
4. Menurunkan konsumsi oksigen /
kebutuhan dan meningkatkan ekpansi
paru maksimal
Intervensi Rasional
5. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
6. Berikan obat sesuai indikasi : Diuretik,
Furosemid (lasix)
5. Meningkatkan konsentrasi alveolar yang
dapat memperbaiki / memudahkan
hipoksemia jaringan
6. Menurunkan kongesti alveolar,
meningkatkan pertukaran gas
Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama, oedema, dan penurunan perfusi
jaringan
Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intregritas kulit
19
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
20/112
Kriteria hasil : mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan
perilaku / tehnik mencegah kulit.
Intervensi Rasional
1. Ubah posisi saat ditempat tidur, bantu
rentang gerak pasif / aktif
2. Berikan perawatan kulit, meminimalkan
dengan kelembapan / ekresi
3. Hindari obat intramuskuler
1. Memperbaiki sirkulasi / menurunkan
waktu satu area yang menggangu aliran
darah
2. Terlalu kering atau lembab merusak
kulit dan mempercepat kerusakan
3. Edema interstitial dan gangguan
Intervensi Rasional
4. Pijat area kemerahan atau memutih
sirkulasi memperlambat absorsiobat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit /
terjadinya infeksi
4. Meningkatkan aliran darh,
meminimalkan hipoksia jaringan
Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pengetahuan pasien meningkat
Kriteria hasil :
20
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
21/112
Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkanepisod
berulang dan mencegah komplikasi
Menyatakan tanda / gejala yang memerlukan intervensi cepat
Mengidentifikasi stress pribadi / faktor resiko untuk menangani
Melakukan perubahan pola hidup / perilaku yang perlu
Intervensi Rasional
1. Diskusikan pentingnyafungsi jantung
sehat
2. Diskusikan pentingnya pembatasan
1. Pengetahuan proses penyakit dan
harapan dapat memudahkan ketaatan
pada program pengobatan
2. Pembatasan diit natrium diatas 3gr/hari
Intervensi Rasional
natrium
3. Diskusikan obat, tujuan, dan efek
samping
4. Jelaskan dan diskusikan peran pasien
dalam mengontrol faktor resiko dan
faktor pencetus
akan menghasilkan efek diuretic
3. Pemahaman kterapeutik dan pentingnya
upaya pelaporan efek samping dapat
mencegah terjadinya komplikasi obat
4. Menambah pengetahuan dan
memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi
Diagnosa 7 : Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas
21
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
22/112
Tujuan : Ansietas pasien berkurang sampai dengan hilang
Kriteria hasil :
Mengakui dan mendiskusikan takut / masalah
Menunjukkan perasaan yang tepat
Wajah tampak rileks
Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
Intervensi Rasional
1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien /
orang terdekat tentang diagnose
1. Pasien dan orang terdekat mendengar
dan mengasimilasi informasi baru
Intervensi Rasional
2. Beri kesempatan untuk bertanya
jawab
3. Libatkan pasien / orang terdekat
dalam perencanaan perawatan
4. Berikan waktu untuk menyiapkan
peristiwa atau pengobatan
untuk memilih intervensi yang tepat
2. Membuat kepercayaan dan menurunkan
kesalahan persepsi interpretasi terhadap
informasi
3. Dapat memperbaiki beberapa perasaan
4. Kontrol / kemandirian pada pasien yang
merasa tidak berdaya dalam menerima
diagnosa
22
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
23/112
Diagnosa 8 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti
vena saluran pencernaan dan keletihan
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi untuk mempertahankan
fungsi tubuh
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral, menjelaskan factor-faktor
bila diketahui, menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda malnutrisi setiap
hari
2. Kelola kebersihan mulut setiap 2-4 jam,
jika mungkin anjurkan untuk menyikat
gigi
3. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
1. Diketahui adanya tanda-tanda malnutrisi
yang merupakan petunjuk adanya
gangguan kebutuhan nutrisi
2. Dapat menambah nafsu makan, pasien
tidak merasa pahit dan enak bila
mengunyah
3. Memberikan konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diit
23
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
24/112
Diagnosa 9 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea noktural dan
ketidakmampuan melakukan posisi tidur yang biasanya
Tujuan : Pola tidur pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan
penurunan terhadap pikiran
Tampak / bisa istirahat yang cukup
Intervensi Rasional
1. Anjurkan istirahat sejenak, turunkan
aktifitas mental fisik pada sore hari
2. Evaluasi tingkat stress
3. Lengkapi jadwal tidur dan ritual secara
teratur
1. Aktivitas fisik dan mental meningkatkan
kelelahan yang dapat meningkatkan
kebingungan
2. Tingkat stress dapat melonggarkan pola
tidur yang mencapai tidur pulas
3. Mempertahankan kestabilan lingkungan
24
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
25/112
4. Beri makan kecil sore hari
5. Berikan obat sesuai indikasi
4. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan
mengantuk
5. Mungkin efektif dalam menangani
penyakitnya untuk meningktkan
kemampuan tidur
BAB II
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hari / tanggal : Senin,16 Juli 2009
Waktu : pukul 07.30 WIB
Oleh : Yety Pribawati
25
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
26/112
Tempat : Bangsal Boegenvile 2 RSUP DR SARDJITO
Metode : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, tim medis, buku status pasien
B. DATA DASAR
a. Identitas Pasien
Nama : Bp H
Umur : 77 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Buruh cuci baju
Alamat : Blunyah Rejo TR II /816 Tegal Rejo
Dx. Medis : CHF CF I-II dengan Efusi Pericard,AFRVR,Dispepsia
tipe ulkus
No. CM : 1318481
26
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
27/112
Tanggal masuk RS : 11 Juli 2009
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Blunyah Rejo TR II/816 Tegal Rejo
Hubungan : anak menantu pasien
c. Riwayat Pasien
1) Presipitasi : OMI Anteroseptal
2) Predisposisi: Hipertensi
C. DATA FOKUS
1. Alasan utama masuk rumah sakit
27
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
28/112
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas,
kadang-kadang terasa nyeri dada disebelah kiri, perut terasa mual dan
muntah dan pasien tidak periksa kedokter. Karena keluhan tidak
berkurang tanggal 11 juli 2009 pasien dibawa keluarga kedokter. Pasien
mengeluh sesak nafas disertai nyeri dada sebelah kiri, tidak menjalar,
perut terasa mual dan muntah, pasien juga mengeluh nyeri perut sebelah
kiri.
2. Keluhan utama saat dilakukan pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Juli 2009
diperoleh data:
Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa sesak kemudian
bisa hilang sendiri sesak nafasnya, dan pagi ini rasa sesak sudah
berkurang. Pasien juga mengatakan kadang-kadang terasa sesek kalau
habis jalan jauh. Pasien tidur dengan posisi semi fowler. Pasien perutnya
terasa penuh dan rasanya mual,makan habis porsi diit lunak DL II RG.
Pasien juga mrngeluh perut kiri bawahnya terasa nyeri, skala nyeri 6 (dari
skala 0-10). Rasa nyeri terasa saat posisi terlentang. Pasien tampak tegang
saat terasa nyeri. Keadaan umum pasien sedang, pasien mengatakan
aktivitas mandi dan ganti baju dibantu oleh keluarga. Kuku pada kedua
tangan dan kaki pasien tampak panjang dan kotor, gigi tampak kotor,
28
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
29/112
skala aktivitas pasien 2 (memerlukan bantuan minimal). Pasien terpasang
infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm (sejak tanggal 14 Juli 2009) pada
tangan kanan flabot ke 3,tetesan infus lancar,kondisi balutan tempat
penusukan infus kotor.
3. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan Umum pasien sedang, GCS:15
b. Tanda-tanda vital:
TD: 140/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5o C
RR: 24 x/menit
Status Gizi:
BB: 45 kg
TB: 158 cm
IMT: BB(kg) / TB(m)2
: 45 / (1,58)2
: 18,07 kg/m2
29
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
30/112
( under wight)
c. Dada
Jantung
Perkusi : Redup, terdapat Cardiomegali
Auskultasi: S1-S2 murni (melemah) ireguler
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normochest, simetris, Tidak ada ketinggalan
gerak.
Perkusi : Sonor pada paru-paru kanan dan kiri
Auskultasi: Vesikuler kanan dan kiri
d. Abdomen
Inspeksi : abdomen supel, terdapat bekas luka post op hernia (5 tahun
yang lalu).
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri
e. Ekstermitas :
30
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
31/112
Pada tangan kanan pasien terpasang infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm
(sejak tanggal 14 Juli 2009) flabot ke 3,tetesan infus lancar dengan
kondisi balutan tempat penusukan infus kotor.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 11 Juli 2009
Hb: 10,7 gr/dl (14-18 gr/dl)
AE: 3,44 106/uL (4,7-6,1 106/uL)
Albumin: 2,75gr/dl (3,50-5,00 gr/dl
Radiologi pada tanggal 11 Juli 2009
Hasil RO Thorak: Cardiomegali
EKG tanggal 11 juli 2009 : AFRVR HR 110 x/menit, OMI Anteroseptal
Echocardiografi pada tanggal 15 Juli 2009
Hasil : terdapat Efusi Pericard.
5. Therapi pada tanggal 16 Juli 2009
31
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
32/112
Diit Lunak DL II RG
Infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm (sejak 14 Juli 2009)
Injeksi Ranitidin 50 mg (2ml)/12 jam
Captopril 3x25 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Digoxin 1x0,25 mg
D. PENGELOMPOKAN DATA
Data Subyektif:
- Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa sesak
kemudian bisa hilang sendiri sesak nafasnya. Pagi ini rasa sesek
sudah berkurang.
- Pasien mengatakan kadang-kadang terasa sesek kalau buat jalan
jauh
- Pasien mengatakan perutnya terasa penuh dan rasanya mual.
32
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
33/112
- Pasien mengatakan perut bagian kiri bawahnya terasa nyeri,
skala nyeri 6 (dari skala 0-10) rasa nyeri terasa saat posisi
terlentang.
- Pasien mengatakan aktivitas mandi dan ganti baju dibantu oleh
keluarga.
Data Obyektif:
- Keadaan umum pasien sedang, GCS: 15
- Pasien tidur dengan posisi semi fowler
- Tanda-tanda vital:
TD: 140/80 mmHg
N: 84 x/menit
R: 24 x/menit
S: 36,5oC
- Status Gizi:
BB:45 kg
TB: 158 cm
IMT: 45/(1.58)2
33
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
34/112
: 18,07 kg/m2 (under wight)
- Pasien makan habis porsi diit lunak DL II RG
- Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri,pasien tampak
tegang saat terasa nyeri
- Skala aktivitas pasien 2 (memerlukan bantuan minimal)
- Mandi dan ganti baju dibantu oleh keluarga
- Kuku pada kedua tangan dan kaki pasien tampak panjang dan
kotor
- Gigi pasien tampak kotor
- Pada tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9 % mikrolini 16 tpm
(sejak tanggal 14 Juli 2009) flabot ke 3,tetesan infuse
lancar,kondisi balutan tempat penusukan infus kotor
- Hasil Ro Thorak tanggal 11 Juli 2009: terdapat Cardiomegali
- EKG tanggal 11 juli 2009 : AFRVR HR 110 x/menit, OMI
Anteroseptal
- Hasil Echocardiografi pada tanggal 15 Juli 2009 terdapat Efusi
Pericard
- bunyi jantung S1-2 murni (melemah) ireguler
34
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
35/112
- Hb: 10,7 gr/dl ( 14-18 gr/dl)
- Albumin: 2,75 gr/dl (3,50-5,00 gr/dl)
E. ANALISA DATA
NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba
nafasnya terasa sesek,kemudian hilang
sendiri sesak nafasnya. Pagi ini rasa sesek
sudah berkurang.
Perubahan
Kontraktilitas
Miokardial
Curah
Jantung
menurun
35
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
36/112
.
DO:TD 140/80 mmHg
N 84 x/menit
RR 24 x/menit
S 36,5OC
Pasien tidur dengan posisi semi fowler
Hasil Ro Thorak tanggal 11 Juli 2009
terdapat Cardiomegali
Hasil Echocardoografi tanggal 15 Juli 2009
terdapat Efusi Pericard
EKG: AFRVR HR 110 x/menit, OMI
Anteroseptal
Bunyi jantung S1-2 murni(melemah) ireguler
NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM
2. DS: Pasien mengatakan pada perut bagiankiri bawah terasa nyeri, skala nyeri 6 (dari
skala 0-10) rasa nyeri terasa saat posisi
terlentang.
DO: Pasien tampak tegang saat terasa nyeri
Lesi akibatpeningkatan
sekresi gastrik
Nyeri
36
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
37/112
3.
Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri.
TD 140/80 mmHg
N 84 x/menit
RR 24 x/menit
DS: Pasien mengatakan perutnya terasa
penuh dan rasanya mual
DO: KU sedang
Hb 10,7 gr/dl (14-18 gr/dl)
Albumin 2,75 gr/dl (3,50-5,00 gr/dl)
IMT 18,07 kg/m2 (under wight)
BB 45 kg
Pasien makan habis porsi diit lunak DL II
RG
Mual, anoreksia
karena
peningkatan
asam lambung
Perubahan
Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh
NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM
4. DS: -pasien mengatakan kadang
kadang terasa sesek kalau buatjalan jauh
-Pasien mengatakan aktifitas
mandi dan ganti baju dibantu oleh
keluarga.
Ketidakseimbangan
suplai O2 dankebutuhan
Intoleransi
aktifitas.
37
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
38/112
5.
DO: - Keadaan umum sedang
Aktifitas mandi dan ganti bajudibantu oleh keluarga.
Skala aktifitas pasien 2
(memerlukan bantuan minimal)
kuku pada kedua jari-jari tangan
dan kaki tampak panjang dan kotor
Gigi pasien kotor
TD ; 140/mmHg
N : 84 x/mnt
R : 24x/mnt
DS : -
DO : Pada tangan kanan terpasang
infus NACL 0,9 % Mikro Lini 16
tpm sejak tanggal 14 Juli
2009,flabot ke3, Tetesan infuse
lancar,kondisi balutaan tempat
penusukan infus kotor.
S:36,5oC
Tempat masuknya
Mikroorganisme
sekunder akibat
tindakan invasif
(pemasangan infus)
Resiko infeksi
PRIORITAS MASALAH :
1) Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial.
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2 dan
kebutuhan.
38
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
39/112
3) Nyeri berhubungan dengan Lesi akibat peningkatan sekresi gastrik
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia karena peningkatan asam lambung
5) Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme
sekunder akibat tindakan invasif (pemasangan infus)
39
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
40/112
40
NO DX. KEPERAWATAN PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Tgl 16/07/09
Jam 07.30 WIBCurah jantung menurun
berhubungan denganperubahan kontraktilitas
miokardial, ditandai
dengan :DS :
pasien mengatakan
tadi malam tiba-tiba
nafasnya terasa
sesak, kemudianhilang sendiri.
Pagi ini rasa sesak
sudah berkurang
DO :TD : 140/80mmHg
N : 84 x/menit
K : 24 x/menitS : 36,5 oC
Pasien tidur denganposisi semi fowler
Hasil RO thorak tgl
11/7/09 terdapatCardiomegali
Hasil
Echocardiografi tgl15/07/09 terdapat
Efusi Pericard
Setelah
dilakukantindakan
keperawatanselama 3 x 24
jam diharapkan
penurunancurah jantung
dapat teratasidengan
Kriteria :
Pasien
mengatakan
nafasnyatidak sesak
lagi
Tanda-tanda
vital dalam
batasnormal
TD : 120/80mmHg
N : 60-100x/menit
RR : 16-20x/menit
Bunyi
jantung S1-
S1 murni
Tgl 16/07/09
Jam 08.00 WIB1. Observasi nadi
apical (kajifrekuensi,
irama, dan
bunyi jantung)pernafasan,
tekanan darah,nadi
2. Catat bunyijantung
1. Takikardi
terjadi untukmengkompens
asi penurunan
kontraktilitasventrikel
2. S1 dan S2
mungkinlemah karena
menurunnya
kerja pompajantung,
Gallop (S3 danS4)
menunjukkanadanya
distensi
murmurmenunjukkan
inkompetensi /stenosis mitral
Tgl 16/07/09
Jam 10.30 WIBMengobservasi
tanda-tanda vitaldan mengobservasi
pernafasan pasien
yety
Jam 10.45 WIBMengobservasi
irama dan bunyijantung
Yety
Jam 14.00 WIBMengelola
pemberian obatoral captopril 25
mg
Yety
Tgl 16/07/09
Jam 10.45 WIBTD : 130 / 80
mmHgN : 88 x/menit
R : 24 x/menit
Pasien mengatakankadang kadang
merasa sesak tetapihilang sendiri
seseknya setelahbuat duduk
Yety
Jam 10.55 WIBBunyi jantung S1
dan S2 murni(melemah)
irregular
Yety
Jam 16.00 WIB
Captopril 25 mgsudah diminum
TD:130/80 mmHg
Yety
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
41/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EKG : AFRVR HR
110 x/menit OMI
Anteroseptal
Bunyi jantung S1-2
murni(melemah)
ireguler
1. Ukurmasukan dan
keluarancairan
2. Kelola dalam
pemberianCaptopril
3x25 mg
yety
3. Penurunancurah jantung
mengakibatkangangguan
perfusi ginjal,
retensi natrium /
air danpenurunankeluaran urine
4. Captopril untukmeningkatkan
kontraksi
miokardium
Jam 16.00 WIB
S : pasien mengatakan
kadang-kadang
merasa sesek tetapi
terus hilang sendiri
setelah buat duduk
O : TD : 130 / 80
mmHg N : 88 x/menit
R : 24 x/menit
Bunyi jantung S1 dan
S2 murni (lemah)
iregular
A : masalah curah
jantung menurun
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
Observasi nadi
apical (kajifrekuensi ,iramadan bunyi
jantung)
Catat bunyi
NO DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
41
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
42/112
DX KEPERAWATAN
Jantung
Ukur
masukan
dan
pengeluarancairan (BC)
Yety
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
42
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
43/112
1
.
Tgl 17 /07/09
Jam 06.30 WIB
Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial.
S: pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa
sesak dan setelah saya buat duduk seseknya hilang
sendiri dan pagi ini sesak sudah berkurang.
O: pasien mengalami orthopnea
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 23 x/menit
Pasien tidur dengan posisi semi fowler
Balance cairan/24 jam(tgl 16-17 Juli 2009)
Input: 1200 cc
Output: 650 cc
IWL: 500 cc _
+ 50 cc
A: Masalah curah jantung menurun belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Observasi nadi apical (kaji frekuensi dan irama
jantung),pernafasan,tekanan darah,nadi- Ukur pemasukan dan keluaran cairan (BC)
- Kelola dalam pemberian Captopril 3x25 mg
Tgl 17/07/09
Jam 08.00 WIB
Mengobservasi keadaan
pernafasan pasien setelah
beraktifitas
Yety
Jam 13.00 WIB
Mengukur pemasukan dan
keluaran cairan selama 8 jam
Yety
Jam 14.00 WIB
Mengelola obat oral captopril
25 mg
Yety
Tgl 17/07/09
Jam 08.15 WIB
Pasien mengatakan sudah tidak
sesak nafas lagi setelah
beraktivitas.
Yety
Jam 13.15 WIB
Input:
Minum: 500 cc
Infus : 130 cc
Output:
Urine: 400 cc
Yety
Jam 16.00 WIB
Captopril 25 mg sudah
diminum TD: 130/80 mmHg
Yety
43
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
44/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 16.00 WIB
Monitor tanda-tanda vital pada
pasien
Yety
Jam 16.15 WIB
TD: 130/80 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 23 x/menit
YetyJam 16.30 WIB
S: pasien mengatakan sudah tidak
sesak nafas lagi setelah beraktifitas
O: TD 130/80 mmHg, N: 84 x/menit,
RR: 23 x/menit
Input (selama 8 jam)
Minum: 500 cc
Infus : 130 cc
Output:
Urine: 400 cc
A: masalah curah jantung menurun
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Observasi nadi apical (kaji
frekuensi dan irama jantung),
tanda-tanda vital- Ukur pemasukan dan keluaran
cairan( BC)
Yety
44
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
45/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
1.
Tgl 18/07/09
Jam 06.30 WIB
Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardium.
S: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang,
semalam sudah tidak merasakan sesak nafas lagi.
O: TD: 140/80 mmHg
N: 84 x/menit
S : 36,4 oC
R: 22 x/menit
Balance cairan/24 jam(tg17-18 Juli 2009)
Input: 1500 cc
Output: 950 cc
IWL: 500 cc _
+ 50 cc
A: Masalah curah jantung menurun belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi- Catat bunyi jantung
- Observasi nadi apical (kaji frekuensi, irama, dan bunyi
jantung),pernafasan,tekanan darah,nadi
- Ukur pemasukan dan keluaran cairan(BC)
Tgl 18/07/09
Jam 09.00 WIB
Mengkaji keadaan pernafasan
klien, dan bunyi jantung
Yety
Jam 12.00 WIB
Mengukur tanda-tanda vital
pada pasien
Yety
Jam 14.00 WIB
Mengukur pemasukan dan
keluaran cairan selama 8 jam
Yety
Tgl 18/07/09
Jam 09.15 WIB
- Pasien mengatakan sudah
tidak sesak nafas lagi.- Bunyi jantung S1-S2 murni
(melemah)reguler
Yety
Jam 12.20 WIB
TD: 130/80 mmHg
N: 88 x/menit
R: 23 x/menit
S : 36,5 oC
Yety
Jam 14.15 WIB
Input:Minum: 450 cc
Infus : 130 cc
NO CATATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
45
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
46/112
DX PERKEMBANGAN
Output:
Urine: 400 cc
Yety
Jam 14.30 WIB
S: pasien mengatakan sudah tidak terasa sesak
nafas lagi
O: bunyi jantung S1-S2 murni (melemah)reguler
TD 130/80 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 22 x/menit
S : 36,5 oC
Input (selama 8 jam)
Minum: 450 cc
Infus : 130 cc
Output:
Urine: 400 cc
A : masalah curah jantung menurun teratasi
sebagian dengan kriteria: pasien sudah tidak sesaknafas lagi,N:88 x/menit,RR: 22 x/menit
P : lanjutkan intervensi
- Observasi nadi apical (kaji frekuensi dan
irama jantung), tanda-tanda vital
- Ukur pemasukan dan keluaran cairan(BC )
Yety
46
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
47/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2.
Tgl 16/07/09
Jam 07.30 WIB
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangansuplai O2 dan kebutuhan,
ditandai dengan :
DS: pasien mengatakan
kadang-kadang terasasesek kalau buat jalan
jauh
- pasien mengatakanaktifitas mandi dan
ganti baju dibantuoleh keluarga
DO : KU sedang
Aktivitas mandi dan
ganti baju dibantuoleh keluarga dan
perawat
Skala aktivitas pasien
2 (memerlukan
bantuan minimal)
TD : 140 / 80 mmHg
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatanselama 3 x 24 jam,
resiko intoleransi
aktivitas dapatteratasi dengankriteria :
Kemandirian
aktivitas sehari-
hari (ADL)
meningkatsecara
bertahap.
Pasien mampu
melakukan
aktifitas denganmandiri
Tanda vitaldalam batas
normalTD : 120/80
-140/90 mmHg
N : 60-100x/menit
R : 16-20 x/menit
Tgl 16/07/09
Jam 08.00 WIB
Observasi
tanda-tandavital dan
respon
kardiopulmonal (tachicardi,
dispnea,berkeringat
dan pucat)
Perhatikan
ketidakmampu
an untuk
berpartisipasidalam aktivitas
Evaluasi
peningkatanintoleransiaktivitas
Berikan
bantuan dalamaktifitas secara
bertahap sesuaikemampuan
pasien
1. Penurunan /
ketidakmampua
n miokardiumuntuk
meningkatkanvolume
sekuncup
selama aktivitasdapat
menyebabkanpeningkatan
frekuensijantung
2. Mengetahui
sejauh manaketidakmampua
n yang dialamipasien
3. Dapat
menunjukkanpeningkatan
Decompensasijantung
daripadakelebihan
aktivitas
Tgl 16/07/09
Jam 08.30 WIB
Membantu pasien
dari posisi tidur ke
posisi duduk
Yety
Jam 10.45 WIB
Mengukur tanda-
tanda vital padapasien
Yety
Jam 12.00 WIB
Membantu
mengambilkanmakan pada pasien
Tgl 16/07/09
Jam 08.45 WIB
Kemampuan aktivitas
pasien bertahap pasien
mampu duduk di tepitempat tidur dan tidak
mengeluh sesak
Yety
Jam 10.00 WIB
TD : 130 / 80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 24 x/menit
Yety
Jam 12.40 WIB
Pasien makan ditempat
tidur sambil duduk pasienmakan habis porsi
47
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
48/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N : 84 x/menit
R : 24 x/menit
Kuku pada
kedua jari-jari
tangan dan kaki
tampak panjangdan kotor
Gigi pasien
kotor
Kuku pada
tangan dan
kaki tampak
pendek danbersih
Gigi pasien
tampak
bersih
4. Pemenuhan
kebutuhanperawatan
diri tanpastress
Miokard /kebutuhan
oksigen
berlebihan
Yety Yety
Jam 14.30
S : -
O : kemampuan aktivitas pasien
bertahap. Pasien mampu dudukdi tepi tempat tidur dan tidak
mengeluh sesak
TD : 130 / 80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 24 x/menit
A: masalah intoleransi aktivitasbelum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda-tanda vital
dan respon kardiopulmonal(tachicardi, dispnea,
berkeringat dan pucat)
48
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
49/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Perhatikan
ketidak
mampuan
untukberpartisipasi
dalamaktivitas
Berikan
bantuan dalamaktivitas
secarabertahap
sesuai
kemampuanpasien
Yety
49
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
50/112
NO
DX
CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI EVALUASI
2
Tgl 17/07/09
Jam 06.30 WIB
Intorensi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai O2
dan kebutuhan
S : pasien mengatakan kadang-
kadang terasa sesak kalau buat jalanjauh, tetapi kalau sudah dibuat
duduk sesaknya hilang sendiri
O : pasien mandi dan ganti baju
dibantu oleh keluarga
Pasien mampu berjalan kekamar
mandi dengan didampingi anaknya
RR : 23 x/menit
N : 88 x/menit
Kuku pada kedua tangan dan kaki
pasien masih panjang dan kotor
A : masalah intoleransi aktifitas
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda vital dan
respon kardiopulmonal
Perhatikan ketidakmampuan
Tgl 17/07/09
Jam 08.30 WIB
Mengkaji keadaan umum pasien
dalam beraktivitas
Yety
Jam 12.00 WIB
Mengukur tanda-tanda vital pasien
Yety
Jam 16.15 WIB
Membantu pasien dalam memotongkuku tangan dan kaki
Yety
Tgl 17/07/09
Jam 09.00 WIB
Pasien mengatakan sudah tidak merasakansesak nafas
setelah beraktifitas. Pasien mampu duduk sendiri
ditempat tidur dan tidak merasakan sesak
Yety
Jam 12.20 WIB
TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 23 x/menit
Yety
Jam 16.30 WIB
Kuku pasien yang awalnya panjang-panjang dankotor menjadi pendek dan bersih
Yety
50
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
51/112
N
O
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
untuk berpartisipasi dalam
aktivitas
Berikan bantuan dalam aktivitas
secara bertahap sesuai
kemampuan pasien
Jam 16.30 WIB
S : pasien mengatakan sudah tidak terasa sesaknafas setelah beraktivitas
O : pasien mampu duduk sendiri di tempattidur dan tidak merasakan sesak TD : 130/80
mmHg, N : 88 x/menit, RR : 23 x/menit
Kuku pasien pendek dan bersih
A : masalah intoleransi aktivitas teratasi
sebagian dengan kriteria: pasien sudah tidakterasa sesek lagi setelah beraktivitas, pasien
mampu duduk sendiri ditempat tidur dantidak merasakan sesek, R: 23 x/menit, N: 88
x/menit,kuku pasien pendek dan bersih.
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda-tanda vital dan respon
kardiopulmonal
Berikan bantuan dalam aktivitas secara
bertahap sesuai kemampuan pasien
Yety
51
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
52/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
2
Tgl 18/07/09
Jam 06.45 WIB
Intorensi aktivitas berhubungandengan ketidakseimbangan suplai
O2 dan kebutuhan
S : pasien mengatakan sudah tidak
merasakn sesak lagi setelahberaktifitas
O :
Pasien tampak duduk ditempat
tidur dengan rileks
TD : 140/80 mmHg
N : 884x/menit
RR : 22 x/menit
Gigi pasien kotor
A : masalah intoleransi aktivitasteratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda-tanda vital
dan respon kardiopulmonal
Berikan bantuan dalam
aktivitas secara bertahap
sesuai kemampuan pasien
Tgl 18/07/09
Jam 08.30 WIB
Mengobservasi keadaan pasiendan membantu pasien pergi
kekamar mandi denganberjalan hati-hati
Yety
Jam 12.00
Mengukur tanda-tanda vital
Yety
Tgl 18/07/09
Jam 09.00 WIB
Pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi
setelah buat berjalan ke kamar mandi Pasien mampu duduk sendiri di tempat tidur dengan
rileks
RR : 22 x/menit
N : 88 x/menit
Yety
Jam 12.20 WIB
TD : 130/80 mmHg
R : 22 x/menit
N : 88 x/menit
Yety
52
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
53/112
N
O
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 16.15
Membantu pasien untuk mandi danmelakukan oral hygene ditempat
tidur dengan menggunakan air
hangat
Yety
Jam 16.25 WIB
Membantu pasien untuk ganti bajudan menyisir rambut
Yety
Jam 16.25 WIB
Setelah mandi badan pasien tampak bersih dan segar, gigisudah bersih
Yety
Jam 16.30 WIB
Pasien terlihat bersih dan segar. Pasien memakai pakaiandengan bantual minimal. Pakaian lengan pendek dan
memakai sarung, rambut sudah rapi
Yety
53
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
54/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 16.30
S : pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi
setelah buat aktivitas berjalan
O : pasien mampu duduk di tempat tidur dengan
rileks,berjalan kekamar mandi dan tidak mengeluh sesek
TD : 130/80 mmHg, RR : 22 x/menit, N : 88 x/menit
Pasien masih membutuhkan bantuan minimal
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dengan
kriteria: pasien sudah tidak merasakan sesek lagi setelah
buat aktivitas berjalan,pasien mampu duduk ditempattidur dengan rileks dan mampu berjalan kekamar mandi
dengan tidak mengeluh sesek, R: 22 x/menit, N: 88x/menit
P : lanjutkan intervensi
Observasi tanda-tanda vital dan responkardiopulmonal
Berikan bantuan dalam aktivitas secara bertahap
sesuai kemampuan pasien
Yety
54
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
55/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3.
Tgl 16/07/09
Nyeri berhubungan
dengan lesi akibatpeningkatan sekresi
gastric, ditandaidengan :
DS :
pasien mengatakan
pada perut kiri bawahterasa nyeri.
Skala nyeri 6 (dariskala 0-10)
rasa nyeri terasa saat
posisi terlentangDO :
- Pasien tampak tegangsaat terasa nyeri
terdapat nyeri tekan
pada perut kiri bawah
TD : 140 / 80 mmHg
N : 84 x/menit
R : 24 x/menit
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatanselama 3 x 24 jam,
nyeri hilang atau
berkurang denganKriteria:
Pasien
melaporkannyeri sudah
berkurang
Skala nyeri dari
6 berkurang
menjadi 0-2
(dari skala 0-10)
Tanda-tanda
vital dalam
batas normal :TD : 120 / 80
mmhg
N : 60-100x/menit
Pasien tampakrileks
Tgl 16/07/09
1.Kaji intensitas
durasi dan skalanyeri
2.Monitor tanda-
tanda vital
3.Ajarkan teknikrelaksasi nafas
dalam
4.Berikan posisiyang nyaman
untukmengurangi rasa
nyeri pada
pasien: miringkekiri/ kekanan
5. Kelolapemberian obat
Raniditin
1. Menentukan
intervensipemecahan
masalah2. Kenaikan
tanda-tandavital
mengidentivi
kasi adanyarasa nyeri
3. Melepaskanketegangan
emosional
dan dapatmeningkatkan
kemampuankoping
4. Memberikankenyaman
pada pasien
5. Mengurangi
rasa nyeripada lambung
Tgl 16/07/09
Jam 08.00 WIB
Mengelola terapi
dengan obat Ranitidin
50 mg melaluiintravena cateter
Yety
Jam 09.00 WIB
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalampada pasien
Yety
Jam 16.00 WIB
Mengukur tanda-
tanda vital pada
pasien
Yety
Tgl 16/07/09
Jam 09.00 WIB
Pasien mengatakn p
kiri bawah masih te
nyeri
Y
Jam 09.30 WIB
Pasien mammempraktekkan tek
nafas dalam dan rasa nkadang-kadang m
terasa
Y
Jam 16.20 WIB
TD : 140 /80 mmHg, N
88 x/menit, R : 23 x/men
Y
55
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
56/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
50 mg (2ml) / 12
jam
Yety
Jam 16.20 WIB
Memberikan posisi
yang nyaman pada
pasien untuk
mengurangi rasa
nyeri
Yety
Jam 20.00 WIB
Mengelola terapi
dengan obat Ranitidin
50 mg, melalui
intravena cateter
Yety
Jam 16.30 WIB
Pasien merasa nyaman
dengan posisi tidur mir
kanan / kiri
Dan posisi duduk untuk
mengurangi nyeri
Y
Jam 21.00 WIB
Pasien mengatakan rasa
nyeri pada perut kiri m
terasa senut-senut
Y
56
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
57/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Jam 21.00 WIB
S : pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada perut kiribawah. Skala nyeri 6
Nyeri terasa kalau buat
terlentang.
O :
Pasien tampak tegang saat
nyeri
Pasien merasa nyaman
dengan posisi seperti
miring ke kiri / kekanan
dan duduk
TD : 140 /80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 23 x/menit
57
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
58/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
A : masalah nyeri belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji intensitas durasi dan
skala nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Anjurkan pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam jika
terasa nyeri
Berikan posisi yang
nyaman pada pasien untukmengurangi rasa nyeri
Yety
58
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
59/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
3.
Tgl 17/07/09
Jam 06.00 WIB
Nyeri berhubungan dengan lesi akibatpeningkatan sekresi gastric.
S : Pasien mengatakan pada perut kirinyamasih terasa nyeri
Rasa nyeri terasa kalau buat terlentang
O : ekspresi wakaj pasien tampak tegang
saat terasa nyeri.
TD : 130 / 80 mmHg, N : 88 x/menit, R :
23 x/menit
- Terdapat nyeri tekan pada perut kiri
bawah
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji intensitas durasi dan skala nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Ajarkan teknik distraksi pada pasien
Berikan posisi yang nyaman pada
pasien untuk mengurangi rasa nyeri
seperti miring kekiri/kana
Kelola pemberian terapi Ranitidin 50
mg (2ml) / 12 jam
Tgl 17/07/09
Jam 08.00 WIB
Mengelola terapi dengan obat Ranitidin50 mg (2ml) / 12 jam melalui intravena
cateter
Yety
Jam 09.00 WIB
Mengajarkan pasien untuk melakukanteknik relaksasi nafas dalam
Yety
Jam 14.00 WIBMengkaji keluhan nyeri pada pasien
(intensitas durasi dan skala nyeri)
Yety
Tgl 17/07/09
Jam 09.00 WIB
Pasien sudah mendapatkan terapi Ranitidin50 mg dan rasa nyeri sedikit berkurang
Yety
Jam 09.25 WIB
Pasien mampu melakukan teknik relaksasi
nafas dalam
Yety
Jam 14.15 WIB
Pasien mengatakan perut kiri bawah masihterasa nyeri, Skala nyeri 4, nyeri terasa
hilang timbul dan pada waktu ditekan, pasien
mengatakan kalau buat tidur miring danduduk rasa nyeri menjadi berkurang.
Yety
59
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
60/112
N
O
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 16.00 WIB
Monitor tanda-tanda vital pada pasien
Yety
Jam 16.15 WIB
TD : 130 / 80 mmHg , N : 84x
/menit, R : 23x/menit , S : 36,7 oC
Yety
Jam 17.00 WIB
S : pasien mengatakan perut kiri bawah masih
terasa nyeri, Skala nyeri 4. Nyeri terasa hilangtimbul
O : TD : 130 / 80 mmHg, N : 84 x/menit,R : 23x/menit, S : 36,7 oC
Pada perut kiri masih terdapat nyeri tekanA : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji keluhan nyeri pada pasien (intensitas,
durasi, skala nyeri)
Monitor tanda-tanda vital
Kelola pemberian terapi Ranitidin 50 mg /
12 jam.
60
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
61/112
Yety
N
O
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
3.
Tgl 18/07/09
Jam 06.15 WIB
Nyeri berhubungan dengan lesiakibat peningkatan sekresi gssrtik.
S : pasien mengatakan pada perutkiri bawah masih terasa agak
nyeri, skala nyeri 4. Nyeri terasahilang timbul dan kalau ditekan
masih terasa nyeri
O : pasien merasa nyaman denganposisi seperti tidur miring kiri /
kanan dan duduk untukmengatasi rasa nyerinya
TD : 140 / 80 mmHg, N : 84x/menit, R : 22 x/menit
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji keluhan nyeri pada
pasien (intensitas, durasi ,dan
skala nyeri)
Monitor tanda-tanda vital
Tgl 18/07/09
Jam 08.00 WIB
Mengelola terapi dengan obatRanitidin 50 mg (2ml) melalui
intravena cateter
Yety
Jam 09.00 WIB
Mengajarkan teknik relaksasi nafasdalam pada pasien dan
menganjurkan pada pasien untuk
melakukan teknik nafas dalam jika
nyeri dating
Yety
Jam 12.00 WIB
Monitor tanda-tanda vital pada
pasien
Tgl 18/07/09
Jam 09.00 WIB
Pasien sudah mendapatkan terapi Ranitidin 50mg / 12 jam dan rasa nyeri sudah sedikit
berkurang
Yety
Jam 09.15 WIB
Pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafasdalam dan rasa nyeri kadang-kadang masih
terasa hilang timbul kalau buat terlentang
Yety
Jam 12.15 WIB
TD : 130 / 80 mmHg, N : 88x/menit, R : 22x/menit, S : 36,5 oC
61
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
62/112
Ajarkan teknik relaksasi
Yety Yety
N
O
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Kelola pemberian terapi
Ranitidin 50 mg (2ml) / 12
jam
Jam 13.00 WIB
Mengkaji keluhan nyeri pada
pasien (intensitas, durasi ,danskala nyeri)
Yety
Jam 13.15 WIB
Pasien mengatakan rasa nyeri pada perut sudah agak
berkurang. Skala nyeri 3.Pasien sudah agak sedikit rileks.
Yety
Jam 15.00 WIB
S : pasien mengatakan rasa nyeri pada perut kiri sudahagak berkurang, Skala nyeri 3.
O : pasien sudah tampak sedikit rileks
TD : 130 / 80 mmHg, N : 88 x/menit, R : 22 x/menit, S :36,5 oC
A : masalah nyeri teratasi sebagian dengan criteria :pasien mengatakan rasa nyeri pada perut kiri sudah agak
berkurang, skala nyeri 3.
P : lanjutkan intervensi
- Kaji keluhan nyeri pada pasien
62
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
63/112
- Monitor tanda-tanda vital- Kelola pemberian terapi Ranitidin 50 mg / 12 jam
Yety
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4 Tgl 16/07/09Jam 07.30 WIBPerubahan nutrisi
kurang dari kebutuhantubuh berhubungan
dengan mual, anoreksiakarena peningkatan
asam lambung, ditandai
dengan :DS : pasien
mengatakan perutnyaterasa penuh dan
rasanya mual
DO : KU sedang
HB 10,7 gr / dl Albumin 2,75 gr / dl
(3,50 5,00)
IMT 18,07 Kg / m2
(under weight)
Pasien makan porsi
diit habis porsidiit lunak DL II RG
Setelah dilakukantindakankeperawatan
selama 7 x 24jam. Perubahan
nutrisi kurangdari kebutuhan
tubuh dapat
teratasi denganKriteria :
Pasien tidak
mengeluh
mual-mual lagi
Rasa penuh
pada perutberkurang atauhilang
Albumin
meningkat dari
2,75 gr / dl
menjadi 3,50gr / dl
Pasien mau
menghabiskan
Tgl 16/07/09Jam 07.45 WIB1. Jelaskan
pentingnyanutrisi bagi
tubuh2. Sajikan
makanan
dalam keadaanhangat
3. Berikanmakanan
sedikit-sedikit
tapi sering
4. Berikanlingkunganyang
menyenangkan saat pasien
makan
5. Monitor hasil
laboratoriumtentang
(Albumin, Hb)
1. Mengeta
hui keadaanpemasukan
nutrisi2. Meningk
atkan selera
makan
3. Meminimalkan rasa
mual
4. Memberikan
kenyamanandan
meningkatkan
nafsu makan
5. Mengetahui
perkembanga
Tgl 16/07/09Jam 10.00 WIBMenganjurkan
pada pasien untukmakan sedikit-
sedikit tapi sering
Yety
Jam 12.00 WIB
Motivasi pasienuntuk makan diit
yang sudah
disajikan DL II RG
Yety
Tgl 16/07/09Jam 09.00 WIBPasien makan
sedikit demi sedikitbubur kacang hijau
Yety
Jam 12.30 WIB
Pasien makan diitlunak DL II RG
habis porsi
Yety
Jam 14.00 WIB
S : Pasienmengatakan
perutnya masih
terasa penuhseperti mau muntah
O : KU sedangPasien makan
habis porsi
63
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
64/112
porsi diit dari porsi
menjadi 1porsi
Yety
n pasien danmenetukan
intervensiselanjutnya
diit lunak DL IIRG
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
A : masalah
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
Jelaskan
pentingnyanutrisi bagi
tubuh
Sajikan
makanandalam keadaan
hangat
Berikan makan
sedikit-sedikittapi sering
Berikan
lingkunganyang
menyenangkansaat pasien
64
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
65/112
makan
Yety
NODX
CATATANPERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
4
Tgl 17/07/09
Jam 06.30 WIB
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia karena peningkatan asamlambung.
S : pasien mengatakan perutnya masihterasa penuh dan kadang-kadang terasa
mual
O :
KU sedang
Pasien makan diit pagi habis porsi(DL II RG)
Albumin 2,75 gr / dl (3,50 5,00 gr / dl)
A : masalah perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh
Sajikan makanan dalam keadaan
hangat
Tgl 17/07/09
Jam 11.30 WIB
Menyajikan diit dalam keadaan hangatdan memberikan lingkungan yang
nyaman saat pasien makan
Yety
Jam 17.00 WIB
Menganjurkan pada pasien untuk
makan sedikit-sedikit tapi seringdanminum air hangat untuk mengurangi
rasa mual dan sebah pada perut
Yety
Tgl 17/07/09
Jam 12.00 WIB
Diit tersaji didekat pasien dalam keadaanhangat, pasien menghabiskan diit
porsi DL II RG
Yety
Jam 17.25 WIB
Pasien mengerti dengan anjuran perawat
dan pasien makan sedikit demi sedikitPasien makan habis porsi (DL II RG)
Yety
Jam 21.00 WIBS : pasien mengatakan rasa penuh
65
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
66/112
Berikan makan sedikit-sedikit tapi
sering
Berikan lingkungan yang
menyenangkan saat pasien makan
didalam perut sudah sedikit berkurangtapi kadang-kadang masih merasakan
mual kemudian hilang sendiri
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
O : KU sedang
Pasien makan diit sore habis porsi
(DL II RG)
A : masalah perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasiP : lanjutkan intervensi
Jelaskan pentingnya nutrisi bagi
tubuhSajikan makanan dalamkeadaan hangat
Berikan makan sedikit-sedikit tapi
sering
Yety
66
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
67/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
4
Tgl 18/07/09
Jam 06.45WIBPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia karena peningkatan asamlambung.
S : pasien mengatakan kadang-kadangperutnya masih terasa sebah tetapi sudah
tidak mual lagiO :
KU sedang
Pasien makan diit pagi habis porsi
bubur, 1 butir telur, 1 mangkok kecil
sup kacang panjang
A : masalah perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh teratasi sebagian dengankriteria : Pasien makan habis porsi diit
DL II RGPasien tidak mengeluh mual
P : lanjutkan intervensi
Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh
Sajikan makanan dalam keadaan
hangat
Tgl 18/07/09
Jam 11.00 WIB
Memberikan penyuluhan pada pasien
tentang diit lambung II
Yety
Jam 11.30 WIB
Menyajikan makanan dalam keadaanhangat
Yety
Jam 13.45 WIB
Menimbang berat badan pasien
Yety
Tgl 18/07/09
Jam 11.15 WIB
Pasien mengerti dengan pejelasan
perawat tentang diit lambung II yangberisi tentang makanan yang boleh
dikonsumsi dan makanan yang tidakboleh dikonsumsi
Yety
Jam 12.00 WIB
Diit tersaji didekat pasien dalam keadaanhangat, pasien makan habis porsi DL
II RG
Yety
Jam 14.00 WIB
Hasil penimbangan berat badan pasien46 Kg naik 1 Kg (dari tanggal 11/07/09)
IMT : BB / (TB)2 = 46 / (1,58)2 = 18,47 Kg / m2
Under Weight
Yety
67
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
68/112
Timbang berat badan
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 15.00 WIBS : pasien mengatakan rasa penuh
didalam perut sudah agak berkurang dantidak merasa mual
O : KU sedang
IMT 18,47, Kg / m2
Pasien makan diit habis porsi
DLII RGA : masalah perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
dengan kriteria : pasien mengatakan rasapenuh diperut sudah berkurang dan tidak
terasa mual lagiP : lanjutkan intervensi
Berikan makan sedikit-sedikit tapisering
Sajikan makanan dalam keadaan
hangat
Yety
68
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
69/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
5. Tgl 16/07/09
Jam 07.30 WIBResiko infeksi
berhubungan dengantempat masuknya
mikroorganisme
sekunder akibattindakan invasif
(pemasangan infus)Ditandai dengan :
DS : -
DO : pada tangankanan pasien
terpasang infusNaCL 0,9 %
mikrolini 16 tpm(sejak tanggal
14/07/09) dengann
kondisi balutan padatempat penusukan
infus kotor.- S : 36,5 oC
Setelah dilakukan
tindakankeperawatan
selama 3 x 24jam, infeksi tidak
terjadi dengan
kriteria :- Tidak ada
tanda-tanda
infeksi seperti
demam,bengkak,kemerehan
dan keluardarah / pus
ditempatkan
penusukaninfus (tidak
ada flebitis)- Suhu badan
dalam batas
normal 36 oC 37 oC
- Daerah
penusukan
infuse tetapbersih
Tgl 16/07/09
Jam 07.45WIB1. Observasi tanda-
tanda vital padapasien
2. Kaji adanya
tanda-tandainfeksi pada
tempat
penusukan infus
3. Cuci tangansebelum dan
sesudahmelakukan
tindakan
1. Peningkatantanda-tanda vital
menunjukkanterjadinya infeksi
2. Pengenalan lebih
dini terhadaptanda-tanda
infeksi
memudahkandalam pemberian
intervensi yangcepat
3. Mengurangi
resiko penyebaranterjadinya infeksi
Tgl 16/07/09
Jam 08.00 WIBMengkaji tanda-
tanda infeksi padatempat penusukan
infus
Yety
Jam 08.10 WIB
Melakukanperawatan pada
tempat penusukaninfus dan mengganti
balutan dengan
yang bersih
Yety
Tgl 16/07/09
Jam 08.10WIB
Pada tempatpenusukan
infus tidak
terjadikemerahan dan
tidak bengkak
Yety
Jam 08.20
WIBBalutan infus
sudah digantidengan yang
bersih,tetesan
infus lancarNaCL 0,9 %
mikrolini 16tpm
Yety
69
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
70/112
4. Lakukanperawatan pada
tempatpenusukan infus
dang anti balutan
4. Mengurangiresiko masuknya
mikroorganisme
Jam 08.30 WIBMenganjurkan pada
pasien agar menjagabalutan infuse tetap
bersih dan
Jam 08.40WIB
Pasienmengerti
dengan anjuran
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTA
SI
EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
dengan teknikaseptic
5. Ganti tusukaninfus tiap tiga
hari sekali
6. Anjurkan agar
pasien menjagaagar balutan
infus tetapbersih dan
kering
Yety
5. Mencegahterjadinya
infeksi
6. Perban kotor
menyebabkaninfeksi
kering
Yety
perawat untukmenjaga agarbalutan infus
tetap bersih dankering
Yety
Jam 14.00 WIBS : -
O : pasien masihterpasang infus
NaCL 0,9 %mikrolini 16 tpm
ditangan kanan,pada tempatpenusukan infuse
tidak terjadikemerahan dan
tidak bengkak- Balutan infus
sudah digantidengan yang
bersih dan
70
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
71/112
terviksasi kuat
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
A: Resiko infeksiteratasi sebagian
dengan kriteriayang sudah teratasi:
pada tempatpenusukan infus
tidak terjadibengkak dan
kemerahan, tetesan
infus lancar NaCl0,9% mikrolini 16
tpm.P: Lanjutkan
Intervensi-
Observasitanda-tandavital
- Ganti balutan
setiap hari- Ganti tusukan
infus tiap 3 harisekali
71
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
72/112
NO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Anjurkan pasienagar menjagabalutan infuse
tetap bersih dankering
Yety
72
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
73/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
5. Tgl 17/07/09
Jam 06.30 WIBResiko Infeksi berhubungan dengan
tempat masuknya mikroorganisme
sekunder akibat tindakan invasive(pemasangan infuse)
S: -O: terpasang infuse NaCl 0,9 % mikrolini
16 tpm ditangan kanan (sejak 14 Juli2009)
Tetesan infus lancar
Balutan infus tampak kotorS: 36,7oC
A: Masalah resiko infeksi teratasisebagian
P: Lanjutkan intervensi- Obsevasi tanda-tanda vital pada
pasien- Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada
tempat penusukan infus
- Ganti tempat penusukan infuse tiap 3
hari sekali- Anjurkan pasien agar menjaga
balutan infus tetap bersih dan kering
Tgl 17/07/09
Jam 08.15 WIBMengkaji tanda-tanda infeksi pada
tempat penusukan infus dan melepas
infus
Y
etyJam 08.25 WIB
Mengganti tempat penusukan infuse
Yety
Jam 16.00 WIB
Monitor tanda-tanda vital pada pasien
Yety
Tgl 17/07/09
Jam 08.20 WIBPada tempat bekas penusukan infus
tidak ada bengkak dan kemerahan
Yety
Jam 08.35 WIB
Tempat penusukan infus sudah terganti
dengan yang baru, daerah penusukaninfus tidak mengalami bengkak, tetesan
infus lancar NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm
Yety
Jam 16.15WIB
TD: 130/80 mmHgN: 84 x/menit
R: 23x/menitS: 36,7oC
Yety
Jam 16.30 WIB
73
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
74/112
S: -O: tempat penusukan infus sudah
terganti didaerah yang baru ditangankanan
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Daerah penusukan infus tidak adabengkak, tetesan infus lancar NaCl 0,9%mikrolini 16 tpm
S: 36,7o CA: Masalah resiko infeksi tidak terjadi
P: lanjutkan intervensi- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji tanda-tanda infeksi pada
daerah penusukan infus Gantibalutan infus setiap hari
- Anjurkan pasien untuk menjaga
agar balutan infus tetap bersih dan
kering
Yety
74
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
75/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
5. Tgl 18/07/09Jam 07.00 WIB
Resiko Infeksi berhubungan dengan
tempat masuknya mikroorganismesekunder akibat tindakan invasif
S: -O: Terpasang infus NaCl 0,9%
mikrolini 16 tpm ditangan kanan(tanggal penggantian tusukan 17 Juli
2009)
Balutan infus bersihS: 36,4oC
A: Masalah resiko infeksi belum terjadiP: Lanjutkan intervensi
- Kaji adanya tanda-tanda infeksipada tempat penusukan infuse
- Lakukan perawatan pada tempat
penusukan infuse dan gantibalutan setiap hari
- Anjurkan pasien untuk menjagabalutan infus tetap bsrsih dan
kering
Tgl 18/07/09Jam 08.00 WIB
Melakukan perawatan pada tempat
penusukan infuse dengan betadhindan mengkaji tanda-tanda infeksi
pada daerah penusukan infus
Yety
Jam 09.00 WIB
Mengobservasi tetesan infuse
Yety
Jam 12.00 WIBMengukur tanda-tanda vital pada
pasien
Yety
Tgl 18/07/09Jam 08.15 WIB
Daerah penusuksn infus tidak terjadi
bengkak dan tidak ada kemerahan, balutanbersih,terganti dengan yang baru
Yety
Jam 09.15 WIB
Tetesan infuse lancar NaCl 0,9% mikrolini
16 tpm
Yety
Jam 12.20 WIBTD: 130/80 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 22 x/menitS: 36,5oC
Yety
75
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
76/112
NO
DX
CATATAN
PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam 14.00 WIB
S: -O: terpasang infuse NaCl 0,9% mikrolini 16
tpm ditangan kanan (tanggal penggantian
tusukan 17 Juli 2009)Balutan infus bersih terviksasi kuat
Tidak terjadi flebitis pada daerah penusukaninfus
S: 36,5oCA: Masalah resiko infeksi tidak terjadi
P: Pertahankan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital- Lakukan perawatan dan ganti balutan
setiap hari- Ganti tusukan infus tiap 3 hari sekali
Yety
76
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
77/112
BAB III
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada pasien BpH dengan diagnosa medis Congestiv Heart
Failure (CHF) CF I-II dengan Efusi Pericard,AFRVR,Dispepsia, ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan.
Pembahasan ini bertujuan untuk membandingkan dan membahas antara teori dan kenyataan
yang terjadi pada pasien berdasarkan alasan ilmiah.
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Di dalam tahap ini, penulis mengumpulkan data-data dasar klien yang
meliputi identitas klien, penanggung jawab klien, factor presipitasi, factor
predisposisi, riwayat kesehatan klien yang sekarang dan dahulu. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data meliputi pemeriksaan fisik, wawancara
baik terhadap klien ataupun keluarga. Observasi untuk mengamati
perkembangan pasien dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data
pemeriksaan penunjang.
a. Data yang muncul pada kasus dan ada pada teori
77
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
78/112
(Sylvia A Price,2005)
1) Ortopnea
Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,
adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan
dengan kongesti vaskuler pulmonal,data ini ada pasien dibuktikan
dengan pasien berbaring dengan posisi semi fowler,RR:24 x/menit, N:84
x/menit
2) Dispnea Nokturnal Paroksimal
Adalah keluhan yang dikenal baik oleh klien. Klien terbangun ditengah
malam karena napas pendek yang hebat. DNP diperkirakan disebabkan
oleh perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen
intravaskuler sebagai akibat posisi terlentang.( Arif Muttaqin,2009).
Data ini ada pada pasien dibuktikan dengan pasien pada malam hari
mengalami sesak nafas.
3) Mual
Mual adalah adalah keadaan dimana individu mengalami
ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang
tenggorok,epigastrium,atau seluruh abdomen yang mungkin atau
78
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
79/112
mungkin tidak menimbulkan muntah. Data ini muncul pada pasien
dibuktikan dengan pasien mengeluh perutnya terasa penuh dan mual.
4) Cardiomegali
Cardiomegali adalah pembesaran jantung (Sue Hinchliff,2000)
Data ini muncul karena pasien mengalami CHF yang menyebabkan
cardiomegali,hal ini dibuktikan dengan hasil Ro thorak pada tanggal 11
juli 2009 terdapat cardiomegali.
5) Efusi pericard
Rongga pericardial yang normal mengandung 30-50 ml cairan serosa.
Biasanya, penimbunan cairan non inflamasi jarang melebihi 500 ml.
Serosa bentuk yang paling sering,serosa berarti licin dan bening. Cairan
terkumpul perlahan-lahan dan oleh karenanya dapat ditoleransi dengan
baik sampai suatu volume yang sangat besar mempengaruhi pengisian
diastolik, penyebab yang paling sering adalah gagal jantung kongestif
(Robbins,1999).
Data ini muncul pada pasien diduktikan dengan pada pemeriksaan
Echocardiografi tanggal 15 Juli 2009 terdapat efusi pericard pada pasien.
79
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
80/112
b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah
(Sylvia A Price,2005)
1) Peningkatan Tekanan Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi, maka akan terjadi
dilatasi ruang,peningkatan volume dan tekanan pada diastolik akhir
ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut
pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini sebaliknya
memantulkan ke hulu vena kava dan dapat diketahui dengan peningkatan
pada tekanan vena jugularis. (Arif Muttaqin,2009)
Data ini tidak ditemukan pada pasien karena ventrikel kanan masih
mampu mengkompensasi kerja jantung sehingga tidak terjadi aliran balik
vena, sehingga tidak terjadi peningkatan JVP. Hal ini dibuktikan dengan
TD: 130/80 mmHg,N: 88 x/menit.
2) Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar merupakan manifestasi dari gagal
jantung. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh
portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen,
80
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
81/112
yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites,pengumpulan cairan dalam
rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan (Arif Muttaqin,2009).
Data ini tidak ditemukan pada pasien karena pasien dengan gagal
jantung tidak terjadi tekanan divena portal sehingga belum ada
pembesaran vena di hepar yang menyebabkan hepatomegali, hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya hepatomegali pada pasien dan pada saat
palpasi abdomen tidak teraba adanya pembesaran hati.
3) Edema perifer
Pembengkaan akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial, jelas
terlihat didaerah yang menggantung akibat pengaruh gravitasi dan
didahului oleh bertambahnya berat badan.(Sylvia A.Price,2005). Data ini
tidak ditemukan pada pasien karena jantung masih dapat menerima
preload yang maksimal sehingga tidak terjadi aliran balik vena yang
dapat menyebabkan edema perifer hal ini dibuktikan pada pasien tidak
terdapat edema perifer,TD 130/80 mmHg.
4) Sianosis
Gagal ke depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi keorgan-organ. Aliran darah dialihkan dari organ-
81
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
82/112
organ nonvital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak
sehingga manifestasi paling dini dari gagal kedepan adalah berkurangnya
perfusi ke organ( missal:kulit dan otot rangka). Kulit pucat dan dingin
disebabkan oleh vasokontriksi perifer, makin berkurangnya curah
jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi menyebabkan
terjadinya sianosis ( Sylvia A.Price,2005 ).
c. Data yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori adalah
1) Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu, nyeri bersifat subyektif
dan sangat bersifat individual, stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang
bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang individu. (Mohan 1999,
Kutipan dari Potter dan Perry 2008)
Nyeri abdomen adalah keadaan yang tidak mengenakkan pada pasien
dan terjadi diperut. Hal ini dikarenakan adanya cardiomegali yang
menekan lambung sehingga terjadi peningkatan sekresi lambung ,
dibuktikan dengan pasien mengatakan perut bagian kiri terasa
82
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
83/112
nyeri,skala 6,terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri saat
palpasi,pasien tampak tegang saat terasa nyeri. Pasien mendapatkan
terapi Ranitidin 50 mg (2 ml)/12 jam.
2) Gigi kotor
Gigi kotor disebabkan pembusukan gigi oleh kumpulan lendir,
karbohidrat, baksil asam laktat dalam ludah, sehingga pasien harus rajin
sikat gigi (wolff,1984). Data ini ditemukan pada pasien karena pasien
giginya terlihat kotor.
3) Kuku panjang
Kuku adalah struktur pelengkap kulit yang terdiri jaringan epithelial, jika
kuku panjang dan kotor bisa menyebabkan tempat penyebaran bakteri
(Wolff,1984) data ini ada pada pasien karena kukunya panjang dan kotor
sehingga harus dipotong kukunya untuk mencegah penyebaran bakteri.
4) Terpasang infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm sejak tanggal 14 Juli 2009
pada tangan kanan sebagai terapi cairan dan elektrolit bagi tubuh, serta
untuk memasukkan obat secara intravena sehingga tidak dilakukan
tusukan injeksi secara berulang yang dapat menjadi resiko terjadinya
infeksi dan untuk kepentingan terapi obat intravena Ranitidin 50 mg
(2ml)/12 jam.
83
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
84/112
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti
tentang ststus masalah kesehatan pasien baik bersifat akurat maupun potensial yang
dapat dipecahkan melalui tindakan keperawatan.
Berdasarkan teori yang ada, terdapat 9 diagnosa keperawatan menurut Doengoes
dan Carpenito yang muncul pada pasien Congestiv Heart Failure (CHF). Setelah
dilakukan analisa data pada kasus ditemukan 3 diagnosa yang sesuai dengan teori
dan 2 diagnosa yang tidak sesuai teori tetapi muncul pada kasus, dan 6 diagnosa
yang terdapat dalam teori tetapi tidak muncul pada kasus.
Adapun diagnosa keperawatan yang penulis temukan, yaitu:
1. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori dan kasus adalah:
a. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia karena peningkatan asam lambung.
84
-
7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)
85/112
2. Diagnosa keperawatan yang sesuai teori tetapi tidak ada pada kasus adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus ( menurunya curah jantung ) / meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium / air.
Kelebihan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interstisial hal ini disebabkan karena peningkatan preload, penurunan
kontraktilitas, dan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung
kongestif.(Carpenito,2000)
Diagnosa ini tidak muncul pada pasien karena, pasien dengan gagal jantung
congestif ini jantung masih bisa kompensasi dan ginjal masih bisa
mengkompensasikan penurunan cardiac output