phbs bab i-iv

Upload: fadzhil-amran

Post on 02-Mar-2016

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

public health

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangSehingga 67 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, bangsa Indonesia masih dihantui persoalan rendahnya tingkat pendidikan, layanan kesehatan dan ketahanan pangan-sandang-papan. Ringkasnya, alih-alih menjadi sejahtera sebagaimana dicita-citakan para pendiri negara ini, banyak warga justru terlilit kemiskinan tak kunjung padam.Pendalaman kemiskinan yang terjadi dapat dilihat dari tanda-tanda fisikal-material, seperti yang diungkap antara lain oleh indikator kesehatan (Indeks berat badan, prevalensi ibu kekurangan gizi, anemia anak-anak dan ibu, prevalensi rabun malam, indeks kemiskinan manusia dan sebagainya), indikator ekonomi (seperti peningkatan jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan, peningkatan jumlah pengangguran, peningkatan jumlah buruh yang menerima upah di bawah minimum provinsi dan sebagainya), indikator perampasan daya (terdiri dari 7 indikator utama, yaitu indeks kemiskinan manusia, penduduk yang meninggal di bawah 40 tahun, tingkat buta huruf orang dewasa, orang tanpa akses air bersih, orang tanpa akses ke jasa pelayanan kesehatan dan balita kurang gizi), serta yang paling parah adalah meluasnya internalisasi budaya kemiskinan.Peningkatan kualitas hidup, terutama di bidang ekonomi kerakyatan, pendidikan dan kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, menjadi fokus utama model pembangunan. Dengan itu, melalui peningkatan pendapatan ekonomi dikombinasikan dengan perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan, lapisan masyarakat miskin diharapkan akan semakin berdaya, meningkat kapasitasnya, untuk keluar dari jebakan lingkaran kemiskinan.(1)Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. Secara makro, paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Secara mikro, berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).(2)Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).(3)

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakansuatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mahu dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Umum.Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Menurut pusat promosi kesehatan Depkes RI, PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Program PHBS ini merupakan program nasional, sehingga tidak membuat perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti wilayah pantai.Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka penyakit infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta belum baiknya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS yang telah dicanangkan pemerintah, masih menemui banyak kendala di berbagai daerah.Green (1980) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposing factors, reinforcing factors dan enabling factors. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dan kebijaksanaan, peraturan dan organisasi. Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup dalam pelaksanaan suatu promosi kesehatan.(4)Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya. Kesan yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa pondok pesantren merupakan tempat kumuh, kondisi lingkungannya tidak sehat, dan pola kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinya sering kali kotor, lusuh dan sama sekali tidak menunjang pola hidup yang sehat. Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Dengan menerapkan PHBS di pondok pesantren oleh santri, guru dan masyarakat lingkungan pondok, maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan pondok pesantren sehat.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik dan ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada para santri di Pesantren Ahmadiyah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.B.Rumusan Masalah

Pada jaman dahulu pondok pesantren merupakan media bagi para orang tua untuk sekedar menitipkan anaknya (orang tua) supaya anak mereka mendapatkan pendidikan yang bersifat duniawi namun juga rohani, pondok pesanten kini digabungkan juga dengan pendidikan yang bersifat duniawi yaitu contohnya MTs yang mensinergikan antara lingkungan islam dengan dunia pendidikan. Pemukiman yang mereka gunakan sangat padat karena mereka menggunakan system tempat tinggal diasrama yang disedikan institusi tersebut sebagai tradisi bahwa hidup dipondok seperti itu. Penghuni yang padat membuat para santri acap kali mengbaikan tentang pentingnya pola hidup sehat.Permasalahan yang sama dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondokakan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka dialami saat ini. Sesuai dengan kenyataan yang didapatkan dilapangan, peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk merangsang perilaku pola hidup bersih dan sehat dalam lingkungan pondok pesantren. Tidak hanya masyarakat namun juga peran pemerintah sebagai promotor penyuluhan melalui petugas kesehatan yang melakukan workshop ke pondok-pondok sebagai langkah perubahan persepsi bahwa anak pondok selalu hidup dengan pola tidak sehat.Penyakit yang sering ditemukan pada pondok pesantren karena anak pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian, handuk,sarung bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren adalah skabies. Skabies merupakan penyakit zoonosis yang menyerang kulit,mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau .Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit skabies kepada orang lain apabila para santri dan pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun personil higenis. Sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi penyebaran penyakit skabies salah satunya.Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yakni bagaimanakah gambaran pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada para santri di Pesantren Ahmadiyah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar

C. Tujuan Penelitian1.Tujuan UmumUntuk mengetahui pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.2. Tujuan Khususa) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar. Untuk mengetahui sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari.b) c) Untuk memperoleh gambaran sikap santri terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.d) Untuk menilai sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator melakukan aktivitas fisik (sedang atau berat) setiap hari.e) Untuk mengetahui sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari.f) Untuk mengetahui sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator cara mencuci tangan yang benar dan menggunakan sabung) Untuk mengetahui sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator perilaku merokok.h) Untuk mengetahui sikap dan perilaku santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar mengenai indikator pengetahuan mengenai penyakit skabies.

D.Manfaat Penelitian1. Sebagai wadah untuk membangun pola PHBS yang lebih sehat untuk para santri.2. Sebagai salah satu sumber informasi bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya dalam rangka menetukan kebijaksanan penerapan pelaksanaan program PHBS3. Memberikan masukan bagi pihak pesantren agar dapat melaksanakan pelayanan yang paripurna pada para santrinya.4. Sebagai bahan bacaan dan sumber informasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam memperkaya ilmu pengetahuan serta bahan acuan untuk penelitian selajutnya.5. Menambah wawasan ilmiah penulis serta memperoleh pengalaman dalam penelitian dan penulisannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.Promosi KesehatanPromosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment. (Ottawa Charter,1986).Dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai berikut : Health promotion is programs are design to bring about changewithin people, organization, communities, and their environment. Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.1. Advokat (advocate) Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decision maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.2. Menjembatani (mediate) Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.3. Memampukan (enable) Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong drinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi kesehatan diharapkan dapat mewujudakan perilaku hidup bersih dan sehat yang menjadi pilar pembangunan kesehatan Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan diharapkan akan berkembang kearah Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat.(4,5,6)

B.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat1.DefinisiIstilah dan pengertian perilaku dalam kehidupan sehari-hari adalah sedemikian umumnya, sehingga hampir tidak ada segi kehidupan yang tidak terkait dengan masalah perilaku (Budioro, 2000 : 25). Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Namun pengertian perilaku (manusia) mempunyai arti sebagai semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003: 114-115) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Bila dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni:a. Perilaku tertutup (Covert behaviour)Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum teramati secara jelas oleh orang lain.b. Perilaku terbuka (Overt behaviour)Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 116).(5)Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.(12,13)PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membangun jalur komunikasi, memberikan komunikasi dan memerlukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.(2,4,12,13)2.PHBS dalam Tatanan Rumah TanggaAdapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Menurut pusat promosi kesehatan Depkes RI, PHBS di rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut :a) untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media masssa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim pengerak PKK, dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.b) meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga, yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.Indikator adakah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penialaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah :a) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).b) Bayi diberi ASI eksklusif, adalah bayi termuda 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak saat lahir sampai 6 bulan.c) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya.d) Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air besih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter ari tempat penampungan kotoran atau limbah.e) Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.f) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9 m2 per orang).g) Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan lantai terbuat dari semen, papan ubin atau kayu.h) Tidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/ anggota rumah tangga tidak merokok dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhiri) Melakukan aktivitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggita keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktivitas fisik (sedang atau berat) minimal 30 menit setiap hari.j) Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggita keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.Program PHBS ini merupakan program nasional, sehingga tidak membuat perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti wilayah pantai. Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di kawasan pantai juga menggunakan 10 indikator PHBS yang telah ditetapkan tersebut. Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka penyakit infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta belum baiknya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS yang telah dicanangkan pemerintah, masih menemui banyak kendala di berbagai daerah.Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan higiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.Green (1980) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposing factors, reinforcing factors, dan enabling factors. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dan kebijaksanaan, peraturan dan organisasi. Semua faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup dalam pelaksanaan suatu promosi kesehatan. (4,13,14)Pembinaan PHBS di rumah tangga menjadi bagian dari Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan yang dapat memberi kontribusi nyata terhadap percepatan pencapaian rumah tangga sehat. PKK dengan kadernya yang ada di masyarakat merupakan ujung tombak pelaksanaan PHBS. Melalui peran aktifnya, PKK mengajak setiap rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.(15)

3.Faktor Yang Mempengaruhi PHBSPerilaku hidup bersih dan sehat pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Green, 1980): a) Predisposing factor : pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi seseorang.b) Enabling factors : tersedianya sumber daya, keterjangkauan sumber daya oleh masyarakat, rujukan dan kemampuan dari petugas.c) Reinforcing factors : sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua dan petugas lainnya.Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup di dalarn domain kognitif memiliki 6 tingkat, yakni :a) Tahu (know)b) Memahami (comprehension)c) Aplikasi (application)d) Analisis (analysis)e) Sintesis (synthesis)f) Evaluasi (evaluation)Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap bukan rnerupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : a) Menerima (receiving)b) Merespon (responding)c) Menghargai (valuing)d) Bertanggung jawab (responsible)(16)Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :a) Aspek fisikb) Aspek psikisc) Aspek sosialPerilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).Dari berbagai teori perubahan perilaku yang harus disiapkan guna menghadapi berbagai kelompok masyarakat, sedikitnya diperlukan pemahaman akan dua teori, yakni :a).Teori Stimulus Organisme Respon (S-O-R)Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus Organisme Respons. Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran adalah stimulus.Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:1) Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak2) Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.3) Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:(a).Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)(b).Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice).

b).Teori Dissonance : FestingerTeori Festinger menjelaskan bagaiamana perilaku seseorang untuk berbuat sesuatu di saat yang sama karena adanya pertentangan pengetahuan dengan apa yang dikerjakan. Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance). Rumus perubahan perilaku menurut Festinger yakni terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbangMenurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behaviour) dapat dilihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaankepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakantindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.(4,17,18,19)

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A.Dasar Pemikiran Variabel Yang DitelitiMengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), maka dipilih beberapa variabel faktor risiko untuk diteliti, yaitu kriteria demografi, pengetahuan, dan sikap anggota rumah tangga. Dilihat dari segi demografi, apakah ada jenis kelamin, umur, pendidikan, serta pekerjaan dari anggota rumah tangga tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap mereka. Pengetahuan apa yang diketahui oleh anggota rumah tangga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Bila pengetahuan anggota rumah tangga ini baik, maka diharapkan dapat bertindak hidup bersih dan sehat, khususnya di lingkungan tatanan keluarga. Sikap, adalah variabel berikutnya yang juga penting. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Suatu Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, karena untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disini Peneliti tidak mengambil tindakan sebagai variabel karena keterbatasan waktu, dimana kita tahu bahwa suatu tindakan diketahui atau diukur secara langsung, yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan c) Kecenderungan seseorang untuk bertindak. Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh dan berperan penting sehingga membawa seseorang untuk berpikir dan berusaha untuk melakukan suatu tindakan. (12)Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk mengetahui gambaran pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada para santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.B.Kerangka Konsep PenelitianAda beberapa hal yang diteliti dengan menggunakan metode kuisioner antara lain yaitu :1. Makan sayur dan buah2. Olahraga yang teratur dan terukur3. Cara mencuci tangan yang benar dan menggunakan air4. Tidak merokok5. Pengetahuan penyakit skabiesBerdasarkan rasionalisasi variabel penelitian di atas, maka disusunlah suatu kerangka konsep dari penelitian ini :

Pengetahuan Manfaat konsumsi sayur dan buah Manfaat aktivitas fisik Cara mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun Bahaya Merokok Penyakit SkabiesPHBSSikap Mengkonsumsi sayur dan buah Melakukan aktivitas fisik Mencuci tangan dengan benar Tidak merokok Menjaga higenis diri dan kebersihan asrama Jenis Kelamin Umur

C.Definisi Operasional1. Variabel : Jenis KelaminDefinisi : Perbedaan gender dari responden seperti yang tercantum dalam kuisionerAlat Ukur : KuisionerCara Ukur:Mencatat jenis kelamin responden yang tercantum pada kuisioner.2. Variabel : Umur Definisi : Rentang waktu sejak dilahirkan sampai dilakukan penelitian sebagaimana yang tercantum dalam kuisioner.Alat Ukur : KuisionerCara Ukur:Mencatat umur responden yang tercantum pada kuisioner3. Variabel : SikapDefinisi : Reaksi emosional/ tertutup responden terhadap indikator-indikator PHBS, seperti melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, dan mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun.Alat Ukur : KuisionerCara Ukur:Penilaian pengetahuan diperoleh dari 15 nomor pertanyaan yang diajukan dalam bentuk kuisioner. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0, kemudianjumlah yang benar dibagi jumlah pertanyaan dikali dengan 100%.

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis PenelitianJenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada para santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.

B.Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian dilakukan di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Kelurahan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian ini direncanakan berlangsung dari tanggal 23 Juni - 04 Juli 2014.

C.Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua para santri di Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.

2. SampelSampel dalam penelitian ini adalah warga yang memenuhi kriteria seleksi. Dengan metode pengambilan sampel adalah simple random sampling.D.Besar Sampel Estimasi jumlah sampel penelitian yang dikumpulkan dihitung menurut rumus sebagai berikut : (20,21)

Jadi, besar sampel sampel minimum yang dibutuhkan adalah 132.Keterangan :

E.Kriteria Seleksi1. Inklusi :a) Terdaftar sebagai santri Pesantren Hidayatullah Bumi Tamalanrea Permai, Makassar.b) Santri tersebut dalam keadaan sadar, tidak mengalami gangguan psikiatri.2. Eksklusi :a) Tidak tahu membaca dan menulis Bahasa Indonesiab) Tidak bersedia mengisi kuisioner dan diwawancarai.

F.Jenis Data dan Instrumen1.Jenis Dataa).Data PrimerData yang diperoleh melalui kuisioner yang diberikan kepada responden.b).Data SekunderData yang diperoleh dari Puskesmas yang berupa catatan, cakupan pelayanan kesehatan, keadaan geografis, dan struktur organisasi.2. Instrumen PenelitianKuisioner digunakan sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

G.Manajemen Data1. Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan secara observasi dan menggunakan kuisioner2. Pengeditan DataPengeditan data dilakukan dengan mempertimbangkan memilih dan memasukkan data yang penting dan benar-benar diperlukan.3. Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan kalkulator manual dan dengan menggunakan bantuan komputer.4. Penyajian DataData yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.5. Etika Penelitiana) Sebelum memberikan persetujuan tertulis peneliti akan memberikan penjelasan secara lisanb) Setiap subjek akan dijamin kerahasiaan atas informasi yang diberikan c) Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada institusi terkait.

22