inti (bab i - bab iv)

Upload: gendudd-ittu-anna

Post on 11-Feb-2018

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    1/112

    BAB I

    KONSEP DASAR MEDIK

    CONGESTIF HEART FAILURE

    (CHF)

    A. PENGERTIAN

    Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan Jantung untuk

    memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

    oksigen dan nutrisi (Brunner & Suddarth, 2002).

    Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai

    pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan

    (Sylvia A.Price, 2005).

    Gagal jantung Kongestif adalah kondisi patofisiologik yang diakibatkan

    gangguan fungsi jantung karena jantung tidak dapat mempertahankan curah yang

    cukup untuk kebutuhan metabolik jaringan dan organ tubuh (Robbins, Stanley,

    L, 1999).

    B. PROSES TERJADINYA MASALAH

    1. Faktor Presipitasi

    1

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    2/112

    Kelainan otot jantung (Miokardium) yang menyebabkan menurunnya

    kontraktilitas jantung.

    Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi Miokardium karena

    terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadinya Hipoksia dan

    asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium

    (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

    Hipertensi sitemik atau Pulmonal (peningkatan afterload)

    meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

    hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat

    dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan

    kontraktilitas jantung. Hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi

    secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung

    (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

    2. Faktor Predisposisi

    Penyakit yang dapat menimbulkan penurunan fungsi ventrikel seperti :

    Penyakit Arteri Koroner

    Hipertensi

    2

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    3/112

    Kardiomiopati

    Penyakit jantung Kongenital

    3. Patofisiologi

    Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang

    dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk

    sewaktu diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara

    progresif bertambah. Seiring dengan peningkatan progresif volume diastolik

    akhir, sel-sel otot vebtrikel mengalami peregangan melebihi panjang

    optimumnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel

    teregang oleh darah. Semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah

    yang dapat dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan serat otot

    bertambah. Akibatnya volume sekuncup, curah jantung dan tekan darah turun.

    Respon-respon reflek tubuh yang mulai bekerja sebagai jawaban terhadap

    penurunan tekanan darah akan secara bermakna memperburuk situasi.

    (Elizabeth J Corwin, 2001).

    3

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    4/112

    Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kontraktilitas

    jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung

    normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO =

    HR x SV , dimana curah jantung (CO : Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi

    jantung (HR : Heart Rate) x volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Bila curah

    jantung berkurang maka sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi

    jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini

    gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume

    sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah

    jantung.

    (Suzanne C Smeltzer,2000).

    4. Manifestasi Klinik

    Tanda dan gejala gagal jantung secara umum :

    Dispnea, atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal jantung

    yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja

    pernafasan akibat kongesti vaskuler paru yang mengurangi kelenturan

    paru.

    4

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    5/112

    Kelemahan fisik, manifestasi utama dari penurunan curah jantung

    adalah kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktifitas.

    Ortopnea (dispnea saat berbaring).

    Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP) atau mendadak terbangun karena

    dispnea, dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial.

    Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama

    pada posisi berbaring.

    Tanda dan gejala gagal jantung kanan :

    Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)

    Hepatomegali (pembesaran hati) : nyeri tekan hati dapat terjadi akibat

    peregangan kapsula hati.

    Gejala saluran cerna, seperti anoreksia, rasa penuh atau mual dapat

    disebabkan oleh kongesti hati dan usus.

    Edema Perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.

    Edema mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung (tunkai

    bawah, tumit).

    Nokturia (dieresis malam hari) yang mengurangi retensi cairan.

    5

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    6/112

    Tanda dan gejala gagal jantung kiri :

    Sesak nafas (dispnea)

    Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP)

    Ortopnea

    Batuk-batuk

    Sianosis

    Jantung membesar, tachycardia.

    Foto rontgent : Oedema Paru, Cor membesar.

    (Sylvia A.Price, 2005).

    Klasifikasi

    Menurut New York Heart Association (NYHA) gagal jantung dapat

    di klasifikasikan menurut derajatnya, yaitu :

    Derajat I : Tidak ada gejala (seperti nafas pendek, nyeri dada) bila

    melakukan kegiatan fisik biasa.

    Derajat II : Timbul gejala (nafas pendek, nyeri dada) yang terjadi pada

    kegiatan fisik biasa.

    6

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    7/112

    Derajat III : Timbul gejala sewaktu melakukan kegiatan fisik ringan.

    Derajat IV : kegiatan fisik hamper tidak bisa dilakukan oleh karena

    dengan istirahat saja telah timbul gejala (nafas pendek, nyeri dada).

    (Long C Barbara ,1996).

    5. Pemeriksaan Penunjang

    Ekokardiografi

    Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis

    dan manajemen gagal jantung. Pemeriksaan ekokardiografi dapat

    digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.

    Ultrasonografi Doppler, termasuk aliran warna dapat digunakan untuk

    menilai regurgitasi katup dan pirau intrakardiak. Aneurisma ventrikel kiri,

    thrombus dalam ventrikel, Efusi Perikardial, dan berbagai bentuk penyakit

    jantung korgenital juga dapat dideteksi.

    Rontgent Dada

    Foto sinar X dada Posterior Anterior dapat menunjukkan adanya

    Hipertensi Vena, Edema paru, atau Kardiomegali.

    7

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    8/112

    Elektrokardiografi (EKG)

    Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan

    kelainan EKG seperti dibawah ini :

    1. Left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukkan disfungsi

    venrikel kiri kronis.

    2. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen

    ST, menunjukkan penyakit jantung Iskemik.

    3. Hipertrofi Ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan

    Stenosisa Aorta dan penyakit hipertensi.

    4. Aritmia : Deviasi Aksis ke kanan, Right Bundle Branch block dan

    Hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel

    kanan.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Elektrolit, BUN, Creatimin, Serum Albumin.

    (Muttaqin Arif, 2009).

    5. Penatalaksanaan Medis

    8

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    9/112

    Tujuan Penatalaksanaan menurut Noer H.M Sjaifoellah 1996 adalah :

    1. Mengurangi beban kerja

    Istirahat jasmani dan Emosional

    Berat badan yang berlebihan (obesitas) sebaiknya dikurangi /

    diturunkan

    Vasodilator

    2. Memperbaiki daya pompa jantung

    Digitalis, obat-obatan Simptomatik, pacu jantung

    3. Pengendalian Retensi garam dan cairan

    Diit rendah garam

    Diuretic

    Pengeluaran cairan secara mekanik (Thoracosentesis, Parasentesis,

    Ultrafiltrasi)

    Penatalaksanaan menurut Riiantono, Lily ismudiai 1998 adalah :

    1. Pembatasan aktivitas kerja berat untuk menurunkan kerja jantung

    9

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    10/112

    2. Obat-obatan Diuretik untuk memp[erbaiki gejala kongestif seperti

    Dispnea

    Misal : Diuretik Tiazid, Furosemid dan Asam Etakrinat baik secara

    oral maupun intravena

    3. Preparat Digitalis untuk meningkatkan Kontraktilitas Miokardium

    4. Preparat Nitrat atau Isorbit Dinitrat meningkatkan kapsitas vena

    Pulmonalis, menurunkan secara ringan tahanan vaskuler sistemik

    5. Hidralazin

    Menurunkan tahanan vaskuler sistemik

    6. Prosozin

    Melebarkan arteri Perifer Vena Pulmonalis

    C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Diagnosa Keperawatan pada pasien gagal jantung menurut Marilyn Doengoes

    dkk. 2000 adalah :

    10

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    11/112

    1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial

    2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

    glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi ADH

    dan retensi Natrium / air

    3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

    suplai oksigen / kebutuhan

    4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

    tirah baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan

    5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

    perubahan membran kapiler / alveoli

    6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

    berhubungan dengan pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan

    fungsi jantung / penyakit / gagal

    Diagnosa Keperawatan pada gagal jantung menurut Lynda Juall Carpenito edisi

    8, 2000 adalah :

    1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan gangguan sistem transport

    oksigen karena gagal jantung kongestif

    11

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    12/112

    2. Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas

    3. Resiko terhadap kelebihan volume cairan : odema yang berhubungan

    dengan penurunan aliran darah ginjal sekunder terhadap gagal jantung

    kanan

    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

    mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran pencernaan dan

    keletihan

    5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan dispnea noktural dan

    ketidakmampuan melakukan posisi tidur seperti biasanya

    Dari kedua Diagnosa Keperawatan diatas dapat disimpulkan bahwa

    Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung kongestif

    adalah :

    1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial

    2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

    glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya produksi ADH

    dan retensi Natrium / air

    12

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    13/112

    3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

    suplai oksigen / kebutuhan

    4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

    tirah baring lama, oedem, dan penurunan perfusi jaringan

    5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

    perubahan membran kapiler / alveoli

    6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

    berhubungan dengan kurang informasi

    7. Ansietas yang berhubungan dengan sesak nafas

    8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

    mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti vena saluran cerna

    9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea noktural dan

    ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya

    D. FOKUS INTERVENSI

    Menurut Doengoes (2000)

    Diagnosa 1 : Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan

    kontraktilitas miokardial.

    Tujuan : - Peningkatan frekuensi jantung

    13

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    14/112

    - Curah jantung meningkat

    Kriteria hasil : pasien menunjukkan tanda vital dalam batas normal,

    disritmia terkontrol, bebas gejala jantung, terjadi penurunan dispnea,

    ikut sertakan dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

    Intervensi Rasional

    1. Auskultasi nadia pical, kaji frekuensi

    irama jantung

    2. Catat bunyi jantung

    3. Palpasi nadi Perifer

    4. Pantau tekanan darah

    1. Biasanya terjadi takikardi untuk

    mengkompensasi penurunan

    kontraktilitas ventrikuler

    2. S1 dan S2 mungkin lemah karena

    menurunnya kerja pompa jantung

    3. Penurunan curah jantung dapat

    menunjukkan menurunnya nadi

    4. Pada gagal jantung kongestif dini,

    sedang atau kronik, TD dapat

    meningkat sehubungan dengan Septum

    Ventriculler Right (SVR)

    Intervensi Rasional

    5. Kaji adanya kulit pucat dan sianosis

    6. Pantau keluaran urine, catat penurunan

    5. Pucat menunjukkan menurunnya

    Perfusi Perifer Sekunder terhadap tidak

    adekuatnya curah jantung dan anemia

    Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori

    gagal jantung kronik

    6. Ginjal berrespon untuk menurunkan

    14

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    15/112

    dan kepekatan konsentrasi urine

    7. Beri posisi nyaman pada tempat tidur

    atau kursi

    8. Berikan O2tambahan dengan kanul

    nasal / masker sesuai indikasi

    9. Berikan obat sesuai indikasi

    10. Diuretic : Furosemid (Lasix), Asam

    Etakrinik (Enderic),Bumetamid (Bumex)

    curah jantuingdengan menahan cairan

    dan natrium

    7. Istirahat fisik dipertahankan untuk

    memperbaiki efisiensi kontraksi jantung

    den menurunnya kebutuhan oksigen

    8. Meningkatnya persediaan O2 untuk

    kebutuhan miokard untuk melawan efek

    iskemik

    9. Banyaknya obat dapat digunakan untuk

    meningkatkan volume sekuncup

    10. Penurunan preload paling banyak

    digunakan dalam mengobati pasien

    curah jantung

    Intervensi Rasional

    11. Captopril(Capoten), Usinopril (Prinivil),

    Eralapri (Vasotec)

    12. Pantau dan ganti elektrolit

    11. Untuk mengontrol gagal jantung

    dengan menghambat konversi

    angiotesin dalam paru dan menurunkan

    tekanan darah

    12. Dapat mempengaruhi elektrolit (kalium

    dan klorida) yang mempengaruhi irama

    jantung

    15

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    16/112

    Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju

    filtrasi glomelorus (menurunnya curah jantung) / meningkatnya

    produksi ADH dan retensi Natrium / air

    Tujuan : Volume cairan pasien berkurang sampai dengan normal

    Kriteria hasil : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan

    dan pengeluaran bunyi nafas bersih, tanda vital dalam batas normal,

    berat badan normal dan tidak oedem, menyatakan tentang pembatasan

    cairan.

    Intervensi Rasional

    1. Pantau keluaran urine, catat jumlah dan

    warna

    1. Keluaran urine mungkin sedikit dan

    pekat karena penurunan perfusi jaringan.

    Intervensi Rasional

    2. Pertahankan duduk / tirah baring dengan

    posisi Semi Fowler

    3. Timbang berat badan setiap hari

    4. Auskuhasi bunyi nafas, catat penurunan

    dan atau bunyi tambahan

    5. Pantau tekanan darah dan CVP

    2. Meningkatkan Filtrasi Ginjal dan

    menurunkan produksi ADH sehingga

    meningkatkan dieresis

    3. Catat perubahan ada / hilangnya

    oedema sebagai respon terhadap terapi

    4. Kelebihan volume cairan sering

    menimbulkan kongesti paru

    5. Menunjukkan kelebihan volume cairan

    16

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    17/112

    6. Pemberian obat sesuai indikasi :

    Diuretik contoh : Furosemid (Lasix)

    7. Mempertahankan cairan / pembatasan

    natrium sesuai indikasi

    8. Pantau Foto thorax

    dan dapat menunjukkan terjadinya

    gagal jantung

    6. Meningkatkan laju aliran urine dan

    dapat menghambat reabsorsi natrium /

    klorid pada tubulus ginjal

    7. Menurunkan air total tubuh /

    reakumulasi cairan

    8. Menunjukkan perubahan indikatif

    peningkatan / perbaikan kongesti paru

    Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

    antara suplai O2 / kebutuhan

    Tujuan : Pasien mampu melakukan aktivitas fisik

    Kriteria hasil : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

    memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan

    toleransi aktivitas.

    Intervensi Rasional

    1. Catat respon Kardiopulmonal terhadap

    aktivitas, catat tachicardi disritmia,

    dispnea, pucat

    1. Penurunan / ketidakmampuan

    miokardium untuk meningkatkan

    volume sekuncup selama aktifitas dapat

    menyebabkan peningkatan frekuensi

    jantung

    17

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    18/112

    2. Evaluasi peningkatan intoleransi

    aktivitas

    3. Kaji penyebab kelemahan, contoh :

    pengobatan, nyeri

    4. Berikan bantuan dalam aktivitas

    perawatan diri sesuai indikasi

    5. Implementasikan program rehabilitasi

    jantung / aktivitas

    2. Dapat menunjukkan peningkatan

    Decompensasi jantung daripada

    kelebihan aktivitas

    3. Kelemahan merupakan efek samping

    beberapa obat

    4. Memenuhi kebutuhan perawatan diri

    tanpa mempengaruhi stress

    5. Peningkatan aktivitas secara bertahap

    menghindari kerja jantung / konsumsi

    oksigen berlebihan

    Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

    dengan perubahan membran kapiler / alveoli

    Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan pertukaran gas

    Kriteria hasil : mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat

    pada jaringan ditunjukkan oleh GDA / oksiometri dalam rentang

    normal dan bebas gejala distress pernafasan.

    Intervensi Rasional

    1. Auskuitasi bunyi nafas, catat krekel,

    mengi

    1. Menyatakan adanya kongesti paru /

    pengumpulan secret menunjukkan untuk

    intervensi lanjut

    18

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    19/112

    2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas

    dalam

    3. Anjurkan pasien selalu merubah posisi

    4. Pertahankan duduk di kursi, tirah baring

    dengan kepala tempat tidur lebih tinggi

    (Semi Fowler)

    2. Membersihkan jalan nafas dan

    memudahkan aliran O2

    3. Membantu mencegah atelektasis dan

    pneumonia

    4. Menurunkan konsumsi oksigen /

    kebutuhan dan meningkatkan ekpansi

    paru maksimal

    Intervensi Rasional

    5. Berikan oksigen tambahan sesuai

    indikasi

    6. Berikan obat sesuai indikasi : Diuretik,

    Furosemid (lasix)

    5. Meningkatkan konsentrasi alveolar yang

    dapat memperbaiki / memudahkan

    hipoksemia jaringan

    6. Menurunkan kongesti alveolar,

    meningkatkan pertukaran gas

    Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

    dengan tirah baring lama, oedema, dan penurunan perfusi

    jaringan

    Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intregritas kulit

    19

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    20/112

    Kriteria hasil : mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan

    perilaku / tehnik mencegah kulit.

    Intervensi Rasional

    1. Ubah posisi saat ditempat tidur, bantu

    rentang gerak pasif / aktif

    2. Berikan perawatan kulit, meminimalkan

    dengan kelembapan / ekresi

    3. Hindari obat intramuskuler

    1. Memperbaiki sirkulasi / menurunkan

    waktu satu area yang menggangu aliran

    darah

    2. Terlalu kering atau lembab merusak

    kulit dan mempercepat kerusakan

    3. Edema interstitial dan gangguan

    Intervensi Rasional

    4. Pijat area kemerahan atau memutih

    sirkulasi memperlambat absorsiobat dan

    predisposisi untuk kerusakan kulit /

    terjadinya infeksi

    4. Meningkatkan aliran darh,

    meminimalkan hipoksia jaringan

    Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

    berhubungan dengan kurangnya informasi

    Tujuan : Pengetahuan pasien meningkat

    Kriteria hasil :

    20

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    21/112

    Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkanepisod

    berulang dan mencegah komplikasi

    Menyatakan tanda / gejala yang memerlukan intervensi cepat

    Mengidentifikasi stress pribadi / faktor resiko untuk menangani

    Melakukan perubahan pola hidup / perilaku yang perlu

    Intervensi Rasional

    1. Diskusikan pentingnyafungsi jantung

    sehat

    2. Diskusikan pentingnya pembatasan

    1. Pengetahuan proses penyakit dan

    harapan dapat memudahkan ketaatan

    pada program pengobatan

    2. Pembatasan diit natrium diatas 3gr/hari

    Intervensi Rasional

    natrium

    3. Diskusikan obat, tujuan, dan efek

    samping

    4. Jelaskan dan diskusikan peran pasien

    dalam mengontrol faktor resiko dan

    faktor pencetus

    akan menghasilkan efek diuretic

    3. Pemahaman kterapeutik dan pentingnya

    upaya pelaporan efek samping dapat

    mencegah terjadinya komplikasi obat

    4. Menambah pengetahuan dan

    memungkinkan pasien untuk membuat

    keputusan berdasarkan informasi

    Diagnosa 7 : Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas

    21

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    22/112

    Tujuan : Ansietas pasien berkurang sampai dengan hilang

    Kriteria hasil :

    Mengakui dan mendiskusikan takut / masalah

    Menunjukkan perasaan yang tepat

    Wajah tampak rileks

    Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi

    Intervensi Rasional

    1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien /

    orang terdekat tentang diagnose

    1. Pasien dan orang terdekat mendengar

    dan mengasimilasi informasi baru

    Intervensi Rasional

    2. Beri kesempatan untuk bertanya

    jawab

    3. Libatkan pasien / orang terdekat

    dalam perencanaan perawatan

    4. Berikan waktu untuk menyiapkan

    peristiwa atau pengobatan

    untuk memilih intervensi yang tepat

    2. Membuat kepercayaan dan menurunkan

    kesalahan persepsi interpretasi terhadap

    informasi

    3. Dapat memperbaiki beberapa perasaan

    4. Kontrol / kemandirian pada pasien yang

    merasa tidak berdaya dalam menerima

    diagnosa

    22

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    23/112

    Diagnosa 8 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

    berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap kongesti

    vena saluran pencernaan dan keletihan

    Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi untuk mempertahankan

    fungsi tubuh

    Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral, menjelaskan factor-faktor

    bila diketahui, menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.

    Intervensi Rasional

    1. Observasi tanda-tanda malnutrisi setiap

    hari

    2. Kelola kebersihan mulut setiap 2-4 jam,

    jika mungkin anjurkan untuk menyikat

    gigi

    3. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi

    1. Diketahui adanya tanda-tanda malnutrisi

    yang merupakan petunjuk adanya

    gangguan kebutuhan nutrisi

    2. Dapat menambah nafsu makan, pasien

    tidak merasa pahit dan enak bila

    mengunyah

    3. Memberikan konseling dan bantuan

    dengan memenuhi kebutuhan diit

    23

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    24/112

    Diagnosa 9 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea noktural dan

    ketidakmampuan melakukan posisi tidur yang biasanya

    Tujuan : Pola tidur pasien terpenuhi

    Kriteria hasil :

    Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan

    penurunan terhadap pikiran

    Tampak / bisa istirahat yang cukup

    Intervensi Rasional

    1. Anjurkan istirahat sejenak, turunkan

    aktifitas mental fisik pada sore hari

    2. Evaluasi tingkat stress

    3. Lengkapi jadwal tidur dan ritual secara

    teratur

    1. Aktivitas fisik dan mental meningkatkan

    kelelahan yang dapat meningkatkan

    kebingungan

    2. Tingkat stress dapat melonggarkan pola

    tidur yang mencapai tidur pulas

    3. Mempertahankan kestabilan lingkungan

    24

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    25/112

    4. Beri makan kecil sore hari

    5. Berikan obat sesuai indikasi

    4. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan

    mengantuk

    5. Mungkin efektif dalam menangani

    penyakitnya untuk meningktkan

    kemampuan tidur

    BAB II

    RESUME KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    Hari / tanggal : Senin,16 Juli 2009

    Waktu : pukul 07.30 WIB

    Oleh : Yety Pribawati

    25

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    26/112

    Tempat : Bangsal Boegenvile 2 RSUP DR SARDJITO

    Metode : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi

    Sumber data : Pasien, keluarga pasien, tim medis, buku status pasien

    B. DATA DASAR

    a. Identitas Pasien

    Nama : Bp H

    Umur : 77 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Pendidikan : Tidak Sekolah

    Pekerjaan : Buruh cuci baju

    Alamat : Blunyah Rejo TR II /816 Tegal Rejo

    Dx. Medis : CHF CF I-II dengan Efusi Pericard,AFRVR,Dispepsia

    tipe ulkus

    No. CM : 1318481

    26

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    27/112

    Tanggal masuk RS : 11 Juli 2009

    b. Penanggung Jawab

    Nama : Ny. W

    Umur : 37 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Alamat : Blunyah Rejo TR II/816 Tegal Rejo

    Hubungan : anak menantu pasien

    c. Riwayat Pasien

    1) Presipitasi : OMI Anteroseptal

    2) Predisposisi: Hipertensi

    C. DATA FOKUS

    1. Alasan utama masuk rumah sakit

    27

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    28/112

    3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas,

    kadang-kadang terasa nyeri dada disebelah kiri, perut terasa mual dan

    muntah dan pasien tidak periksa kedokter. Karena keluhan tidak

    berkurang tanggal 11 juli 2009 pasien dibawa keluarga kedokter. Pasien

    mengeluh sesak nafas disertai nyeri dada sebelah kiri, tidak menjalar,

    perut terasa mual dan muntah, pasien juga mengeluh nyeri perut sebelah

    kiri.

    2. Keluhan utama saat dilakukan pengkajian

    Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Juli 2009

    diperoleh data:

    Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa sesak kemudian

    bisa hilang sendiri sesak nafasnya, dan pagi ini rasa sesak sudah

    berkurang. Pasien juga mengatakan kadang-kadang terasa sesek kalau

    habis jalan jauh. Pasien tidur dengan posisi semi fowler. Pasien perutnya

    terasa penuh dan rasanya mual,makan habis porsi diit lunak DL II RG.

    Pasien juga mrngeluh perut kiri bawahnya terasa nyeri, skala nyeri 6 (dari

    skala 0-10). Rasa nyeri terasa saat posisi terlentang. Pasien tampak tegang

    saat terasa nyeri. Keadaan umum pasien sedang, pasien mengatakan

    aktivitas mandi dan ganti baju dibantu oleh keluarga. Kuku pada kedua

    tangan dan kaki pasien tampak panjang dan kotor, gigi tampak kotor,

    28

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    29/112

    skala aktivitas pasien 2 (memerlukan bantuan minimal). Pasien terpasang

    infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm (sejak tanggal 14 Juli 2009) pada

    tangan kanan flabot ke 3,tetesan infus lancar,kondisi balutan tempat

    penusukan infus kotor.

    3. Pemeriksaan Fisik:

    a. Keadaan Umum pasien sedang, GCS:15

    b. Tanda-tanda vital:

    TD: 140/80 mmHg

    N : 84 x/menit

    S : 36,5o C

    RR: 24 x/menit

    Status Gizi:

    BB: 45 kg

    TB: 158 cm

    IMT: BB(kg) / TB(m)2

    : 45 / (1,58)2

    : 18,07 kg/m2

    29

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    30/112

    ( under wight)

    c. Dada

    Jantung

    Perkusi : Redup, terdapat Cardiomegali

    Auskultasi: S1-S2 murni (melemah) ireguler

    Paru-paru

    Inspeksi : Bentuk dada normochest, simetris, Tidak ada ketinggalan

    gerak.

    Perkusi : Sonor pada paru-paru kanan dan kiri

    Auskultasi: Vesikuler kanan dan kiri

    d. Abdomen

    Inspeksi : abdomen supel, terdapat bekas luka post op hernia (5 tahun

    yang lalu).

    Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri

    e. Ekstermitas :

    30

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    31/112

    Pada tangan kanan pasien terpasang infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm

    (sejak tanggal 14 Juli 2009) flabot ke 3,tetesan infus lancar dengan

    kondisi balutan tempat penusukan infus kotor.

    4. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium tanggal 11 Juli 2009

    Hb: 10,7 gr/dl (14-18 gr/dl)

    AE: 3,44 106/uL (4,7-6,1 106/uL)

    Albumin: 2,75gr/dl (3,50-5,00 gr/dl

    Radiologi pada tanggal 11 Juli 2009

    Hasil RO Thorak: Cardiomegali

    EKG tanggal 11 juli 2009 : AFRVR HR 110 x/menit, OMI Anteroseptal

    Echocardiografi pada tanggal 15 Juli 2009

    Hasil : terdapat Efusi Pericard.

    5. Therapi pada tanggal 16 Juli 2009

    31

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    32/112

    Diit Lunak DL II RG

    Infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm (sejak 14 Juli 2009)

    Injeksi Ranitidin 50 mg (2ml)/12 jam

    Captopril 3x25 mg

    Clopidogrel 1x75 mg

    Digoxin 1x0,25 mg

    D. PENGELOMPOKAN DATA

    Data Subyektif:

    - Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa sesak

    kemudian bisa hilang sendiri sesak nafasnya. Pagi ini rasa sesek

    sudah berkurang.

    - Pasien mengatakan kadang-kadang terasa sesek kalau buat jalan

    jauh

    - Pasien mengatakan perutnya terasa penuh dan rasanya mual.

    32

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    33/112

    - Pasien mengatakan perut bagian kiri bawahnya terasa nyeri,

    skala nyeri 6 (dari skala 0-10) rasa nyeri terasa saat posisi

    terlentang.

    - Pasien mengatakan aktivitas mandi dan ganti baju dibantu oleh

    keluarga.

    Data Obyektif:

    - Keadaan umum pasien sedang, GCS: 15

    - Pasien tidur dengan posisi semi fowler

    - Tanda-tanda vital:

    TD: 140/80 mmHg

    N: 84 x/menit

    R: 24 x/menit

    S: 36,5oC

    - Status Gizi:

    BB:45 kg

    TB: 158 cm

    IMT: 45/(1.58)2

    33

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    34/112

    : 18,07 kg/m2 (under wight)

    - Pasien makan habis porsi diit lunak DL II RG

    - Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri,pasien tampak

    tegang saat terasa nyeri

    - Skala aktivitas pasien 2 (memerlukan bantuan minimal)

    - Mandi dan ganti baju dibantu oleh keluarga

    - Kuku pada kedua tangan dan kaki pasien tampak panjang dan

    kotor

    - Gigi pasien tampak kotor

    - Pada tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9 % mikrolini 16 tpm

    (sejak tanggal 14 Juli 2009) flabot ke 3,tetesan infuse

    lancar,kondisi balutan tempat penusukan infus kotor

    - Hasil Ro Thorak tanggal 11 Juli 2009: terdapat Cardiomegali

    - EKG tanggal 11 juli 2009 : AFRVR HR 110 x/menit, OMI

    Anteroseptal

    - Hasil Echocardiografi pada tanggal 15 Juli 2009 terdapat Efusi

    Pericard

    - bunyi jantung S1-2 murni (melemah) ireguler

    34

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    35/112

    - Hb: 10,7 gr/dl ( 14-18 gr/dl)

    - Albumin: 2,75 gr/dl (3,50-5,00 gr/dl)

    E. ANALISA DATA

    NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM

    1. DS: Pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba

    nafasnya terasa sesek,kemudian hilang

    sendiri sesak nafasnya. Pagi ini rasa sesek

    sudah berkurang.

    Perubahan

    Kontraktilitas

    Miokardial

    Curah

    Jantung

    menurun

    35

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    36/112

    .

    DO:TD 140/80 mmHg

    N 84 x/menit

    RR 24 x/menit

    S 36,5OC

    Pasien tidur dengan posisi semi fowler

    Hasil Ro Thorak tanggal 11 Juli 2009

    terdapat Cardiomegali

    Hasil Echocardoografi tanggal 15 Juli 2009

    terdapat Efusi Pericard

    EKG: AFRVR HR 110 x/menit, OMI

    Anteroseptal

    Bunyi jantung S1-2 murni(melemah) ireguler

    NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM

    2. DS: Pasien mengatakan pada perut bagiankiri bawah terasa nyeri, skala nyeri 6 (dari

    skala 0-10) rasa nyeri terasa saat posisi

    terlentang.

    DO: Pasien tampak tegang saat terasa nyeri

    Lesi akibatpeningkatan

    sekresi gastrik

    Nyeri

    36

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    37/112

    3.

    Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri.

    TD 140/80 mmHg

    N 84 x/menit

    RR 24 x/menit

    DS: Pasien mengatakan perutnya terasa

    penuh dan rasanya mual

    DO: KU sedang

    Hb 10,7 gr/dl (14-18 gr/dl)

    Albumin 2,75 gr/dl (3,50-5,00 gr/dl)

    IMT 18,07 kg/m2 (under wight)

    BB 45 kg

    Pasien makan habis porsi diit lunak DL II

    RG

    Mual, anoreksia

    karena

    peningkatan

    asam lambung

    Perubahan

    Nutrisi

    Kurang dari

    Kebutuhan

    Tubuh

    NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM

    4. DS: -pasien mengatakan kadang

    kadang terasa sesek kalau buatjalan jauh

    -Pasien mengatakan aktifitas

    mandi dan ganti baju dibantu oleh

    keluarga.

    Ketidakseimbangan

    suplai O2 dankebutuhan

    Intoleransi

    aktifitas.

    37

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    38/112

    5.

    DO: - Keadaan umum sedang

    Aktifitas mandi dan ganti bajudibantu oleh keluarga.

    Skala aktifitas pasien 2

    (memerlukan bantuan minimal)

    kuku pada kedua jari-jari tangan

    dan kaki tampak panjang dan kotor

    Gigi pasien kotor

    TD ; 140/mmHg

    N : 84 x/mnt

    R : 24x/mnt

    DS : -

    DO : Pada tangan kanan terpasang

    infus NACL 0,9 % Mikro Lini 16

    tpm sejak tanggal 14 Juli

    2009,flabot ke3, Tetesan infuse

    lancar,kondisi balutaan tempat

    penusukan infus kotor.

    S:36,5oC

    Tempat masuknya

    Mikroorganisme

    sekunder akibat

    tindakan invasif

    (pemasangan infus)

    Resiko infeksi

    PRIORITAS MASALAH :

    1) Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial.

    2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2 dan

    kebutuhan.

    38

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    39/112

    3) Nyeri berhubungan dengan Lesi akibat peningkatan sekresi gastrik

    4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

    anoreksia karena peningkatan asam lambung

    5) Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme

    sekunder akibat tindakan invasif (pemasangan infus)

    39

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    40/112

    40

    NO DX. KEPERAWATAN PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    1. Tgl 16/07/09

    Jam 07.30 WIBCurah jantung menurun

    berhubungan denganperubahan kontraktilitas

    miokardial, ditandai

    dengan :DS :

    pasien mengatakan

    tadi malam tiba-tiba

    nafasnya terasa

    sesak, kemudianhilang sendiri.

    Pagi ini rasa sesak

    sudah berkurang

    DO :TD : 140/80mmHg

    N : 84 x/menit

    K : 24 x/menitS : 36,5 oC

    Pasien tidur denganposisi semi fowler

    Hasil RO thorak tgl

    11/7/09 terdapatCardiomegali

    Hasil

    Echocardiografi tgl15/07/09 terdapat

    Efusi Pericard

    Setelah

    dilakukantindakan

    keperawatanselama 3 x 24

    jam diharapkan

    penurunancurah jantung

    dapat teratasidengan

    Kriteria :

    Pasien

    mengatakan

    nafasnyatidak sesak

    lagi

    Tanda-tanda

    vital dalam

    batasnormal

    TD : 120/80mmHg

    N : 60-100x/menit

    RR : 16-20x/menit

    Bunyi

    jantung S1-

    S1 murni

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.00 WIB1. Observasi nadi

    apical (kajifrekuensi,

    irama, dan

    bunyi jantung)pernafasan,

    tekanan darah,nadi

    2. Catat bunyijantung

    1. Takikardi

    terjadi untukmengkompens

    asi penurunan

    kontraktilitasventrikel

    2. S1 dan S2

    mungkinlemah karena

    menurunnya

    kerja pompajantung,

    Gallop (S3 danS4)

    menunjukkanadanya

    distensi

    murmurmenunjukkan

    inkompetensi /stenosis mitral

    Tgl 16/07/09

    Jam 10.30 WIBMengobservasi

    tanda-tanda vitaldan mengobservasi

    pernafasan pasien

    yety

    Jam 10.45 WIBMengobservasi

    irama dan bunyijantung

    Yety

    Jam 14.00 WIBMengelola

    pemberian obatoral captopril 25

    mg

    Yety

    Tgl 16/07/09

    Jam 10.45 WIBTD : 130 / 80

    mmHgN : 88 x/menit

    R : 24 x/menit

    Pasien mengatakankadang kadang

    merasa sesak tetapihilang sendiri

    seseknya setelahbuat duduk

    Yety

    Jam 10.55 WIBBunyi jantung S1

    dan S2 murni(melemah)

    irregular

    Yety

    Jam 16.00 WIB

    Captopril 25 mgsudah diminum

    TD:130/80 mmHg

    Yety

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    41/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    EKG : AFRVR HR

    110 x/menit OMI

    Anteroseptal

    Bunyi jantung S1-2

    murni(melemah)

    ireguler

    1. Ukurmasukan dan

    keluarancairan

    2. Kelola dalam

    pemberianCaptopril

    3x25 mg

    yety

    3. Penurunancurah jantung

    mengakibatkangangguan

    perfusi ginjal,

    retensi natrium /

    air danpenurunankeluaran urine

    4. Captopril untukmeningkatkan

    kontraksi

    miokardium

    Jam 16.00 WIB

    S : pasien mengatakan

    kadang-kadang

    merasa sesek tetapi

    terus hilang sendiri

    setelah buat duduk

    O : TD : 130 / 80

    mmHg N : 88 x/menit

    R : 24 x/menit

    Bunyi jantung S1 dan

    S2 murni (lemah)

    iregular

    A : masalah curah

    jantung menurun

    belum teratasi

    P : lanjutkan

    intervensi

    Observasi nadi

    apical (kajifrekuensi ,iramadan bunyi

    jantung)

    Catat bunyi

    NO DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    41

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    42/112

    DX KEPERAWATAN

    Jantung

    Ukur

    masukan

    dan

    pengeluarancairan (BC)

    Yety

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    42

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    43/112

    1

    .

    Tgl 17 /07/09

    Jam 06.30 WIB

    Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan

    kontraktilitas miokardial.

    S: pasien mengatakan tadi malam tiba-tiba nafasnya terasa

    sesak dan setelah saya buat duduk seseknya hilang

    sendiri dan pagi ini sesak sudah berkurang.

    O: pasien mengalami orthopnea

    TD: 130/80 mmHg

    N: 88 x/menit

    RR: 23 x/menit

    Pasien tidur dengan posisi semi fowler

    Balance cairan/24 jam(tgl 16-17 Juli 2009)

    Input: 1200 cc

    Output: 650 cc

    IWL: 500 cc _

    + 50 cc

    A: Masalah curah jantung menurun belum teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

    - Observasi nadi apical (kaji frekuensi dan irama

    jantung),pernafasan,tekanan darah,nadi- Ukur pemasukan dan keluaran cairan (BC)

    - Kelola dalam pemberian Captopril 3x25 mg

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.00 WIB

    Mengobservasi keadaan

    pernafasan pasien setelah

    beraktifitas

    Yety

    Jam 13.00 WIB

    Mengukur pemasukan dan

    keluaran cairan selama 8 jam

    Yety

    Jam 14.00 WIB

    Mengelola obat oral captopril

    25 mg

    Yety

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.15 WIB

    Pasien mengatakan sudah tidak

    sesak nafas lagi setelah

    beraktivitas.

    Yety

    Jam 13.15 WIB

    Input:

    Minum: 500 cc

    Infus : 130 cc

    Output:

    Urine: 400 cc

    Yety

    Jam 16.00 WIB

    Captopril 25 mg sudah

    diminum TD: 130/80 mmHg

    Yety

    43

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    44/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 16.00 WIB

    Monitor tanda-tanda vital pada

    pasien

    Yety

    Jam 16.15 WIB

    TD: 130/80 mmHg

    N: 84 x/menit

    RR: 23 x/menit

    YetyJam 16.30 WIB

    S: pasien mengatakan sudah tidak

    sesak nafas lagi setelah beraktifitas

    O: TD 130/80 mmHg, N: 84 x/menit,

    RR: 23 x/menit

    Input (selama 8 jam)

    Minum: 500 cc

    Infus : 130 cc

    Output:

    Urine: 400 cc

    A: masalah curah jantung menurun

    belum teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

    - Observasi nadi apical (kaji

    frekuensi dan irama jantung),

    tanda-tanda vital- Ukur pemasukan dan keluaran

    cairan( BC)

    Yety

    44

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    45/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    1.

    Tgl 18/07/09

    Jam 06.30 WIB

    Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan

    kontraktilitas miokardium.

    S: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang,

    semalam sudah tidak merasakan sesak nafas lagi.

    O: TD: 140/80 mmHg

    N: 84 x/menit

    S : 36,4 oC

    R: 22 x/menit

    Balance cairan/24 jam(tg17-18 Juli 2009)

    Input: 1500 cc

    Output: 950 cc

    IWL: 500 cc _

    + 50 cc

    A: Masalah curah jantung menurun belum teratasi

    P: Lanjutkan intervensi- Catat bunyi jantung

    - Observasi nadi apical (kaji frekuensi, irama, dan bunyi

    jantung),pernafasan,tekanan darah,nadi

    - Ukur pemasukan dan keluaran cairan(BC)

    Tgl 18/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Mengkaji keadaan pernafasan

    klien, dan bunyi jantung

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Mengukur tanda-tanda vital

    pada pasien

    Yety

    Jam 14.00 WIB

    Mengukur pemasukan dan

    keluaran cairan selama 8 jam

    Yety

    Tgl 18/07/09

    Jam 09.15 WIB

    - Pasien mengatakan sudah

    tidak sesak nafas lagi.- Bunyi jantung S1-S2 murni

    (melemah)reguler

    Yety

    Jam 12.20 WIB

    TD: 130/80 mmHg

    N: 88 x/menit

    R: 23 x/menit

    S : 36,5 oC

    Yety

    Jam 14.15 WIB

    Input:Minum: 450 cc

    Infus : 130 cc

    NO CATATAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    45

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    46/112

    DX PERKEMBANGAN

    Output:

    Urine: 400 cc

    Yety

    Jam 14.30 WIB

    S: pasien mengatakan sudah tidak terasa sesak

    nafas lagi

    O: bunyi jantung S1-S2 murni (melemah)reguler

    TD 130/80 mmHg

    N: 88 x/menit

    RR: 22 x/menit

    S : 36,5 oC

    Input (selama 8 jam)

    Minum: 450 cc

    Infus : 130 cc

    Output:

    Urine: 400 cc

    A : masalah curah jantung menurun teratasi

    sebagian dengan kriteria: pasien sudah tidak sesaknafas lagi,N:88 x/menit,RR: 22 x/menit

    P : lanjutkan intervensi

    - Observasi nadi apical (kaji frekuensi dan

    irama jantung), tanda-tanda vital

    - Ukur pemasukan dan keluaran cairan(BC )

    Yety

    46

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    47/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    2.

    Tgl 16/07/09

    Jam 07.30 WIB

    Intoleransi aktivitas

    berhubungan dengan

    ketidakseimbangansuplai O2 dan kebutuhan,

    ditandai dengan :

    DS: pasien mengatakan

    kadang-kadang terasasesek kalau buat jalan

    jauh

    - pasien mengatakanaktifitas mandi dan

    ganti baju dibantuoleh keluarga

    DO : KU sedang

    Aktivitas mandi dan

    ganti baju dibantuoleh keluarga dan

    perawat

    Skala aktivitas pasien

    2 (memerlukan

    bantuan minimal)

    TD : 140 / 80 mmHg

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatanselama 3 x 24 jam,

    resiko intoleransi

    aktivitas dapatteratasi dengankriteria :

    Kemandirian

    aktivitas sehari-

    hari (ADL)

    meningkatsecara

    bertahap.

    Pasien mampu

    melakukan

    aktifitas denganmandiri

    Tanda vitaldalam batas

    normalTD : 120/80

    -140/90 mmHg

    N : 60-100x/menit

    R : 16-20 x/menit

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.00 WIB

    Observasi

    tanda-tandavital dan

    respon

    kardiopulmonal (tachicardi,

    dispnea,berkeringat

    dan pucat)

    Perhatikan

    ketidakmampu

    an untuk

    berpartisipasidalam aktivitas

    Evaluasi

    peningkatanintoleransiaktivitas

    Berikan

    bantuan dalamaktifitas secara

    bertahap sesuaikemampuan

    pasien

    1. Penurunan /

    ketidakmampua

    n miokardiumuntuk

    meningkatkanvolume

    sekuncup

    selama aktivitasdapat

    menyebabkanpeningkatan

    frekuensijantung

    2. Mengetahui

    sejauh manaketidakmampua

    n yang dialamipasien

    3. Dapat

    menunjukkanpeningkatan

    Decompensasijantung

    daripadakelebihan

    aktivitas

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.30 WIB

    Membantu pasien

    dari posisi tidur ke

    posisi duduk

    Yety

    Jam 10.45 WIB

    Mengukur tanda-

    tanda vital padapasien

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Membantu

    mengambilkanmakan pada pasien

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.45 WIB

    Kemampuan aktivitas

    pasien bertahap pasien

    mampu duduk di tepitempat tidur dan tidak

    mengeluh sesak

    Yety

    Jam 10.00 WIB

    TD : 130 / 80 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 24 x/menit

    Yety

    Jam 12.40 WIB

    Pasien makan ditempat

    tidur sambil duduk pasienmakan habis porsi

    47

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    48/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    N : 84 x/menit

    R : 24 x/menit

    Kuku pada

    kedua jari-jari

    tangan dan kaki

    tampak panjangdan kotor

    Gigi pasien

    kotor

    Kuku pada

    tangan dan

    kaki tampak

    pendek danbersih

    Gigi pasien

    tampak

    bersih

    4. Pemenuhan

    kebutuhanperawatan

    diri tanpastress

    Miokard /kebutuhan

    oksigen

    berlebihan

    Yety Yety

    Jam 14.30

    S : -

    O : kemampuan aktivitas pasien

    bertahap. Pasien mampu dudukdi tepi tempat tidur dan tidak

    mengeluh sesak

    TD : 130 / 80 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 24 x/menit

    A: masalah intoleransi aktivitasbelum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Observasi tanda-tanda vital

    dan respon kardiopulmonal(tachicardi, dispnea,

    berkeringat dan pucat)

    48

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    49/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    Perhatikan

    ketidak

    mampuan

    untukberpartisipasi

    dalamaktivitas

    Berikan

    bantuan dalamaktivitas

    secarabertahap

    sesuai

    kemampuanpasien

    Yety

    49

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    50/112

    NO

    DX

    CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    2

    Tgl 17/07/09

    Jam 06.30 WIB

    Intorensi aktivitas berhubungan

    dengan ketidakseimbangan suplai O2

    dan kebutuhan

    S : pasien mengatakan kadang-

    kadang terasa sesak kalau buat jalanjauh, tetapi kalau sudah dibuat

    duduk sesaknya hilang sendiri

    O : pasien mandi dan ganti baju

    dibantu oleh keluarga

    Pasien mampu berjalan kekamar

    mandi dengan didampingi anaknya

    RR : 23 x/menit

    N : 88 x/menit

    Kuku pada kedua tangan dan kaki

    pasien masih panjang dan kotor

    A : masalah intoleransi aktifitas

    belum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Observasi tanda vital dan

    respon kardiopulmonal

    Perhatikan ketidakmampuan

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.30 WIB

    Mengkaji keadaan umum pasien

    dalam beraktivitas

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Mengukur tanda-tanda vital pasien

    Yety

    Jam 16.15 WIB

    Membantu pasien dalam memotongkuku tangan dan kaki

    Yety

    Tgl 17/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Pasien mengatakan sudah tidak merasakansesak nafas

    setelah beraktifitas. Pasien mampu duduk sendiri

    ditempat tidur dan tidak merasakan sesak

    Yety

    Jam 12.20 WIB

    TD : 130/80 mmHg

    N : 88 x/menit

    RR : 23 x/menit

    Yety

    Jam 16.30 WIB

    Kuku pasien yang awalnya panjang-panjang dankotor menjadi pendek dan bersih

    Yety

    50

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    51/112

    N

    O

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    untuk berpartisipasi dalam

    aktivitas

    Berikan bantuan dalam aktivitas

    secara bertahap sesuai

    kemampuan pasien

    Jam 16.30 WIB

    S : pasien mengatakan sudah tidak terasa sesaknafas setelah beraktivitas

    O : pasien mampu duduk sendiri di tempattidur dan tidak merasakan sesak TD : 130/80

    mmHg, N : 88 x/menit, RR : 23 x/menit

    Kuku pasien pendek dan bersih

    A : masalah intoleransi aktivitas teratasi

    sebagian dengan kriteria: pasien sudah tidakterasa sesek lagi setelah beraktivitas, pasien

    mampu duduk sendiri ditempat tidur dantidak merasakan sesek, R: 23 x/menit, N: 88

    x/menit,kuku pasien pendek dan bersih.

    P : lanjutkan intervensi

    Observasi tanda-tanda vital dan respon

    kardiopulmonal

    Berikan bantuan dalam aktivitas secara

    bertahap sesuai kemampuan pasien

    Yety

    51

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    52/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    2

    Tgl 18/07/09

    Jam 06.45 WIB

    Intorensi aktivitas berhubungandengan ketidakseimbangan suplai

    O2 dan kebutuhan

    S : pasien mengatakan sudah tidak

    merasakn sesak lagi setelahberaktifitas

    O :

    Pasien tampak duduk ditempat

    tidur dengan rileks

    TD : 140/80 mmHg

    N : 884x/menit

    RR : 22 x/menit

    Gigi pasien kotor

    A : masalah intoleransi aktivitasteratasi sebagian

    P : lanjutkan intervensi

    Observasi tanda-tanda vital

    dan respon kardiopulmonal

    Berikan bantuan dalam

    aktivitas secara bertahap

    sesuai kemampuan pasien

    Tgl 18/07/09

    Jam 08.30 WIB

    Mengobservasi keadaan pasiendan membantu pasien pergi

    kekamar mandi denganberjalan hati-hati

    Yety

    Jam 12.00

    Mengukur tanda-tanda vital

    Yety

    Tgl 18/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi

    setelah buat berjalan ke kamar mandi Pasien mampu duduk sendiri di tempat tidur dengan

    rileks

    RR : 22 x/menit

    N : 88 x/menit

    Yety

    Jam 12.20 WIB

    TD : 130/80 mmHg

    R : 22 x/menit

    N : 88 x/menit

    Yety

    52

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    53/112

    N

    O

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 16.15

    Membantu pasien untuk mandi danmelakukan oral hygene ditempat

    tidur dengan menggunakan air

    hangat

    Yety

    Jam 16.25 WIB

    Membantu pasien untuk ganti bajudan menyisir rambut

    Yety

    Jam 16.25 WIB

    Setelah mandi badan pasien tampak bersih dan segar, gigisudah bersih

    Yety

    Jam 16.30 WIB

    Pasien terlihat bersih dan segar. Pasien memakai pakaiandengan bantual minimal. Pakaian lengan pendek dan

    memakai sarung, rambut sudah rapi

    Yety

    53

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    54/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 16.30

    S : pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi

    setelah buat aktivitas berjalan

    O : pasien mampu duduk di tempat tidur dengan

    rileks,berjalan kekamar mandi dan tidak mengeluh sesek

    TD : 130/80 mmHg, RR : 22 x/menit, N : 88 x/menit

    Pasien masih membutuhkan bantuan minimal

    A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dengan

    kriteria: pasien sudah tidak merasakan sesek lagi setelah

    buat aktivitas berjalan,pasien mampu duduk ditempattidur dengan rileks dan mampu berjalan kekamar mandi

    dengan tidak mengeluh sesek, R: 22 x/menit, N: 88x/menit

    P : lanjutkan intervensi

    Observasi tanda-tanda vital dan responkardiopulmonal

    Berikan bantuan dalam aktivitas secara bertahap

    sesuai kemampuan pasien

    Yety

    54

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    55/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    3.

    Tgl 16/07/09

    Nyeri berhubungan

    dengan lesi akibatpeningkatan sekresi

    gastric, ditandaidengan :

    DS :

    pasien mengatakan

    pada perut kiri bawahterasa nyeri.

    Skala nyeri 6 (dariskala 0-10)

    rasa nyeri terasa saat

    posisi terlentangDO :

    - Pasien tampak tegangsaat terasa nyeri

    terdapat nyeri tekan

    pada perut kiri bawah

    TD : 140 / 80 mmHg

    N : 84 x/menit

    R : 24 x/menit

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatanselama 3 x 24 jam,

    nyeri hilang atau

    berkurang denganKriteria:

    Pasien

    melaporkannyeri sudah

    berkurang

    Skala nyeri dari

    6 berkurang

    menjadi 0-2

    (dari skala 0-10)

    Tanda-tanda

    vital dalam

    batas normal :TD : 120 / 80

    mmhg

    N : 60-100x/menit

    Pasien tampakrileks

    Tgl 16/07/09

    1.Kaji intensitas

    durasi dan skalanyeri

    2.Monitor tanda-

    tanda vital

    3.Ajarkan teknikrelaksasi nafas

    dalam

    4.Berikan posisiyang nyaman

    untukmengurangi rasa

    nyeri pada

    pasien: miringkekiri/ kekanan

    5. Kelolapemberian obat

    Raniditin

    1. Menentukan

    intervensipemecahan

    masalah2. Kenaikan

    tanda-tandavital

    mengidentivi

    kasi adanyarasa nyeri

    3. Melepaskanketegangan

    emosional

    dan dapatmeningkatkan

    kemampuankoping

    4. Memberikankenyaman

    pada pasien

    5. Mengurangi

    rasa nyeripada lambung

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.00 WIB

    Mengelola terapi

    dengan obat Ranitidin

    50 mg melaluiintravena cateter

    Yety

    Jam 09.00 WIB

    Mengajarkan teknik

    relaksasi nafas dalampada pasien

    Yety

    Jam 16.00 WIB

    Mengukur tanda-

    tanda vital pada

    pasien

    Yety

    Tgl 16/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Pasien mengatakn p

    kiri bawah masih te

    nyeri

    Y

    Jam 09.30 WIB

    Pasien mammempraktekkan tek

    nafas dalam dan rasa nkadang-kadang m

    terasa

    Y

    Jam 16.20 WIB

    TD : 140 /80 mmHg, N

    88 x/menit, R : 23 x/men

    Y

    55

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    56/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    50 mg (2ml) / 12

    jam

    Yety

    Jam 16.20 WIB

    Memberikan posisi

    yang nyaman pada

    pasien untuk

    mengurangi rasa

    nyeri

    Yety

    Jam 20.00 WIB

    Mengelola terapi

    dengan obat Ranitidin

    50 mg, melalui

    intravena cateter

    Yety

    Jam 16.30 WIB

    Pasien merasa nyaman

    dengan posisi tidur mir

    kanan / kiri

    Dan posisi duduk untuk

    mengurangi nyeri

    Y

    Jam 21.00 WIB

    Pasien mengatakan rasa

    nyeri pada perut kiri m

    terasa senut-senut

    Y

    56

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    57/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    Jam 21.00 WIB

    S : pasien mengatakan masih

    terasa nyeri pada perut kiribawah. Skala nyeri 6

    Nyeri terasa kalau buat

    terlentang.

    O :

    Pasien tampak tegang saat

    nyeri

    Pasien merasa nyaman

    dengan posisi seperti

    miring ke kiri / kekanan

    dan duduk

    TD : 140 /80 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 23 x/menit

    57

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    58/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    A : masalah nyeri belum

    teratasi

    P : Lanjutkan intervensi

    Kaji intensitas durasi dan

    skala nyeri

    Monitor tanda-tanda vital

    Anjurkan pasien untuk

    melakukan teknik

    relaksasi nafas dalam jika

    terasa nyeri

    Berikan posisi yang

    nyaman pada pasien untukmengurangi rasa nyeri

    Yety

    58

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    59/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    3.

    Tgl 17/07/09

    Jam 06.00 WIB

    Nyeri berhubungan dengan lesi akibatpeningkatan sekresi gastric.

    S : Pasien mengatakan pada perut kirinyamasih terasa nyeri

    Rasa nyeri terasa kalau buat terlentang

    O : ekspresi wakaj pasien tampak tegang

    saat terasa nyeri.

    TD : 130 / 80 mmHg, N : 88 x/menit, R :

    23 x/menit

    - Terdapat nyeri tekan pada perut kiri

    bawah

    A : masalah nyeri belum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Kaji intensitas durasi dan skala nyeri

    Monitor tanda-tanda vital

    Ajarkan teknik distraksi pada pasien

    Berikan posisi yang nyaman pada

    pasien untuk mengurangi rasa nyeri

    seperti miring kekiri/kana

    Kelola pemberian terapi Ranitidin 50

    mg (2ml) / 12 jam

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.00 WIB

    Mengelola terapi dengan obat Ranitidin50 mg (2ml) / 12 jam melalui intravena

    cateter

    Yety

    Jam 09.00 WIB

    Mengajarkan pasien untuk melakukanteknik relaksasi nafas dalam

    Yety

    Jam 14.00 WIBMengkaji keluhan nyeri pada pasien

    (intensitas durasi dan skala nyeri)

    Yety

    Tgl 17/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Pasien sudah mendapatkan terapi Ranitidin50 mg dan rasa nyeri sedikit berkurang

    Yety

    Jam 09.25 WIB

    Pasien mampu melakukan teknik relaksasi

    nafas dalam

    Yety

    Jam 14.15 WIB

    Pasien mengatakan perut kiri bawah masihterasa nyeri, Skala nyeri 4, nyeri terasa

    hilang timbul dan pada waktu ditekan, pasien

    mengatakan kalau buat tidur miring danduduk rasa nyeri menjadi berkurang.

    Yety

    59

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    60/112

    N

    O

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 16.00 WIB

    Monitor tanda-tanda vital pada pasien

    Yety

    Jam 16.15 WIB

    TD : 130 / 80 mmHg , N : 84x

    /menit, R : 23x/menit , S : 36,7 oC

    Yety

    Jam 17.00 WIB

    S : pasien mengatakan perut kiri bawah masih

    terasa nyeri, Skala nyeri 4. Nyeri terasa hilangtimbul

    O : TD : 130 / 80 mmHg, N : 84 x/menit,R : 23x/menit, S : 36,7 oC

    Pada perut kiri masih terdapat nyeri tekanA : masalah nyeri belum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Kaji keluhan nyeri pada pasien (intensitas,

    durasi, skala nyeri)

    Monitor tanda-tanda vital

    Kelola pemberian terapi Ranitidin 50 mg /

    12 jam.

    60

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    61/112

    Yety

    N

    O

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    3.

    Tgl 18/07/09

    Jam 06.15 WIB

    Nyeri berhubungan dengan lesiakibat peningkatan sekresi gssrtik.

    S : pasien mengatakan pada perutkiri bawah masih terasa agak

    nyeri, skala nyeri 4. Nyeri terasahilang timbul dan kalau ditekan

    masih terasa nyeri

    O : pasien merasa nyaman denganposisi seperti tidur miring kiri /

    kanan dan duduk untukmengatasi rasa nyerinya

    TD : 140 / 80 mmHg, N : 84x/menit, R : 22 x/menit

    A : masalah nyeri belum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Kaji keluhan nyeri pada

    pasien (intensitas, durasi ,dan

    skala nyeri)

    Monitor tanda-tanda vital

    Tgl 18/07/09

    Jam 08.00 WIB

    Mengelola terapi dengan obatRanitidin 50 mg (2ml) melalui

    intravena cateter

    Yety

    Jam 09.00 WIB

    Mengajarkan teknik relaksasi nafasdalam pada pasien dan

    menganjurkan pada pasien untuk

    melakukan teknik nafas dalam jika

    nyeri dating

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Monitor tanda-tanda vital pada

    pasien

    Tgl 18/07/09

    Jam 09.00 WIB

    Pasien sudah mendapatkan terapi Ranitidin 50mg / 12 jam dan rasa nyeri sudah sedikit

    berkurang

    Yety

    Jam 09.15 WIB

    Pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafasdalam dan rasa nyeri kadang-kadang masih

    terasa hilang timbul kalau buat terlentang

    Yety

    Jam 12.15 WIB

    TD : 130 / 80 mmHg, N : 88x/menit, R : 22x/menit, S : 36,5 oC

    61

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    62/112

    Ajarkan teknik relaksasi

    Yety Yety

    N

    O

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Kelola pemberian terapi

    Ranitidin 50 mg (2ml) / 12

    jam

    Jam 13.00 WIB

    Mengkaji keluhan nyeri pada

    pasien (intensitas, durasi ,danskala nyeri)

    Yety

    Jam 13.15 WIB

    Pasien mengatakan rasa nyeri pada perut sudah agak

    berkurang. Skala nyeri 3.Pasien sudah agak sedikit rileks.

    Yety

    Jam 15.00 WIB

    S : pasien mengatakan rasa nyeri pada perut kiri sudahagak berkurang, Skala nyeri 3.

    O : pasien sudah tampak sedikit rileks

    TD : 130 / 80 mmHg, N : 88 x/menit, R : 22 x/menit, S :36,5 oC

    A : masalah nyeri teratasi sebagian dengan criteria :pasien mengatakan rasa nyeri pada perut kiri sudah agak

    berkurang, skala nyeri 3.

    P : lanjutkan intervensi

    - Kaji keluhan nyeri pada pasien

    62

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    63/112

    - Monitor tanda-tanda vital- Kelola pemberian terapi Ranitidin 50 mg / 12 jam

    Yety

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    4 Tgl 16/07/09Jam 07.30 WIBPerubahan nutrisi

    kurang dari kebutuhantubuh berhubungan

    dengan mual, anoreksiakarena peningkatan

    asam lambung, ditandai

    dengan :DS : pasien

    mengatakan perutnyaterasa penuh dan

    rasanya mual

    DO : KU sedang

    HB 10,7 gr / dl Albumin 2,75 gr / dl

    (3,50 5,00)

    IMT 18,07 Kg / m2

    (under weight)

    Pasien makan porsi

    diit habis porsidiit lunak DL II RG

    Setelah dilakukantindakankeperawatan

    selama 7 x 24jam. Perubahan

    nutrisi kurangdari kebutuhan

    tubuh dapat

    teratasi denganKriteria :

    Pasien tidak

    mengeluh

    mual-mual lagi

    Rasa penuh

    pada perutberkurang atauhilang

    Albumin

    meningkat dari

    2,75 gr / dl

    menjadi 3,50gr / dl

    Pasien mau

    menghabiskan

    Tgl 16/07/09Jam 07.45 WIB1. Jelaskan

    pentingnyanutrisi bagi

    tubuh2. Sajikan

    makanan

    dalam keadaanhangat

    3. Berikanmakanan

    sedikit-sedikit

    tapi sering

    4. Berikanlingkunganyang

    menyenangkan saat pasien

    makan

    5. Monitor hasil

    laboratoriumtentang

    (Albumin, Hb)

    1. Mengeta

    hui keadaanpemasukan

    nutrisi2. Meningk

    atkan selera

    makan

    3. Meminimalkan rasa

    mual

    4. Memberikan

    kenyamanandan

    meningkatkan

    nafsu makan

    5. Mengetahui

    perkembanga

    Tgl 16/07/09Jam 10.00 WIBMenganjurkan

    pada pasien untukmakan sedikit-

    sedikit tapi sering

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Motivasi pasienuntuk makan diit

    yang sudah

    disajikan DL II RG

    Yety

    Tgl 16/07/09Jam 09.00 WIBPasien makan

    sedikit demi sedikitbubur kacang hijau

    Yety

    Jam 12.30 WIB

    Pasien makan diitlunak DL II RG

    habis porsi

    Yety

    Jam 14.00 WIB

    S : Pasienmengatakan

    perutnya masih

    terasa penuhseperti mau muntah

    O : KU sedangPasien makan

    habis porsi

    63

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    64/112

    porsi diit dari porsi

    menjadi 1porsi

    Yety

    n pasien danmenetukan

    intervensiselanjutnya

    diit lunak DL IIRG

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    A : masalah

    perubahan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan tubuh

    belum teratasi

    P : lanjutkan

    intervensi

    Jelaskan

    pentingnyanutrisi bagi

    tubuh

    Sajikan

    makanandalam keadaan

    hangat

    Berikan makan

    sedikit-sedikittapi sering

    Berikan

    lingkunganyang

    menyenangkansaat pasien

    64

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    65/112

    makan

    Yety

    NODX

    CATATANPERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    4

    Tgl 17/07/09

    Jam 06.30 WIB

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh berhubungan dengan mual,

    anoreksia karena peningkatan asamlambung.

    S : pasien mengatakan perutnya masihterasa penuh dan kadang-kadang terasa

    mual

    O :

    KU sedang

    Pasien makan diit pagi habis porsi(DL II RG)

    Albumin 2,75 gr / dl (3,50 5,00 gr / dl)

    A : masalah perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh belum teratasi

    P : lanjutkan intervensi

    Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh

    Sajikan makanan dalam keadaan

    hangat

    Tgl 17/07/09

    Jam 11.30 WIB

    Menyajikan diit dalam keadaan hangatdan memberikan lingkungan yang

    nyaman saat pasien makan

    Yety

    Jam 17.00 WIB

    Menganjurkan pada pasien untuk

    makan sedikit-sedikit tapi seringdanminum air hangat untuk mengurangi

    rasa mual dan sebah pada perut

    Yety

    Tgl 17/07/09

    Jam 12.00 WIB

    Diit tersaji didekat pasien dalam keadaanhangat, pasien menghabiskan diit

    porsi DL II RG

    Yety

    Jam 17.25 WIB

    Pasien mengerti dengan anjuran perawat

    dan pasien makan sedikit demi sedikitPasien makan habis porsi (DL II RG)

    Yety

    Jam 21.00 WIBS : pasien mengatakan rasa penuh

    65

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    66/112

    Berikan makan sedikit-sedikit tapi

    sering

    Berikan lingkungan yang

    menyenangkan saat pasien makan

    didalam perut sudah sedikit berkurangtapi kadang-kadang masih merasakan

    mual kemudian hilang sendiri

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    O : KU sedang

    Pasien makan diit sore habis porsi

    (DL II RG)

    A : masalah perubahan nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh belum teratasiP : lanjutkan intervensi

    Jelaskan pentingnya nutrisi bagi

    tubuhSajikan makanan dalamkeadaan hangat

    Berikan makan sedikit-sedikit tapi

    sering

    Yety

    66

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    67/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    4

    Tgl 18/07/09

    Jam 06.45WIBPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

    tubuh berhubungan dengan mual,

    anoreksia karena peningkatan asamlambung.

    S : pasien mengatakan kadang-kadangperutnya masih terasa sebah tetapi sudah

    tidak mual lagiO :

    KU sedang

    Pasien makan diit pagi habis porsi

    bubur, 1 butir telur, 1 mangkok kecil

    sup kacang panjang

    A : masalah perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh teratasi sebagian dengankriteria : Pasien makan habis porsi diit

    DL II RGPasien tidak mengeluh mual

    P : lanjutkan intervensi

    Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh

    Sajikan makanan dalam keadaan

    hangat

    Tgl 18/07/09

    Jam 11.00 WIB

    Memberikan penyuluhan pada pasien

    tentang diit lambung II

    Yety

    Jam 11.30 WIB

    Menyajikan makanan dalam keadaanhangat

    Yety

    Jam 13.45 WIB

    Menimbang berat badan pasien

    Yety

    Tgl 18/07/09

    Jam 11.15 WIB

    Pasien mengerti dengan pejelasan

    perawat tentang diit lambung II yangberisi tentang makanan yang boleh

    dikonsumsi dan makanan yang tidakboleh dikonsumsi

    Yety

    Jam 12.00 WIB

    Diit tersaji didekat pasien dalam keadaanhangat, pasien makan habis porsi DL

    II RG

    Yety

    Jam 14.00 WIB

    Hasil penimbangan berat badan pasien46 Kg naik 1 Kg (dari tanggal 11/07/09)

    IMT : BB / (TB)2 = 46 / (1,58)2 = 18,47 Kg / m2

    Under Weight

    Yety

    67

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    68/112

    Timbang berat badan

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 15.00 WIBS : pasien mengatakan rasa penuh

    didalam perut sudah agak berkurang dantidak merasa mual

    O : KU sedang

    IMT 18,47, Kg / m2

    Pasien makan diit habis porsi

    DLII RGA : masalah perubahan nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian

    dengan kriteria : pasien mengatakan rasapenuh diperut sudah berkurang dan tidak

    terasa mual lagiP : lanjutkan intervensi

    Berikan makan sedikit-sedikit tapisering

    Sajikan makanan dalam keadaan

    hangat

    Yety

    68

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    69/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    5. Tgl 16/07/09

    Jam 07.30 WIBResiko infeksi

    berhubungan dengantempat masuknya

    mikroorganisme

    sekunder akibattindakan invasif

    (pemasangan infus)Ditandai dengan :

    DS : -

    DO : pada tangankanan pasien

    terpasang infusNaCL 0,9 %

    mikrolini 16 tpm(sejak tanggal

    14/07/09) dengann

    kondisi balutan padatempat penusukan

    infus kotor.- S : 36,5 oC

    Setelah dilakukan

    tindakankeperawatan

    selama 3 x 24jam, infeksi tidak

    terjadi dengan

    kriteria :- Tidak ada

    tanda-tanda

    infeksi seperti

    demam,bengkak,kemerehan

    dan keluardarah / pus

    ditempatkan

    penusukaninfus (tidak

    ada flebitis)- Suhu badan

    dalam batas

    normal 36 oC 37 oC

    - Daerah

    penusukan

    infuse tetapbersih

    Tgl 16/07/09

    Jam 07.45WIB1. Observasi tanda-

    tanda vital padapasien

    2. Kaji adanya

    tanda-tandainfeksi pada

    tempat

    penusukan infus

    3. Cuci tangansebelum dan

    sesudahmelakukan

    tindakan

    1. Peningkatantanda-tanda vital

    menunjukkanterjadinya infeksi

    2. Pengenalan lebih

    dini terhadaptanda-tanda

    infeksi

    memudahkandalam pemberian

    intervensi yangcepat

    3. Mengurangi

    resiko penyebaranterjadinya infeksi

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.00 WIBMengkaji tanda-

    tanda infeksi padatempat penusukan

    infus

    Yety

    Jam 08.10 WIB

    Melakukanperawatan pada

    tempat penusukaninfus dan mengganti

    balutan dengan

    yang bersih

    Yety

    Tgl 16/07/09

    Jam 08.10WIB

    Pada tempatpenusukan

    infus tidak

    terjadikemerahan dan

    tidak bengkak

    Yety

    Jam 08.20

    WIBBalutan infus

    sudah digantidengan yang

    bersih,tetesan

    infus lancarNaCL 0,9 %

    mikrolini 16tpm

    Yety

    69

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    70/112

    4. Lakukanperawatan pada

    tempatpenusukan infus

    dang anti balutan

    4. Mengurangiresiko masuknya

    mikroorganisme

    Jam 08.30 WIBMenganjurkan pada

    pasien agar menjagabalutan infuse tetap

    bersih dan

    Jam 08.40WIB

    Pasienmengerti

    dengan anjuran

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTA

    SI

    EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    dengan teknikaseptic

    5. Ganti tusukaninfus tiap tiga

    hari sekali

    6. Anjurkan agar

    pasien menjagaagar balutan

    infus tetapbersih dan

    kering

    Yety

    5. Mencegahterjadinya

    infeksi

    6. Perban kotor

    menyebabkaninfeksi

    kering

    Yety

    perawat untukmenjaga agarbalutan infus

    tetap bersih dankering

    Yety

    Jam 14.00 WIBS : -

    O : pasien masihterpasang infus

    NaCL 0,9 %mikrolini 16 tpm

    ditangan kanan,pada tempatpenusukan infuse

    tidak terjadikemerahan dan

    tidak bengkak- Balutan infus

    sudah digantidengan yang

    bersih dan

    70

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    71/112

    terviksasi kuat

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    A: Resiko infeksiteratasi sebagian

    dengan kriteriayang sudah teratasi:

    pada tempatpenusukan infus

    tidak terjadibengkak dan

    kemerahan, tetesan

    infus lancar NaCl0,9% mikrolini 16

    tpm.P: Lanjutkan

    Intervensi-

    Observasitanda-tandavital

    - Ganti balutan

    setiap hari- Ganti tusukan

    infus tiap 3 harisekali

    71

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    72/112

    NO

    DX

    DIAGNOSA

    KEPERAWATAN

    PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI

    TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

    - Anjurkan pasienagar menjagabalutan infuse

    tetap bersih dankering

    Yety

    72

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    73/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    5. Tgl 17/07/09

    Jam 06.30 WIBResiko Infeksi berhubungan dengan

    tempat masuknya mikroorganisme

    sekunder akibat tindakan invasive(pemasangan infuse)

    S: -O: terpasang infuse NaCl 0,9 % mikrolini

    16 tpm ditangan kanan (sejak 14 Juli2009)

    Tetesan infus lancar

    Balutan infus tampak kotorS: 36,7oC

    A: Masalah resiko infeksi teratasisebagian

    P: Lanjutkan intervensi- Obsevasi tanda-tanda vital pada

    pasien- Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada

    tempat penusukan infus

    - Ganti tempat penusukan infuse tiap 3

    hari sekali- Anjurkan pasien agar menjaga

    balutan infus tetap bersih dan kering

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.15 WIBMengkaji tanda-tanda infeksi pada

    tempat penusukan infus dan melepas

    infus

    Y

    etyJam 08.25 WIB

    Mengganti tempat penusukan infuse

    Yety

    Jam 16.00 WIB

    Monitor tanda-tanda vital pada pasien

    Yety

    Tgl 17/07/09

    Jam 08.20 WIBPada tempat bekas penusukan infus

    tidak ada bengkak dan kemerahan

    Yety

    Jam 08.35 WIB

    Tempat penusukan infus sudah terganti

    dengan yang baru, daerah penusukaninfus tidak mengalami bengkak, tetesan

    infus lancar NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm

    Yety

    Jam 16.15WIB

    TD: 130/80 mmHgN: 84 x/menit

    R: 23x/menitS: 36,7oC

    Yety

    Jam 16.30 WIB

    73

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    74/112

    S: -O: tempat penusukan infus sudah

    terganti didaerah yang baru ditangankanan

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Daerah penusukan infus tidak adabengkak, tetesan infus lancar NaCl 0,9%mikrolini 16 tpm

    S: 36,7o CA: Masalah resiko infeksi tidak terjadi

    P: lanjutkan intervensi- Observasi tanda-tanda vital

    - Kaji tanda-tanda infeksi pada

    daerah penusukan infus Gantibalutan infus setiap hari

    - Anjurkan pasien untuk menjaga

    agar balutan infus tetap bersih dan

    kering

    Yety

    74

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    75/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    5. Tgl 18/07/09Jam 07.00 WIB

    Resiko Infeksi berhubungan dengan

    tempat masuknya mikroorganismesekunder akibat tindakan invasif

    S: -O: Terpasang infus NaCl 0,9%

    mikrolini 16 tpm ditangan kanan(tanggal penggantian tusukan 17 Juli

    2009)

    Balutan infus bersihS: 36,4oC

    A: Masalah resiko infeksi belum terjadiP: Lanjutkan intervensi

    - Kaji adanya tanda-tanda infeksipada tempat penusukan infuse

    - Lakukan perawatan pada tempat

    penusukan infuse dan gantibalutan setiap hari

    - Anjurkan pasien untuk menjagabalutan infus tetap bsrsih dan

    kering

    Tgl 18/07/09Jam 08.00 WIB

    Melakukan perawatan pada tempat

    penusukan infuse dengan betadhindan mengkaji tanda-tanda infeksi

    pada daerah penusukan infus

    Yety

    Jam 09.00 WIB

    Mengobservasi tetesan infuse

    Yety

    Jam 12.00 WIBMengukur tanda-tanda vital pada

    pasien

    Yety

    Tgl 18/07/09Jam 08.15 WIB

    Daerah penusuksn infus tidak terjadi

    bengkak dan tidak ada kemerahan, balutanbersih,terganti dengan yang baru

    Yety

    Jam 09.15 WIB

    Tetesan infuse lancar NaCl 0,9% mikrolini

    16 tpm

    Yety

    Jam 12.20 WIBTD: 130/80 mmHg

    N: 88 x/menit

    RR: 22 x/menitS: 36,5oC

    Yety

    75

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    76/112

    NO

    DX

    CATATAN

    PERKEMBANGAN

    IMPLEMENTASI EVALUASI

    Jam 14.00 WIB

    S: -O: terpasang infuse NaCl 0,9% mikrolini 16

    tpm ditangan kanan (tanggal penggantian

    tusukan 17 Juli 2009)Balutan infus bersih terviksasi kuat

    Tidak terjadi flebitis pada daerah penusukaninfus

    S: 36,5oCA: Masalah resiko infeksi tidak terjadi

    P: Pertahankan intervensi

    - Monitor tanda-tanda vital- Lakukan perawatan dan ganti balutan

    setiap hari- Ganti tusukan infus tiap 3 hari sekali

    Yety

    76

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    77/112

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Asuhan keperawatan pada pasien BpH dengan diagnosa medis Congestiv Heart

    Failure (CHF) CF I-II dengan Efusi Pericard,AFRVR,Dispepsia, ini dilakukan dengan

    menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

    keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan.

    Pembahasan ini bertujuan untuk membandingkan dan membahas antara teori dan kenyataan

    yang terjadi pada pasien berdasarkan alasan ilmiah.

    A. Proses Keperawatan

    1. Pengkajian

    Di dalam tahap ini, penulis mengumpulkan data-data dasar klien yang

    meliputi identitas klien, penanggung jawab klien, factor presipitasi, factor

    predisposisi, riwayat kesehatan klien yang sekarang dan dahulu. Metode yang

    digunakan dalam pengumpulan data meliputi pemeriksaan fisik, wawancara

    baik terhadap klien ataupun keluarga. Observasi untuk mengamati

    perkembangan pasien dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data

    pemeriksaan penunjang.

    a. Data yang muncul pada kasus dan ada pada teori

    77

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    78/112

    (Sylvia A Price,2005)

    1) Ortopnea

    Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,

    adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan

    dengan kongesti vaskuler pulmonal,data ini ada pasien dibuktikan

    dengan pasien berbaring dengan posisi semi fowler,RR:24 x/menit, N:84

    x/menit

    2) Dispnea Nokturnal Paroksimal

    Adalah keluhan yang dikenal baik oleh klien. Klien terbangun ditengah

    malam karena napas pendek yang hebat. DNP diperkirakan disebabkan

    oleh perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen

    intravaskuler sebagai akibat posisi terlentang.( Arif Muttaqin,2009).

    Data ini ada pada pasien dibuktikan dengan pasien pada malam hari

    mengalami sesak nafas.

    3) Mual

    Mual adalah adalah keadaan dimana individu mengalami

    ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang

    tenggorok,epigastrium,atau seluruh abdomen yang mungkin atau

    78

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    79/112

    mungkin tidak menimbulkan muntah. Data ini muncul pada pasien

    dibuktikan dengan pasien mengeluh perutnya terasa penuh dan mual.

    4) Cardiomegali

    Cardiomegali adalah pembesaran jantung (Sue Hinchliff,2000)

    Data ini muncul karena pasien mengalami CHF yang menyebabkan

    cardiomegali,hal ini dibuktikan dengan hasil Ro thorak pada tanggal 11

    juli 2009 terdapat cardiomegali.

    5) Efusi pericard

    Rongga pericardial yang normal mengandung 30-50 ml cairan serosa.

    Biasanya, penimbunan cairan non inflamasi jarang melebihi 500 ml.

    Serosa bentuk yang paling sering,serosa berarti licin dan bening. Cairan

    terkumpul perlahan-lahan dan oleh karenanya dapat ditoleransi dengan

    baik sampai suatu volume yang sangat besar mempengaruhi pengisian

    diastolik, penyebab yang paling sering adalah gagal jantung kongestif

    (Robbins,1999).

    Data ini muncul pada pasien diduktikan dengan pada pemeriksaan

    Echocardiografi tanggal 15 Juli 2009 terdapat efusi pericard pada pasien.

    79

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    80/112

    b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah

    (Sylvia A Price,2005)

    1) Peningkatan Tekanan Vena Jugularis

    Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi, maka akan terjadi

    dilatasi ruang,peningkatan volume dan tekanan pada diastolik akhir

    ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut

    pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini sebaliknya

    memantulkan ke hulu vena kava dan dapat diketahui dengan peningkatan

    pada tekanan vena jugularis. (Arif Muttaqin,2009)

    Data ini tidak ditemukan pada pasien karena ventrikel kanan masih

    mampu mengkompensasi kerja jantung sehingga tidak terjadi aliran balik

    vena, sehingga tidak terjadi peningkatan JVP. Hal ini dibuktikan dengan

    TD: 130/80 mmHg,N: 88 x/menit.

    2) Hepatomegali

    Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

    akibat pembesaran vena dihepar merupakan manifestasi dari gagal

    jantung. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh

    portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen,

    80

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    81/112

    yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites,pengumpulan cairan dalam

    rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan

    distress pernafasan (Arif Muttaqin,2009).

    Data ini tidak ditemukan pada pasien karena pasien dengan gagal

    jantung tidak terjadi tekanan divena portal sehingga belum ada

    pembesaran vena di hepar yang menyebabkan hepatomegali, hal ini

    dibuktikan dengan tidak adanya hepatomegali pada pasien dan pada saat

    palpasi abdomen tidak teraba adanya pembesaran hati.

    3) Edema perifer

    Pembengkaan akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial, jelas

    terlihat didaerah yang menggantung akibat pengaruh gravitasi dan

    didahului oleh bertambahnya berat badan.(Sylvia A.Price,2005). Data ini

    tidak ditemukan pada pasien karena jantung masih dapat menerima

    preload yang maksimal sehingga tidak terjadi aliran balik vena yang

    dapat menyebabkan edema perifer hal ini dibuktikan pada pasien tidak

    terdapat edema perifer,TD 130/80 mmHg.

    4) Sianosis

    Gagal ke depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda

    berkurangnya perfusi keorgan-organ. Aliran darah dialihkan dari organ-

    81

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    82/112

    organ nonvital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak

    sehingga manifestasi paling dini dari gagal kedepan adalah berkurangnya

    perfusi ke organ( missal:kulit dan otot rangka). Kulit pucat dan dingin

    disebabkan oleh vasokontriksi perifer, makin berkurangnya curah

    jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi menyebabkan

    terjadinya sianosis ( Sylvia A.Price,2005 ).

    c. Data yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori adalah

    1) Nyeri abdomen

    Nyeri abdomen merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

    tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu, nyeri bersifat subyektif

    dan sangat bersifat individual, stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang

    bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

    jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang individu. (Mohan 1999,

    Kutipan dari Potter dan Perry 2008)

    Nyeri abdomen adalah keadaan yang tidak mengenakkan pada pasien

    dan terjadi diperut. Hal ini dikarenakan adanya cardiomegali yang

    menekan lambung sehingga terjadi peningkatan sekresi lambung ,

    dibuktikan dengan pasien mengatakan perut bagian kiri terasa

    82

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    83/112

    nyeri,skala 6,terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri saat

    palpasi,pasien tampak tegang saat terasa nyeri. Pasien mendapatkan

    terapi Ranitidin 50 mg (2 ml)/12 jam.

    2) Gigi kotor

    Gigi kotor disebabkan pembusukan gigi oleh kumpulan lendir,

    karbohidrat, baksil asam laktat dalam ludah, sehingga pasien harus rajin

    sikat gigi (wolff,1984). Data ini ditemukan pada pasien karena pasien

    giginya terlihat kotor.

    3) Kuku panjang

    Kuku adalah struktur pelengkap kulit yang terdiri jaringan epithelial, jika

    kuku panjang dan kotor bisa menyebabkan tempat penyebaran bakteri

    (Wolff,1984) data ini ada pada pasien karena kukunya panjang dan kotor

    sehingga harus dipotong kukunya untuk mencegah penyebaran bakteri.

    4) Terpasang infus NaCl 0,9% mikrolini 16 tpm sejak tanggal 14 Juli 2009

    pada tangan kanan sebagai terapi cairan dan elektrolit bagi tubuh, serta

    untuk memasukkan obat secara intravena sehingga tidak dilakukan

    tusukan injeksi secara berulang yang dapat menjadi resiko terjadinya

    infeksi dan untuk kepentingan terapi obat intravena Ranitidin 50 mg

    (2ml)/12 jam.

    83

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    84/112

    B. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti

    tentang ststus masalah kesehatan pasien baik bersifat akurat maupun potensial yang

    dapat dipecahkan melalui tindakan keperawatan.

    Berdasarkan teori yang ada, terdapat 9 diagnosa keperawatan menurut Doengoes

    dan Carpenito yang muncul pada pasien Congestiv Heart Failure (CHF). Setelah

    dilakukan analisa data pada kasus ditemukan 3 diagnosa yang sesuai dengan teori

    dan 2 diagnosa yang tidak sesuai teori tetapi muncul pada kasus, dan 6 diagnosa

    yang terdapat dalam teori tetapi tidak muncul pada kasus.

    Adapun diagnosa keperawatan yang penulis temukan, yaitu:

    1. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori dan kasus adalah:

    a. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial.

    b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

    oksigen dan kebutuhan.

    c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

    anoreksia karena peningkatan asam lambung.

    84

  • 7/22/2019 INTI (BAB I - BAB IV)

    85/112

    2. Diagnosa keperawatan yang sesuai teori tetapi tidak ada pada kasus adalah:

    a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

    glomerulus ( menurunya curah jantung ) / meningkatnya produksi ADH dan

    retensi natrium / air.

    Kelebihan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu

    mengalami atau beresiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau

    interstisial hal ini disebabkan karena peningkatan preload, penurunan

    kontraktilitas, dan penurunan curah jantung sekunder akibat gagal jantung

    kongestif.(Carpenito,2000)

    Diagnosa ini tidak muncul pada pasien karena, pasien dengan gagal jantung

    congestif ini jantung masih bisa kompensasi dan ginjal masih bisa

    mengkompensasikan penurunan cardiac output