bab i-iv eklampsia

73
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan indikator MDG’s (Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu 1 . Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah tersebut dapat digambarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut: Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Beberapa penyebab kematian ibu antara lain perdarahan, infeksi, eklampsia dan lain-lain. Sedangkan penyebab kematian bayi diantaranya BBLR, asfiksia, pneumonia, diare, gizi buruk dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan sistem kesehatan yang efektif guna menghadapi masalah kematian ibu dan balita. Untuk itu tenaga profesional membutuhkan pendidikan dan pelatihan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah melalui Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 2 . Melalui Pengalaman Belajar Lapangan ini, mahasiswa dapat menetapkan masalah kesehatan Ibu dan Anak dengan menggunakan konsep H.L. Blum sebagai pendekatan untuk mengidentifikasikan masalah kesehatan yang terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. 1

Upload: vanshuri

Post on 31-Jul-2015

91 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-IV Eklampsia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu prioritas utama

pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan indikator MDG’s

(Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat kematian anak dan

meningkatkan kesehatan ibu1.

Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah tersebut dapat

digambarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut: Angka Kematian Ibu

(AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan

Angka Kematian Balita (AKABA). Beberapa penyebab kematian ibu antara

lain perdarahan, infeksi, eklampsia dan lain-lain. Sedangkan penyebab

kematian bayi diantaranya BBLR, asfiksia, pneumonia, diare, gizi buruk dan

lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan sistem kesehatan yang

efektif guna menghadapi masalah kematian ibu dan balita. Untuk itu tenaga

profesional membutuhkan pendidikan dan pelatihan berbagai disiplin ilmu,

salah satunya adalah melalui Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 2.

Melalui Pengalaman Belajar Lapangan ini, mahasiswa dapat

menetapkan masalah kesehatan Ibu dan Anak dengan menggunakan

konsep H.L. Blum sebagai pendekatan untuk mengidentifikasikan masalah

kesehatan yang terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten

Demak. Setelah mengidentifikasi masalah tersebut, maka ditentukan

prioritas dari masalah Kesehatan Ibu dan Anak yang ditemukan di Desa

Sidorejo. Berdasarkan Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas

Sayung I dan Bidan Desa Sidorejo, ditemukan tiga kematian ibu hamil di

Kecamatan Sayung yang diakibatkan oleh eklampsia, dan dua diantaranya

terjadi di Desa Sidorejo.

Eklampsia ditandai dengan timbulnya kejang pada penderita pre-

eklampsia yang disusul dengan koma. Kejang tersebut bukan diakibatkan

kelainan neurologis (saraf). Pre-eklampsia dan eklampsia hampir secara

eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Faktor

risiko terdapat pada wanita masa subur dengan usia ekstrim, yaitu remaja

belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun 3.

1

Page 2: BAB I-IV Eklampsia

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi masalah-masalah KIA, menetapkan faktor resiko

terjadinya masalah KIA, serta memberikan alternatif penyelesaian

masalah KIA yang ada dengan metode pemecahan masalah KIA

(problem solving cycle), mengenal karakteristik masyarakat dan

lingkungannya, serta faktor lain yang berkaitan dengan masalah KIA di

Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

b. Menggambarkan kondisi kesehatan ibu dan anak di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

c. Menggambarkan keadaan masyarakat di Desa Sidorejo,

Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

d. Menggambarkan ketersediaan pelayanan kesehatan di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

e. Menentukan masalah KIA dan menetapkan prioritas masalah KIA

yang telah diidentifikasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung

Kabupaten Demak, Jawa Tengah dengan metode Matrix Multiple

Criteria Utility Assessment (MCUA).

f. Menentukan faktor risiko yang menunjang penyebaran masalah

KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak,

Jawa Tengah.

g. Memberikan alternatif pemecahan masalah KIA di Desa Sidorejo,

Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah dengan

metode brainstorming dan how-how diagram.

h. Menentukan penilaian dan kelayakan solusi (kekuatan yang

mendukung dan menghambat sehingga alternatif rencana solusi

dapat berjalan atau tidak) dengan metode force field analysis.

Sehingga solusi yang ditawarkan akan tepat dan dapat dikerjakan

sesuai dengan sumber daya yang tersedia di Desa Sidorejo,

Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

2

Page 3: BAB I-IV Eklampsia

C. Manfaat

Dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat dan Desa Sidorejo

a. Mendapatkan informasi mengenai masalah KIA yang ada di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Jawa Tengah,

sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat untuk

hidup sehat.

b. Masyarakat dapat lebih menyadari akan pentingnya pendidikan KIA

dengan tindakan lebih lanjut dari pihak desa dan kader posyandu Desa

Sidorejo untuk memberikan penyuluhan.

c. Pihak pamong dan perangkat Desa Sidorejo dapat mengembangkan

suatu program pengembangan desa terutama dalam bidang KIA.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

a. Mengenalkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

kepada masyarakat di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten

Demak, Jawa Tengah.

b. Mendapatkan informasi tentang daerah yang mengalami masalah KIA,

sehingga sebagai Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat memberikan

suatu kegiatan preventif dan promotif kepada masyarakat tentang

masalah KIA yang terjadi di Desa Sidorejo Kecamatan Sayung,

Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

3. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman serta wawasan secara aktif dan interaktif

dengan masyarakat Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten

Demak, Jawa Tengah mengenai pemecahan masalah KIA dengan

menentukan alternatif pemecahan masalah KIA.

b. Meningkatkan dan melatih kemampuan serta keterampilan dalam

melakukan penelitian dan penulisan laporan Pengalaman Belajar

Lapangan (PBL).

3

Page 4: BAB I-IV Eklampsia

c. Mahasiswa mampu melatih soft skill pada saat praktek di lapangan,

yaitu bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di

Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

d. Mahasiswa mampu melakukan tahap-tahap Community Diagnosis

secara tepat.

4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak

a. Memberikan gambaran informasi KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan

Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

b. Membantu dalam mengarahkan pengambilan kebijakan guna

pengembangan KIA di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten

Demak, Jawa Tengah.

4

Page 5: BAB I-IV Eklampsia

BAB II

METODE KEGIATAN PBL

A. Metode Design

Penelitian tentang permasalahan eklampsia merupakan penelitian

deskriptif, dengan pendekatan atau desain studi cross sectional yaitu

rancangan penelitian dimana variable independen dan dependen diambil

dalam periode waktu yang sama. Dimana analisis data bersifat deskriptif

(kuantitatif)1.

Variabel independen yang diambil secara garis besar sesuai dengan

konsep H.L. Blum yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Sedangkan variabel dependen adalah status kesehatan yang

direpresentasikan dengan kejadian penyakit eklampsia yang ada di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Selain dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi

pustaka, observasi, dan diskusi dalam kelompok. Berdasarkan berbagai

metode tersebut diharapkan dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi

permasalahan eklampsia sesuai dengan konsep H.L. Blum. Metode tersebut

dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan serta

memberikan alternatif pemecahan masalah.

B. Tahapan Community Diagnosis

1) Identifikasi Masalah KIA

Mengenali permasalahan kesehatan khususnya KIA yang berada

di masyarakat harus didasarkan pada data, fakta, informasi, baik secara

langsung (dengan data primer) maupun tidak langsung (menggunakan

data sekunder). Metode untuk mengidentifikasi masalah KIA dapat

dilakukan dengan cara menganalisis kesenjangan (gap analysis) antara

target suatu program yang seharusnya dicapai (standar yang telah

ditetapkan) dengan capaian pelaksanaan program itu sendiri melalui

indikator yang ada. Cara untuk mengidentifikasi masalah KIA dapat juga

dengan mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan dari sebuah

data informasi maupun masalah kesehatan khususnya pada ibu hamil,

bayi dan balita yang mungkin menjadi lebih buruk atau lebih parah

5

Page 6: BAB I-IV Eklampsia

kondisinya dari waktu ke waktu (trend analysis). Selain itu, masalah

dapat juga diidentifikasi dengan cara membaca, melihat, mendapatkan

sebuah outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit atau

kasus pada suatu masyarakat di wilayah tertentu. Berdasarkan UU No 4

Tahun 1984, KLB merupakan timbulnya atau meningkatkan kejadian

kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Guna meyakinkan bahwa

masalah tersebut sampai sekarang masih menjadi permasalahan

khususnya pada ibu hamil, bayi dan balita, maka perlu dilakukan survei

langsung pada masyarakat dan atau orang kunci. Tujuannya adalah

untuk melakukan konfirmasi mengenai banyaknya, kegawatannya,

distribusinya (orang, tempat, waktu) dari penyakit yang telah terdaftar

pada data sekunder. Masalah KIA yang ada dipilih dan dipastikan

masalah tidak terlalu luas maupun terlalu umum, sehingga akan

memudahkan untuk merumuskannya.

2) Prioritas Masalah KIA

Data yang bersumber dari pelayanan kesehatan diolah serta

dianalisis menjadi sebuah informasi yang berguna terkait masalah KIA

yang ada di wilayah tersebut. Berbagai masalah kesehatan tersebut

telah didaftar dan mungkin akan banyak permasalahan kesehatan.

Diperlukan analisis dalam memilih masalah KIA yang betul-betul

dirasakan masyarakat, sehingga nantinya dapat diambil sebuah tindakan

yang tepat. Demikian halnya, tidak semua permasalahan KIA harus

diselesaikan semua, mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki.

Dengan demikian diperlukan metode yang cepat dan tepat dalam

memprioritaskan masalah KIA dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kegawatan masalah, besarnya masalah, luas distribusi penyakit,

kecepatan penyebaran, menimbulkan dampak politis, menimbulkan

keresahan atau kepanikan masyarakat, sesuai dengan program atau

tidak, serta pertimbangan lain yang mungkin ada.

6

Page 7: BAB I-IV Eklampsia

3) Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Walaupun masalah KIA sudah didapatkan, namun faktor risiko

terkait masalah KIA itu sendiri belum diketahui. Faktor-faktor risiko dapat

berdiri sendiri dalam mempengaruhi kejadian suatu masalah KIA atau

faktor tersebut saling terkait sehingga menimbulkan permasalahan

kesehatan atau outcome KIA. Oleh karena itu, diperlukan proses

penelusuran faktor-faktor risiko yang terkait masalah KIA dengan cara

yang sistematis dan berdasar pada teori, data atau fakta serta logic

thinking. Berdasarkan konsep H.L Blum yang dapat dimanfaatkan untuk

membuat kerangka dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya masalah KIA antara lain dengan diagram pohon

masalah atau how-how diagram, demikian halnya dengan metode analisis

diagram peta pikiran (mind map diagram)

.

4) Identifikasi Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Guna memenuhi keakuratan data serta ketersediaan data terkait

faktor risiko masalah KIA, maka dilakukan survei untuk mengidentifikasi

faktor risiko yang terkait masalah KIA. Kegiatan identifikasi faktor risiko

yang terkait masalah KIA dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif

dengan menggunakan instrumen survei yang valid dan reliabel berdasar

kerangka faktor risiko masalah KIA. Langkah yang dilakukan terkait

kegiatan survei masalah KIA berguna untuk mengidentifikasi faktor risiko

yang betul – betul ada di masyarakat. Subjek atau objek sebagai

sasaran, dalam hal ini adalah bumil, bayi, dan balita yang sedang

didiagnosis dalam kurun waktu tertentu beserta perilaku, pelayanan

kesehatan, lingkungannya dan genetiknya. Data penderita penyakit yang

sedang didiagnosis dalam masyarakat dapat diperoleh dari data KIA

puskesmas, bidan desa dan data pendukung gambaran lokasi setempat.

7

Page 8: BAB I-IV Eklampsia

5) Alternatif Penyelesaian Masalah KIA

Prioritas faktor risiko masalah KIA telah teridentifikasi. Guna

menanggulangi dan mencegah permasalahan kesehatan yang

berlangsung, maka diperlukan alternatif penyelesaian (solusi) masalah

KIA. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi,

sebaiknya mempertimbangkan kondisi nyata yang ada di masyarakat

atau lapangan. Selain itu diperlukan pula keterlibatan dari pihak lain

(puskesmas,desa) yang terkait (sesuai kebijakan yang ada, relevansi

program, ketersediaan sumber daya, kecepatan mengatasi masalah,

kemudahan untuk diterapkan) sehingga diharapkan solusi yang diberikan

telah mengakomodir kebutuhan dari berbagai pihak, sehingga dapat

berjalan dengan baik. Metode yang dapat dipergunakan untuk

mengidentifikasi alternatif solusi adalah dengan cara brainstorming dan

penggunaan how-how diagram. Hal demikian harus didasarkan atas

bukti atau data dan informasi yang kuat. Kemudian dipilih tiga terbesar

atau lebih yang merupakan alternatif solusi terbaik terkait faktor risiko

masalah KIA tersebut. Sedangkan dalam menilai prioritas solusi dan

kelayakan solusi (kekuatan yang mendukung dan menghambat sehingga

alternatif rencana solusi dapat berjalan atau tidak) dapat didekati dengan

metode force field analysis. Sehingga diharapkan solusi yang ditawarkan

akan tepat dan dapat dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia2.

C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Kegiatan PBL kelompok V Reguler 1 2009 dilaksanakan mulai

tanggal 8 Juni 2011 sampai dengan 17 Juni 2011 yang berlokasi di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.

Desa Sidorejo terbagi menjadi 6 dukuh yang meliputi Karanggawang (RW I),

Kuripan (RW II), Bugangan (RW III), Karangwaru (RW IV), Sampit (RW V)

dan Patar (RW VI).

8

Page 9: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan PBL

No Kegiatan

Waktu pelaksanaan

1 a. Upacara pelepasan PBL di halaman FKM UNDIPb. Penerimaan peserta PBL di Kecamatan Sayungc. Pertemuan dan perkenalan dengan bidan desa,dan perangkat

desa di setiap dukuhd. Pengambilan data laporan program KIA dan gizi Desa Sidorejo

tahun 20112 a. Pengambilan data dan profil kesehatan Sayung 1 tahun 2011

b. Pengambilan data demografi Desa Sidorejoc. Sosialisasi kegiatan PBL melalui kegiatan ibu-ibu di desa d. Pengambilan data KIA Desa Sidorejo tahun 2010 ke bidan desae. Merekap data KIA Desa Sidorejo tahun 2010f. Analisis kasus menggunakan trend, gap dan KLB

3 a. Melanjutkan pertemuan dan perkenalan ke perangkat desa Sidorejo

b. Penentuan prioritas masalah c. Konfirmasi masalah KIA ke bidan desa

9

Page 10: BAB I-IV Eklampsia

Lanjutan Tabel 2.1 Tahap Pelaksanaan PBL

4 a. Melanjutkan pertemuan dan perkenalan ke perangkat desab. Kunjungan DPLc. Konfirmasi masalah KIA ke bidan desad. Pembuatan mindmap dan diskusi kuesioner

5 a. Pembuatan kuesionerb. Monitoring dari tim Labkesmas FKM UNDIPc. Revisi mindmap dan kuesionerd. Penentuan respondene. Penguasaan teknik wawancara

6 a. Menyelesaikan revisi kuesioner dan mindmapb. Pelaksanaan uji coba kuesioner kepada 4 respondenc. Pengumpulan data

7 a. Pelaksanaan wawancara kepada semua responden b. Entry data hasil kuesionerc. Kunjungan DPL kedua

8 a. Penyebaran kuesioner untuk kader kesehatan setiap dukuhb. Evaluasi data (cross check) dan melanjutkan entry data c. Pengolahan data

9 a. Melanjutkan pengolahan datab. Analisis datac. Kunjungan DPL ketigad. Penentuan faktor utama penyebab eklampsiae. Pamitan dengan lurah dan SPL

10 a. Perpisahan dengan puskesmasb. Kembali ke Semarang

10

Page 11: BAB I-IV Eklampsia

D. Pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum

mengolah data dengan memeriksa kembali jawaban dari daftar

pertanyaan yang telah ditanyakan. Sehingga tidak ditemukan

kesalahan atau kekurangan dalam daftar pertanyaan dan jawaban

responden.

b. Coding

Coding merupakan proses pembuatan klasifikasi dan

pemberian kode jawaban berupa angka pada data yang telah

diberikan oleh para responden. Adapun tujuan dari proses ini

adalah untuk mempermudah proses memasukkan data yang telah

diperoleh sebelum diolah ke dalam komputer.

c. Entry data

Entry data dilakukan dengan memasukkan data dari

responden ke dalam komputer untuk selanjutnya diolah dan

dianalisis.

d. Tabulation

Tabulation dilakukan dengan menyusun dan menghitung data

hasil pengkodean untuk disajikan dalam bentuk tabel untuk

mempermudah pengolahan secara deskriptif dan memeriksa

kebenaran data.

2. Analisis data

Setelah mengolah data, proses selanjutnya yang dilakukan ialah

menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis deskriptif,

dimana ditentukan rasio, proporsi, serta prosentase dengan

menggunakan alat bantu statistik yakni membuat tabel distribusi

frekuensi. Dan juga dilakukan analisis data primer yang diolah dengan

menggunakan program SPSS untuk mendeskripsikan data yang telah

diperoleh. Untuk kemudian selanjutnya memberikan gambaran tentang

hubungan antara lingkungan, perilaku, genetik, dan pelayanan kesehatan

dengan kejadian masalah KIA di Desa Sidorejo.

11

Page 12: BAB I-IV Eklampsia

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi PBL

1. Gambaran Umum Desa Sidorejo

a. Keadaan Geografis

Desa Sidorejo merupakan salah satu desa yang ada di

wilayah kecamatan Sayung. Luas wilayahnya 210.040 ha dengan

kondisi wilayah yang terdiri dari pemukiman padat penduduk yang di

kelilingi persawahan dan tambak. Batas Desa Sidorejo adalah

sebagai berikut:

Utara : Wonoagung - Rejosari

Selatan : Tugu - Gemulak

Barat : Banjarsari

Timur : Wonowoso

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

kemasyarakatan di Desa Sidorejo adalah sebagai berikut:

1. Prasarana dan Sarana Transportasi

Tabel 3.1 Prasarana Transportasi Darat

Prasarana Transportasi Baik (km

atau unit)

Rusak (km

atau unit)

1.1 Jalan Desa

panjang jalan aspal

panjang jalan makadam

panjang jalan tanah

0

0

7

0

0

0

1.2 Jalan antara

desa/kecamatan

Panjang jalan aspal

Panjang jalan makadam

Panjang jalan tanah

0

0

5

0

0

0

12

Page 13: BAB I-IV Eklampsia

Lanjutan tabel 3.1 Prasarana Transportasi Darat

1.3 Jembatan Desa

Jumlah jembatan beton

Jumlah jembatan besi

Jumlah jembatan kayu

3

0

4

5

0

4

1.4 Jembatan antar desa /

kecamatan

Jumlah jembatan beton

Jumlah jembatan besi

Jumlah jembatan kayu

0

0

0

0

0

0

1.5 Pangkalan Ojek 0 0

1.6 Stasiun kereta api 0 0

1.7 Stasiun Bis/angkutan Desa 0 0

Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2011

Sarana Transportasi darat

Angkutan Pedesaan = tidak ada

Bus umum = tidak ada

Truck umum = tidak ada

Ojek = ada

Delman/bendi/cidomo = tidak ada

Becak = tidak ada

2. Prasarana Komunikasi

Radio = 110 unit

Televisi = 1500 unit

Telepon = -

Wartel = -

Warnet = -

13

Page 14: BAB I-IV Eklampsia

c. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat Desa Sidorejo adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Desa Sidorejo Menurut Mata

Pencaharian

No. Jenis Kegiatan Jumlah OrangProsentase

(%)

1. Petani 2.700 44,99

2. Buruh Tani 1.500 24,99

3. Buruh/Swasta 1.500 24,99

5. Pedagang 121 2,02

7. Pegawai negeri 11 0,18

8. Pengrajin 7 0,12

9. Montir 11 0,18

10. Nelayan 152 2,53

Jumlah 6.002 100

Sumber : Data Monografi Desa Sidorejo 2011

Berdasarkan tabel 3.2, dapat dilihat bahwa sebesar 44,99%

penduduk Desa Sidorejo memiliki mata pencaharian sebagai petani.

14

Page 15: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Penduduk Desa

Sidorejo

Kel. Umur Jumlah Prosentase

(%)

0-5 bulan 37 0,65

6-11 bulan 45 0,86

12-59 bulan 362 6,97

5-6 thn 152 2,92

7-12 thn 522 10,05

13-19 thn 829 15,96

20-45 thn 2222 42,80

46-59 thn 684 13,17

> 60 thn 341 6,56

Jumlah 5194 100

Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2010

Berdasarkan tabel 3.3, dapat dilihat bahwa sebesar 42,80%

penduduk Desa Sidorejo berumur 20-45 tahun.

Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Desa Sidorejo Menurut

Tingkat Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Banyaknya OrangProsentase

(%)

1 Perguruan Tinggi 52 1,0

2 Tamat SLTA 371 7,14

3 Tamat SMP 524 10,09

4 Tamat SD 2166 41,72

5 Tidak Tamat SD 437 8,41

7 Tidak Sekolah 479 9,22

Jumlah 4029 100

Sumber : Data monografi Desa Sidorejo 2010

15

Page 16: BAB I-IV Eklampsia

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa sebesar 41,72%

penduduk Desa Sidorejo berpendidikan tamat SD.

d. Pelayanan Kesehatan di Desa Sidorejo

1) Prasarana Kesehatan

Puskesmas = 1 unit

Poliklinik/Balai Pengobatan = 2 unit

Apotek = 1 unit

Posyandu = 16 unit

Tempat Dokter Praktek = 4 unit

2) Sarana Kesehatan

Dokter Umum = 4 orang

Dokter Gigi = 2 orang

Dokter Spesialis lain = 2 orang

Dukun Terlatih = 7 orang

Bidan Desa = 1 orang

e. Kondisi Kesehatan

1) Jumlah Prasarana Air Bersih

Sumur Pompa = 8 unit

Sumur Gali = 45 unit

Mata Air = 1 unit

Hidran Umum = 1 unit

Perpipaan = 1 unit

2) Cakupan Imunisasi

Imunisasi Polio-3 = 349 orang

Imunisasi DPT-1 = 348 orang

3) Cakupan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih

Pengguna Sumur Gali = 1.142 KK

Pengguna PAM = 6.209 KK

Pengguna Sumur Pompa = 450 KK

Pengguna Perpipaan = 300 KK

Pengguna Hidran Umum = 300 KK

Pengguna Mata Air = 350 KK

16

Page 17: BAB I-IV Eklampsia

B. Hasil dan Pembahasan

1. Identifikasi Masalah KIA

Sebelum mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa

Sidorejo, diperlukan data sekunder untuk mendapatkan gambaran

masalah kesehatan yang ada di Desa Sidorejo. Data sekunder yang

diperoleh yaitu berupa Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas

Sayung I Demak, Laporan Kesehatan Ibu dan Anak dari Bidan Desa,

Laporan Gizi Anak dari Bidan Desa, data Monografi dan Demografi

Kependudukan dari Balai Desa Sidorejo serta Profil Desa Sidorejo.

Berdasarkan Laporan Puskesmas Sayung I Demak dan Laporan

Bidan Desa Sidorejo periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010,

telah dianalisis beberapa masalah yang ada menggunakan analisis trend

dan jumlah kasus yang terjadi. Berdasarkan analisis trend,dan jumlah

kasus diperoleh beberapa masalah KIA, yaitu :

Tabel 3.5 Masalah KIA Berdasarkan Jumlah Kasus

No Jenis Masalah KIA Prosentase

1

2

3

4

Eklampsia

Hyperemesis

Perdarahan

Bayi di bawah garis merah

(BGM)

66,7 %

50 %

33,3 %

48 %

Sumber : Laporan KIA Puskesmas Sayung I dan Bidan Desa

Sidorejo Tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2010

Berdasarkan data sekunder yang ada, diperoleh kasus kematian

ibu hamil di Desa Sidorejo pada tahun 2010 sebanyak 3 kasus yang

terdiri dari 2 kasus yang disebabkan oleh eklampsia dan 1 kasus yang

disebabkan oleh perdarahan. Sehingga dapat dianalisis bahwa 66,7%

kematian ibu hamil di Desa Sidorejo disebabkan karena eklampsia

sedangkan sebanyak 33,3% disebabkan karena perdarahan. Sedangkan

masalah yang terjadi pada ibu hamil risiko tinggi adalah hyperemesis

yaitu sebanyak 6 kasus selama tahun 2010 dari 12 kasus risiko tinggi ibu

hamil di Desa Sidorejo. Apabila dianalisis maka sebanyak 50% kasus

17

Page 18: BAB I-IV Eklampsia

risiko tinggi ibu hamil disebabkan karena hyperemesis, sedangkan untuk

masalah pada balita yaitu bayi di Bawah Garis Merah (BGM), sebanyak

218 dari 447 balita di Desa Sidorejo berada pada garis merah KMS,

sehingga dapat dianalisis bahwa 48% balita di Desa Sidorejo berada di

bawah garis merah. Berdasarkan data sekunder yang didapat,

selanjutnya dilakukan konfirmasi kembali ke bidan desa. Kemudian

diperoleh 3 masalah besar KIA yaitu Eklampsia, Hyperemesis dan BGM

yang dipersempit dari empat masalah KIA.

Eklampsia menjadi masalah dengan tingkat kegawatan tertinggi

dikarenakan di Desa Sidorejo terjadi dua masalah eklampsia hingga

menyebabkan kematian pada ibu hamil. Sedangkan masalah

hyperemesis dan BGM menjadi masalah dengan tingkat frekuensi tinggi

dikarenakan sebanyak 6 dari 12 kasus resiko tinggi ibu hamil pada tahun

2010 di Desa Sidorejo disebabkan karena Hyperemesis dan sebanyak

218 dari 447 balita mengalami BGM.

2. Prioritas Masalah KIA

Berdasarkan data sekunder dan konfirmasi kepada bidan desa telah

didapatkan tiga masalah KIA yang muncul di masyarakat Desa Sidorejo,

dan diperlukan analisis untuk menentukan prioritas masalah. Dalam

penentuan prioritas masalah digunakan metode Multiple Criteria Utility

Assessment (MCUA), dengan metode ini dapat ditentukan satu masalah

KIA yang menjadi prioritas. Selanjutnya penentuan prioritas masalah

dengan metode MCUA adalah sebagai berikut:

1) Penentuan kriteria

Kriteria dalam hal ini, berguna untuk penilaian masalah-masalah

KIA yang nantinya dapat ditemukan nilai tertinggi atau prioritas

masalah KIA. Kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini

sebagai berikut:

18

Page 19: BAB I-IV Eklampsia

a. Besar atau luas masalah

Kriteria ini mengandung maksud tinggi rendahnya prevalensi

kejadian masalah KIA.

b. Kegawatan

Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-

masing masalah KIA untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke

arah kematian.

c. Analisis trend

Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi

atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-

data tersebut dikumpulkan. Sehingga dengan analisis trend ini

dapat diketahui bahwa penyakit tersebut ditemukan dalam setiap

tahunnya.

Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk KIA di Desa

Sidorejo merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok. Semakin

kriteria dianggap penting, maka bobotnya semakin besar. Adapun bobot

yang telah diberikan pada tiap kriteria berdasarkan kesepakatan

kelompok sebagai berikut :

Besar/luas masalah : 35%

Kegawatan : 40%

Trend : 25%

2) Skor masing-masing kriteria terhadap masing-masing masalah

Nilai dari tiap butir masalah ini akan dikalikan dengan masing-

masing kriteria, sehingga didapatkan nilai tertinggi sebagai prioritas

masalah KIA.

19

Page 20: BAB I-IV Eklampsia

Adapun nilai-nilai pada tiap butir masalah ini adalah:

KriteriaNilai tiap butir masalah

kesehatan1. Besar/luas masalah 1 = rendah

2-3 = sedang4 = tinggi

2. Kegawatan 1 = rendah2-3 = sedang4 = tinggi

3. Trend 1 = rendah2-3 = sedang4 = tinggi

Sumber: Diagnosa Komunitas Masalah Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dalam

Mendukung Pencapaian Target MDG's 2015

Adapun tabel MCUA prioritas masalah KIA sebagai berikut:

KriteriaBobot

(%)

Masalah KIA

Eklampsia Hyperemesis BGM

Skor SxB Skor SxB Skor SxB

Tingkat Kegawatan 40 4 1,6 2 0.8 3 1,2

Besar masalah 35 4 1,4 2 0,7 3 1,5

Trend 25 1 0,25 2 0,5 1 0,25

JUMLAH 3,25 2,0 2,50

Prioritas I III II

Tabel 3.6 MCUA Prioritas Masalah KIA

20

Page 21: BAB I-IV Eklampsia

Berdasarkan tabel MCUA diatas, didapatkan bahwa prioritas

masalah KIA di Desa Sidorejo adalah eklampsia. Berdasarkan

peninjauan kembali pada data sekunder, masyarakat yang berisiko

terkena eklampsia adalah ibu hamil.

3. Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor risiko dari masalah

eklampsia digunakan metode mind map dengan model Fish Bone yang

mengacu pada konsep HL Blum. Langkah-langkah dalam membuat mind

map yaitu dimulai dengan meletakkan masalah eklampsia tersebut di

tengah dengan ukuran yang lebih besar dan selanjutnya ditulis empat

unsur menurut konsep HL Blum yaitu genetik, pelayanan kesehatan,

perilaku dan lingkungan. Faktor risiko yang mengarah ke kejadian

eklampsia dituliskan pada cabang-cabangnya menjadi sebuah kerangka

mind map. Berdasarkan mind map yang telah dibuat (lampiran-9),

diperoleh berbagai faktor risiko yang mengarah pada kejadian eklampsia.

Faktor risiko tersebut adalah perilaku, lingkungan, genetik, dan pelayanan

kesehatan. Faktor perilaku meliputi pengetahuan ibu hamil, praktek dan

sikap. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan

biologi. Untuk lingkungan sosial misalnya tempat kerja dan lingkungan

sekitar tempat tinggal. Faktor genetik meliputi riwayat penyakit, kehamilan

ganda, dan riwayat eklampsia. Dan faktor pelayanan kesehatan meliputi

pelayanan puskesmas, pelayanan bidan serta pelayanan dokter.

Kemudian faktor risiko tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner guna

mengidentifikasi faktor risiko dengan frekuensi tertinggi yang mengarah

pada kejadian eklampsia. Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan faktor risiko eklampsia sesuai dengan konsep HL

Blum. Sebelum kuesioner ditanyakan ke masyarakat, dilakukan uji

kelayakan instrumen kepada beberapa responden yang telah dipilih

sesuai musyawarah kelompok. Berdasarkan hasil uji kelayakan diperoleh

kuesioner yang akan digunakan untuk memperoleh data. Untuk

memperoleh data tersebut, digunakan populasi sebagai objek penelitian.

Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari objek

penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam

21

Page 22: BAB I-IV Eklampsia

penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu hamil.

Pengambilan responden berupa ibu hamil dikarenakan ibu hamil

merupakan kelompok risiko tinggi terkena kejadian eklampsia. Jumlah

responden yang digunakan dalam pengambilan data adalah seluruh

populasi yaitu total ibu hamil di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung,

Kabupaten Demak sebanyak 42 ibu hamil.

4. Identifikasi Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Masalah eklampsia pada ibu hamil di Desa Sidorejo, Kecamatan

Sayung I, Kabupaten Demak merupakan prioritas masalah KIA yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan. Setelah

prioritas masalah ditemukan, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data

di lapangan. Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui faktor risiko

masalah KIA yang menjadi prioritas di Desa Sidorejo. Adapun hasil

pengumpulan data di lapangan sebagai berikut:

a. Perilaku

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan Penyebab Kematian Ibu

Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang

penyebab kematian ibu di desa Sidorejo dapat diketahui dari tabel

frekuensi di bawah ini :

Tabel 3.7 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sidorejo

Tentang Penyebab Kematian Ibu

Berdasarkan tabel 3.7, dapat diketahui bahwa sebesar 61,9%

responden tidak mengetahui penyebab kematian ibu di Desa

Sidorejo.

22

Variabel Frekuensi Prosentase

Ya 16 38,1

Tidak 26 61,9

Total 42 100,0

Page 23: BAB I-IV Eklampsia

b. Pengetahuan Kematian Ibu Hamil karena Eklampsia

Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang

penyebab kematian ibu di desa Sidorejo karena eklampsia dapat

diketahui dari tabel frekuensi di bawah ini :

Tabel 3.8 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kematian

Ibu Hamil di Desa Sidorejo Karena Eklampsia

Variabel Frekuensi Prosentase

Ya 13 31,0

Tidak 29 69,0

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.8, dapat diketahui bahwa sebesar

69% responden tidak mengetahui kematian ibu hamil akibat

eklampsia di Desa Sidorejo.

c. Tentang Gejala Eklampsia

Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Sidorejo tentang

gejala eklampsia dapat diketahui dari tabel frekuensi di bawah

ini:

Tabel 3.9 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Sidorejo

Tentang Gejala Eklampsia

Berdasarkan tabel 3.9, dapat diketahui bahwa sebesar 69,1%

responden menjawab tidak tahu tentang gejala Eklampsia.

23

Variabel Frekuensi ProsentaseTidak tahu 29 69,1Bengkak 1 2,4Hipertensi 11 26,1ngeluarin busa 1 2,4

Total 42 100,0

Page 24: BAB I-IV Eklampsia

d. Pengetahuan Tentang Istilah Gejala Eklampsia seperti

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) dan Kejang (Ngececeng)

Tabel 3.10 Pengetahuan Tentang Istilah Hipertensi

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 24 57,1Tidak 18 42,9

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa sebesar 57,1%

responden mengetahui istilah hipertensi.

2. Praktek

a) Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.11 Pemeriksaan Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 41 97,6Tidak 1 2,4

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa sebesar

97,6% responden melakukan pemeriksaan kehamilan.

b) Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.12 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentaseSesuai standar 38 90,5Tidak sesuai standar 4 9,5

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.12 dapat diketahui bahwa sebesar

90,5% responden melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai

standar.

24

Page 25: BAB I-IV Eklampsia

c) Tempat Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3.13 Tempat Pemeriksaan Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentasePuskesmas 1 2,4Dokter 4 9,5Bidan 37 88,1

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa sebesar

88,1% responden memeriksakan kehamilan di bidan desa.

d) Keluhan Selama Kehamilan

Tabel 3.14 Keluhan Selama Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentaseMual, Pusing, Muntah, Lemas, Bengkak 26 61,90Darah rendah, Anemia, Pusing, Lemas 3 7,14Kram, Masuk angin, Pegal, Perut kencang, Nafsu makan berkurang 5 11,90Mual, Sesak nafas, Sakit, Batuk darah, Nyeri 3 7,14Tidak mengalami keluhan 5 11,90

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.14 dapat diketahui bahwa

sebesar 61,9% responden menjawab mengalami keluhan

seperti : mual, pusing, muntah, lemas, dan bengkak.

25

Page 26: BAB I-IV Eklampsia

e) Tindak Lanjut Setelah Mengalami Keluhan

Tabel 3.15 Tindak Lanjut Setelah Mengalami Keluhan

Variabel Frekuensi ProsentaseBerkunjung ke Nakes

32 76,2

Tidak berkunjung 10 23,8

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.15 dapat diketahui bahwa sebesar

76,2% responden berkunjung ke pelayanan kesehatan setelah

mengalami keluhan saat kehamilan.

f) Olahraga Selama Kehamilan

Tabel 3.16 Olahraga Selama Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 27 64,3Tidak 15 35,7

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.16 dapat diketahui bahwa sebesar

64,3% responden melakukan olahraga selama kehamilan.

g) Jenis Makanan Selama Kehamilan

Tabel 3.17 Jenis Makanan Selama Kehamilan

Variabel Frekuensi ProsentaseBerlemak 1 2,4Makan bergizi 41 97,6

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.17 dapat diketahui bahwa sebesar

97,6% responden mengonsumsi makanan bergizi berupa

sayur dan buah.

26

Page 27: BAB I-IV Eklampsia

h) Penambahan Garam Berlebih pada Makanan

Tabel 3.18 Penambahan Garam Berlebih pada Makanan

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 10 23,8Tidak 32 76,2

Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 3.18 dapat diketahui bahwa 76,2%

responden tidak menambahkan garam berlebih pada

makanan.

.

i) Pengolahan Sumber Air Minum

Tabel 3.19 Pengolahan Sumber Air Minum

Variabel Frekuensi ProsentaseDirebus 37 88,1Tidak direbus

5 11,9

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.19 dapat diketahui bahwa sebesar

88,1% responden mengolah air minum dengan cara direbus.

j) Perencanaan Tempat Kelahiran

Tabel 3.20 Perencanaan Tempat Kelahiran

Variabel Frekuensi ProsentaseSudah 32 76,2Belum 10 23,8

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.20 dapat diketahui bahwa 76,2%

responden sudah merencanakan tempat kelahiran.

27

Page 28: BAB I-IV Eklampsia

k) Tempat Merencanakan Kelahiran

Tabel 3.21 Tempat Merencanakan Kelahiran

Variabel Frekuensi Prosentase Belum merencanakan 10 23,8Bidan 30 71,4Rumah Sakit 1 2,4Dukun 1 2,4

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.21 dapat diketahui bahwa sebesar

71,4% reponden merencanakan kelahiran di bidan.

l) Keputusan Pemeriksaan Persalinan

Tabel 3.22 Keputusan Pemeriksaan Persalinan

Variabel Frekuensi ProsentaseSuami 21 50Ibu sendiri (responden) 16 38,1Keluarga (nenek, kakek dll)

5 11,9

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.22 dapat diketahui bahwa sebesar

50% responden menjawab suami sebagai pengambil

keputusan tentang pemeriksaan persalinan.

m) Perilaku Merokok

Tabel 3.23 Perilaku Merokok

Variabel Frekuensi Prosentase

Ya 0 0Tidak 42 100

Berdasarkan tabel 3.23 dapat diketahui bahwa ibu hamil di

Desa Sidorejo seluruhnya tidak memiliki perilaku merokok.

n) Aktivitas Keseharian

28

Page 29: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 3.24 Aktivitas Keseharian

Variabel Fekuensi PersentaseBerkurang 13 31Tidak berkurang

29 69

Total 42 100

Dari tabel 3.24 dapat diketahui bahwa sebesar 69% dari

total reponden tidak mengurangi aktifitas kesehariannya

selama kehamilan.

3. Sikap

a) Sikap Reponden Terhadap Nasihat Tetangga

Tabel 3.25 Sikap Responden Terhadap Nasihat Tetangga

Variabel Frekuensi Prosentase

Menerima 23 54,8Membiarkan saja 19 45,2

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.25 dapat diketahui bahwa sebesar

54,8% responden menerima dan melaksanakan nasihat

tetangga tentang kehamilan.

b. Genetik

1. Riwayat Penyakit Eklampsia

Tabel 3.26 Riwayat Penyakit Eklampsia

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 4 9,5Tidak 38 90,5

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.26 dapat dilihat bahwa sebesar 90,5%

responden tidak memiliki riwayat penyakit eklampsia.

2. Riwayat Penyakit Responden

29

Page 30: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 3.27 Riwayat Penyakit Responden

Variabel Frekuensi Prosentase Tidak ada

38 90,5

Hipertensi 4 9,5

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.27 dapat dilihat bahwa sebanyak

90,5% responden tidak memiliki penyakit berat yang

mengarah ke eklampsia seperti hipertensi, diabetes dan ginjal.

3. Riwayat Kelahiran Ganda

Tabel 3.28 Riwayat Kelahiran Ganda

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 14 33,3Tidak 28 66,7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.28 dapat diketahui bahwa sebesar

66,7% responden tidak memiliki riwayat kelahiran ganda.

4. Riwayat Keturunan Penyakit Eklampsia

Tabel 3.29 Riwayat Keturunan Penyakit Eklampsia

Variabel Frekuensi Prosentase

Tidak tahu 2 4,8Ya 7 16,7Tidak 33 78,6

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.29 dapat diketahui bahwa sebesar

78,6% responden tidak memiliki riwayat keturunan eklampsia.

c. Lingkungan

1. Lingkungan Sosial

30

Page 31: BAB I-IV Eklampsia

a) Nasihat dari Tetangga

Tabel 3.30 Nasihat dari Tetangga

Variabel Frekuensi Prosentase

Ya 25 59,5Tidak 17 40,5

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.30 dapat diketahui bahwa sebesar

59,5% responden menerima nasihat tentang kehamilan dari

tetangga.

b) Lama Bekerja Sehari-hari

Tabel 3.31 Lama Bekerja Sehari-hari

Variabel Frekuensi Prosentase IRT, petani, nelayan,wiraswasta

29 69

<= 8 Jam 7 16,7> 8 Jam 6 14,3

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.31 dapat diketahui bahwa

sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban

karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,

nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).

c) Keberadaan Jam Istirahat Selama Bekerja

Tabel 3.32 Keberadaan Jam Istirahat Selama Bekerja

Variabel Frekuensi ProsentaseIRT,petani, nelayan 29 69Ya 12 28,6Tidak 1 2,4

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.32 dapat diketahui bahwa

sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban

31

Page 32: BAB I-IV Eklampsia

karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,

nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).

d) Lama Jam Istirahat

Tabel 3.33 Lama Jam Istirahat

Variabel Frekuensi ProsentaseIRT,petani, nelayan 29 69< 30 Menit 1 2,4

30-60 Menit 11 26,2

Lain-lain 1 2,4

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.33 dapat diketahui bahwa

sebesar 69% responden tidak memilih opsi jawaban

karena mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,

nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).

e) Umur Kehamilan Pengambilan Cuti

Tabel 3.34 Umur Kehamilan Pengambilan Cuti

Variabel Frekuensi Prosentase

Tidak bekerja 29 697,5 Bulan 2 4,89 Bulan 3 7,1Lain-lain 8 19,1

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.34 dapat diketahui bahwa

sebesar 69% reponden tidak memilih opsi karena mereka

bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani, nelayan, dan

wiraswasta (membuka warung).

f) Lama Cuti Kehamilan

Tabel 3.35 Lama Cuti Kehamilan

32

Page 33: BAB I-IV Eklampsia

Variabel Frekuensi Prosentase

Tidak bekerja 29 697,5 Bulan 2 4,89 Bulan 3 7,1Lain-lain 8 19,1

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.35 dapat diketahui bahwa

sebesar 69% responden tidak memilih opsi karena

mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga, petani,

nelayan, dan wiraswasta (membuka warung).

2. Lingkungan Boilogi

a) Sumber Air Responden

Tabel 3.36 Sumber Air Responden

Variabel Frekuensi Persentasi

Artetis (sumur bor) 34 81

Sumur 1 2,4Lain-lain 7 16,7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.36 dapat diketahui bahwa

sebesar 81% sumber air responden berasal dari air

artesis (sumur bor).

d. Pelayanan Kesehatan

1. Kunjungan Nakes

Tabel 3.37 Kunjungan Nakes

33

Page 34: BAB I-IV Eklampsia

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 6 14,3Tidak 36 85,7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.37 dapat diketahui bahwa

sebesar 85,7% responden tidak dikunjungi nakes.

2. Kemudahan Mengakses Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.38 Kemudahan Mengakses Pelayanan Kesehatan

Variabel Frekuensi Prosentase

Ya 34 81Tidak 8 19

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.38 dapat diketahui bahwa

sebesar 81%. responden berpendapat mudah dalam

mengakses pelayanan kesehatan.

3. Alasan Kesulitan Akses ke Pelayanan Kesehatan

Tabel 3.39 Alasan Kesulitan Akses ke Pelayanan Kesehatan

Variabel Frekuensi Prosentase Tidak kesulitan 34 81Tidak ada transportasi 1 2,4Jalan tidak memadai 6 14,3Daerah terpencil 1 2,4

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.39 dapat diketahui bahwa sebesar

81%ibu hamil di Desa Sidorejo tidak mengalami kesulitan

dalam mengakses pelayanan kesehatan.

4. Kepuasan Terhadap Yankes

Tabel 3.40 Kepuasan Terhadap Yankes

Variabel Frekuensi Prosentase

34

Page 35: BAB I-IV Eklampsia

Ya 37 88,1Tidak 5 11,9

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.40 dapat diketahui bahwa sebesar

88,1% responden berpendapat puas terhadap pelayanan

kesehatan.

5. Pemberian Obat oleh Petugas Kesehatan

Tabel 3.41 Pemberian Obat oleh Petugas Kesehatan

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 35 83,3Tidak 7 16,7

Total 42 100

Berdasarkan tabel 3.41 dapat diketahui bahwa sebesar

83,3% responden mendapatkan obat dari petugas kesehatan.

6. Konsumsi Obat dari Petugas Kesehatan

Tabel 3.42 Konsumsi Obat dari Petugas Kesehatan

Berdasarkan tabel 3.42 dapat diketahui bahwa sebesar

69% responden mengonsumsi obat dari petugas kesehatan.

Berdasarkan tabel-tabel diatas, diperoleh beberapa faktor risiko

dengan frekuensi tertinggi yaitu :

1. Perilaku

35

Variabel Frekuensi ProsentaseYa 29 69Tidak 13 31

Total 42 100

Page 36: BAB I-IV Eklampsia

Pengetahuan tentang gejala

eklampsia, sebanyak 69,1% responden tidak mengetahui gejala

eklampsia.

Pengambilan keputusan tentang

persalinan, sebanyak 50% menjawab suami sebagai pengambil

keputusan tentang persalinan.

Aktivitas keseharian responden

selama kehamilan, sebanyak 69% responden tidak berkurang atau

tetap.

Kunjungan responden ke yankes

ketika ada keluhan kehamilan, sebanyak 23,5% responden tidak

berkunjung.

2. Genetik

Riwayat keturunan eklampsia,

sebanyak 16,7% responden memiliki keturunan penyakit

eklampsia.

Riwayat kelahiran ganda, sebanyak

33,3% responden memiliki riwayat kelahiran ganda (kembar).

3. Pelayanan Kesehatan

Kunjungan oleh petugas kesehatan,

sebanyak 85,7% responden tidak dikunjungi oleh petugas

kesehatan selama kehamilan.

Berdasarkan penjelasan diatas diperoleh beberapa faktor risiko

dengan frekuensi tertinggi yaitu ibu hamil tidak mengetahui gejala

eklampsia sebesar 69,1%, kunjungan oleh nakes sebesar 85,7% serta

aktivitas keseharian yang tidak berkurang sebesar 69%.

36

Page 37: BAB I-IV Eklampsia

Berikut adalah tabel MCUA prioritas faktor risiko eklampsia :

Tabel 3.43 MCUA Prioritas Faktor Risiko Eklampsia

No Kriteria

Bobot Prioritas Faktor Risiko Eklampsia

100%

Ibu Hamil Tidak

Mengetahui Gejala

EklampsiaKunjungan oleh Nakes

Aktivitas yang Tidak

Berkurang

  Skor S X B Skor S X B Skor S X B

1. Urgensi 40 4 1,6 4 1,6 2 0,8

2. Relevansi 35 4 1,4 3 1,05 1 0,35

3. Skala 25 4 1 4 1 4 1

Total     4   3,65   2,15

Prioritas     I   II   IIISkor :

Rendah = 1

Sedang = 2-3

Tinggi = 4

Berdasarkan penghitungan prioritas faktor risiko eklampsia

dengan menggunakan tabel MCUA, prioritas faktor risiko ibu hamil

tidak mengetahui gejala eklampsia sebesar 3,75.

5. Alternatif Penyelesaian Masalah KIA

Berdasarkan data sekunder Laporan Program Ibu dan Anak Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak 2010 terdapat 2 kematian

ibu yang disebabkan oleh eklampsia pada bulan Maret dan bulan April tahun

2010. Berdasarkan hasil survei di lapangan, didapatkan indikasi yang

mengarah pada terjadinya eklampsia pada ibu hamil yaitu masih rendahnya

tingkat pengetahuan ibu hamil karena gejala eklampsia, kurangnya kunjungan

37

Page 38: BAB I-IV Eklampsia

tenaga kesehatan terutama bidan kepada ibu hamil dan aktivitas ibu hamil

yang tidak berkurang atau tetap.

Dari penghitungan menggunakan tabel MCUA prioritas faktor risiko

masalah eklampsia, diperoleh faktor risiko terbesar yaitu ibu hamil tidak

mengetahui gejala eklampsia.

Berdasarkan kesepakatan kelompok dan hasil diskusi dengan bidan

koordinator puskesmas, diberikan beberapa alternatif penyelesaian masalah

melalui How-How Diagram. Berikut ini adalah How-How Diagram untuk

menemukan alternatif solusi pencegahan terjadinya eklampsia.

Gambar 3. 1 How-How Diagram Alternatif Penyelesaian Masalah

38

Ibu Hamil Tidak Mengetahui Gejala

Eklampsia

3. Penyuluhan CAPENG di

KUA

Penyuluhan kesehatan

4. Rujukan langsung ke rumah

sakit

2. Pemantauan langsung

BUMIL oleh NAKES

Page 39: BAB I-IV Eklampsia

Alternatif penyelesaian masalah tersebur antara lain :

a. Penyuluhan kesehatan

Melalui penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat mendapat

pengetahuan tentang eklampsia dan cara pencegahan gejala eklampsia.

Dalam hal ini ibu hamil sebagai sasaran utama penyuluhan diharapkan

dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap perencanaan kehamilan

sampai melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu dan

keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka

melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri

sendiri pada kondisi tertentu4.

Selain penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak bidan

atau puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan adat

kebiasaan masyarakat Sidorejo seperti Istighosah, Mauludan, acara ibu-

ibu PKK atau saat kegiatan posyandu. Melalui media adat kebiasaan

Desa Sidorejo, penyuluhan bisa lebih masuk ke masyarakat dan tidak

terasa membosankan.

b. Pemantauan Langsung BUMIL oleh NAKES

Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain

asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan

manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan pelayanan

kesehatan utama yang diberikan kepada ibu. Setiap ibu hamil akan

menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya5.

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan terampil yang

didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu

tenaga kesehatan tersebut adalah bidan. Bidan merupakan tenaga

kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan yang berkualitas, agar kehamilan dapat berlangsung

dengan aman dan diakhiri dengan persalinan yang selamat6.

39

Page 40: BAB I-IV Eklampsia

Melalui pemantauan ibu hamil oleh tenaga bidan desa akan lebih

mendekatkan bidan desa dengan masyarakat sekitar, terutama ibu hamil,

sehingga ibu hamil bisa lebih percaya dengan bidan untuk memantau

kesehatannya. Selain itu, pemantauan langsung ibu hamil oleh bidan,

dapat diketahui kondisi perkembangan kesehatan ibu hamil tiap bulannya.

Diperlukan pemeriksaan secara teratur kepada ibu hamil karena semakin

tua usia kehamilannya, semakin sering intensitas pemeriksaan dilakukan.

Dan pada setiap kunjungan antenatal tersebut, ibu hamil perlu

mendapatkan informasi yang penting seperti asuhan maternal7.

c. Penyuluhan Calon Pengantin di KUA

Calon pengantin adalah pasangan calon suami istri yang sudah

terdaftar pada petugas pencatat nikah atau oleh masyarakat setempat

dianggap sebagai calon pengantin. Calon pengantin harus mendapatkan

informasi yang diperlukan dalam rangka membangun keluarga yang

berkualitas, mencakup hakikat atau manfaat perkawinan, penyuluhan pra-

nikah, persiapan fisik, mental, ekonomi dan perilaku serta mendapatkan

informasi perencanaan dan persiapan kehamilan yang sehat dan aman,

pemeliharaan kehamilan dan nifas, ASI, imunisasi TT, hak-hak reproduksi

dan memahami penyakit-penyakit menular seksual (PMS)8.

Calon pengantin memiliki peluang yang besar untuk memberikan

tambahan angka kehamilan, sehingga perlu diberikan pengetahuan

tentang kehamilan yang baik. Dengan adanya penyuluhan terhadap calon

pengantin, diharapkan kelak ketika istri mengandung, dapat menghindari

risiko kehamilan yang sering terjadi pada ibu hamil contohnya Empat

Terlalu. Istilah Empat Terlalu yaitu Terlalu muda untuk menikah, Terlalu

sering hamil, Terlalu banyak melahirkan dan Terlalu tua untuk hamil.

Diharapkan juga dengan penyuluhan calon pengantin ini, calon pasangan

suami-istri bisa merencanakan kehamilan untuk masa depan9.

d. Rujukan Langsung ke Pelayanan Kesehatan

Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil tentang

gejala eklampsia seperti tekanan darah tinggi, serta kejang-kejang saat

melahirkan, menyebabkan masyarakat tidak tahu tindakan yang harus

40

Page 41: BAB I-IV Eklampsia

dilakukan apabila terjadi eklampsia. Oleh karena itu diperlukan deteksi

dini komplikasi dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang

memadai karena banyak komplikasi kehamilan seperti kejadian eklampsia

yang tidak dapat ditangani di tingkat masyarakat. Hal ini sesuai dengan

salah satu dari 3 program Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu pada

target “pertolongan oleh tenaga kesehatan 20% dari seluruh ibu hamil”9.

Untuk mengantisipasi terjadinya risiko kematian akibat

keterlambatan penanganan maka diperlukan peran dari bidan desa untuk

langsung merujuk ibu hamil yang mengalami gejala eklampsia ke

pelayanan kesehatan guna mendapatkan penanganan yang lebih baik.

Sehingga risiko kematian akibat eklampsia yang tidak tertangani dapat

dikurangi. Fokus pelayanan di tingkat rujukan pimer mencakup pelayanan

penanganan komplikasi. Selain itu, perlu diperhatikan ketepatan waktu

karena walaupun gejala eklampsia telah terdeteksi secara dini di tingkat

masyarakat, namun keterlambatan merujuk dan membawa ibu ke fasilitas

rujukan dapat membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Hal ini termasuk ke

dalam istilah Tiga Terlambat yaitu Terlambat dalam mengenali tanda

bahaya dan harus mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan, Terlambat

dalam mencapai fasilitas kesehatan yang memadai, dan Terlambat dalam

menerima pelayanan kesehatan yang cukup memadai pada setiap

tingkatan10.

41

Page 42: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 3.44 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Penyuluhan

Kesehatan

No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor

1. Tingkat pendidikan

penduduk desa

4 Ketersediaan sumber daya

manusia

4

2. Budaya setempat 2 Dukungan dari perangkat

desa

4

3. Biaya pelaksanaan 2 Keterjangkauan biaya 2

4. Teknis pelaksanaan 2 Kemauan masyarakat

untuk berpartisipasi

3

Jumlah 10 Jumlah 13

Berdasarkan tabel 3.44 dapat dilihat bahwa solusi penyuluhan

kesehatan memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu tingkat pendidikan

penduduk, serta faktor pendukung tertinggi yaitu ketersediaan sumber

daya manusia dan dukungan dari perangkat desa.

Tabel 3.45 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Pemantauan

Langsung Bumil oleh Nakes

No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor

1. Tingkat pendidikan

penduduk desa

4 Ketersediaan sumber daya

manusia

2

2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat

desa

3

3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 2

4. Teknis pelaksanaan 3 Kemauan masyarakat

untuk berpartisipasi

2

Jumlah 14 Jumlah 9

Berdasarkan tabel 3.45 dapat dilihat bahwa solusi pemantauan

langsung bumil oleh nakes memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu

tingkat pendidikan penduduk dan biaya pelaksanaan, serta faktor

pendukung tertinggi yaitu dukungan dari perangkat desa.

42

Page 43: BAB I-IV Eklampsia

Tabel 3.46 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Penyuluhan Calon

Pengantin di KUA

No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor

1. Tingkat pendidikan

penduduk desa

4 Ketersediaan sumber daya

manusia

3

2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat

desa

2

3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 2

4. Teknis pelaksanaan 4 Kemauan masyarakat

untuk berpartisipasi

1

Jumlah 15 Jumlah 8

Berdasarkan tabel 3.46 dapat dilihat bahwa solusi penyuluhan

calon pengantin di KUA memiliki faktor penghambat terendah yaitu

budaya setempat, serta faktor pendukung terendah yaitu kemauan

masyarakat untuk berpartisipasi.

Tabel 3.47 Uji Kelayakan Solusi (Force Field Analysis) Rujukan Langsung ke

Rumah Sakit

No. Faktor Penghambat Skor Faktor pendukung Skor

1. Tingkat pendidikan

penduduk desa

3 Ketersediaan sumber daya

manusia

4

2. Budaya setempat 3 Dukungan dari perangkat

desa

3

3. Biaya pelaksanaan 4 Keterjangkauan biaya 1

4. Teknis pelaksanaan 4 Kemauan masyarakat

untuk berpartisipasi

2

Jumlah 14 Jumlah 10

Berdasarkan tabel 3.47 dapat dilihat bahwa solusi rujukan langsung ke

rumah sakit memiliki faktor penghambat tertinggi yaitu biaya pelaksanaan

dan teknis pelaksanaan, serta faktor pendukung tertinggi yaitu ketersediaan

sumber daya manusia.

43

Page 44: BAB I-IV Eklampsia

Dari berbagai alternatif solusi yang telah diuji kelayakan dengan metode

Force Field Analysis digunakan tabel MCUA untuk menentukan solusi

penyelesaian masalah KIA di Desa Sidorejo

Tabel 3.48 MCUA Alternatif Pemecahan Masalah

NoKriteria /

intervensi

Bobot (%)

Alternatif Pemecahan Masalah

1 2 3 4S SxB S SxB S SxB S SxB

1.Kecepatan mengatasi masalah

15

2 0.30 3 0.45 2 0.30 4 0.60

2.Bisa Dilakukan

404 1.6 3 1.2 3 1.2 3 1.2

3. Murah 154 0.6 2 0.30 1 0.15 2 0.3

4.Ketersediaan sumber daya

304 1.2 2 0.60 2 0.60 4 1.2

Jumlah 3,70 2.55 2,25 3.30

Prioritas I III IV II

Alternatif pemecahan masalah :

1. Penyuluhan kesehatan

2. Pemantauan ibu hamil oleh bidan

3. Penyuluhan camon pengantin di KUA

4. Rujukan langsung ke rumah sakit

Skor :

1 : rendah

2-3 : sedang

4 : tinggi

Berdasarkan uji kelayakan dengan metode Force Field Analysis,

diperoleh hasil bahwa alternatif yang dapat diimplementasikan untuk

penyelesaian masalah KIA yang ada di Desa Sidorejo adalah penyuluhan

kesehatan.

44

Page 45: BAB I-IV Eklampsia

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tahapan Community Diagnosis dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan data sekunder yaitu profil Desa Sidorejo mayoritas

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan rata – rata

berpendidikan tamat SD.

2. Pelayanan kesehatan di Desa Sidorejo terdiri dari 1 Puskesmas

Pembantu, 1 Bidan Desa, 16 unit Posyandu serta dibantu dengan 18

Kader Kesehatan.

3. Berdasarkan data sekunder berupa Data Kesehatan Ibu Hamil dan Anak

Puskesmas Sayung I, Data kesehatan Ibu dan Anak dari Bidan Desa

serta konfirmasi melalui key person diperoleh data masalah KIA yang

sering terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak

sebagai berikut:

a. Eklampsia

b. Hyperemesis

c. BGM

4. Dengan metode MCUA didapatkan bahwa eklampsia adalah masalah

KIA yang menjadi prioritas masalah di Desa Sidorejo

5. Berdasarkan analisa data primer diperoleh faktor risiko terjadinya

eklampsia di Desa Sidorejo adalah ibu hamil tidak mengetahui gejala

eklampsia.

6. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah eklampsia pada ibu hamil di Desa

Sidorejo, Kecamatan Sayung yaitu:

a. Penyuluhan Kesehatan

b. Pemantauan langsung bumil oleh nakes

c. Penyuluhan calon pengantin di KUA

d. Rujukan langsung ke pelayanan kesehatan

Dari keempat alternatif solusi tersebut yang dapat

diimplementasikan sesuai dengan potensi yang ada di Desa Sidorejo

45

Page 46: BAB I-IV Eklampsia

adalah penyuluhan kesehatan oleh pihak puskesmas maupun dari kader

kesehatan. Selain penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak bidan

atau puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan adat

kebiasaan yang ada di masyarakat Desa Sidorejo seperti Istighosah,

Mauludan, acara ibu-ibu PKK atau saat kegiatan posyandu. Melalui media

adat kebiasaan Desa Sidorejo, penyuluhan bisa lebih dimengerti ke

masyarakat dan tidak terasa membosankan.

B. Saran

Untuk menanggulangi masalah kesehatan di Desa Sidorejo

Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, disarankan :

1. Mengadakan penyuluhan tentang kesahatan ibu, anak dan eklampsia

khususnya untuk ibu hamil dan masyarakat Desa Sidorejo pada

umumnya secara berkelanjutan, interaktif, dengan memanfaatkan

kegiatan warga Desa Sidorejo seperti PKK ibu rumah tangga,

pertemuan rutin RT/RW, Mauludan dan Istighosah.

2. Penyuluhan kesehatan sebaiknya berorientasi pada masyarakat.

3. Sebaiknya dilakukan peninjauan secara rutin terhadap kader

kesehatan dan masyarakat Desa Sidorejo setelah diadakan penyuluhan

kesehatan dengan tujuan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik

dalam pencegahan terjadinya eklampsia pada ibu hamil saat kehamilan.

4. Diperlukan pendampingan oleh Puskesmas Sayung I atau Dinas

Kesehatan Kabupaten Demak terhadap kader kesehatan dan

masyarakat Desa Sidorejo untuk mengetahui efektivitas penyuluhan

kesehatan.

5. Mahasiswa lebih berperan aktif ketika berada di lapangan dan proses

penyusunan laporan PBL.

6. Mahasiswa lebih berfikir secara luas guna mendapatkan wawasan

terkait penentuan pemecahan masalah KIA.

46